• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Geologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemetaan Geologi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB XI

PEMETAAN GEOLOGI

11.1. Tinjauan Umum

Salah satu pekerjaan yang pokok bagi seorang geologiwan adalah membuat peta geologi. Peta geologi diartikan sebagai bentuk ungkapan data geologi suatu daerah atau wilayah yang ketelitiannya didasarkan pada skala petanya. Peta geologi tersebut menggambarkan atau memberikan informasi segala hal mengenai keadaan geologi wilayah tersebut antara lain sebaran, jenis, dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, fisiografi, sumberdaya alam dan energi. Ada beberapa cara penggambaran informasi tersebut antara lain dengan warna, simbol dan corak atau gabungan dari ketiganya. Nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada si pemeta, seperti ketelitiannya di lapangan, pengetahuan dasar ilmu geologi, dan tentunya pengalamannya. Peta geologi dapat dipergunakan untuk bermacam keperluan, sehingga pembuatannya harus disesuaikan dengan keperluan tersebut. Walaupun pada dasarnya semua peta geologi adalah sama, tetapi untuk tiap-tiap macam peta mempunyai penekanan-penekanan tertentu sesuai dengan tujuan atau keperluan pembuatan peta tersebut.

Karena kompleksnya pekerjaan pembuatan peta geologi tersebut maka selain dituntut pengetahuan dasar geologi, diperlukan juga managemen pengumpulan data di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan di lapangan dapat dilakukan seefisien mungkin dengan waktu sesingkat mungkin dan biaya yang sekecil mungkin.

11.2. Pemetaan Geologi

Pemetaan adalah suatu kegiatan pengumpulan data lapangan, yang memindahkan keadaan sesuangguhnya dilapangan (‘fakta’) keatas

(2)

kertas gambar atau kedalam peta dasar yang tersedia, yaitu dengan menggambarkan penyebaran dan merekonstruksi kondisi alamiah tertentu secara meruang, yang dinyatakan dengan titik, garis, symbol dan warna.

Pemetaan geologi adalah peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna tau simbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat di dalamnya dapat memberikan pencerminan dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan di bawah permukaan. Nilai dari peta geologi tergantung dari ketelitian pada waktu pengambilan di lapangan.

Pelaksanaan pekerjaan pemetaan dapat dilakukan secara langsung di lapangan dan dengan bantuan interpretasi dan analisa foto udara (‘citra’).

Skala yang dipilih, tergantung dari ketelitian dan tujuan. Berdasarkan atas ketelitian yang diinginkan harus disesuaikan dengan besar kecilnya skala, makin teliti data yang diinginkan, makin besar skala yang dipakai, sehingga dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok peta :

 Peta detail  Peta Semi detail  Peta pendahuluan.

11.3. Tahapan Pelaksanaan Pemetaan Geologi

Prosedur pemetaan geologi dapat dibagi dalam tiga tahap utama yaitu :

1. Tahap perencanaan 2. Pemetaan dilapangan 3. Penyusunan laporan

(3)

Tahap perencanaan ini meliputi kegiatan dikantor dan perencanaan kerja setelah berada di pangkalan/ base camp. Perencanaan di studio meliputi :

a. Kumpulan data-data mengenai keadaan daerah (medan), laporan-laporan geologi yang pernah ada dan data lainnya yang berhubungan dengan daerah yang akan dipetakan.

b. Mencari peta topografi/potert untuk peta dasar.

c. Membuat peta dasar : tenaga, perlengkapan dan biaya d. Menyusun program kerja dan jadwal

Berhasil atau tidaknya pekerjaan lapangan nanti akan ditentukan oleh baik tidaknya perencanaan ini. Setelah tiba di pangkalan yang telah direncanakan di studio, sebelum langsung melakukan pemetaan, dilakukan penyelidikan pendahuluan (reconaisence), yang bertujuan :

a. Untuk mengetahui medan, jalan-jalan, nama-nama kampung, sungai, bukit-bukit, dsb termasuk juga membiasakan diri dan mempelajari adat istiadat setempat penduduk setempat.

b. Untuk secara sepintas dapat mengetahui jenis-jenis litologi umpamanya mungkin sudah dapat diperkirakan beberapa macam batuan dan bagimana cara mengelompokkannya .

Setelah itu baru membuat perencanaan mengenai lintasan-lintasan atau rute-rute yang akan ditempuh disesuaikan dengan jadwal waktu yang dibuat dalam program kerja (perencanaan di studio). Peta dasar yang akan disiapkan lebih dari satu untuk dilapangan dan yang lain disimpan dipangkalan. Tiap sore atau malam harinya dibiasakan memindahkan hasil-hasil pengamatan hari itu dari peta lapangan ke peta yang di base camp. Tindakan ini dilakukan untuk menjaga agar jika peta hilang atau peta

(4)

lapangan sudah kotor dan tidak dapat dibaca lagi masih ada peta yang disimpan dipangkalan.

11.3.2 Tahap Pemetaan di lapangan Persiapan Umum

a. Biasakan mulai bekerja dilapangan pagi-pagi dan kembali tidak terlalu sore. Pergi pagi-pagi dapat menghindari hujan yang umumnya turun pada waktu siang di daerah tropis.

b. Membawa air yang cukup dan kebutuhan makan siang

c. Persoalan-persoalan geologi yang tidak dapat dibawa ke base camp selalu harus dipecahkan dilapangan.

Keberhasilan pekerjaan seorang geologist lebih banyak tergantung dari kemampuannya memecahkan masalah dilapangan.

Pengamatan dilapangan

Semua yang dapat dilihat bagi pemeta mempunyai arti tertentu adalah kewajiban bagi para pemeta untuk mencatat segala yang diamati walaupun yang ada pada saat itu mungkin tampaknya remeh sebab siapa tahu diwaktu yang akan datang hal tersebut merupakan kunci atau keterangan tambahan bagi hal-hal yang belum terpecahkan.

Ada tiga hal pokok yang harus direkam oleh para pemeta didalam buku lapangannya yaitu :

a. Unsur-unsur struktur berupa jurus dan kemiringan untuk struktur bidang (misalnya bidang lapisan, sesar, kekar, foliasi, dll) serta arah dan penunjaman untuk struktur garis (misalnya sumbu mikrofold, gores garis, liniasi mineral,dll).

(5)

b. Deskripsi litologi di lapangan harus diusahakan pada singkapan yang baik serta diharapkan dapat mewakili suatu satuan (cara deskripsi yang lengkap) lihat bab III.

c. Membuat sketsa atau potret mungkin keduanya perlu dilakukan sebab dengan foto saja ada kemungkinan gagal dan sketsa dapat memperjelas hal-hal yang ingin ditonjolkan.

11.4. Pemetaan di Lapangan

Pemetaan secara langsung di lapangan pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara,yaitu :

1. Cara Pengukuran Lapangan 2. Cara plotting pada peta dasar.

11.4.1 Pemetaan dengan cara Pengukuran:

Teknik pemetaan ini, didukung oleh peralatan atau pesawat ukur, yang mendeteksi, mengambil dan memindahkan data ukur kedalam daftar tabulasi dan dengan menggambarkan langsung titik, garis, bidang dan ruang dan juga data laing yang sehubungan dengan kebutuhan keatas kertas gambar. Peralatan yang sering dipakai dalam pengukuran, adalah kompas geologi, theodolite, WP, dan Plane Table.

1. Pemakaian Kompas dalam Pengukuran/ Pemetaan,

Cara pemetaan dengan memakai kompas, biasanya dilakukan pada daerah yang tidak memiliki peta dasar, yang dilaksanakan pada pemetaan pendahuluan. Sebagaimana pemetaan dengan menggunakan peralatan lainnya, maka cara pemetaan dengan menggunakan kompas geologi; adalah dengan membuat lintasan-lintasan, dimana tiap-tiap lintasan dihubungkan satu sama lain secara teratur maupun dengan random. Lintasan dapat dilakukan dengan cara membuat Polygon

(6)

tertutup maupun dengan Polygon terbuka secara teratur dan tidak beraturan.

Lintasan Polygon :

Litasan polygon adalah suatu lintasan pengukuran yang dibuat berdasarkan kondisi lapangan :

Lintasan terbuka, adalah suatu pengambilan litasan pengukuran yang dimulai dari titik awal yang diikatkan dengan titik pasti dan lintasan pengukuran diakhiri dengan tidak kembali ketitik awal berupa titik akhir yang terikat dengan titik pasti maupun titik lepas.

Lintasan Tertutup, adalah suatu pengukuran, dimana titik akhir pengukuran berimpit dengan dengan titik awal pengukuran yang terikat dengan titik pasti.

Detail pengukuran dapat dilakukan dengan membuat jarring-jaring pengukuran secara random membentuk garis sarang laba-laba, maupun dengan Grid.

Pengukuran/ Pemetaan detail dengan cara grid.

Pemetaan/ pengukuran detail lapangan dengan tata cara membuat grid, adalah cara pemetaan yang didahului dengan mengadakan orientasi lapangan, untuk menentukan arah memanjang dan lebar bidang tanah yang akan dipetakan, apabila bentuk bidang tanah telah diketahui melalui gambar peta sketsa, pertama-tama dibuat Base Line memanjang membagi dua bidang memanjang bidang tanah. Base line ini adalah patokan untuk membuat garis-garis berikutnya yang diperlukan dalam analisis suatu keadaan tertentu, garis-garis berikutnya dibuat sejajar dan melintang base line (disebut, cross line) dengan interval tertentu sesuai dengan akurasi kebutuhan analisis.

(7)

11.4.2 Pemetaan Dengan Plotting Pada Peta Dasar

Cara lain pelaksanaan pemetaan, dapat dilakukan dengan pemetaan secara langsung di lapangan dengan menentukan titik-titik pengamatan yang kemudian titik-titik pengamatan tersebut, di plotkan kedalam peta dasar atau folio udara. Setiap data unsur yang diamati di plotkan keatas kertas peta berupa simbol-simbol titik, garis, arsiran dan penawaran. Titik-titik pengamatan yang telah ditentukan dinyatakan sebagai Penentuan Titik Lokasi Pengamatan.

Pelaksanaan pemetaan secara langsung, akan menghasilkan peta lapangan yang akan dipergunakan untuk melakukan analisis data dan interprestasi, yang dapat dipergunakan dalam berbagai tujuan aplikasi, sehingga akurasi / mutu suatu penelitian akan sangat tergantung pada kecermatan dan ketetapan pemindahan data lapangan dan ketetapan penentuan lokasi pengamatan kedalam peta dasar. Ketidak cermatan didalam ploting data lapangan kedalam peta dasar akan memberikan kesalahan dalam interprestasi.

Cara pelaksanaan pemetaan dengan penentuan titik lokasi pengamatan, dilakukan dengan menggunakan peta topografi sebagai peta dasar, dan didukung oleh instrument kompas geologi, GPS serta peralatan tulis dan gambar secara langsung di lapangan.

Bagian paling penting dan harus dipetakan adalah batas-batas litologi dan struktur geologi. Pemetaan geologi pada dasarnya adalah menarik batas-batas pada peta antara bermacam-macam batuan yang dikelompokkan menjadi satuan peta. Batas tersebut yang disebut batas litologi merupakan garis-garis atau lengkung dalam peta yang akan memisahkan satuan yang satu terhadap yang lainnya bila satuan tersebut ternyata mempunyai sifat-sifat litologi yang berbeda.

(8)

Batas-batas litologi pada beberapa singkapan dapat jelas (pasti) diperkirakan letaknya tertutup pelapukan atau dapat juga diduga adanya batas. Tugas seorang ahli geologi sering kali memetakan apa yang tidak ia lihat jadi kebalikan tugas seorang ahli topografi.

Dengan demikian tugas dari seorang pemeta geologi adalah memetakan apa-apa yang tidak dengan jalan mempelajari singkapan-singkapan yang terbatas dan kemudian menghubungkannya satu dengan yang lain.

Sebagai suatu pegangan dalam mempelajari dan mencari batas-batas litologi dapat dikemukakan hal-hal sebagi berikut :

a. Singkapan dan bongkahan

Kadang-kadang beruntung kita mendapatkan suatu singkapan dan dari singkapan tersebut banyak yang dapat diceritakan tetapi kita harus hati-hati apakah singkapan tersebut pada tempatnya/ insitu dan bukan merupakan bongkahan yang berpindah tempat/ eksitu.

b. Fungsi dari sungai

Terutama di daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang lebat atau mempunyai lapisan penutup (pelapukan) yang tebal satu-satunya kemungkinan untuk mendapatkan singkapan-singkapan adalah di sungai-sungai yang menyadat dalam walaupun tebingnya tertutup, kadang-kadang arus sungai itu akan memotong lapisan-lapisan batuan yang keras yang menimbulkan terjadinya riam-riam atau “rapids”.

Pengamatan batu-batu guling di sungai

Mempelajari jenis-jenis dan penyebaran batu-batu guling pada suatu cabang sungai seringkali membantu dalam pendugaan batas litologi. Sebagai contoh, bila kita temukan dua macam batu guling yang terdiri dari batu A dan B. Ini sudah menjelaskan bahwa kedua batuan ini

(9)

tesingkap di tempat-tempat yang tidak begitu jauh dari sana. Bila ikuti ke hulu, batu guling itu akan menjadi lebih besar dan runcing, dan bila diikuti terus mungkin hanya batu guling A saja yang kita jumpai. Ini menunjukkan bahwa kita telah melampaui singkapan B dan juga batas satuan A dan B. Jadi kita bisa kembali dan menyelidiki lebih teliti lagi.

Perubahan bentuk lembah juga dapat menunjukkan perubahan jenis litologi :

Batuan lembah-lembah melebar Batuan keras-sempit dan curam

c. Jika memperhatikan tempat-tempat yang pernah dicapai atau digali orang, seringkali banyak faedahnya. Banyak infomasi yang akan kita dapat dari penggalian-penggalian sumur, fondasi rumah, tiang dan lain-lain. Juga lubang-lubang yang digali binatang (kelinci).

d. Perhatikan jurusnya, apakah kita berjalan searah atau tegak lurus jurus perlapisan.

e. Soil (tanah pelapukan) :

Tiap batuan umumnya akan memberikan hasil pelapukan yang berlainan.

f. Sumber-sumber air

Banyak sekali faedahnya karena kerap sekali menunjukkan batas antara lapisan-lapisan yang porous dan yang kedap air. Selain itu, dapat juga menunjukkan adanya bidang-bidang patahan yang kadang-kadang dapat diikuti beberapa jauh.

Batas-batas litologi dan tanda-tanda struktur dapat merupakan gejala geologi yang paling penting yang dipetakan dalam peta dasar. Karena kedua gejala geologi ini kita anggap sebagai bidang-bidang yang teratur maka bentuknya dalam peta akan berupa garis-garis lurus atau lengkung

(10)

yang ditentukan oleh : bentuk topografi, jurus dan kemiringan dari bidang-bidang tersebut.

Bentuk dari garis atau batas tersebut di dalam peta dengan demikian akan memberikan arti terhadap stratigrafi dan struktur dari daerah itu. Dengan perkataan lain, garis tersebut akan menyatakan kepada kita : formasi mana yang di atas dan di bawah, dan kecuraman dari kemiringan.

Sangat dianjurkan, bahwa para pemeta hendaknya teliti dan hati-hati dalam menarik batas ini. Karena suatu batas yang dibuat secara sembarangan akan menyebabkan interpretasi yang salah terhadap peta tersebut. Untuk melukiskan batas-batas di dalam peta kita harus memperhatikan hukum “V” pada gambar berikut :.

Gambar 11.1. Gambar kaidah hukum V (Ragan, 1973) 11.5 Jenis Lintasan Geologi

(11)

Lintasan yang dapat kita ikuti di lapangan dapat bermacam-macam : 1. Lintasan sungai (river traverse-river opname)

2. Lintasan jalan (road traverse)

3. Lintasan kompas (compass traverse), atau potong kompas

Sebagian besar dari lintasan yang akan di lakukan merupakan lintasan sungai, sebab di sungailah terdapat kebanyakan singkapan-singkapan. Untuk menentukan lokasi titik pengamatan di lintasan-lintasan ini dapat ditempuh dua cara, yaitu :

1. Dengan jalan orientasi, yaitu menyamakan keadaan topografi sekeliling titik pengamatan dengan keadaan di dalam peta.

2. Mengukur dengan tali ukur dan kompas atau menghitung langkah sejak titik permulaan sampai titik terakhir dari lintasan.

11.5.1. Lintasan Sungai

Karena sungai-sungai sudah digambarkan dalam peta dasar, tidak usah diadakan pengukuran kompas, cukup dengan memperhatikan dan mencatat belokan-belokan sungai yang terpenting saja (misalnya berapa kali belok kanan dan belok kiri sesudah titik pengamatan terakhir)

Lokasi titik itu didapatkan dengan jalan mengukur dengan mistar dalam peta sepanjang garis sungai, dengan memperhitungkan berapa kali beloknya. Tetapi kadang-kadang ada hal-hal yang kurang tepat (peta sudah tua dan sebagainya) sehingga perlu sekali dicek kebenarannya. Terutama sekali kalau kita pergunakan peta yang dibesarkan. Kadang-kadang cara yang kedua harus dilakukan jika sungai-sungai itu tertutup dalam hutan, sehingga tidak mungkin untuk berorientasi. Tetapi sebaiknya dalam semua lintasan sungai (river traverse) saudara menghitung langkah dari permulaan langkah sebab saudara tidak selalu tahu keadaan yang bagaimana yang akan dihadapi.

(12)

11.5.2. Lintasan Jalan

Traverse yang dilakukan di jalan-jalan tidak berbeda dengan traverse di sungai, hanya tentunya akan lebih mudah. Tetapi sebelumnya, pemeta harus yakin bahwa jalan yang akan pemeta ikuti itu tergambar dalam peta dengan nyata dan jelas. Ada kalanya, malah seringkali terjadi, bahwa jalan-jalan setapak ataupun jalan besar itu sudah pindah sehingga akan mengacaukan pemeta. Lebih baik dicek dahulu dengan penduduk setempat, jika ternyata jalan itu sudah berubah, maka terpaksa saudara harus melakukan “compas opname” seperti yang dijelaskan di bawah ini.

11.5.3. Lintasan Kompas dengan tali ukur/ langkah

Lintasan kompas atau “potong kompas”

Istilah yang terakhir ini lazim digunakan dalam kalangan militer. Seperti lintasan-lintasan lainnya, traverse ini pun harus direncanakan terlebih dahulu dengan teliti. Kita harus yakin bahwa lokasi terakhir dari lintasan yang direncanakan mudah dikenal dan dicari di lapangan. Sebaiknya direncanakan juga setibanya di lapangan dari titik mana pemeta akan memulai traverse-nya.

Pemeta harus menghubungkan dua lokasi dalam peta, yang di antara kedua lokasi tersebut pemeta akan mengadakan pengamatan Semua singkapan-singkapan yang pemeta jumpai di depan atau kiri kanan garis lintasan, hanya ditentukan dengan hitungan langkah, atau menarik tali ukur.

Catatan mengenai topografi lintasan perlu dilakukan, hal ini dapat membantu untuk melokalisir titik pengamatan, misalnya :

(13)

• berapa kali turun ke lembah.

Setibanya dekat lokasi yang dituju, harus dicek apakah terlalu ke kiri atau ke kanan dari titik yang dituju. Bahwasanya lintasan ini dapat dilakukan, ternyata dengan adanya istilah “potong kompas” dalam ketentaraan. Traverse semacam ini dilakukan pada keadaan sungai-sungai dan jalan-jalan tidak tergambar pada peta, atau tak ada sama sekali. Misalnya pemeta akan datang ke puncak bukit dimana dengan jelas kelihatan dari jauh adanya singkapan, tetapi hutan lebat berada di antara pemeta dan bukit tersebut. Maka inilah satu-satunya cara yang paling aman untuk dipakai di hutan tersebut, dengan mengikuti prosedur di atas pemeta tak akan tersesat.

Lintasan ini juga dipakai jika pemeta kehilangan orientasi sama sekali. Dengan mengarahkan kompas ke unsur topografi yang memanjang, misalnya jalan, maka pemeta akan selamat, dan titik pengamatan terakhir akan dapat ditentukan kembali.

Pengukuran dengan tali kompas/ rotan kompas

Metoda ini sama dengan yang disebut mengukur stratigrafi (MS). Selain dilakukan untuk keadaan tersebut di atas juga dilakukan untuk membuat suatu peta profil secara detail dari suatu singkapan yang menerus.

Caranya adalah dengan mempergunakan tali ukur (50 m, 25 m), dan kompas; jarak, azimuth dan lereng diukur, kemudian dilakukan koreksi-koreksi seperlunya.

Variasi lain dari pengukuran cara ini adalah :

• Dengan menggunakan dua perahu di sungai yang masing-masing memegang ujung tali, atau

• Satu perahu dan satu orang mengambang dengan pelampung, masing-masing memegang ujung tali.

(14)

Jika peta dasar yang dipakai adalah 1 : 25.000, maka 1 mm di peta berarti 25 m di lapangan. Menentukan, mengeplot atau membedakan 1 mm dalam peta adalah sukar. Ini berarti bahwa setiap 35 langkah yang pemeta lakukan di lapangan berarti pemeta maju 1 mm dalam peta. Jelas bahwa jika ada singkapan-singkapan dalam jarak sampai 50 m, itu harus dianggap satu singkapan saja.

Pemeta harus ingat bahwa untuk mengeplot simbol jurus dan kemiringan saja dibutuhkan ruangan kira-kira 10 x 5 mm. Jelas pula bahwa singkapan-singkapan yang berada di garis lintasan. (Tetapi dalam buku catatan harus dinyatakan jarak-jarak singkapan yang demikian).

Jelaslah bahwa untuk pemetaan dengan memakai peta dasar skala 1 : 25.000 atau lebih kecil lagi, metode-metode yang di atas tadi cukup tepat. Lain halnya dengan skala yang besar.

11.7. Penampang Geologi

Peta geologi yang lengkap adalah peta geologi yang dilengkapi dangan penampang geologi. Penampang geologi penting dibuat untuk menunjukkan hubungan urutan batuan dan rekontruksi struktur geologi. Biasanya penampang geologi dibuat tegak lurus dengan jurus batuan dan diusahan dapat melewati semua satuan batuan yang ada dalam peta geologi. Dalam kondisi tertentu kadang sayatan pada peta tidak tegak lurus dengan jurus lapisan batuan, maka dapat dikoreksi :

Tg α = tg δ x Sin β

α = arctg (tg δ x sin β ) dimana : α : Dip di penampang

δ : Dip dipeta

(15)

Penampang geologi sangat tergantung pada peta dasar yang digunakan. Untuk membuat penampang geologi terlebih dahulu membuat penampang berdasarkan peta berkontur untuk memperjelas beda tinggi penampang geologi (gambar 11.2). Kemudian memasukkan unsur-unsur batuan dan struktur geologi.

(16)

Gambar 11.2. Unsur-unsur yang ada pada peta geologi (Compton, 1985)

(17)

Gambar 11.3 Cara pembuatan penampang geologi berdasarkan peta dasar (Ragan, 1973)

11.8. Penggolongan Batuan

Setiap negara mempunyai aturan tersendiri dalam penggolongan batuan. Di indonesia penggolongan satuan batuan berdasarkan pada Sandi Stratigrafi Indonesia (1975, 1996). Dalam pemetaan geologi permukaan umumnya digunakan pembagian satuan stratigrafi berdasarkan litostratigrafi.

(18)

Gambar 11.4 Pembagian satuan stratigrafi (ISSC,1976) 11.9 Kolom Stratigrafi

Peta Geologi pada dasarnya dapat menunjukkan urutan umur batuan tetapi tidak bisa menunjukkan urutan umur yang dilengkapi dengan umur relatif serta gambaran deskriptif batuan, lingkungan pengendapan/pembentukan. Untuk itu setiap hasil pemetaan geologi selalu di haruskan membuat kolom stratigrafi.

Syarat-syarat untuk suatu satuan batuan :

Harus dapat dipetakan (mapable) berdasarkan skala peta dasar  Satuan peta dapat terdiri satu macam batuan atau beberapa macam

batuan

 Penggolongan satuan batuan disesuaikan dengan sandi stratigrafi indonesia. Harus menggunakan satu pembagian satuan stratigrafi.

(19)

Misalnya : satuan litostratigrafi tidak perlu digabungkan dengan satuan litodemik.

11.9. Kolom Stratigrafi

Kolom stratigrafi yang dibuat dari peta geologi berbeda dengan kolom stratigrafi yang dibuat berdasarkan penampang terukur. Unsur-unsur yang tergambar di dalamnya sama saja seperti yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Perbedaanya adalah kolom stratigrafi peta memuat urutan batuan secara keseluruhan, sedangkan penampang terukur penekanannya pada lingkungan pengendapan dan kotak satuan batuan.

Kolom stratigrafi juga sangat tergantung penampang stratigrafi terukur yang biasanya dibuat pada tempat-tempat yang menunjukkan urutan yang ideal, daerah yang menunjukkan kontak tegas.

Unsur-Unsur Kolom Stratigrafi Peta:

Tidak ada format yang baku mengenai gambar kolom stratigrafi, yang pasti suatu kolom stratigrafi memuat unsur yang tidak dapat ditampilkan dalam peta geologi. Unsur-unsur yang ada pada penampang stratigrafi terukur tentunya sebagai dasar pembuatan kolom stratigrafi peta. Berikut unsur-unsur yang harus ada dalam kolom stratigrafi :

Kolom Umur

Kolom ini memuat umur satuan batuan, baik umur relatif maupun umur absolut. Dasar pengambilan umur satuan batuan antara lain :

a. Berdasarkan kedudukan batuan di lapangan yang tergambar dalam peta geologi dan penampang geologi.

b. Umur relatif berdasarkan kandungan fosil c. Umur absolut berdasarkan radiometri

(20)

d. Berdasarkan hasil kesebandingan umur satuan resmi. Tentunya harus membandingakan kesamaan ciri fisik (litotype), lebih bagus lagi mengerti stratotipenya sehingga dapat memposisiikan satuan batuan lokasi penelitian terhadap urutan satuan resminya.

Kolom Satuan Batuan

Kolom satuan terbagi atas dua bagian yaitu :

 Kolom satuan tidak resmi yang merupakan hasil penggolongan satuan batuan murni hasil penelitian.

 Kolom satuan batuan resmi penelitian geologi yang telah di lakukan di daerah penelitian baik hasil pemetaan geologi maupun hasil penelitian geologi khusus.

Kolom Ketebalan

Ketebalan kolom stratigrafi peta di dapatkan dari hasil rekontruksi penampang geologi serta hasil stratigrafi terukur. Kadang menjadi persoalan apakah batuan yang tidak berlapis seperti batuan beku dan metamorf perlu juga di masukkan dimensi lebarnya dalam kolom ketebalan.

Kolom Litologi

Banyak versi dalam penggambaran kolom litologi, hal ini disebakan keinginan geologist untuk menampilkan hubungan stratigrafi hasil pemetaannya. Unsur-unsur yang penting ditampilkan dalam kolom litologi :

 Simbol litologi

 Simbol batas ketidaselarasan

 Simbol perubahan fasies seperti menjemari, melensa, melidah  Simbol kandungan mineral, kandungan fosil

 Ekspresi ukuran butir dan ekspresi tingkat pelapukan batuan

 Kontak intrusi; perlu ditekankan batuan beku intrusi dengan batuan beku yang tergolong pyroklastic flow. Kadang-kadang sulit digambarkan.

(21)

Kolom Deskripsi

Walaupun yang diperikan dalam kolom ini adalah deskripsi batuan, tetapi dianjurkan memperhatikan terlebih dahulu penggolongan batuan kemudian menguraikan deskripsi batuan.

Kolom Kandungan Fosil

Sebutkan semua fosil yang dianggap representatif yang dianggap memperkuat penentuan umur batuan dan lingkungan pengendapan

Kolom Lingkungan Pengendapan/ Pembentukan :

Dasar penempatan kolom ini sangat tergantung proses pembentukan suatu batuan. Kadang pula dipengaruhi oleh penekana pemetaan geologi (misalnya penekanan tektonik, basin, proses sedimentasi, fasies dsb). Berikut unsur-unsur yang perlu dicantumkan dalam kolom Lingkungan pengendapan/ pembentukan :

Lingkungan pengendapan ;

Dapat diambil dari kedalaman batimetri fosil (transisi, laut dangkal, laut dalam), lingkungan fasies batuan karbonat (lingkungan reef, platform lebar), lingkungan pengendapan batuan silisiklastik (seperti aluvial fan, channel/braidded sungai, lakustrin, delta, sub marine fan). Perlu di ingat bahwa lingkungan pengedapan tidak bisa berdiri sendiri hanya dengan parameter struktur sedimen tertentu, mineral tertentu, satu jenis fosil tetertu tetapi harus mempertimbangkan urutan vertikal hasil pengukuran stratigrafi terukur.

Pembentukan batuan ;

Kadang lokasi penelitian terdapat batuan metamorf, sehingga harus dipertimbangkan jenis proses metamorfisme yang mempengaruhi

(22)

terbentuknya batuan, kadang pula even tektonik yang dijadikan patokan lingkungan pembentukan (seperti pre-rift, syn-rift, post rift dll.).

(23)
(24)

Gambar

Gambar 11.1. Gambar kaidah hukum V (Ragan, 1973) 11.5  Jenis Lintasan Geologi
Gambar   11.3   Cara   pembuatan   penampang   geologi   berdasarkan  peta  dasar (Ragan, 1973)
Gambar 11.5. Kolom stratigrafi Daerah Biru, Sulawesi Selatan (Leeuwen, 1981)

Referensi

Dokumen terkait

Pemetaan 3D gua menggunakan software Blender, pemetaan dilakukan dengan mengambil dasar peta 2D yang telah di olah dengan Compass Cave sebagai pembuatan dasar lorong

Batas luar Peta Blok dari PBB sangat berbeda dengan dari Citra, karena peta dasar yang digunakan PBB terlalu tua, sedang wilayah pantai sudah berubah. Peta

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan struktur geologi dan satuan batuan juga sistem sesar yang berkembang di daerah Blok Kolbano menggunakan metode pemetaan

Pendekatan yang akan di pakai adalah pendekatan analitik dimana dibuat peta dasar dan penentuan titik pengamatan, lalu pengelompokkan awal, kemudian pengambilan

Sistem pemetaan lokasi bencana alam ini dapat membantu User dalam memberikan informasi tentang titik lokasi bencana alam yang terjadi dalam bentuk sebuah peta, User

Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis

Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, mak a survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta

mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar peta dan pemetaan; (2) mempraktikkan keterampilan dasar peta dan pemetaan; dan (3) menganalisis lokasi industri dan