• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF

BERBANTUAN TEKNIK COMPLETE SENTENCE TERHADAP

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA

KELAS V SD NEGERI 1 SEMARAPURA KANGIN

Ni Kdk. Ayu Noverayanti1, I Md.Tegeh 2, Md. Sumantri 3

1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: noverayantiayu@gmail.com

1

,

imadetegehderana@yahoo.com 2

,

madesumantripgsd@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan membaca pemahaman dan kelas yang belajar dengan model pembelajaran Metakognitif berbantuan teknik complete sentence dengan model pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Semarapura Kangin tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan Non-Equivalent Post-Test Only

Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 1

Semarapura Kangin tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 72 orang. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik random sampling dan diperoleh kelas VA SD Negeri 1 Semarapura Kangin sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB SD Negeri 1 Semarapura Kangin sebagai kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca pemahaman yang dikumpulkan dengan instrumen lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji–t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara kelas yang belajar dengan model pembelajaran Metakognitif berbantuan teknik complete sentence dan kelas yang menggunakan model pembelajaran Konvensional (thitung = 11,89; ttabel = 1,994) rata-rata

skor kemampuan membaca pemahaman 49,57 kelas yang belajar dengan model pembelajaran Metakognitif berbantuan teknik complete sentence yang berada pada kategori tinggi, sedangkan kelas yang belajar dengan model pembelajaran Konvensional adalah 44,43 yang berada pada kategori rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman yang dicapai oleh kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Metakognitif berbantuan teknik complete

sentence lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang mengikuti pembelajaran dengan

model pembelajaran Konvensional.

Kata kunci: metakognitif, complete setence membaca pemahaman

Abstract

This study aimed to determine differences in reading comprehension between classroom learning with technology-assisted learning model Metacognitive complete sentence with conventional learning models fifth grade students of SD Negeri 1 Semarapura Kangin academic year 2013/2014. The study was quasi-experimental research design with Non-Equivalent Post-Test Only Control Group Design. The study population was all students in class five SD Negeri 1 Semarapura Kangin academic year 2013/2015 the total of student is 72 people. The research sample was taken with a random sampling technique and derived class VA SD Negeri 1 Semarapura Kangin as the experimental group and class VB SD Negeri 1 Semarapura Kangin as a control group. The data collected in this

(2)

study is the ability to read with understanding that collected observation sheet instruments. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics (t-test). The results showed that there were differences in reading comprehension between classroom learning with technology-assisted learning model Metacognitive complete sentence and Conventional learning model (tvalue = 11.89; ttable = 1.994) in which the

average score reading comprehension class 49.57 learning with technology-assisted learning model Metacognitive complete a sentence at the high category, while classroom learning with conventional learning models is 44.43 which is in the low category. Results of this study showed that reading comprehension is achieved by the following class learning with technology-assisted learning model Metacognitive complete sentence higher than the classes that follow the model of learning with conventional learning.

Key words: Metacognitive, sentence complete reading comprehension

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam KTSP merupakan sebuah pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan prilaku positif dalam berbahasa, khususnya Bahasa Indonesia. Pembelajar-an Bahasa Indonesia diarahkPembelajar-an untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

untuk berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik

secara lisan maupun tertulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil

karya kesastraan manusia Indonesia

(Razak,2009).

Standar isi yang terkandung dalam

materi pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia menyangkut empat keterampilan

yang meliputi keterampilan menyimak

(listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan ber-bahasa mempunyai hubungan erat antara keterampilan berbahasa satu dengan yang lain. Keempat keterampilan berbahasa ter-sebut merupakan satu kesatuan sehingga dinamakan catur tunggal.

Salah satu dari keempat kete-rampilan berbahasa, yang penting dikuasai dan dikembangkan di sekolah adalah keterampilan membaca. Membaca me-rupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan. Kegiatan membaca dapat diibaratkan se-bagai jantungnya pendidikan. Oleh karena itu, pembelajaran membaca dicantumkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pen-didikan (KTSP). Ini terbukti dari ke-terampilann membaca yang telah diajarkan

sejak jenjang sekolah dasar hingga

keperguruan tinggi. (Depdiknas, 2004) Dalam standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia, ada beberapa jenis keterampilan membaca yang harus dikuasai siswa. Salah satunya adalah membaca pemahaman. Sudiana (2007:20) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan usaha dengan segala upaya untuk dapat memahami teks yang dibaca. Ketika membaca, seseorang berusaha memahami isi pesan penulis yang tertuang dalam bacaan. Pemahaman ini merupakan prasyarat bagi berlangsungnya suatu tin-dakan membaca. Sebenarnya, pada per-ingkat yang lebih tinggi membaca itu bukan sekadar memahami lambang-lambang tert-ulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam ba-caan. Dengan demikian, apabila seseorang setelah melakukan kegiatan membaca belum dapat mengambil pesan yang disampaikan oleh penulis, maka proses tersebut berhasil.

Penggunaan pendekatan, metode dan teknik membaca yang tidak tepat me-rupakan salah satu faktor penentu kurang maksimalnya pencapaian tujuan pem-belajaran membaca di sekolah. Menyadari pentingnya suatu model pembelajaran un-tuk mengembangkan kemampuan mem-baca siswa, maka mutlak diperlukan ada-nya pembelajaran membaca yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Oleh ka-rena itu, perlu digunakan cara-cara kreatif dan inovatif yang dapat merangsang motivasi siswa serta minat siswa dalam membaca.

(3)

Salah satu alternatif untuk meningkat-kan kemampuan membaca pemahaman siswa adalah penerapan model pem-belajaran metakognitif berbantuan teknik complete sentence terhadap kemampuan membaca pemahaman dalam pengajaran membaca. Metakognitif merupakan ke-sadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Psikolog Universitas Indonesia, Royanto (dalam Maulana, 2008:1) menyatakan kesulitan belajar dalam arti memahami isi sebuah

bacaan, bisa terjadi karena belum

mempunyai strategi metakognitif.

Metakognitif dalam membaca adalah kesadaran seseorang saat proses mem-baca, apakah ia paham atau tidak tentang isi dari teks yang sedang dibacanya

(Fakhriati, 2007). Dengan kata lain,

metakognitif dapat menciptakan seorang

pembaca yang terampil yang dapat

menggunakan strategi membaca pema-haman secara efektif. Keunikan seorang pembaca yang baik memerlukan, meng-klarifikasi dan menyimpulkan sambil mem-baca.

Model pembelajaran metakognitif

memiliki banyak kelebihan jika digunakan sebagai alternatif pembelajaran membaca untuk mengembangkan kemampuan mem-baca pemahaman siswa. Pandangan ini tentu saja berdasarkan, yakni dengan mengembangkan kesadaran metakognisi-nya, siswa terlatih untuk selalu merancang strategi terbaik dalam memilih, mengingat,

mengenali kembali, mengorganisasi

informasi yang dihadapinya, serta dalam

menyelesaikan masalah. Dipilihnya teknik

complete sentence karena dalam proses membaca menurut Burns, Roe, dan Syafi’ie

(dalam Sudiana, 2007:9), kegiatan

membaca terdiri atas beberapa aspek. Tiga diantaranya adalah aspek berpikir, aspek pengalaman, dan aspek urutan. Dalam berpikir, saat siswa atau seseorang mel-akukan kegiatan membaca akan mengi-nterprestasikan rangkaian simbol-simbol grafis, menyimpulkan dan menentukan makna-makna grafis. Sehubungan dengan itu, jika dipanjangkan menjadi sebuah bacaan dengan belum lengkapnya kalimat-kalimat bacaan tersebut maka siswa atau seseorang akan menginterprestasikan kata-kata atau sekelompok kata-kata untuk

me-lengkapi kalimat yang dihadapinya se-hingga terbentuk bacaan yang utuh.

Berdasarkan hasil observasi awal di SD Negeri 1 Semarapura Kangin pada hari jumat 14 Januari 2013, dapat diketahui bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V adalah 70 dan jumlah siswa sebanyak 107 siswa yang dibagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas A, B, dan C terdiri dari kelas A sebanyak 35 orang siswa, kelas B sebanyak 37 orang siswa, dan kelas C sebanyak 35 orang siswa perkelas.

Hasil belajar yang rendah disebabkan

oleh masalah-masalah yang dihadapi

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Adapun permasalahan yang teridentifikasi sebagai penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Semarapura Kangin. Pertama, pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sedangkan siswa yang bersifat pasif dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari kondisi siswa SD Negeri 1 Semarapura Kangin yang lebih banyak mendengar penjelasan guru. Kedua, siswa pada umumnya mempunyai anggapan bahwa Bahasa Indonesia adalah pelajaran sulit. Beberapa siswa SD Negeri 1 Semarapura Kangin berpendapat bahwa

pelajaran Bahasa Indonesia adalah

pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan dipahami.

Berdasarkan beberapa masalah yang telah dipaparkan di atas, perlu diadakan inovasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Inovasi yang dimaksud adalah berupa perubahan cara berpikir. Perubahan pola berpikir konvensional menuju pola pikir yang inovatif serta perubahan peran guru yang awalnya sebagai transmiter menjadi fasilitator. Pola pikir inovatif yang dimaksud adalah pola pikir yang berdasarkan atas

paham kontruktivisme. Prinsip

kont-ruktvisme adalah guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa sedangkan siswa harus membangun diri sendiri pengetahuan yang ada dalam benaknya (Trianto, 2009:28).

(4)

Degeng (2001:1) menyatakan pada abad XXI pelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered) melainkan berpusat pada siswa (student centered). Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pe-lajaran, sehingga siswa tidak dapat lagi menganggap guru sebagai sumber pe-ngetahuan tetapi sebagai kawan dalam be-lajar. Hal ini diperkuat oleh Trianto (dalam Paramitasari, 2012:5) yang menyatakan hakikat belajar adalah siswa harus mene-mukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi. Salah satu model pem-belajaran yang inovatif dan sesuai dengan

paham konstruktifistik adalah model

pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti-an ini speneliti-angat penting dilakukpeneliti-an dengpeneliti-an me-nerapkan judul ”Pengaruh Model Pem-belajaran Metakognitif Berbantuan Teknik Complete Sentence terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V Se-mester I SD Negeri 1 Semarapura Kangin, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klung-kung Tahun Pelajaran 2013/2014”.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan

eksperimen semu (quasi experimen).

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di desa Bendul pada rentang waktu semester I (genap) tahun pelajaran 2013/2014. Desain penelitian yang digunakan adalah Non-Equivalent Post-Test Only Control Group Design.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas V SD N 1 Semarapura Kangin di desa Bendul. Jumlah Kelas keseluruhan-nya sebakeseluruhan-nyak tiga kelas dengan jumlah seluruh siswa adalah 107 siswa. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Dari populasi yang terdiri dari 3 kelas V yang terdistribusi pada 1 sekolah dipilih 2 kelas untuk dijadikan sampel penelitian yang dapat mewakili semua populasi dan yang dianggap memiliki kesetaraan yang telah diuji dengan analisis

uji t untuk menjadi kelas ekperimen dan kelas kontrol. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol maka peneliti menggunakan teknik random sampling, dengan teknik random sampling.

Jenis instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan membaca pemahaman dalam bentuk tes essay. Tes dilakukan kepada 50 siswa kelas VI SD N 1 Semarapura Kangin. Adapaun jumlah soal yang diuji coba berjumlah 15 butir tes berbentuk essay. Selanjutnya dilakukan uji validitas butir dengan rumus korelasi product moment. Hasil rxyhitung

dikonsultasi-kan dengan rtabel dengan taraf signifikansi

5%. Berdasarkan hasil analisis, 12 butir soal yang diuji dinyatakan valid dan 3 butir soal yang dinyatakan tidak valid. Tahapan kedua yakni 12 butir soal yang sudah valid

diuji reliabilitas dengan menggunakan

Alpha Cronbach. Berdasarkan pada

perhitungan dengan rumus tersebut,

diperoleh reliabilitas tes kemampuan mem-baca pemahaman siswa 0,79, Jadi reli-abilitas tes kemampuan membaca

pe-mahaman pada Bahasa Indonesia

berkualifikasi sangat tinggi.

Analisis ketiga adalah tingkat

kesukaran. Butir yang dianjurkan sebagai tes standar adalah butir yang memiliki IKB

antara 0,30 – 0,70. Hasil perhitungan

dengan rumus IKB menunjukkan bahwa 12 soal memenuhi persyaratan IKB yang ditetapkan. Analisis terakhir adalah daya beda. Butir yang dianjurkan sebagai tes standar adalah butir yang memiliki IDB >

0,27. Berdasarkan pada perhitungan

dengan rumus tersebut, diperoleh IDB sebesar 0,41, sehingga dapat dikatakan

analisis 12 butir soal memenuhi

persyaratan IDB yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan, maka diperoleh 12 butir tes

yang dapat diterima sebagai tes

kemampuan membaca pemahaman yang digunakan pada post test.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yang dicari adalah mean, median, modus dan

standar deviasi. Uji prasyarat yang

dilakukan adalah uji normalitas sebaran

data dengan chi-kuadrat dan uji

(5)

digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Rumus uji-t yang digunakan adalah polled varians (

n

1

≠ n

2 dan varians

homogen dengan db = n1 + n2 – 2).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk memperoleh gambaran

tentang kemampuan membaca pemaham-an, data dianalisis dengan analisis deskriptif agar dapat diketahui Mean (M), median (Md), Modus (Mo), dan standar deviasi.

Rangkuman hasil analisis deskriptif

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kemampuan Membaca Pemahaman

Statistik Deskriptif Kelompok

Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean (M) 49,57 43,43

Median (Md) 50,41 44,14

Modus (Mo) 55,83 38,3

Varians

66,63

57,41

Standar deviasi

8,16

7,57

Berdasarkan Tabel 1, diketahui mean kelompok eksperimen lebih besar

daripada mean kelompok kontrol.

Kemudian data kemampuan membaca

pemahaman pembelajaran Bahasa

Indonesia dapat disajikan ke dalam bentuk grafik poligon seperti pada Gambar 1.

0 2 4 6 8 10 35 40 45 50 55 60

F

re

k

u

en

si

Titik Tengah

Gambar 1. Grafik Poligon Skor Data Kelompok Eksperimen.

Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa sebaran data kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran metakognitif berbantuan complete sentence

juling negatif Mo>Md>M

(55,83>-50,41>49,57). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi. Jika nilai rata-rata dikonversikan ke dalam Penilaian

Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sangat tinggi. Distribusi

frekuensi data kemampuan membaca

pemahaman pembelajaran Bahasa

Indo-nesia kelompok kontrol yang telah

mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disajikan pada Gambar 2. 0 2 4 6 8 10 32 37 42 47 52 57

F

re

k

u

en

si

Titik Tengah

Gambar 2. Grafik Poligon Skor Data Kelompok Kontrol.

Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa sebaran data kelompok siswa yang

mengikuti model pembelajaran

konvensional merupakan juling positif

Mo<Md<M

(38,5<44,14<44,43)

. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Jika nilai rata-rata dikonversi ke dalam

(6)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori tinggi.

Uji prasyarat yang meliputi uji

normalitas dan uji homogenitas. Uji

normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Hasil uji normalitas sebaran data didapatkan harga xhitung hasil post test kelompok eksperimen

sebesar 4,353 dan xtabel dengan derajat

kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,815 . Hal ini berarti xhitung hasil post test kelompok eksperimen lebih kecil dari xtabel (4,353 < 7,815). Sehingga data

hasil post test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan xhitung hasil post-test kelompok kontrol adalah 4,827 dan xtabel hasil post-test kelompok kontrol

dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,815. Hal ini berarti xhitung hasil post-test kelompok

kontrol lebih kecil dari xtabel (4,287< 7,815).

Sehingga data hasil post test kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji F dengan kriteria data homogen

jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil

perhitungan uji homogenitas didapatkan harga Fhitung sebesar

1,16

sedangkan Ftabel

dengan dbpembilang =

34

, dbpenyebut =

36

, pada

taraf signifikansi 5% adalah

1,84

Hal ini berarti Fhitung lebih kecil dari Ftabel (

1,16

<

1,84

) sehingga dapat dinyatakan bahwa

varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Berdasarkan hasil analisis uji

prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data kemampuan membaca pemahaman ke-lompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat di-lakukan.

Uji hipotesis dilakukan dengan

menggunakan statistik uji-t dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah H0

ditolak jika thitung > ttabel. Pengujian dilakukan

pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 3. Hasil

perhitungn uji-t dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji t

Data Kelompok N X s2 thit ttab (t.s. 5%) Status

Kemampuan membaca pemahaman Eksperimen 35 49,57 66,63 11,89 1,994 Ho Ditolak Kontrol 37 44,43 57,41

Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut di atas, didapatkan thitung sebesar

11,89

. Sedangkan ttabel dengan db = 70

pada taraf signifikansi 5% adalah 1,994. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (11,89>

1,994) sehingga H0 ditolakdan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model metakognitif

berbantuan complete sentence dan

kelompok siswa yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran

konvensional dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas V Semester I SD

Negeri 1 Semarapura Kangin Tahun Pelajaran 2013/2014.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman

siswa yang dicapai dengan model

pembelajaran metakognitif berbantuan

complete sentence berbeda dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Secara deskriptif, kelompok

yang belajar menggunakan model

pembelajaran Metakognitif berbantuan complete sentence memiliki skor rata-rata kemampuan membaca pemahaman 49,57,

sedangkan kelompok yang belajar

menggunakan model pembelajaran konven-sional memiliki skor rata-rata kemampuan

(7)

membaca pemahaman sebesar 44,43. Hal ini menunjukan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran metakognitif berban-tuan complete sentence lebih tinggi dari pada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui nilai thitung = 4,827 dan nilai ttabel

dengan taraf signifikansi 5%= 7,815. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung >

ttabel) sehingga hasil penelitian adalah

signifikan. Hal ini berarti, terdapat

perbedaan kemampuan membaca pema-haman antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran metakognitif berban-tuan teknik complete sentence dengan

siswa yang belajar dengan model

pembelajaran konvensional. Kemampuan membaca pemahaman yang dicapai oleh siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran metakognitif berban-tuan teknik complete sentence lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

Perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran metakognitif berban-tuan complete sentence dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional disebabkan

karena perbedaan perlakuan pada

langkah-langkah pembelajaran dan proses

penyampaian materi. Pembelajaran dengan model pembelajaran metakognitif

berban-tuan complete sentence menekankan

aktivitas siswa dan guru melalui

langkah-langkah, yaitu: perencanaan diri

(self-planning), pemantauan diri (self-monito-ring), dan evaluasi (self-evaluation) (Wardana, 2010). Model metakognitif dapat

menciptakan seorang pembaca yang

terampil yang dapat menggunakan strategi

membaca pemahaman secara efektif.

Complete sentence adalah teknik pembe-lajaran yang sesuai dengan mata pepembe-lajaran Bahasa Indonesia, siswa bisa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia (dalam Suprijono, 2007 : 132).

Pembelajaran dengan model meta-kognitif berbantuan complete sentence

sesuai dengan pelajaran Bahasa

Indonesia. Mata pelajaran Bahasa

Indonesia dalam KTSP merupakan sebuah

pelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan sikap dan prilaku positif

dalam berbahasa khususnya Bahasa

Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan dan tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil

karya kesastraan manusia Indonesia

(Razak, 2009). Di dalam pembelajaran metakognitif berbantuan complete sentence guru berperan sebagai fasilitator dan moderator yang memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk memperoleh sendiri konsep-konsep yang diperlukan

melalui interaksi dengan anggota

kelompoknya. Sehingga kegiatan belajar berpusat pada siswa (student centered) dan

berlangsung dalam kelompok kecil.

Berbeda halnya dalam pembelajaran

dengan model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru, cenderung berpusat pada guru (teacher centered).

Model pembelajaran metakognitif

berbantuan complete sentence dengan

pembelajaran konvensional tentunya

memberikan dampak yang berbeda pula terhadap membaca pemahaman siswa. Penerapan model pembelajaran metako-gnitif berbantuan complete sentence dalam pembelajaran siswa belajar secara mandiri

dengan merangkum siswa dapat

memahami materi yang telah dibaca,

setelah itu siswa dapat membuat

pertanyaan berdasarkan ringkasan materi yang telah dibaca dan siswa dapat memprediksi jawaban dari pertanyaan yang

telah dibuat selanjutnya dapat

mengklarifikasi (Trianto, 2007:96). Dengan demikian, membaca pemahaman siswa yang diajar dengan model pembelajaran metakognitif berbantuan teknik complete sentence lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembe-lajaran konvensional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang

(8)

Penerapan Model Pembelajaran Metako-gnitif untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman. (Wardana, 2010) melakukan penelitian tindakan kelas pada

siswa kelas VIIIB SMP Negeri 2

Tampaksiring, dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan sebelum diterapkan model pembelajaran metako-gnitif. Nilai rata-rata membaca pemahaman siswa sebelum diberikan perlakuan adalah 63,00. Setelah diberi perlakuan pada siklus I, nilai rata-rata siswa adalah 73,64. Ini berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata membaca pemahaman siswa sebesar 10,64. Pada siklus II, skor rata-rata siswa adalah 80,08. Hal ini berarti nilai rata-rata membaca pemahaman siswa kelas VIIIB dengan penerapan model pembelajaran metakognitif dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 6,44.

Hasil penelitian Parmayani (2011) dengan Judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Rele-vance, Interest, Assesmen, Satisfaction) Berbantuan Teknik Complete Sentence

Terhadap Kemampuan Membaca

Pemahaman Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Banjar. Tinjauan ini berdasarkan skor rata-rata kemampuan membaca pemaha-man siswa ( ) yang disajikan pada tabel,

dimana skor rata-rata kemampuan

membaca pemahaman siswa yang

mengkuti pembelajaran dengan model pembelajaran ARIAS berbantuan teknik complete sentence 79,42 dan dengan konvensional adalah 74,07.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar namun selain itu tentu saja

model-model pembelajaran tersebut

memiliki perbedaan dengan model

pembelajaran konvensional dalam hal pencapaian hasil belajar.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti

model pembelajaran metakognitif

berbantuan teknik complete sentence

dengan kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Adanya prbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran metakognitif berbantuan teknik complete sentence berpengaruh positif terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat berguna bagi kemajuan pendidikan, khu-susnya dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran

Meta-kognitif berbantuan teknik complete

sentence merupakan metode tergolong baru. Dengan adanya penjelasan mengenai hal tersebut, para ahli akan mendapatkan

wawasan baru untuk memperluas

wawasannya tentang model pembelajaran Metakognitif berbantuan teknik complete sentence. Berdasarkan penelitian ini, para

ahli juga dapat menciptakan model

pembelajaran baru yang berkaitan dengan pengajaran membaca khususnya membaca pemahaman. Model pembelajaran ini tentu akan bermanfaat bagi guru untuk dijadikan

masukan dalam menjalankan profesi

mereka terutama dalam melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada Siswa, hasil penelitian ini hendaknya dimanfaatkan oleh seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Semarapura Kangin untuk memberikan pengetahuan tentang cara belajar yang efektif dalam

meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman. Kepada Guru, Guru Bahasa Indonesia di SD Negeri 1 Semarapura Kangin dan guru Bahasa Indonesia pada

umumnya, disarankan dalam memilih

model yang diterapkan pada proses pembelajaran di kelas harus kreatif dan inovatif, sehingga pembelajaran menjadi

efektif, tidak monoton serta dapat

meningkatkan aktivitas dan kemampuan

membaca pemahaman siswa pada

pembelajaran lainnya sehingga nantinya dapat meningkatkan kemampuan profe-sional guru dalam mengelola pembelajaran

(9)

Sekolah, (pihak sekolah) hendaknya menggunakan hasil penelitian ini sebagai rujukan dalam upaya menambah usaha pengetahuan untuk meningkatkan kualitas dalam menyusun kurikulum sekolah.

Kepada Peneliti Lain, yang akan mengadakan penelitian, peneliti dapat mengadakan penelitian lebih lanjut dengan

menerapkan model pembelajaran

metakognitif berbantuan teknik complete sentence, karena model pembelajaran metakognitif berbantuan teknik complete sentence dapat berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa. Semoga hasil atau temuan yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pertimbangan dalam menyempurnakan hasil yang diperoleh dalam penelitian selanjutnya yang lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA

Depdiknas. 2004. Sosialisasi dan Pelatihan

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta. Depdiknas. (hal 77)

Degeng, I Nyoman. 2001. Landasan dan Wawasan Kependidikan. Universitas Negeri Malang.

Fakhriati. 2007. ”Meningkatkan

Pembelajaran Membaca Bahasa

Inggris dengan Pendekatan

Metakognitif”. Tersedia pada http :

//afakhriati.wordpress.

com/- meningkatkan-pembelajaran- membaca-bi-dengan-pendekatan-metakognitif. html. (diakses tanggal 15 Januari 2013)

Maulana, Christanto. 2008. “Metakognitif”.

Tersedia pada http :

//cristantomaulana.multiply.com/jour nal/item/2/metakognitif/(diakses tanggal 16 Januari 2013)

Maulana. 2008. Pendekatan Metakognitif Sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis

Mahasiswa PGSD. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha

Parmayani. 2011 Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Arias

(Assurance, Relevance, Interest,

Assesment, Satisfaction)

Berbantuan Teknik Complete

Setence Terhadap Kemampuan

Membaca Pemahaman Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Banjar Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi (tidak diterbitkan)

Paramitasari, Nurcita Putu. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran GI dam NHT

terhadap Pemahaman Konsep

Fisika pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tabanan Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak ditebitkan). Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA UNDIKSHA

Razak, Irfa. 2009. “SK & KD Bahasa Indonesia SD”. Tersedia pada http://diksatrasiafkipuningal.blogspot .com/2009/03sk-dan-kd-bahasa-indonesia-smp.html (diakses tanggal 16 Januari 2013)

Sudiana, I Nyoman. 2007. Membaca. Malang: Um Press

Sudiana, I Nyoman. 2007. Keterampilan Membaca (Buku Ajar). Singaraja: IKIP (hal:20)

Suprijono. 2007. Cooperative Leraning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syafei’ie. 1993. Ketrampilan Membaca dan

Kemampuan Membaca Cepat.

Http:/www.blogspot.com diakses

(10)

Trianto, 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Prestasi Pustaka.

Wardana, Dipta. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Metakognitif untuk

Meningkatkan Kemampuan

Membaca Pemahaman Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tampaksiring. Skripsi (tidak diterbitkan) Undiksha (hal 1)

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kemampuan Membaca Pemahaman
Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji t

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti memandang bahwa perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika, misalnya dengan menyisipkan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan sapi potong di Kabupaten Sijunjung masih usaha sampingan masyarakat (93,18%), jumlah ternak yang dipelihara 1-3

Tim Penilai Pusat bagi Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi rehabilitasi pada Badan Narkotika Nasional untuk Angka Kredit Konselor Adiksi Ahli Madya di

Laporan Analisis Praktek Residensi pesialis !epera&#34;atan #edikal $edah Peminatan istem Perkemihan di R%P&amp;  'r. herapeutic

Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan jelamin di antara seorang laki-laki dan perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan 39. Para fuqaha

Namun demikian, clustering  data mahasiswa berdasarkan klasifikasi IPK  memiliki hasil yang tidak bagus (dapat dilihat pada Tabel 6, IPK tinggi seharusnya lebih berpeluang

Tulisan ini mengkaji bagaimana respons Ulama Dayah Aceh Tamiang terhadap pemberlakuan Kompilasi Hukum Islam (KHI), khususnya yang terkait dengan hak-hak kaum perempuan yang diatur

Media dakwah merupakan salah satu unsur yang terdapat proses dakwah. Proses dakwah tidak ada bedanya dengan proses komunikasi karena dalam prosesnya dakwah juga