• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis Jamur pada Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) di Perkebunan Kunyit Kecamatan Nanga Tayap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jenis-jenis Jamur pada Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) di Perkebunan Kunyit Kecamatan Nanga Tayap"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

89 1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak

Jenis-jenis Jamur pada Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.)

di Perkebunan Kunyit Kecamatan Nanga Tayap

Mirawati

1

, Siti Khotimah

1

,

Rahmawati

1

Email : miramw93@gmail.com Abstract

Turmeric production in West Kalimantan are still have any problems, especially in Nanga Tayap district, Ketapang regency. One of the problem is decay in turmeric rhizome which is caused by fungi. This study aims to determine the type of fungi that can be found in turmeric rhizome infected in turmeric plantation of Nanga Tayap district. The method that used in sampling was purposive sampling and the isolation by direct planting. The result of the study shows that there are two types of fungi in turmeric rizhome isolated from turmeric plantation, they are Acremonium sp. K3K and Penicillium exspansum K5K species.

Keywords: Turmeric rhizome, Acremonium sp., Penicillium exspansum PENDAHULUAN

Kalimantan Barat merupakan wilayah yang beriklim tropis dan memiliki kelembaban yang tinggi, sehingga memungkinkan berbagai tanaman serta mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik. Kecamatan Nanga Tayap adalah salah satu daerah di Kalimantan Barat yang memanfaatkan lahan pertanian untuk membudidayakan tanaman kunyit (Curcuma domestica Val.).

Tanaman kunyit (C. domestica Val.) termasuk salah satu tanaman dari famili Zingiberaceae yang banyak ditanam di pekarangan dan di perkebunan. Kunyit dikenal sebagai penyedap, penetral bau anyir pada masakan, dan juga sering dimanfaatkan sebagai ramuan obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Saat ini kunyit sudah dimanfaatkan secara luas oleh industri makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, dan tekstil (Winarto, 2003).

Produksi kunyit di Kalimantan Barat masih mengalami kendala, khususnya di daerah Kec. Nanga Tayap Kab. Ketapang, salah satunya adalah pembusukan pada rimpang. Pembusukan pada rimpang tersebut disebabkan oleh jamur yang masuk pada rimpang melalui luka akibat akivitas makhluk hidup dan sistem pengairan yang kurang baik (Noverita, 2009). Pembusukan pada rimpang kunyit dapat terjadi pada kunyit yang masih dalam kondisi tumbuh di perkebunan.

Noverita (2009) menemukan dua isolat jamur anggota genus Aspergillus pada rimpang jahe (Zingiber ottensii). Semangun (1991) menemukan jamur lainnya yang mampu menginfeksi rimpang,

yaitu jamur anggota spesies Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia solani, dan Fusarium oxysporum yang merupakan jamur patogen di dalam tanah dan rimpang. Namun belum ditemukan adanya penelitian yang mengisolasi jamur pada rimpang kunyit dari perkebunan kunyit Kecamatan Nanga Tayap. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui adanya jamur yang menginfeksi rimpang kunyit (C. Domestica Val.) yang terinfeksi jamur di perkebunan kunyit Kecamatan Nanga Tayap.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu bulan Juni sampai November 2015. Pengambilan sampel rimpang kunyit dilakukan di perkebunan kunyit Kecamatan Nanga Tayap. Tahap purifikasi, isolasi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, batang pengaduk, botol semprot, cawan petri, erlenmeyer, yang berukuran 100 ml, 250 ml dan 500 ml, enkas, gelas beaker, ukuran 500 ml, gelas objek, gelas penutup, gelas ukur, hot plate, inkubator, jarum preparat, kapas kertas saring kulkas, mikroskop, penggaris, pisau, plastik, dan tabung reaksi.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.), media Malt Extract Agar (MEA), media Czapek

(2)

Yeast Agar (CYA) akuades steril, alkohol 70%, asam laktat, kloramfenikol 0,25 gram dan spritus. Cara Kerja

Pengamatan Gejala Infeksi

Pengamatan infeksi jamur pada rimpang dilakukan dengan mengamati fisik rimpang yang terinfeksi jamur. Infeksi yang disebabkan oleh jamur menunjukkan ciri-ciri seperti kulit rimpang keriput dan mengelupas, bila dibelah bagian dalam rimpang berwarna gelap dan busuk, terdapat miselium berwarna putih seperti berbulu, tidak berlendir dan tidak berbau.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (Afriyeni et al., 2013), yaitu dengan mengambil 6 rimpang yang terinfeksi jamur. Rimpang kunyit yang terinfeksi jamur tersebut dikoleksi dan dimasukkan ke dalam kantong plastik bersih serta diberi label yang mencantumkan tanggal dan tempat pengambilan sampel.

Pengukuran Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang diukur pada saat pengambilan sampel di lokasi penelitian meliputi kelembaban, suhu udara dan suhu tanah.

Sterilisasi alat dan Bahan

Peralatan dan Media yang digunakan disterilisasi pada suhu 121ºC dan tekanan 2 atm selama 15 menit.

Pembuatan Media MEA dan CYA

Masing-masing media dibuat dengan cara semua bahan dimasukkan ke dalam gelas beaker kemudian dipanaskan hingga mendidih di dalam hot plate lalu ditambah kloramfenikol hingga larut. Isolasi dan Purifikasi Jamur

Isolasi jamur dilakukan dengan metode tanam langsung yaitu sampel rimpang kunyit yang bergejala sakit dipotong (0,5x0,5 cm), kemudian direndam ke dalam Natrium Hipoklorit selama 1 menit dan akuades steril selama 2 menit bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang hidup pada permukaan rimpang. Potongan rimpang yang telah disterilisasi tersebut diletakkan di cawan petri yang berisi medium MEA dan CYA. Selanjutnya diinkubasi selama 2-7 hari pada suhu ruang (200 C-280C) (Noverita, 2009).

Jamur yang telah tumbuh pada medium MEA dan CYA dipurifikasikan untuk mendapatkan isolat murni dengan menginokulasikan kembali pada

media yang sesuai (MEA dan CYA) kemudian diinkubasikan selama 7 hari. Isolat murni yang telah diperoleh selanjutnya diidentifikasi.

Identifikasi Jamur

Identifikasi dilakukan dengan mengamati karakter morfologis secara makroskopis dan mikroskopis. Identifikasi secara makroskopis dengan melihat warna koloni, bentuk koloni, diameter koloni, bentuk tepi koloni dan tekstur permukaan koloni (Ningsih et al., 2012).

Identifikasi secara mikroskopis dengan membuat preparat. Pembuatan preparat mengikuti metode microscope slide preparation (Samson et al., 2010), yaitu gelas objek dibersihkan dengan alkohol terlebih dahulu dan dipanaskan di atas bunsen. Hifa jamur diletakkan di atas gelas objek secara aseptis dengan menggunakan jarum preparat kemudian gelas objek ditetesi dengan asam laktat. Preparat tersebut ditutup dengan gelas penutup dan diamati menggunakan mikroskop binokuler (Gunawan et al., 2004).

Identifikasi secara mikroskopis dengan melihat bentuk dan struktur hifa, reproduksi seksual dan aseksual jamur. Jamur yang diperoleh diidentifikasi mengacu pada buku Morphology and Taxonomy of Fungi (Bessey, 1979), Introductory Mycology (Alexopoulos et al., 1996), dan Pengenalan Kapang Tropik Umum (Gandjar et al., 1999)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil isolasi dan identifikasi jamur pada rimpang kunyit yang diisolasi dari perkebunan ditemukan 2 jenis jamur yaitu jamur anggota spesies Acremonium sp. K3K dan Penicillium exspansum K5K, lihat pada Gambar 1.

Faktor lingkungan yang diukur meliputi kelembaban, suhu udara dan suhu tanah. Kelembaban di perkebunan 89%, suhu udara 28ºC dan suhu tanah 29ºC.

Pembahasan

Berdasarkan hasil Isolasi jamur pada rimpang kunyit dari perkebunan ditemukan 2 jenis jamur yaitu anggota spesies Acremonium sp. K3K dan Penicillium exspansum K5K.

Jamur anggota spesies Acremonium sp. K3K merupakan jenis jamur yang tergolong ke dalam genus Acremonium yang memiliki ciri-ciri yaitu koloni berwarna putih, tekstur permukaan koloni

(3)

91 halus seperti kapas, koloni berbentuk oval,

diameter koloni 45,96 mm. Konidiofor bercabang, konidia bergerombol, berbentuk elips, dan berwarna hialin serta fialid agak membengkok. Ciri-ciri tersebut sesuai dengan ciri-ciri jamur genus Acremonium menurut Sutton (1990) dan Gandjar et al. (1999) yaitu jamur yang tergolong ke dalam genus Acremonium pada media CYA terlihat koloni berwarna putih, koloni berbentuk oval, berdiameter dengan kisaran antara 33 mm sampai 46 mm, konidofor bercabang, konidia berbentuk elips, berwarna hialin dan fialid terlihat membengkok.

Gejala infeksi pada rimpang kunyit yang disebabkan oleh jamur anggota spesies Acremonium sp. K3K yaitu kulit rimpang keriput, terdapat miselium berwarna putih, dan tidak berbau. Hal ini sesuai dengan gejala penyakit pada rimpang jahe yang dijelaskan oleh Kloppenburg (1988) bahwa serangan berat oleh jamur anggota genus Acremonium menyebabkan sebagian rimpang menjadi keriput dan permukaan rimpang ditumbuhi miselium berwarna putih. Berdasarkan mekanisme infeksinya, pada umumnya jamur dapat menginfeksi melalui luka dengan cara penetrasi melalui lubang yang terbentuk akibat jaringan luar pada tanaman yang terluka atau langsung merusak dinding sel tanaman (Northolt et

al., 1995). Jamur anggota spesies Acremonium sp. K3K menginfeksi tanaman dengan cara mekanis yaitu penetrasi langsung ke dalam rimpang, sebelum penetrasi berlangsung, jamur ini melakukan kontak langsung dengan rimpang, hifa jamur dikelilingi oleh senyawa yang lengket yang dapat menempel pada permukaan rimpang, saat kontak dengan rimpang spora mengeluarkan polisakarida dalam jumlah yang banyak. Setelah kontak, spora akan berkecambah menjadi hifa yang membantu penempelan lebih kuat pada inang. Polisakarida berperan penting pada penyakit yaitu penyakit layu. Pada vaskuler, polisakarida dalam jumlah banyak akan terakumulasi pada xilem yang akan menyumbat aliran air pada tanaman. Hal inilah yang menyebabkan rimpang kunyit kekurangan air atau kekeringan hingga menjadi keriput (Hasna, 2013).

Jamur anggota spesies Penicillium exspansum K5K merupakan jenis jamur yang tergolong ke dalam genus Penicillium yang memiliki ciri-ciri yaitu koloni berwarna hijau kebiruan pada media MEA, berwarna putih pada bagian pinggirnya, koloni berbentuk bulat, tekstur permukaan koloni padat dan sedikit kasar serta sedikit membukit, bagian bawah koloni berwarna kuning, koloni berukuran kecil dengan diameter koloni 15,89. Konidia berentuk elips, fialid berbentuk silindris, konidiofor berwarna hialin dan metula bercabang tiga mendekati sumbu utama. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri anggota spesies Penicillium exspansum yang dijelskan oleh Gandjar et al. (1999) dan Samson et al. (2010) yaitu koloni jamur berwarna hijau kebiruan pada bagian atas dan kekuningan pada bagian bawah koloni, berbentuk bulat dan memiliki tekstur pemukaan koloni padat dan kasar, diameter jamur Penicillium exspansum berkisar antara 12 mm sampai 16 mm. Konidiofor berwarna hialin, fialid berbentuk silindris, konidia berbentuk elips dan metula yang mendekati sumbu utama yang berjumlah 3 metula.

Infeksi jamur anggota spesies Penicillium exspansum K5K menunjukkan gejala antara lain rimpang kuyit mengkerut pada bagian ujung, kulit rimpang ditumbuhi miselium, ujung rimpang berubah warna menjadi coklat, kulit rimpang kering, dan bagian dalam rimpang berwarna kuning pucat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pianzzola et al. (2004) yang menyatakan bahwa epidermis rimpang yang terinfeksi jamur anggota spesies Penicillium exspansum berubah warna sampai kecoklatan, rimpang yang terinfeksi sangat lunak mudah dibedakan dengan rimpang yang sehat, jamur ini merupakan patogen yang dapat A a b B c a b c d Gambar 1. (A) Acremonium sp. K3K,

(B) Penicillium exspansum K5K Keterangan (A) a. Fialid,

b. Konidiofor c. Konidia (B) a. Fialid, b. Metula, c. Konidiofor, d. Konidia

(4)

masuk ke dalam jaringan rimpang melalui luka yang akan membentuk miselium.

Infeksi jamur anggota Penicillium exspansum menimbulkan gejala nekrotik dan menyebabkan warna rimpang tidak normal. Bila terinfeksi berat oleh jamur anggota Penicillium exspansum akan menyebabkan rimpang berwarna kecoklatan seperti terbakar (Pakki & Muis, 2006). Hal inilah yang dapat menyebabkan perubahan warna pada rimpang kunyit setelah terinfeksi oleh jamur Penicillium exspansum.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur di antaranya suhu dan kelembaban. Kelembaban lingkungan perkebunan 85% dengan suhu udara pada perkebunan 28ºC dan suhu tanah pada perkebunan yaitu 29ºC. Kelembaban pada perkebunan maupun pasar merupakan kelembaban yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur karena pada umumnya jamur akan tumbuh dan berkembang pada kelembaban lebih dari 19% dengan suhu yang berkisar antara 10ºC-30ºC (Kaneko dan Sugara, 2001).

Menurut Semangun (2000) kondisi lingkungan sangat mempengaruhi interaksi antara inang dan patogennya. Kondisi lingkungan yang mendukung keberadaan jamur di perkebunan di antaranya suhu dan kelembaban optimum dan terdapat banyak gulma. Menurut Agrios (1996), jauh atau dekatnya jarak penyebaran spora jamur dapat bervariasi tergantung pada agensia penyebarannya. Keadaan kebun yang banyak terdapat gulma serta lokasi kebun yang berdekatan dengan tanaman lain dapat berperan sebagai agensia penyebar jamur. Oleh karena itu dengan kondisi lingkungan yang sesuai ini menyebabkan jamur dapat ditemukan di perkebunan.

Dilbaghi dan Sharma (2007) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang sangat lembab dan lingkungan dengan suhu yang optimum merupakan kondisi lingkungan yang sangat mendukung bagi tumbuh dan berkembang anggota genus Acremonium sp. K3K disertai dengan jarak tanam yang terlalu rapat adalah salah satu faktor yang mendukung penyebaran jamur. Hal ini menyebabkan adanya infeksi jamur anggota spesies Acremonium sp. K3K pada rimpang kunyit yang diisolasi dari perkebunan.

Jamur anggota spesies Penicillium exspansum K5K merupakan jamur yang pertumbuhan dan perkembangannya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di antaranya suhu dan kelembaban,

patogen ini akan berkembang baik pada suhu lebih dari 25ºC dan akan tertekan perkembangannya pada suhu lebih dari 28ºC, jamur anggota spesies Penicillium exspansum K5K digolongkan ke dalam jamur tular benih, semakin besar intensitas benih terinfeksi maka akan semakin banyak penyebaran patogen ini di tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Robinson (2001) yang menyatakan bahwa jamur anggota spesies Penicillium exspansum merupakan jamur tular benih yang mudah menyebar dan dapat dipengaruhi faktor lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Afriyeni, Y, Nasir, N, Periadnadi & Jumjunidang, 2013, ‘Jenis-Jenis Jamur pada Pembusukan Buah Kakao (Theobroma cacao, L.) di Sumatera Barat’, Biologi Universitas Andalas, vol. 2,

no. 2, hal. 124-129

Agrios, GN, 1996, Ilmu Penyakit Tumbuhan, Universitas Gajah Mada Press, Yogjakarta Alexopoulos, CJ, Mims, CW, & Blackwell, M, 1996,

Introductory Mycology, Fourth Edition, John

Wiley and Sons, Canada

Bessey, EA, 1950, Morphology dan Taxonomy Of

Fungi, Vikas Publishing House PVT LTD, New

Delhi

Dilbaghi, N, & Sharma, S, 2007, Food Spoilage, Food

Infection and Methode for Their Detection, Food

and Industrial Microbiology, USA

Gunawan, Srisasi, H. Herry D. Ilahude, & Gita Pribadi, 2006, Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit

FKUL, Jakarta

Gandjar, I, Samson, RA, Vermeulen, K, Oetari, A, & Santoso, I, 1999, Pengenalan Kapang Tropik

Umum, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Hasna, 2013, Petunjuk Lengkap Mengenai

Tanaman-Tanaman Di Indonesia dan Khasiatnya Sebagai Obat-Obatan Tradisional Kunir atau Kunyit

(Curcuma domestica Val.), Erlangga, Jakarta Kaneko & Sugara, 2001, Mempelajari Jamur di

Laboratorium, Universitas Brawijaya, Malang

Kloppenburg, VJ, 1988, Occurence of Toxigenic Fungi in Herbal Drugs’, Brazillian Journal of

Microbiology, Vol. 4, no.37, hal. 47-51

Ningsih, ES, 2012, Deteksi Jamur pada

Kacang-kacangan di Beberapa Pasar Tradisional Purwokwerto, Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto

Northolt, MD, Frisvad, JC & Samson, RH, 1995,

Occurence of Food Borne Fungi and Factors for Growh, Centraal Bureau Voor Schimmecultures,

(5)

93 Noverita, 2009, ‘Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri

Jamur Endofit dari Daun dan Rimpang Zingiber

otensii Val.’, Jurnal Farmasi Indonesia, vol. 4,

no. 4, hal. 171-176

Pakki & Muis, 2006, Manfaat Mikroorganisme dalam

Pengendalian Penyakit pada Tumbuhan,

Erlangga, Jakarta

Pianzzola, M J, Moscatelli, M, & Vero, S, 2004,

Characterization of Penicillium Isolates Associated with Blue Mold on Apple in Uruguay,

Plant Dis, Uruguay

Robinson R, 2001, Biology Macmillan Science Library, Macmillan Reference, USA

Samson, RA, Houbraken, J, Thrane, JC, Frisvad & Andersen, F, 2010, Food and Indoor Fungi, Fungal Biodiversity Centre Utrech, Netherlands Semangun, H, 1991, Pengantar Ilmu Penyakit

Tumbuhan, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta

Semangun, H, 2000, Penyakit-Penyakit Tanaman

Hortikultura Di Indonesia, Edisi ke Empat,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sutton, BC, 1990, A Guide to Tropical Fungi, Singapore

Science Centre, Singapore

Winarto, WP, 2003, Khasiat dan Manfaat Kunyit, Agro Media Pustaka, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun demikian ada pula jenis yang menyukai daerah muara sungai dengan pantai yang agak terlindung (semi-exposed) serta salinitas perairan yang relatif rendah, yaitu

Menyatakan bersedia berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai responden pada penelitian yang akan dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan

Setelah diuji coba dengan tes rasio didapatkan bahwa fungsi aktivasi tanh adalah fungsi aktivasi yang paling bagus untuk digunakan pelatihan jaringan Backpropagation, karena

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tema yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi ditinjau dari fungsi media adalah kondisi pendidikan di Pulau Belitung yang

Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya akuntansi bagi dan membekali keterampilan dalam pengelolaan keuangan atau

Jumlah dan jenis jamur yang diperoleh hasil isolasi rizosfer tanaman kentang sehat dari lahan pertanian kentang organik di Dusun Sembungan Desa Gondangsari Kecamatan

Ekstrak yang dikombinasi ini kemudian dibuat dalam bentuk larutan dan akan dilakukan uji antibakteri terhadap tiga jenis bakteri penyebab diare Staphylococcus

Kedua anak Mardanu, yang satu jadi pemilik kios kelontong dan satunya lagi jadi sopir truk semen, juga jadi bahan puijan, " Pak Mardanu telah tuntas mengangkat anak-anak hingga