• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK BUDIDAYA SAYUR ORGANIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK BUDIDAYA SAYUR ORGANIK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

24 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN

UNTUK BUDIDAYA SAYUR ORGANIK Arum Asriyanti Suhastyo1*

1*Dosen Program Studi D III Agroteknologi Politeknik Banjarnegara Email : arumasriyanti11@gmail.com

Received date: 02/10/2018, Revised date: 04/10/2018, Accepted date: 19/12/2018

ABSTRACT

Community empowerment activities in the form of technology transfer regarding the use of yards is one of the efforts to utilize the yard as a source of family food and nutrition. Not optimal yet the community of Sokanandi Village in utilizing yard land is a problem that must be solved. The purpose of this community service activity is to apply science and technology to the community directly related to the use of the yard. Community education activities need to be carried out through counseling activities on the use of yards for organic vegetable cultivation. The results of the activity show that this community empowerment activity provides benefits in the form of increased knowledge about the use of yards by conducting organic vegetable cultivation. As well as ongoing assistance is needed so that community empowerment can run well.

Keywords : Community, empowerment, organic vegetables, yard

ABSTRAK

Kegiatan pemberdayaan masyarakat berupa transfer teknologi mengenai pemanfaatan lahan pekarangan merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Belum optimalnya masyarakat Kelurahan Sokanandi dalam memanfaatkan lahan pekarangan menjadi permasalahan yang harus dipecahkan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat secara langsung terkait pemanfaatan lahan pekarangan. Kegiatan pendidikan masyarakat perlu dilakukan melalui kegiatan penyuluhan mengenai pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya sayur organik. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat ini memberikan manfaat berupa peningkatan pengetahuan tentang pemanfaatan lahan pekarangan dengan melakukan budidaya sayur organik. Serta dibutuhkan pendampingan secara berkelanjutan agar pemberdayaan masyarakat ini dapat berjalan dengan baik.

Kata kunci : Masyarakat, pekarangan, pemberdayaan, sayur organik PENDAHULUAN

Kelurahan Sokanandi merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Banjarnegara serta merupakan salah satu dari 12 kelurahan di Banjarnegara yang cukup pesat perkembangannya. Jumlah penduduk Kelurahan Sokanandi adalah 5710 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 2813 jiwa dan perempuan 2897 jiwa. Luas wilayah Kelurahan Sokanandi adalah 215.735 Ha. Letak Kelurahan Sokanandi sangat strategis karena masih dekat dengan ibukota Kabupaten kurang lebih berjarak 4 km, dengan letak di sebelah timur Kabupaten dan secara administrasi dibagi menjadi 6 RW, 30 RT, dan 1684 KK. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Sokanandi beragam dari pegawai negeri, pegawai swasta, petani, peternak, pedagang serta ibu rumah tangga. Jarak yang sangat dekat dengan ibukota Kabupaten membuat Kelurahan Sokanandi menjadi pengembangan pemukiman penduduk sehingga di kelurahan ini banyak ditemukan pembangunan pemukiman penduduk baik dibangun developer maupun mandiri yang menjadikan kelurahan ini sebagai kelurahan yang padat penduduk. Pertambahan penduduk yang

(2)

25 semakin besar membuat berkuranganya lahan karena dibangunnya pemukiman sehingga semakin berkurangnya lahan pekarangan atau bahkan tidak punya lahan pekarangan.

Pekarangan adalah tanah-tanah yang ada disekitar rumah baik yang berada di sebelah kiri dan kanan maupun yang berada di sebelah depan dan belakang yang mempunyai batas-batas hukum yang jelas. Pemanfaatan lahan pekarangan penting dilakukan, karena pekarangan merupakan tempat yang terdekat dengan kita, sehingga semua anggota keluarga dapat membantu mengelola lahan pekarang agar dapat menghasilkan berbagai bahan pangan yang bergizi, seperti sayur, buah, dan obat-obatan (Tim Agro Media, 2006).

Sementara menurut Mardikanto dan Sutarmi (1982) pekarangan diartikan sebagai tanah disekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling dan biasanya ditanami tanaman padat dengan beraneka macam tanaman semusim maupun tahunan untuk keperluan sehari-hari dan untuk diperdagangkan. Pengertian lain tentang pekarangan dikemukakan oleh Novitasari (2011) yang melihat pekarangan sebagai tata guna lahan yang merupakan sistem produksi bahan pangan tambahan dalam skala kecil untuk dan oleh anggota keluarga rumah tangga dan merupakan ekosistem tajuk berlapis.

Fungsi pekarangan secara umum adalah tempat habitat berbagai jenis satwa, sebagai sumber pangan sandang dan papan, sebagai sumber tambahan pendapatan keluarga, tempat dilakukannya aktifitas santai selain di dalam rumah seperti duduk-duduk menikmati udara segar dan sebagai tempat ruang terbuka hijau bagi lingkungan sekitarnya (Arifinet et al., 2009). Sebagai perbandingan, Deptan, (2002) menyebutkan bahwa fungsi pekarangan adalah menghasilkan bahan makanan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalanya; sayur dan buah-buahan; tempat unggas, ternak kecil dan ikan; rempah, bumbu dan wangi-wangian; dan bahan kerajinan tangan. Sedangkan menurut Riah (2002) pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Dalam kondisi tertentu, pekarangan dapat memanfaatkan kebun/rawa di sekitar rumah.

Pekarangan memiliki sejumlah peran dalam kehidupan sosial, menurut Sajogyo (1994) pekarangan sering disebut lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Disebut lumbung hidup karena sewaktu-waktu kebutuhan pangan pokok seperti beras, jagung, umbi-umbian dan sebagainya tersedia di pekarangan. Bahan-bahan tersebut disimpan dalam pekarangan dalam keadaan hidup. Disebut warung hidup, karena dalam pekarangan terdapat sayuran yang berguna untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, dimana sebagian rumah tangga harus membelinya dengan uang tunai. Sementara itu disebut apotik hidup karena dalam pekarangan ditanami berbagai tanaman obat-obatan yang sangat bermanfaat dalam penyembuhan penyakit secara tradisional.

Peranan dan pemanfaatan pekarangan bervariasi antar daerah yang satu dengan lainnya, tergantung pada tingkat kebutuhan, sosial budaya, pendidikan maupun faktor fisik dan ekologi setempat (Rahayu dan Prawiroatmodjo, 2005). Halaman sempit bukan alasan untuk tidak bisa berkebun, sebab pada prinsipnya budidaya tanaman itu bisa dilakukan di mana saja asalkan ada cahaya dan sirkulasi udara yang optimal. Tidak hanya di halaman sempit, di rumah yang tidak punya halaman sama sekali seperti di rumah susunpun hal itu bisa dilakukan (Maharanto, 2005). Sementara itu Prihmantoro (2006) memperkuat pendapat di atas bahwa lahan pertanian yang semakin sempit menyebabkan petani dan para hobis yang hidup di daerah perkotaan terpaksa harus mengefisienkan penggunaan lahan untuk mencapai produksi yang maksimal, salah satu cara yang paling sering digunakan adalah menanam sayuran di dalam pot. Wadah atau pot yang digunakan beragam, seperti dari tanah, semen, pipa PVC, papan, bambu, dan polybag. Bambu danpipa PVC yang akan digunakan adalah yang berdiameter 10 cm (Tim Agro Media, 2006).

Permasalahan yang terjadi adalah masyarakat Kelurahan Sokanandi belum memanfaatkan lahan pekarangan yang ada secara optimal. Padahal sesempit apapun pekarangan tersebut, apabila dikelola dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang bernilai tinggi. Pekarangan mempunyai potensi yang besar sebagai penunjang berbagai kebutuhan hidup sehari-hari pemiliknya. Pekarangan yang dikelola secara terpadu melalui berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan akan menjamin ketersediaan pangan yang beraneka ragam secara terus menerus guna pemenuhan gizi keluarga. Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian Republik Indonesia melalui Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

(3)

26 Pangan telah meluncurkan program Optimalisasi Pemanfatan Pekarangan melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dalam rangka mempercepat diversifikasi pangan memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Dengan adanya anjuran pemanfaatan pekarangan sangatlah tepat untuk memenuhi pangan dan keluarga, mengingat selama ini pekarangan belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal pekarangan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai penghasil pangan, dalam memperbaiki gizi keluarga sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga. Manfaatnya sangat besar, terutama bagi masyarakat golongan ekonomi lemah.

Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan adalah dilakukan melalui pemberdayaan wanita untuk memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Upaya ini dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan pangan keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah, serta budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk ketersediaan pangan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi kawasan perumahan/warga yang saling berdekatan sehingga akan dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang diproduksi sendiri dari hasil optimalisasi pekarangan.

Potensi pekarangan sempit inilah yang dapat diperdayakan. Realisasi dari hal tersebut adalah pengoptimalan pemakaian lahan pekarangan sempit secara efisien dengan sistem pertanian yang memanfaatkan pot atau polibag yang disusun sedemikian rupa sehingga populasi tanaman jauh lebih banyak bila dibandingan sistem pertanian konvensional. Selain itu juga dapat memanfaatkan barang bekas sebagai tempat media tanam. Pekarangan yang sempit selain dapat dimanfaatkan secara efisien untuk berbagai hal, seperti untuk budidaya sayuran, dapat juga ditanami tanaman obat keluarga, maupun dibuat kolam ikan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya usaha memanfaatkan setiap jengkal pekarangan yang ada melalui berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan yang akan menjamin ketersediaan pangan yang beraneka ragam secara terus menerus guna pemenuhan gizi keluarga. Disamping itu, pemanfaatan pekarangan juga berpeluang menambah penghasilan rumah tangga apabila dirancang dan direncanakan dengan baik (Mardiharini, 2011).

Tujuan dari kegiatan ini adalah mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat secara langsung terkait pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya sayur secara organik. Salah satu cara memanfaatkan lahan pekarangan di Kelurahan Sokanandi adalah dengan melakukan budidaya sayur secara organik menggunakan polibag.

BAHAN DAN METODE

Metode kegiatan yang dilaksanakan di Kelurahan Sokanandi Kecamatan Banjarnegara adalah metode pendidikan masyarakat yaitu melalui kegiatan penyuluhan. Tujuan kegiatan penyuluhan ini adalah memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pemanfaatan lahan pekarangan melalui budidaya sayuran organik. Kegiatan penyuluhan ini diikuti oleh ibu-ibu kelompok pengajian Al Huda Kelurahan Sokanandi.

(4)

27 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Transfer Teknologi Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Kegiatan ini diawali dengan peyuluhan pemberian materi secara klasikal berupa pemanfaatan lahan pekarangan. Lahan pekarangan dapat memberikan manfaat yang sangat besar dalam menunjang kebutuhan gizi keluarga disamping sekaligus untuk keindahan (estetika) bila dikelola secara optimal dan terencana (Abdul et al., 2013). Kegiatan menata lahan pekarangan dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu lahan dengan kategori sempit dan lahan dengan kategori sedang/luas. Pada lahan sempit daerah penataannya lebih memaksimalkan tanaman dengan yang dikembangkan adalah menggunakan vertikultur (model rak, gantung, tempel, tegak), pot/polibag, tanam langsung dan kolam mini (Ashari et al., 2012). Di dalam memanfaatkan lahan pekarangan yang ada, tidak hanya menggunakan bahan-bahan yang dibeli di toko seperti polibag atau pot tapi juga memanfaatkan barang-barang bekas untuk tempat media tanam. Seperti bekas botol mineral kecil maupun besar, pouch minyak goreng, gelas air mineral dan lain-lain untuk melakukan budidaya dilahan pekarangan sekitar rumah. Sedangkan penataan lahan pekarangan sedang/luas dilakukan dengan bedengan atau ditanam langsung.

Pada kegiatan ini disampaikan bahwa lahan pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai warung hidup yaitu pekarangan yang dimanfaatkan dengan menanami dengan tanaman, ternak maupun ikan yang dapat dipanen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warung hidup diartikan agar pekarangan menghasilkan yang biasa dibeli sehari-hari dari warung. Untuk pelaksanaannya pekarangan dapat ditanami berbagai jenis tanaman sayuran seperti; bayam, kangkung, mentimun, kacang panjang, terung, sawi dana lain-lain, tanaman bumbu/rempah seperti; jahe, kencur, kunyit, serei dan lain-lain, ternak penghasil daging dan telur seperti; ayam, itik dan lain-lain, maupun ikan seperti lele, nila dan sebagainya. Dengan memanfaatkan lahan pekarangan ditanami dengan warung hidup diharapkan dapat membantu perekonomian keluarga karena dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pekarangan rumah.

Selanjutnya lahan pekarangan dapat sebagai apotek hidup dimana pekarangan ditanami berbagai jenis tanaman yang dapat dijadikan obat keluarga (TOGA). Tanaman obat keluarga tersebut diantaranya adalah; sembung, saga, tapak dara, mahkota dewa, daun dewa, brotowali, temu-temuan, mengkudu, mangkokan, meniran, dan lain-lain. Selain itu lahan pekarangan juga dapat sebagai lumbung hidup. Dalam memenuhi kebutuhan karbohidrat, pekarangan dapat berfungsi sebagai lumbung hidup, dimana pekarangan ditanami dengan tanaman palawija yang banyak mengadung karbohidrat, seperti ubikayu, ubijalar, jagung, talas dan lain-lain. Pekarangan dapat pula berfungsi sebagai bank hidup, dimana pekarangan yang ditanami tanaman keras/tahunan yang dapat menghasilkan uang, tanaman ini merupakan investasi jangka panjang, yakni pekarangan yang ditanami tanaman buah-buahan seperti; rambutan, durian, sukun, mangga, belimbing, salak, lengkeng, alpukat maupun tanaman kayu seperti albasiah, mahoni, jati dan lain-lain.

2. Transfer Teknologi Budidaya Sayur Organik

Transfer teknologi selanjutnya mengenai budidaya sayur organik. Budidaya sayur organik merupakan budidaya sayur yang dilakukan alami tanpa bantuan bahan-bahan kimia. Oleh karena itu sayuran organik bebas dari bahan kimia. Bebas dari bahan kimia dalam arti dari media tanam, pemilihan bibit, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama sampai panen dan pasca panen tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Pupuk yang digunakan berasal dari pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos, sedangkan untuk pembasmian hama dan penyakit digunakan pestisida yang berasal dari bahan-bahan alami. Pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini disampaikan bahwa budidaya sayuran organik bisa dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang ada. Kegiatan budidaya ini dapat dilakukan dalam polibag atau pot atau dengan memanfaatkan barang-barang bekas seperti pouch minyak goreng, kaleng, ember dan sebagainya.

Menanam sayuran organik dalam polibag atau pot mempunyai beberapa keuntungan antara lain: (1) dapat diusahakan dalam skala kecil atau rumah tangga, (2) mudah dalam pemeliharaan karena setiap tanaman ditanam dalam wadah tersendiri, (3) penanganan hama penyakit lebih mudah, dan (4) hemat dalam pemakaian pupuk. Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini dibagikan bibit tanaman cabai kepada ibu-ibu pengajian Al Huda.

(5)

28

Materi selanjutnya yang disampaikan adalah cara menanam sayur secara organik dengan menggunakan polibag;

A. Persiapan tempat dan media

Siapkan polibag dan pot atau wadah lainnya seperti ember plastik atau kaleng bekas. Lubangi bagian kiri, kanan dan bawah 4-5 buah untuk mengalirkan kelebihan air. Dengan demikian sayuran tidak akan tergenang. Apabila menggunakan polibag, sebaiknya polibag dibalik dahulu sebelum diisi media agar polibag dapat berdiri dengan kokoh dan tidak mudah roboh. Media tanam yang digunakan berupa campuran dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1 : 1, 1:2 atau 1:3 tergantung pada kesuburan atau berat ringannya tanah.

B. Persemaian

Sayuran yang bijinya berukuran kecil, seperti selada, sawi, cabai dan tomat perlu disemai dulu agar mudah dalam pemeliharaan. Untuk tanaman bawang daun, bawang merah, dan bawang putih tidak perlu disemai, tetapi dapat langsung ditanam dalam polibag atau pot berukuran besar. Adapun media untuk persemaian dapat digunakan campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 3. Lamanya persemaian tergantung dari jenis tanaman.

C. Penanaman

Penanaman sayuran dalam polibag atau pot sangatlah mudah yaitu sebagai berikut : • Wadah diisi media tanam, lalu disiram.

• Di bagian tengah media dibuat lubang kecil, lalu dimasukan (ditanam) biji atau benih sebanyak 1- 2 buah atau bibit tanaman yang sudah siap tanam. Setelah itu diatasnya ditutup dengan media tanam. D. Perawatan

Perawatan sayuran organik dalam polibag atau pot lebih mudah karena tanaman lebih terkontrol. Beberapa perawatan rutin yang harus dilakukan adalah :

• Tanaman dijaga setiap hari dari serangan hama dan penyakit. Caranya bila ada hama seperti ulat dan kutu, hama tersebut diambil dan dimatikan dengan dipijit. Apabila ada tanaman yang terserang penyakit layu, sebaiknya tanaman segera dicabut dan medianya dibuang. Wadah penanaman dapat digunakan lagi dengan media dan tanaman yang baru dan sehat.

• Bila masih kelihatan kurang subur, tanaman dapat dipupuk dengan pupuk kandang atau kompos yang telah matang.

• Bila tanah terlihat kering tanaman dapat disiram. E. Panen

Umur panen tergantung dari jenis tanamannya. Tanaman cabai dapat dipanen mulai umur 3-4 bulan hingga umur 6 bulan.

Secara keseluruhan tujuan dari kegiatan ini yaitu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat secara langsung terkait pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya sayur secara organik menggunakan polibag sudah terlaksana dan berjalan dengan baik. Seluruh peserta memberikan tanggapan yang positif dan mempraktekkan pengelolaan pekarangannya dengan menanam tanaman sayuran di polibag. Hasil dari kegiatan ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil kegiatan transfer teknologi pemanfaatan lahan pekarangan

No. Sebelum kegiatan Sesudah kegiatan

1. Tingkat pengetahuan tentang pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya masih rendah

Tingkat pengetahuan tentang pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya sudah meningkat

2. Tingkat pengetahuan tentang pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya sayuran organik masih rendah

Tingkat pengetahuan tentang pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya sayuran organik sudah meningkat

3. Tingkat pengetahuan tentang budidaya sayuran di polibag masih rendah

Tingkat pengetahuan tentang budidaya sayuran di polibag sudah meningkat

(6)

29 KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat memberikan manfaat berupa peningkatan pengetahuan tentang pemanfaatan lahan pekarangan dengan melakukan budidaya sayur organik. Serta dibutuhkan pendampingan secara berkelanjutan agar pemberdayaan masyarakat ini dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul R , Rahmawaty, Budiati D, Said TJ. 2013. Sistem Pertanian Terpadu di Lahan Pekarangan Mendukung Ketahanan Pangan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan. Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU 1 (1): 1-8.

Arifin HS, Munandar A, Arifin-Nurhayati HS, Kaswanto RL. 2009. Pemanfaatan Pekarangan di Perdesaan. IPB Press, Bogor.

Ashari, Saptana, dan T.B. Purwantini. 2012. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 30 (1): 13-30.

Maharanto. 2000. Sayuran Pot di Negara 4 Musim. Trubus Edisi September No.286. Tahun XXIV. 2000.

Mardiharini M. 2011. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari dan Pengembangannya ke Seluruh Provinsi di Indonesia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33 (6): 3-5.

Mardikanto T dan Sutarmi S. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian. LSP3, Surakarta.

Novitasari E. 2011. Studi Budidaya Tanaman Pangan di Pekarangan sebagai Sumber Ketahanan Pangan Keluarga (Studi Kasus di Desa Ampel Gading Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang) Skripsi. Universitas Brawijaya Malang, Malang.

Prihmantoro, H. 2006. Memupuk Tanaman Sayur. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahayu, M dan Prawiroatodjo. 2005. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT, 6(2):360-364. Riah. 2005. Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sajogyo. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Gajah Mada Press, Yogyakarta. Tim Agro Media Pustaka. 2006. Memanfaatkan Rumah dan Pekarangan. Menanam Sayur di

Gambar

Gambar 1. Penyuluhan pemanfaatan lahan pekarangan

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran, dan tanaman

Anak dengan nefropati-IgA sering menunjukkan gejala hematuria nyata mendadak segera setelah infeksi saluran napas atas seperti glomerulonefritis akut pascastreptokok,

Dengan permasalahan – permasalahan tersebut maka secara umum design daerah tropis di Indonesia selalu menerapkan overstek yang berfungsi untuk menjaga agar air hujan

menvalidasi username dan password yang dimasukan.. oleh orang tua jika username dan password yang dimasukan benar maka sistem akan menampilkan halaman dashboard

Mengorganisasikan materi pembelajaran 60 74 dosen menjelaskan empat jenis ketelitian jangka sorong  Mahasiswa menanyakan hal- hal yang dianggap kurang jelas

Sepanjang 2005, Bank Danamon aktif melakukan diskusi dan pertukaran informasi dengan pemegang saham, komunitas lembaga investasi dan komunitas pialang saham melalui berbagai

Komunikasi dosen pembimbing dengan masyarakat (misalnya dalam menjembatani komunikasi antara mahasiswa dengan

NO.348 l kamis 2 april 2015 l TaHUN kE-1 kriminal 4-9 mobil DiJUAl DESAINER HENGKI KAWILARANG DITANGKAP POLISI halaman 3 D ESAINER kondang Hengki Kawilarang ditangkap tim