memberikan perhatian yang sama kepada sang kakak anatara sebelum dan sesudah si adik lahir. Orangtua yang konsisten memperhatikan kebutuhan stimulasi dan memberikan perhatian kepada anak yang lebih tua, selain mengurangi kemungkinan munculnya masalah perilaku juga membantu anak-anak yang lebih tua untuk membentuk hubungan yang lebih baik positif dengan adiknya yang baru lahir.
Perlakuan orangtua terhadap masing-masing anak yang sama ataupun berbeda bisa dirasakan oleh anak karena mereka memiliki tingkat kepekaan yang memungkinkan mereka menilai apakah perlakuan yang diberikan orangtua mereka adil atau berat (Shawwaf,2003;Patten,1999). Howe dan Ross (Hetheringthon,1999) mengungkapkan bahwa anak bisa merasakan perubahan kasih sayang orangtua terhadap dirinya, khususnya yang terkait dengan kehadiran adik baru. Hal ini bisa menimbulkan persaingan antara saudara ketika orangtua mengubah pola interaksi ataupun kulaitas hubungan dengan anak yang lebih tua. Penelitian oleh Mc Hale dkk (2000) mendukung pendapat diatas, data yang didapat yaitu adanya hubungan keterlibatan ayah dan ibu dengan kualitas waktu orang tua dengan anak berhubungan dengan kerukunan saudara kandung dan
keterlibatan temporal yang dimiliki masing-masing anak.
Orangtua yang terdiri dari ayah dan ibu memiliki karakteristik yang khas
saat memperlakuan anak. Terdapat perbedaan peran dan perlakuan antara ayah dan ibu dalam mendidik anak-anaknya. Sebagai contoh ayah mempunyai tuntunan tinggi terhadap anak dalam hal akademik dibandingkan dengan ibu sehingga perlakuan ayah akan berbeda pada anak dengan prestasi lebih baik. Sedangkan ibu
Fatiasari menggunakan agresivitas pada saudara sebagai variabel dependen
sedangkan penelitian peneliti menggunakan hubungan saudara kandung sebagai
variabel dependennya. Perbedaan lainnya adalah pada alat ukurnya, dimana pada
penelitian ini peneliti juga menggunakan alat ukur skala yang dibuat oleh peneliti
sendiri berdasarkan dimensi teori dari Santrock.
Penelitian lain mengenai persepsi perlakuan orang tua yaitu dengan judul
"Children's Perception of the Fairness of Parental Preferential Treatment and
Their Socioemotional Well-Being " oleh Kramer, dkk. Subjek penelitian sebanyak
135 anak dengan usia saudara kandung mereka rata-rata 14.5 tahun. Hasil
penelitian yaitu secara umum ada peningkatan harga diri dan level masalah
perilaku internal yang lebih rendah pada anak jika mendapat perlakuan adil dari
orangtua.
Penelitian lain mengenai sibling relationship yaitu " Step in or Stay out?
Parent's in Adolescence Sibling " oleh McHale (2000). Hasil Penelitian adalah
ada 3 reaksi orang tua dalam mengatasi konflik sibling yaitu noninvolvement,
intervine, coach. Selain itu adanya perbedaan ayah dan ibu dalam memberikan
reaksi terhadap konflik sibling dan waktu yang dihabiskan bersama anak mereka
yang dapat mempengaruhi sibling pada remaja. Subjek penelitian beijumlah 185
orang, mempunyai paling tidak dua anak, dimana anak pertama berumur 15 dan
12
dalam Dolgin & Rice (2002)) menemukan bahwa remaja yang tidak popular diantara temannya tetapi ia memiliki kehangatan, kasih sayang dengan saudara mereka, maka remaja tersebut telah mempunyai level dukungan sosial yang memuaskan seperti halnya remaja yang popular, (d) Berperan sebagai teman, Kakak laki-laki atau perempuan yang lebih tua sering menjadi orang kepercayaan saudara yang lebih muda. Selain itu mereka akan saling menolong, dan berbagi
banyak pengalaman. Hubungan persaudaran sangat berguna bagi remaja putri,
yang lebih dekat dengan saudara mereka, dan melaporkan lebih banyak dukungan emosional yang didapat dari hubungan dengan saudara mereka.
Menurut Stewart saat ada orang asing anak yang lebih muda mendekati anak yang lebih tua, dan saudara yang lebih tua bertindak sebagai sumber kenyamanan, caregiving bagi adik laki-laki atau perempuanya. Stewart (Shaffer, 1994) menyebutkan tiga demensi dari hubungan saudara kandung yaitu : a. Saudaranya as attachment objects
Saudara yang lebih tua sering dijadikan sebagai objek lekat oleh saudaranya yang lebih muda. Hal ini menjadikan saudara lebih tua sebagai sumber kenyaamanan selain orangtua. Hasil penelitian menunjukkan saudara yang lebih muda sering mendekati saudara yang lebih tua terutama saat ada orang asing mendekat. Selain itu saudara lebih tua bertindak sebagai pengasuh, menjaga saudaranya yang lebih muda.
b. Saudaranya as sosial models
Saudara yang lebih tua merupakan model untuk ditiru oleh saudaranya yang lebih muda. Saat saudaranya bermain bersama dengan anak lain, saudara yang
memberikan penghargaan dan hukuman terhadap anak. (Hurlock,1993)
meyebutkan perlakuan ayah dan ibu adalah cara dan sikap ayah dan ibu
memperlakukan anak-anaknya, serta cara ayah dan ibu dalam memberikan hukuman dan peghargaan kepada anak-anaknya.
3. Bentuk-Bentuk Perlakuan Orangtua
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (Fatiasari,2001) ada delapan cara untuk melihat apakah orangtua bersikap menolak anaknya, yaitu : Orangtua memberikan
hukuman yang berat dan mengabaikan anak, orangtua mengacam akan mengusir
anak, orangtua tidak sepakat dengan anak dalam menyelesaikan masalah yang
tidak adil, orangtua memperlihatkan sikap curiga yang terus-menerus kepada
anak, orangtua tidak mau memberi materi berupa uang kepada anak, ada
perbedaan sikap orangtua terhadap anak-anaknya, tidak ada perhatian terhadap
segi positif yang ada pada anak, kesalahan anak dibesar-besarkan dan anak
terus-menerus dikritik
.Menurut Hurlock (1993) ada beberapa bentuk perlakuan orangtua yang
khas, yaitu :
a. Melindungi secara berlebihan
Perlindungan orangtua yang berlebihan mencangkup pengasuhan dan
pengendalian pada anak. Akibatnya menumbuhkan ketergantungan , kurang
percaya diri, dan frustasi.
22
didekat anak, sehingga rumah menjadi tempat yang bahagia dan
menyenangkan.
Demensi kedua dari perlakuan orangtua adalah kontrol. Tidak ada penelitian tentang konsekonsi antara perkembangan anak dengan bentuk atau
klasifikasi kontrol yang efektif. Peneliti sependapat bahwa empat control dibawah ini mempunyai efek positif dalam prilaku anak dan perkembanganya. Bentuk
control yaitu:
a. Mempersiapkan harapan yang tinggi dan melatih anak akan harapan tersebut. Standar yang dibuat harus masuk akal atau sesuai dengan umur. Misalnya orangtua tidak bisa mengharapkan anak umur dua tahun untuk duduk tenang selama dua jam tanpa melakukan apapun. Orangtua bisa mengharapkan anak umur dua tahun dapat duduk diam saat sedang membaca buku atau bermain
dengan mainnya bukan belari-lari. Nilai harapan tinggi yang dibuat oleh
orangtua ini dipengaruhi oleh budaya. Sebagai contoh negara Kenya,
anak-anak dinegara tersebut memiliki sikap prososial yang tinggi. Orangtua mereka
meletakan harapan yang tinggi pada anak untuk menolong mereka, misalnya
untuk menjaga saudaranya yang lebih muda atau menolong menyiapkan
makanan.
b. Melaksanakan peraturan secara konsisten
Melaksanakan aturan secara konsisten sudah dapat dilakukan saat anak
berusia 2 sampai 3tahun. Anak akan lebih mengikuti aturan jika dilaksanakan
secara konsisten, selain itu anak menunjukan lebih adanya kontrol. Bahkananak lebih sering berhenti sebelum mereka melanggar peraturan. Konsisten
Demensi ketiga dari perlakuan orangtua adalah keterlibatan atau
involvement. Keterlibatan dapat dijelaskan dengan melihat prilaku dan sikap
orangtua. Orang tua yang mempunyai keterlibatan yang tinggi dalam sikapnyasangat memperhatikan anak/ child centre. Oragtua tertarik dengan kehidupan anak mereka dan merasa bersalah saat lebih mengutamakan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri. Orangtua yang memiliki keterlibatan yang tinggi juga meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak mereka. Frekuensi interaksi merupakan tanda prilaku dari keterlibatan orangtua. Secara teori, ketika orangtua berinteraksi dengan anak mereka, keterlibatan tidak meliputi dua demensi perlakuan orangtua lainya. Keterlibatan yang tinggi bisa hangat dan orangtua menerima anaknya atau bisa dingin dan orangtua menolak anaknya, selain itu orangtua bisa saja memiliki control yang lemah atau kuat. Conger (1992, dalam berndt) mengatakan pada kehidupan hyata, keterlibatan yang tinggi biasanya hangat dan memiliki kontrol yang positif.
Satu hal yang penting dari kehangatan adalah responsive orangtua terhadap kebutuhan anaknya. Orangtua yang tidak terlibat, yang menghabiskan sedikit waktu dengan anak mereka, tidak memiliki responsive yang tinggi karena mereka sering absent ketika anak mereka membutuhkan mereka. Sama halnya dengan control yang positif, konsitensi dalam melaksanakan peraturan, tergantung dari frekuensi monitoring terhadap prilaku anak. Orangtua yang tidak terlibat tidak dapat melakukan monitoring ini. Anak-anak menderita ketika orangtua mereka tidak terlibat dalam kehidupan mereka. Orangtua yang menghabiskan
29
b. Ada hubungan positif antara persepsi terhadap perlakuan dan ibu dengan hubungan saudara kandung yang positif. Semakin positif persepsi anak terhadap perlakuan ibu maka hubungan saudara kandung yang positif semakin tinggi. Semakin negatif persepsi anak terhadap perlakuan ibu maka hubungan saudara kandung yang positif semakin rendah.