• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ciptakan Lingkungan Sehat dengan Mengonsumsi Tanaman Herbal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ciptakan Lingkungan Sehat dengan Mengonsumsi Tanaman Herbal"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Ciptakan Lingkungan Sehat

dengan Mengonsumsi Tanaman

Herbal

UNAIR NEWS – Lima mahasiswa prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga berhasil mengedukasi masyarakat di Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi untuk berperilaku sehat. Dengan kegiatan bertajuk “HEART” (House of Herbal Tea) diciptakanlah lingkungan sehat dengan membudayakan mengonsumsi tanaman herbal yang sangat potensial di daerah tersebut.

”Rasanya eman (sayang) sekali kalau kekayaan potensi seperti ini tidak bisa dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang kesehatan masyarakat,” kata Siti Mufaidah, ketua kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) ini. Selain dia keempat temannya adalah Inriza Yuliandari, Ferium Trah Ismaya, Tuhu Uboyo Wicaksono, dan Nilam Yusika Sari.

Bagi mahasiswa FKM UNAIR ini, untuk mewujudkan lingkungan tempat hunian yang sehat harus menciptakan kondisi yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni. Sedang lingkungan sehat selalu beriringan dengan kondisi masyarakat yang mandiri, yang salah satu indikatornya dapat dilihat dari ketersediaan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusianya (SDM), dan sarana prasarana pendukung kebutuhan masyarakat yang memadai. Selain itu potensi daerah juga harus dimunculkan.

Berdasarkan hasil pengamatan mereka, tanaman herbal di Kelurahan Banjarsari memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk yang lebih praktis dan sehat untuk dikonsumsi guna menunjang derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan selama ini banyaknya jenis tanaman herbal di kelurahan ini belum

(2)

dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

“Melihat potensi seperti itu kami bergerak untuk memberdayakan masyarakat agar SDA yang ada lebih berdayaguna untuk kesehatan masyarakat,” tambah Siti Mufaidah.

Mereka kemudian membuat proposal pengabdian ini dengan judul “HEART (House of Herbal Tea) sebagai Upaya Pemberdayaan Ibu PKK Menuju Desa Sehat dan Mandiri 2016 di Kelurahan Banjarsari Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.” Dengan salah satu tujuannya agar kegiatan “HEART” (House of Herbal

Tea) ini dapat menjadi sarana promosi kesehatan dengan

pentingnya mengonsumsi bahan herbal untuk mengurangi penggunaan obat kimia, proposal ini mendapat dukungan dana dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2016.

Kegiatan pengabdian tersebut dilaksanakan selama tiga bulan dengan beberapa tahapan pembinaan, mulai dari pra-pengiriman proposal hingga tahap pelaksanaan. Melalui kegiatan ini akan muncul berbagai tujuan yang nanti akan bermanfaat bagi masyarakat. Luaran yang dihasilkan antara lain: terbentuk serta berdayanya ibu-ibu PKK di kelurahan Banjarsari, terbentuknya kelompok diskusi tanaman herbal, terbentuknya duta mother “HEART”, terbentuknya pekarangan toga di setiap rumah, terbentuknya peluang usaha “house of herbal tea”, dan lain-lain.

”Tetapi tujuan khusus kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya meminum teh setiap hari dan menciptakan rumah produksi yang bernama HEART (House

of Herbal Tea),” tambahnya.

Dengan berdasarkan tahapan yang telah dirancang tersebut, diharapkan tidak hanya masyarakat Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi yang tertarik untuk ikut serta dalam menyukseskan kegiatan seperti ini demi mencapai derajat kesehatan yang tinggi. (*)

(3)

Penulis : Bambang Edy S.

Gandeng Pertamina, Mahasiswa

UNAIR Kembangkan Software

Pengukur Kadar Busa Pelumas

UNAIR NEWS – Dengan mendapat dukungan pendanaan dari DIKTI, lima mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga, bekerjasama dengan PT Pertamina Persero kini sedang mengembangkan software pengukur kadar busa minyak pelumas. Hal baru ini dikembangkan, sebab selama ini alat uji kebusaan pada laboratorium PT Pertamina Persero masih dilakukan manual dan rentan terhadap ketidakakuratan pembacaan dan memungkinkan terdapat perbedaan persepsi hasil pengukuran yang berpengaruh pada standar kualitas uji suatu pelumas.

Nadifah Taqwina Hartrining Pangestuti, ketua tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) FST UNAIR, mengatakan, kadar busa itu sendiri menjadi parameter dalam

quality control pelumas, karena sangat berpengaruh terhadap

keausan mesin.

”Jadi pengujian busa ini sangat penting untuk produk-produk pelumas yang digunakan pada kapal laut, misalnya,” kata Nadifa kepada pewarta, kemarin.

Bersama empat temannya yaitu Andin Istiqomatul Husnia, Mokhammad Deny Basri, Mokhammad Dedy Bastomi, dan Akhmad Afrizal Rizqi sepakat mengembangkan software ini karena terlecut oleh keadaan bahwa sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), dari tahun ke tahun jumlah kendaraan bermotor terus meningkat. Ini kabar gembira bagi perusahaan yang bergerak di

(4)

bidang transportasi bermotor, termasuk PT Pertamina Lubricants Gresik.

Hasil uji coba di lab sedang dipresentasikan (Foto: Dok Tim)

Apalagi dalam meningkatkan performa mesin kendaraan, sebagai perusahaan minyak terbesar di Indonesia, PT Pertamina dituntut menghasilkan produk pelumas berkualitas tinggi. Sehingga diperlukan pengujian parameter uji pelumas secara cepat dan akurat. Sehingga setelah mempelajari permasalahan dan praktik di lapangan, akhirnya dijalin kerja sama dengan Laboratorium quality control pelumas PT Pertamina Lubricants Gresik (PUG) dalam menginovasi salah satu alat parameter uji pelumas yakni

foaming test.

Sejalan hadirnya ajang tahunan program PKM-Penerapan Teknologi, lima mahasiswa UNAIR itu menjadikan pengembangan ini sebagai proposalnya yang diberi judul “Sistem Segmentasi

Citra Sebagai Pengukuran Tendensi dan Stability Volume Busa pada Foaming Test Pelumas di Laboratorium PT. Pertamina Lubricants Gresik Berbasis Borland Delphi 7”. Proposal ini

berhasil diterima dan dinilai layak untuk menerima dana hibah dari Dirjen DIKTI.

(5)

diberi nama “FoamLab” dimana software ini menggunakan sistem

image processing sebagai salah satu teknik pengukuran volume

busanya. Jadi FoamLab merupakan software yang dirancang khusus untuk keperluan pengukuran tendensi dan stabiliti pelumas yang memanfaatkan kamera sebagai sensor dengan bahasa pemrograman delphi sebagai pengolah gambar dan video.

Tendensi dan stability itu merupakan parameter uji kebusaan. Tendensi sendiri adalah volume busa yang terbentuk saat 10 menit pertama, sedangkan stability merupakan volume busa yang tersisa saat lima menit dari pengukuran tendensi pada kondisi suhu dan sistem diffuser yang terkontrol.

Diakui oleh Nadifa Dkk, software ini masih harus melalui uji sertifikasi dan standardisasi pengukuran untuk dapat diterapkan di seluruh Lab. quality control PT. Pertamina di Indonesia. Sehingga saat tim ini sedang meng-kalibrasi FoamLab ini, dimana mereka yakin bahwa software FoamLab ini akan sangat membantu dalam uji kebusaan pelumas.

“Dengan alat ini maka hasil pengukuran uji busa menjadi akurat, saya tidak lagi berdebat dengan teman saat menentukan hasil. Apalagi alatnya bisa berjalan otomatis tanpa ditunggui, dan sangat mudah dioperasikan,” kata Komarudin, seorang analis laboratorium di PT Pertamina PUG ketika dimintai komentarnya. (*)

Penulis : Bambang Bes

(6)

Penularan Virus Dengue

UNAIR NEWS – Berada di lintasan garis khatulistiwa, Indonesia

tak lepas dari dampak penyakit tropis. Sejumlah penyakit tropis yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) terus menjadi momok di Nusantara, khususnya wilayah perkotaan.

Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan Prof. Dr. Ririh Yudhastuti, drh., M.Sc, mengatakan penduduk perkotaan lebih rentan terkena virus dengue yang ditularkan oleh vektor berupa nyamuk Aedes aegypti. Sebab, penduduk urban tinggal di lingkungan pemukiman yang memiliki tingkat densitas tinggi. Di Surabaya, setiap tahunnya kasus DBD selalu terjadi di sejumlah kawasan di Surabaya seperti Sawahan dan Tambaksari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat, virus dengue juga sudah menjangkiti kawasan-kawasan di Makassar seperti Toraja.

“Bahkan, di tempat penampungan air, telur nyamuk itu sudah mengandung virus dengue,” tutur Ririh.

Mengapa virus dengue lebih mudah ditularkan di kawasan perkotaan? Ririh menjelaskan, vektor Aedes aegypti memiliki jarak terbang yang rendah. Hanya seratus meter.

Namun, Ririh menambahkan dataran tinggi juga perlu waspada dengan penyakit DBD karena virus ini juga sudah menjangkiti daerah-daerah sekitar pegunungan.

Sebab pada dasarnya, nyamuk Aedes aegypti bersifat

anthropophilic yakni lebih menyukai darah manusia.

“Manusia memiliki tiga tipe kelenjar kulit salah satunya kelenjar eccrine. Kelenjar ini mengandung molekul carboxylic yang membedakan antara bau manusia dan mamalia lainnya. Kelenjar inilah yang dalam penciuman nyamuk Aedes aegypti

(7)

sangat membangkitkan selera untuk menggigit maupun menghisap darah,” tutur Ririh yang baru saja dikukuhkan sebagai profesor, Sabtu (8/7).

Peran ramalan cuaca

Peningkatan curah hujan akan meningkatkan kelembaban dan temperatur. Hal ini akan mendukung seluruh aktivitas nyamuk termasuk memperpanjang umur dan bereproduksi. Vektor Aedes

aegypti akan berkembang secara optimum pada temperatur 20–28

derajat Celcius.

Umur nyamuk yang lebih panjang akan meningkatkan peluang bagi virus dengue untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya. Indonesia, sebagai negara tropis dengan suhu udara 16–32 derajat Celcius dan kelembaban relatif 60–80 persen merupakan ruang yang ideal untuk mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes

aegypti.

Apalagi belakangan cuaca di Indonesia, termasuk Surabaya dan sekitarnya sering tak menentu. Keadaan cuaca kerap kali terjadi hujan lebat disertai angin kencang pada malam hari dan terik pada siang hari.

“Secara biologis diperkirakan cuaca yang tidak menentu ini memainkan peran penting terjadinya penularan penyakit yang ditularkan vektor nyamuk Aedes aegypti,” tegas ahli nyamuk. Sebelum memasuki musim penghujan, masyarakat bisa memanfaatkan waktu untuk menerapkan program 3M plus yaitu menguras, menutup, mengubur atau menimbun barang-barang bekas, dan menyikat bersih dinding tempat penyimpanan air.

“Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi penularan DBD secara transovarial di daerah endemis DBD termasuk di Surabaya. Adanya kasus DBD setiap tahun di Surabaya menunjukkan adanya tendensi transovarial,” terang perempuan kelahiran Surakarta.

(8)

Ririh berpesan agar masyarakat juga senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat untuk meminimalisir angka kejadian DBD. Penulis: Defrina Sukma S

Mahasiswa UNAIR Ciptakan

Pengganti Massa Tulang dari

Ekstrak Daun Sirsak

UNAIR NEWS – Mahasiswa S1 Teknobiomedik Fakultas Sains dan

Teknologi (FST) Universitas Airlangga berhasil membuat bahan pengganti massa tulang yang hilang karena pengangkatan massa tulang atau bahkan amputasi dalam operasi pada kasus penderita kanker tulang. Pengganti massa tulang tersebut dibuat dari ekstrak daun sirsak (annona muricata).

Menurut Andini Isfandiary, ketua Tim PKMPE (Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta), ia bersama empat temannya melakukan inovasi ini untuk mencari alternatif solusi atas problem yang ada, dimana hingga detik ini kanker masih menjadi salah satu penyakit yang berbahaya.

Kanker tulang adalah salah satu jenis kanker yang menyerang bagian tulang manusia, dimana penyakit ini tidak dapat diketahui secara langsung, karena gejalanya yang hampir sama dengan nyeri. Penanganan yang terlalu dari penyakit ini berakibat fatal, yakni pengangkatan massa tulang bahkan amputasi.

Berangkat dari permasalahan diatas, maka Andini Isfandiary, Imroatus Sholikhah, Rhisma Dwi Laksana, Yukiko Irliyani dan Ahmad Nurianto, para mahasiswa FST UNAIR itu berhasil membuat

(9)

bahan pengganti massa tulang yang hilang untuk kasus penderita kanker tulang.

Dibawah bimbingan dosen Djoni Izak Rudyardjo.,M.Si., mereka melaporkan PKM-PE ini dengan judul “Pemanfaatan Ekstraksi Daun Sirsak (annona muricata) sebagai Coating pada Biokomposit Nano Hidroksiapatit dan Magnesium Oksida (MgO) untuk Aplikasi Bone Filler pada Kasus Kanker Tulang (osteosarchoma).” Sehingga penelitian ini memperoleh pembiayaan dari Dirjen Dikti Kemenristekdikti dalam PKM 2016.

Inilah bone filler itu. Yang putih masih asli, sedang yang hijau adalah bone filler yang sudah dilapisi dengan ekstrak daun sirsak. (Foto: Tim PKM)

Dijelaskan oleh Andini Isfandiary, selaku ketua Tim, sebenarnya tidak hanya untuk mengisi tulang yang hilang akibat kanker, namun sebagai pengganti tulang atau bone filler ini juga memiliki sifat anti-kanker, yang diharapkan mampu menghentikan pertumbuhan sel kanker. Sifat anti kanker ini didapat dari ekstrak daun sirsak, kemudian digunakan untuk melapisi bone filler tersebut.

(10)

Andini menyebut bahwa penelitiannya ini mampu memberikan hasil yang cukup baik, dimana kandidat bone filler dengan ekstrak daun sirsak dapat membantu menyembuhkan pasien kanker tulang. ”Kami berlima ingin memberikan harapan dan senyuman kepada penderita kanker tulang, karena tidak ada yang mustahil di dunia ini. Jika tulang mereka harus diangkat karena terkena kanker, maka mudah-mudahan kami bisa membantu mereka dengan inovasi ini,” tutur Andini.

Imroatus Sholikhah menambahkan, “Seluruh peneliti di Indonesia harus memiliki semangat juang yang tinggi, demi terciptanya Indonesia yang mandiri.” (*)

Penulis : Santoso Editor : Bambang Bes

Excelzyme,

Produk

Ramah

Lingkungan yang Siap Dukung

Kemandirian Bangsa

UNAIR NEWS – Produk ramah lingkungan Excelzyme yang dihasilkan

peneliti Universitas Airlangga (UNAIR) Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., dan tim, bakal segera dihilirisasi. PT Petrosida Gresik sudah menyampaikan kesiapan untuk mem-back up keinginan ini. Kesepakatan bersama antara UNAIR dan perusahaan tersebut secara resmi dikemukakan di Ruang Sidang Pleno Kantor Manajemen kampus pada rabu, 8 Maret 2017.

Prof Nyoman menyampaikan, Excelzyme adalah nama dagang. Merujuk pada temuan dia dan kawan-kawannya, terhadap enzim yang memiliki banyak kegunaan. Excelzime sendiri terdiri dari

(11)

enzim-enzim konsorsium yang bekerja dan beraktifitas untuk memaksimalkan limbah pertanian, nan kaya lignoselulosa.

Yang menarik, bahan dasar Excelzyme berasal dari tempat-tempat kaya sumber daya alam di Indonesia. Jadi, buah pemikiran Prof Nyoman dan segenap peneliti dari Laboratorium Proteomik Institute of Tropical Disease salah satu tujuannya adalah memaksimalkan potensi yang ada di nusantara.

Disampaikan Prof. Nyoman, penelitian ini sudah dilakukan sejak tahun 90-an. Fokusnya dilaksanakan pada sekitar 1999, dan masih berjalan hingga saat ini. Pada 2007, telah mulai dikomersialisasikan, meski masih dalam lingkup terbatas. Pada 2011, patennya terbit, sedangkan pada 2016, terbit paten formulasi produksinya. Sampai sekarang, pengembangan formula ini setidaknya sudah berjalan lebih dari 17 tahun.

Produk Excelzyme saat ini sudah memiliki empat varian. Excelzyme 1 (membantu proses deinking untuk daur ulang kertas), Excelzyme 2 (membantu pembuatan pakan ternak organik), Excelzyme 3 (membantu pembuatan pupuk organik), dan Excelzyme 4 (varian ini masih dalam pengembangan, ditujukan untuk proses pengurangan lignin yang aplikasi diterapkan pada industri kertas atau industri berbahan dasar kayu). “Exelzyme dicetuskan untuk bisa memberikan sumbangsih pada industri ramah lingkungan. Dengan produk kami, pemakaian bahan kimia untuk sejumlah keperluan dapat diminimalkan,” papar Prof Nyoman.

Proses daur ulang kertas, umumnya membutuhkan banyak bahan kimia. Limbahnya, tentu tidak baik buat lingkungan. Dengan produk Excelzyme, penggunaan bahan kimia dapat ditekan sekecil mungkin. Dengan hasil daur ulang yang semaksimal mungkin.

Dengan temuan aplikatif ini, Indonesia bisa secara bertahap melepaskan diri dari ketergantungan terhadap impor enzim. Disampaikan Prof. Nyoman, enzim dengan fungsi yang sama dengan Excelzyme, per kilogram harganya bisa mencapai 150 sampai 200

(12)

ribu rupiah. Sedangkan produk dalam negeri yang “diracik” tim UNAIR, nilainya jauh di bawah itu.

Fakta ini menunjukkan bahwa kemandirian bangsa di bidang ini dapat segera dicapai. Sekaligus, logis dan realistis untuk terkabul. Meski memang, butuh proses yang tidak sekejap mata. Asalkan, ada keseriusan dari pihak kampus dan perusahaan dalam negeri untuk terus mengembangkannya. Yang harus diyakini, khazanah sumber daya alam Indonesia sudah tidak terbantahkan. Maka itu, perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan bangsa.

“Baik kampus maupun pihak swasta dan pihak lain yang punya visi membangun kemandirian bangsa harus peduli pada penelitian. Khususnya, penelitian yang sudah dijalankan dalam tempo lama dan konsisten serta telah tampak hasilnya. Karena memang, penelitian itu butuh proses panjang,” kata dia.

Diapresiasi Banyak Pihak

Mengeksplorasi kekayaan alam lokal melalui penelitian enzim, kemudian memanfaatkan limbah pertanian demi pengembangan bidang argoindustri, adalah aktifitas yang dilakukan Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, Dra., M.Si. bersama tim di laboratorium Proteomik ITD UNAIR. Excelzyme, nama dagang yang dipakai mereka atas temuan aplikatif itu, diapresiasi oleh Direktur Pengembangan Teknologi Industri Dr. Eng, Hotmatua Daulay, M.Eng, dari Kemenristekdikti. Hotmatua merespon positif terhadap keberhasilan UNAIR dalam menghilirisasi hasil penelitian menjadi produk yang akan siap dipakai oleh industri dan masyarakat. “Ini merupakan langkah tepat dalam menyikapi persaingan,” tutur Hotmatua.

Direktur Utama PT Petrosida Gresik Hery Widyatmoko juga memberikan respon positif. Dia yakin, produk ini bakal memberi sumbangsih di masyarakat. Termasuk, memompa optimisme kemandirian bangsa. “Tentu saja kami mendukung pengembangan dan penelitian gagasan ini,” papar dia.

(13)

mengutarakan, ada banyak peneliti di UNAIR yang memiliki produk bagus. Semua itu siap dihilirisasi atau diperbanyak dalam lingkup industri yang luas. “Kami berkomitmen untuk menciptakan gagasan, konsep, maupun temuan yang bermanfaat kongkret dan langsung di masyarakat,” ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut. (*)

Editor: Nuri Hermawan

Penelitian Mahasiswa UNAIR,

JKN Tidak Timbulkan ‘Ex Ante

Moral Hazard’

UNAIR NEWS – Indonesia saat ini tengah memasuki era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pemerintah menargetkan tahun 2019 dapat mencapai Universal Health Coverage, artinya seluruh penduduk Indonesia akan tercakup dalam program JKN. Diharapkan dengan tercapainya target tersebut, pemerintah dapat memberikan jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi rakyat Indonesia, sehingga kesejahteraan hidup dapat ditingkatkan. Namun dibalik itu semua, terdapat risiko timbul ex post moral

hazard dan ex ante moral hazard. Beberapa penelitian telah

banyak membuktikan adanya ex post moral hazard atau peningkatan kunjungan ke instansi pelayanan kesehatan untuk memanfaatkan fasilitas kuratif dan rehabilitatif setelah memiliki asuransi kesehatan.

Sedangkan eksistensi ex ante moral hazard atau penurunan

preventive health behavior masyarakat setelah terjamin

asuransi kesehatan hingga saat ini masih menjadi perdebatan.

(14)

menimbulkan kerugian, baik bagi pemerintah maupun masyarakat. ”Karena itulah kami berlima dari mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga melakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya penurunan perilaku sehat masyarakat yang telah terjamin dalam asuransi kesehatan (BPJS Kesehatan),” kata Nita Kusuma Wardani, Ketua kelompok dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini.

ANGGOTA PKMM ketika berkonsultasi dengan dosen pembimbing. (Foto: Ist)

Setelah dituangkan ke dalam proposal, dengan judul “Analisis Pengaruh Kepemilikan BPJS Kesehatan terhadap Perilaku Sehat Peserta di Kota Surabaya”, proposal hasil inovasi Nita Kusuma Wardani, Dwi Elsa Mardiana, Malida Nurul Hidayah, Rina Wahyu Andani, dan Sherly Dwi Agustiningrum ini, berhasil lolos p e n i l a i a n D i k t i d a n m e r a i h d a n a d a r i p r o g r a m P K M Kemenristekdikti 2016-2017.

Diterangkan oleh Nita, hasil penelitian yang dilakukan bahwa kepesertaan BPJS Kesehatan secara signifikan berpengaruh terhadap perilaku sehat peserta di Kota Surabaya. Masyarakat yang memiliki asuransi BPJS Kesehatan akan berperilaku sehat 1,951 kali lebih besar jika dibandingkan masyarakat yang belum memiliki asuransi kesehatan.

(15)

“Perilaku sehat yang kami maksud adalah perilaku pencegahan (preventive behavior), seperti rutin berolahraga, menjaga asupan makanan yang bergizi seimbang, dan lain sebagainya, yang semua itu dilakukan atas dasar kesadaran pribadi,” tambah Nita.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan secara tidak langsung bahwa kualitas Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia sudah cukup baik. Hal itu dikarenakan program JKN terbukti tidak menimbulkan ex ante moral hazard yang menyebabkan pesertanya mengalami penurunan perilaku sehat akibat terjamin asuransi kesehatan. (*)

Editor: Bambang Bes

Mahasiswa FKM Ajak Warga

Arisan Sampah Plastik

UNAIR NEWS – Masalah besar akan selalu diawali oleh hal-hal

yang seringkali disepelekan. Salah satu contohnya adalah menumpuknya sampah dan terjadinya banjir dibeberapa kota saat memasuki musim hujan. Hal tersebut merupakan akibat dari sikap acuh tak acuh masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya, khususnya sampah plastik yang dihasilkan dari sampah konsumsi masyarakat sehari-hari.

Keprihatinan itulah yang membuat lima mahasiswa UNAIR dari Fakultas Kesehatan Mayarakat (FKM) bergerak untuk melakukan suatu perubahan, kelima mahasiswa tersebut yakni Muafa Mahdi Ramadhan (2015), Muhammad Faris Rasyid (2015), Fenti Nur Aini Amallia (2015), Annisa Dwinda Shafira (2013) dan Miftahol Hudhah (2013). Salah satu perubahan yang mereka wujudkan untuk menanggulangi sampah plastik ialah membuat sebuah terobosan

(16)

baru yang dinamakan Arisan Sampah Plastik (ASPAL). Inovasi dari kelompok yang tergabung dalam PKM-M tersebut telah disetujui dan akan di danai oleh Dikti.

“Sama kaya arisan pada umumnya, hanya saja ada inovasi lain, kalau biasanya arisan itu ngumpulin uang, kita ngumpulinnya pakai sampah,” ujar Muafa.

Kelima mahasiswa tersebut memilih Kawasan Sidotopo sebagai tempat pengaplikasian inovasi ASPAL, karena di kawasan tersebut terdapat gunungan sampah yang menumpuk dan juga sungai yang tergenang oleh sampah yang sebagian besar merupakan sampah plastik.

Untuk mekanisme pelaksanaan program ASPAL, kelompok PKM tersebut menganjurkan para warga sekitar untuk mengumpulkan sampah plastik di sekitar kawasan tersebut, kemudian Muafa dan timnya akan datang untuk mengumpulkan setoran sampah plastik warga setiap dua minggu sekali.

Di akhir bulan setelah sampah plastik terkumpul, Muafa dan kawan-kawan menjual sampah plastik yang terkumpul kepada pengepul, lalu hasil jual per orang dari sampah plastik tersebut akan disisihkan 3000 rupiah setiap bulannya untuk iuran arisan. Oleh karena itu, Muafa dan kelompok mengharuskan warga agar setiap bulannya bisa mengumpulkan sampah plastik yang nilai jualnya 3000 rupiah atau setara dengan 1,5 kilogram sampah plastik. Dengan demikian, selain bisa mendapatkan hasil jual sampah plastik, warga juga mendapatkan jatah uang dari arisan bulanan.

(17)

Launching kegiatan ASPAL dengan Ketua RW setempat. (Foto: Istimewa)

Inovasi tersebut mendapat respon positif dari warga sekitar, terbukti dengan banyaknya warga yang bepartisipasi dalam kegiatan program ASPAL ini. Bahkan antusias warga sekitar terlihat dari beragam saran yang diterima oleh kelompok PKM dari UNAIR tersebut, salah satunya adalah usulan agar sampah kardus maupun besi yang tak terpakai juga ikut dikategorikan dalam sampah kegiatan ASPAL.

“Awalnya kita diskusikan dulu, pada akhirnya kita terima tapi tetep memprioritaskan sampah plastik,” tegas Muafa.

Mereka berharap dengan adanya kegiatan ASPAL ini, kesadaran warga terhadap pemanfaatan sampah plastik meningkat dan dapat memberi pandangan kepada warga tentang sampah plastik yang dapat dijadikan kegiatan bernilai ekonomi.

“Kami juga berharap, kegiatan ini tetap berlanjut karena program ini baik untuk masyarakat sendiri, juga untuk mengurangi sampah lingkungan, dan yang kedua, kegiatan ini bisa jadi contoh di kawasan lain dan sebagai percontohan dalam pengelolaan sampah plastik,” pungkas Muafa saat diwawancarai

(18)

di Radio UNAIR. (*) Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila

MEDSCUPE, Mesin Ergonomis

Pencegah Sampel Tertukar di

Rumah Sakit

UNAIR NEWS – Sering mendengar kasus tertukarnya hasil

laboratorium, sampel darah, sampel jaringan, urin, fases, dsb di rumah sakit? Berangkat dari kasus yang

Merugikan pasien itulah lima mahasiswa Universitas Airlangga membuat karsa cipta alat “MEDSCUPE” sebuah mesin ergonomis yang mampu mencegah tertukarnya sampel di rumah sakit.

Itulah karya tim Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta (PKM-KC) mahasiswa UNAIR yang dipimpin Mokhammad Dedy Batomi (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), dengan anggota Mokhammad Deny Basri (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), Masunatul Ubudiyah (Keperawatan 2013), Pratama Bagus Baharsyah (Otomasi Sistem Instrumentasi 2013), dan Sucowati Dwi Jatis (Keperawatan 2014).

Mereka bersyukur dengan menjadi salah satu penerima dana hibah PKM dari Kemenristek DIKTI tahun 2016, merupakan kebanggaan tersendiri sebagai wujud kontribusi untuk almamaternya. Apalagi jika kelak mendapat kesempatan berlaga di PIMNAS ke-29 di IPB Bogor.

“Mau tidak mau, suka tidak suka ini merupakan prinsip dalam hidup kami sebelum masuk UNAIR. Jadi berkontribusi itu wajib

(19)

hukumnya, apalagi kami kuliah dibiayai oleh negara,” ujar Dedy.

Sependapat dengan Dedy, Masunatul juga punya alasan kenapa ia mengikuti kompetisi ini. “Sebenarnya kami semua tidak hanya melulu ingin masuk nominasi PKM, namun lebih dari itu kami ingin meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit Indonesia melalui inovasi yang kita ciptakan ini,” tambah Masunatul.

Menurut penelitian tim dengan judul “MEDSCUPE: (Medical

Specimens Cube Shipper) Alat Ergonomis Pengirim Dan Direct Labelling Spesimen Pasien Berbasis Pengolahan Citra Solusi

Kasus Malpraktek Sampel Tertukar Di Laboratorium Medis”, diterangkan bahwa saat ini mungkin masyarakat sudah tidak asing lagi dengan kasus malpraktik, sampel uji tertukar, tidak valid, dan hasil uji lab yang lama tersampaikan, bahkan hilang.

ALAT MEDSCUPE yang dibuat untuk memisah-misah hasil lab: sampel darah, fases, urin, dsb di rumah sakit agar tidak tertukar. (Foto: Dok Tim)

(20)

dikarenakan tenaga kerjanya atau alat yang digunakan, namun melihat semua itu pihak rumah sakit tak hanya tinggal diam. Kini di sejumlah rumah sakit sudah mulai dibangun mesin pipa penghantar specimen uji ke laboratorium.

Mengapa ini penting? Karena pada dasarnya specimen harus cepat diuji agar komponen di dalamnya tidak berubah. Selain itu juga menghindari peluang sampel tertukar saat semua dikerjakan secara manual. Sayangnya, mesin ini belum secara penuh mengontrol otomatis pengiriman sampel. Sesampainya sampel di ruang laboratorium, petugas masih harus memilah-milah sampel sesuai jenis untuk diantarkan ke tempat uji masiing-masing. Banyak sekali jenisnya, ada darah, urin, feses, jaringan,

sputum dan lain-lain. Darah sendiri masih banyak jenis

pemeriksaannya, terdiri dari uji plasma, eritrosit, leukosit, dan lain-lain.

“Hal ini membuka peluang tertukarnya sampel dan memakan waktu yang lebih lama. Itulah yang mengilhami tim PKM kami membuat sebuah terobosan baru dengan judul seperti diatas,” tambah Dedy.

Medscupe (Medical Specimens Cube Shipper) merupakan alat yang mempunyai sistem kendali dan kontrol spesimen berbasis pengolahan citra warna. Alat ini mampu meningkatkan efisiensi proses pelabelan maupun pengiriman spesimen pasien ke laboratorium, sehingga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kasus malpraktik sampel tertukar di laboratorium medis.

Efisiensi Medscupe terletak pada bagian pipa terakhir yang berhenti di ruang Lab medis rumah sakit. Medscupe memberikan percabangan otomatis yang memiliki kamera scanning citra solusi dan slot khusus pemisah sesuai warna yang dideteksi. Dengan begitu, specimen dengan cepat akan terklasifikasi dan sampai di tempat analisis jenis specimen masing-masing dengan tepat.

(21)

Berbicara kendala, Deny mengatakan sejak awal dalam proses pembuatan prototype alat ini memang sering ditemukan banyak kendala, mulai dari pembelian komponen sampai tahapan akhir yaitu programming dan scanning.

“Kita sekelompok tidak dari satu fakultas, yaitu dari dua fakultas: Voaksi dan Keperawatan, sehingga bisa dipastikan jam kuliah kami juga berbeda. Dampaknya, waktu untuk berkumpul untuk sekadar diskusi atau menyelesaikan alat ini juga susah, sehingga waktu ba’da salat maghrib sampai jam 22.00 malam selalu kami sisihkan untuk membuat alat ini setiap minggunya,” tambahnya.

Saat ditanya harapan kedepannya tentang prototype ini, Deny mempunyai harapan besar untuk bisa menjalin mitra dan alatnya bisa diterapkan mengingat urgency kebutuhan di pelayanan kesehatan.

“Saya berharap alat ini nanti bisa dipatenkan dan terlebih bisa digunakan di pelayanan kesehatan, dan juga semoga PKM KC ini mempu menembus PIMNAS dan pulang membawa juara untuk Universitas Airlangga,” katanya berharap. (*)

Penulis : Sucowati Dwi Jatis. Editor : Bambang Bes.

Perlu Perbaikan Administrasi

dalam

Pengelolaan

Cagar

Budaya di Surabaya

UNAIR NEWS – Peristiwa pembongkaran bangunan bekas tempat siaran Radio Bung Tomo, masih menjadi perbincangan serius.

(22)

Maklum, bangunan itu sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemkot Surabaya sebagai salah satu bukti pertempuran

arek-arek Suroboyo dalam memperjuangkan kemerdekaan RI.

Kala itu, Radio Bung Tomo merupakan sarana komunikasi vital sebagai alat perjuangan. Radio ini mulai mengudara pada tanggal 15 Oktober 1945, tiga hari sesudah PPRI berdiri (Soeara Rakjat, diakses pada 15 Oktober 1945). Bangunan tersebut berdiri tahun 1935 yang juga masuk dalam daftar Cagar Budaya sesuai SK Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/004/402.1.04 tahun 1998. Namun faktanya bangunan tersebut kini sudah rata dengan tanah.

”Itulah yang mendorong kami mahasiswa FISIP Universitas Airlangga melakukan penelitian tentang fenomena pembongkaran Bangunan Cagar Budaya Radio Bung Tomo itu,” kata Leny Yulyaningsih, ketua kelompok peneliti. Selain dia juga ada Parlaungan Iffah Nasution, dan Lisda Bunga Asih.

Mereka kemudian menuangkan penelitiannya ini ke dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKM-SH) dengan judul “Fenomena Pembongkaran Bangunan Cagar Budaya Radio Bung Tomo Terkait Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 dan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2005”.

Setelah diseleksi oleh Kemenristekdikti, proposal PKM-SH pimpinan Leny Yulyaningsih ini berhasil lolos, sehingga berhak memperoleh dana penelitian dari Dirjen Dikti dalam program PKM 2016-2017.

Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2010, kriteria bangunan cagar budaya adalah yang berusia minimal 50 tahun. Namun berdasarkan wawancara dengan tim Ahli Cagar Budaya di Surabaya, tahun 1997 bangunan tersebut pernah dipugar, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai bangunan Cagar Budaya.

Hal tersebut senada dengan penjelasan Prof. Ir. Johan Silas, Tim Ahli Cagar Budaya bahwa si pemilik itu (bangunan – red)

(23)

mengajukan ijin untuk memugar. Kemudian tim cagar budaya dengan pertimbangan itu mengijinkan pemugaran. Tetapi terjadi kekosongan atau kaget dengan undang-undang. Sehingga pengertian pembongkaran itu kemudian terjadi salah interpretasi.

“Bila ada ijin, maka menurut Perda itu, si pemilik bangunan bisa membongkar bangunan. Jadi, dia membongkar bangunan itu karena tidak ada undang-undang yang secara spesifik melarang. Nah itu yang terjadi. Jadi ijin pemugaran itu tidak mengaitkan dengan ijin membongkar, oleh karena itu dipersoalkan juga yang membuat Perda itu,” kata Johan Silas.

Jadi kalau dibaca kata-kata dalam Perda tersebut, bahwa “Seseorang dapat mengajukan ijin bukan merusak”. Sehingga dia membongkar. Artinya pada Perda itu ada kelemahan. Akhirnya menjadi salah kaprah semua. “Makanya ketika digugat ke pengadilan, hal itu dianggap sebagai pelanggaran ringan, karena tidak ada artikel Undang-undang yang spesifik melanggar,” tambah ahli tata-kota ITS itu.

Namun, proses kasus pemugaran tersebut hanya dapat ditindaklanjuti dengan Perda Kota Surabaya No. 5 Tahun 2005. Alhasil, PT Jayanatha (selaku pemugar Bangunan tersebut) dikenai denda Rp 15 juta dan menawarkan diri untuk membangun kembali bangunan Radio Bung Tomo.

“Jadi menurut tim kami, terhadap persoalan ini perlu adanya perbaikan administrasi dalam pengelolaan cagar budaya di Kota Surabaya,” kata Leny.

Solusi yang ditawarkan oleh Tim PKM-SH Leny Dkk ini, agar tidak terjadi kasus yang serupa pada cagar budaya lainnya, yaitu adanya policy brief berupa: (1) Membentuk model jaringan koordinasi antara pihak terkait untuk mencegah kesalahan komunikasi, (2) Merevisi beberapa bagian Perda Kota Surabaya No 5 Tahun 2005 agar sesuai dengan kebijakan yang baru yaitu UU No 10 Tahun 2011. Dan (3) Menyusun kembali struktur tim

(24)

cagar budaya Kota Surabaya untuk mendukung pemeliharaan cagar budaya di kota surabaya. (*)

Editor : Bambang Bes

Mengatasi

Trauma

Kepala

dengan Lapisan Otak Buatan

dari Nata De Coco

UNAIR NEWS – Air kelapa bisa sebagai bahan dasar pembuatan

Lapisan otak buatan? Kedengarannya ganjil, aneh, tetapi nyata. Itulah hasil inovasi mahasiswa Universitas Airlangga yang berhasil membuat duramater (lapisan otak) buatan untuk menangani cedera kepala yang berbahan dasar air kelapa.

Kelima mahasiswa UNAIR tersebut adalah Inas Fatimah (21, ketua tim), Fadila Nashiri (22), Karina Dwi Saraswati (22), Andini Isfandiary (22) dan Fathania Nabilla (20). Semuanya dari prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Univesitas Airlangga.

Dijelaskan oleh Inas, sejumlah 60% kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dimulai dengan terjadinya cedera kepala. Dari cedera kepala inilah membuat duramater robek, sehingga terjadi akumulasi darah antara duramater dan permukaan dalam tengkorak (inner surface). Untuk itulah dibutuhkan pembedahan dengan penggantian lapisan otak berupa duramater artificial.

Sedangkan duramater yang selama ini digunakan adalah duramater yang terbuat dari silikon. Padahal duramater yang terbuat dari silikon ini bersifat toksik, sehingga tidak aman apabila

(25)

diaplikasikan ke dalam tubuh.

Oleh karena itu dengan arahan dosen pembimbing Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., kelima mahasiswa tersebut mencoba membuat duramater artficial yang bersifat biokompatible, sehingga dapat diterima oleh tubuh.

“Kami mencoba memanfaatkan limbah yang selama ini dibuang yaitu air kelapa, sehingga dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat untuk digunakan sebagai lapisan otak buatan,” ujar Inas Fatimah, ketua kelompok.

Prosesnya, air kelapa itu difermentasikan dengan Acetobacter

xylinum sehingga menjadi selulosa bakteri, yang kemudian

ditambahkan kolagen untuk meningkatkan biokompabilitas, dan memicu pertumbuhan sel serta mengontrol kuat tariknya.

Durameter buatan itu yang menyerupai kertas tisu. (Foto:Dok Tim), FST

Penelitian yang dikemas dalam judul “Inovasi Duramater

Artifisial Selulosa Bakteri – Kolagen Dengan Plasticizer Pada Kasus Trauma Kepala” ini berhasil menarik perhatian Direktorat

Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemenristek Dikti, yang kemudian memberi dana pengembangan penelitian melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE).

(26)

Diterangkan oleh Inas, hasil temuan ini telah diuji menggunakan uji FTIR (Fourier Transform Infra Red) dengan ditemukannya gugus C-O stretching yang merupakan penyusun kolagen. Hasil kekuatan tarik tersebut 12,942 Mpa, jadi sesuai dengan nilai tarik standar duramater artificial yaitu pada rentang 0,6 – 16 Mpa.

Hasil Uji Sitotoksisitas Selulosa Bakteri – Kolagen – Gliserol menunjukkan persentase batas minimal sel hidup yaitu lebih dari 60%. Hal ini menandakan bahwa duramater artificial ini tidak bersifat toksik.

Inas menambahkan, kedepannya duramater ini akan dikembangkan untuk uji coba aplikasi pada hewan. “Tetapi berdasarkan hasil uji secara in-vitro, membran Selulosa bakteri – kolagen – gliserol memiliki potensi sebagai kandidat duramater artificial yang baik,” kata Inas yakin. (*)

Referensi

Dokumen terkait

dakwah Idad yang berahal dalam bidary khidup nalsD. &n nasFralGi, dm hdal nenpunyai nubungan

Kajian ini telah menunjukkan bahawa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahap tekanan kerja dengan komitmen dan kepuasan kerja dalam kalangan guru-guru

 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi dan pendapatan yang diperoleh dengan menggunakan bibit unggul menunjukkan hasil yang lebih tinggi sehingga petani

Pembuatan Laporan Akhir merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma 3 (D3) pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Here we will focus on the fuzzy set theory underlying (2), and present the basic def- initions and operations. Please be aware that the interpretation of fuzzy set theory in

Penelitian ini menginvestigasi implementasi penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Inggris SMPN RSBI Kota Padang. Berdasarkan temuan penelitian seperti dijelaskan

Hal ini nampak dari Tabel Data Keseluruhan Pengaduan dan Pemantauan Berita Kasus di Media yang penulis dapatkan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia, yang menyebutkan bahwa

Tabel 3.6 Data Pandangan Responden Terhadap Tingkat Kepentingan Karakteristik Ruang Parkir Solo Grand Mall .... commit to