• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI ANTARA SIFAT KEPRIBADIAN DENGAN GAYA BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORELASI ANTARA SIFAT KEPRIBADIAN DENGAN GAYA BELAJAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI ANTARA SIFAT KEPRIBADIAN DENGAN GAYA

BELAJAR

Setyorini setyorini@staff.uksw.edu Sumardjono Padmomartono sumardjonopm@staff.uksw.edu Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

ABSTRAK

Tujuan kajian ini yaitu mengidentifikasi korelasi antara sifat kepribadian dengan gaya belajar. Subyek penelitian berjumlah 102 mahasiswa Progdi BK, FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Digunakan adaptasi The Mini-International Personality Item Pool Scales versi Golberg, yang diadaptasi oleh Donnellan et al (2006), berisi 20 butir pernyataan dan Learning Styles Questionnaire/LSQ yang diadaptasi dari Peter Honey dan Alan Mumford (2010) yang berisi 80 butir pernyataan. Analisis korelasional Spearman Rho dengan temuan: 1) korelasi positif sangat signifikan antara sifat kepribadian extraversion dengan gaya belajar activist (r = 0,371**; p < 0,001) serta dengan gaya belajar pragmatist (r = 0,275**; p < 0,005). 2) korelasi positif signifikan antara sifat kepribadian conscientiousness dengan gaya belajar theorist (r = 0,247*; p < 0,012). 3) korelasi negatif signifikan antara sifat kepribadian neuroticism dengan gaya belajar pragmatist (r = - 0,236*; p < 0,017).

Kata kunci: sifat kepribadian, gaya belajar, mahasiswa prodi BK

PENGANTAR

Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran di pendidikan tinggi, preferensi mahasiswa dalam belajar atau gaya belajar, perlu dicermati para dosen. Kecenderungan mahasiswa menggunakan berbagai cara dalam menguasai dan mereproduksi pengetahuan yang diperoleh dalam kuliah disebut sebagai gaya belajar. Adakah perbedaan individual pada mahasiswa dalam menetapkan preferensi strategi belajar beserta kedalaman pemrosesan informasi yang berkaitan dengan sifat-sifat kepribadiannya? Furnham et al (Ibrahimoglu et al, 2013) menemukan mahasiswa yang bergaya belajar pragmatic mendapat skor tinggi pada sifat kepribadian extraversion sehingga diperoleh korelasi kuat antara sifat kepribadian dengan gaya belajar.

Kalangan pendidikan memahami kepribadian dosen dan mahasiswa berinteraksi pada proses pembelajaran. Poropat (2009) menyatakan The Five Factor Model of Personality/FMM mendapatkan konsensus tertinggi dalam kajian empirik sifat-sifat kepribadian. FMM merujuk pada kerangka deskriptif tentang fenomena kepribadian individu yang diamati. The Five Factor Model of Personality mentelaah sifat-sifat kepribadian melalui inventori kepribadian, yang mengukur 5 (lima) aspek

kepribadian yang masing-masing mencakup sejumlah traits/sifat-sifat kepribadian. Trait diartikan sebagai kwalitas individual yang menetap serta mencirikan seorang mahasiswa dari mahasiswa yang lainnya. Trait merangkum, meramalkan dan mendeskripsikan tindakan individu, menggambarkan disposisi, yaitu pola berperilaku yang melintas-batas berbagai situasi yang berbeda serta melampaui rentang waktu panjang.

(2)

MASALAH

Masalah penelitian ini dikemukakan sebagai berikut: Adakah korelasi yang signifikan antara sifat-sifat kepribadian dengan gaya belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga? PEMBAHASAN

Dalam pembahasan berikut akan dikemukakan fenomena gaya belajar dan sifat-sifat kepribadian mahasiswa.

Gaya Belajar

Gaya belajar diartikan sebagai pola berpikir, cara mengamati, memecahkan masalah dan mengingat informasi sewaktu mahasiswa menghadapi tugas pembelajaran. Gaya belajar relatif menetap dan meresap ke dalam berbagai situasi belajar. Honey dan Mumford (2000) mengartikan gaya belajar sebagai deskripsi sikap-sikap dan perilaku yang menentukan preferensi individu dalam belajar. Biasanya individu memiliki satu atau dua preferensi gaya belajar. Diasumsikan ada hubungan sebab akibat antara gaya belajar mahasiswa, strategi pembelajaran dosen dan hasil belajar mahasiswa, disamping terdapat berbagai strategi pembelajaran yang penetapannya ditentukan oleh tipe informasi dan kecakapan yang diupayakan dosen agar dikuasai oleh mahasiswa. Strategi pembelajaran dosen diupayakan untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam kelas pembelajaran, agar mahasiswa mendemonstrasikan kompetensi tertentu misalnya agar makin banyak mahasiswa yang cakap melakukan presentasi lisan di depan kelas sebagai representasi kapasitas berpikir dan penalaran mahasiswa.

Tiap mahasiswa memiliki gaya belajar yang khas sehingga ditemukan berbagai variasi gaya belajar mahasiswa. Makin akurat mahasiswa memahami kecenderungan gaya belajarnya, maka makin optimal mahasiswa mendaya-gunakan gaya belajarnya yang khas untuk menguasai bahan pembelajaran. Mahasiswa mencurahkan cara, proses dan hasil belajar yang berbeda-beda sehingga ditemukan banyak perbedaan individual dalam kelas pembelajaran. Berbagai variasi perorangan di kalangan mahasiswa ditunjukkan oleh adanya fakta bahwa mahasiswa cenderung menerapkan gaya belajar yang berbeda-beda, mahasiswa memiliki motivasi belajar yang berbeda dan antara satu mahasiswa dengan mahasiswa yang lainnya memiliki sifat-sifat kepribadian yang heterogen pula.

Parul dan Choudhary (2014) menemukan dari 100 mahasiswa keperawatan, sebagian besar mahasiswa (45%) bergaya belajar reflector, yaitu cenderung belajar melalui pengamatan, sehingga mahasiswa memerlukan banyak informasi sebagai bahan masukan sebelum mengambil keputusan atau bertindak. Ditemukan dosen keperawatan butuh melakukan asesmen secara akurat gaya belajar mahasiswa sebagai dasar untuk memadukan strategi pembelajaran yang sejalan dengan variasi gaya belajar mahasiswa.

Keaneka-ragaman mahasiswa diwarnai oleh latar belakang etnis, budaya dan asal sekolah dengan berbagai pengalaman belajar yang dihayatinya sehingga mahasiswa tampil di dalam kelas pembelajaran dengan gaya belajar yang berbeda-beda. Merebaknya berbagai jenis media pembelajaran yang efektif untuk mengemas informasi menyebabkan hadirnya multimedia sebagai pendamping buku teks. Perubahan dan kemajuan teknologi pembelajaran menghendaki agar dosen

(3)

menimbang kembali pola perkuliahan tradisional. Damrongpanit dan Reungtragul (2013) menyatakan dosen mestinya mendesain bahan dan strategi pembelajaran yang bervariasi selaras dengan keaneka-ragaman gaya belajar mahasiswa.

Honey dan Mumford (2000) membedakan pebelajar ke dalam empat golongan, yaitu activist, reflector, theorist dan pragmatist. Cano dan Hughes (dalam Sarabdeen, 2013) menyatakan sumbangan Honey dan Mumford dalam menganalisis gaya belajar individu amat produktif untuk membangkitkan kepedulian dosen pada fakta perbedaan individu dalam situasi pembelajaran. Budiningsih (2012) mendeskripsikan karakteristik gaya belajar versi Honey dan Mumford sebagai berikut.

Gaya Belajar Atribut Kegiatan

Activist

Activist: Belajar melalui berbuat dan berpartisipasi Activist senang melibatkan diri dan berpartisi-pasi aktif dalam berbagai kegiatan untuk mendapat pengalaman baru; mudah diajak berdialog, berpikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain dan mudah percaya; sering kurang menimbang secara matang sebelum bertindak; lebih didorong kesenangannya untuk melibatkan diri. Dalam belajar, activist senang pada penemuan baru, seperti pemikiran dan peng-alaman baru akan tetapi cepat bosan dengan imple-mentasi kegiatan yang butuh waktu lama.

brainstorming, pemecahan masalah, diskusi kelompok, teka-teki, kompetisi, bermain peran

Theorist Theorist : Belajar memahami teori dengan sejelas-jelasnya

Theorist cenderung amat kritis; suka meng-analisis, berpikir rasional dengan penalaran; segala sesuatu dikembalikan pada teori, konsep atau hukum-hukum; tidak menyukai pendapat atau penilaian yang subyektif. Dalam mengambil keputusan, theorist penuh dengan pertimbangan, sangat skeptif dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.

model, statistik, cerita, kutipan, informasi latar belakang, menerapkan teori

Pragmatist Pragmatist: Belajar melalui saran dan teknik dari orang yang berpengalaman

Pragmatist memiliki sifat yang praktis; tidak suka berpanjang lebar dengan teori, konsep, dalil; baginya yang penting adalah aspek praktis; sesuatu bermanfaat jika dipraktikkan; sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktikkan dan bermanfaat bagi kehidupan.

perlu waktu untuk berpikir, cara menerap-kan pembelajaran dalam realitas, studi kasus, pemecahan masalah, diskusi

Reflector Reflector:Belajar dengan mengamati orang lain dan berpikir sebelum bertindak

Reflector berlawanan dengan Activist; ketika bertindak, reflector amat hati-hati dan penuh pertim-bangan: baik-buruk, untung-rugi, diperhitungkan cermat dalam mengambil keputusan; tidak mudah dipengaruhi sehingga cenderung konservatif.

diskusi berpasangan, kwesioner analisis diri, kwesioner kepribadian, mengamati kegiatan, umpan balik orang lain, wawancara

(4)

Lima Aspek Kepribadian/The Five Factor Model Of Personality

The Five Factor Model of Personality adalah turunan teori trait yang populer digunakan untuk menjabarkan kepribadian individu, yang merupakan pendekatan untuk memeriksa individu melalui trait yang tersusun dalam lima aspek kepribadian, yaitu openness to experiences, conscientiousness, extraversion, agreeableness, neuroticism.(Donnellan, Oswald, Baird dan Lucas, 2006).

McCrae dan Costa (Feist dan Feist, 1998) setuju dengan pandangan Eysenck bahwa sifat-sifat kepribadian bersifat bipolar dan mengikuti distribusi berbentuk lonceng. Artinya kebanyakan orang mendapat skor mendekati nilai tengah tiap sifat, hanya beberapa orang saja yang dinilai ekstrem, sebagaimana penjelasan berikut: 1) Neuroticism: individu dengan skor tinggi neuroticism cenderung mudah menjadi

cemas, temperamental, mengasihani diri, sadar diri, emosional dan rapuh terhadap gangguan yang berkaitan dengan stres. Sedangkan individu dengan skor rendah neuroticism (disebut emotional stability) biasanya tenang, bertemperamen lembut, puas diri dan tidak mudah sensitif/amat perasa.

2) Extraversion: individu dengan skor tinggi extraversion cenderung penuh perhatian, mudah bergabung, aktif berbicara, menyukai kelucuan, aktif dan bersemangat. Sedangkan pribadi dengan skor rendah extraversion cenderung tidak peduli, pasif, serius, penyendiri, pendiam dan kurang sanggup mengekspresikan emosi yang kuat.

3) Openness to Experiences atau Intellect/Imagination: individu dengan skor tinggi openness to experiences cenderung kreatif, imajinatif, penuh ingin tahu, liberal, memiliki minat yang beraneka-ragam, lebih menyukai keaneka-ragaman, memiliki kebutuhan besar akan kedekatan dan memperoleh rasa nyaman dari hubungannya dengan orang-orang dan hal-hal yang dianggap akrab. Individu konsisten mencari pengalaman-pengalaman yang beraneka-ragam, cenderung mempertanyakan nilai-nilai tradisional. Sedangkan individu dengan skor rendah openness to experiences cenderung konvensional, lebih realistik, konservatif dan tidak begitu ingin tahu, tidak akan mencari pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda dan lebih terpaku pada hal-hal yang sudah dikenal dan diulang-ulang.

4) Agreeableness: Agreeableness membedakan individu yang lemah lembut dengan pribadi yang berhati kejam. Individu dengan skor tinggi agreeableness cenderung mudah mempercayai siapapun, murah hati, suka menolong, dapat menerima keadaan dan baik hati. Sedangkan individu dengan skor rendah agreeableness mudah curiga, pelit, tidak ramah, mudah terluka dan gemar mengkritik orang lain. 5) Conscientiousness: Conscientiousness menjelaskan individu yang tertib dan

teratur, penuh pengendalian diri, terorganisasikan, ambisius, fokus pada pencapaian dan disiplin diri. Individu dengan skor tinggi conscientiousness cenderung pekerja keras, peka terhadap suara hati, tepat waktu dan tekun. Sedangkan individu dengan skor rendah conscientiousness cenderung tidak terorganisasikan, malas, ceroboh, tidak berarah tujuan dan tampak mudah menyerah jika menghadapi tugas pembelajaran yang sulit.

(5)

Metode Penelitian

Alat pengumpul data gaya belajar menggunakan Learning Styles Questionnaire/ LSQ, diadaptasi dari Peter Honey dan Alan Mumford (2010) yang berisi 80 butir pernyataan. Diperoleh koefisien validitas butir mulai dari 0,302 sampai dengan 0,830. Selanjutnya reliabilitas Alpha Cronbach gaya belajar activist sebesar 0,837; gaya belajar reflector = 0,907; gaya belajar theorist = 0,906 dan gaya belajar pragmatist = 0,908. Disimpulkan reliabilitas tiap jenis gaya belajar adalah reliabel pada kategori dapat diterima. Sedangkan untuk mengukur aspek-aspek kepribadian mahasiswa digunakan adaptasi The Mini-International Personality Item Pool Scales versi Golberg, diadaptasi oleh Donnellan et al (2006), berisi 20 butir pernyataan. Dihasilkan koefisien validitas butir dari 0,538 sampai dengan 0,772. Reliabilitas Alpha Cronbach Extraversion = 0,800; Conscientiousness = 0,812; Neuroticism = 0,818; Agreeableness = 0,822; serta Intellect/Imagination = 0,839; yang berarti reliabilitas tiap aspek kepribadian termasuk reliabel pada kategori dapat diterima.

Analisis Deskriptif Preferensi Gaya Belajar Mahasiswa BK

Perolehan data preferensi gaya belajar mahasiswa dianalisis secara deskriptif, dilanjutkan dengan pengkategorian perolehan skor tiap mahasiswa. Statistik deskriptif gaya belajar mahasiswa dirangkum pada Tabel 1. berikut.

Tabel 1. Statistik Deskriptif Gaya Belajar Mahasiswa (N = 102) Gaya Belajar Activist Gaya Belajar Reflector Gaya Belajar Theorist Gaya Belajar Pragmatist Mean 12,36 15,98 12,75 14,65 Std. Deviation 4,794 4,423 5,623 4,489 Range 15 16 16 17 Minimum 5 4 3 3 Maximum 20 20 19 20

Statistik deskriptif dimensi kepribadian mahasiswa dirangkum pada Tabel 4. berikut.

Tabel 2. Statistik Deskriptif Dimensi Kepribadian Mahasiswa (N= 102)

Ekstraversion Agreeableness Conscientiousness Neuroticism Intellect_ Imagination Mean 13,75 16,63 15,17 11,17 12,44 Std. Dev. 4,228 3,415 3,815 4,236 4,038 Range 16 13 15 15 14 Minimum 4 7 5 5 6 Maximum 20 20 20 20 20

Pada Tabel 2. rerata skor kelima dimensi kepribadian mahasiswa berdasarkan urutan rerata skor tertinggi sampai yang terendah yaitu: (1) Agreeableness, rerata 16,63. (2) Conscientiousness, rerata 15,17. (3) Extraversion, rerata 13,75. (4) Intellect/ Imagination, rerata 12,44. (5) Neuroticism, rerata 11,17.

(6)

Tabel 3. Korelasi Aspek Kepribadian dan Gaya Belajar Mahasiswa (N = 102) Spearman's rho Extraversion Conscientiousness Neuroticism

Activist 0,371** (0,000) - - Theorist - 0,247* (0,012) - Pragmatist 0,275** (0,005) - - 0,236* (0,017) ** Korelasi positif signifikan pada taraf 0,00 (uji 2-ekor)

* Korelasi positif signifikan pada taraf 0,05 (uji 2-ekor)

Tabel 3. menunjukkan korelasi antara skor Extraversion dan skor gaya belajar Activist menghasilkan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,371** dengan p = 0,000 < 0,01. Disimpulkan ada korelasi sangat positif signifikan antara skor skor Extraversion dan skor gaya belajar Activist. Artinya, makin tinggi skor Extraversion, maka makin tinggi pula skor gaya belajar Activist mahasiswa. Skor Conscientiousness dan skor gaya belajar Theorist menghasilkan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,247* dengan p = 0,012 < 0,05. Disimpulkan ada korelasi positif signifikan antara skor skor Conscientiousness dan skor gaya belajar Theorist.

Selanjutnya Tabel 3. juga memperlihatkan korelasi antara skor Extraversion dan skor gaya belajar Pragmatist dengan hasil koefisien korelasi sebesar sebesar rxy = 0,275** dengan p = 0,005 < 0,01, disamping ditemukan pula korelasi antara skor Neuroticism dan skor gaya belajar Pragmatist sebesar rxy = – 0,236* pada p = 0,017 < 0,05. Artinya, makin rendah skor Neuroticism, maka makin tinggi skor gaya belajar Pragmatist mahasiswa.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bukti yang meyakinkan adanya korelasi antara sifat kepribadian dengan gaya belajar. Sifat kepribadian extraversion mahasiswa berkorelasi positif sangat signifikan dengan gaya belajar activist dan gaya belajar pragmatist; sedangkan sifat kepribadian conscientiousness berkorelasi secara positif signifikan dengan gaya belajar theorist. Di lain pihak, sifat kepribadian neuroticism berkorelasi secara negatif signifikan dengan gaya belajar pragmatist.

Sifat kepribadian extraversion, meliputi sifat suka bicara, energetik dan asertif/mantap diri. Extraversion merujuk pada tingkat kenyamanan mahasiswa dalam berinteraksi dengan orang lain, yaitu senang bergaul, mudah bersosialisasi, hidup berkelompok dan tegas. Extraversion berkorelasi positif signifikan dengan gaya belajar activists, yaitu mahasiswa amat terserap pada pengalaman belajar yang serba baru, bersikap terbuka dan amat antusias dalam beraktivitas, menangani masalah melalui curah-pendapat, suka belajar bersama-sama orang lain dan menikmati terlibat dalam berbagai aktivitas.

Sifat kepribadian extraversion juga berkorelasi dengan gaya belajar pragmatist; mahasiswa pragmatist tekun mencobakan gagasan, teori dan teknik baru ke dalam eksperimentasi ke kehidupan yang praktis. Mahasiswa pragmatist

(7)

mengutamakan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang praktis serta berupaya menemukan cara-cara yang lebih efektif dalam menghadapi masalah.

Sifat kepribadian conscientiousness mencakup sifat terorganisasikan, berpikir menyeluruh dan hidup secara terencana. Conscientiousness amat berhati-hati dalam melakukan tindakan, penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan serta memiliki disiplin diri yang tinggi dan dapat dipercaya, dapat diandalkan, bertanggung jawab, tekun dan berorientasi pada pencapaian. Conscientiousness berkorelasi dengan gaya belajar theorist. Mahasiswa theorist mengintegrasikan hasil-hasil pengamatannya ke dalam teori yang logis, memecahkan masalah melalui pola yang logis langkah demi langkah; condong serba menuntut kesempurnaan, menarik jarak, analitis dan mendasarkan diri pada obyektivitas, bertekun dengan asumsi, prinsip, teori, model dan berpikir secara sistem.

Sifat kepribadian neuroticism, sebagai kebalikan dari stabilitas emosi, mencakup sifat tegang, moody/mudah berubah emosinya dan cemas. Neuroticism merujuk pada kemampuan mahasiswa dalam memikul tekanan/stres; karakteristik negatif neuroticism yaitu mudah gugup, depresi, tidak percaya diri dan mudah berubah pikiran. Neuroticism berkorelasi secara negatif signifikan dengan gaya belajar pragmatist. Mahasiswa pragmatist bertekun dalam mencobakan gagasan, teori dan teknik dalam kehidupan praktis; suka bertindak cepat dan percaya diri pada gagasan yang menarik perhatiannya.

PENUTUP

Makalah hasil penelitian ini menunjukkan bukti yang meyakinkan adanya korelasi yang signifikan antara sifat kepribadian dengan gaya belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling. Sifat kepribadian extraversion berkorelasi positif sangat signifikan dengan gaya belajar activist dan gaya belajar pragmatist; sedangkan sifat kepribadian conscientiousness berkorelasi secara positif signifikan dengan gaya belajar theorist. Di lain pihak, sifat kepribadian neuroticism berkorelasi secara negatif signifikan dengan gaya belajar pragmatist.

Kalangan pendidikan memahami kepribadian dosen dan mahasiswa berinteraksi pada proses pembelajaran. Selanjutnya, dosen amat perlu melakukan asesmen secara akurat gaya belajar mahasiswa sebagai dasar untuk memadukan strategi pembelajaran yang sejalan dengan variasi gaya belajar mahasiswa, yang pada gilirannya tindakan ini akan lebih meningkatkan peran serta mahasiswa dalam kuliah sekaligus lebih memberi jaminan pada penguasaan kompetensi mahasiswa secara optimal.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Damrongpanit, Suntonrapot and Reungtragul, Auyporn. 2013. Matching of learning

styles and teaching styles: Advantage and disadvantage on ninth-grade students’ academic achievements. Educational Research and Reviews. Vol. 8(20). 23 October, 2013. Academic Journals. Http://www.academicjournals. org. E-mail: suntonrapot.d@msu.ac.th. Diunduh 1 Maret 2014.

Donnellan, M., Oswald, F., Baird, B., & Lucas, R. 2006. The Mini-IPIP Scales: Tiny-Yet-Effective Measures of the Big Five Factors of Personality. Psychological Assessment. Vol. 18, No. 2, 192-203.

Feist, J. and Fesit, G. 1998. Theories of Personality. Fourth Edition. New York: McGraw Hill Company.

Honey, P. and Mumford, A. 2000. The learning styles helper's guide. Maidenhead: Peter Honey Publications Ltd.

_____ . 2010. Learning Styles Questionnaire. Www.hrdevelopment.co.nz. Diunduh 1 Maret 2014.

Ibrahimoglu, Nurettin et al. 2013. The Relationship Between Personality Traits And Learning Styles: A Cluster Analysis. Asian Journal of Management Sciences and Education. Vol. 2 No. 3, July 2013. Http://www.ajmse.leena-luna.co.jp. Diunduh 1 Maret 2014.

Parul, Vikas Choudhary. January 2014. To Assess Preferred Learning Styles Among Nursing Students at Selected Colleges of Nursing, Haryana - India. Journal of Nursing Science dan Practice. Volume 5, Issue 2. www.stmjournals.com. Diunduh 1 Maret 2014.

Poropat, Arthur E. 2009. A Meta-Analysis of the Five-Factor Model of Personality and Academic Performance. Psychological Bulletin, American Psychological Association. 2009, Vol. 135, No. 2, 322–338 0033-2909/09/$12.00 DOI: 10.1037/a0014996. Diunduh 1 Maret 2014.

Sarabdeen, Jawahitha. 2013. Learning Styles and Training Methods. Communications of the IBIMA. Vol. 2013 (2013), Article ID 311167. Http://www.ibima-publishing.com/journals/CIBIMA/cibima.html. Diunduh 1 Maret 2014.

Gambar

Tabel 2. Statistik Deskriptif Dimensi Kepribadian Mahasiswa (N= 102)
Tabel 3. Korelasi Aspek Kepribadian dan Gaya Belajar Mahasiswa (N = 102)  Spearman's rho  Extraversion  Conscientiousness  Neuroticism

Referensi

Dokumen terkait

Sterilisasi cawan petri, pinset, scalpel dan gunting dilakukan dengan melapisi cawan petri, pinset, scalpel dan gunting dengan kertas dan dimasukkan ke

Jika di sisi penerima, file yang ingin dikirimkan sudah ada, tapi belum tentu sama (misalnya ukurannya lebih kecil/besar atau terdapat perbedaan karena versinya

Teori-teori sebagai landasan untuk menjelaskan fenomena atau sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian merupakan pijakan untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum

energi listrik yang cukup besar untuk menghasilkan cahaya yang sama dengan.

Terkait kebijakan dalam Peraturan Pemerintah No 46/2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang memiliki

Jenis pupuk yang digunakan petani stroberi di kelurahan Rurukan dan rurukan satu yaitu pupuk organik (pupuk kandang dan biotech) untuk pemberian nutrisi pada

Namun apabila diasumsikan virus ataupun bakteri yang dimaksud adalah dari penyakit lain, maka belum ditemukan adanya virus ataupun penyakit yang cocok dengan yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kelekatan orang tua dengan kedisiplinan