• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Nitrogen dan Rhizobium sp. terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam (Glycine soja) pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Nitrogen dan Rhizobium sp. terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam (Glycine soja) pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH NITROGEN DAN

Rhizobium

sp. TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI HITAM (

Glycine soja

)

PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT

AINUN ISTIHAROH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Nitrogen dan

Rhizobium sp. terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam (Glycine soja) pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Ainun Istiharoh

(4)

ABSTRAK

AINUN ISTIHAROH. Pengaruh Nitrogen dan Rhizobium sp. terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam (Glycine soja) pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut. Dibimbing oleh MUNIF GHULAMAHDI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi pupuk nitrogen yang optimum dan pengaruh inokulan Rhizobium sp. terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam. Penelitian dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan pada bulan Mei hingga September 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan petak terbagi dengan tiga ulangan. Konsentrasi pupuk nitrogen sebagai petak utama terdiri atas 0, 5, 10, dan 15 g Urea l-1 air dan penambahan Rhizobium sp. sebagai anak petak terdiri atas pemberian Rhizobium sp. dan tanpa Rhizobium sp. Teknik budidaya jenuh air (BJA) digunakan untuk mendukung budidaya kedelai di lahan pasang surut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian nitrogen dengan konsentrasi 15 g Urea l-1 air cenderung menghasilkan produktivitas tertinggi sebesar 3.775 ton ha-1 dan lebih menguntungkan secara ekonomi. Hal ini didukung dengan kadar N daun yang tinggi pada 15 g Urea l-1 air sebesar 4.89%. Pemberian Rhizobium sp. cukup efektif meningkatkan pertumbuhan dan produksi meskipun tidak berbeda nyata. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat interaksi kedua perlakuan terhadap jumlah daun pada 4 MST, kemudian tidak ditemukan interaksi terhadap peubah lainnya.

Kata kunci : budidaya jenuh air, kedelai hitam, lahan pasang surut, nitrogen,

Rhizobium sp.

ABSTRACT

AINUN ISTIHAROH. The Effect of Nitrogen and Rhizobium sp. on The Growth and Production of Black Soybean (Glycine soja) Under-Saturated Soil Culture on Tidal Swamps. Supervised by MUNIF GHULAMAHDI.

(5)

also indicate that there is interaction of the two treatments on number of leaves at 4 WAP, then there is no interaction was found on the other variables.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PENGARUH NITROGEN DAN

Rhizobium

sp. TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI HITAM (

Glycine soja

)

PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT

AINUN ISTIHAROH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Nitrogen dan Rhizobium sp. terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam (Glycine soja) pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut

Nama : Ainun Istiharoh NIM : A24090035

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)

Judul Skripsi: Pengaruh _-itroge:1 dan R hi::obiuln sp. terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ked d ai Hitam H g セ カ 」ゥョ・@ soja) pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut

Nama : Ainun Istiharoh NIM : A24090035

Disetujui oleh

rof. Dr. II". Munif Ghulamahdi, MS Pembimbing

(11)
(12)

PRAKATA

Bismillaahirrohmaanirrohiim. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah Ekofisiologi, dengan judul Pengaruh Nitrogen dan

Rhizobium sp. terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam (Glycine soja) pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS selaku pembimbing, serta Bapak Suaji dan ibu Ranti selaku keluarga baru di tempat penelitian yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, terima kasih kepada Bapak Willy Bayuardi, SP. MSi, Siti Hapshoh, SP., dan Hidayati Fatchurrochmah, SP. atas ilmu statistika dalam pengolahan data dan ilmu agronomi dasarnya. Hans Dorris Welly, partner penelitian saya Ifan Winangun, Risfandi akhmad, Achmad Yozar, Bu Hesti, Pak Bakhtiar dan para penghuni Wisma Agung 1 serta teman-teman AGH lainnya yang senantiasa memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2014

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Kedelai Hitam 3

Nitrogen 4

Rhizobium sp. 5

Lahan Pasang Surut 6

METODE 7

Lokasi dan Waktu Penelitian 7

Bahan 7

Alat 8

Prosedur Analisis Data 8

Prosedur Percobaan 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum 10

Rekapitulasi Sidik Ragam 12

Pemupukan Nitrogen Daun 12

Analisis Usaha Tani 16

Inokulan Rhizobium sp. 17

Interaksi Pemupukan N Daun dengan Pemberian Inokulan Rhizobium sp. 20

KESIMPULAN 21

SARAN 21

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 25

RIWAYAT HIDUP 45

DAFTAR TABEL

1. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemupukan nitrogen daun dan inokulasi Rhizobium sp. terhadap berbagai peubah yang diamati

12 2. Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap tinggi tanaman dan jumlah

daun

13 3. Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap bobot kering brangkasan 13 4. Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap jumlah cabang, polong isi,

dan polong hampa

14 5. Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap peubah komponen hasil 14

(14)

7. Pengaruh inokulasi Rhizobium sp. terhadap bobot kering brangkasan 18 8. Pengaruh inokulasi Rhizobium sp. terhadap jumlah cabang, polong isi, dan

polong hampa

18

9. Pengaruh inokulasi Rhizobium sp. terhadap peubah komponen hasil 18

10.Pengaruh interaksi antar dua perlakuan terhadap jumlah daun 4 MST 20

DAFTAR GAMBAR

1. Pola Sigmoid pada pertumbuhan tinggi tanaman: A) Pengaruh pemupukan nitrogen, B) Pengaruh pemberian inokulan

11 2. Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap: A) Kadar N daun; B)

Produktivitas

14

3. Keuntungan yang didapat dengan berbagai konsentrasi nitrogen 16 4. Perkembangan curah hujan selama penelitian (penanaman dilakukan pada

bulan Juni)

19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai menurut Subround , 2010-2012

23

2. Layout penelitian 26

3. Model teknik Budidaya Jenuh Air (BJA) dan penerapan di lapang 27

4. Tata letak pengamatan ubinan 28

5. Hasil analisis tanah sebelum penelitian 29

6. Endapan pirit pada tanah di lahan pasang surut 29 7. Data curah hujan (mm/ bulan) daerah penelitian 30

8. Data suhu (oC) daerah penelitian 31

9. Data kelembaban nisbi (%) daerah penelitian 32

10.Hasil analisis kadar hara (nitrogen) daun (%) dan rata-rata tiap perlakuan 33 11.Analisis Usaha Tani/ha untuk Pemupukan 15 g Urea l-1 air 34 12.Analisis Usaha Tani/ha untuk Pemupukan 10 g Urea l-1 air 35 13.Analisis Usaha Tani/ha untuk Pemupukan 5 g Urea l-1 air 36 14.Analisis Usaha Tani/ha untuk Pemupukan 0 g Urea l-1 air 37

15.Polong yang dihasilkan per tanaman 38

16.Keragaan pertumbuhan pada perlakuan pemberian inokulan Rhizobium

sp. tidak berbeda nyata secara visual

(15)
(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan komoditas pangan penting selain padi dan jagung. Menurut BPS (2012) kondisi naiknya harga kedelai beberapa bulan terakhir dipicu karena berkurangnya luas lahan penanaman kedelai yang berdampak pada penurunan produksi kedelai (Lampiran 1). Menurut Mursidah (2005) kebutuhan nasional terhadap kedelai secara tegas memperlihatkan peningkatan karena dikaitkan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk tahu dan tempe serta untuk pasokan industri kecap. Industri pangan berbahan baku kedelai khususnya kedelai hitam memerlukan pasokan yang cukup tinggi. Menurut Adie dan Krisnawati (2012), kedelai hitam memiliki kandungan nutrisi dan antioksidan tinggi. Pigmen hitam pada kedelai dapat dijadikan sebagai antosianin prima dan mengandung 6 g lemak (lemak tak jenuh ganda), 2 g serat larut serta 5 g serat tak larut. Serat larut membantu mencegah dan mengobati sembelit, sedangkan serat tak larut membantu menurunkan kadar kolesterol darah dan glukosa. Harga jual kedelai hitam dipasaran nasional juga melebihi harga jual kedelai kunig sehingga penting untuk dikembangkan. Kandungan protein yang tinggi dan adanya pigmen hitam dijadikan sebagai dasar bahan baku pembuatan kecap. Menurut data Kementerian Perdagangan pemenuhan produksi kecap yang semakin meningkat ditambah lagi kebutuhan produksi tauco, menuntut penyediaan kedelai hitam sebesar 325 220 ton kedelai atau 14.7% dari konsumsi nasional (Siadari 2012). Pemenuhan konsumsi ini sangat kecil karena penyediaan kedelai hitam tidak sebanyak kedelai kuning yaitu karena kurang cepatnya perakitan dan pelepasan varietas kedelai hitam dibandingkan dengan kedelai kuning (Litbangtan 2012).

Upaya pengembangan kedelai hitam salah satunya adalah dengan perluasan areal tanam. Menurut Adisarwanto dan Wudianto (2002), salah satu upaya memperluas areal pertanaman adalah dengan menggunakan lahan marjinal seperti lahan pasang surut. Kendala yang menjadi masalah agrofisik lahan rawa pasang surut salah satunya adalah kesuburan alami yang rendah (kahat P, N, dan K) (Sudarsono 1999). Hartatik et al. (1999) menjelaskan bahwa keberhasilan pengembangan kedelai dilahan pasang surut sangat ditentukan oleh pengaturan tata air, ameliorasi lahan, dan pemupukan. Menurut Taufiq et al. (2008) keberhasilan ini dapat diperoleh dengan perbaikan teknik budidaya kedelai di lahan pasang surut tipe C yang dapat meningkatkan produktivitas kedelai sekitar 30%. Penelitian Ghulamahdi et al. (2009) juga membuktikan bahwa produktivitas kedelai kuning varietas Tanggamus dapat mencapai 4.63 ton ha-1 dengan teknik budidaya jenuh air (BJA). Teknik budidaya jenuh air dilakukan dengan membuat kedalaman muka air tetap yang mampu menghilangkan pengaruh negatif dari kelebihan air pada pertumbuhan tanaman, karena kedelai akan beraklimatisasi dan selanjutnya tanaman memperbaiki pertumbuhannya. Pada awal aklimatisasi, akar dan bintil akar kedelai di bawah muka air mati dan selanjutnya tumbuh akar dan bintil akar di atas muka air. Kandungan N dalam daun menurun dan tanaman menjadi klorosis (Troedson et al. 1983).

(17)

2

Produksi kedelai yang tinggi pada budidaya jenuh air disebabkan banyaknya bintil dan akar tanaman kedelai yang akan meningkatkan serapan hara daun, sehingga meningkatkan hasil kedelai dibandingkan cara konvensional. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk melakukan penghematan dalam pemakaian pupuk anorganik adalah dengan meningkatkan nitrogen yang tersedia dalam tanah melalui penambatan nitrogen bebas oleh bakteri penambat N2 dari Rhizobium sp.

Rhizobium sp. yang diinokulasi pada tanaman kedelai akan menginfeksi perakaran kedelai sehingga terjadi respon akar tanaman berupa lekukan. Bakteri menginvasi dan membelah diri didalam akar sehingga muncul bintil akar yang mengandung bakteri (bakteroid). Nitrogen yang tertambat sebagai amoniak dikeluarkan dari bakteroid ke sel-sel tanaman dan dibawa ke sistem vaskuler. Simbiosis ini sangat menguntungkan bagi Rhizobium sp. karena fotosintat dialihkan ke bakteri dan kedelai mendapat tambahan N yang tertambat pada tanaman (Munawar 2011).

Perumusan Masalah

Kebutuhan unsur hara esensial pada tanaman kedelai hitam untuk mendukung pertumbuhan dan produksi di lahan pasang surut masih mengandalkan pupuk anorganik. Langkah penghematan dalam penggunaan pupuk anorganik terutama nitrogen (N) dapat diupayakan dengan pemanfaatan mikroorganisme penambat N seperti Rhizobium sp. Oleh karena itu, penting untuk melihat pengaruh pemupukan nitrogen dan pemberian Rhizobium sp. terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai hitam.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsentrasi pupuk nitrogen yang optimum dan pengaruh inokulan Rhizobium sp. terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh pemberian konsentrasi pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam.

2. Terdapat pengaruh penambahan inokulan Rhizobium sp. terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam.

(18)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai Hitam

Menurut Liu (1997), kedelai berasal dari China yang akhirnya menyebar ke bagian utara dan tengah pada 4000-5000 tahun lalu. Pada tahun 1712 kedelai diperkenalkan di Eropa dan sekitar tahun 1981 kedelai mulai dikenal sebagai tanaman yang banyak dikembangkan di Amerika Utara. Tanaman kedelai merupakan tanaman daerah subtropika yang dapat beradaptasi baik di daerah tropis. Kedelai dapat tumbuh baik antara garis lintang 0 °LU- 52 °LS, dengan curah hujan diatas 500 mm/tahun. Suhu optimal 25 °C-30 °C dengan penyinaran penuh minimal 10 jam per hari, kelembaban rata-rata 65%. Penanaman pada ketinggian lebih dari 750 mdpl (meter diatas permukaan laut), pertumbuhan mulai terhambat dan umur tambah panjang namun masih berproduksi baik pada ketinggian 110 mdpl. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asalkan drainase dan aerasi tanah cukup baik kecuali untuk tanah podzolik merah kuning (ultisol) dan tanah-tanah yang banyak mengandung pasir kwarsa pertumbuhannya kurang baik. Pertumbuhan pada jenis tanah tersebut akan baik bila diberikan pupuk organik dan kapur pertanian dalam jumlah cukup. Kedelai cocok pada pH tanah sekitar 5.8-7.0 tetapi pada pH 4.5 pun kedelai masih dapat menghasilkan. Pemberian kapur 1-2.5 ton ha-1 pada tanah dengan pH dibawah 5.5 pada umumnya dapat menaikkan hasil. Peluang keberhasilan di daerah-daerah yang belum pernah ditanam kedelai mampu diperbesar dengan pemberian bakteri

Rhizobium sp.

Pertumbuhan tanaman kedelai dibagi atas tipe determinit, indeterminit dan semi-determinit. Pada tipe determinit, pertumbuhan vegetatif berhenti setelah fase berbunga, buku teratasnya mengeluarkan bunga, batang tanaman teratas cenderung berukuran sama dengan batang bagian tengah sehingga pada kondisi normal batang tidak melilit. Pada tipe indeterminit, pertumbuhan vegetatif masih berlangsung setelah fase berbunga dan ukuran batang semakin mengecil hingga ke pucuk. Bentuk peralihan antara pertumbuhan determinit dan interdeminit dikenal dengan pertumbuhan semi-determinit. Varietas kedelai di Indonesia umumnya bertipe tumbuh determinit.

(19)

4

Karakter kedelai hitam mengarah pada spesies G. ussurinesis yang memiliki bunga berwarna ungu, biji keras berwarna hitam hingga coklat tua dengan batang menjalar.Diduga kedelai hitam merupakan hasil persilangan G. ussurinesis yang bersifat liar dengan kedelai yang telah dibudidayakan G. max

sehingga kandungan protein kedelai hitam lebih tinggi dari pada kedelai kuning (Adie dan Krisnawati2007).

Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara esensial yang terdapat dalam jaringan tumbuhan. Nitrogen merupakan penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam amino. Hal ini karena setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan setiap enzim adalah protein, maka nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan enzim. Selain itu nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormon sitokinin, dan auksin (Lakitan 1993).

Ada dua bentuk utama ion nitrogen yang diserap dari tanah yaitu nitrat (NO3-) dan ammonium (NH4+). Nitrogen terdapat dalam banyak senyawa penting

sehingga tidak mengherankan jika pertumbuhan akan lambat tanpa nitrogen. Tumbuhan yang mengandung cukup nitrogen untuk pertumbuhan saja akan menunjukkan gejala kekahatan yaitu klorosis yang biasa terjadi pada daun tua. Pada kondisi yang parah, daun menjadi kuning seluruhnya dan akan menjadi kecoklatan saat mati. Biasanya daun gugur pada fase kuning atau kuning kecoklatan. Daun muda tetap hijau lebih lama karena mendapatkan nitrogen larut yang berasal dari daun tua.

Pupuk N daun merupakan pupuk nitrogen (anorganik) yang cara pemberiannya melalui penyemprotan ke daun. Pupuk N daun perlu diencerkan dengan konsentrasi tertentu sesuai dosis yang dianjurkan untuk tanaman. Pupuk nitrogen yang biasa digunakan adalah urea yang berbentuk butiran kecil dan berwarna putih. Pupuk urea mudah dilarutkan dalam air sehingga sesuai jika diaplikasikan melalui daun. Kelebihan pupuk daun adalah penyerapan haranya lebih cepat dibandingkan melalui akar di tanah sehingga lebih cepat menumbuhkan tunas. Hal ini bisa terjadi karena daun memiliki stomata yang mampu membuka dan menutup tergantung pada tekanan turgornya. Stomata akan membuka jika tekanan turgor meningkat, dan sebaliknya stomata akan menutup jika tekanan turgor menurun. Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan turgor adalah terik matahari dan angin. Pada saat daun mengalami penguapan, tekanan turgor menurun dan stomata menutup. pada saat daun mendapatkan semprotan air, tekanan turgor akan meningkat dan stomata membuka untuk menyerap cairan. Hal ini sangat bermanfaat bagi penyerapan hara jika hara diberikan dalam bentuk cairan yang disemprotkan ke daun tanaman. Manfaat pupuk daun lainnya adalah dosisnya rendah dengan aplikasi yang kontinu (Lingga dan Marsono 2007). Berdasarkan penelitian Ghulamahdi et al. (2007), pemupukan kedelai dengan konsentrasi lebih dari 20 g Urea l-1 air (8 kg ha-1) menyebabkan fitotoksisitas pada tanaman.

(20)

5 Pembungaan dan pembentukan biji terlambat pada beberapa tanaman pertanian karena kelebihan nitrogen. Adapun gejala yang seringkali ditemui pada beberapa tanaman yang kekurangan hara nitrogen yaitu tumbuhan berwarna hijau muda, dedaunan yang terletak lebih bawah berwarna kuning, mengering, sampai berwarna coklat terang, tangkai pendek dan pipih bila kekahatan unsur terjadi pada taraf pertumbuhan lanjut (Salisbury dan Ross 1991).

Rhizobium sp.

Rhizobium sp. termasuk dalam family Rhizobiaceae, Genus Rhizobium. Genus Rhizobium dikenal beberapa spesies yaitu Rhizobium leguminosarum, R. phaseoli, R. trifolii, R. meliloti, R.lupini, dan R. japonicum. Masing-masing spesies ini bersimbiosis dengan tanaman yang khusus. Masing-masing jenis legum dapat diinokulasi oleh jenis Rhizobium yang khas, misalnya Rhizobium japonicum

hanya terdapat pada tanaman kedelai, sedangkan R. leguminosarium terdapat pada jenis ercis atau kapri. Bentuk bintil akar pada masing-masing spesies berbeda-beda tergantung pada spesiesnya. Ukuran dan bentuk bintil akar akan bervariasi tergantung pada meristem khas dari spesies leguminosae. Contohnya pada tanaman kedelai mempunyai meristem yang tidak bercabang sehingga menghasilkan bintil akar yang pipih dan bulat dengan gaya hidup yang pendek. Bintil akar yang ukurannya lebih kecil dari normal umumnya disebabkan karena bintil akar terinfeksi oleh bakteri Rhizobium sp. yang tidak efektif. Bintil akar yang tidak efektif dapat dilihat disamping dari bentuknya, juga dari warnanya yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena kurangnya kandungan leghemoglobin (leguminosae ghemoglobin). Sedangkan bintil akar yang berukuran besar merupakan bintil akar yang efektif yang ditandai dengan jaringan bintil akar bagian tengah setelah dibelah berwarna merah karena mengandung leghemoglobin dan letak bintil akar yang efektif cenderung mengumpul pada leher akar dan daerah sekitarnya.

Kehidupan bakteri Rhizobium sp. sangat tergantung pada kondisi lingkungan tanah terutama suhu, pH, unsur-unsur dan senyawa kimia tertentu. Pada tanah yang sering ditanami legum, lingkungan tanah tersebut banyak mengandung bakteri Rhizobium sp. sehingga pada tanah tersebut tidak perlu lagi dilakukan inokulasi. Walau demikian perlu diperhatikan adanya kekhususan simbiosis antara spesies bakteri Rhizobium sp. tertentu dengan kelompok tanaman legume tertentu.

Pertumbuhan bakteri Rhizobium sp. menghendaki kisaran pH optimal sedikit dibawah netral hingga sedikit alkali. Pada pH tanah 5.0 beberapa strain

Rhizobium sp. masih dapat hidup. Kisaran pH yang sangat rendah akan mempengaruhi perkembangan Rhizobium sp. dan bahkan akan menghambat proses infeksi bakteri tersebut. Pada keadaan masam, inokulasi bakteri Rhizobium

sp. hendaknya diikuti dengan pemberian kapur pertanian (CaCO3) untuk

(21)

6

Budidaya Jenuh Air

Pengelolaan air di lahan pasang surut bertujuan untuk menyediakan air untuk kebutuhan evapotranspirasi tanaman, membuang kelebihan air, mencegah terjadinya elemen toksik dan leaching elemen toksik serta mencegah penurunan muka tanah. Pengelolaan air di lahan pasang surut dapat berupa irigasi, drainase, konservasi, atau intersepsi. Sifatnya dapat berupa pengelolaan air bawah tanah atau pengelolaan air permukaan (Sarwani 2001). Menurut Ghulamahdi (2011), pengelolaan air di lahan pasang surut lebih tepat menggunakan budidaya jenuh air untuk meningkatkan produksi kedelai dilahan pasang surut. Teknik budidaya ini juga berguna untuk mengatasi kendala di lahan pasang surut seperti adanya pirit.

Budidaya jenuh air merupakan penanaman dengan memberikan irigasi terus-menerus dan membuat kedalaman muka air tetap, sehingga lapisan di bawah permukaan tanah jenuh air. Kedalaman muka air tetap akan menghilangkan pengaruh negatif dari kelebihan air pada pertumbuhan tanaman, karena kedelai akan beraklimatisasi dan selanjutnya tanaman memperbaiki pertumbuhannya (Troedson et al., 1983). Penerapan budidaya jenuh air dapat dilakukan pada areal penanaman dengan irigasi cukup baik maupun pada areal dengan drainase kurang baik. Budidaya jenuh air dilakukan dengan membuat kondisi bedengan jenuh air secara terus menerus sejak 2 MST sampai masak fisiologis. Caranya adalah dengan mengalirkan air melalui saluran di antara petak-petak percobaan dengan tinggi genangan dipertahankan maksimum 15 cm di bawah permukaan tanah (Mulatsih et al. 2000).

Lahan Pasang Surut

Lahan pasang surut secara alamiah merupakan tanah yang jenuh air atau tergenang dangkal, sepanjang tahun atau dalam waktu yang lama, beberapa bulan, dalam setahun (Subagyo 2006). Menurut klasifikasi Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff 1999), lahan pasang surut merupakan tanah basah, wet soils yang dicirikan oleh kondisi aquik yang saat ini mengalami penjenuhan air dan reduksi secara terus menerus atau periodik.

(22)

7 Berdasarkan peta satuan lahan skala 1: 250 000, (Alihamsyah dan Noor 2003) memperkirakan luas lahan pasang surut di Indonesia, khususnya Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua mencapai 20.11 juta ha. Berdasarkan wilayah dan statusnya, lahan pasang surut yang potensinya luas ada di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Sebanyak 9.53 juta ha yang berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian dari luas lahan yang berpotensi tersebut.

Kendala dalam pengembangan pertanian di lahan pasang surut meliputi: fluktuasi rejim air, beragamnya kondisi fisiko-kimia tanah, tingginya kemasaman tanah dan asam organik pada lahan gambut, adanya zat beracun, intrusi air laut, dan rendahnya kesuburan alami tanahnya. Adanya kandungan Al, Fe, H2S

(hidrogen sulfida), dan kahat N, P, K (Alihamsyah dan Noor 2003).

Menurut Ar-Riza dan Saragih (2001), unsur hara Nitrogen di lahan pasang surut umumnya rendah hingga sedang tergantung tipologinya, sehingga tanaman semusim sangat respon terhadap pemberian pupuk nitrogen. Unsur nitrogen sangat mobil dan hanya sekitar 70% yang dapat digunakan oleh tanaman dan 30% lainnya hilang. Hilangnya hara N dapat melalui volatilasi, tercuci oleh gerakan air, dimanfaatkan oleh organisme dekomposer, dan gulma yang tumbuh subur dilahan.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan. Areal penelitian terletak pada ketinggian 28 mdpl. Pengeringan brangkasan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Analisis kandungan hara tanah dan daun dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Manajemen Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2013.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah benih kedelai hitam varietas Lokal Malang. Bahan lainnya adalah kapur Dolomit (CaMg(CO3)2) dengan dosis 2 ton ha-1,

SP36 dengan dosis 200 kg ha-1, dan KCl dengan dosis 100 kg ha-1, serta Urea dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan yaitu 0, 5, 10, dan 15 g Urea l-1 air dalam volume semprot 400 l ha-1. Bahan untuk perlakuan benih yaitu Rhizobium

(23)

8

Alat

Alat yang digunakan adalah pompa air Mustang CX-200M, alat pengolah tanah, alat pengukur, plang label percobaan, dan alat semprot Yoto capacity 16 l dan 2 l.

Prosedur Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan petak terbagi RKLT dengan tiga ulangan dan dua faktor yaitu konsentrasi pupuk nitrogen dan penambahan Rhizobium sp. Petak utama adalah konsentrasi pupuk N daun 0, 5, 10, dan 15 g Urea l-1 air. Anak petak adalah perlakuan pemberian Rhizobium sp. dan tidak diberi Rhizobium sp. Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga didapat 24 unit satuan percobaan.Ukuran petak utama yang digunakan adalah seluas 2 m x 10 m dan ukuran anak petak seluas 2 m x 5 m.

Model linier dalam penelitian ini adalah :

Yijk = μ + Kk + i + ik + j +

 

 ij + ijk dengan:

Yijk = pengamatan pada perlakuan konsentrasi pupuk N ke-i, penambahan Rhizobium sp. ke-j, dan ulangan ke-k;

μ = nilai rata-rata umum;

Kk = pengaruh kelompok pada ulangan ke-k

αi = pengaruh perlakuan konsentrasi pemupukan N ke-i; ik

 = galat petak utama, biasa disebut galat a

βj = pengaruh perlakuan pemberian Rhizobium sp. ke-j;

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara konsentrasi pupuk N ke-i dan pemberian

Rhizobium sp. ke-j;

εijk = pengaruh galat yang timbul dari taraf perlakuan konsentrasi pemupukan N ke-i dan pemberian Rhizobium sp. ke-j pada ulangan ke-k (galat b).

Jika terdapat pengaruh nyata dari perlakuan pemberian konsentrasi pupuk nitrogen dan penambahan Rhizobium sp. terhadap pertumbuhan dan produktivitas berdasarkan analisis ragam (uji F-hitung) pada taraf 5%, maka dilakukan uji lanjut untuk melihat perbedaan antar perlakuan dengan Duncan Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf 5%.

Prosedur Percobaan

(24)

9 minggu sebelum penanaman. Aplikasi pengapuran dan pemupukan dilakukan dengan cara disebar secara merata pada permukaan tanah. Pupuk nitrogen ditambahkan saat perlakuan pada setiap unit percobaan. Pemberian air dilakukan pada saat tanam dengan memperhatikan kedalaman muka air yang optimum untuk pertumbuhan kedelai yaitu 20 cm dibawah permukaan tanah (Lampiran 3). Air yang sudah dialirkan dipertahankan hingga saat panen.

Benih diberi perlakuan yaitu diinokulasi dengan Rhizobium sp. dan tanpa diinokulasi sebelum penanaman. Benih yang diinokulasi dengan Rhizobium sp. dibiarkan selama 15 menit. Benih dari kedua perlakuan tersebut dicampur dengan insektisida berbahan aktif karbosulfan 25.53% sebanyak 20 g kg-1 benih untuk menghindari serangan lalat bibit. Kemudian ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 12.5 cm dengan 2 benih/ lubang. Benih tersebut ditanam sebagai anak petak yang akan mendapat perlakuan pemupukan dengan konsentrasi berbeda. Pemupukan dilakukan saat tanaman sudah berumur 3, 4, 5, 6 Minggu Setelah Tanam (MST). Tiap petak percobaan dipasang label perlakuan dan tiap tanaman contoh dipasang label tanaman contoh.

Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, pengairan, pengendalian gulma, drainase, pemupukan, serta pengendalian hama. Penyulaman dilakukan pada 1 MST. Pengairan dilakukan bila ketinggian muka air tanah telah turun dari kesesuaian kedalaman air optimum. Pengairan dilakukan dengan memompa air dari saluran sekunder menggunakan pompa Mustang CX-200M. Pembuatan drainase dilakukan bila ketinggian muka air tanah melebihi ketinggian optimum (20 cm dibawah permukaan tanah) dalam petakan percobaan. Pengendalian gulma dilakukan secara manual pada 3 MST dan 6 MST. Pengendalian hama dilakukan pada saat tanaman terlihat gejala penyakit dan kerusakan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif klorantraniliprol 50 g l-1 air dan fipronil 50 g l-1 air.

Pengamatan dilakuan saat fase vegetatif dan generatif pada 10 tanaman contoh di tiap unit percobaan. Pengamatan fase vegetatif mencakup tinggi tanaman dan jumlah daun pada 2, 4, 6, 8 MST. Pengamatan fase generatif mencakup waktu berbunga 50% dari populasi, saat panen, bobot kering (akar, bintil akar, batang,daun, dan polong)/ tanaman pada 8 MST, jumlah cabang/ tanaman, jumlah polong (berisi dan hampa)/ tanaman, bobot biji/ubinan, bobot 100 biji dan produktivitas.

Komponen pengamatan diuraikan sebagai berikut:

1. Tinggi tanaman diukur dari bekas munculnya kotiledon hingga titik tumbuh. 2. Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah mekar sempurna. Trifoliet

daun dihitung sebagai satu unit daun.

3. Waktu berbunga 50% dari populasi diamati pada setiap unit percobaan. 4. Saat panen ditentukan ketika 70% daun tiap unit percobaan telah menguning

dan polong kedelai telah berwarna kecoklatan.

5. Bobot kering brangkasan diamati pada 8 MST dengan mencabut tanaman di luar tanaman contoh dan bukan tanaman pinggir serta di luar petak panen di tiap petakan percobaan. Tanaman yang dicabut dipisahkan menjadi akar, bintil akar, batang dan daun tanaman. Bobot kering ditimbang setelah komponen-komponen tersebut dioven selama 48 jam dengan suhu 60 oC.

(25)

10

7. Jumlah polong tanaman dihitung per tanaman dari tanaman contoh di tiap perlakuan. Polong bernas adalah polong yang berisi biji kedelai sedangkan polong hampa adalah polong yang tidak berisi biji kedelai.

8. Bobot biji per ubinan dihitung dari hasil ubinan yang berukuran 3 m x 1.2 m di tiap petak perlakuan (Lampiran 4).

9. Bobot 100 biji ditimbang dari 100 biji kedelai tiap perlakuan. 10.Produktivitas ditentukan dari hasil ubinan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Berdasarkan hasil analisis sampel tanah sebelum penelitian, diketahui bahwa pH tanah sebesar 5.00 yang tergolong masam. Menurut Ristek (2010), toleransi kemasaman tanah untuk syarat tumbuh kedelai yaitu pH 5.8 - 7.0. Tekstur tanah setelah dianalisis bersifat liat dengan kandungan liat sebesar 52.10%, pasir sebesar 27.32%, dan debu sebesar 20.58%. Rasio C/N organiknya sebesar 15.64 yang tergolong tinggi. Rasio C/N organik yang tinggi membuat N sulit terdekomposisi dan menyebabkan kekahatan N pada tanaman (Munawar 2011). Kapasitas Tukar Kation dalam tanah sebesar 24.60 cmol (+) kg-1 yang tergolong tinggi. Tingginya KTK membuat tanah mampu memegang kation hara seperti Ca2+, Mg2+, NH4+, Cu2+, Fe2+, dan Mn2+ (Munawar 2011). Nilai kejenuhan

basa sebesar 29.5% yang tergolong rendah. Kandungan Al dalam tanah 1.06 me 100 g-1 yang tergolong rendah dan Fe sebesar 24.25 ppm yang tergolong tinggi. Kandungan Cu sebesar 0.10 ppm (rendah), Zn sebesar 1.82 ppm (sedang), dan Mn sebesar 18.85 ppm (tinggi) (Lampiran 5 dan 6).

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013) wilayah Palembang, rata-rata curah hujan selama penelitian cenderung mengalami kenaikan dengan rata-rata jumlah hari hujan yaitu 17 hari/ bulan (mengalami fluktuatif/ bulan). Suhu rata – rata saat penelitian sekitar 27.42 oC dengan suhu rata-rata maksimum dan minimum masing-masing 32.78 oC dan 24.15 oC. Penyinaran matahari rata-rata 55.25% dan tekanan udara 1009.27 mb. Kelembaban di daerah penelitian rata-rata berkisar 83.5%. Arah angin terbanyak menuju tenggara (SE) dengan kecepatan angin rata-rata 3.75 km jam-1 yang termasuk kecepatan angin tinggi (Lampiran 7, 8, dan9).

Menurut Ristek (2010), tanaman kedelai cocok ditanam di daerah tropis dan subtropis. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Curah hujan 100 - 400 mm/ bulan dan pertumbuhan optimal pada curah hujan 100 - 200 mm/ bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai adalah 21 – 34 oC, suhu optimum 23 – 27 oC. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu sekitar 30 oC.

(26)

11 Lokal Malang) terdiri dari fase vegetatif dan generatif. Fase tumbuh berbeda-beda bergantung pada varietas dan faktor lingkungan.

Pola pertumbuhan seperti tinggi tanaman dan perkembangan kedelai hitam dengan teknik BJA dan pemberian perlakuan pupuk nitrogen dan inokulan

Rhizobium sp. mengikuti pola sigmoid (Gambar 1). Tanaman mulai mengalami aklimatisasi pada 3 MST dan berakhir pada 6 MST. Tanaman berbunga 50% pada 5 MST dan berpolong pada 7 MST. Tanaman kedelai mulai dipanen pada saat kedelai berumur 88-95 HST sehingga berumur dalam yang termasuk adaptif terhadap lahan masam (Adie dan Krisnawati 2007).

Gambar 1 Pola Sigmoid pada pertumbuhan tinggi tanaman: A) Pengaruh pemupukan nitrogen 0, 5, 10, dan 15 g Urea l-1 air, B) Pengaruh pemberian inokulan

Hama yang menyerang tanaman yaitu ulat grayak (Spodoptera litura),

Epilachna soya, dan Valanga. Gulma yang banyak tumbuh dipetakan adalah rumput jampang (Digitaria ciliaris), Eleusine indica, dan padi (Oryza sativa), serta Portulaca olareceae. Keberadaan penyakit di lahan pertanaman kedelai tidak banyak ditemukan. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif klorantraniliprol 50 g l-1 air dan fipronil 50 g l-1 air. Pengendalian gulma dilakukan dengan manual yaitu mencabut gulma yang tumbuh dengan alat pertanian pada saat umur tanaman 3 MST dan 6 MST. Perkembangan hama dan penyakit pada petakan kedelai tidak terlalu besar karena waktu tanam kedelai ditanam bersamaan dengan komoditas pertanian lain seperti jagung. Menurut Sukarna dan Harnoto (1985), salah satu usaha untuk mengurangi populasi hama dan intensitas serangga adalah dengan menerapkan suatu pola bercocok tanam yang tepat, misalnya keserentakan waktu tanam. Keserentakan bertanam dalam areal yang luas menjadikan daerah sebaran suatu hama menjadi luas sehingga populasi hama menjadi rendah dan kerusakan yang ditimbulkannya berada dibawah ambang ekonomi.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2 4 6 8 10

N0 N5 N10 N15 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2 4 6 8 10

RH

TRH

A (MST) B

Tinggi tanaman (cm)

(27)

12

Rekapitulasi Sidik Ragam

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap semua respon yang diamati tidak berbeda nyata. Begitu juga, pengaruh inokulasi Rhizobium sp. terhadap semua respon yang diamati juga tidak berbeda nyata. Pengaruh interaksi antar dua perlakuan diketahui terjadi pada jumlah daun berumur 4 Minggu Setelah Tanam (MST).

Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemupukan nitrogen daun dan Inokulasi Rhizobium sp. terhadap berbagai peubah yang diamati

Peubah yang diamati Sumber keragaman Ulangan Nitrogen

(A) Rhizobium sp. (B) Interaksi (AxB) KK (%) Tinggi

2 MST ** tn tn tn 5.72

4 MST tn tn tn tn 10.02

6 MST tn tn tn tn 6.24

8 MST tn tn tn tn 11.36

10 MST tn tn tn tn 10.87

Jumlah daun

2 MST tn tn tn tn 10.36

4 MST tn tn tn ** 4.93

6 MST ** tn tn tn 13.92

8 MST tn tn tn tn #4.55

10 MST tn tn tn tn #11.44

Bobot kering

Daun tn tn tn tn ###14.87

Polong tn tn tn tn ## 21.32

Batang tn tn tn tn ###12.59

Akar tn tn tn tn 24.76

Bintil * tn tn tn ##13.00

Total tn tn tn tn #9.95

Jumlah cabang tn tn tn tn 13.42

Jumlah polong tn tn tn tn 22.65

Jumlah polong hampa tn tn tn tn ##11.37

Nitrogen tn tn tn tn 12.61

Bobot 100 biji tn tn tn tn 1.03

Ubinan tn tn tn tn 15.41

Produktivitas tn tn tn tn 20.18

*berbeda nyata; **berbeda sangat nyata; tn : tidak berbeda nyata; # : transformasi (log(X)); ## : transformasi

((X+0.5)0.5); ###: transformasi (log(X+1)); sumber : Gomez dan Gomez (1995)

Pemupukan Nitrogen Daun

Nitrogen merupakan bagian dari sel hidup karena menyusun 40-50 % bobot kering protoplasma. Di dalam tanaman, N berfungsi sebagai komponen utama protein, hormon (sitokinin dan auksin), klorofil, vitamin, dan enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Metabolisme N merupakan faktor utama pertumbuhan vegetatif, batang, dan daun (Munawar 2011).

(28)

13 pemupukan nitrogen 15 g Urea l-1 air pada 6, 8, 10 MST diikuti pemupukan nitrogen 5 g Urea l-1 air. Tinggi tanaman tertinggi pada pemupukan 15 g Urea l-1 air mencapai 87.83 cm dan terendah pada tanaman tanpa pemupukan sebesar 77.08 cm. Jumlah daun terbanyak dicapai dengan pemupukan nitrogen 10 g Urea l-1 air pada 2, 8, dan 10 MST diikuti pemupukan nitrogen 5 g Urea l-1 air. Jumlah daun terbanyak pada pemupukan 10 g Urea l-1 air mencapai 21.83 daun (trifoliet) dan terendah pada pemupukan 15 g Urea l-1 air yaitu sebesar 18.83 daun (trifoliet). Tabel 2 Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun

MST : Minggu Setelah Tanam; atransformasi (angka di dalam kurung adalah hasil transformasi); bangka

setelah “+” menunjukkan standar deviasi

Pada Tabel 3 diketahui bahwa pemupukan nitrogen dengan konsentrasi 15 g Urea l-1 air cenderung menghasilkan bobot kering brangkasan tertinggi. Bobot kering total, daun, batang, akar, dan bintil tertinggi yaitu berturut-turut 22.92 g, 8.62 g, 10.10 g, 0.71 g, dan 0.77 g. Bobot kering polong tertinggi pada 8 MST (fase pengisian polong) cenderung dicapai oleh pemupukan berkonsentrasi 10 g Urea l-1 air yaitu sebesar 2.90 g.

Tabel 3 Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap bobot kering brangkasan

a

transformasi (angka di dalam kurung adalah hasil transformasi); bangka setelah “+” menunjukkan standar

deviasi

Berdasarkan rataan pada Tabel 4 diketahui bahwa pada peubah komponen hasil, pemupukan nitrogen dengan konsentrasi 15 g Urea l-1 air cenderung meningkatkan jumlah cabang (5.13). Jumlah polong terbanyak cenderung dicapai dengan konsentrasi 10 g Urea l-1 air (90.73). Jumlah polong hampa paling sedikit dicapai oleh pemupukan N berkonsentrasi 15 g Urea l-1 air (0.27).

Peubah pengamatan

Konsentrasi Nitrogen

0 g Urea l-1 air 5 g Urea l-1 air 10 g Urea l-1 air 15 g Urea l-1 air

Tinggi cm

2 MST 9.62+ 0.72b 9.58+0.52 9.45+0.45 9.39+ 0.39

4 MST 20.41+ 2.71 22.67+2.03 21.27+1.86 22.32+ 2.30

6 MST 45.37+ 4.44 53.45+4.91 52.68+3.73 54.12+ 5.14

8 MST 75.68+11.06 82.63+7.53 75.80+6.98 85.35+10.41

10 MST 77.08+11.60 85.75+7.30 80.08+1.88 87.83+10.92

Jumlah daun daun (trifoliet)

2 MST 1.05 +0.10 1.05 +0.10 1.13 +0.12 1.08 +0.10 4 MST 5.42 +0.74 5.90 +0.61 5.98 +0.56 6.07 +0.59 6 MST 15.55 +3.18 16.85 +2.84 16.05 +1.77 18.17 +2.12 8MSTa 26.30(1.40)+9.35 26.67(1.42)+3.82 28.33(1.44)+5.65 25.13(1.40)+2.21 10 MSTa 19.83( 1.26)+9.77 20.17(1.29)+6.55 21.83(1.32)+7.57 18.83(1.27)+3.92

Peubah pengamatan

Konsentrasi Nitrogen

0 g Urea l-1 air 5 g Urea l-1 air 10 g Urea l-1 air 15 g Urea l-1 air

Bobot kering g

(29)

14

Tabel 4 Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap jumlah cabang, jumlah polong isi, jumlah polong hampa

a

transformasi (angka di dalam kurung adalah hasil transformasi); bangka setelah “+” menunjukkan standar

deviasi

Berdasarkan rataan pada Tabel 5 diketahui bahwa pemupukan nitrogen dengan konsentrasi 15 g Urea l-1 air cenderung meningkatkan kandungan nitrogen daun (4.89%) (Gambar 2A), bobot biji/ ubinan (1359 g), dan produktivitas (3775 kg ha-1) (Gambar 2B) dibandingkan konsentrasi lainnya. Bobot 100 biji tertinggi dicapai dengan konsentrasi pupuk 5 g Urea l-1 air (11.66 g).

Tabel 5 Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap peubah komponen hasil

aangka setelah “

+” menunjukkan standar deviasi

Gambar 2 Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap: A) Kadar N daun; B) Produktivitas

Sebagai tanaman semusim, kedelai menyerap N cukup besar untuk pertumbuhannya. Percobaan di KP Muara Bogor tahun 1976 menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan seiring dengan peningkatan dosis nitrogen (Pasaribu dan Suprapto 1985). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa tinggi tanaman, bobot kering biomassa, daun, batang, akar, dan bintil tertinggi cenderung dicapai dengan konsentrasi 15 g Urea l-1 air. Menurut Graham dan Halliday (1977), penambahan 5-15 kg ha-1 merangsang pembentukan bintil. Penelitian ini membuktikan bahwa pemupukan dengan konsentrasi 15 g Urea l-1 air (6 kg ha-1)

Peubah pengamatan

Konsentrasi Nitrogen

0 g Urea l-1 air 5 g Urea l-1 air 10 g Urea l-1 air 15 g Urea l-1 air Jumlah Cabang 4.34+1.07b 4.97+ 0.57 4.80 + 0.46 5.13 + 0.91 Jumlah Polong isi 85.96+27.98 79.77+15.26 90.73 +26.70 88.03 +22.44 Jumlah Polong

hampaa

0.50(1.00)+0.20 0.53(1.01)+0.27 0.40(0.94)+0.36 0.27(0.87)+0.24

Peubah pengamatan

Konsentrasi Nitrogen

0 g Urea l-1 air 5 g Urea l-1 air 10 g Urea l-1 air 15 g Urea l-1 air Kadar N daun (%) 4.22 + 0.50a 4.51+ 0.78 4.49+ 0.58 4.89+ 0.50 Bobot 100 biji (g) 11.24 + 0.21 11.66+ 0.16 11.38+ 0.14 11.46+ 0.23 Bobot Biji/ ubinan

(g/ 3.6 m2)

1198.50+183.88 1315.00+247.12 1113.50+118.54 1359.00+154.54

Produktivitas ( kg ha-1)

3329.20+510.77 3652.80+686.43 3093.10+329.28 3775.00+429.28

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00

0 5 10 15

Produktivitas (t ha-1)

3.80 4.00 4.20 4.40 4.60 4.80 5.00

0 5 10 15

Kadar N (%)

(N g l-1) (N g l

-1

)

(30)

15 cenderung menghasilkan bobot kering bintil tertinggi meskipun perbedaan dengan konsentrasi pupuk lainnya tidak signifikan secara statistika.

Jumlah daun pada 8 dan 10 MST cenderung tinggi pada pemupukan 10 g Urea l-1 air. Hal ini diduga karena pada 8 dan 10 MST adalah fase pembentukan biji sempurna (Legett dan Frere 1970). Laju penyerapan N pada fase ini tetap dan tidak membutuhkan banyak N sehingga pemupukan dengan konsentrasi 10 g Urea l-1 air lebih efektif meningkatkan jumlah daun kemudian diikuti pemupukan dengan konsentrasi 5 g Urea l-1 air dan 0 g Urea l-1 air. Sebaliknya, pada pemupukan berkonsentrasi 15 g Urea l-1 air tidak efektif meningkatkan jumlah daun pada fase ini karena pupuk yang diberikan cenderung meningkatkan tinggi tanaman sehingga ruas bagian bawah lemah dan mengalami kerebahan.

Jumlah polong tertinggi dicapai pada konsentrasi 10 g Urea l-1 air. Hal ini diduga karena banyaknya jumlah daun meningkatkan fotosintesis dan meningkatkan jumlah polong. Banyaknya jumlah polong pada konsentrasi 10 g Urea l-1 air berbanding terbalik dengan produktivitas karena polong yang telah terbentuk dan terisi biji, jumlahnya ditentukan oleh ukuran polong (Harun dan Ammar 2001), sehingga semakinbanyak polong belum tentu meningkatkan jumlah biji. Hal ini juga didukung bahwa jumlah polong hampa cenderung lebih tinggi pada konsentrasi 10 g Urea l-1 air (0.40) dibandingkan 15 g Urea l-1 air (0.27) meskipun tidak signifikan. Jumlah cabang yang banyak pada pemupukan berkonsentrasi 15 g Urea l-1 air tidak merepresentasikan jumlah polong karena tidak semua cabang memiliki polong.

Produktivitas tertinggi berpotensi dicapai dengan konsentrasi pemupukan 15 g Urea l-1 air yaitu sebesar 3.775 ton ha-1. Hal ini juga didukung dengan kadar N yang ada dalam daun yaitu sebesar 4.89%. Kadar N dalam jaringan tanaman sekitar 2-4% bobot kering tanaman. Nitrogen dalam daun merupakan bagian dari klorofil yang bertanggung jawab terhadap fotosintesis (Munawar 2011). Menurut Small dan Ohlrogge (1999) dalam Ghulamahdi et al. batas kadar N daun yang mencukupi untuk tanaman kedelai adalah antara 4.26 - 5.50 % (Lampiran 10). Selain itu, bobot 100 biji pada konsentrasi 15 g Urea l-1 air (11.46 g) cenderung lebih tinggi dibandingkan 10 g Urea l-1 air (11.38 g) meskipun tidak signifikan. Bobot biji/ ubinan tertinggi juga dicapai pada konsentrasi 15g Urea l-1 air. Produktivitas pada pemupukan berkonsentrasi 10 g Urea l-1 air lebih rendah daripada pemupukan dengan konsentrasi 0 dan 5 g Urea l-1 air karena faktor lingkungan lahan pasang surut yang besar. Produktivitas pada petakan tanpa pemupukan lebih besar daripada petakan dengan pemupukan 10 g Urea l-1 air karena letak petakan termasuk petakan pinggir (pada ulangan 1 dan 3). Tanaman tanpa dipupuk mengalami pengaruh lingkungan yang lebih besar (didukung letak petakan yang termasuk pinggiran) sehingga merangsang pembentukan bunga lebih cepat dalam jumlah banyak yang berimplikasi pada pembentukan polong.

(31)

16

Analisis Usaha Tani

Produktivitas yang dihasilkan pada masing-masing konsentrasi cukup berpengaruh secara ekonomi (keuntungan). Peningkatan produktivitas kedelai hitam akan berpengaruh terhadap pendapatan jika metode ini diterapkan terhadap petani. Produktivitas yang dicapai pada penelitian ini melebihi produktivitas rata-rata nasional. Pada penelitian ini didapatkan hasil produktivitas sebesar 3.78 ton ha-1. Menurut Puslitbangtan pangan (2010), kedelai hitam unggulan nasional saat ini adalah detam 1 yang memiliki potensi produktivitas rata-rata nasional mencapai 3.45 ton ha-1. Perbedaan ini disebabkan karena teknik budidaya yang dipakai, yaitu dengan teknik budidaya jenuh air yang diterapkan pada penelitian di lahan pasang surut. Kondisi tingginya suhu dan kecukupan air di lahan pasang surut mendukung pertumbuhan dan perkembangan kedelai hitam.

Pada tingkat petani, produktivitas yang diperoleh diperhitungkan sekitar 60 % dari produktivitas penelitian (Suaji 30 Mei 2013; Ghulamahdi 30 Januari 2014, komunikasi singkat). Pendapatan petani didapat dengan mengalikan produktivitas dengan harga jual kedelai hitam. Sedangkan keuntungan didapat dengan mengurangi pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan. Harga jual kedelai hitam mencapai sekitar dua kali lipat harga jual benih kedelai kuning yaitu berkisar Rp 12 000/ kg hingga Rp 14 000/ kg (Ghulamahdi 27 November 2013, komunikasi singkat). Keuntungan yang didapatkan petani dengan pemupukan N daun 15 g Urea l-1 air menghasilkan keuntungan tertinggi yaitu Rp 16 817 500,00 dengan B/C rasio sebesar 2.62 (Gambar 3 B; Lampiran 11-14). Berdasarkan nilai simpangan baku pada produktivitas (Gambar 3A), diketahui bahwa pemupukan dengan konsentrasi 5 g Urea l-1 air memiliki nilai simpangan baku terbesar. Hal ini menandakan bahwa jarak dari nilai terkecil dan terbesar cukup jauh dari rataannya, sehingga dalam kondisi terburuk petani yang menggunakan konsentrasi 5 g Urea l-1 air mengalami kerugian yang cukup besar dibandingkan dengan petani yang menggunakan pupuk berkonsentrasi 15 g Urea l-1 air.

Gambar 3 A) Produktivitas yang dihasilkan pada beberapa konsentrasi pupuk N

dan simpangan bakunya, B) Keuntungan yang dihasilkan pada beberapa konsentrasi pupuk N dan simpangan bakunya

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000

0 5 10 15

Produktivitas (kg ha-1)

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 40000000 45000000

0 5 10 15

Keuntungan (Rp)

A (N g l B

-1

[image:31.595.96.494.498.747.2]
(32)

17 Inokulan Rhizobium sp.

Inokulasi di lapang bertujuan untuk meningkatkan nodulasi dan fiksasi N2

dari atmosfer sehingga secara tidak langsung mampu menghemat penggunaan pupuk anorganik. Menurut Hubbel dan Kidder dalam Putri Komalasari (2011), sumber N tanaman sebagian berasal dari atmosfer yang bentuknya tidak dapat langsung diserap oleh tanaman sehingga harus diubah menjadi tersedia bagi tanaman. Menurut Tisdale et al. dalam Putri Komalasari (2011), mekanisme perubahan bentuk N2 di udara menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman

salah satunya yaitu melalui penambatan oleh bakteri simbiosis.

Berdasarkan rataan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian

[image:32.595.147.466.333.528.2]

Rhizobium sp. cenderung menghasilkan tinggi tanaman tertinggi (83.79 cm) dibandingkan tanpa pemberian Rhizobium sp. (81.58 cm) meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Sedangkan jumlah daun terbesar cenderung dicapai oleh tanaman yang tanpa pemberian Rhizobium sp.

Tabel 6 Pengaruh inokulasi Rhizobium sp. terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun

Peubah pengamatan

Inokulan

Rhizobium sp. Tanpa Rhizobium

sp.

Tinggi cm

2 MST 9.60+0.85b 9.41+ 0.99

4 MST 21.69+2.24 21.64+ 2.43

6 MST 51.57+5.00 51.24+ 6.35

8 MST 81.44+5.52 78.29+12.49

10 MST 83.79+5.63 81.58+12.13

Jumlah daun daun (trifoliet)

2 MST 1.08 +0.13 1.08 +0.08 4 MST 5.90 +0.68 5.78 +0.68 6 MST 16.62 +2.68 16.68 +2.58 8 MSTa 25.32(1.40)+3.61 27.90(1.43)+7.02 10 MSTa 18.42(1.26)+3.92 21.92(1.31)+8.74 MST : Minggu Setelah Tanam; atransformasi (angka di dalam kurung adalah hasil transformasi); bangka setelah “+” menunjukkan standar deviasi

Berdasarkan rataan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian inokulan

(33)

18

Tabel 7 Pengaruh inokulasi Rhizobium sp. terhadap bobot kering brangkasan

Peubah pengamatan Inokulan

Rhizobium sp. Tanpa Rhizobium

sp.

Bobot kering Dauna (g) 8.26(0.95)+2.68b 7.52(0.92)+2.63 Bobot kering Polonga (g) 3.01(1.83)+1.58 2.37(1.64)+1.42 Bobot kering Batanga (g) 8.93(0.98)+2.87 8.58(0.97)+2.89 Bobot kering Akar (g) 0.65 +0.15 0.62 +0.21 Bobot kering Bintila (g) 0.77(1.12)+0.29 0.57(1.03)+0.33 Bobot kering Totala (g) 21.62(1.32)+6.09 19.67(1.28)+6.29

a

transformasi (angka di dalam kurung adalah hasil transformasi); bangka setelah “+” menunjukkan standar deviasi

Berdasarkan rataan pada Tabel 8 diketahui bahwa tanaman tanpa pemberian inokulan Rhizobium sp. cenderung menghasilkan jumlah cabang (4.86), jumlah polong isi (89.98), dan jumlah polong hampa (0.48) terbesar dibandingkan dengan tanaman yang diberi inokulan Rhizobium sp. meskipun secara statistik tidak berbeda nyata.

Tabel 8 Pengaruh inokulasi Rhizobium sp. terhadap jumlah cabang, polong isi, dan polong hampa

Peubah pengamatan Inokulan

Rhizobium sp. Tanpa Rhizobium

sp.

Jumlah Cabang 4.76 +0.82b 4.86 +0.80 Jumlah Polong isi 82.26 +24.67 89.98 +20.23 Jumlah Polong hampaa 0.38(0.92)+0.31 0.48(0.98)+0.24

a

transformasi (angka di dalam kurung adalah hasil transformasi); bangka setelah

“+”menunjukkan standar deviasi

Berdasarkan rataan pada Tabel 9 diketahui bahwa pemberian inokulan

Rhizobium sp. cenderung menghasilkan bobot 100 biji (11.47 g) dan produktivitas (3135.6 kg ha-1) terbesar dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinokulasi

[image:33.595.90.475.595.685.2]

Rhizobium sp. meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Tanaman tanpa inokulasi Rhizobium sp. diketahui menghasilkan kadar N terbesar yaitu 4.62% dan bobot biji/ ubinan sebesar 1261.25 g.

Tabel 9 Pengaruh inokulasi Rhizobium sp. terhadap peubah komponen hasil

Peubah pengamatan Inokulan

Rhizobium sp. Tanpa Rhizobium sp.

Kadar N daun (%) 4.43+ 0.63a 4.62+ 0.62 Bobot 100 biji (g) 11.47+ 0.22 11.41+ 0.25 Bobot Biji/ ubinan (g/ 3.6 m2) 1231.75+194.891 1261.25+205.620 Produktivitas (kg ha-1) 3135.60+377.60 2952.80+650.12

aangka setelah “

+”menunjukkan standar deviasi

(34)

19 pertumbuhan dan perkembangan kedelai (Ningsih dan Anas 2004). Tingkat efektifitas nodulasi dan fiksasi N2 pada inokulasi ini bergantung erat pada faktor

lingkungan (Soedarjo 2007), dalam hal ini adalah lingkungan lahan pasang surut. Penelitian ini menunjukkan bahwa produktivitas rata-rata yang dicapai dalam penelitian ini menyamai potensi hasil kedelai hitam unggul nasional (detam). Potensi hasil detam sebesar 3.45 ton ha-1 (Puslitbangtan pangan 2010), sehingga produktivitas kedelai hitam pada penelitian ini mencapai 100.35% dari potensi hasil detam (Lampiran 15).

Berdasarkan hasil penelitian, semua tanaman pada petakan menghasilkan bintil akar. Petakan yang tidak diinokulasi oleh Rhizobium sp. juga menghasilkan bintil akar. Adanya bintil akar pada tanaman menunjukkan adanya efektifitas

Rhizobium sp. dalam tanah (simbiosis dengan akar tanaman). Pengaruh Rhizobium

sp. tidak signifikan diduga bahwa di lahan tersebut sudah terdapat Rhizobium sp. sebelum perlakuan. Menurut Ferreira, et al. (2012), Rhizobium sp. yang sudah ada pada lahan masam (Amazon region) cenderung toleran terhadap kemasaman dan Aluminium. Hasil penelitian Pasaribu et al. (1983) menunjukkan bahwa meskipun lahan yang dipilih tidak pernah ditanami kacang-kacangan selama 5 tahun lebih, pembintilan pada akar kedelai yang tidak diinokulasi cukup baik. Selain itu, pengaruh tidak berbeda nyata diduga karena besarnya faktor lingkungan seperti kelembaban dan curah hujan (Yutono 1985). Tingginya curah hujan dan buruknya pengelolaan drainase (banjir) membuat bakteri Rhizobium sp. berpindah tempat ke petakan yang tanpa diinokulasi melalui genangan air irigasi sehingga semua petakan menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada berbagai peubah yang diamati (Lampiran 16) (Gambar 4).

Gambar 4 Perkembangan curah hujan selama penelitian (penanaman dilakukan pada bulan Juni)

Pada penelitian ini, tanaman mengalami kerebahan yang menandakan kandungan N cukup banyakdan hal ini diakibatkan karena sumbangan N dalam tanah yang diberikan oleh Rhizobium sp. cukup besar. Menurut Bohn et al.dalam

Putri Komalasari (2011) sumbangan N yang diberikan Rhizobium sp. yaitu sekitar 40-200 kg N/ ha atau mampu memenuhi hingga 74% kebutuhan nitrogen tanaman dan membuat ruas bagian bawah menjadi lemah. Banyaknya sumbangan N oleh

Rhizobiumsp. ini juga ditandai oleh umur panen kedelai yaitu 88-95 HST, lebih lambat daripada penelitian sebelumnya yaitu sekitar 80-84 HST (Welly 2012). Hal ini dikarenakan, N yang tinggi masih merangsang pertumbuhan cabang, batang,

0 50 100 150 200

Mei Juni Juli Agustus

m

m

/b

ula

n

(35)

20

dan daun sedangkan pembentukan biji terabaikan sehingga akan memperlambat kematangan biji.

Interaksi Pemupukan N Daun dengan Pemberian Inokulan Rhizobium sp. Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa pada jumlah daun 4 MST, pemupukan dengan konsentrasi 15 g Urea l-1 air disertai dengan pemberian

Rhizobium sp. menghasilkan jumlah daun terbanyak dan tidak berbeda nyata dengan pemupukan 10 g Urea l-1 air tanpa pemberian Rhizobium sp. Pada minggu berikutnya tidak ditemukan adanya interaksi antar perlakuan. Pada penelitian ini diduga terdapat keragaman lingkungan yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai disamping adanya pengaruh kedua perlakuan. Pengaruh faktor lingkungan merupakan fungsi dari waktu yang sering ditemui pada penelitian lapangan. Pengaruh ini mampu menghasilkan keragaman tanaman yang tinggi sehingga sulit melihat pengaruh dari perlakuan (Sitompul dan Guritno 1995).

Tabel 10 Pengaruh interaksi antar dua perlakuan terhadap jumlah daun 4 MST

Peubah yang diamati

Konsentrasi nitrogen

0g Urea l-1 air 5g Urea l-1 air 10g Urea l-1 air 15g Urea l-1 air daun (trifoliet)

Rhizobium sp. 5.33c 6.17ab 5.67bc 6.43a

Tanpa Rhizobium sp. 5.50c 5.63bc 6.30a 5.70bc

angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Peningkatan pertumbuhan dan produktivitas yang tinggi tidak semata-mata dipengaruhi oleh pemberian pemupukan N dan pemberian Rhizobium sp., tetapi juga karena teknik budidaya jenuh air yang digunakan. Teknik budidaya jenuh air mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi karena pemberian air secara terus menerus membuat lapisan di bawah perakaran jenuh air. Teknik BJA juga mampu mengatasi faktor cekaman lingkungan internal berupa kandungan pirit dan kandungan logam berat lainnya. Teknik jenuh air sesuai dengan kondisi curah hujan yang tinggi dan panjangnya periode cuaca basah (Troedson et al. 1983). Umumnya lahan pasang surut kahat unsur hara terutama N karena proses mineralisasi bahan organik terhambat akibat tanah masam dan lembab. Produksi akan meningkat karena meningkatnya kadar N daun melalui teknik budidaya jenuh air.

(36)

21

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penanaman kedelai hitam di lahan pasang surut melalui teknik budidaya jenuh air masih membutuhkan pemupukan nitrogen. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas tertinggi yang dicapai dengan menggunakan pupuk berkonsentrasi 15 g Urea l-1 air yaitu sebesar 3.78 ton ha-1. Hasil ini didukung dengan data kadar N daun yang cukup tinggi pada konsentrasi 15 g Urea l-1 air. Selain itu, jika diterapkan pada petani akan memberikan keuntungan sebesar Rp 16 817 500,00. Pemberian

Rhizobium sp. cukup efektif meningkatkan pertumbuhan dan produksi meskipun tidak berbeda nyata. Pengaruh faktor lingkungan (didukung teknik BJA) cukup besar sehingga interaksi antar kedua perlakuan tidak berbeda nyata kecuali pada jumlah daun 4 MST.

SARAN

Program pengembangan kedelai hitam di lahan pasang surut, selanjutnya disarankan untuk meneliti pengaruh pemberian pupuk N daun dan pemberian inokulan Rhizobium sp. terhadap beberapa varietas kedelai hitam.Hal ini karena pengaruh masing-masing perlakuan dipengaruhi genotipe varietas selain faktor lingkungan.Pada tahap pengamatan perlu adanya analisis untuk melihat kandungan nitrogen yang disumbangkan oleh Rhizobium sp. terhadap tanaman kedelai.

DAFTAR PUSTAKA

Adie MM, Krisnawati A. 2007. Biologi tanaman kedelai. Di dalam : Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. KEDELAI Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor (ID): Puslitbangtan Pangan Balitbangtan. hlm 45-71.

Adie MM, Krisnawati A. 2012. Kedelai hitam: varietas, kandungan gizi, dan prospek bahan baku industri. Seminar Badan Litbang Pertanian; 2012 Mei 22; Malang, Indonesia. Malang (ID): Balai penelitian tanaman kacangkacangan dan umbiumbian. hlm

-Adisarwanto T ,Wudianto R. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Alihamsyah T, Noor I. 2003.Lahan Rawa Pasang Surut: Pendukung Ketahanan Pangan dan Sumber Pertumbuhan Agribisnis. Banjarbaru (ID): BALITTRA

(37)

22

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Klimatologi Kenten Palembang. Palembang (ID): BMKG Jakarta

BohnHI, McNeal BL, O’Connor GA. 2011. Soil chemistry. Di dalam: Putri

Komalasari, editor. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr.

BPS. 2012. Perkembangan beberapa indikator utama sosial – ekonomi Indonesia. Booklet [Internet]. [Diunduh 2013 Januari 7]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/booklet/Booklet_Agustus_2012.pdf

Ferreira PAA, Bomfeti CAB, Soares BL, Moreira FM de Souza. 2012. Efficient nitrogen-fixing Rhizobium strains isolated from Amazonian soils are highly tolerant to acidity and aluminium. World J Microbiol Biotechnol.

28: 1947-1959.

Ghulamahdi M, Aziz SA, Melati M, Dewi N, Rais SA. 2007. Pengembangan budidaya jenuh air tanaman kedelai dengan sistem tumpang sari padi kedelai di lahan sawah. Kerjasama fakultas pertanian IPB dengan Ditjen pendidikan tinggi DEPDIKNAS pusat perlindungan varietas tanaman DEPTAN. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif, Peningkatan Perolehan HKI dari Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif; 2007 Agustus 1-2; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. hlm 1-7.

Ghulamahdi M, Melati M, Sagala D. 2009. Production of Soybean Varieties Under Soil Culture on Tidal Swamps. J.Agron. 37 (3): 226-232

Ghulamahdi M. 2011. Best practice dalam budidaya kedelai di lahan pasang surut.

KIPNAS X Tahun 2011 [internet]. [diunduh 2012 Nov 24].

http://www.opi.lipi.go.id/data/1228964432/data/13086710321319865377. makalah.

Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian Edisi ke dua. Jakarta (ID): UI-Press

Graham PN, Halliday J. 1977. Inoculation and nitrogen fixation in the genus

Phaseolus. In Whitney AS, Bose JS, eds. Exploiting the Legume-Rhyzobium Symbiosis in Tropical Agriculture. hlm 313-314.

Hartatik W, Aribawa IB, Adiningsih JS. 1999. Penelitian pengelolaan hara terpadu pada lahan sulfat masam. Di dalam: F. Agus, et al., editor.

Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk;

Indonesia: Badan Litbang Pertanian.

Harun MU, Ammar M. 2001. Respon kedelai (Glycine max) terhadap

Bradyrhizobium japonicum strain Hup+ pada tanah masam. J. Pertanian Indonesia. 3:111-115

Hidajat OO. 1985. Morfologi tanaman kedelai. Di dalam: Somaatmadja S, Ismunadji M, Sumarno, Syam M, Manurung SO, Yuswadi, editor.

KEDELAI. Bogor (ID): Balitbangtan Puslitbangtan Pangan. hlm 73-84. Hubbell DH, Kidder G. 2011. Biological nitrogen fixation. Di dalam: Putri

Komalasari, editor. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr. hlm 55-56.

(38)

23 Lakitan B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT. Raja

Grafindo Persada

Legett JE, Frere MH. 1970. Growth and salt accumulation by soybean plants.

Plant Physiol. 46: 12

Lingga P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

LITBANGTAN. 2012. Kedelai hitam: potensi bahan baku industri. Berita [Internet]. [Diunduh 2013 Jan 27]. Tersedia pada: http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1175/.

Liu K. 1997. Soybeans, Chemistry, Technology, and Utilization. New York (USA): Chapman and Hall. International Thomson Publishing

Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr. Mulatsih S, Mugnisyah WQ, Sopandie D, Idris K. 2000. Pengaruh waktu dan cara

pemberian N sebagai pupuk tambahan terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai (Glycine max (L.) Merr.) pada budidaya basah. Bul Agron. 28 (1): 9-14.

Mursidah. 2005. Perkembangan produksi kedelai nasional dan upaya pengembangannya di propinsi Kalimantan Timur. EPP. 2(1):39-44

Ningsih RD, Anas I. 2004. Tanggap tanaman kedelai terhadap inokulasi Rhizobium dan asam indol asetat (IAA) pada ultisol dramaga. Bul. Agron.

32 (2): 25-32.

Pasaribu D, Suprapto S.1985. Pemupukan NPK pada kedelai. Di dalam: Somaatmadja S, Ismunadji M, Sumarno, Syam M, Manurung SO, Yuswadi, editor. KEDELAI. Bogor (ID): Balitbangtan Puslitbangtan Pangan. hlm 159-167.

Pasaribu D, Mc Intosh JL. 1983. Increasing soybean production through improved cropping systems and and management in the tropics. Paper presented at the first international symposium on soybean in tropical and subtropical cropping system. Symposium Tsukuba Japan; Tsukuba, Japan. Japan (JP). Pg 29

Puslitbangtan pangan. 2010. Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia. Kedelai hitam berproduksi tinggi. Bogor (ID): puslitbangtan pangan

Ristek. 2010. Kedelai (Glycine max L). http://www.scribd.com/doc/. [diunduh 2013 Desember 16].

Sarwani M. 2001. Penelitian dan pengembangan pengelolaan air di lahan pasang surut. Di dalam: Murzani, Hairu S, Latif NI, A Humaidi, editor.

Pengelolaan Air dan Tanah di Lahan Pasang Surut; November 2001; Banjarbaru, Indonesia. Banjarbaru (ID): DEPTAN BALITBANGTAN Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa. hlm 19-25.

Salisbury FB, Ross CW. 1991. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung (ID): ITB Bandung

Siadari EE. 2012. Industri kecap dan tauco konsumen kedua terbesar kedelai.JaringNews.com [Internet]. [Diunduh 2013 Maret 15]; tidak ada

volume: Jakarta. Tersedia pada:

(39)

24

Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Small HG dan AJ Ohlrogge . 1999. Plant analysis as an aid in fertilizing soybean and peanuts. In Ghulamahdi M, editor. Perubahan Fisiologi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Pada Budidaya Tadah Hujan dan Jenuh Air [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Soedarjo M. 2007. Teknologi Rhizobium pada tanaman kedelai. Di dalam : Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. KEDELAI Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor (ID): Puslitbangtan Pangan Balitbangtan. hlm 345-356.

Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy, A Basic System of Soil Classification for Making and Interpreting Soi Surveys. Second Edition.Agr.Handb. 436, Natural Resources Conservation Service-USDA

Subagyo. 2006. Lahan rawa pasang surut. Di dalam: Karmini G, Suwarto, Widhya A, Sukmara, editor. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa; Desember 2006; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): BALITBANGTAN, Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 23-94.

Sudarsono. 1999. Pemanfaatan dan pengembangan lahan rawa/ pasang surut untuk pengembangan pangan. Di dalam: Arief Harsono, editor. Prosiding Inovasi Teknologi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian: Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi; 2008; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Puslitbangtan Pangan.

Sukarna D, Harnoto. 1985. Pengendalian hama kedelai. Di dalam: Somaatmadja S, Ismunadji M, Sumarno, Syam M, Manurung SO, Yuswadi, editor.

KEDELAI. Bogor (ID): Balitbangtan Puslitbangtan Pangan. hlm 319-321. Taufiq A, Wijanarko A, Marwoto, Adisarwanto T, Prahoro C. 2008. Verifikasi

teknologi budidaya kedelai di lahan pasang surut. Di dalam: Arief Harsono, editor. Prosiding Inovasi Teknologi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian: Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi; 2008; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Puslitbangtan Pangan

Tisdale SM, Neslon WL, Beaton JD. 2011. Soil fertility and fertilizer. Di dalam: Putri Komalasari, editor. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bengkulu (ID): IPB Pr. Hlm 56-58

Triadiati, Mubarik NR, Ramasita Y. 2013. Respon pertumbuhan tanaman kedelai terhadap Bradyrhizobium japonicum toleran m

Gambar

Gambar  1 Pola Sigmoid pada pertumbuhan tinggi tanaman: A) Pengaruh
Tabel 1  Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemupukan nitrogen daun dan
Tabel 2  Pengaruh pemupukan nitrogen daun terhadap tinggi tanaman dan jumlah
Gambar 3  A) Produktivitas yang dihasilkan pada beberapa konsentrasi pupuk N
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kalimah Khusus As-Susi Qunbul Warsy Qalon Hafs Al-Bazzi Ibdal Hamzah Kedua Menjadi Alif (Madd Lazim) Idkhal Bersama Tashil Hamzah kedua Tahqiq Hamzah Pertama dan Tashil Hamzah

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan kesiapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran berbasis tematik integratif, 2) mendeskripsikan

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini dapat diketahui bahwa peran ibu dalam pembentukan kemandirian anak keluarga nelayan di awali dengan proses pembentukan

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan latar sosio-historis pengarang Ahmad Tohari, struktur yang membangun novel Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari ditinjau dari

Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan dan mengetahui pengaruh minat membaca, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar pelajaran

Adapun objek dalam penelitian yaitu sumber data yang berasal dari informan atau seseorang, adalah orang yang pertama dihubungi untuk kemudian selanjutnya dikonfirmasikan

Pada variabel independen MVA, Agustia (2009) mengatakan bahwa MVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham sedangkan Trisnawati (2009) menunjukkan

melalui penyuluhan pertanian dalam upaya peningkatan produksi dan kualitas produksi pisang, koordinasi antara Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, tokoh masyarakat,