V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Kelayakan Agroindustri Berbasis Pisang Awak d
5.3.1. Analisis Faktor Internal
Faktor internal dalam pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di
Kabupaten Pacitan terdiri dari faktor strategis dari kekuatan yang terdiri dari
jumlah petani pisang cukup banyak, produksi pisang tinggi, harga produk relatif
rendah, biaya produksi rendah dan upaya peningkatan nilai tambah sedangkan
faktor strategis dari kelemahan terdiri dari kualitas produksi agroindustri rendah,
tingkat diversifikasi pengolahan pisang rendah, belum ada kelembagaan usaha,
tingkat pendidikan pengusaha rendah dan teknologi pengolahan tradisional.
Matrik analisis strategi faktor internal dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. menunjukkan bahwa tingkat faktor-faktor kekuatan yang
mempunyai nilai tinggi adalah jumlah petani pisang cukup banyak, produksi
pisang tinggi, dan biaya produksi rendah sedangkan faktor-faktor kekuatan yang
mempunyai nilai tinggi adalah belum ada kelembagaan usaha dan teknologi
pengolahan tradisional
Setelah diadakan penilaian terhadap kondisi internal dalam pengembangan
selisihnya 0,64 berarti bahwa pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di
Kabupaten Pacitan mempunyai kekuatan dalam pengembangannya.
Tabel 7. Matrik Analisis Faktor Internal Pengembangan Agroindustri Berbasis Pisang Awak di Kabupaten Pacitan
No. Faktor Internal Bobot Rating Skor A. KEKUATAN
1 Jumlah petani pisang cukup banyak 0,129 3 0,386
2 Produksi pisang tinggi 0,129 3 0,386
3 Harga produk relatif rendah 0,113 2 0,226
4 Biaya produksi rendah 0,125 3 0,376
5 Upaya peningkatan nilai tambah 0,110 2 0,220
Jumlah 1,593
B. KELEMAHAN
1 Kualitas produksi agroindustri rendah 0,079 2 0,158
2 Tingkat diversifikasi pengolahan pisang
rendah 0,072 2 0,144
3 Belum ada kelembagaan usaha 0,082 3 0,247
4 Tingkat pendidikan pengusaha rendah 0,079 2 0,158
5 Teknologi pengolahan tradisional 0,082 3 0,247
Jumlah 0,954
Masing-masing faktor-faktor strategis dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang ada pada internal pengembangan agroindustri berbasis pisang awak di Kabupaten Pacitan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kekuatan (strength)
a. Jumlah Petani Pisang Cukup Banyak
intensif pisang akan mampu hidup dengan baik di lahan kritis yuang pada
umumnya banyak terdapat di Kabupaten Pacitan. Semakin banyak jumlah
petani yang melakukan usaha budidaya pisang maka upaya pengembangan
agroindustri agroindustri berbasis pisang akan lebih mudah karena upaya
pengembangan agroindustri sangat tergantung pada bahan baku. Kondisi
tersebut merupakan modal bagi pengembangan kegiatan agroindustri
dengan jumlah petani pisang yang banyak akan mendukung kelancaran
dalam pemenuhan quota permintaan pasar yang cukup tinggi.
Jumlah petani pisang di Kabupaten Pacitan pada tahun 2001 sebanyak
40.512 KK dari 138.554 KK, dan pada tahun 2007 sebanyak 60.841 KK
dari 148.750, kondisi tersebut menunjukan bahwa perkembangan jumlah
petani pisang meningkat.
b. Produksi Pisang Tinggi
Produksi pisang awak di Kabupaten Pacitan cukup tinggi kondisi tersebut
tidak terlepas bahwa pisang awak banyak tersebar dan tumbuh dengan baik
meskipun tidak terpelihara secara intensif di kawasan lahan kritis. Kondisi
tingkat produksi pisang awak dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. menunjukkan bahwa tingkat perkembangan prodiksi pisang
selama 9 tahun tehun terakhir (tahun 1999-2007) mengalami peningkatan
dengan rata-rata tingkat produksi pertahun sebesar 335.262 kwintal/tahun
Kondisi tersebut merupakan kekuatan dalam upaya pengembangan
Tabel 8. Jumlah Pohon, Tingkat Produktivitas dan Produksi Pisang Awak di Kabupaten Pacitan, Tahun 1999-2007
TAHUN JUMLAH POHON (Pohon) PRODUKTIVITAS (Kw/Pohon) PRODUKSI (Kw) 1999 1.652.679 0,090 148.741 2000 1.592.435 0,090 143.319 2001 1.604.994 0,090 144.449 2002 1.738.644 0,100 173.864 2003 1.726.467 0,170 293.499 2004 1.786.487 0,200 357.297 2005 1.747.510 0,230 401.927 2006 1.724.705 0,380 655.388 2007 1.747.179 0,400 698.872 Rata-rata 1.702.344 0,194 335.262
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pacitan, Tahun 2008
c. Harga Produk Relatif Rendah
Harga suatu produk terkait dengan biaya produksi yang terkait juga dengan
daya saing dari perusahaan untuk memperluas penyebaran produk di
pasaran serta berkompetisi dalam rangka merebut pangsa pasar di beberapa
segmen pasar. Semakin rendah biaya biaya produksi maka akan
menentukan harga suatu produk dimana semakin rendah harga produk
dibandingkan dengan harga produk pesaing maka daya kompesisi suatu
produk di pasaran akan semakin tinggi.
Harga produk dari agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan relatif
rendah, hal ini terlepas dari kondisi biaya produksi yang tergolong rendah
dengan pendayagunaan sumderdaya produksi yang optimal sehingga
tingkat efisiensi cukup tinggi. Biaya produksi yang tinggi maka akan
salah satu kekuatan yang dimiliki oleh agroindustri pisang awak di
Kabupaten Pacitan menghadapi persaingan pasar yang tinggi.
d. Biaya Produksi Rendah
Biaya produksi usaha agroindustri berbasis bahan baku pisang sangat
rendah hal ini dikarenakan :
- Pada usaha agroindustri berbahan baku pisang tidak membutuhkan
biaya yang besar dalam perolehan baku baku yaitu harga pisang rendah
dan didukung oleh dekatnya lokasi produksi pisang dengan tempat
usaha sehingga tidak membutuhkan biaya transportasi yang tinggi
- Proses pengolahan tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak
sehingga dalam biaya produksi sangat rendah.
e. Upaya Peningkatan Nilai Tambah
Upaya pengembangan agroindustri berbasis bahan baku pisang merupakan
satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari produksi pisang yang
selama ini banyak yang terbuang dan tidak terkelola, dengan adanya
kegiatan agroindustri maka nilai dari pisang awak sebagai salah satu
potensi produksi pertanian di Kabupaten Pacitan diharapakan akan mampu
untuk meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat desa serta
2. Kelemahan (weaknesses)
a. Kualitas Produksi Agroindustri Rendah
Kualitas suatu produk akan dapat menentukan keberhasilan dalam
pemasaran karena dengan kualitas yang baik maka produk akan dapat
memasuki pasar dengan baik, hal ini tidak terlepas bahwa pasar sangat
membutuhkan kriteria-kriteria khusus dari suatu produk untuk dapat
menghadapi persaingan, semakin tinggi kualitas barang maka semakin
tinggi pula daya saingnya, tanpa barang berkualitas maka strategi
pemasaran sangat sulit dijalankan kondisi tersebut lebih menjadi perhatian
bagi setiap produsen karena preferensi konsumen menjadi lebih tinggi
terhadap makanan olahan akibat banyaknya kejadian produk makanan
olahan yang mengandung bahan kimia atau mengganggu kesehatan
konsumennya.
Produksi dari agroindustri berbasis bahan baku pisang yang berada di
Kabupaten Pacitan mempunyai kualitas rendah yang dapat dilihat dari
proses pengolahan yang masih tradisional dan pengepakan yang sederhana
sehingga kualitas produk didalamnya tidak dapat terjaga dengan baik
terutama setelah adanya distribusi pemasaran.
Kondisi tersebut merupakan kelemahan yang dimiliki agroindustri berbasis
pisang awak dalam pengembangannya yaitu tidak mempunyai daya saing
b. Tingkat Diversifikasi Pengolahan Pisang Rendah
Diversifikasi usaha merupakan salah satu upaya untuk mengurangi resiko
kegagalan dan juga untuk memperluas pangsa pasar. Diversifikasi dalam
pengolahan pisang awak yang terhadap di Kabupaten Pacitan masih
terpatas pada pembuatan kripik pisang dan sale sehingga akan
mempengrauhi upaya dalam perluasan pangsa pasar selain kondisi tersebut
banyaknya produk pisang yang sama yaitu berupa kripik dan sale dari
daerah lain maka nilai saing dari produksi agroindustri berbasis pisang
awak menjadi rendah. Selain kondisi tersebut dengan tingginya produksi
pisang awak dan rendahnya diversifikasi pengolahannya maka masih
banyaknya produksi pisang awak yang terbuang (tidak terkelola).
c. Belum ada Kelembagaan Usaha
Kelembagaan merupakan suatu wadah dari sebuah kerjasama yang dalam
hal ini kerjasama antara pengusaha dengan petani sehingga apa yang
dibutuhkan oleh pengusa dan apa yang harus disediakan oleh petani sulit
untuk terwujud dengan baik.
Kelembagaan yang ada saat ini dalam kegiatan agroindustri berbasis pisang
awak hanya lebih menguntungkan di tingkat pengusaha sedangkan pada
tingkat petani hanyalah merupakan keuntungan yang sesaat yaitu pada saat
d. Tingkat Pendidikan Pengusaha Rendah
Sumberdaya dalam suatu kegiatan usaha merupakan input yang melalui
proses produksi akan menjadi output berupa produk barang atau jasa.
Sumberdaya tersebut meliputi alam sebagai penyedia bahan baku, manusia
sebagai tenaga kerja, barang-barang modal seperti mesin sebagai alat
proses produksi dan skill sebagai keahlian dalam memperoleh hasil yang
optimal dan yang mengendalikan manajemen perusahaan. Dari keempat
sumberdaya tersebut sumberdaya manusia adalah yang sangat penting
karena manusia adalah faktor penentu berhasil tidaknya proses produksi.
Upaya pengembangan agroindustri pisang awak di Kabupaten Pacitan
termasuk kegiatan yang tidak terlalu berkembang dengan baik dan kondisi
tersebut terlihat dari tahun 1980 kegiatan usaha pengolahan pisang sampai
sekarang tidak terdapat perubahan yang signifikan. Kondisi tersebut
diakibatkan oleh tingkat pendidikan pengusaha yang rendah sehingga upaya
untuk melakukan inovasi terhadap produksi yang dilakukannya. Kondisi
nampak dari 12 responden pengusaha mempunyai tingkat pendidikan rata-
rata SMP.
e. Teknologi Pengolahan Tradisional
Teknologi produksi akan dapat menentukan hasil produk akhir, dengan
semakin tinggi pengolahan yang sederhana akan menghasilkan kualitas
produk yang sedang. Setiap perbaikan teknologi sebuah perusahaan mampu
terhadap keunggulan bersaing perusahaan. Proses produksi ditentukan oleh
teknologi yang digunakan dalam proses tersebut, dengan penggunaan
teknologi maka produksi yang dihasilkan mempunyai kualitas yang sama
dengan teknologi yang digunakan serta akan dapat mencerminkan
produktivitas dari kegiatan produksi.
Proses produksi pada kegiatan agroindustri pisang awak di Kabupaten
Pacitan menggunakan teknologi tradisional, sehingga hasil produksi
mempunyai kualitas yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan
hasil produksi dalam menghadapi persaingan dipasaran dengan produk-
produk makanan olahan berbasis pisang maupun makanan olahan lainnya.