IDENTIFIKASI ABNORMAL RETURN PADA PERISTIWA PENGUMUMAN KABINET KERJA TANGGAL 26 OKTOBER 2014
Putri Cahyaningtyas dan Yanuar Rachmansyah Email [email protected]
ABSTRACT
Kabinet Kerja’ announcement event on 26 October 2014 is one of the events that make the LQ 45 index increased from Rp 868,05 to Rp 892,81. Increased stock index LQ 45 shows how susceptible the Indonesian Stock Exchange. Research purpose is to analyze the content of the information seen from avarage abnormal return arising as a reaction of ‘Kabinet Kerja’ announcement event and analyze differences in average abnormal return before and after of the event. Data analysis technique used is the One Sample t-Test and Paired Sample t-Test. With test One Sample t-Test result that on average there are significant abnormal return around the event periode, is exactly happened in the days after the event. Furthermore by using Paired Sample t-Test result that there is no difference in the average abnormal return before and after the ‘Kabinet Kerja’ announcement event.
Keywords : ‘Kabinet Kerja’ announcement event, average abnormal return, market efficiency, event study, index LQ 45
1. Pendahuluan
Investasi merupakan hal yang sangat menarik untuk dilakukan. Tujuan investor dalam melakukan investasi adalah memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan tersimpan dengan aman dan dapat mengambil kembali dengan mudah apabila sedang diperlukan. Namun keuntungan yang diperoleh tersebut tentunya juga akan sebanding dengan resiko yang dihadapi oleh para investor dimana keuntungan (return) yang tinggi akan memunculkan risiko (risk) yang tinggi pula. Beberapa hal yang harus dianalisa oleh para investor adalah bentuk produk, kelebihan dan kelemahan di masingmasing produk investasi. Investasi ini dilakukan di pasar keuangan yang pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu pasar uang dan pasar modal. Pada sektor pasar modal, risiko yang ditawarkan cenderung lebh tinggi dibandingkan dengan sektor yang lain. Namun pada sektor pasar mdal keuntungan (return) yang ditawarkan juga lebih tinggi. Pada prinsipnya, investor yang rasional ialah investor yang mengharapkan keuntungan (return) semaksimal mungkin dengan risiko (risk) tertentu atau keuntungan tertentu dengan risiko seminimal mungkin. Return dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Para investor tentunya termotivasi untuk melakukan investasi pada instrumen yang diinginkan dengan harapan untuk mendapatkan pengembalian investasi yang sesuai. Tanpa adanya keuntungan yang
dapat dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan mau melakukan investasi. Jadi setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return baik secara langsung maupun tidak langsung.
Return berupa return ekspektasi dan return realisasi. Return ekspektasi adalah return yang yang diharapkan oleh para investor di masa yang akan datang. Sedangkan return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Sehingga secara mudah return realisasi sifatnya sudah terjadi sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa datang. Sedangkan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return tidak normal (abnormal return) merupakan return diluar normal. Return yang normal adalah return yang diperoleh dari investasi untuk kondisi yang normal. Sedangkan abnormal return terjadi karena ada informasi baru atau peristiwa baru yang merubah nilai perusahaan dan direaksi oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan harga saham.
Efisiensi pasar diuji dengan melihat return tidak normal yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien apabila satu atau beberapa investor dapat menikmati return tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama. Peristiwa yang terjadi dapat dipelajari pengaruhnya harga saham di pasar, baik pada saat peristiwa itu terjadi maupun beberapa saat setelah peristiwa itu terjadi melalui studi peristiwa (event studies). Studi peristiwa dapat digolongkan menjadi pasar efisien semi kuat karena pengujiannya menggunakan informasi masa lalu dan masa kini (Trisnawati, 2011). Informasi dalam pasar modal datangnya tidak dapat diprediksi, sehingga reaksi yang terjadi dalam pasar modal juga mengalami pola yang sama, karena pasar akan bergerak ketika informasi datang. Menurut pengaruhnya informasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu pengaruh dari lingkungan ekonomi maupun lingkungan non ekonomi. Informasi ekonomi yang dimaksud seperti inflasi, masuknya perusahaan pesaing ke dalam ingkungan bisnis, suku bunga tabungan, suku bunga deposito, kurs valuta asing, corporate action seperti stock split, pembagian deviden, pengembangan produk baru, kesulitan keuangan, dan lain-lainnya (Permana et al., 2013)
Peristiwa-peristiwa politik merupakan salah satu bagian dari lingkungan non ekonomi. Peristiwa politik memang tidak mengintervensi bursa saham secara langsung, namun peristiwa ini merupakan salah satu informasi yang diserap oleh pelaku pasar modal dan digunakan untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang (Trisnawati, 2011). Dengan adanya persitiwa politik, maka saham-saham yang diperdagangkan dalam pasar modal akan melihatkan reaksinya. Apabila di suatu peristiwa politik mengandung sebuah informasi maka akan terjadi abnormal return. Sedangkan apabila suatu peristiwa tidak mengandung informasi maka tidak akan terjadi abnormal return (Kabela dan Hidayat, 2009). Informasi yang muncul akan mempengaruhi investor dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pasar akan bereaksi terhadap informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan yang baru.
Peristiwa pengumuman kabinet pada tanggal 26 Oktober 2014 merupakan salah satu peristiwa yang membuat Indeks saham LQ 45 meningkat dari Rp 868,05 sampai dengan Rp 892,81. Meningkatnya Indek Saham LQ 45 menunjukan begitu rentannya Bursa Efek Indonesia, akan tetapi seberapa jauh reaksi yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut perlu Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu peristiwa diantaranya, Trisnawati (2011) telah melakukan penelitian tentang reaksi pasar modal terhadap peristiwa politik. Dalam jurnal yang diterbitkan Pekbis Jurnal Vol 3 No 3 yang berjudul Pengaruh Peristiwa Politik Terhadap Perubahan Harga Saham menggunakan data indeks saham LQ45. Peristiwa politik yang diuji adalah peristiwa Pemilihan Presiden pada tahun 2004 dan 2009, alat uji yang digunakan adalah One sample t-test. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa. Kabela dan Hidayat (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Peristiwa Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 8 Juli 2009 di Indonesia Terhadap Abnormal return di BEI menggunakan sampel indeks saham LQ45. Alat uji yang digunakan untuk menganalisis data adalah one sample test dan paired sampl t-test. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan terdapat rata-rata abnormal return disekitar peristiwa dan tidak terdapat perbedaan ratarata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti akan mengkaji lebih lanjut tentang pengaruh peristiwa politik terhadap abnormal return saham. Meningkatnya Indek Saham LQ 45 menunjukan begitu rentannya Bursa Efek Indonesia, akan tetapi seberapa jauh reaksi yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut perlu pembuktian yang lebih mendalam baik dari segi harga atau abnormal return, sehingga dengan demikian pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut : Apakah peristiwa Pengumuman Kabinet di Indonesia mempunyai kandungan informasi yang dilihat dari signifikansi rata-rata abnormal return pada periode diseputar tanggal Pengumuman Kabinet yaitu tanggal 26 Oktober 2014 ? dan Apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum peristiwa Pengumuman Kabinet dengan setelah peristiwa Pengumuman Kabinet tersebut ?
2. Materi dan Metode
Populasi dalam penelitian ini adalah semua saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai pada tahun 2014, dan dibatasi pada saham-saham yang termasuk indeks saham LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Agustus 2014 sampai dengan Januari 2015. Alasan digunakannya indeks saham LQ 45 adalah karena penelitian yang berbasis event study terutama untuk periode harian, memerlukan emiten-emiten yang bersifat liquid dengan kapitalisasi terbesar sehingga pengaruh suatu event dapat diukur dengan segera dan relatif lebih akurat (Indarti, 2003). Selain itu, saham LQ 45 merupakan saham-saham yang aktif diperdagangkan di bursa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan salah satu cara pengambilan sampel tidak acak
(non-random sampling) yaitu metode purposive sampling. Sesuai dengan namanya pemilihan sampel dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga beberapa kriteria tertentu perlu ditentkan. Dalam metode pemilihan sampel ini, informasi mengenai kondisi populasi telah benar-benar diketahui dengan baik dan tidak perlu diragukan lagi (Hamdani, 2003). Kriteria yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
1.
Perusahaan yang dijadikan sampel merupakan perusahaan aktif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia2.
Perusahaan yang dijadikan sampel bersifat liquid3.
Perusahaan yang dijadikan sampel tergabung dalam indeks saham LQ 45 dalam periode Agustus 2014 sampai dengan Januari 20154.
Sampel yang terpilih ini benar-benar menunjukan bahwa nantinya return saham tersbut benar-benar bersih dari confounding effect yang ditimbulkan oleh perusahaan. Kriteria-kriteria ini diambil supaya penelitian ini bisa lebih terfokus kepada kemungkinan pengaruh yang timbul akibat adanya peristiwa Pengumuman Kabinet.Penelitian ini menggunakan metode analisis event study yang banyak dipakai dalam penelitan-penelitian event study, antara lain oleh Chandra et al. (2014), Trisnawati (2011) dan Permana et al. (2013). Pertama kali yang dilakukan adalah menentukan periode penelitian. Untuk periode pengamatan yang digunakan dibagi menjadi periode estimasi yang ditetapkan sepanjang 30 hari. Sedangkan periode jendela atau periode peristiwa ditetapkan selama 11 hari yaitu lima hari sebelum tanggal peristiwa (t-5) sampai dengan lima hari setelah tanggal peristiwa (t+5). Event Window (periode jendela) sebagai periode pengamatan merupakan periode yang akan dihitung pada hari -5,-4,-3,-2,-1 (untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran informasi), hari 0 (reaksi pasar pada tanggal pengumuman) dan hari +1,+2,+3,+4,+5 (untuk mengetahui kecepatan reaksi pasar) . Karena peristiwa Pengumuman Kabinet yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2014 jatuh pada hari minggu, maka hari Senin tanggal 27 Oktober 2014 diasumsikan sebagai event day.
Penggunaan periode jendela (event period) pada lima hari sebelum dan lima hari sesudah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengamatan 1 minggu sebelum peristiwa dan 1 minggu setelah peristiwa di dalam hari perdagangan saham, yaitu aktif selama 5 hari dalam satu minggunya. Hal ini juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa abnormal return yang terjadi benar-benar karena peristiwa Pengumuman Kabinet bukan karena peristiwa lainnya. Sedangkan 30 hari yaitu periode estimasi untuk menghindari bias yang dapat timbul dari fluktuasi nilai beta. Menurut Indarti (2003) menyatakan untuk menghindari bias sebaiknya dipilih beta dengan periode estimasi yang mendekati event period, yaitu selama 41 hari pengamatan. Yang tentunya akan dilakukan koreksi atas nilai beta untuk menghindari bias penelitian.
3. Hasil dan Pembahasan
Setelah diperoleh data-data dan hasil perhitungan seperti pada tabel-tabel diatas, langkah berikutnya adalah melakukan pengujian secara statistik terhadap
data-data dan hasil perhitungan tersebut untuk menjawab hipotesis-hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Sebelum dilakukan pengujian lebih lanjut akan dilakukan uji normalitas terlebih dahulu agar tidak melanggar asumsi dasar dari alat statistik yang digunakan
Tabel 1 Pengujian Normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov AAR N Normal Mean Parametersa,b 11 - ,0029 Std. Deviation ,0100 7 Most Extreme Absolute Positive ,333 ,222 Differences Negative -,333 1,105 Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed) ,174 Test distribution is Normal.
Sumber : data sekunder diolah, 2015
Pengujian normalitas dilakukan pada rata-rata abnormal return ke 45 sampel saham selama 11 periode penelitian. Sehingga diketahui N sebanyak 11, mean (rata-rata) adalah -0,0029 dengan standar deviasi sebesar 0,01007. Nilai asympton signifikansi secara 2 arah abnormal return pada peristiwa adalah sebesar 0,174. Menurut Ghozali (2009) data telah terdistribusi normal jika nilai signifikansi dari hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari α 5% (> 0,05) dan tidak terdistribusi secara tidak normal apabila lebih kecil dari α 5% (< 0,05). Dengan demikian peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,050, hal ini berarti bahwa semua data rata-rata abnormal return pada peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja tersebut terdistribusi secara normal.
Hipotesis pertama akan menguji apakah terdapat abnormal return yang signifikan selama peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja. Untuk melihat ada atau tidaknya abnormal return selama periode penelitian pada Pengumuman Kabinet Kerja akan dicari dengan menggunakan uji One Sampel t Test.
Tabel 2 Uji beda abnormal return selama periode peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja 26 Oktober 2014
One-Sample t-Test
t Df Sig. (2tailed)
AR_5 -1.410 44 .165
AR_4 .857 44 .396
One-Sample t-Test t Df Sig. (2tailed) AR_2 -.592 44 .557 AR_1 -.881 44 .383 AR0 .121 44 .904 AR1* -2.293 44 .027 AR2 -.357 44 .723 AR3 1.625 44 .111 AR4 1.752 44 .087 AR5 -1.217 44 .230
Sumber : data sekunder diolah, 2015
Berdasarkan one sample t-Test dilakukan dengan tingkat sgnifikansi 5 % diperoleh data seperti yang dilihat pada Tabel 4.5. Pada periode AR_5 yaitu tanggal 20 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,165. Hal ini berarti pada hari kelima sebelum peristiwa, tidak terdapat abnormal return yang signifikan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat abnormal return yang signifikan ditolak. Reaksi investor pada periode AR_5 menunjukan reaksi yang negatif, yang belom terindikasi pasar bereaksi. Hal ini diduga disebabkan karena adanya peristiwa Pelantikan Presiden pada tanggal ini, selain itu para pelaku pasar modal masih fokus kepada harapan mereka terhadap Presiden terpilih.
Periode AR_4 yaitu tanggal 21 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,396. Hal ini berarti pada hari keempat sebelum peristiwa, tidak terdapat abnormal return yang signifikan. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat abnormal return yang signifikan ditolak. Reaksi investor pada periode AR_4 menunjukan reaksi yang positif. Hal ini diduga disebabkan adanya isu bahwa Pengumuman Kabinet akan dilakukan dua hari setelah Pelantikan Presiden sehingga para pelaku pasar modal menaruh harapan besar terhadap peristiwa tersebut, Periode AR_3 yaitu tanggal 22 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,770. Hal ini berarti hari ketiga sebelum peristiwa, tidak terdapat abnormal return yang signifikan . Reaksi investor pada periode AR_3 menunjukan reaksi positif. Hal ini diduga disebabkan adanya isu bahwa Pengumuman Kabinet akan dilakukan pada waktu ini yaitu tanggal 22 Oktober 2014, sehingga para pelaku pasar modal memberikan tanggapan yang berlebihan dengan adanya informasi tersebut. Periode AR_2 yaitu tanggal 23 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,557. Hal ini berarti hari kedua sebelum peristiwa, tidak terdapat abnormal return yang signifikan . Reaksi investor pada periode AR_2 menunjukan reaksi negatif. Hal ini diduga disebabkan adanya kekecewaan dari para pelaku pasar modal karena mundurnya jadwal Pengumuman Kabinet, sehingga ekspektasi dari investor lebih besar daripada kenyataan yang ada di pasar.
Periode AR_1 yaitu tanggal 24 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,383. Hal ini berarti satu hari sebelum peristiwa, tidak terdapat abnormal return yang signifikan. Reaksi investor pada periode AR_1 menunjukan reaksi negatif. Hal ini diduga disebabkan adanya kebocoran informasi tentang menteri-menteri
yang akan dilantik. Salah satunya bocornya nama Ignasius Jonan yang telah didengar oleh para investor. Periode AR0 yaitu tanggal 27 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,904. Hal ini berarti pada saat peristiwa berlangsung tidak terdapat abnormal return yang signifikan. Reaksi investor pada saat peristiwa menunjukan reaksi positif. Investor menaruh harapan besar terhadap menteri-menteri yang terpilih, sehingga terlihat ada tanggapan berlebihan. Tanggapan yang berlebihan inilah yang membuat investor bereaksi secara positif.
Periode AR1 yaitu tanggal 28 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,027. Hipotesis yang menyatakan adanya abnormal return yang signifikan diterima. Pada periode ini para investor menerima tingkat pengembalian yang tidak biasa. Adanya abnormal return yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja mempunyai kandungan informasi. Reaksi yang ditunjukan investor adalah reaksi negatif. Hal ini berarti investor mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih kecil daripada tingkat pengembalian yang diharapkan. Periode AR2 yaitu tanggal 29 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,723. Hal ini berarti hari kedua setelah peristiwa tidak terdapat abnormal return. Reaksi investor pada periode AR2 menunjukan reaksi negatif. Sama seperti hari sebelumnya investor masih mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih kecil daripada tingkat pengembalian yang diharapkan. Periode AR3 yaitu tanggal 30 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,111. Hal ini berarti hari ketiga setelah peristiwa tidak terdapat abnormal return. Reaksi investor pada periode AR3 menunjukan reaksi positif. Hal ini diduga disebabkan adanya gebrakangebrakan baru yang dilakukan oleh menterimenteri sehingga investor mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih besar daripada yang diharapkan.
Periode AR4 yaitu tanggal 31 Oktober 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,087. Hal ini berarti hari keempat setelah peristiwa tidak terdapat abnormal return. Reaksi investor pada periode AR4 menunjukan reaksi positif. Sama seperti hari sebelumnya investor masih mendapatkan tingkat pengembalian yang leih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapkan. Hal ini berarti investor membuat tanggapan yang berlebihan atas gebrakangebrakan yang dilakukan menteri-menteri terpilih. Periode AR5 yaitu tanggal 3 November 2014 diperoleh signifikansi sebesar 0,230. Hal ini berarti pada hari terakhir pengamatan tidak terdapat abnormal return. Reaksi investor pada periode AR5 menunjukan reaksi negatif. Investor mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih kecil daripada tingkat pengembalian yang diharapkan. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya berita yang beredar di masyarakat tentang latar belakang salah satu menteri terpilih kurang memenuhi syarat sebagai menteri.
Hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kabela dan Hidayat (2009) yang menyebutkan bahwa terdapat rata-rata abnormal return disekitar peristiwa. Dalam konsep pasar efisien maka akan dilihat seberapa cepat suatu informasi akan mengubah kondisi pasar saham. Pada tabel 4.5 dapat dilihat abnormal return secara signifikan hanya terjadi pada AR1 ( satu hari setelah peristiwa ), sedangkan pada periode lainnya yaitu AR_5, AR_4, AR_3, AR_2, AR_1, AR0, AR2, AR3, AR4, AR5 tidak terjadi abnormal return secara signifikan
atau harga dalam keadaan normal. Hal ini menunjukan bahwa informasi secara cepat dapat mempengaruhi harga sekuritas. Menurut Fama (1991) apabila abnormal return yang terjadi dapat secara cepat kembali ke posisi normal maka pasar dapat dikatakan efisien setengah kuat. Sehingga pada periode penelitian pasar dapat dikatakan ke dalam bentuk pasar efisien setengah kuat. Informasi yang ada pada peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja telah menjadi informasi publik (umum) yang artinya informasi telah tersebar dipasar. Informasi inilah yang menyebabkan investor bereaksi secara berlebihan (overreaction hypothesis ). Ditunjukkan pada periode AR1 tabel 4.5 yang dapat diterjemahkan semua investor pada periode tersebut bereaksi dengan cepat dan mendorong investor menerima tingkat pengembalian yang tidak biasa. Hal ini diduga investor sangat menaruh harapan terhadap menteri-menteri yang dipilih sehingga terjadi overreaction pada investor. Kembalinya harga pasar dalam keadaan normal setelah periode AR1 diduga disebabkan investor telah menyadari kesalahannya, maka pada periode AR2, AR3, AR4 dan AR5 terjadi perbaikan keadaan saham kembali setelah munculnya.
Hipotesis kedua akan menguji apakah terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji paired sample t test. Hasil pengujian perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman kabinet kerja disajikan pada tabel 3 berikut:
Tabel 3 Uji beda abnormal return saham sebelum dan sesudah pengumuman Kabinet Kerja 26 Oktober 2014
Paired Differe nces T Df Sig. (2tailed) Mean Pair 1 Sebelum – Sesudah ,00643 1,357 44 ,182 Sumber : data sekunder diolah, 2015
Pengujian Paired Sampel t-Test dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi 5 % ( 0,05 ). Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh taraf signifkansi sebesar 0,182. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil t tabel lebih besar daripada taraf signifikansi, yaitu 0,182 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja ditolak, sedangkan Ha yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja diterima.
Rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja, yaitu terdapat perbedaan sebesar 0,0065. Tetapi perbedaan tersebut sangat tipis sehingga tetap dianggap tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja. Pada tabel 4 juga menginformasikan bahwa rata-rata abnormal return sebelum peristiwa
Pengumuman Kabinet Kerja lebih tinggi daripada sesudah peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja. Diduga para pelaku pasar modal menaruh harapan besar terhadap Presiden terpilih tetapi sebaliknya investor tidak menaruh harapan yang besar terhadap menteri-menteri yang diumumkan. Hal ini terlihat pada rata-rata abnormal return sebelum peristiwa adalah 0,0001 sedangkan rata-rata abnormal return sesudah peristiwa adalah -0,0065.
Tabel 4 Rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Sebelum Sesudah 0,0001 45 0,00710 0,00106 0,00447 -0,0065 45 0,03001
Sumber : data sekunder diolah, 2015
Hasil pengujian hipotesis kedua ini sama dengan hasil penelitian Trisnawati (2011) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa. Karena nampaknya peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja dianggap oleh pasar sebagai peristiwa politik yang dapat mengancam kestabilan ekonomi dalam negeri, dimana pasar menganggap sebagai bad news yang mengakibatkan pelaku pasar menanggapi kejadian tersebut secara negatif ( terlihat pada rata-rata abnormal return yang negatif ). Adanya kebocoran informasi juga diduga menjadi penyebab tidak adanya perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah. Kebocoran informasi inilah yang dijadikan sinyal oleh para pelaku pasar modal, sehingga investor telah melakukan antisipasi.
Indonesia termasuk negara yang memiliki country risk/ political risk yang tinggi (Trisnawati, 2011). Selain itu pasar modal juga dipengaruhi oleh sentimen para pelaku investor pada kualitas masing-masing menteri terpilih. Pada saat menteri-menteri Kabinet Kerja diumumkan pasar bereaksi secara positif, tapi sentimen pasar berubah pada saat informasi tentang jenjang pendidikan salah satu menteri yang dirasa kurang memenuhi kualifikasi muncul. Hal ini juga menunjukan bahwa investor bereaksi secara berlebihan terhadap suatu informasi baru yang muncul.
Penganjur perilaku keuangan telah mampu menerangkan sejumlah kecenderungan yang secara negatif mempengaruhi kinerja investasi para investor berdasarkan karakteristik psikologi. Salah satunya adalah investor cenderung bertahan pada posisi kalah terlalu lama dan ‘menjual’ kemenangan terlalu cepat. Artinya investor lebih takut akan kerugian daripada nilai keuntungan sesuai yang di jelaskan pada teori prospek. Para investor lebih bersifat menunggu dan melihat dengan teliti atas peristiwa yang sedang berlangsung, hal tersebut yang diduga menjadi salah satu penyebab tidak adanya perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja.
Dalam behavioral finance berpendapat bahwa harga-harga saham akan menyesuaikan diri terhadap informasi dengan lambat, sehingga harus melihat tingkat pengembalan dalam jangka yang panjang untuk mendapatkan gamabaran
penuh ketidakefisienan pasar (Trisnawati, 2011). Adanya investor dengan reaksi berlebihan pada peristiwa tertentu dan kurangnya reaksi pada kasus lain disebabkan karena adanya investor yang memiliki infomasi dan investor yang tidak memiliki informasi. Investor yang memiliki informasi seringkali terlalu overconfident (keyakinan yang tinggi) atas pertimbangan pribadi yang mereka miliki dan mengabaikan kenyataan/ tanda-tanda di ranah publik, terutama jika kenyataan tersebut berlawanan dengan pertimbangan yang mereka miliki
5.
KesimpulanPeristiwa Pengumuman Kabinet Kerja pada tanggal 26 Oktober 2014 menyebabkan adanya fluktuasi harga saham di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat rata-rata abnormal return yang signifikan disekitar peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja, lebih tepatnya terjadi pada H+1 yaitu satu hari setelah peristiwa terjadi. Hal ini menunjukan adanya kandungan informasi sehingga pada peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja berdampak terhadap pasar. Kandungan informasi direspon secara cepat oleh pasar, hal ini dapat dilihat dengan adanya abnormal return hanya selama satu hari setelah adanya peristiwa. Reaksi pasar yang cepat menandakan bahwa pasar modal Indonesia dikategorikan bentuk setengah kuat. Selanjutnya dengan menggunakan uji Paired Sample t-Test diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa Pengumuman Kabinet Kerja. Hal ini menunjukan prediksi serta informasi yang diterima pelaku pasar modal relatif sama, sehingga tidak adanya overreaction yang timbul dari investor. Selain itu adanya beberapa informasi yang bocor mengenai menteri-menteri yang akan dilantik diduga juga turut memperkuat prediksi para pelaku pasar modal.
Daftar Pustaka
Anwar, Chairul. (2004) Studi Peristiwa Reaksi Pasar Terhadap Pemilihan Umum Tanggal 5 April 2004 Pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi & Bisnis 2.
Baker, H. Kent dan Nofsinger, John R. (2010) Behavioral Finance: Kolb Series in Finance.
Chandra, Chan Hengky, Anastasia, Njo dan Memarista, Gesti. (2014) Perbedaan Average Abnormal Return, Average Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Pemilu di Indonesia. Finesta 2: 114-118.
Dewi, Ni Putu Sentia dan Putra, I Nyoman Wijana Asmara (2013) Pengaruh Pengumuman Right Issue Pada Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham. E-journal Akuntansi Universitas Udayana 3: 163178. Fama, Eugene F. (1970) Efficient Capital Markets : A Review of Theory and
Empirical Work. The Journal of Finance 25.
Fama, Eugene F. (1991) Efficient Capital Markets: II. The Journal of Finance XLVI.
Fitriyani, Indah dan Sari, Maria M Ratna. (2013) Analisis January Effect Pada Kelompok Saham Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011. E-journal Akuntansi Universitas Udayana 4: 421-438.
Ghozali, Imam. (2009) Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gumanti, Tatang Ary dan Utami, Elok Sri. (2002) Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya. Jurnal Akuntansi & Keuangan 4: 54-68.
Hamdani, Muliawan. (2003) Metode Penelitian Dalam Bidang Ekonomi, Beberapa Pokok Pemikiran Mendasar, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank BPD Jateng.
Hartono, Jogiyanto. (2014) Teori Portofolio dengan Excel: Salemba Empat. Hidayat, Taufik dan Istiadah, Nina. (2011) Panduan Lengkap Menguasai SPSS
19 untuk Mengolah Data Statistik Penelitian, Jakarta Selatan: PT TransMedia. IDX. Sekolah Pasar Modal Level 1: Bursa Efek Indonesia. Indarti, Johana. (2003) Analisis Perilaku Return dan Aktivitas Volume
Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta. Universitas Diponegoro. Tesis. Kabela, Krisdumar dan Hidayat, Taufik. (2009) Pengaruh Peristiwa Pemilihan
Umum Presien 8 Juli 2009 Di Indonesia Terhadap Abnormal Return Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Prestasi 5.
Miller dan Modigliani. (1961) Signaling And "The Information Content Of Dividend" Hypothesis.
Mulatsih, Listiana Sri, Maskie, Ghozali dan Susanto, M Harry. (2009) Analisis Reaksi Pasar Modal Terhadap Pengumuman Right Issue di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Wacana 12. Ningsih, Ervina Ratna dan
Cahyaningdyah, Dwi. (2014) Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Pengumuman Kenaikan Harga BBM 22 Juni 2013. Management Analysis Journal 1.
Permana, Henry Tirta, Dr. Putu Anom Mahadwartha, S.E., M.M dan Bertha Silvia Sutejo, S.E., M.Si. (2013) Perbedaan Abnormal Return Pada Sektor Keuangan Sebelum Dan Sesudah Peristiwa Pilkada Gubernur DKI Jakarta 20 September 2012. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya 2. Tecualu, Melitina dan Megge, Rianny. (2010) Reaksi Pasar Modal Indonesia
Terhadap Peristiwa Bom Kuningan Tahun 2009. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis 10: 19-30.
Trisnawati, Fenny. (2011) Pengaruh Peristiwa Politik Terhadap Perubahan Harga Saham. Pekbis Jurnal 3: 528535.
Wijaya, Adityadharma. (2014) Pengujian Abnormal Return Pada Peristiwa Redenominasi Mata Uang di Turki. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya