Klinik Dokter Keluarga FK UWKS
Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No. Berkas No. Berkas :: Berkas Pembinaan Keluarga
Berkas Pembinaan Keluarga No. RM No. RM ::
Puskesmas Krembung, Sidoarjo
Puskesmas Krembung, Sidoarjo Nama KK Nama KK : : Tn. Tn. SobirinSobirin
Tanggal kunjungan pertama kali 3 Agustus 2016 Tanggal kunjungan pertama kali 3 Agustus 2016
Nama pembina keluarga pertama kali: Ajung Satriadi, S.Ked Nama pembina keluarga pertama kali: Ajung Satriadi, S.Ked
Tabel 1.
Tabel 1. CATATAN KONSULCATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periodeTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan )
pembinaan )
Tanggal
Tanggal TingkatTingkat Pemahaman
Pemahaman Paraf Paraf Pembimbing Pembimbing Paraf Paraf KeterangaKeterangann
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. Sobirin: Tn. Sobirin Alamat
Alamat lengkap lengkap : : Banjar Banjar Kemuning, Kemuning, Kec, Kec, Sedati, Sedati, Kabupaten Kabupaten SidoarjoSidoarjo Bentuk
Bentuk Keluarga Keluarga : : NunclearNunclear Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yDaftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.ang tinggal dalam satu rumah.
No Nama No Nama Kedudukan Kedudukan dalam dalam keluarga keluarga L L / / P P UmurUmur (tahun)
(tahun) Pendidikan PekerjaanPendidikan Pekerjaan
Pasien Pasien Y / T
Y / T Ket.Ket. 1
1 Tn. Tn. Sobirin Sobirin Suami Suami L L 47 47 SMP SMP Nelayan Nelayan TT 2
2 Ny. Siti Ny. Siti Kholifah
Kholifah Istri Istri P P 47 47 SD SD IRT IRT YY 3
3 Nn. Khurotul Nn. Khurotul Aini
Aini Anak Anak ke-2 ke-2 P P 18 18 SMASMA
Karyawati Karyawati minimarket
minimarket TT 4
4 An. An. M. M. Alfian Alfian Anak Anak ke-3 ke-3 L L 15 15 SMP SMP PelajarPelajar TT 5
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
BAB II BAB II STATUS PENDERTTA STATUS PENDERTTA A. A. PENDAHULUANPENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari penemuan seorang pasien Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari penemuan seorang pasien ny. Siti Kholifah, berjenis kelamin perempuan dan berusia 47 tahun, dimana pasien ny. Siti Kholifah, berjenis kelamin perempuan dan berusia 47 tahun, dimana pasien terkena penyakit asma bronkiale sejak ± 10 tahun di wilayah Puskesmas Sedati, Banjar terkena penyakit asma bronkiale sejak ± 10 tahun di wilayah Puskesmas Sedati, Banjar Kemuning, Kabupaten Sidoarjo. Mengingat kasus ini banyak ditemukan di masyarakat Kemuning, Kabupaten Sidoarjo. Mengingat kasus ini banyak ditemukan di masyarakat baik
baik usia usia muda muda maupun usia maupun usia lanjut lanjut pada pada khususnya di khususnya di daerah daerah Puskesmas Puskesmas Sedati Sedati DesaDesa Sedati, Kabupaten Sidoarjo beserta permasalahannya seperti masih kurangnya Sedati, Kabupaten Sidoarjo beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan
pengetahuan masyarakat masyarakat penyebab penyebab terjadinya terjadinya asma asma bronkiale, bronkiale, cara cara pencegahan pencegahan agaragar tidak terjadi kekambuhan, serta akibat yang akan terjadi. Oleh karena itu, penting tidak terjadi kekambuhan, serta akibat yang akan terjadi. Oleh karena itu, penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B.
B. IDENTITAS PASIENIDENTITAS PASIEN Nama
Nama : Ny. Siti Kholifah: Ny. Siti Kholifah Umur
Umur : : 47 47 TahunTahun Jenis
Jenis Kelamin Kelamin : : PerempuanPerempuan Pekerjaan
Pekerjaan : : Ibu Ibu Rumah Rumah TanggaTangga Pendidikan
Pendidikan : : SDSD Agama
Agama : : IslamIslam Alamat
Alamat : Banjar : Banjar Kemuning, Kemuning, Kec. Kec. Sedati, Sedati, Kab. Kab. SidoarjoSidoarjo Suku
Suku : : JawaJawa Tanggal
Tanggal Periksa Periksa : : 3 3 Agustus Agustus 20162016
C.
C. AANAMNESISNAMNESIS 1.
1. Keluhan Keluhan Utama Utama :: Sesak nafas disertai batukSesak nafas disertai batuk 2.
2. Riwayat Riwayat Penyakit Penyakit Sekarang Sekarang ::
Pasien mengalami sesak nafas sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu. Pasien Pasien mengalami sesak nafas sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu. Pasien memang memiliki riwayat sesak nafas sejak usia remaja. Selama sakit, pasien memang memiliki riwayat sesak nafas sejak usia remaja. Selama sakit, pasien berobat
Sesak nafas dirasakan seperti tertindih benda berat di seluruh dada. Sesak nafas Sesak nafas dirasakan seperti tertindih benda berat di seluruh dada. Sesak nafas dirasakan mengganggu karena pasien benar-benar tidak bisa beraktivitas saat sesak, dirasakan mengganggu karena pasien benar-benar tidak bisa beraktivitas saat sesak, pasien hanya
pasien hanya mampu duduk dengan mampu duduk dengan posisi membungkuk untuk posisi membungkuk untuk mengurangi sedikitmengurangi sedikit sesaknya kadang pasien meminum air hangat, menyuruh suami pasien menggosok sesaknya kadang pasien meminum air hangat, menyuruh suami pasien menggosok punggungny
punggungnya a dengan dengan lap lap hangat hangat namun namun tidak tidak banyak banyak membantu. membantu. Sesak Sesak nafasnafas dirasakan
dirasakan
kadang ada suara ‘ngik
kadang ada suara ‘ngik
--ngik (mengi)’ dan kadang juga tidak ada “ngik
ngik (mengi)’ dan kadang juga tidak ada “ngik
--ngik (mengi)”
ngik (mengi)”
dan bertambah apabila digunakan beraktivitas, terkena kapuk saat dan bertambah apabila digunakan beraktivitas, terkena kapuk saat membersihkan kasur dan debu saat membersihkan rumah seperti menyapu, sesak membersihkan kasur dan debu saat membersihkan rumah seperti menyapu, sesak nafas juga disarakan saan memakan makanan seperti ikan, telor, ayam dan sesak nafas juga disarakan saan memakan makanan seperti ikan, telor, ayam dan sesak nafas berkurang apabila langsung diminumkan obat oleh pasien. Kurang lebih 2 nafas berkurang apabila langsung diminumkan obat oleh pasien. Kurang lebih 2 kali dalam sebulan pasien merasakan sesak timbul pada waktu malam atau kali dalam sebulan pasien merasakan sesak timbul pada waktu malam atau menjelang pagi akan mau sembahyang, sampai pasien istirahat duduk dengan posisi menjelang pagi akan mau sembahyang, sampai pasien istirahat duduk dengan posisi duduk membungkuk untuk memulai sembhyang. Keluhan sesak nafas dirasakan duduk membungkuk untuk memulai sembhyang. Keluhan sesak nafas dirasakan pasienpasien kambuh-kambuhan minimal kambuh-kambuhan minimal dalam dalam setahun setahun 3-4 3-4 kali kali serangan serangan namun namun akhir- akhir-akhir ini pasien sering mengalami sesak terutama saat menyapu, dibuat aktivitas akhir ini pasien sering mengalami sesak terutama saat menyapu, dibuat aktivitas berat
berat dan dan jika jika pasien pasien terlau terlau capai capai dan dan kurang kurang istirahat, istirahat, terakhir terakhir 2 2 kali kali ± ± dalam dalam 11 minggu
minggu yang yang lalu.lalu.
Pasien tidak mengeluh dada berdebar disangkal, nyeri dada, sesak saat tidur, Pasien tidak mengeluh dada berdebar disangkal, nyeri dada, sesak saat tidur, pasien tidur
pasien tidur biasanya menggunakan 1 biasanya menggunakan 1 bantal bahkan bantal bahkan kadang tidak mekadang tidak memakai bantal,makai bantal, sesak tidak dipengaruhi oleh posisi, pasien juga tidak merasakan cepat lelah saat sesak tidak dipengaruhi oleh posisi, pasien juga tidak merasakan cepat lelah saat berjalan atau
berjalan atau melakukan aktifitas melakukan aktifitas dan tidak dan tidak pernah terbangun pernah terbangun tiba-tiba tiba-tiba pada malampada malam hari karena sesak nafas. Tidak ada demam saat batuk atapun saat sesak, hari karena sesak nafas. Tidak ada demam saat batuk atapun saat sesak, kadang-kadang dirasakan pusing dan pusing hilang dengan sendirinya ketika digunakan kadang dirasakan pusing dan pusing hilang dengan sendirinya ketika digunakan istirahat.
istirahat.
Selain sesak nafas pasien kadang didahului dengan batuk terebih dahulu, batuk Selain sesak nafas pasien kadang didahului dengan batuk terebih dahulu, batuk kadang berdahak dan kadang batuk tidak berdahak (kering), jika berdahak, dahak kadang berdahak dan kadang batuk tidak berdahak (kering), jika berdahak, dahak yang keluar berwarna putih kental, tidak ada darah, tidak pernah batuk lama, tidak yang keluar berwarna putih kental, tidak ada darah, tidak pernah batuk lama, tidak merasakan nyeri telan, pasien mengatakan tidak pernah terjadi penurunan berat merasakan nyeri telan, pasien mengatakan tidak pernah terjadi penurunan berat badan,
badan, buang air buang air besar besar (BAB) dan (BAB) dan buang air buang air kecil kecil (BAK) tidak (BAK) tidak ada keluhan. ada keluhan. PadaPada kunjungan terakhir pasien mendapatkan obat seperti Amboxol, Salbutamol, kunjungan terakhir pasien mendapatkan obat seperti Amboxol, Salbutamol, Dexamethason, Aminofillin. Pasien mengakui minum obat yang diberi setiap kali Dexamethason, Aminofillin. Pasien mengakui minum obat yang diberi setiap kali berobat apabila keluhan sesak
berobat apabila keluhan sesak nafas dan batuk timbul. nafas dan batuk timbul. Pasien memeriksakan diri kePasien memeriksakan diri ke Puskesmas bila obat habis dan apabila keluhan mulai muncul. Apabila keluhan Puskesmas bila obat habis dan apabila keluhan mulai muncul. Apabila keluhan semakin parah pasien berobat ke rumah sakit umum sidoarjo.
3.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Riwayat batuk batuk lama lama : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat sakit sakit jantung jantung : : DiangkalDiangkal
Riwayat Riwayat batuk batuk darah darah : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat sakit sakit gula gula : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat tekanan tekanan darah darah tinggi tinggi : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat asma asma : : ++
Riwayat Riwayat alergi alergi obat/makanan obat/makanan ::
o
o Makanan Makanan : : Semua Semua jenis jenis ikan, ikan, ayam, ayam, telur,telur, udangudang o
o Obat Obat : : Amoxicilin, Amoxicilin, ParamexParamex
Riwayat Riwayat nyeri nyeri uluhati uluhati (Maag) (Maag) : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat pernah pernah operasi operasi : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat menjalani menjalani pengobatan pengobatan : : Pengobatan Pengobatan asmaasma
4.
4. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Riwayat keluarga keluarga dengan dengan penyakit penyakit serupa serupa : : Ibu Ibu pasien pasien menderita menderita sakitsakit
gatal dan kadang pilek atau bersin-bersin dan bila terkena debu dan hidung gatal dan kadang pilek atau bersin-bersin dan bila terkena debu dan hidung sering buntu biasanya sering pada pagi hari.
sering buntu biasanya sering pada pagi hari.
Riwayat Riwayat keluarga keluarga sakit sakit batuk batuk lama lama : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat sakit sakit jantung jantung : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat sakit sakit sesak sesak nafas nafas : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat sakit sakit gula gula : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat takanan takanan darah darah tinggi tinggi : : DisangkalDisangkal
5.
5. Riwayat KebiasaanRiwayat Kebiasaan
Riwayat Riwayat merokok merokok : : DisangkalDisangkal
Riwayat Riwayat keluarga keluarga yang yang tinggal tinggal satu satu rumah rumah merokok merokok : : disangkaldisangkal
Riwayat Riwayat Ayah/ibu Ayah/ibu merokok merokok : : Dulu Dulu ayah ayah pasien pasien Merokok Merokok ± ± 11
–
–
2 pack per 2 pack perhari hari
Riwayat Riwayat olah olah raga raga : : Jarang Jarang olah olah ragaraga
Riwayat pengisian waktu luang dengan membersihkan rumah serta terkadangRiwayat pengisian waktu luang dengan membersihkan rumah serta terkadang
berbincang-bincang dengan keluarga maup
berbincang-bincang dengan keluarga maupun tetangga.un tetangga. 6.
6. Riwayat Sosial EkonomiRiwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan istri dari
Pasien merupakan istri dari Tn. Sobirin. Ibu pasien sudah meninggal dan ayahTn. Sobirin. Ibu pasien sudah meninggal dan ayah pasien
orang anak, 1 anak perempuan dan 3 anak laki-laki, namun anak pertama pasien telah meninggal dunia karena terkena penyakit tiphoid. Pasien tinggal bersama suami dan ketiga anaknya di rumah. Selama ini pasien tidak bekerja dan hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga hanya menerima uang dari suaminya yang hanya seorang nelayan dengan jumlah penghasilan yang tidak tetap, dalam sehari kuranglebih Rp. 50.000
–
60.000 per hari dan pemberian dari anak pertamanya yang tidak tentu kuranglebih Rp. 400.000–
500.000,- per bulan itupun kadang tidak semuanya diberikan dalam bentung uang, namun diberikan dalam bentuk sembakom tetapi menurut pengakuan pasien selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Dengan penghasilan tersebut, pasien bisa memenuhi kebutuhan primer dan beberapa kebutuhan sekunder, seperti makan sehari-hari, pendidikan sekolah anak yang ke tiga usia dan anak keempatnya, biaya tagihanlistrik dan sepeda motor. 7. Riwayat Gizi.
Pasien biasanya makan sehari-hari antara 2 kali dalam sehari, karena pasien banyak mengalami alergi pada kebanyakan makanan kadang karena bosan pasien hanya makan sekali dengan nasi sebanyak satu centong sendok nasi diisi sayur, tahu dimasak bumbu pindang, tempe, kadang-kadang disertai daging walaupun jarang. Buah jarang dibeli, seperti rambutan atau pepaya dan pasien mulai
mengurangi makan ikan laut, telur, ayam, udang karena pasien sering merasakan gatal-gatal di wajahnya setelah mengkonsumsi makanan tersebut. Nyonya Siti Kesan status gizi normal.
D. PEMERIKSAAN FISIK UMUM a. Keadaan Umum
Tak tampak sakit, gaya berjalan normal, penampilan cukup, kebersihan cukup, b. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Kesadaran : komposmentis (GCS 4/5/6) Tensi : 120 / 90 mmHg
Nadi : 84 x/menit, reguler, isi cukup, kuat, simetris Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 36,7°C (axilla)
Status gizi :
TB : 163 cm IMT :
Berat Badan (kg)
(Berat Badan)
m
=
55
1, 63²
= 20,7
Klasifikasi IMT menurut WHO adalah ( Normal )c. Status Lokalis 1. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), eritema (-) 2. Kepala
Bentuk normocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah (-). 3. Mata
Konjuntiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), wama kelopak (coklat kekitaman), katarak (-/-), radang (-/-)
4. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
5. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
6. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal
7. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-) 8. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
9. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
Cor :
- I : iktus cordis tak tampak - P : iktus cordis tak teraba
- P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
- A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
I : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri P : Fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : Sonor/sonor
A : Suara nafas vesikuler (+/+), Rhonci (-/-), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I : Pergerakan dada kanan sama dengan kiri P : Fremitus raba kiri sama dengan kanan P : Sonor/sonor
A : Suara nafas vesikuler (+/+), Rhonci (-/-), whezing (-/-)
10. Abdomen
I : Dinding perut flat, venektasi (-) A : BU (+) normal
P : Supel, nyeri tekan (-) , hepar dan lien tak teraba P : Timpani seluruh lapang perut
11. Sistem Collumna Vertebralis
I : Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) P : Nyeri tekan (-)
P : Nyeri Ketok CV(-)
12. Ektremitas : palmar eritema (-/-) akral dingin oedem
13. Sistem genetalia : tidak dilakukan. 14. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal Fungsi Sensorik : dalam batas normal Fungsi motorik
15. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : Sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : Kualitatif ; GCS 4/5/6 dan kuantitatif compos mentis Afek : Appropriate
Psikomotor : Normoaktif
Proses pikir : Bentuk : Realistik
Isi : Waham (-), halusinasi (-), ilusi (-) Arus : Koheren
Insig : Baik E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan Pemeriksaan rontgen thoraks : Tidak dilakukan Pemeriksaan EKG : Tidak dilakukan F. RESUME
Pasien mengalami sesak nafas sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu. Pasien memang memiliki riwayat sesak nafas sejak usia remaja. Selama sakit, pasien berobat ke Puskesmas sedati yang berada dekat lumayan jauh dengan rumah. Sesak nafas dirasakan seperti tertindih benda berat di seluruh dada. Sesak nafas dirasakan mengganggu karena pasien benar-benar tidak bisa beraktivitas saat sesak, pasien hanya mampu duduk dengan posisi membungkuk untuk mengurangi sedikit sesaknya kadang pasien minum air hangat, menyuruh suami untuk menggosok punggungnya dengan lap yang direndam dengan air hangat jika sesak yang timbul ringan dapat membantu namun saat sesak yang timbul berat tidak banyak membantu. Sesak nafas dirasakan bertambah apabila digunakan beraktivitas, terkena debu saat membersihkan kasur dan
saat membersihkan rumah seperti menyapu, dan sesak nafas berkurang apabila langsung diminumkan obat oleh pasien. Keluhan sesak nafas dirasakan pasien kambuh-kambuhan minimal dalam setahun 3-4 kali serangan namun akhir-akhir ini pasien sering mengalami sesak terutama saat menyapu dan dibuat aktivitas berat seperti
RF + + + +
mencuci yang terlalu banyak, terkena dingin dan kadang saat lagi banyak masalah. Pasien mengatakan sesak kambuh terakhir kurang lebih 1 minggu yang lalu.
Selain sesak nafas pasien mengeluhkan batuk berdahak dan kadang tidak berdahak (kering), jika berdahak, dahak yang keluar berwarna putih kental, tidak ada darah. Sebelum sesak nafas sering didahului oleh batuk terlebih dahulu. Saat sesak kadang
ada suara ‘ngik
-ngik (mengi)’ dan kadang juga tidak ada ‘ngik
-ngik (mengi) dan nyeri dada tidak ada.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tak tampak sakit, compos mentis, status gizi normal. Tanda vital T : 120 / 90 mmHg, N : 84 x/menit, RR : 21 x/menit, S :36,7°C, BB : 55 kg, TB : 163 cm, status gizi - > Normal dan dari status lokalisnya dalam keadaan normal.
G. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS Diagnosis Biologis
1. Dypsneu et causa Suspek Asma Persiten Ringan Dianosa banding :
1. PPOK 2. TB
Diagnosis Psikologis
1. Pasien termasuk orang yang terbuka Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya 1. Status ekonomi cukup.
H. PENATALAKSANAAN Non Medikamentosa
a. Edukasi penderita dan keluarga tentang penyakit asma bronkiale yang diderita penderita.
b. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus, merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang, menetapkan pengobatan pada serangan akut, kontrol
secara teratur mengenai penyakit asma.
c. Meningkatkan pola hidup sehat meliputi meningkatkan kebugaran fisik, dan meningkatkan kebersihan lingkungan rumah.
d. Mengurangi stress tertentu, diharapkan pasien mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk kesembuhan pasien salah satunya dengan cara lebih banyak
memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Medika mentosa
1. Sabutamol 3 x 1 tab
2. Aminofilin 2 x 1 tab
3. Ambroxol 3 x 1 tab
4. Dexamethasone 0,5 mg 3 x 1 tab
Usul Pemeriksaan Penunjang di Puskesmas Sedati, Kab. Sidoarjo
1. Pemeriksaan darah lengkap
Usul pemeriksaan penunjang di luar Puskesmas Sedati, Sidoarjo (Rumah
Sakit Sidoarjo) : 1. Uji Faal Paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Pemeriksaan faal paru yang penting pada asma adalah PEFR, FEV 1,
PVC, FEV 1/ FVC. 2. Uji provokasi bronkus
Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus . Pemeriksaan uji provokasi bronkus mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti rendah, artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten, tetapi hasil positif tidak selalu berarti bahwa penderita tersebut asma
3. Pemeriksaan radiologi : Foto thoraks PA
Pada saat serangan foto thoraks akan tampak corakan paru yang meningkat. 4. Uji kulit alergi dan Imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusukan. Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak terdapat didaerahnya.
I. FOLLOW UP
Tanggal 5 Agustus 2016
S : Tidak ada keluhan sesak nafas maupun batuk, kadang-kadang merasakan
pusing, mual (-), muntah (-)
o Tanda vital :
Tensi : 110/70 mmHg, Respirasi : 21 x/menit, Nadi : 85 x/menit, Suhu : 36,7°C
o Status Generalis : S1 S2 tunggal reguler ( + ), gallop ( - ), wheezing dex et sin ( - ), Rhonki dex et sin ( - )
o Status Neurologis : dalam batas normal. o Status Mentalis : dalam batas normal.
A : Asma Bronkiale
P : Terapi medikamentosa berupa obat asma dan terapi non medika mentosa.
FLOW SHEET
Nama : Ny. Siti Kholifah
Diagnosis : Dyspneu et Causa Suspek Asma Persisten Ringan NO TGL Tensi mm Hg BB Kg TB Cm Status Gizi Foto Rontgen Thoraks KET 1 3/08/16 120/80 55 163 Gizi Normal Tidak dilakukan Ambroxol 3 x 1 Aminofilin 2 x 1 Dexamethasone 0,5 m 3 x 1 Salbutamol 3 x 1 2 5/08/16 110/70 55 163 Gizi Normal Tidak dilakukan Ambroxol 3 x 1 Aminofilin 2 x 1 Dexamethasone 0,5 m 3 x 1 Salbutamol 3 x 1
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari pasien, suami pasien (Tn. Sobirin), dan empat (4) orang anak, satu (1) anak laki-laki sudah meninggal dunia, satu (1) anak perempuan usia delapan belas tahun (18 tahun) dan dua (2) orang anak laki-laki dengan usia lima belas (15) tahun dan tujuh (7) tahun.
2. Fungsi Psikologi.
Hubungan keluarga pasien terjalin cukup akrab, namun kadang ada permasalahan di dalam keluarga namun permasalahan tersebut dapat diselesaikan bersama-sama dengan musyawarah sehingga beberapa permasalahan-permasalahan yang ada dapat diatasi dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan yang lain. Hubungan dengan ketiga anak pasien juga terjalin cukup baik. Sehari-hari pasien lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dengan memasak dan berbenah rumah. Untuk kebutuhan sehari-hari di dapat dari suami yang hanya seorang nelayan dan terkadang didapat dari pemberian anak yang keduanya. Meskipun penghasilan mereka berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Fungsi Sosial
Penderita adalah warga yang cukup aktif di RWnya dan selalu bergaul dengan tetangganya. Dalam kesehariannya penderita bergaul akrab dengan masyarakat di sekitamya seperti halnya anggota masyarakat yang lain. Kegiatan yang harus mengeluarkan biaya terlalu tinggi merupakan faktor penghambat lain bagi keluarga ini untuk aktif dalam kegiatan sosial, selain karena merasa kurang mampu baik dari materi maupun status sosial.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari uang pemberian suami dan pemberian dari anak kedua dengan total penghasilan sebesar kuranglebih Rp 50.000 - 60.000,- per hari. Kadang anak kedua memberikan uang kuranglebih Rp. 400.00 - 500.000,- per perbulan.
Penghasilan tersebut hanya digunakan untuk membiayai kehidupan pasien, dan ketiga anaknya. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya sekolah atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan sisanya ditabung untuk biaya tak terduga. Untuk kebutuhan air dengan menggunakan air sumur dan air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Untuk memasak memakai kompor gas. Makan sehari-hari Iauk pauk, tempe tahu, kadang daging, jarang buah dan frekuensi makan kadang satu sampai dua kali dala m sehari. Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas, dan pasien belum mempunyai kartu berobat.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien termasuk orang yang terbuka dan sering menyelesaikan masalah secara musyawarah dengan suaminya dan kadang dengan anak kedua pasien.
B. APGAR SCORE
AD APTATI ON
Selama ini dalam menghadapi masalah pasien terbuka dan sering memecahkan masalah dengan musyawarah sehingga bila menghadapi kesulitan atau masalah pasien dapat menyelesaikan dengan jalan keluar yang di buat oleh pasien, suaminya atapun kadang anak kedua-nya. Mengenai sakit yang diderita oleh pasien, pasien mengungkapkan kepada suami dan ketiga anaknya baik keluhan tentang penyakitnya yang mengganggu dalam menjalankan aktifitas sehari-hari sehingga suami dan anak-anak pasien mengerti.
Pasien tidak merasa berat dengan penyakit yang dideritanya dan mengaku masih dapat melakukan pekerjaan seperti biasa namun kadang saat sesak yang timbul pasien harus berhenti melakukan aktivitasnya. Pasien juga memeriksakan dirinya bila ada keluhan ke pusat pelayanan kesehatan yaitu ke puskesmas yang berada di desa tempat pasien tinggal sehingga untuk keperluan berobat kurang dapat dijangkau dengan cepat
karena lokasi yang lumayan jauh antara rumah dan tempat pela yanan kesehatan.
PARTNERSHIP
Suami Ny. Siti, ketiga anaknya dan tetangga Ny. Siti mendukung dalam upaya pengobatan sehingga Ny. Siti merasa penyakitnya bukan halangan untuk melakukan
GROWTH
Ny. Siti sadar bahwa ia harus bersabar dalam menghadapi penyakitnya yang harus teratur minum obat, menghindari makanan yang membuat penyakit pasien kambuh, kadang jika pasien ingin memakan makanan yang membuat alergi pasien terpaksa untuk memakannya karena pasien merasa bosan dengan makanan seperti biasanya yang terus-menerus pasien makan, serta menjaga pola hidup yang sehat.
AF F E CTI ON
Ny. Siti merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan keluarga cukup baik. Ny. Siti menyayangi keluarganya begitu pula sebaliknya sehingga masih dapat
dukungan dari suami, ketiga anaknya dan tetangganya untuk berobat.
RESOLVE
Ny. Siti merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari suami dan ketiga anaknya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena suami Ny. Siti harus bekerja dengan jadwal yang tidak tetap.
Total poin = 8 fungsi keluarga dalam keadaan baik atau sehat
Ny. Siti tidak bekerja dan hanya mengerjakan pekerjaan rumah serta mengurus anak ketiga dan keempat yang masih duduk di bangku sekolah.
APGAR Ny. Siti Terhadap Keluarga Sering/ selalu
Kadang-kadang Jarang/tidak A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahasdan membagi masalah dengan saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga sayamengekspresi-kan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll.
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan sayaTotal poin = 8 fungsi keluarga dalam keadaan baik atau sehat.
Tn. Sobirin bekerja sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setelah pulang dari laut Tn. Sobirin berkumpul bersama-sama untuk berbincang-bincang dengan
istri dan anak-anaknya.
APGAR Tn. Sobirin Terhadap Keluarga Sering/ selalu
Kadang-kadang Jarang/tidak A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahasdan membagi masalah dengan saya
√
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresi-kan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama
√
APGAR Nn. Khurotul Aini Terhadap Keluarga
Sering/ selalu
Kadang-kadang Jarang/tidak A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah.
√
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.
√
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresi-kan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll.
Total poin = 6 fungsi keluarga dalam keadaan kurang sehat.
Nn. Khurotul Aini bekerja sebagai karyawati di sebuah minimarket dengan jam kerja yang diatur dengan shiff yang telah diatur dan kadang-kadang juga mendapat jam lembur, sehingga semakin sedikit waktu untuk bersama-sama. Ketika sampai di rumah jarang membantu urusan rumah tangga karena lelah sehabis bekerja, sehingga kadang sulit
untuk membagi waktu untuk bersama-sama. C. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Sosial
Interaksi sosial yang cukup baik antar anggota keluarga, namun kurang baik dengan saudara hal ini disebabkan karena jarak pasien dengan saudara atau keluarga nya berjauhan. Partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun banyak keterbatasan
+
Cultural
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya kurang baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak
tradisi budaya yang sudah jarang diikuti seperti acara-acara yang bersifat hajatan, pengajian, sunatan, nyadran dll. Tetapi masih menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan
-Religius
Agama menawarkan pe-ngalaman spiritual yang haik untuk ketenangan in-dividu yang tidak didapat-kan dari yang lain
Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran agama cukup, hal ini dapat dilihat dari orang tua. Pasien taat dalam menjalankan sholat 5 waktu di rumah.
-Ekonomi
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, mampu mencukupi beberapa kebutuhan sekunder rencana ekonomi cukup memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup
-Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang memadai.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua + R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama.
masih rendah. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku, koran terbatas.
Medical
Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus terhadap kasus penderita
Cukup mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena letaknya lumayan dekat dengan rumah.
-Keterangan
Sosial (+) artinya, Ny. Siti cukup bersosialisasi dengan keluarga namun kurang dapat
bersosialisasi dengan saudara-saudara nya dikarenakan jarak yang jauh, hanya dapat berkumpul saat hari-hari tertentu. Sosialisasi dengan tetangga cukup baik serta merasa
cukup dipedulikan oleh keluarga dan tetangganya.
Cultural (-) artinya, Ny. Siti sering mengikuti kegiatan-kegiatan di sekitar
lingkungannya.
Religius (-) artinya, Ny. Siti tidak ada masalah dalam bidang agama, karena masih
tetap menjalankan perintah Nya dengan keadaan yang ada sekarang itu membantu / mempengaruhi ketentraman batin karena penderita dekat dengan Tuhan terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.
Ekonomi (-) artinya, keluarga Ny. Siti tidak menghadapi permasalahan dalam hal
perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang cukup dan beberapa dapat memenuhi kebutuhan sekunder.
Edukasi (+) artinya, Ny. Siti juga menghadapi permasalahan dalam bidang pendidikan.
Ny. Siti hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 6 Sekolah Dasar (SD), Ny. Siti juga kurang memahami tentang penyakit asma, faktor risiko dan cara penanganan pertama jika keluhan penyakitnya tersebut muncul.
Medical (+) artinya, Ny. Siti tidak memiliki kartu jaminan kesehatan sehingga
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap : RT 3 Banjar Kemuning, Desa Sedati, Kecamatan Sidoarjo. Bentuk Keluarga : Nuclear Family.
Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. Siti Kholifah Dibuat tanggal 4 Agustus 2016
Sumber : Data Primer, 4 Agustus 2016
Keterangan : : Meningggal : Pasien Ayah Px Pasien Ibu Px
E. INFORMASI POLA INTERAKSI Keluarga
Hubungan antara Ny. Siti dengan suami, ketiga anaknya cukup baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.
\
Keterangan : : Hubungan baik
F. PERTANYAAN SIRKULER
1. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh anak-anak penderita ? Jawab :
Anak anak akan bergantian untuk merawat dan menjaga penderita, serta mengantar pasien berobat ke puskesmas yang jaraknya dekat dengan tempat tinggal penderita. 2. Ketika anak penderita bertindak seperti itu apa yang dilakukan yang lain ?
Jawab :
Turut membantu dan saling mendukung.
3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan ? Jawab :
Dibutuhkan ijin dari suami yaitu Tn. Sobirin.
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita ? Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah Suami yaitu Tn. Sobirin karena anak kedua penderita sibuk bekerja dan jarang sekali menghabiskan waktu bersama di rumah, sedangkan anak ketiga dan keempat penderita juga jarang
dirumah sehabis pulang sekolah.
5. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien ? Jawab : Tidak ada
6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ? Jawab : Tidak ada
Penderita
Anak Penderita Suami Penderita
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. Identiflkasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga 1. Faktor Perilaku Keluarga
Ny. Siti adalah seorang ibu rumah tangga dan ibu dari ketiga anaknya. Pendidikan terakhir penderita adalah Sekolah Dasar (SD) kelas 6 dan tidak bekerja, hanya mengurus rumah dan kebutuhan sehari-hari. Pasien merasa kesehatanya terganggu sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu. Keluhan sesak nafas sering dirasakan, terakhir pasien menderita sesak nafas kurang lebih 1 minggu yang lalu. Tetapi dalam bersosialisasi dengan lingkungannya masih dapat dilakukan. Suami dan anak pasien saling bergantian menjaga pasien apabila kondisi pasien mulai tidak enak. Penderita belum banyak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya namun pasien sudah mulai mengetahui apa yang menyebabkan dan akibat dari keluhan sesak itu timbul.
Menurut Ny. Siti yang dimaksud sehat adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Tn. Sobirin juga menyadari bahwa kesehatan sangat penting untuk dirinya sendiri karena apabila sakit tidak dapat beraktifitas dengan baik. Dan tidak dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nn. Khurotul Aini meyakini bahwa penyakit yang diderita ibunya merupakan penyakit yang disebabkan karena kelelahan dan akan membaik ketika digunakan beristirahat.
Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun keluarga ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari satu kali, pagi hari saja dan pasien jarang untuk membuka jendela rumah.
Keluarga ini memiliki fasilitas air PDAM yang digunakan untuk memasak dan minum. Kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari sumur yang ada di rumah.
Jika keluhan sesak pasien timbul, pasien hanya bisa duduk membungkuk untuk menghilangkan keluhan sesaknya terkadang suami pasien juga ikut membantu dengan menggosok punggung pasien dengan lap yang dibasahi dengan air hangat,
jika keluhan tidak mereda pasien meminum obat yang diberikan oleh dokter, namun jika keluahan pasien bertambah berat pasien harus terpaksa memeriksakan dirinya ke pusat pelayanan kesehatan yaitu ke puskesmas yang berada di desa tempat pasien tinggal sehingga untuk keperluan berobat kurang dapat dijangkau dengan cepat karena lokasi yang lumayan jauh antara rumah dan tempat pelayanan kesehatan.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, Ny. Siti termasuk ekonomi menengah kebawah. Karena sumber penghasilannya hanya mengandalkan uang dari suami dan pemberian dari anak keduanya. Total semua penghasilan tersebut keluarga dirasa
cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebutuhan sekunder dan tertier.
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas Desa Sedati Kabupaten Sidoarjo dan kadang ke Rumah Sakit Umum Sidoarjo namun pasien berobat tanpa kartu berobat, hal tersebut yang membuat pasien jarang untuk kontrol penyakitnya akibat biaya yang terkadang mahal.
B. Identifikasi Lingkungan Rumah Gambaran Lingkungan
Rumah Ny. Siti ini tinggal di sebuah rumah berukuran kuranglebih 26 x 4,5 m2 yang berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke selatan. Tidak memiliki pekarangan rumah dan tidak memiliki pagar pembatas. Terdiri dari teras, ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, dan kamar mandi tanpa Water Closet (WC). Terdiri dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan, dan pintu belakang. Jendela ada 2 buah yang masing-masing berukuran kurang lebih 35 x 35 cm yang masing-masing satu ada di kamar pasien dan satu di kamar anak pasien. Di depan rumah terdapat teras yang memanjang dengan ukuran ± 5 x 2 m2. Lantai rumah tidak semua terbuat dari keramik, hanya teras depan, ruang tamu depan, kamar pasien dan kamar anak pasien, dapur dan kamar mandi terbuat dari semen. Pencahayaan ruangan masih kurang terutama ruang tengah termasuk kamar tidur pasien, kamar tidur anaknya serta dapur, ventilasinya masih kurang sehingga sirkulasi didalam rumah kurang baik. Atap rumah tersusun dari genteng, dan tidak ditutup oleh flapon. Kamar tidak memiliki dipan hanya menggunakan bad dan sprei. Dinding rumah terbuat dari batu bata yang sudah dicat permanen berwarna biru di ruang tamu, merah di lorong rumah dan hijau di tiap kamar.
Perabotan rumah tangga cukup. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya Ny Siti menggunakan air PDAM dan air sumur. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari Ny. Siti memasak menggunakan kompor gas.
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai meskipun masih ada kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Pembuangan limbah keluarga tidak memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga dialirkan dan dibuang kekali dekat rumah. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di dekat rumah. Pasien membuang air besar dialakukan di sungai dekat rumah.
Denah Rumah
1
Kamar mandi
Kamar Tidur
Dapur
Ruang Tamu Ket:
1 : Sumur : Jendela : Pintu U Teras Gudang
(Dulu bekas warung) Kamar Tidur
A. Gambaran tempat tinggal penderita. Tampak Depan
Kamar tidur pasien dan suami Kamar Tidur Anak
BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah Aktif :
a. Dyspneu et causa Suspek Asma Persisten Ringan 2. Faktor Resiko Asma :
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
o Inhalan yaitu yang masuk melalui saluran nafas
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
o Ingestan yaitu yang masuk melalui mulut Contoh : makanan dan obat-obatan.
o Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak dengan kulit Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan.
b. Aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar pederita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karen aktifitas biasanya terjadi segera selesai aktifitas tersebut.
c. Stresor
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Perubahan cuaca
Perubahan cuaca dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Serangan kadang-kadang berhubungan dengan musim seperti musim hujan, musim kemarau, musim panas, musim bunga (serbuk sari berterbangan) (Rengganis, 2008). Perubahan tekanan dan suhu udara, angin dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma (Wijaya, 2010).
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Lingkungan
1. Fisik
o Kurangnya jumlah ventilasi rumah
o Kurang maksimalnya penggunaan jendela dan
ventilasi rumah. o Ruangan rumah yang
lembab
o Kurangnya pencahayaan dalam rumah
o Rumah penuh dengan debu, jamur, tungau
2. Biologi
o Masyarakat sekitar rumah yang menderita infeksi saluran nafas
3. Sosial
o Rumah berada di daerah lingkungan penduduk yang cukup padat.
4. Geografi
o Suhu udara yang dingin
Genetik Pelayanan kesehatan
1. Kurangnya informasi mengenai penyakit asma, faktor risiko asma, pengobatan dan pencegahan asma 2. Kurangnya pelatihan
dalam penanganan dan pencegahan asma 3. Kurangnya monitoring pada penatalaksanaan asma Faktor Perilaku 1. Kebiasaan makan 2. Aktivitas jasmani yang
berat
3. Kurangnya istirahat 4. Olah raga yang kurang 5. Tidak menggunakan
masker saat
membersihkan rumah dan membakar sampah 6. Menggunakan kipas
angin yang jarang dibersihkan. 7. Ekspresi emosi
BAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
A.1 RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN DAN KEPADA KELUARGA
a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memperbaiki pola makan menjadi makanan bergizi, tiga kali sehari dan teratur menjaga higienitas personal.
b. Aktivitas fisik seperti jogging atau jalan-jalan dilakukan lima kali dalam seminggu. Dalam sehari aktivitas fisik dilakukan selama 30 menit (total dalam tujuh hari selama seratus lima puluh menit).
c. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga bahwa untuk rutin menjaga kebersihan rumah terutama dari debu
d. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga mental pasien menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan masalah
ekonominya.
A.2 RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA KELUARGA
a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien segala tentang penyakit asma yang bukan merupakan penyakit infeksi tetapi karena reaksi hipersensitivitas yang dipicu oleh beberapa faktor yaitu alergi (debu, udara dingin, infeksi saluran nafas, makanan, obat), stresor, pola hidup, aktivitas jasmani yang berat.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah kekambuhan maka harus menghindari paparan alergen yang dapat menyebabkan terjadinya serangan dan juga mengurangi stres dan cukup istirahat. Hal tersebut di atas juga sekaligus sebagai terapi utama dari penyakit asma.
c. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk rutin menjaga kebersihan rumah terutama dari debu.
e. Kontrol asma bronkial ke sarana kesehatan terdekat baik rumah sakit maupun puskesmas.
A.3 ANJURAN-ANJURAN PROMOSI PENTING YANG DAPAT MEMBERI SEMANGAT ATAU MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA PASIEN a. Pasien diberi nasehat bahwa asma ini dapat mengakibatkan beberapa
komplikasi yang berbahaya jika tidak terkontrol dan diobati dengan cepat. Salah satunya dapat mengakibatkan gagal nafas.
b. Pasien harus melakukan pola makan yang baik. Prinsipnya adalah menghindari makan yang dapat menyebabkan alergi bagi pasien yaitu dengan :
o Makanan beranekaragam dan gizi seimbang
o Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita. c. Pasien harus beraktivitas dan berolahraga secara teratur, seperti jogging
atau jalan-jalan dilakukan lima kali dalam seminggu. Dalam sehari aktivitas fisik dilakukan selama 30 menit.
d. Pasien harus rajin kontrol asma bronkial dan kesehatannya ke sarana kesehatan terdekat baik puskesmas atau rumah sakit jika keluhan sudah muncul.
e. Pasien harus menggunakan obat-obatan asma secara teratur.
f. Pasien tidak boleh merasa stres fisik dan stres psikis, yaitu harus istirahat cukup dan tidak boleh banyak pikiran.
B. PENGOBATAN
Medikamentosa dan non-medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan.
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA ASMA BRONCHIAL
A. Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sulit bernapas, dada terasa berat (dada sesak) dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Perjalanan asma tidak dapat diperkirakan, diawali dengan periode kontrol yang adekuat sampai pada keadaan eksaserbasi yang makin memburuk secara progresif disertai dyspneu, wheezing (mengi) dan dada sesak (Lewis, Heitkemper, Dirksen,
O’brien & Bucher, 2007).
Asma didefinisikan menurut ciri-ciri klinis, fisiologis dan patologis. Ciri-ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah mengi. Ciri-ciri utama fisiologis adalah episode obstruksi saluran nafas, yang ditandai oleh keterbatasan arus udara pada ekspirasi. Sedangkan ciri-ciri patologis yang dominan adalah inflamasi saluran nafas yang kadang disertai dengan perubahan struktur saluran nafas (Marantha, 2010)
Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan pengamatan 1-2 jam (Sundaru, 2001).
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutama malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian (Ditjen PP & PL Depkes). B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui. Berbagai teori sudah diajukan, akan tetapi yang paling disepakati adalah adanya gangguan parasimpatis
(hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan Simpatis (blok pada reseptor beta adrenergik dan hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergi)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non-alergi)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan. C. Faktor Risiko
Istilah pemicu atau pencetus serangan asma kadang-kadang dikacaukan dengan penyebab asma, sebenarnya telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli di bidang asma untuk dapat menerangkan sebab terjadinya asma, namun belum satu pun teori atau hipotesa yang dapat diterima atau disepakati semua ahli. Meskipun demikian yang jelas saluran nafas penderita asma memiliki sifat khas yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan (Sundaru, 2007).
Kepekaan yang berlebihan juga bukan syarat satu-satunya untuk terjadinya asma karena banyak orang yang mempunyai saluran nafas yang peka tetapi tidak terjadi asma. Syarat kedua yaitu adanya rangsangan yang cukup kuat pada saluran napas yang telah peka tadi. Rangsangan ini pada asma lebih populer dengan nama faktor pencetus atau faktor pemicu. Kedua syarat umumnya dijumpai pada penderita asma, walau masih terdapat kemungkinan atau syarat lain yang saat ini belum diketahui (Sundaru, 2007).
Faktor-faktor pemicu yang sering dijumpai antara lain : alergen, exercise (latihan), polusi udara, faktor kerja, infeksi pernafasan, sensitive terhadap obat dan makanan,
penyakit GERD dan faktor psikologis (Lewis, et al, 2007). Menurut Scullion, 2005, faktor pemicu lain terjadinya serangan asma adalah perubahan cuaca.
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan :
a. Faktor penjamu
Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu :
1. Genetik asma
2. Alergik (atopi)
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketuhui bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat yang juga alergi. Dengan adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial jika terpajan dengan
faktor pencetus. 3. Hipereaktiviti bronkus 4. Jenis kelamin 5. Ras / etnik b. Faktor lingkungan 1. Alergen
2. Sensitisasi lingkungan kerja
3. Asap rokok
4. Polusi udara
5. Infeksi pernapasan (virus)
6. Diet
7. Status sosioekonomi dan besarnya keluarga
Faktor penjamu Prediposisi genetik Atopi
Hiperesponsif jalan napas Jenis kelamin
Ras/ etnik
Faktor lingkungan
Alergen di dalam ruangan
Mite domestik Alergen binatang Alergen kecoa
Jamur (fungi, molds, yeasts)
Alergen di luar ruangan
Tepung sari bunga
Jamur (fungi, molds, yeasts)
Bahan di lingkungan kerja
Asap rokok Perokok aktif Perokok pasif
Polusi udara
Polusi udara di luar ruangan Polusi udara di dalam ruangan
Infeksi pernapasan
Hipotesis higiene
Infeksi parasit
Status sosioekonomi Besar keluarga
Diet dan obat Obesiti
Faktor Lingkungan
Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap Alergen di dalam dan di luar ruangan
Polusi udara di dalam dan di luar ruangan Infeksi pernapasan
Exercise dan hiperventilasi Perubahan cuaca
Sulfur dioksida
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray) D. Patofisiologi
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur imunologis didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru, yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator.Beberapa mediator yang
dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas (Regganis, 2008).
Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama 16- 24 jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam patogenesis asma.1,3-6 Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas (Rengganis, 2008)
Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.1,3-6 Hipereaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma, besarnya hipereaktivitas bronkus tersebut dapat diukur secara tidak langsung, yang merupakan parameter objektif beratnya hipereaktivitas bronkus. Berbagai cara digunakan untuk mengukur hipereaktivitas bronkus tersebut,
antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen, maupun inhalasi zat nonspesifik.
E. Klasifikasi
Sebenarnya derajat berat asma adalah suatu kontinum, yang berarti bahwa derajat berat asma persisten dapat berkurang atau bertambah. Derajat gejala eksaserbasi atau
serangan asma dapat bervariasi yang tidak tergantung dari derajat sebelumnya. a.
K lasifikasi M enurut E tiologi
Banyak usaha telah dilakukan untuk membagi asma menurut etiologi, terutama dengan bahan lingkungan yang mensensititasi. Namun hal itu sulit dilakukan antara lain oleh karena bahan tersebut sering tidak diketahui.
b. K lasifikasi Menurut Derajat Berat Asma
Klasifikasi asma menurut derajat berat berguna untuk menentukan obat yang diperlukan pada awal penanganan asma. Menurut derajat besar asma diklasifikasikan sebagai intermiten, persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat.
c. K lasifikasi Menurut K ontrol Asma
Kontrol asma dapat didefinisikan menurut berbagai cara. Pada umumnya, istilah kontrol menunjukkan penyakit yang tercegah atau bahkan sembuh. Namun pada asma, hal itu tidak realistis; maksud kontrol adalah kontrol manifestasi penyakit. Kontrol yang lengkap biasanya diperoleh dengan pengobatan. Tujuan pengobatan adalah memperoleh dan mempertahankan kontrol untuk waktu lama
dengan pemberian obat yang aman, dan tanpa efek samping.
d. K lasifikasi A sma Berdasarkan Gejala
Asma dapat diklasifikasikan pada saat tanpa serangan dan pada saat serangan. Tidak ada satu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat-ringannya suatu penyakit, pemeriksaan gejala-gejala dan uji faal paru berguna untuk mengklasifikasi penyakit menurut berat ringannya. Klasifikasi itu sangat penting untuk penatalaksanaan asma. Berat ringan asma ditentukan oleh berbagai faktor seperti gambaran klinis sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obat inhalasi b-2 agonis, dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat). Asma dapat diklasifikasikan menjadi intermiten, persisten ringan, persisten sedang, dan persisten berat (Tabel 1). Selain klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan
sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat ringannya serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) melakukan pembagian derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan. Klasifikasi tersebut adalah asma serangan ringan, asma serangan sedang, dan asma serangan berat. Dalam hal ini perlu adanya pembedaan antara asma kronik dengan serangan asma akut. Dalam melakukan penilaian berat ringannya serangan asma, tidak harus lengkap untuk setiap pasien. Penggolongannya harus diartikan sebagai prediksi dalam menangani pasien asma yang datang ke fasilitas kesehatan dengan keterbatasan yang ada (Depkes RI, 2009)
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma Pedoman dan Penatalaksanaan di Indonesia, 2004)
F. Manifestasi Klinis
Asma dikarakteristikkan dengan penyebab yang bervariasi dan tidak dapat diperkirakan. Gejala yang umum terjadi adalah wheezing (mengi), sulit bernafas, dada sesak dan batuk, biasanya terjadi pada malam hari dan menjelang pagi hari, yang merupaka tipe dari asma. Serangan asma bisa terjadi hanya dalam beberapa menit sampai jam. Pada saat tidak terjadi serangan, fungsi paru pasien tampak normal. (Lewis, et al, 2007).
Wheezing merupakan tanda yang tidak dipercaya untuk mengukur tingkat keparahan serangan. Beberapa pasien dengan serangan ringan, wheezing terdengar
keras sedangkan pasien yang mengalami serangan berat, tidak ada tanda wheezing karena terjadi penurunan aliran udara. Bila wheezing terjadi, pasien dapat memindahkan cukup udara untuk memproduksi suara. Wheezing biasanya terjadi pada saat pertama ekhalasi. Pada peningkatan gejala asma, pasien dapat mengalami
wheezing selama inspirasi dan ekspirasi (Lewis, et al, 2007). G. Diagnosa
Diagnosis asma didasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesa
Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain: riwayat hidung ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah, dan berair (konjungtivitis alergi) dan ekzim atopi, batuk yang sering kambuh (kronik) disertai mengi, flu berulang, sakit akibat perubahan musim atau pergantian cuaca, adanya hambatan beraktivitas karena masalah pernapasan (saat berolahraga), sering terbangun pada malam hari, riwayat keluarga (riwayat asma, rinitis atau alergi lainnya dalam keluarga), memelihara binatang di dalam rumah, banyak kecoa, terdapat bagian yang lembab di dalam rumah. Untuk mengetahui adanya tungau debu rumah, tanyakan apakah menggunakan karpet berbulu, sofa kain bludru, kasur kapuk, banyak barang di kamar tidur. Apakah sesak dengan bau- bauan seperti parfum, spray pembunuh serangga, apakah pasien merokok, orang lain yang merokok di rumah atau lingkungan kerja, obat yang digunakan pasien, apakah ada beta blocker , aspirin atau steroid. Gejala-gejala kunci untuk menegakkan diagnosis asma dirangkum dalam Tabel 2.
b. Pemeriksaan Fisik
Untuk menegakkan diagnosis asma, harus dilakukan anamnesis secara rinci, menentukan adanya episode gejala dan obstruksi saluran napas. Pada pemeriksaan fisis pasien asma, sering ditemukan perubahan cara bernapas, dan terjadi perubahan bentuk anatomi toraks. Pada inspeksi dapat ditemukan; napas cepat, kesulitan bernapas, menggunakan otot napas tambahan di leher, perut dan dada. Pada auskultasi dapat ditemukan; mengi, ekspirasi memanjang.
c. Pemeriksaan Penunjang 1. Spirometri
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan (Sundaru, 2007).
2. Peak flow meter/ PFM
Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru.
Oleh karena pemeriksaan jasmani dapat normal, dalam menegakkan diagnosis asma diperlukan pemeriksaan objektif ( Spirometer/ FEV1 atau PFM). Spirometer lebih diutamakan dibandingkan PFM oleh karena PFM tidak begitu sensitif dibanding FEV, untuk diagnosis obstruksi saluran napas, PFM mengukur terutama saluran napas besar, PFM dibuat untuk pemantauan dan bukan alat diagnostik, APE dapat digunakan dalam diagnosis untuk penderita yang tidak dapat melakukan pemeriksaan FEV1.
3. X-ray thoraks
Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma (Rengganis, 2008). Tidak begitu penting. Pada sebagian besar menunjukkan normal atau hiperinflasi (Marantha, 2011).
4. Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit ( skin prick test), untuk menunjukan adanya antibodi IgE spesifik pada kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE atopi dilkakukan dengan cara radio allergo sorbent test ( RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan ( pada dermographism) (Rengganis, 2008).
5. Petanda inflamasi.
Derajat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenernya tidak berdasarkan atas penilaian objektif inflamasi saluran napas. Gejala klinis dan
spirometri bukan merupakan pertanda ideal inflamasi. Penilaian semi kuantitatif inflamasi saluran napas dapat dilakukan melalui biopsi paru, pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida nitrit udara yang dikeluarkan dengan napas. Analisa sputum yang diinduksi menunjukan hubungan antara jumlah eosinofil dan Eosinophyl Cationic Protein ( ECP) dengan inflamasi dan derajat berat asma. Biopsi endobronkial dan transbronkial dapat menunjukan gambaran inflamasi tetapi jarang atau sulit dilakukan di luar riset (Rengganis, 2008).
6. Uji hiperaktivitas bronkus/HRB
Pada penderita yang menunjukan FEV1 > 90%, HRB dapat dibuktikan dengan berbagai test provokasi. Provokasi bronkial dengan menggunakan nebulasi droplet ekstrak alergen spesifik dapat menimbulkan obstruksi saluran napas pada penderita yang sensitif. Respon sejenis dengan dosis yang
lebih besar, terjadi pada subyek alergi tanpa asma. Di samping ukuran alergen dalam alam yang terpajan pada subyek alergi biasanya berupa partikel dengan berbagai ukuran 2
–
20 µm, tidak dalam bentul nebulasi. Tes provokasi sebenernya kurang memberikan informasi klinis dibandingkan test kulit. Test provokasi non spesifik untuk mengetahui HRB dapat dilakukan dengan latihan jasmani, inhalasi udara dingin atau kering, histamin dan metakolin (Marantha, 2011).H. Diagnosa Banding a. Dewasa
1. Penyakit Paru Obstruksi Kronik 2. Bronkitis kronik
3. Gagal Jantung Kongestif 4. Disfungsi larings
5. Keganasan 6. Emboli Paru b. Anak
1. Benda asing di saluran napas 2. Laringotrakeomalasia
3. Pembesaran kelenjar limfe 4. Tumor
5. Stenosis trakea 6. Bronkiolitis
I. Pengobatan Umum Asma
Berdasarkan Pedoman Pengendalian Penyakit Asma yang dikeluarkan Ditjen PP & PL (2009) disebutkan bahwa tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (asma terkontrol).
Tujuan penatalaksanaan asma:
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma 2. Mencegah eksaserbasi akut
4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise 5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel 7. Mencegah kematian karena asma
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi dua yaitu penatalaksanaan asma akut/saat serangan dan penatalaksanaan asma jangka panjang. 1. Gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam
2. Tidak ada keterbatasan aktiviti termasuk exercise
3. Kebutuhan bronkodilator (agonis ß2 kerja singkat) minimal (idealnya tidak diperlukan)
4. Variasi harian APE kurang dari 20% 5. Nilai APE normal atau mendekati normal 6. Efek samping obat minimal (tidak ada) 7. Tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat
Tujuan penatalaksanaan tersebut merefleksikan pemahaman bahwa asma adalah gangguan kronik progresif dalam hal inflamasi kronik jalan napas yang menimbulkan hiperesponsif dan obstruksi jalan napas yang bersifat episodik. Sehingga penatalaksanaan asma dilakukan melalui berbagai pendekatan yang dapat dilaksanakan (applicable), mempunyai manfaat, aman dan dari segi harga terjangkau. Integrasi dari pendekatan tersebut dikenal dengan :
Program penatalaksanaan asma, yang meliputi 7 komponen : 1. Edukasi
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala 3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang 5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur 7. Pola hidup sehat
Komunikasi yang baik dan terbuka antara dokter dan pasien adalah hal yang penting sebagai dasar penatalaksanaan. Diharapkan agar dokter selalu bersedia
mendengarkan keluhan pasien, itu merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asma, yaitu