• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah sosiologi agama.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah sosiologi agama.pdf"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA DAN MASYARAKAT

AGAMA DAN MASYARAKAT

Makalah ini Disusun Guna memenuhi Tugas Makalah ini Disusun Guna memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sosiologi Agama Mata Kuliah Sosiologi Agama

Dosen Pengampu: Ahmad Abbas Mustofa M.Ag. Dosen Pengampu: Ahmad Abbas Mustofa M.Ag.

Disusun Oleh: Kelompok III Disusun Oleh: Kelompok III

Cica Afriany Cica Afriany

PRODI ILMU

AL-PRODI ILMU AL-

QUR’AN DAN TAFSIR 

QUR’AN DAN TAFSIR 

JURUSAN USHULUDDIN

JURUSAN USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU

2013

2013

(2)

A. Pendahuluan

Dengan singkat definisi agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai). Sosiologi angkat tangan mengenai hakikat agama, baiknya atau buruknya agama atau agama – agama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini sosiologi hanya sanggup memberikan definisi deskriptif (menggambarkan apa adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.

Definisi agama menurut Durkheim adalah suatu “sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus kepercayaan-kepercayaan dan  praktek- praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal.” Dari definisi ini ada dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu “sifat kudus” dari agama dan “praktek - praktek ritual” dari agama. Agama tidak harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural, tetapi agama tidak dapat melepaskan kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi, ketika salah satu unsur tersebut terlepas. Di sini terlihat bahwa sesuatu dapat disebut agama bukan dilihat dari substansi isinya tetapi dari bentuknya, yang melibatkan dua ciri tersebut.

B. Agama dan Masyarakat

1. Pengertian Agama dan Masyarakat

Dalam ensiklopedi Islam Indonesia, agama berasal dari kata Sangsakerta, yang pada mulanya masuk ke Indonesia sebagai nama kitab suci golongan Hindu Syiwa (Kitab suci mereka bernama agama).1  Kata itu kemudian menjadi dikenal luas dalam masyarakat Indonesia. Akan tetapi, dalam penggunaannya sekarang, ia tidak mengacu kepada kitab suci tersebut. Ia dipahami sebagai nama jenis bagi keyakinan hidup tertentu yang dianut oleh suatu masyarakat, sebagaimana kata dharma (juga dari bahasa sangsakerta), din (dari bahasa Arab), dan religi (bahasa latin) dipahami. Ada tiga pendapat yang dapat dijumpai berkenaan dengan arti harfi kata agama itu. Pertama mengartikan tidak kacau, kedua tidak pergi (maksudnya diwarisi turun temurun), dan ketiga jalan bepergian (maksudnya jalan hidup). Lepas dari masalah pendapat mana yang benar, masyarakat beragama pada umumnya memang memandang agama itu sebagai jalan hidup yang dipegang dan diwarisi turun temurun oleh masyarakat manusia, agar hidup mereka menjadi tertib, damai, dan tidak kacau.

1

(3)

Peter L. Berger melukiskan agama sebagai suatu kebutuhan dasar manusia, karena agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala kekacauan yang mengancam hidup manusia.2  Hampir semua masyarakat manusia mempunyai agama. Malinowski menyatakan: “Tidak ada bangsa, bagaimanapun primitifnya, yang tidak memiliki agama dan magi”. Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang diusahakan oleh suatu masyarakat untuk menangani masalah penting yang tidak dapat dipecahkan oleh tekhnologi dan tekhnik organisasi yang diketahuinya.

Banyak definisi yang dapat dijadikan pengertian untuk agama itu sendiri. Dengan singkat definisi agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai). Sosiologi angkat tangan mengenai hakikat agama, baiknya atau buruknya agama atau agama – agama yang tengah diamatinya.3  Dari pengamatan ini sosiologi hanya sanggup memberikan definisi deskriptif (menggambarkan apa adanya) yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami  pemeluk- pemeluknya. Definisi agama menurut Durkheim adalah suatu “sistem kepercayaan

dan praktek yang telahdipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus kepercayaan-kepercayaan dan praktek- praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal.” Dari definisi ini ada dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu “sifat kudus” dari agama dan “praktek - praktek ritual”  dari agama. Agama tidak harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural, tetapi agama tidak dapat melepaskan kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi, ketika salah satu unsur tersebut terlepas. Disini terlihat bahwa sesuatu dapat disebut agama  bukan dilihat dari substansi isinya tetapi dari bentuknya, yang melibatkan dua ciri tersebut. Sedangkan menurut pendapat Hendro puspito, agama adalah suatu jenis sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumya. Dalam kamus sosiologi, pengertian agama ada 3 macam yaitu: 1. Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual

2. Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri

3. Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural

2

 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. hal. 119.

3

(4)

2. Ruang lingkup Agama

Secara garis besar ruang lingkup agama mencakup:4 a. Hubungan manusia dengan Tuhannya

 b. Hubungan manusia dengan manusia

c. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya atau lingkungannya.

Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hal yang mutlak bagi orang yang beragama. Hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah. Ibadah di dalam agama berbeda dengan ibadah dalam agama yang lainnya. Ibadah dalam suatu agama bertujuan untuk mendekatkan manusia dengan Tuhannya. Maka, apabila manusia melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya, hubungannya dengan Tuhan akan semakin dekat.

Kemudian, dalam menjalani hidup manusia tidak dapat terpisah dengan manusia lain. Manusia adalah makhluk individual sekaligus juga makhluk sosial. Semua kegiatannya sehari-sehari selalu berkaitan dengan orang lain. Misalnya dalam masyarakat, adanya gotong royong membuktikan bahwa manusia membutuhkan bantuan orang lain, dan memerlukan orang lain untuk berinteraksi.

Bukan hanya kepada orang lain, manusia juga membutuhkan dan berkepentingan dengan makhluk hidup yang lain, juga termasuk lingkungan. tumbuh-tumbuhan, heman, dan lingkungan merupakan kesatuan yang bisa dikatakan tidak dapt dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam bersikap kepada hewan sekalipun, agama menjelaskan cara yang bajik.

3. Fungsi dan Peran Agama dalam Masyarakat

Menurut para ilmuwan sosial , kehidupan manusia yang terbentang sepanjang sejarah selalu dan tidak pernah luput dari bayang-bayang agama. Sudah diakui secara umum oleh  para pengkaji bahwa semua masyarakat yang dikenal di dunia ini, sampai batas tertentu  bersifat relijius.5

Ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari dalam mendiskusikan fungsi agama dalam masyarakat, yaitu kebudayaan, sistem sosial, dan kepribadian.6 Ketiga aspek itu merupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia, sehingga timbul pertanyaan sejauh mana fungsi lembaga agama memelihara sistem, apakah lembaga agama terhadap kebudayaan adalah suatu sistem, atau sejauh mana agama dapat mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya. Pertanyaan tersebut timbul

4

Ibid.

5

 Betty R. Scharf, Sosiologi Agama, Prenada Media, Jakarta, 2004. hal.33.

6

(5)

karena sejak dulu hingga sekarang, agama masih ada dan mempunyai fungsi, bahkan memerankan sejumlah fungsi.

Manusia yang berbudaya, menganut berbagai nilai, gagasan, dan orientasi yang terpola mempengaruhi perilaku, bertindak dalam konteks terlembaga dalam lembaga situasi di mana  peranan dipaksa oleh sanksi positif dan negatif serta penolakan penampilan, tapi yang  bertindak, berpikir dan merasa adalah individu itu sendiri.

Teori fungsionalisme melihat agama sebagai penyebab sosial agama terbentuknya lapisan sosial, perasaan agama, sampai konflik sosial. Agama dipandang sebagai lembaga sosial yang menjawab kebutuhan dasar yang dapat dipenuhi oleh nilai-nilai duniawi, tapi tidak menguntik hakikat apa yang ada di luar atau referensi transdental .7

Aksioma teori di atas adalah, segala sesuatu yang tidak berfungsi akan hilang dengan sendirinya. Teori tersebut juga memandang kebutuhan “sesuatu yang mentransendensikan  pengalaman” sebagai dasar dari karakteristik eksistensi manusia. Hali itu meliputi, Pertama,

manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian juga hal penting bagi keamanan dan kesejahteraannnya berada di luar jangkauan manusia itu sendiri. Kedua, kesanggupan manusia untuk mengendalikan dan mempengaruhi kondisi hidupnya adalah terbatas, dan  pada titik tertentu akan timbul konflik antara kondisi lingkungan dan keinginan yang ditandai oleh ketidakberdayaan. Ketiga, manusia harus hidup bermasyarakat di mana ada alokasi yang teratur dari berbagai fungsi, fasilitas, dan ganjaran.

Jadi, seorang fungsionalis memandang agama sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengatasi diri dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan; dan agama dipandang sebagai mekanisme penyesuaian yang paling dasar terhadap unsur-unsur tersebut.

- Fungsi agama terhadap pemeliharaan masyarakat ialah memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat. Contohnya adalaha sistem kredit dalam masalah ekonomi, di mana sirkulasi sumber kebudayaan suatu sistem ekonomi bergantung pada kepercayaan yang terjalin antar manusia, bahwa mereka akan memenuhi kewajiban bersama dengan jenji sosial mereka untuk membayar. Dalam hal ini, agama membantu mendorong terciptanya persetujuan dan kewajiban sosial dan memberikan kekuatan memaksa, memperkuat, atau mempengaruhi adat-istiadat. - Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai bersumber pada kerangka acuan yang

 bersifat sakral, maka norma pun dikukuhkan dengan sanksi sakral. Sanski sakral

7

(6)

itu mempunyai kekuatan memaksa istimewa karena ganjaran dan hukumannya  bersifat duniawi, supramanusiawi, dan ukhrowi.

- Fungsi agama di sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama baik antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang mempersatukan mereka.

- Fungsi agama sebagai sosialisasi individu adalah, saat individu tumbuh dewasa, maka dia akan membutuhkan suatu sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktifitasnya dalam masyarakat. Agama juga berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua tidak akan mengabaikan upaya “moralisasi” anak -anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadah secara teratur dan kontinu.

Masalah fungsionalisme agama dapat dianalisis lebih mudah pada komitmen agama. Menurut Roland Robertson (1984), dimensi komitmen agama diklasifikasik an menjadi :8

a. Dimensi keyakinan mengandug perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti kebenaran ajaran-ajaran tertentu.

 b. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu  perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secra nyata. Ini menyangkut hal yang berkaitan dengan seperangkat upacara keagamaan, perbuatan religius formal,  perbuatan mulia, berbakti tidak bersifat formal, tidak bersifat publik dan relatif

spontan.

c. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai  perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif tentang realitas tertinggi, mampu berhubungan dengan suatu perantara yang supernatural meskipun dalam waktu yang singkat.

d. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-orang yang  bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan

dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.

8

(7)

e. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku  perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki konsekuensi paling penting  bagi agama. Akibatnya adalah masyarakat makin terbiasa menggunakan metode empiris  berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalh kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas dan sering kali dengan pengorbanan lingkungan yang sakral. Menurut Roland Robertson, watak masyarakat sekular tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya, sediktnya peranan dalam  pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan-kebiasaan agama.

Umumnya, Kecenderungan sekularisasi mempersempit ruang gerak kepercayaan-kepercayaan dan pengalaman-pengalaman keagamaan yang terbatas pada aspek yang lebih kecil dan bersifat khusus dalam kehidupan masyarakat dan anggota-anggotanya.

Hal itu menimbulkan pertanyaan apakahan masyarakat sekuler mampu mempertahankan ketertiban umum secara efektif tanpa adanya kekerasan institusional apabila  pengaruh agama sudah berkurang.

4. Pengaruh Agama dalam Kehidupan Manusia

Jasa terbesar agama adalah mengarahkan perhatian manusia kepada masalah yang  penting yang selalu menggoda manusia yaitu masalah“arti dan makna”.9  Manusia membutuhkan bukan saja pengaturan emosi, tetapi juga kepastian kognitif tentang perkara- perkara seperti kesusilaan, disiplin, penderitaan, kematian, nasib terakhir. Terhadap persoalan tersebut agama menunjukan kepada manusia jalan dan arah kemana manusia dapat mencari  jawabannya. Dan jawaban tersebut hanya dapat diperoleh jika manusia beserta masyarakatnya mau menerima suatu yang ditunjuk sebagai “sumber” dan “terminal terakhir” dari segala kejadian yang ada di dunia. Terminal terakhir ini berada dalam dunia supra-empiris yang tidak dapat dijangkau tenaga indrawi maupun otak manusiawi, sehingga tidak dapat dibuktikan secara rasional, malainkan harus diterima sebagai kebenaran. Agama juga telah meningkatkan kesadaran yang hidup dalam diri manusia akan kondisi eksistensinya yang berupa ketidakpastian dan ketidakmampuan untuk menjawab problem hidup manusia yang berat. Para ahli kebuadayaan yang telah mengadakan pengamatan mengenai aneka kebudayaan berbagai bangsa sampai pada kesimpulan, bahwa agama merupakan unsur inti

9

(8)

yang paling mendasar dari kebudayaan manusia, baik ditinjau dari segi positif maupun negatif.

Para ahli kebuadayaan yang telah mengadakan pengamatan mengenai aneka kebudayaan berbagai bangsa sampai pada kesimpulan, bahwa agama merupakan unsur inti yang paling mendasar dari kebudayaan manusia, baik ditinjau dari segi positif maupun negatif. Masyarakat adalah suatu fenomena sosial yang terkena arus perubahan terus-menerus yang dapat dibagi dalam dua kategori : kekuatan batin (rohani) dan kekuatan lahir (jasmani).

10

  Contoh perubahan yang disebabkan kekuatan lahir ialah perkembangan teknologi yang dibuat oleh manusia. Sedangkan contoh perubahan yang disebabkan oleh kekuatan batin adalah demokrasi, reformasi, dan agama. Dari analisis komparatif ternyata bahwa agama dan nilai-nilai keagamaan merupakan kekuatan pengubah yang terkuat dari semua kebudayaan, agama dapat menjadi inisiator ataupun promotor, tetapi juga sebagai alat penentang yang gigih sesuai dengan kedudukan agama.

Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang  bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor)  dan pengaruh yang  bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative  factor).11  Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat, pengaruh yang bersifat integratif. Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.

Fungsi Disintegratif Agama adalah, meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai- beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.

10

http://anwarabdi.wordpress.com.03-12-2013.

11

(9)

5. Pengaruh Agama Terhadap Stratifikasi Sosial

Untuk memahami konsep stratifikasi sosial, kita dapat berpikir membandingkan kemampuan dan apa yang dimiliki anggota masyarakat satu dengan anggota masyarakat lainnya. Stratifikasi sosial muncul akibat ada gejala di mana masyarakat mempunyai  penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan, yakni  pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda

secara vertikal.12

Agama pun memberi dampak terhadap perubahan stratifikasi sosial. Seseorang yang  beragama akan dipandang lain yaitu sebagai manusia yang beragama dan memiliki nilai tertentu sesuai agamanya. Dalam kehidupan masyarakat, apabila seseorang memiliki kedalaman ilmu agama, maka ia akan dipandang hormat dan diperlakukan berbeda layaknya orang yang berilmu.

Di dalam ajaran sosiologi kita mengenal pengertian stratifikasi sosial yang mempunyai  pengertian yaitu, susunan berbagai kedudukan sosial menurut tinggi rendahnya dalam masyarakat. Seorang pengamat menggambarkan masyarakat sebagai suatu tanda yang berdiri yang mempunyai anak tanggga-anak tangga dari bawah keatas. Stratifikasi sosial itu tidak sama antara masyarakat satudengan yang lain karena setiap masyarakat mempunyai stratifikasi sosialnya sendiri . Jika jarak antara tangga yang satu dengan anak tangga yang ada diatasnya ditarik horizontal, maka terdapat suatu ruang. Ruang itu disebut lapisan sosial. Jadi lapisan sosial adalah keseluruhan orang yang berkedudukan lapisan sosial setingkat . Contoh  pengaruh agama terhadap stratifikasi padagolongan petani, sikap mental golongan petani terbentuk oleh situasi dan kondisi dimana merekahidup, yang antara lain adalah faktor klimatologis dan hidrologis seperti musim dingin danmusim panas, yang sejalan dengan musim kering dan musim penghujan. Golongan petani selalu bergumul dengan pemainan hukum alam (pertanian). Hukum cocok tanam kadang sulitdiperhitungkan secara cermat selalu bersandar pada kedermawanan alam yang datang lambat &tidak menentu. Maka kaum  petani lebih cenderung untuk mendayagunakan kekuatan-kekuatan magis (supra-empiris)

guna membantu mereka dalam menentukan hari yang tepat.

6. Kelestarian Agama dalam Masyarakat

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian lahir pemikiran-pemikiran yang berlandaskan pada pemikiran sekuler seperti pemikiran Max Weber yang mengatakan

12

(10)

 bahwa pada masyarakat modern agama akan lenyap karena pada masyarakat modern dikuasai olehteknologi dan birokrasi. Tetapi pemikiran tersebut itu belum terbukti dalam kurun waktu terkhir ini. Sebagai contoh yang terjadi di negara-negara komunis seperti Rusia, RRC, Vietnam yangmenerapkan penghapusan agama karena tidak sesuai dengan ideologi negara tersebut, tetapi beberapa orang berhasil mempertahankan agama tersebut, bahkan umat  beragama semakin meningkat. Dengan mengirasionalkan agama bahwa agama adalah sesuatu yang salah dalam pemikiran, tetapi dengan sendirinya umat beragama dapat berpikir dan mengetahui apa yangdipikirkan mengenai agama. Sehingga umat beragama dapat memahami apa arti sebuah agama dan manfaatnya.

Opini : semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang demikian dinamis, teori-teori lama kemudian mengalami penyempurnaan dan revisi, bahkan muncul pemikiran-permikiran lain. Pemeluk agama meyakini kebenaran agama sebagai kebenaran yang bersifat kekal, sementara kebenaran ilmu pengetahuan bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan kemampuan pola pikir manusia.

C. Kesimpulan

Agama dan masyarakat adalah dua elemen yang tidak dapat dipisahkan. Di mana ada kehidupan masyarakat, maka di sanalah agama terbentuk. Agama adalah satu elemen yang memiliki tatanan tersendiri, bersama dengan itu dapat mengatur dan mengarahkan  penganutnya. Selain itu juga agama memberikan jalan keluar dari masalah yang tidak dapat

diselesaikan secara rasionalisme.

Agama memiliki fungsi dan peran yang penting terhadap kehidupan masyarakat. Agama berfungsi dari berbagai segi kehiduoan manusia, baik untuk pemeliharaan masyarakat itu sendiri, pengukuhan nilai-nilai, serta sosialisasi masyarakat.

Pemeluk agama meyakini kebenaran agama sebagai kebenaran yang bersifat kekal, sementara kebenaran ilmu pengetahuan bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan kemampuan pola pikir manusia.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

 Nova Rizqiawaty, Sosiologi Agama, Kencana Mandiri, Jakarta, 2011. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. http://zahrinalia.wordpress.com/2013/01/22/4-agama-dan-masyarakat. Betty R. Scharf, Sosiologi Agama, Prenada Media, Jakarta, 2004. http//:Karinarisaf.blogspot.com.

http://anwarabdi.wordpress.com.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul “ Virtual

ditingkatkan dari nol ke suatu nilai kritis Kcr, disini mula-mula keluaran memiliki osilasi yang berkesinambungan. 3) Dari keluaran yang berosilasi secara

Untuk itu perlu dilakukan kajian yang lebih terperinci hingga pada tingkat subsektor atau bahkan komoditas yang menjadi kontribusi terbesar dalam mendukung

H a ttâ ; bazı köyler sırf bu gibi cariye ile evlenm ek suretiyle ortakçılık hizmetine dahil olan ve Beyliğe b ir bedeli hizmeti cariye veren ortakçılarla

Dalam penerapan restitusi memang tidak hanya satu penegak hukum saja yang menerapkan tetapi harus ada keterpaduan dan kerjasama dalam menerapkan restitusi kepada

Pembangunan Jalan Rabat Beton, Gertak Kayu dan Jembatan Gantung > PEMBANGUNAN JALAN RABAT BETON KUBURAN DUSUN TANJUNG KERJA PUTUSSIBAU UTARA, TANJUNG KERJA MEMUDAH KAN

Hasil percobaan menunjukkan bahwa ransum perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap; persentase bobot karkas jantan dan betina, punggung jantan dan betina, sayap

Skripsi dengan judul Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Masalah Sosial (Studi Kebijakan Publik Terhadap Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak