• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEHNIK PEMUATAN DAN PEMBONGKARAN PULP DI KAPAL PT ARPENI PRATAMA OCEAN LINE JAKARTA. A. Nashirin Harcici. staf pengajar stimart AMNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEHNIK PEMUATAN DAN PEMBONGKARAN PULP DI KAPAL PT ARPENI PRATAMA OCEAN LINE JAKARTA. A. Nashirin Harcici. staf pengajar stimart AMNI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TEHNIK PEMUATAN DAN PEMBONGKARAN PULP DI KAPAL PT ARPENI PRATAMA OCEAN LINE JAKARTA

A. Nashirin Harcici

staf pengajar stimart “AMNI”

Pulp dibuat dari berbagai jenis kayu dan dikirim dalam jumlah besar biasanya dengan kapal kargo. Pulp sangat rentan terhadap kerusakan dan pencemaran oleh kotoran (terutama serat) atau sisa – sisa komodits sebelumnya di dalam palka kapal.

Penelitian ini dilakukan ketika saya masih di Port Captain di PT. Arpelni Pratama Ocean Lines Jakarta. Pada waktu itu saya mengatur kargo bongkar muat bubur untuk beberapa kapal asing dan beberapa kapal dalam negeri.

Hasilnya, sebelum memuat, tempat kargo harus bersih dan kering, harus jelas bersih dari setiap bahan muatan yang melekat dalam kargo. Perawatan yang utama harus dilakukan ketika membersihkan dari pengiriman gandum. Selama pemuatan harus disimpan dan diikat dengan tali di dalam palka, ketika memasukkan selalu menggunakan forklift mulai memuat dari sisi lambung ke pusat hingga daerah 4 x 5 M, dan dari sisi forklift harus memuat dan memasukan dengan sling kawat, selama memasukkan harus hati – hati.

Keywords : Pulp, loaded, discharge, I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kapal niaga yang dibangun sekarang ini lebih cenderung kearah spesialisasi jenis muatan yang diangkut, misalnya kapal tanker, kapal pengangkut kayu, kapal pengangkut muatan curah, kapal pengangkut peti kemas dan lain – lain, yang jadi masalah adalah sekarang belum ada kapal khusus untuk mengangkut muatan pulp, masih banyak kapal general cargo yang digunakan untuk mengangkut muatan pulp. Kapal yang paling cocok

untuk mengangkut muatan pulp adalah kapal general cargo yang bentuk palkanya berbentuk kotak, sehingga pemuatannya gampang dan cepat misalnya kapal MV Brother Hope, MV Socol IV yang dicharter PT Arpeni Pratama Ocean Line untuk mengangkut Pulp dari Perawang, Pekanbaru. Menurut Istopo (2003) Pulp atau potongan kayu untuk bahan pembuatan kertas, panjangnya tidak standart tetapi sesuai permintaan pembeli, Pada pemuatan pulp perlu melakukan persiapan pemuatan pulp, dimana palkanya

(2)

harus benar benar bersih, diadakan penerapan yang baik. Menurut istopo (2003) muatan pulp merupakan muatan kering, tidak berkulit, harus dijaga dari barang yang berminyak, batubara, atau muatan lainnya yang kotor, palkanya harus bersih muatan ditata seperti pitprops. Menurut O.O THOMAS (2000): Wood pulp is very liable to damage from any fibrous material, during handling it must be kept clear of any contact from rope etc, and should be loaded and discharge with wire or chain sling. Unless specially designed, the wire binding is not suitable as lifting point. Hold should be clear of any matter that could become embedded in the bales.

B. Permasalahan

1. Bagaimanakah Persiapan – persiapan yang di lakukan sebelum melaksanakan muat Pulp

2. Bagaimanakah proses kegiatan pemuatan Pulp

3. Bagaimana proses kegiatan pembongkaran muatan pulp

II. PEMBAHASAN

1. Mempersiapkan Ruang Palka Sebelum di mulai menerima muatan maka ruangan muat / palka supaya dibersihkan, dikeringkan dan saringan kemarau dalam keadaan baik. Terutama bila kapal baru saja selesai digunakan untuk memuat muatan curah, palkah harus benar benar bersih, jangan sampai ada sisa muatan curah yang tercecer, yang bisa

mengakibatkan kotornya muatan pulp dan kemungkinan besar akan terkena claim yang cukup besar nilainya, menurut O.O Thomas (2000): Similiarly especial care must be taken when cleaning up after grain shipment, large claims have had to be met in the past through contamination of wood pulp by grain. Untuk itu di perlukan persiapan – persiapan sebagai berikut :

a. Pembersihan ruangan dengan sapu: Ruang palka di sapu bersih mulai dari atas ke bawah, sisa dunnage dari muatan yang telah di bongkar di sisihkan dan di kumpulkan yang masih dapat di gunakan kemudian di pisahkan terlebih dahulu sebelum sampah, kotoran, debu dan sisa muatan di keluarkan dari ruang palka. b. Pencucian ruang palka

Pencucian kadang–kadang di

perlukan, misalnya setelah

membongkar muatan yang tidak sejenis, bukan muatan pulp yang akan di muat misalkan kapal selesai bongkar pupuk, kapal selesai bongkar batu bara, kapal selesai bongkar semen, maka pencucian palka perlu sekali. karena untuk menghilangkan debu, bau amoniak atau bau yang tidak enak pada ruang palka, pencucian ruang palka memerlukan waktu yang cukup lama. pencucian palka dengan

menyemprotkan air laut

(3)

kemudian ruang palka dibilas cuci dengan air tawar sampai bersih. Selama pencucian palka pompa got di jalankan agar air pencucian tersebut dapat di buang keluar kapal. Dan setelah pencucian selesai maka ruang palka dan got-got dalam palka di keringkan. Apabila ruang palka sudah kering tapi masih berbau tidak sedap maka perlu Pengasapan, misalnya dengan membakar biji kopi untuk menghilangkan bau tidak sedap tersebut.

c. Pemeriksaan pada got palka.

Untuk menjamin bahwa selama kapal berlayar palka dalam keadaan kering, maka sebelum di adakan pemuatan di periksa kembali apakah got palka serta saringannya dalam keadaan bersih, dan juga lubang– lubang air got tidak tertutup kotoran, sehingga air keringat muatan atau air keringat palka yang di tampung dalam got palka di dapat pompa keluar kapal.

Air got dalam got harus sering-sering di ukur, bila tidak diukur kemungkinan sudah terlalu banyak air got dan meluap membasahi muatan – muatan pulp dalam palka, pengukuran ini di kerjakan 1 ( satu ) kali perhari. pengukuran di lakukan dengan sebatang baja yang di beri tanda – tanda ukuran, yang di gantung pada

sebuah tali serta di masukkan dalam pipa soundingan untuk tiap – tiap pipa soundingan got palka. Hasil pengukuran biasanya di tulis pada sebuah papan tulis di anjungan untuk diketahui mualim jaga dan di tulis di papan tulis kamar mesin agar di ketahui masinis jaga yang menentukan apakah sudah cukup banyak air got tersebut untuk di hisap dan di keluarkan dari kapal.

d. Pemeriksaan tutup manhole dan saluran–saluran pipa:

Tutup man hole untuk ke tangki - tangki (ballast, bahan bakar) haruslah di periksa betul – betul, terutama setelah tutup ini pernah di buka, bila di tutup manhole kurang rapat maka air ballast, atau bahan bakar akan memasuki ruang muat dari inilah dapat merusak muatan pulp dalam palka, Saluran – saluran pipa ballast dan pipa got serta pipa–pipa pembuangan lainnya jangan sampai ada yang bocor. 2. Penerapan (dunnage)

Penerapan (dunnage) dapat di golongkan atas ( 2 ) macam :

a. Penerapan terlepas ( loose dunnage ) : Terap yang digunakan untuk alas muatan pulp adalah kertas, terpal, plastik sedangkan untuk meratakan muatan digunakan papan papan.

b. Penerapan tetap ( Permanent dunnage )

(4)

Adalah penerapan yang sudah dipasang secara tetap di kapal, akan tetapi belum tentu kapal punya dunnage tetap, seperti :

1) Cargo sweet batten, atau bilah keringat yaitu penerapan tetap yang dipasang pada samping – samping dinding dalam palka, agar muatan tidak menempel langsung ke diding kapal.

2) Floor ceilng, penerapan tetap yaitu papan yang di pasang menempel di atas tank top atau dasar palka. Tapi kapal baru jarang yang ada floor ceiling

3) Wooden Sheathing, penerapan tetap yang di pasang untuk menutupi pipa – pipa atau untuk dinding yang berbatasan langsung dengan kamar mesin, sebagai penutup tunnel dll. Dunnage tidak tetap yang digunakan untuk penerapan muatan pulp supaya dipilih yang memenuhi syarat sbb:

 Bahan harus kuat dan kering benar  Jumlah harus mencukupi kebutuhan

dunnage,

 Bukan dari bahan yang karena sifatnya dapat merusak muatan  penerapan harus benar – benar

memenuhi fungsinya .

Jumlah penerapan di kapal sangat bergantung dari :

 Macamnya kapal

 Adanya floor ceiling atau tidak

 Keadaan udara dan perbedaan temperatur yang di alami selama perjalanan.

Gambar 1: Dunnage tetap Guna Penerapan :

1) Mencegah kerusakan muatan sebagai akibat : Persentuhan langsung dengan dasar kapal atau dinding kapal, Free moisture, Adanya kondensasi, Crushing, Chafage 2) Pengelompokan muatan–muatan /

partai–partai muatan yang berbeda khususnya sehubungan dengan berbagai pemilik muatan yang berbeda, pelabuhan tujuan yang berbeda .

3) Penerapan dapat berfungsi sebagai ventilasi

4) Pembongkaran bisa lebih cepat dan sistematis

Penjelasan :

Moisture : Yaitu basahnya muatan yang di sebabkan keringat muatan, keringat kapal atau oleh air lainnya yang berasal dari luar seperti meluapnya got - got , bocornya muatan basah dan lain sebagainya .

(5)

Untuk mencegah Moisture maka sebaiknya:

 Di dasarkan/ alas, di beri double dunnage.

 Di samping – samping di beri vertical dunnage (penerapan tegak)  Di bawah muatan di beri tikar

plastik atau terpal. Pemberian tikar plastik di atas dunnage di maksud agar bila muatan bocor, isinya tertampung di tikar plastik.

Condensation : atau pengembunan, kondensasi ini di sebabkan oleh uap air di dalam palka tersebut yang menjadi jenuh. untuk mencegahnya di pakai ventilasi / peranginan agar uap air tidak menjadi jenuh.

Crushing : Kerusakan muatan ini disebabkan oleh tertindis muatan di atasnya. untuk ini maka di gunakan dunnage papan papan yang berfungsi agar tekanan dari muatan di atasnya merata . Selain itu permukaan muatan pun menjadi rata . untuk itu biasanya di pakai dunnage papan atau plywood.

Chafage : Kerusakan muatan karena bergeser atau bergeraknya dari tempatnya. Selain muatan sendiri itu yang rusak, juga dapat merusak muatan lainya. Untuk itu di pakai vertical dunnage .

3. Proses Kegiatan Pemuatan Mutan Pulp

1) Proses kegiatan muat di laksanakan umumnya dilaksanakan dikapal adalah :

Kapal sandar di dermaga dan pemuatan menggunakan alat muat bongkar dari crane kapal atau shore crane dari darat, Pertama– tama mobil forklift di masukan ke dalam palka menggunakan crane, muatan dari dalam gudang di angkut dengan truck terbuka hingga sampai lambung kapal dan muatan langsung di angkat ke atas kapal dengan menggunakan crane kapal/darat. sekali angkat adalah 6 bundel, Muatan yang sudah masuk ke dalam palka kemudian di susun oleh buruh darat dengan menggunakan mobil forklip untuk tier pertama, untuk tier diatasnya langsung muatan pulp dari derek ditumpuk diatas tier dibawahnya, dan hasilnya tumpukan muatan kurang rapi dan muatan resiko rusak karena tertumbur muatan waktu menyusun muatan langsung dari derek. 2) Cara pemuatan pup yang lebih baik

adalah:

Cara pemuatan pulp yang baik dan sudah pernah saya laksanakan pada waktu saya jadi port captain di PT Arpeni pratama line, muat pada kapal, MV Alass, kapal MV Indriani, Kapal MV Brother Hope (kapal charter), Kapal MV Socol 4 (kapal charter) sebaiknya cara menyusun muatan untuk tier kedua, tier ketiga, tier keempat dan seterusnya pemuatan tetap mengunakan forklift, agar supaya susunan muatan rapi, padat dan muatan tidak rusak, pemuatan pulp dimulai dari bagian pinggir pinggir palkah ke arah tengah

(6)

palkah sampai forklift tidak bisa bergerak yaitu area sekitar ukuran luas lantai 4 Meter X 5 Meter penyusunan muatan menggunakan forklift berhenti, dan forklift diangkat keluar dari palka, pemuatan selanjutnya hanya pada area luas lantai 4 Meter X 5 Meter dilakukan dengan cara dropping langsung dari derek Selama proses pemuatan pulp perwira jaga dan jurumudi jaga harus senantiasa memperhatikan keadaan kapal dan muatan yang sudah masuk ke dalam palka, Peletakan dari muatan yang tersusun dengan baik untuk mendapatkan stabilitas yang baik. Pencatatan (tally) mengenai muatan juga harus di lakukan sebagai laporan kantor dan agent kapal, serta agar dapat memperhitungkan perkiraan selesai muat ( Completed Loading ).

Gambar 2 : susunan muatan pulp di kapal besar

Untuk kapal samodra yang membawa muatan pulp ke luar negri, melewati

samodra, maka semua muatan harus dimuat didalam palka, tidak ada muatan on deck,

akan tetapi untuk pelayaran jarak dekat yang tidak melewati samodera dan cuacanya baik, sering kali ada muatan pulp on deck, dimana muatan pulp on deck tersebut harus dibungkus rapat dengan terpal rangkap dua atau lebih, pada semua sisinya (menutup dari bawah, dari atas, dan dari semua sisinya) seperti membungkus permen, sehingga seandainya hujan atau ada ombak yang sampai deck, maka muatan pulp yang sudah dibungkus rapat tidak terkena air.

Gambar 3 :Proses Muat Dan Penyusunan Pulp Di Dalam Palka

Setelah pemuatan di dalam palka sudah selesai di laksanakan, kemudian palka di tutup dan selanjutnya di atas palka diberi penerapan berupa terpal rangkap tiga sebelum untuk melanjutkan pemuatan on deck.

(7)

Gambar 4: Proses Pemasangan Terapan Di Atas Palka Untuk muatan On deck

Pulp yang di angkat menggunakan krane darat, di letakkan di atas palka yg telah diberi penerapan berupa terpal dan kemudian di susun oleh buruh darat.

Gambar 5: Penyusunan Muatan Pulp On Deck

Gambar 6 : Selesai Muat On DECK, sebelum ditutupi terpal

Setelah muatan Pulp on deck selesai, maka segera dilakukan penutupan muatan dengan rapat sekali dengan menggunakan terpal rangkap tiga dan Pelashingan. Untuk pemuatan Pulp Pelashingan di lakukan dengan menggunakan Tali-tali, wire dan jala – jala .

Gambar 7 : Muatan On Deck Yang Telah Di lashing

4. Proses Kegiatan Pembongkaran Pulp Pada dasarnya proses kegiatan

pembongkaran lebih gampang

dibandingkan dengan waktu proses muat pulp, yang penting harus dijaga adalah muatan pulp jangan sampai rusak, barang tetap baik kondisinya seperti saat barang ditrima di kapal, pembongkaran bisa dilakukan setelah kapal tiba di pelabuahan tujuan bongkar dan setelah selesai melakukan Clearance di suatu pelabuhan bongkar. Setelah kapal siap untuk melakukan kegiatan bongkar, maka harus di lakukan persiapan – persiapan untuk proses pembongkaran, di antaranya sebagai berikut :

(8)

1. Pada Muatan On Deck:

a. Buka semua lashingan pada muatan on deck, seperti jala-jala, wire rope. tali-tali lashing

b. Persiapkan peralatan muat bongkar (kalau bongkar menggunakan derek/crane kapal). Menunggu shore

crane (kalau pembongkaran

menggunakan shore crane),untuk siap di operasikan.

c. Apabila shore crane (crane darat) telah siap di operasikan, kemudian terpal terpal yang menutupi muatan pulp on deck di buka selapis demi selapis d. Kemudian pulp di angkat menuju

mobil dengan bak terbuka

Gambar 8 : Proses Bongkar Pulp On Deck 2. Pada pembongkaran muatan di dalam

palka:

a. Setelah Muatan on deck telah selesai di bongkar, mesin hidrolic palka siap di nyalakan.

b. Kemudian tarik tuas pada panel max gregor di setiap palka, agar palka dapat terbuka.

c. Setelah palka terbuka, crane akan mengangkat muatan pulp yang ada di

dalam palka menuju mobil truk bak terbuka yang ada di darat.

Gambar 9 : Proses Bongkar Pulp dari Dalam Palka

Pada pembongkaran muatan didalam palka supaya dilakukan dengan hati hati, jangan menarik muatan dengan paksa misalnya memaksa menarik muatan dari wing palka menggunakan derek, sebaiknya memindahkan muatan didalam palka untuk dibongkar selalu ditata dengan forklift sebelum diaangkat dengan derek/crane..

5. Dokumen – Dokumen Muatan

Yang termasuk dokumen muatan adalah segala surat – surat yang ada kaitan erat dengan adanya muatan di atas kapal untuk di kirim ke pelabuhan tujuan, baik secara domestic maupun antar Negara. Seorang perwira di atas kapal harus tahu dan mengerti semua dokumen - dokumen yang menyangkut masalah muatan beserta fungsinya,

Adapun dokumen – dokumen yang sangat penting menyangkut masalah muatan antara lain :

1. Shipping Order ( S . O )

Shipping Order adalah surat perintah atau surat intruksi dari kantor pusat

(9)

perusahaan pelayaran atau agen untuk memuat cargo yang di sebut dalam shipping Order tersebut.

Isi dari Shipping Order adalah sebagai berikut :

a. Nama kapal

b. Nama cargo atau muatan c. Quantity

d. Loading atau discharge Port 2. Cargo list

Cargo list adalah suatu daftar dari muatan yang pernah di muat oleh kapal, cargo list di buat oleh Mualim I untuk di jadikan arsip.

3. Cargo Manifest

Cargo Manifest adalah dokument ini merupakan dokumen yang berisi rekapitulasi kumpulan B/L dari barang yang telah dimuat di kapal. yang di buat oleh Shipper / agen di pelabuhan muat berdasarkan data –data dari B/ L

Copy dari document ini terlampir / harus berada di atas kapal sebagai arsip dan juga di kirim untuk pelabuhan bongkar . 4. Mate’ Receipt ( Resi Mualim )

Mate’ s Receipt adalah dokumen yang di buat oleh Mualim I dalam bentuk ketikan atau tulisan yang menyatakan bahwa barang sudah diterima di atas kapal dimana di dalamnya sudah tercantum data-data mengenai muatan.

5. Bill of Loading ( B / L ) atau konosemen Bill of Loading adalah suatu dokumen yang sangat penting, yaitu merupakan

surat perjanjian atau pernyataan dari pengangkut muatan (Carrier), bahwa Carrier telah menerima muatan dan berjanji untuk membawa ke pelabuhan tujuan dengan selamat dan menyerahkan kepada penerima (Consigne).

Selain itu, Bill Of Loading adalah juga : a. Surat tanda bukti pemilikan barang dari

pengirim atau penerima

b. Sebagai “ Resi “ (Tanda terima muatan ) oleh Carrier ( pembawa muatan) terhadap pengirim muatan (Shipper ) .

Isi dari Bill of Loading antara lain : a. Nama pengirim muatan ( Shipper ) b. Nama kapal dan Nama Nahkoda c. Tempat tujuan dan alamat muatan (

tujuan akhir )

d. Keadaan dan jumlah barang e. Pelabuhan muat dan pelabuhan

bongkar

f. Tanda tangan Nahkoda atau diwakilkan pada agent dengan surat kuasa dari nakhoda.

6. Delivery order ( D . O )

Delivery Order adalah surat pengantar bagi penerima barang / muatan untuk mengambil muatan tersebut .

7. Letter of Indemnity

Letter of Indemnity adalah surat yang di buat oleh pengirim muatan yang berisi tentang pengakuan kerusakan – kerusakan muatan pulp yang di muatnya supaya di dalam konosemen

(10)

tidak di tulis mengenai kerusakan – kerusakan tersebut sehingga pengirim mendapat konosement yang bersih. Letter of indemnity ini sebagai jaminan apabila dikemudian hari carrier mendapatkan claim, maka claim tersebut menjadi beben shipper tersebut. Bila tanpa letter of indemnity Sipenerima dan dapat menuntut ganti rugi pada si pengangkut.

8. Cargo Outern Report

Merupakan laporan yang berisi mengenai Pembongkaran muatan dan keadaan muatan waktu di bongkar. Laporan ini di tanda tangani oleh Loading Master (forement)dan di ketahui oleh Mualim I .

Isinya terdiri dari : Nama kapal, Nama pelabuhan bongkar, Nama cargo, Jumlah cargo, Jumlah cargo yang rusak.

9. Cargo Damage Report

Cargo Damage Report adalah laporan yang berisi tentang kerusakan cargo dan penyebab kerusakan .

10. Cargo Exception List

Laporan / daftar mengenai kerusakan muatan pada waktu muat. Jadi, rusaknya sebelum dimuat dikapal ini berguna untuk dasar membuat konosement.

11. Notice of Readines

Notice of Readines (N.O.R) adalah berupa surat dari Nakhoda kapal

kepada shipper atau pencharter bahwa kapal telah siap untuk bongkar muat. Berisi tentang kedatangan kapal , tanggal dan jam dibuat saat kapal tiba di pelabuhan. Setelah N.O. R di tanda tangani oleh pihak shipper atau pencharter (N.O.R Accepted) maka kapal siap melakukan bongkar muat. III. KESIMPULAN

1. Persiapan untuk pemuatan pulp diatas kapal adalah dengan melakukan hatch cleaning (pembersihan palka). Yaitu dengan membersihkan palka dari atas kebawah dilanjutkan dengan pencucian palka dengan air laut, dibilas dengan air tawar, sehingga palka benar-benar bersih. Peralatan muat bongkar, di cek dengan sebaik-baiknya agar siap digunakan. 2. Proses kegiatan muat pulp yang baik

adalah dengan menggunakan forklift untuk mengisi muatan disemua sisi dinding palka, diteruskan ke tengah sampai sisakan ruangan 4 x 5 meter atau sampai forklift tidak dapat bergerak. Selanjutnya forklift diangkat keluar palka.pemuatan dilanjutkan dengan muatan di taruh langsung kedalam palka. Pada bagian permukaan muatan yang tidak rata, diberi papan untuk meratakan susunan muatan diatasnya.

3. Proses pembongkaran pulp supaya hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan, muatan tidak boleh ditarik dari wing

(11)

(samping palka) sehingga muatan kemungkinan akan rusak.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Asmani, J.M. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologis Praktis Penelitian Pendidikan. Jakarta: Diva Press.

Istopo. 2003. Kapal & Muatannya. Jakarta: Yayasan Bina Cipta Samudera.

Mortopo, A., dan Soegiyanto. 2005. Penanganan dan pengaturan muatan. Semarang: PIP Semarang.

Thomas, O.O. 2000. Thomas Stowage. Great Britain: Brown, Son & Ferguson.

Gambar

Gambar 2 : susunan muatan pulp di kapal  besar
Gambar    4:    Proses  Pemasangan  Terapan  Di  Atas Palka Untuk muatan On deck
Gambar  9  :  Proses  Bongkar  Pulp  dari  Dalam  Palka

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa ketiga metode untuk mendapatkan ukuran batch integer harus selalu dicoba, karena tidak ada metode yang selalu memberikan total biaya terkecil pada setiap

Kelompok en"im terakhir 0ang terdapat dalam lisosom adalah en"im6en"im perombak lipid 0ang terdiri dari esterase dengan substratn0a ester asam lemak,

Hasil penelitian dari (Gunam et al., 2014), menunjukkan bahwa dari puluhan isolat yang diperoleh dari sampel tanah yang terkontaminasi minyak bumi di Samboja

Sehingga retribusi daerah dari sektor pariwisata sampai dengan tahun 2014 masih relatif tidak berperan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kerinci (Mardianis,

Hasil penelitian antara lain (1) Variabel jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, luas lahan, dan status perkawinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Jenis Tumbuhan Inang Liriomyza sativae Blanchard dan Kerusakan yang Diakibatkannya pada Tanaman Tomat di Daerah Dataran Rendah

6 Untuk sambungan baut akibat beban tarik bertampang dua dengan ukuran kayu utama yaitu 6/20 cm dan ukuran kayu penyambung yaitu 2 x 3/20 cm dan gaya beban 26.56° dan 90°

20.Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi,