• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PISANG AWAK DI KABUPATEN PACITAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PISANG AWAK DI KABUPATEN PACITAN."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN PACI TAN

TESI S

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S- 2

PROGRAM STUDI MAGI STER MANAJEMEN AGRI BI SNI S

Diajukan Oleh : TATI K SUTANTI NPM. 0764020057

Kepada :

PROGRAM PASCASARJANA

UNI VERSI TAS PEMBANGUNAN NASI ONAL “VETERAN” JAWA TI MUR

(2)

AWAK DI KABUPATEN PACITAN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

TATIK SUTANTI NPM. 0764020057

Telah dipertahankan di depan Dosen Penguji pada tanggal 07 Januari 2009

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama Anggota Penguji Lain

Dr. Ir. Zainal Abidin, MS Prof. Dr. Djohan Mashudi, MS

Pembimbing Pendamping Dr.Ir. Syarif Imam Hidayat MM

Ir. Setyo Parsudi, MP Ir. Sri Widayanti, MP

Surabaya, 07 Januari 2009 UPN “Veteran” Jawa Timur

Program Pascasarjana Direktur,

(3)

Dengan memenjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Berkat rakhmat

dan hidayah Nya. Alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan tesis berjudul

”STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PISANG

AWAK DI KABUPATEN PACITAN”

Penulisan tesis ini sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan Program Pascasarjana Magister Manajeman Agribisnis di Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Bapak Dr. Ir. Zainal Abidin, MS selaku Pembimbing Utama dan Bapak

Ir. Setyo Parsudi, MP selaku Pembimbing Pendamping yang senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan sehingga terselesaikannya tesis ini dan tak

luput juga kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Direktur Pascasarjana beserta seluruh Dosen dan staf yang telah

memberikan perhatian kepada peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Ketua Program Studi Pascasarjana yang telah banyak memberikan motivasai

kepada peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Pascasarjana Magister Manajemen

Agribisnis yang telah memberikan dukungan, semangat dan

(4)

mendapat pahala dari Allah SWT, Amin.

Surabaya, 07 Januari 2009

(5)

Halaman

RINGKASAN ... ii

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. KAJIAN PUSTAKA DAN TELAAH PENELITIAN SEBELUMNYA ... 7

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Sistem Agribisnis ... 12

2.3. Agroindustri dan Lingkupnya ... 17

2.4. Keterkaitan Antara Sektor Pertanian dan Sektor Non Pertanian Dalam Agroindustri ... 22

2.5. Studi Kelayakan ... 25

2.6. Analisis Nilai Tambah ... 33

(6)

3.1.1. Teori Biaya ... 45

3.1.2. Teori Produksi ... 48

3.1.3. Efisiensi Biaya ... 51

3.1.4. Titik Impas (Break Even Point) ... 53

3.1.5. Konsep Agroindustri ... 54

3.2. Hipotesis ... 56

IV. METODE PENELITIAN ... 58

4.1. Penentuan Lokasi Penelitian ... 58

4.2. Penentuan Responden ... 58

4.3. Pengumpulan Data ... 58

4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 59

4.5. Analisis Data ... 63

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

5.1. Kelayakan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan ... 71

5.1.1. Kelayakan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Tinjau dari Aspek Ekonomi ... 71

5.1.2. Kelayakan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Tinjau dari Aspek Teknis ... 77

5.1.3. Kelayakan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Tinjau dari Aspek Sosial ... 78

(7)

5.3.1. Analisis Faktor Internal ... 86

5.3.2. Analisis Faktor Eksternal ... 94

5.3.3. Analisis Strategi Pengembangan Agroindustri Pisang Awak Di Kabupaten Pacitan ... 101

5.3.4. Pemilihan Strategi dan Pembahasan ... 104

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

6.1. Kesimpulan ... 110

6.2. Saran ... 111

(8)

Halaman

1. Mapping Hasil Penelitian Terdahulu ... 11

2. Format Analisis Nilai Tambah Pengolahan ... 54

3. R/C Ratio dalam Agroindustri Berbasis Pisang Awak di

Kabupaten Pacitan, Tahun 2008 ... 72

4. Break Event Point (BEP) dalam Agroindustri Berbasis Pisang

Awak di Kabupaten Pacitan, Tahun 2008 ... 74

5. Nilai Tambah Pengolahan Pisang Menjadi Kripik Pisang, Sale

dan Sale Goreng di Kabupaten Pacitan, Tahun 2008 ... 80

6. Nilai Tambah Pengolahan Pisang Menjadi Kripik Pisang

Bolong di Kabupaten Pacitan, Tahun 2008 ... 84

7. Matrik Analisis Faktor Internal Pengembangan Agroindustri

Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan... 87

8. Jumlah Pohon, Tingkat Produktivitas dan Produksi Pisang

Awak di Kabupaten Pacitan, Tahun 1999-2007 ... 89

9. Matrik Analisis Strategi Faktor Eksternal Pengembangan

Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan ... 95

10. Diagram Matrik SWOT... 102

(9)

Halaman

1. Sistem Agribisnis (Saragih, 2001) ... 16

2. Lingkungan Eksternal Perusahaan (Pearce dan Robinson, 1991) ... 39

3. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri (Porter, 1992) ... 41

4. Skema Matrik SWOT (Pearce dan Robinson, 1991) ... 43

5. Diagram Analisa SWOT (Pearce dan Robinson, !991) ... 44

6. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 56

7. Diagram Matrik SWOT... 69

(10)

Halaman

1. Daftar Pertanyaan ... 116

2. Pembobotan Faktor-Faktor Kekuatan Pengembangan

Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan ... 122

3. Pembobotan Faktor-Faktor Kelemahan Pengembangan

Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan ... 123

4. Pembobotan Faktor-Faktor Peluang Pengembangan

Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan ... 124

5. Pembobotan Faktor-Faktor Ancaman Pengembangan

Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan ... 125

6. Menentukan Nilai Kepentingan Faktor-Faktor Kekuatan Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di

Kabupaten Pacitan ... 126

7. Menentukan Nilai Kepentingan Faktor-Faktor Kelemahan Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di

Kabupaten Pacitan ... 128

8. Menentukan Nilai Kepentingan Faktor-Faktor Peluang Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di

Kabupaten Pacitan ... 130

9. Menentukan Nilai Kepentingan Faktor-Faktor Ancaman Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di

Kabupaten Pacitan ... 132

10. Menentukan Nilai Rating Faktor-Faktor Kekuatan Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di

Kabupaten Pacitan ... 134

11. Menentukan Nilai Rating Faktor-Faktor Kelemahan Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di

Kabupaten Pacitan ... 135

(11)

14. Matrik Pembobotan, Rating dan Skor untuk Faktor-Faktor Internal Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di

Kabupaten Pacitan ... 138

15. Matrik Pembobotan, Rating dan Skor untuk Faktor-Faktor Eksternal Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak

di Kabupaten Pacitan ... 139

16. Penentuan Grand Total Analisis SWOT Penentuan Letak Strategi Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di

Kabupaten Pacitan ... 140

17. Analisis SWOT Posisi Pengembangan Agroindustri Pisang

Awak di Kabupaten Pacitan ... 141

18. Biaya Penyusutan (Bahan Bangunan, Alat Penggorengan, Alat Perajang, dan Pisau) dan Bahan Baku Pisang Pada

Agroindustri Kripik Pisang di Kabupaten Pacitan ... 144

19. Biaya Minyak Goreng, Kayu Bakar, Plastik dan Tenaga Kerja

Pada Agroindustri Kripik Pisang di Kabupaten Pacitan ... 145

20. Bunga Modal, Total Biaya, Total Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Pada Agroindustri Kripik Pisang di Kabupaten

Pacitan ... 146

21. Biaya Penyusutan (Bahan Bangunan, Alat Penggorengan, Alat Perajang, dan Pisau) dan Bahan Baku Pisang Pada

Agroindustri Kripik Pisang di Kabupaten Pacitan ... 147

22. Tenaga Kerja, Bunga Modal, Total Biaya, Total Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Pada Agroindustri Sale Pisang di

Kabupaten Pacitan ... 148

23. Biaya Penyusutan (Bahan Bangunan, Alat Penggorengan, Alat Perajang, dan Pisau) dan Bahan Baku Pisang Pada

Agroindustri Kripik Pisang di Kabupaten Pacitan ... 149

24. Minyak Goreng, Terigu, Garam dan Panili, Kayu Bakar Pada

(12)

26. Analisis Usaha Agroindustri Pisang Bolong di Kabupaten

Pacitan ... 152

27. Rencana Strategi Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang

(13)

Tatik Sutanti. NPM. 0764020057. Strategi Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan. Pembimbing Utama Dr. Ir. Zainal Abidin, MS, dan Pembimbing Pendamping Ir. Setyo Parsudi, MP.

Pengembangan pisang merupakan salah satu program Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur dalam Penganekaragaman sumber pangan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan pisang mempunyai kandungan gizi lengkap selain kaya kalsium, magnesium, fosfor, besi serta kalsium selain itu juga mengandung vitamin A, B dan C. Pisang awak sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Pacitan mempunyai tingkat produksi cukup tinggi, bahkan pada saat panen raya produksinya tidak terpasarkan, dengan kondisi tersebut maka pengembangan agroindustri berbasis pisang awak merupakan salah upaya yang memungkinkan untuk memanfaatkan potensi produksi pisang awak.

Tujuan penelitian antara lain : (1) untuk mengetahui kelayakan agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan secara ekonomi, teknis dan sosial, (2) untuk mengetahui nilai tambah dari kegiatan agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan dan (3) untuk menyusun strategi pengembangan usaha agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Pacitan. Jumlah responden yang diambil adalah 12 responden pengusaha yang mempoduksi kripik pisang, sale pisang, sale pisang goreng dan sekaligus juga memproduksi pisang bolong. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu : daftar pertanyaan, wawancara dan observasi. Metode analisis data menggunakan analisis R/C ratio, analisis BEP, analisis nilai tambah dan analisis SWOT.

(14)
(15)

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional

dalam rangka mewujudkan cita–cita yang terkandung dalam jiwa Pancasila dan

UUD 45 untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, sedangkan sasaran

pembangunan nasional dalam jangka panjang adalah terciptanya struktur ekonomi

yang seimbang, dengan menciptakan kekuatan dan kemampuan pertanian tangguh

yang mendukung perkembangan sektor industri, dalam kaitan tersebut, maka

tujuan pembangunan pertanian sebagai subsistem pembangunan nasional ialah

meningkatkan produksi pertanian secara terus menerus guna :

1. Memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang cenderung selalu

meningkat.

2. Memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri dalam negeri yang terus

berkembang.

3. Meningkatkan devisa dengan ekspor hasil–hasil pertanian keluar negeri.

Sektor pertanian merupakan kegiatan utama baik dikawasan Indonesia

timur maupun kawasan Indonesia barat, maka pemerintah sangat menaruh

perhatian pada setiap upaya yang dilakukan guna memacu pengembangan

agroindustri tanaman pangan, dalam kaitan ini pembangunan teknologi sebelum

tanam hingga pasca panen adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan dan

(16)

Agroindustri merupakan suatu kegiatan yang telah tumbuh pada

masyarakat asli Indonesia guna memenuhi kebutuhan pasar lokal, sejak dulu

pemerintah kolonial Belanda sebagai pendatang juga memperkenalkan pola

agroindustri di Indonesia. Pola yang dikembangkan pemerintah kolonial Belanda

adalah agroindustri penghasil barang ekspor yang ditata menurut pola perkebunan

besar (plantation), dimana didalamnya terdapat kegiatan industri pengolah

hasil-hasil pertanian, pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan agroindustri

pertanian dimana investasi tampil sebagai nilai dasar pertimbangan usaha.

(Anonimous, 1994).

Dilihat dari prospektif yang lebih luas, pembangunan pertanian yang

berwawasan agroindustri pada dasarnya merupakan upaya untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi pedesaan melalui adanya peningkatan kesejahteraan bagi

masyarakat desa. Untuk mendukung hal tersebut diatas, tolak ukur yang menjadi

prasyarat bagi terwujudnya yang dikehendaki adalah perolehan nilai tambah yang

tinggi, terdorongnya investasi kearah pedesaan, menguatnya ekonomi pedesaan

yang tuimbuh dari bawah, kualitas sumberdaya manusia serta berkembangnya

teknologi tepat guna.

Sesuai dengan tujuan pembangunan pertanian yang antara lain

meningkatkan produksi pangan menuju swasembada karbohidrat, memperbaiki

tingkat hidup petani dengan cara maningkatkan pendapatan dengan menambah

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Salah satu sifat dari produk pertanian yaitu cepat busuk jika disimpan

terlalu lama, untuk itu perlu dilakukan pengolahan yang lebih lanjut agar produk

pertanian tersebut dapat memberikan nilai tambah dan produk tersebut akan

memiliki nilai yang lebih tinggi daripada masih dalam bentuk asli (sebelum

diolah).

Agroindustri atau pengolahan hasil pertanian merupakan suatu sistem

yang saat ini belum banyak yang dapat menerapkan sistem tersebut, hal ini

dikarenakan modal, sarana dan prasarana yang belum memadai, lemahnya sistem

kelembagaan baik keuangan, informasi pasar dan tidak stabilnya harga antar

musim, dengan adanya agroindustri diharapkan banyak tenaga kerja yang terserap

didalamnya, mampu menyediakan bahan baku, peningkatan kualitas dan

kuantitas.

Tanaman pisang (Musaceae) di Indonesia banyak sekali jenisnya antara

lain pisang mas, pisang nangka, pisang tanduk, pisang ambon, pisang susu, pisang

kapok, pisang kapas, pisang raja, pisang awak dan lain-lain. Pengembangan

pisang merupakan salah atu program Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur dalam

Penganekaragaman sumber pangan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan pisang

mempunyai kandungan gizi lengkap selain kaya kalsium, magnesium, fosfor, besi

serta kalsium selain itu juga mengandung vitamin A, B dan C (Purweni, 2002).

Pisang awak sebagai salah satu poduk unggulan Kabupaten Pacitan

mempunyai tingkat produksi yang cukup tinggi, bahkan pada saat panen raya

(18)

yang cukup tinggi pada akhirnya busuk atau terbuang begitu saja, kondisi tersebut

dipercepat dengan proses penyimpanan yang dilakukan oleh petani dan pedagang

pada umumnya cukup sederhana yaitu hanya ditimbun pada tempat-tempat

kosong yang dimilikinya, dengan kondisi tersebut maka pengembangan

agroindustri berbasis pisang awak merupakan salah upaya yang memungkinkan

dalam upaya untuk memanfaatkan potensi produksi pisang awak sebagai produk

unggulan di Kabupaten Pacitan.

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirangkum

beberapa pokok permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.

1. Apakah agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan layak

secara ekonomi, teknis dan sosial ?

2. Seberapa besar nilai tambah dari kegiatan agroindustri berbasis pisang awak

di Kabupaten Pacitan ?

3. Bagaimana strategi pengembangan usaha agroindustri berbasis pisang awak

di Kabupaten Pacitan ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kelayakan agroindustri berbasis pisang awak di

Kabupaten Pacitan secara ekonomi, teknis dan sosial

2. Untuk mengetahui nilai tambah dari kegiatan agroindustri berbasis pisang

awak di Kabupaten Pacitan

3. Untuk menyusun strategi pengembangan usaha agroindustri berbasis pisang

(19)

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah

Sebagai salah satu bahan pertimbangan dan informasi dalam membuat

keputusan dan kebijaksanaan dalam pengembangan agroindustri berbasis

pisang awak

2. Bagi petani dan pengusaha

Sebagai bahan pertimbangan pola pengembangan agroindustri pisang awak

yang tepat dalam upaya meningkatkan nilai tambah komoditi pisang bagi

peningkatan pendapatan petani.

3. Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang memperdalam atau mengkaji

masalah pisang dan pola pengembangan agroindustri berbasis sumberdaya

lokal

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Pacitan pada tahun 2008

dengan periode data yang digunakan tahun 2007 – 2008. Fokus dalam penelitian

ini antara lain :

1. Agroindustri yang diteliti adalah industri yang mengolah hasil pertanian

berbasis pisang awak untuk menjadikan produk olahan.

2. Penelitian dilakukan untuk menganalisis nilai tambah produk dan mengkaji

kelayakan agroindustri berbasis pisang awak ditinjau dari aspek ekonomi,

(20)

3. Rumusan akhir hasil penelitian adalah berupa strategi pengembangan usaha

(21)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Tarigan (2007). Peningkatan Nilai Tambah Melalui Pengembangan

Agroindustri Pisang Di Kabupaten Lumajang. Agroindustri merupakan kegiatan

yang berperan menciptakan nilai tambah. Optimalisasi nilai tambah dicapai pada

pola industri yang berintegrasi langsung dengan usahatani keluarga dan

perusahaan pertanian. Tulisan ini bertujuan menganalisis seberapa besar peranan

agroindustri keripik pisang di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dalam

menghasilkan nilai tambah dan pelaku-pelaku yang berperan dalam proses

pertambahan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai tambah secara

kuantitatif terdapat pada mata rantai kedua (proses produksi utama, perakitan,

pengemasan dan menejemen mutu) merupakan besaran laba yang diterima

pengusaha pada skala usaha industri. Nilai tambah yang tidak dapat dihitung

secara numerik meliputi peluang kerja, peningkatan keterampilan pekerja dan

pengusaha, jaringan usaha dan akses pada beragam pendidikan, teknologi dan

peluang pasar yang terakumulasi menjadi suatu investasi berharga di tingkat

individu maupun daerah.

Antarlina dan Umar (2007). Mengenai Teknologi Pengolahan Komoditas

Unggulan Mendukung Pengembangan Agroindustri Di Lahan Lebak. Komoditas

unggulan lahan lebak diantaranya adalah ubi-ubian dan hortikultura. Peningkatan

produksi perlu diikuti penyediaan teknologi pengolahan guna mengantisipasi

(22)

beberapa teknologi pengolahan komoditas unggulan yang diharapkan dapat

mendukung pengembangan agroindustri di lahan lebak. Komoditas unggulan

lahan lebak antara lain: ubi nagara, ubi alabio, waluh, mangga, pisang, kacang

tanah, kacang nagara dan biji bunga teratai. Teknologi pengolahan untuk

masing-masing komoditas sangat spesifik, karena komoditas tersebut mempunyai

karakteristik yang berbeda.

Ubi nagara dan ubi alabio dapat diolah menjadi keripik dan tepung serta

produk tepungnya. Waluh diolah menjadi dodol, saos dan tepung serta produknya.

Buah mangga yang terdapat di lahan lebak jenisnya cukup banyak, namun pada

dasarnya prinsip pengolahnnya sama antara lain: sari buah, sirup, dodol, puree,

manisan dan asinan. Buah pisang dapat diolah menjadi keripik, sari buah, saos

dan tepung (serta produknya). Teknologi pengolahan kacang tanah adalah kacang

asin dan kacang tanah lemak rendah, sedangkan kacang nagara lebih bervariasi

(tempe, susu, kecap). Pengembangan pengolahan perlu didukung oleh penyediaan

peralatan dan peningkatan pengetahuan SDM (sumber daya manusia) khususnya

yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan agroindustri.

Pengembangan teknologi pengolahan merupakan salah satu alternatif

penganekaragaman produk sebagai penunjang agroindustri yang sesuai untuk

tingkat pedesaan dan meningkatkan nilai tambah komoditas. Di samping itu

dengan lebih beragamnya produk olahan diharapkan dapat mendukung program

(23)

Suprihatini, Drajat dan Fajar (2004). Mengenai Kebijakan Percepatan

Pengembangan Industri Hilir Perkebunan. Tujuan penelitian ini antara lain : (a)

untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh kuat terhadap percepatan

pengembangan industri, dan (2) untuk menyusun kebijakan percepatan

pengembangan industri hilir perkebunan untuk masa 5 – 10 tahun mendatang.

Hasil penelitian antara lain : (a) faktor yang berpengaruh terhadap

percepatan pengembangan industri hilir perkebunan yakni penerapan kebijakan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen; insentif investasi; penerapan kebijakan

harmonisasi tarif bagi produk hilir dan bahan bakunya; konsistensi dukungan

pemerintah; efisiensi biaya produksi; jaminan keamanan investasi; penelitian

pasar; kualitas bahan baku dan bahan penolong; respon sosial; dan supply chain management dan infrastruktur, (b) faktor yang berpengaruh terhadap percepatan industri hilir perkebunan yaitu PPN, insentif investasi, harmonisasi tarif, dan

konsistensi dukungan pemerintah, yang merupakan faktor kunci karena memiliki

pengaruh total yang tertinggi namun ketergantungannya pada faktor lain yang

rendah, (c) skenario yang paling mungkin terjadi di masa 5 – 10 tahun mendatang

adalah skenario dimana akan terjadi kondisi PPN akan tetap dipungut seperti

sekarang atau tidak ada perubahan terhadap kebijakan PPN (status quo), insentif investasi akan diberlakukan, harmonissai tarif akan diberlakukan, dan konsistensi

dukungan dari pemerintah akan sulit ditebak karena tergantung pada siapa

presidennya bahkan sampai mengarah pada kondisi inkonsistensi dukungan

(24)

Susilowati, Bonar, Sinaga, Wilson, Limbong, dan Erwidodo (2007).

Mengenai Dampak Kebijakan Ekonomi Di Sektor Agroindustri Terhadap

Kemiskinan Dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Di Indonesia Analisis

Simulasi dengan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Penelitian bertujuan untuk

menganalisis dampak kebijakan ekonomi di sektor agroindustri terhadap

kemiskinan dan distribusi pendapatan rumah tangga. Analisis menggunakan

Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) yang didegrasi ke dalam agroindustri

makanan dan non makanan. Analisis kemiskinan dan distribusi pendapatan rumah

tangga menggunakan data SUSENAS.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan ekspor,

investasi, dan insentif pajak di sektor agroindustri berdampak menurunkan tingkat

kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan rumah tangga, sedangkan

kebijakan peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah di sektor

agroindustri kurang memberikan dampak positif. Kebijakan ekonomi di sektor

agroindustri nonmakanan berdampak lebih besar dalam menurunkan tingkat

kemiskinan.

Keterkaitan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan

(25)

Tabel 1. Mapping Hasil Penelitian Terdahulu

NO. NAMA PENELITI

(Tahun)

FOKUS PENELITIAN POSISI PENELITIAN INI

Menjadikan salah satu dasar hasil penelitian terdahulu terhadap :

- Posisi nilai tambah yang diterima pengusaha agroindustri

- Dampak dari nilai tambah baik terhadap peluang kerja, peningkatan keterampilan pekerja dan pengusaha, jaringan usaha dan akses pada beragam pendidikan, teknologi dan

Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada

- Kelayakan dari teknologi dalam upaya peningkatan nilai tambah secara

ekonomi, teknis dan sosial

- Peningkatan teknologi merupakan salah satu

Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada faktor-faktor internal dan ekternal dalam upaya pengembangan nilai tambah melalui

(26)

Tabel 1. Lanjutan

NO. NAMA PENELITI

(Tahun)

FOKUS PENELITIAN POSISI PENELITIAN INI

Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada dampak pengembangan agroindustri pisang terhadap peningkatan nilai tambah secara ekonomi bagi pengusaha, pekerja maupun secara sosial yaitu peluang kerja dan

penumbuhan unit-unit usaha baru

2.2. Sistem Agribisnis

Menurut Arsyad (1985), yang dimaksud agribisnis adalah suatu kesatuan

kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai

produksi, pengolahan hasil dan yang ada hubungan dengan pertanian dalam hal ini

adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha

yang ditunjang dengan kegiatan pertanian (Soekartawi, 1991).

Definisi diatas menunjukkan bahwa pengertian agribisnis sangat luas

dengan beraneka ragam kegiatan yang dapat dilakukan tidak hanya berlangsung

sekitar usaha pertanian, melainkan juga mempunyai kaitan dengan kegiatan–

kegiatan diluar sektor pertanian. Kegiatan agribisnis tidak saja menyangkut

produksi pertanian tetapi juga meliputi usaha pengolahan, penyaluran dan

(27)

dimulai dari penyediaan prasarana dan masukan-masukan yang dibutuhkan untuk

produksi seperti pupuk, pengairan sampai pada penyampaian produksi kepada

konsumen (Kertasapoetra, 1985).

Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh mulai proses produksi,

mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan

pertanian. Para petani melaksanakan usahanya berdasarkan konsep agribisnis

sebab dengan dilaksanakan pertanian secara konsep agribisnis maka:

1. Usaha–usaha pertanian akan diperbaiki demi tercapainya peningkatan

produk.

2. Mutu–mutu produk akan diperbaiki guna memuaskan para konsumen.

3. Kualitas produk ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan–kebutuhan

konsumen (Soekartawi, 1991).

Usaha-usaha pertanian yang berkonsep pada agribisnis, bila tidak

dilaksanakan sejak sekarang maka besar kemungkinan keperluan–keperluan akan

produk pertanian dalam beberapa tahun lagi tidak akan dapat dipenuhi mengingat

jumlah pertambahan penduduk meningkat dengan cepat sedang produk–produk

yang dihasilkan tidak dapat lagi mengimbanginya. Agribisnis mencakup semua

kegiatan dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pada kegiatan

tataniaga produk yang dihasilkan (Kartasapoetra, 1985).

Menurut Goldberg dan Davis (1957) yang pertama kali memperkenalkan

konsep agribisnis diuraikan sebagai berikut :

(28)

3. Sub–sistem keluaran (Output), yaitu agroindustri.

4. Sub–sistem pemasaran (Market), yaitu pembungkusan, distribusi dan

sebagainya

Keempat sub–sistem tersebut yang akan menetukan berhasil tidaknya

gerakan agribisnis. Setiap sub–sistem tersebut amat penting kaitannya satu dengan

yang lainya, sebab sistem agribisnis merupakan suatu urutan kegiatan yang

bekesinambungan, dengan kata lain keberhasilan pengembangan agribisnis sangat

tergantung kepada kemajuan–kemajuan yang dapat dicapai pada setiap sub–

sistem. Berhasil tidaknya suatu gerakan sub–sistem tergantung pada faktor–faktor

pendukungnya. Sukses tidaknya gerakan sub–sistem pengadaan dan penyaluran

sarana produksi akan tergantung kepada apakah semua input bisa tersedia tepat

waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat kualitas dan sesuai dengan daya beli petani

(Indrawan, 1996).

Lancar tidaknya sub–sistem proses produksi atau agroindustri akan

ditentukan oleh lancar tidaknya pengembangan agroindustri, pada sub–sistem

distribusi dan pemasaran tercakup berbagai usaha dalam mensukseskan

pemasaran hasil–hasil usaha tani dan agroindustri, baik untuk pasar domestik

maupun ekspor. Pada sub–sistem kelima dari sistem agribisnis adalah sub–sitem

penunjang maksudnya semua aktifitas yang bisa menunjang kelancaran kegiatan

keempat sub–sistem tersebut diatas (Anonymous, 1993).

Agribisnis di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam

menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dan dalam memberikan

(29)

sekitar 30 % kepada PDB Nasional atas harga konstan 1973, dan menampung

lebih dari 50 % penduduk usia 10 tahun keatas yang bekerja. Peranan agribisnis

tentunya lebih besar dari angka-angka tersebut, karena juga menvakup

sektor-sektor lain yang mempunyai keterkaitan atau berperan sebagai penunjang

kelancaran agribisnis. Peranan lainya adalah sebagai sumber penerimaan devisa

hasil ekspor komoditi pertanian yang mempunyai peranan penting dalam sektor

non-migas adalah karet, tembakau, kopi, the dan udang. Nilai ekspor komoditi ini

pada tahun 1983 berjumlah 32,5 % dari total nilai ekspor non-migas (Soeharjo,

1990).

Pada sistem agribisnis terdapat lima sifat manajemen yaitu :

1. Manajemen Produksi dan Operasi

2. Manajemen Finansial

3. Manajemen Sumber Daya Manusia

4. Manajemen Pemasaran

5. Manajemen Komunikasi dan Informasi.

Pembangunan sistem agribisnis dimaksudkan pembangunan yang

mengintegrasikan sektor pertanian (dalam arti luas) dengan pembangunan industri

dan jasa terkait dalam suatu kluster industri (industrial cluster) meliputi lima sub sistem yaitu agribisnis hulu, usahatani/ ternak, pengolahan, pemasaran dan jasa.

Pembangunan sistem agribisnis dapat dimaknai pembangunan seimbang dan

harmonis dari sub sistem : industri hulu, usahatani, industri hilir pertanian

(pengolahan dan pemasaran) dan sektor yang menyediakan jasa yang diperlukan

(30)

Gambar 1. Sistem Agribisnis (Saragih, 2001)

Sistem agribisnis selain mempunyai alat manajemen juga didukung oleh

lembaga penunjang yaitu instansi pemerintah dan swasta selain itu juga didukung

oleh sektor jasa dan lembaga penunjang yaitu Bank, KUD, Penyuluhan dan

Asuransi yang terdiri dari beberapa subsistem yaitu :

1. Sub sistem I

Sektor input yang mana merupakan sub sistem pengadaan dan penyaluran

sarana produksi pertanian antara lain bahan baku, alat produksi dan

lain-lainnya.

2. Sub sistem II

Sektor usaha tani yang melalui produksi maka usaha tani menghasilkan

produk berupa bahan pangan, hasil industri, yang termasuk sektor usaha tani Lembaga Penghela

Sektor Jasa & Lembaga Penunjang

Bank, KUD, Penyuluhan, Asuransi

(31)

3. Sub sistem III

Sektor pengolahan yaitu merupakan kegiatan agroindustri mulai dari

penyediaan bahan baku sampai menghasilkan produk akhir.

4. Sub sistem IV

Sektor pemasaran yaitu rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan

produksi, penentuan harga, promosi dan tempat guna memasarkan produk.

5. Sub sistem V

Sektor konsumen yaitu untuk memasarkan produksi yang dihasilkan maka

seorang produsan harus mengetahui perilaku konsumen.

2.3. Agroindustri dan Lingkupnya

Pengertian agroindustri dalam arti luas (White, 1989) meliputi :

1. Industri yang mempunyai kaitan erat dan langsung dengan produk pertanian

primer, yaitu :

a. Industri hulu/industri pengolahan input pertanian (pupuk, pestisida, alat

pertanian,mesin yang langsung dipakai dalam sektor pertanian dan

sebagainya). Industri ini tidak selalu berada dipedesaan dan biayanya

relatif padat modal dan berskala besar.

b. Industri hilir/industri pengolahan hasil pertanian.

2. Industri agrikultur yaitu bentuk–bentuk organisasi produk primer yang

mengarah pada organisasi industri. Kategori ini tidak termasuk dalam

(32)

pengolahan. Industri agrikultur ini mempunyai dua tipe yaitu (a).

Perkebunan Besar dan (b), Contract Farming dengan model inti rakyat. Menurut Soeharjo (1991), menjelaskan bahwa agroindustri salah satu

cabang industri yang mempunyai kaitan erat dan langsung dengan pertanian.

Apabila pertanian menghasilkan produk primer, maka kaitanya dengan industri

berlangsung kebelakang (Backward Linkage) dan kedepan (Forward Linkage). Agroindustri yang melakukan kegiatan penanganan dan pengolahan produk

primer disebut agroindustri hilir (Downstream). Dari sini nampak bahwa dalam agroindustri sektor pertanian dan sektor industri harus lahir sebagai satu kesatuan

(Integrated). Agroindustri merupakan sub sistem dari pada agribisnis.

Menurut Austin dalam Soeharjo (1981), Kaitan dengan sektor pertanian

yang dimaksud umumnya dibatasi pada kaitan langsung, hal ini sesuai dengan

pendapat bahwa semakin lanjut proses pengolahan berlangsung, maka akan

semakin jauh kedudukannya dari pengertian agroindustri dan lebih tepat apabila

disebut non agroindustri.

Kegiatan agrindustri atau industri pertanian mencakup semua kegiatan

yang dimulai dengan pengadaan bahan baku dan pengolahan. Jadi agroindustri

merupakan kegiatan yang meliputi pengadaan bahan baku sampai pada

pengolahannya menjadi produk lain.

Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan

erat dan langsung dengan pertanian, kaitan antara pertanian dengan agroindustri

yaitu kaitan ke belakang dan ke depan. Kaitan ke belakang karena pertanian

(33)

pada sektor pertanian. Sedangkan kaitan ke depan berlangsung karena sifat produk

pertanian yang sangat tergantung pada musim, menyita banyak ruang untuk

penyimpanan dan mudah rusak.

Kegiatan-kegiatan yang ada dalam agroindustri penangananya ada yang

bersifat tanpa mengubah struktur asli dari produk tersebut, misalnya pembersihan,

pengawetan, transportasi, penyimpanan. Adapula kegiatan pengolahan yang

segera dilaksanakan setelah produk dipanen misalnya pengolahan daun pucuk teh

menjadi teh, penggilingan tebu, pengolahan susu, pembuatan ikan asin dan

sebagainya. Pengolahan lebih lanjut produk-produk pertanian berakhir dengan

mengubah sifat asalnya , misalnya pengolahan kedelai menjadi kecap, nira

menjadi gula merah.

Konsep Agroindustri menurut Soeharjo (1991) , adalah salah satu cabang

dari industri yang mempunyai kaitan erat dan langsung dengan pertanian. Sektor

pertanian dan saktor industri harus dilihat sebagai satu kesatuan . Gangguan pada

salah satu sektor, misalnya tidak tersedianya input dapat mengganggu kelancaran

kegiatan di tingkat produksi primer yang selanjutnya berakibat kepada gangguan

kelancaran kegiatan pada industri pengolahan.

Agroindustri merupakan industri sekunder atau industri dengan tingkatan

lebih lanjut, dengan komoditas pertanian sebagai bahan baku utamanya, apabila

pada produksi pertanian kendali berada pada unsur–unsur alami, maka pada

agroindustri kendali sentral ada pada manusia dan perangkat teknologi serta

institusi sebagai hasil rekayasanya. Secara spesifik, agroindustri dapat diartikan

(34)

hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dam perikanan, serta

industri kehutanan. Sementara itu industri pupuk, obat–obatan pertanian alat dan

mesin petanian merupakan industri pendukung bagi industri pengolahan

hasil-hasil pertanian. Implikasi dari pandangan diatas adalah pengembangan agroindusri

tidak terlepas dari pengembangan keseluruhan sistem ekonomi, terutama

pengembangan sistem agribisnis (Muslimin, 1994).

Menurut Adi (1994), agroindustri merupakan sektor yang sangat

potensial dan perlu dikembangkan karena merupakan jembatan transformasi

antara pertanian dan industri, dalam membangun industri yang maju dan

pertanian yang tangguh, agroindustrilah yang diharapkan dapat mempercepat

terjadinya struktur ekonomi yang seimbang. Perkembangan agroindustri

diharapkan dapat meningkatkan permintaan dan memberikan nilai tambah hasil

pertanian, dimana saat ini masyarakat banyak yang menggantungkan nasibnya

pada sektor ini.

Petani yang melakukan usaha agroindustri selain harus memikirkan

bagaimana harus menghasilkan produk sampai memasarkanya juga harus prinsip

yang digunakan dalam agroindustri. Adapun prinsip ekonomis menurut

Soekartawi (1986) diantaranya adalah :

1. Prinsip Keunggulan Komparatif

Adapun perbedaan faktor fisik terutama kesuburan , iklim , topografi

dan suhu maka jenis tanaman yang diusahakan disetiap daerah tidak sama.

Satu tanaman yang memberikan keuntungan didaerah lainya karena adanya

(35)

yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih menguntungkan. Prinsip ini

merupakan dasar mengapa ada spesialisasi suatu hasil produksi dari

tanaman cocok untuk diolah menjadi produk lain yang mempunyai nilai jual

lebih tinggi. Beberapa faktor yang merubah keunggulan komparatif adalah

pengembangan pola usahatani baru atau perbaikan teknologi, perubahan

biaya produksi dan harga dari berbagai komoditi usahatani, perubahan biaya

angkutan bila jalan diperbaiki atau rusak, perbaikan kualitas lahan,

pengembangn produk substitusi yang lebih murah.

2. Prinsip Pemilihan Cabang Usaha

Prinsip ini mengatakan bahwa suatu cabang usaha dipertimbangkan

dalam perencanaan agroindustri selama sumbangan yang diharapkan

terhadap pendapatan bersih melebihi biaya yang diluangkan dari

sumberdaya yang mereka gunakan, dalam menerapkan prinsip ini perlu

diberikan kelonggaran untuk hubungan–hubungan antar cabang usaha.

Beberapa cabang usaha dapat saling bersaing dalam menggunakan

sumber daya, hal ini terjadi bila petani tidak mempunyai cukup tenaga kerja

untuk memanen dua tanaman yang berbeda pada waktu bersamaan.

Persaingan ini dapat dihilangkan dengan cara menyesuaikan perencanaan

tanaman dan waktu tanam. Prinsip pemilihan cabang usaha ini sangat

(36)

2.4. Keterkaitan Antara Sektor Pertanian dan Sektor Non Pertanian Dalam Agroindustri

Pendekatan tradisional memandang keterkaitan pertanian dengan industri

adalah sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku industri, penyediaan tenaga

kerja yang dianggap berlimpah dan tempat pengolahan hasil industri, dalam

hubungannya terhadap agroindustri keterkaitan antara pertanian dan industri perlu

dilihat dari interaksi teknologi padat modal dan tenaga kerja dalam kedua sektor

tersebut. Dimana hasil produksi pertanian merupakan input bagi industri yang

mengolah hasil-hasil pertanian, demikian juga sebaliknya hasil industri juga

banyak digunakan untuk pelaksanaan usahatani yang akan dilakukan, misalnya

penggunaan traktor, sabit, cangkul yang merupakan hasil industri yang digunakan

dalam usahatani.

Pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan taraf kesejahteraan

masyarakat. Setiap proses pembangunan membutuhkan sumberdaya alam, sumber

daya manusia dan manajerial untuk mencapai tujuannya, dalam kerangka

pemikiran demikian pengelolaan sumber daya yang dimiliki menjadi sangat

penting untuk mengoptimalkan manfaat.

Pentahapan pembangunan dalam lingkup mikro yang terimplementasi

dalam proyek-proyek pembangunan secara sektoral menjadi sangat berarti.

Perencanaan, pelaksanaan sampai pada suatu proyek pembangunan harus

dilaksanakan secara teliti. Perencanaan yang baik merupakan modal yang

berharga bagi tercapainya tujuan yang diinginkan, dalam kaitan tersebut fungsi

(37)

penting untuk dilaksanakan pada setiap proyek pembangunan yang berdampak

luas (Wibowo, 1996).

Menurut Gittinger (1986), menjelaskan bahwa apabila pembangunan dapat

digambarkan sebagai suatu kemajuan dengan banyak dimensi (waktu, ruang,

sosiokultural, finansial dan ekonomi) maka proyek dapat dilihat sebagai satu

kesatuan ruang/tempat dan waktu, masing-masing dengan nilai finansial, ekonomi

dan dampak sosial, yang tergabung dalam suatu kesatuan.

Proyek adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber

daya untuk memperoleh keuntungan dan manfaat (Gittinger, 1986) menyatakan

bahwa proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan

dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dangan menggunakan sumber-sumber

untuk mendapatkan manfaat (benefit).

Soekartawi (1989) ada tiga aspek yang penting dalam melaksanakan suatu

proyek, yaitu :

1. Adanya modal dan sumber daya (investasi)

2. Adanya upaya memaksimumkan keuntungan

3. Adanya waktu (lamanya proyek yang telah ditentukan).

Menurut Choliq, (1993) yang dhitung sebagai biaya atau pengeluaran

proyek adalah seluruh biaya yang dikeluarkan proyek guna mendatangkan

penghasilan dimasa yang akan datang. Arus biaya ini antara lain investasi dan

biaya operasional serta biaya pemeliharaan. Investasi dalam proyek pertanian

merupakan kegiatan yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

(38)

periode tertentu. Investasi ini dikeluarkan sehubungan dengan keperluan selama

usia proyek misalnya biaya kontruksi dan peralatan, penanaman modal pohon dan

biaya modal kerja. Investasi ini diharapkan memberi manfaat dalam jangka waktu

yang cukup lama. Biaya operasional dan biaya pemeliharaan merupakan biaya

yang dikeluarkan sehubungan dengan pelaksanaan proyek, antara lain adalah

biaya rutin selama umur ekonomis proyek.

Agroindustri adalah industri yang mengolah hasil-hasil pertanian, mulai

dari pengolahan yang mengubah hasil panen menjadi produk yang dapat

diperdagangkan hingga menjadi produk yang bahan bentuk bakunya tidak terlihat

lagi (Soekartawi, 1991). Pengembangan agroindustri seringkali dihadapkan pada

berbagai masalah, salah satu diantaranya adalah penyediaan bahan baku yang

cukup dan kontinyu.

Penyediaan bahan baku ini, baik bahan baku yang berasal dari dalam

negeri maupun yang berasal dari luar negeri, perlu tersedia dalam jumlah yang

cukup dan kontinyu, khusus industri pengolahan yang menggunakan bahan baku

pertanian, dalam kebanyakan negara di Asia, termasuk Indonesia, upaya

reorganisasi sumberdaya untuk mengatasi resiko ketidakstabilan harga dan

produksi ini dilakukan dengan cara diversifikasi, dalam tingkat usahatani,

diversifikasi telah ditekankan untuk menghindari faktor resiko dan ketidakpastian,

baik terhadap produksi maupun harga, dan memaksimumkan sumberdaya

sehingga pada akhirnya pendapatan pengusaha dapat ditingkatkan (Soekartawi,

(39)

Usaha pengolahan hasil pertanian akan memberikan beberapa keuntungan

antara lain (Aziz, 1993) :

1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian.

2. Meningkatkan nilai ekonomis hasil pertanian.

3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian, baik dalam bentuk segar

maupun dalam bentuk hasil olahan.

4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian.

5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan produk pertanian

2.5. Studi Kelayakan

Istilah studi kelayakan atau feasibility study saat ini sudah banyak dikenal masyarakat. Hal ini karena istilah tersebut sering dimuat dalam surat

kabar, majalah serta pembicaraan sehari-hari. Bahkan saat ini banyak perguruan

tinggi yang telah memberikan mata kuliah studi kelayakan.

Studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajagan dari

suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha

tersebut dilaksanakan.Studi kelayakan dalam arti yang luas telah timbul jauh

sebelum berkembangnya perekonomian modern (Bachrawi, 2000).

Yang dimaksud dengan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang

dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Adapun tujuan

dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjutan penanaman

modal yang besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Suad,

(40)

Proyek adalah suatu keseluruhan aktifitas yang menggunakan

sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktifitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil diwaktu yang akan

datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu

unit (Kadariah, 1988), sedangkan menurut Clive (1993), Proyek adalah

kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan

dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit.

Menurut Soekartawi (1987), ada tiga aspek penting dalam melakukan

suatu proyek yaitu :

1. Adanya modal dan sumberdaya (investasi).

2. Adanya upaya memaksimalkan keuntungan

3. Adanya waktu (lamanya) proyek yang telah ditentukan.

Selain itu hal-hal yang perlu diketahui dalam studi kelayakan suatu

proyek adalah :

1. Ruang lingkup kegiatan proyek, disini dijelaskan pada bidang apa proyek

akan diusahakan.

2. Cara-cara proyek dilakukan, disini ditentukan proyek dikerjakan sendiri atau

dikerjakan pada pihak lain.

3. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh

proyek.

4. Sarana yang diperlukan oleh proyek menyangkut bukan hanya kebutuhan

seperti faktor produksi, tenaga kerja dan sebagainya. Tetapi termasuk

(41)

5. Hasil kegiatan proyek serta biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh

hasil.

Gittinger (1986) menekankan betapa pentingnya memperhatikan

aspek-aspek lain yang erat hubungannya dengan segala aspek-aspek yang mempengaruhi

keberhasilan suatu proyek. Ada enam aspek yang perlu diperhatikan dalam

melakukan suatu evaluasi proyek yaitu :

1. Aspek teknis adalah aspek yang menyangkut kaitan antara input dan output

daripada barang-barang dan jasa-jasa yang digunakan serta dihasilkan dalam

suatu proyek.

2. Aspek kelembagaan dan manajemen merupakan kunci sukses atau gagalnya

suatu proyek. Ditunjukan pada kemampuan staf dari pada proyek untuk

menjalankan administrasi pada kegiatan proyek.

3. Aspek sosial menyangkut perlunya mempertimbangkan pola dan

kebiasaan-kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek.

4. Aspek komersial merupakan usaha-usaha pemasaran hasil produksi yang

bersangkutan dan supply bahan-bahan serta jasa yang diperlukan untuk mulai membangun dan menjalankan proyek.

5. Aspek finansial yaitu mengenai keuntungan pendapatan yang diperoleh

suatu proyek, hal ini berhubungan dengan persoalan apakah proyek yang

bersangkutan akan sanggup menjamin dana yang dibutuhkan serta sanggup

membayarnya kembali dan apakah proyek tersebut bisa menjamin

(42)

6. Aspek ekonomi mencakup pertimbangan apakah proyek tersebut akan

membantu pembangunan ekonomi secara keseluruhan dan apakah

kontribusinya cukup besar hingga penggunaan sumber-sumber produksi

langka yang dibutuhkan bisa dibenarkan.

Dalam ilmu evaluasi proyek pembahasan analisis proyek ini lebih

menitikberatkan pada analisis aspek finansial dan aspek ekonomisnya, akan tetapi

aspek-aspek lainnya juga harus diperhatikan. Analisis ekonomis dan analisis

finansial yang dimaksud yaitu :

1. Analisis Ekonomis adalah suatu analisis yang melihat suatu kegiatan

proyek dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian yang

perlu diperhatikan didalam analisis ekonomis ini adalah hasil total atau

produktivitas suatu proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara

keseluruhan.

2. Analisis Finansial adalah analisis yang melihat suatu proyek dari sudut

lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai kepentingan langsung

dalam proyek atau yang menginvestasikan modalnya kedalam proyek.

Unsur-unsur yang berlainan didalam analisis ekonomis dan analisis

finansial adalah sebagai berikut :

1. Didalam Analisis Ekonomis

a. Harga yang dipakai pedoman adalah shadow price atau accountuing price.

(43)

c. Besarnya subsidi harus ditambahkan pada harga pasar barang-barang

input.

d. Besarnya bunga modal biasanya tidak dipisahkan atau dikurangkan dari

hasil kotor.

2. Didalam Analisis Finansial

a. Harga yang dipakai pedoman adalah harga pasar (market price)

b. Pembayaran pajak dianggap sebagi biaya di dalam proyek, sehingga

perlu diperhitungkan, atau dipakai untuk mengurangi benefit.

c. Besarnya subsidi yang diberikan dipakai sebagai mengurangi atau akan

meringankan biaya proyek, sehingga akan merupakan benefit.

d. Didalam pembayaran bunga modal dalam analisis finansial dibedakan

sebagai berikut :

- Bunga yang dibayarkan orang-orang atau lembaga dari luar yang

meminjamkan uangnya (kreditor) kepada proyek maka bunga

tersebut dianggap sebagai biaya (cost).

- Untuk bunga atas modal sendiri yang digunakan dalam proyek tidak

dianggap sebagai cost, melainkan sebagai profit (Pudosumarto, 1991).

Dalam melakukan evaluasi suatu proyek yang akan atau yang telah

didirikan perlu diketahui indikator keberhasilan dari proyek tersebut. Ada lima

(44)

1. R/C Ratio

Dengan diketahui penerimaam, biaya produksi serta besarnya pendapatan,

maka seorang pengusaha dapat melakukan analisa efisiensi usahanya

dengan menggunakan analisis R/C ratio, yang dirumuskan dengan :

TR

R/C ratio =

TC

Keterangan :

TR : Total Penerimaan (Rp)

TC : Total Biaya (Rp)

Analisis ini menunjukkan tingkat efisien ekonomi dan daya saing dari

produksi yang dihasilkan. Dari hasil perbandingan akan didapat :

R/C > 1, usaha efisiensi dan menguntungkan

R/C = 1, usaha tidak efisien dan tidak merugikan

R/C < 1, usaha tidak efisien dan merugikan

2. Titik Impas (Break Even Point)

Analisis titik impas adalah suatu cara atau teknik yang digunakan

oleh manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan

atau volume produksi berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak

menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba. Kondisi tersebut akan

(45)

sasaran dan tujuan perusahaan. Kegunaan lainnya dari analisis titik impas

antara lain :

a. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha untuk

mencapai laba tertentu atau sebagai profit planning

b. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasional yang sedang

berjalan yaitu alat kontrol antara realisasi dengan angka-angka dalam

perhitungan titik impas. Jadi dalam hal ini alat analisis titik impas

sebagai alat pengendalian ”controling”.

c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual

d. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh seorang manajer dalam menjalankan perusahaan.

Menurut Soekartawi (1987), analisis titik impas sebenarnya banyak

dipakai pada analisis budgeting dalam ekonomi perusahaan dalam evaluasi proyek, analisis titik impas ini juga sering dipakai atau paling tidak dipakai

sebagai dasar perkiraan dalam melakukan evaluasi dari suatu proyek.

Dengan demikian perbandingan antara manfaat dan biaya (benefit/cost ratio) atau jumlah penerimaan biaya (return/cost ratio) adalah sebenarnya juga didasarkan pada analisis titik impas. Titik impas (BEP) adalah suatu

titik yang menunjukkan jumlah penerimaan yang tepat sama dengan

biaya-biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian tidak ada untung dan tidak ada

rugi, secara hipotesis titik impas ada 4 variabel yaitu variabel biaya tetap,

biaya variabel, total biaya dan total penerimaan dan penjelasan setiap

(46)

a. Biaya tetap adalah besarnya biaya yang besaranya tidak dipengaruhi

oleh besar kecilnya volume produksi. Dengan demikian yang

digolongkan sebagai biaya tetap adalah sewa tanah, nilai bangunan dan

sebagainya dengan satuan rupiah.

b. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besar

kecilnya volume produksi. Makin besar produksi makin besar pula biaya

variabel. Biaya variabel merupakan biaya operasional dalam suatu usaha

termasuk biaya taktis perusahaan. Contoh biaya operasional ini adalah

biaya sarana produksi, biaya panen, biaya angkut dan sebagainya

dengan satuan rupiah.

c. Total biaya adalah penjumlahan dari biaya variabel dengan biaya

variabel tetap dengan satuan rupiah.

d. Total penerimaan adalah besarnya penerimaan yang diperoleh dari suatu

investasi dengan satuan rupiah.

e. BEP merupakan suatu cara atau teknik untuk mengetahui pada volume

penjualan atau volume produksi berapa suatu usaha tidak mencapai rugi

atau laba dengan rumusan :

Perhitungan yang digunakan untuk mencari BEP atas dasar unit

produksi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Perhitungan yang digunakan untuk mencari BEP atas dasar unit rupiah

BEP (Q) = TFC

(47)

Dimana :

BEP (Q) = Break Event Point / Titik impas Dalam Unit

BEP (Rp) = Break Event Point / Titik impas Dalam Rupiah

VC = Biaya tidak tetap (Rp).

FC = Biaya tetap (Rp).

P = Harga jual per unit (Rp).

TR = Penerimaan total (Rp)

2.6. Analisis Nilai Tambah

Kebijakan pembangunan perkebunan yang mengarah pada peningkatan

nilai tambah pada produk primer dan berlangsung di daerah sentra produksi

diharapkan akan mampu memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

dari petani itu sendiri.

Struktur agribsinis yang bersifat dispersal atau tersekat-sekat sangat tidak

kondusif untuk menciptakan sistem agribisnis berdaya saing tinggi yang mampu

merespon dinamika pasar secara efektif dan efisien. Hal ini karena pada struktur

agribisnis demikian tidak terjadi keterkaitan fungsional diantara para pelaku

agribisnis (Simatupang, 1999). Kondisi tersebut diperlukan penataan struktur

agribisnis dalam rangka meningkatkan daya saing komoditas pertanian.

Simatupang (1997) berpendapat bahwa penataan tersebut haruslah mengarah

kepada pembentukan Unit Agribisnis Industrial. Sebagai langkah awal pragmatis

BEP (Rp) TFC

(48)

penataan struktur agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan mengarahkan

BUMN untuk bertindak sebagai pelopor (Kasryno, 1997). Sedangkan karakteristik

utama yang harus ada pada setiap Unit Agribisnis adalah (Simatupang, 1997):

1. Seluruh fungsi yang diperlukan untuk memproduksi, mengolah dan

memasarkan produk pertanian dapat dipenuhi dan setiap unit agribisnis

haruslah lengkap secara fungsional.

2. Seluruh komponen atau pelaku agribisnis melaksanakan fungsinya secara

harmonis dan dalam satu kesatuan tindakan. Dengan kata lain kegiatan yang

dilakukan oleh setiap pelaku agribisnis harus saling terkait secara

fungsional.

3. Hubungan diantara seluruh pelaku agribisnis terjalin langsung melalui ikatan

institusional.

4. Kelangsungan hidup dan perkembangan usaha pada masing-masing pelaku

agribisnis saling tergantung sama lain.

5. Setiap pelaku agribisnis saling membantu satu sama lain demi kepentingan

bersama.

Penataan struktur agribisnis yang mengarah kepada lima kondisi tersebut

sudah diupayakan pemerintah melalui pengembangan berbagai program kemitraan

usaha diantara para pelaku agribisnis. Dengan mekanisme tersebut maka

kemitraan yang dikembangkan tidak hanya berguna untuk menciptakan kaitan

fungsional antara petani dan perusahaan inti tetapi juga meningkatkan nilai

(49)

perusahaan inti. Kemitraan tersebut juga merupakan media untuk mendorong

pemerataan pendapatan (Erwidodo,1996).

Menurut Sulistyowati dan Wahyudi (1999), produksi dan mutu akhir

produk olahan merupakan resultante dasar seluruh usaha mulai dari penggunaan

sarana produksi, proses produksi, pengolahan, pemasaran sampai penanganan

produk di tingkat konsumen dalam bentuk agroindustri yang dapat meningkatkan

pendapatan petani dari hasil nilai tambah dari suatu proses produksi dan juga

dapat meningkatkan motivasi petani dalam pengembangan perkebunan rakyat

Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah adalah melakukan

diversifikasi baik secara vertikal maupun horizontal pada perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan pertanian untuk memajukan komoditas apa yang

mempunyai nilai tambah yang lebih dari produk pertanian. Nilai tambah diperoleh

dari proses pengurangan biaya bahan baku ditambah dengan biaya input tidak

termasuk tenaga kerja, dirumuskan : (Simatupang, 1990)

NT = P – ( B + V )

Dimana :

NT : Nilai Tambah (Rp / Kg )

P : Nilai Produksi ( Rp /Kg)

B : Nilai Bahan Baku ( Rp /Kg)

(50)

2.7. Strategi Di Tingkat Unit Bisnis (Strategic Business Units)

Strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing, Dengan

demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut

harus ada atau tidak ada (Rangkuti, 2000).

Perusahaan yang menghasilkan berbagai jenis produk, akan bersaing di

berbagai tingkatan bisnis atau pasar, dengan demikian strategi bisnisnya dapat

ditekankan pada Strategic Business Units (SBU), pada prinsipnya SBU memiliki karakteristik sebagai berikut (Rangkuti, 2000) :

1. Memiliki misi dan strategi

2. Menghasilkan produk atau jasa yang berkaitan dengan misi dan strategi

3. Menghasilkan produk atau jasa secara spesifik

4. Bersaing dengan pesaing yang telah diketahui dengan jelas.

Strategic Business Units (SBU), merupakan strategi yang meliputi satu atau lebih devisi, lini produk atau berupa satu jenis produk dimana mulai dari

sekadar alat untuk mencapai tujuan kemudian berkembang menjadi alat

menciptakan keunggulan bersaing dan selanjutnya menjadi tindakan dinamis

untuk memberi respons terhadap kekuatan-kekuatan internal dan eksternal, sampai

menjadi alat untuk memberikan kekuatan motivasi pada tiang pegangan

(stakeholder) agar perusahaan tersebut dapat memberikan kontribusi secara optimal (Steiner, 1977). Menjelang akhir abad ke-20, konsep strategi berubah

menjadi pemahaman keinginan konsumen di masa yang akan datang dengan

memperhatikan konsep dinamik dan pengembangan perencanaan strategis untuk

(51)

Konsep kompetensi inti adalah sekumpulan ketrampilan dan teknologi dan

bukan satu ketrampilan atau teknologi yang berdiri sendiri (Garvin, 1994). Untuk

memiliki kompetensi inti, perusahaan harus memiliki tiga kriteria :

1. Nilai bagi pelanggan (customer perceived value), yaitu ketrampilan yang memungkinkan suatu perusahaan menyampaikan manfaat yang fundamental

kepada pelanggan.

2. Diferensiasi bersaing (competitor diferentiantion), yaitu kemampuan yang unik dari segi daya saing, Jadi ada perbedaan antara kompetensi yang

diperlukan dan kompetensi pembeda. Tidak layak menganggap suatu

kompetensi sebagai inti jika dia ada dimana-mana atau dengan kata lain

mudah ditiru oleh pesaing.

3. Dapat diperluas (extendability), karena kompetensi inti merupakan pintu gerbang menuju pasar masa depan, kompetensi ini harus memenuhi kriteria

manfaat bagi para pelanggan dan keunikan bersaing. Selain itu kompetensi

inti harus dapat diperluas sesuai dengan keinginan konsumen masa depan.

Dengan demikian kompetensi tidak menjadi usang meskipun kompetensi

inti mungkin saja kehilangan nilainya sepanjang waktu.

Struktur industri atau agribisnis yang dilakukan mempunyai pengaruh

yang kuat dalam menentukan aturan permainan persaingan selain juga strategi

yang secara potensial tersedia dalam usaha yang dilakukannya. Pokok-pokok

perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan usaha yang dilakukan dengan

lingkungannya, untuk mencapai keberhasilan dalam persaingan agribisnis,

(52)

organisasi selanjutnya dilakukan “Analisa Eksternal” yang meliputi lingkungan

umum : lingkungan usaha agribisnis dan lingkungan operasi kemudian dilakukan

analisa dan diagnosis internal. Analisa yang digunakan untuk menganalisa adalah

analisis SWOT. Hasil pendekatan SWOT digunakan sebagai dasar (strategi

umum) untuk merencanakan pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di

Kabupaten Pacitan. Adapun tahapan analisis pada perencanaa strategis, antara

lain:

1. Analisis Eksternal

Merupakan situasi dan kondisi yang berada diluar usaha secara langsung

mempengaruhi kinerja perusahaan. Analisis dan diagnosis lingkungan

memberikan kesempatan bagi strategi untuk mengantisipasi peluang dan membuat

rencana untuk melakukan tanggapan pilihan terhadap peluang ini, hal ini juga

membantu perencana strategi untuk mengembangkan sistem peringatan dini untuk

menghindari ancaman atau mengembangkan strategi yang dapat mengubah

ancaman menjadi keuntungan perusahaan (Jauch dan Glueck, 1994).

Lingkungan eksternal yang mempengaruhi perusahaan dapat dianalisis

(53)

Lingkungan Jauh

Gambar 2. Lingkungan Eksternal Perusahaan (Pearce dan Robinson, 1991)

a. Lingkungan Jauh atau Umum

Lingkungan jauh ini disebut juga lingkungan umum. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perusahaan pada lingkup lingkungan jauh antara lain

ekonomi, sosial, politik, teknologi dan ekologi. Faktor-faktor ekonomi yang

spesifik dianalisis oleh kebanyakan perusahaan lain adalah :

- Kebijakan keuangan, suku bunga dan develuasi

- Pertumbuhan ekonomi

- Pendapatan perkapita masyarakat

- Pertumbuhan industri

- Tahapan siklus bisnis, dalam keadaan depresi, resesi, kebangkitan atau

(54)

Faktor-faktor sosial yang mempunyai suatu perusahaan meliputi keyakinan,

nilai-nilai, sikap, pendapatan dan gaya hidup. Faktor-faktor politik berkaitan

dengan parameter-parameter hukum, peraturan dan kebijaksanaan yang

ditetapkan pemerintah dimana perusahaan harus beroperasi. Faktor ini ada

yang membatasi gerak perusahaan tetapi ada pula yang melindungi dan

menguntungkan perusahaan.

Perubahan teknologi dapat mempengaruhi daur hidup produk dan jasa.

Permintaan atas produk dan jasa juga melalui suatu daur hidup. Adaptasi

teknologi yang kreatif dapat berbentuk penciptaan produk baru, perbaikan

terhadap produk yang telah ada ataupun terhadap teknik-teknik pemasaran

dan produksi.

Ekologi adalah hubungan antara manusia dan makhluk hidup lainnya

dengan lingkungan yang mendukung kehidupan mereka, tuntutan

masyarakat terhadap produk yang aman terhadap lingkungan dan kesehatan

semakin menjadi syarat bagi keberhasilan perusahaan.

b. Lingkungan Industri

Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan

persaingan pokok, yakni kekuatan menawar pembeli, kekuatan

tawar-menawar pemasok, ancaman produk atau jasa pengganti atau substitusi,

ancaman masuknya pendatang baru dan persaingan antara perusahaan yang

ada dalam industri.

(55)

Pendatang Baru Potensial

Ancaman Pendatang Baru

Kekuatan Para Pesaing Kekuatan Pemasok Industri Pembeli

Ancaman Produk atau Jasa Substitusi

Produk Pengganti

Gambar 3. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri (Porter, 1992)

Kelompok pembeli yang terkonsentrasi atau terpusat atau membeli dalam

jumlah besar akan memiliki kekuatan yang lebih besar dalam hal posisi

tawar-menawar pada pihak penjual.

Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan

untuk merebut pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar.

Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga

mengurangi kemampulabaan. Analisis tentang rintangan pendatang baru ini

akan dititikberatkan pada diferensiasi produk dan akses ke saluran distribusi.

Mengenali produk-produk pengganti atau substitusi adalah persoalan

mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti

produk dalam industri. Produk pengganti yang perlu mendapat perhatian

(56)

atau prestasi yang lebih baik ketimbang produk industri, atau dihasilkan

oleh industri yang berlaba tinggi.

Ke-lima kekuatan persaingan di atas secara bersama-sama menentukan

intensitas persaingan dan kemampulabaan dalam industri dan kekuatan yang

paling besar akan menetukan serta menjadi sangat penting dari sudut

pandang perumusan strategi.

c. Lingkungan Operasi

Lingkungan operasi disebut juga lingkungan persaingan atau lingkungan

tugas. Lingkungan ini terdiri dari faktor-faktor di dalam situasi persaingan

yang mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk memasarkan

produk dan jasanya dengan menghasilkan laba. Faktor-faktor penting dalam

lingkungan operasi ini adalah posisi perusahaan komposisi pelanggannya,

reputasi dan hubungan perusahaan dengan pemasok dan kreditor, serta

kemampuannya mengelola karyawan yang berkemampuan.

2. Analisis Internal

Analisis internal merupakan proses dengan mana perencanaan strategi

mengkaji : Pemasaran dan Distribusi, penelitian dan pengembangan, produksi dan

operasi, sumberdaya dan karyawan perusahaan serta faktor keuangan dan

akuntansi. Sedangkan faktor-faktor internal pemasaran dan disteribusi meliputi :

pangsa pasar, sistem riset pasar, bauran produk dan jasa, perlindungan hak paten,

produk baru, strategi harga, tenaga penjual, promosi dan periklanan, pelayanan

(57)

3. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematik atas faktor-faktor

kekuatan (Strenghs), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities) dan

ancaman (Threats) yang dihadapi suatu perusahaan, mula-mula analisis SWOT

dibuat dalam bentuk suatu matrik seperti dalam gambar 4, kemudian dengan

identifikasi strategi yang paling baik dalam menghadapi atau menyesuaikan

terhadap faktor-faktor tersebut. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa

strategi yang efektif adalah : memaksimalkan kekuatan dan manfaatkan peluang

yang dimiliki perusahaan serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang

dihadapinya.

Internal

Eksternal

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunies (O) Strategi SO Strategi WO

Treaths (T) Strategi ST Strategi WT

Gambar 4. Skema Matrik SWOT (Pearce dan Robinson, 1991)

- Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

- Strategi ST

(58)

- Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaat peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

- Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif atau bertahan dan

berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analiasis SWOT

adalah diperoleh dari penyusunan matrik SWOT. Matrik ini (gambar 4)

mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman eksternal dihadapi perusahaan

dapat di pertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal perusahaan untuk

menghasilkan empat kelompok alternatif strategi (Gambar 5).

Berbagai Peluang Dari Lingkungan

3. Mendukung 1. Mendukung strategi turn around strategi agresif

Kelemahan Kekuatan Internal Internal Yang Kritis Yang Besar

4. Mendukung 2. Mendukung

strategi defensif strategi diversifikasi

Berbagai Ancaman Dari Lingkungan

Gambar

Tabel 1.  Mapping Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 1.  Lanjutan
Gambar 1. Sistem Agribisnis (Saragih, 2001)
Gambar 3. Kekuatan-Kekuatan Industri (Porter, 1992)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Buah pisang merupakan salah satu jenis buah yang mudah untuk dibudidayakan dan dapat menghasilkan produksi dengan jumlah yang cukup banyak dalam setiap kali proses

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi serta Kepala Seksi Tanaman Pangan beserta staff yang telah memberikan bantuan dalam penyediaan data yang dibutuhkan penulis.. Kepala

Upaya perbaikan yang dapat dilakukan yaitu memberikan pemerataan dan kemudahan akses informasi yang efektif seperti melakukan penyuluhan di setiap dinas peternakan

Abstrak: Perencanaan Pengembangan Tanaman Pangan Sebagai Upaya Menuju Kemandirian Pangan (Studi Pada Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Kabupaten Kediri).

Sedangkan Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi dinas pertanian Kabupaten Bengkayang, Balai penyuluhan pertanian peternakan

73 Belanja Bahan Kimia (Pertanian TPH) 121.500.000 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Peternakan dan Perikanan. 74 Belanja Bahan/Bibit Tanaman (Pertanian TPH)

Pelaksanaan program pembangunan di bidang pertanian terutama program prioritas yang dilaksanakan di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Merauke yaitu program

Sumber : Bidang Produksi Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat