PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN
PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN PAI DI MTs Se-KKM
MTs NEGERI RAJAGALUH
1
Indra Adi Budiman
2Yayan Sopyandi
1
Dosen Magister Manajemen Pendidikan, Universitas Majalengka, Indonesia
2Mahasiswa Program Pascasarjana, Universitas Majalengka, Indonesia
ABSTRAK
Pendidikan di sekolah terutama pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat besar di dalam membentuk religiusitas peserta didik. Keilmuan dan pengamalan agama yang ia peroleh di sekolah mempunyai dampak yang cukup besar dalam praktek keagamaan seseorang di dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi utama sekolah adalah sebagai media untuk merealisasikan tujuan pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, akidah, syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah. Sekolah mempunyai tugas menyiapkan dan mengembangkan SDM dan pusat pengembangan ilmu, sehingga wajar jika kualitas generasi mendatang sangat ditentukan oleh pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah. Selama ini pendidikan yang dikembangkan lebih menekankan pada aspek kognitif saja, kurang memperhatikan sisi afektif dan psikomotorik siswa. Pelajaran agama seringkali dimaknai secara dangkal dan tekstual. Nilai-nilai agama yang ada hanya dihafal dan tidak diamalkan, sehingga pelajaran agama hanya menyentuh aspek kognitif saja dan tidak sampai pada aspek afektif dan psikomotorik. Padahal nilainilai religiusitas tidak hanya tampak ketika seseorang melakukan praktek ritual peribadahan saja, seperti sholat, berdoa, puasa, zakat dan haji, namun nilai religiusitas nampak pada semua aktivitas keseharian seseorang yang mencerminkan unsur aqidah, ibadah dan akhlak. Oleh sebab itu, sekolah mempunyai peran yang cukup penting dalam pembinaan pengetahuan dan pengalaman beragama anak. Ketepatan dalam pengelolaan pembelajaran (khususnya pelajaran agama) akan sangat mempengaruhi religiusitas anak di masa mendatang. Ketepatan dalam memilih media, materi, strategi, penilaian dan evaluasi akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan pendidikan agama. Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan siswa menerima dan memahami pelajaran. Hasil Penelitian membuktikan pengaruh positif pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran, pengaruh positif media pembelajaran terhadap efektivitas pembelajaran dan pengaruh positif media pembelajaran dan pembinaan keagamaan secara simultan terhadap efektivitas pembelajaran.
I. PENDAHULUAN
Kesadaran agama adalah aspek mental dari aktivitas beragama. Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yakni perasaan yang membawa keyakinan yang menghasilkan tindakan. (Zakiah Darajat, 2000: 14). Disebutkan di atas bahwa pendidikan (sekolah) merupakan salah satu faktor pembentuk religiusitas seseorang. Pendidikan di sekolah terutama pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat besar di dalam membentuk religiusitas peserta didik. Keilmuan dan pengamalan agama yang ia peroleh di sekolah mempunyai dampak yang cukup besar dalam praktek keagamaan seseorang di dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi utama sekolah adalah sebagai media untuk merealisasikan tujuan pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, akidah, syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah. Fungsi agama (iman) yang ditumbuhkan sejak kecil, dan menyatu dalam kepribadian itulah yang membawa ketentraman batin dan kebahagiaan. Orang yang mempercayai benda keramat, jimat dan sebagainya, biasanya tenang selama benda itu ada padanya atau terasa memberi manfaat. Akan tetapi jika benda keramat itu hilang atau tidak menolong lagi, maka yang bersangkutan akan gelisah dan kebingungan. Obyek keimanan yang tidak pernah hilang dan tidak akan berubah manfaatnya, adalah iman yang ditentukan oleh agama. Iman yang berlandaskan agama akan selalu mendatangkan ketentraman (Zakiah Dradjat, 1995:9). Dalam al-Qur’an juga dijelaskan bahwa dalam berdakwah Nabi Muhammad
SAW juga menggunakan strategi-strategi untuk menyampaikan pendidikan :
ِةَمْك ِحْلٱِب َكِ ب َر ِليِبَس ٰىَلِإ ُعْدٱ
مُهْلِد َٰج َو ۖ ِةَنَسَحْلٱ ِةَظِع ْوَمْلٱ َو
َوُه َكَّب َر َّنِإ ۚ ُنَسْحَأ َىِه ىِتَّلٱِب
َوُه َو ۖ ۦِهِليِبَس نَع َّلَض نَمِب ُمَلْعَأ
َنيِدَتْهُمْلٱِب ُمَلْعَأ
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. an-Nahl :125)
Fungsi tersebut jika dijabarkan antara lain, sekolah berfungsi sebagai tempat untuk memperluas wawasan dan pengalaman anak didik melalui transfer nilai dan ilmu, sebagai tempat untuk mewujudkan keterikatan, integrasi, homogenitas, dan keharmonisan antar siswa, sebagai penyempurna tugas keluarga dalam pendidikan. (Abdurahman, 1995: 152-161). Kita menyadari bahwa pengetahuan awal seorang anak bermula dari orang tua dan masyarakat yang secara tidak langsung telah memberikan berbagai pengetahuan dasar kepada anak, termasuk di dalamnya adalah pengetahuan agama, meskipun dalam penyampaian pengetahuan terebut belum sistematis. Pengetahuan tersebut diperoleh
anak dengan cara peniruan, pengulangan atau pembiasaan dari orang tua atau orang lain (masyarakat) yang dilihatnya. Ketika orang tua dan lingkungan anak (masyarakat) adalah orang-orang yang religius, besar kemungkinan anak akan tumbuh menjadi anak yang religius juga, sebab ia akan meniru, mengulang dan membiasakan diri melakukan sesuai dengan perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya (dilihatnya). Dewasa ini muncul berbagai gugatan terhadap sekolah terutama dalam hal efektifitas dan efisiensi dalam pembinaan religiusitas perilaku siswa di sekolah (pembinaan agama). Sebagian masyarakat memandang pembinaan keagamaan di sekolah telah mengalami kegagalan, hal ini dibuktikan dengan maraknya tawuran remaja/siswa, perilaku mencotek saat ujian, perayaan kelulusan dengan berhura-hura dan konvoi, bahkan merembet pada perilaku para pejabat yang hobi korupsi (KKN), pedagang yang suka menipu dan perilaku lain yang menunjukan kemerosotan moral bangsa.
Realitas di atas dinilai oleh sebagian masyarakat merupakan bentuk kegagalan sekolah dalam membina religiusitas (keagamaan) para siswanya. Sebab sekolah mempunyai tugas menyiapkan dan mengembangkan SDM dan pusat pengembangan ilmu, sehingga wajar jika kualitas generasi mendatang sangat ditentukan oleh pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah. Itulah sebabnya pelajaran agama di sekolah sering kali dijadikan biang kerok (kambing hitam) atas kemerosotan moral bangsa ini. Selama ini pendidikan yang dikembangkan lebih menekankan pada aspek kognitif saja, kurang memperhatikan
sisi afektif dan psikomotorik siswa. Pelajaran agama seringkali dimaknai secara dangkal dan tekstual. Nilai-nilai agama yang ada hanya dihafal dan tidak diamalkan, sehingga pelajaran agama hanya menyentuh aspek kognitif saja dan tidak sampai pada aspek afektif dan psikomotorik. Padahal nilainilai religiusitas tidak hanya tampak ketika seseorang melakukan praktek ritual peribadahan saja, seperti sholat, berdoa, puasa, zakat dan haji, namun nilai religiusitas nampak pada semua aktivitas keseharian seseorang yang mencerminkan unsur aqidah, ibadah dan akhlak. Oleh sebab itu, sekolah mempunyai peran yang cukup penting dalam pembinaan pengetahuan dan pengalaman beragama anak. Ketepatan dalam pengelolaan pembelajaran (khususnya pelajaran agama) akan sangat mempengaruhi religiusitas anak di masa mendatang. Ketepatan dalam memilih media, materi, strategi, penilaian dan evaluasi akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan pendidikan agama.
Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini sangat membantu guru dalam mengajar dan memudahkan siswa menerima dan memahami pelajaran. Proses ini membutuhkan guru yang mampu menyelaraskan antara media pembelajaran dan metode pembelajaran. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar juga dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru bagi siswa, membangkitkan motivasi belajar, dan bahkan membawa
pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, pemakaian atau pemanfaatan media juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran. Media yang dimanfaatkan memiliki posisi sebagai alat bantu guru dalam mengajar. Misalnya grafik, film, slide, foto, serta pembelajaran dengan menggunakan komputer. Gunanya adalah untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa Masih banyak sekolah-sekolah yang hanya mementingkan aspek kognitif saja dan kurang memandang persoalan motivasi belajar siswa. Hal ini juga terjadi pada jenjang MTs se-KKM Rajagaluh Kabupaten Majalengka terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sofa (2010:89) dalam artikelnya mengemukakan bahwa kurangnya media pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang membuat rendahnya motivasi belajar siswa. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar PAI serta rendahnya minat siswa untuk membaca kembali pelajaran yang telah dipelajari juga berdampak terhadap hasil belajarnya.
Pada kenyataannya ketika seorang guru sedang menjelaskan mata pelajaran PAI di kelas banyak siswa yang mengantuk dan merasa bosan (hasil observasi pada 13 Maret 2015). Hal ini dapat berdampak bagi perkembangan akhlak siswa yang disebabkan pemahaman siswa terhadap materi PAI itu minim. Seperti yang diberitakan dalam koran Pikiran Rakyat bahwa adanya keterlibatan tawuran yang
didasari oleh rasa solidaritas seorang teman, padahal tawuran bukan jalan keluar terbaik untuk menunjukkan rasa solidaritas. Ketika seorang siswa memahami arti solidaritas yang sesungguhnya atau solidaritas yang sesuai dengan ajaran Islām, maka tawuran antara pelajar satu dengan yang lainnya tidak akan terjadi. Dalam kabar lain juga pikiran rakyat memberitakan bahwa seorang Anak Baru Gede yang diperkosa oleh temannya sendiri dengan cara memberikan minuman keras kepada Anak Baru Gede tersebut (Hanifah, 2011:92). Berdasarkan kenyataan tersebut sudah cukup membuktikan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islām di sekolah belum tertanam dengan baik dalam diri siswa. Guru harus lebih cepat tanggap dalam hal tersebut. Guru sebaiknya menciptakan proses pembelajaran yang menarik siswa agar inti proses pembelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh siswa. Seperti yang sudah dicantumkan sebelumnya bahwa salah satu pola pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa yaitu pola pembelajaran guru dan media. Penggunaan media dalam memberikan materi ajar sangat diperlukan untuk menarik perhatian siswa dalam belajar. Selain itu juga, media dapat memotivasi dan menarik minat siswa untuk memperhatikan materi yang akan disampaikan oleh guru. Berdasarkan pra penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 13-25 Maret 2015 dengan menggunakan angket, diperoleh data bahwa sebagian besar siswa (70%) sangat berharap pembelajaran PAI disajikan dengan bantuan media (film). Sementara sebagian kecil siswa (15%) sangat menyukai metode ceramah.
Kemudian, sebagian kecil siswa lainnya (10%) lebih senang dengan metode tanya jawab. Lalu sisanya (5%) siswa lebih menyenangi metode diskusi. Sementara itu mengenai bahan ajar yang digunakan hampir sebagian besar siswa (80%) mengatakan bahwa sering sekali pembelajaran Pendidikan Agama Islām di kelas lebih banyak menggunakan Lembar Kerja Siswa. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islām akan lebih menarik ketika guru menggunakan media pembelajaran, sehingga para siswa tidak akan mengalami rasa bosan atau kurang tertarik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islām.
Tabel 1 Data Permasalahan MTsN Se-KKM Rajagaluh
Indikator Penilaian Harapan (%) Capaian (%) Media Pembelajaran Terbarukan 100% 67% belum Terbarukan 100% 33% Pembinaan keagamaan Aktif 100% 85% Kurang aktif 100% 15% Efektivitas Pembelajaran sangat efektif 100% 59% efektif 100% 28% kurang efektif 100% 13%
Sumber : data hasil survei pendahuluan, 2015
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa capaian untuk optimalisasi penggunaan media pembelajaran terbarukan baru mencapai 67%, capaian untuk pembinaan keagamaan yang dinilai aktif sebesar 85% dan capaian efektivitas pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum yang terbarukan sebesar 59% sangat efektif dan efektif sebesar 28%, sedangkan kurang efektif sebesar 13%. Permasalahan media pembelajaran, pembinaan keagamaan dan efektivitas pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu lembaga pendidikan termasuk dalam pendidikan madrasah. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis berinisiatif untuk mengadakan penelitian berupa penggunaan media pembelajaran Pendidikan Agama Islām untuk mengatasi rasa bosan siswa. Maka dari itu, penulis mencoba mengangkat penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunan Media Pembelajaran dan Pembinaan Keagamaan terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI di MTs Se KKM MTs Negeri Rajagaluh”.
II. LANDASAN TEORI
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan
digunakannya apabila media tersebut belum tersedia. Media pembelajaran dapat membantu dalam mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran karena fungsinya sebagai pemberi motivasi bagi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang lebih menarik. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam mmberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa melakukan praktek-praktek yang benar selama proses belajar mengajar berlangsung. Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah : “seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi, alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogramkan untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran”. Wina Sanjaya, (2009: 204). Menurut Gerlach : Wina Sanjaya, (2009:204) secara umum media itu meliputi ; “orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas mengikuti pembinaan keagamaan Islam mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat efektivitas pembelajaran. Agama merupakan pilar dalam kehidupan dan agama juga dapat menjadi petunjuk sebagai jalan hidup. Agama dapat menjadi solusi dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, maka akan semakin tenteram jiwanya serta semakin mampu menghadapi kekecewaan dan kesukaran-kesukaran dalam
hidup. Sesulit apapun jalan yang harus dilewatinya, dia akan sabar dan tenang, karena dia merasa bahwa kesukaran dalam hidup itu merupakan bagian dari cobaan Allah SWT kepada hamba-hambanya yang beriman, dan selalu ada kemudahan setelah kesukaran, seperti dalam QS. AlInsyirah: 5-6.
Artinya: 5) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 6) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Depag RI, 1984: 1073).
Pembinaan keagamaan Islam yang dilakukan secara intens kepada para peserta didik merupakan salah satu cara yang mempunyai peran penting dalam membantu mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dengan pembinaan agama, siswa akan lebih disiplin dan lebih tertib serta menjadikan hal penting dalam menuntut ilmu. Pembinaan keagamaan Islam di samping sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, juga dapat membina mental dan akhlak peserta didik lebih baik, tidak terjerumus dalam hal-hal yang dilarang oleh agama. Selain itu, sebagai upaya pemberian motivasi, agar individu yang tadinya menyerah, bisa bangkit, semangat dalam menghadapi kenyataan hidup. Pembinaan mental keagamaan Islam juga sangat dibutuhkan sebagai usaha menuntun dan mengarahkan perilaku yang menyimpang agar sesuai dengan ajaran agama. Untuk itu, intensitas peserta didik dalam mengikuti pembinaan menjadi faktor penting untuk mewujudkan semua itu. Dari kerangka
pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dan kegiatan
pembinaan keagamaan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa.
MEDIA PEMBELAJARAN
Menarik
Berhubungan dengan materi pelajaran Mampu mengembangkan pola pemahaman
Menumbuhkan kesan mendalam Praktis, luwes dan bertahan Guru terampil menggunakanya (Oemar Hamalik, 2010: 204-206); Azhar
Arsyad (2009: 67) PEMBINAAN KEAGAMAAN Pembimbing Terbimbing Materi Metode (Helmy, 1973: 31); . (Hasanuddin, 1988: 28); (Su’udi, 1986: 1) EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
Apresiasi Guru terhadap Pengembangan Kurikulum secara dinamik Kreativitas Guru dalam Aplikasi Teknologi
Pembelajaran
Kompetensi rencana pembelajaran
(Satori, dkk, 2003); (Depdiknas, 2004: 9)
Gambar 1 Paradigma Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis pada penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan media pembelajaran terhadap efektivitas pembelajaran PAI di MTs se –KKM MTs Negeri Rajagaluh.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran PAI di MTs se –KKM MTs Negeri Rajagaluh.
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan penggunaan media pembelajaran dan pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran PAI di MTs se –KKM MTs Negeri Rajagaluh.
III. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan. Atau dengan kata lain dalam penelitian kuantitatif peneliti berangkat dari paradigma teoritik menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan. Penelitian ini menggunaan metode verifikatif yang dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kondisi eksisting dari variabel yang diteliti (media pembelajaran, pembinaan keagamaan dan efektivitas pembelajaran) yang dilihat dari nilai distribusi frekuensi, persentase, persentase
kumulatif, nilai rata-rata dan standar deviasi, serta untuk menganalisis konstruk hubungan kausalitas antar variabel independen (kemampuan manajerial kepala sekolah dan kinerja mengajar guru) dan variabel dependen (efektivitas pembelajaran). Hasil analisis secara verifikatif berupa kontribusi pengaruh baik secara parsial maupun simultan, serta pengujian hipotesis yang diuji berdasarkan uji t dan uji F. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Swasta yang berada di Kabupaten Majalengka berjumlah 106 orang dan diambil sampel sebanyak 84 responden dengan menggunakan rumus slovin dengan teknik pengambilan sampling menggunakan sistem propotional random sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis jalur (path analysis). Analisis jalur ini ditujukan untuk menentukan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya, baik itu pengaruh yang sifatnya secara langsung maupun tidak langsung, serta mengukur besarnya pengaruh dari suatu variabel penyebab ke variabel akibat yang disebut dengan koefisien jalur. Dalam memenuhi persyaratan digunakannya metode analisis jalur maka sekurang-kurangnya data yang diperoleh adalah data interval. Analisis ini digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel media pembelajaran dan pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan langkah-langkah pengujian persyaratan analisis, maka proses selanjutnya adalah pengujian hipotesis.
Dalam penelitian ini diajukan beberapa hipotesis untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari kedua variabel bebas (media pembelajaran dan pembinaan keagamaan) terhadap variabel terikat (efektivitas pembelajaran PAI) , yaitu :
Hipotesis pertama terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel media pembelajaran (X1) terhadap
efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh (Y); Hipotesis kedua terdapat pengaruh
positif dan signifikan variabel pembinaan keagamaan (X2) terhadap
efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh (Y); Hipotesis ketiga terdapat pengaruh
positif dan signifikan pengaruh variabel media pembelajaran dan pembinaan keagamaan secara simultan terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh.
a. Uji t untuk Hipotesis Pertama dan Kedua
1) Hipotesis pertama yang diajukan adalah :“Terdapat pengaruh positif media pembelajaran terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh, dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut : a) Ho : b1 = 0 : Tidak terdapat
pengaruh media pembelajaran terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh. b) H1 : b1 ≠ 0 : Terdapat
pengaruh media pembelajaran Terhadap efektivitas
pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh. Dengan kriteria keputusan, jika nilai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima
Dari hasil pengolahan data penelitian dengan bantuan komputer program SPSS Versi 20.0 (lihat tabel 4.15 dan 4.16) diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,877, kemudian untuk
mengetahui tingkat
signifikansinya diuji dengan t test, diperoleh nilai t hitung sebesar 6.547, sedangkan besarnya t tabel dengan derajat bebas (df) 85 pada (0,05) sebesar 2,000. Dengan demikian nilai t hitung (6,547) > t tabel (2,000), sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.
Dengan terbukti t hitung > t tabel, dapat dinyatakan bahwa media pembelajaran berpengaruh positif terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh.
2) Hipotesis kedua yang diajukan adalah : “Terdapat pengaruh positif pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh, dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
a) Ho : b1 = 0 : Tidak terdapat
pengaruh pembinaan
keagamaan terhadap
efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh.
b) H1 : b1 ≠ 0 : Terdapat
pengaruh pembinaan
keagamaan terhadap
efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh.
Dengan kriteria keputusan, jika nilai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima
Dari hasil pengolahan data penelitian dengan bantuan komputer program SPSS Versi 20.0 (lihat tabel: 4.15 dan 4.16) diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,889, kemudian untuk
mengetahui tingkat
signifikansinya diuji dengan t test, diperoleh nilai t hitung sebesar 7.357, sedangkan besarnya t tabel dengan derajat bebas (df) 85 pada (0,05) sebesar 2,000. Dengan demikian nilai t hitung (7,357) > t tabel (2,000), sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.
Dengan terbukti t hitung > t tabel, dapat dinyatakan bahwa
pembinaan keagamaan
berpengaruh positif terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh.
Tabel 2 Hasil Uji Korelasi untuk variabel media pembelajaran dan pembinaan keagamaan Terhadap
Correlations efektivitas pembelajaran media pembelajaran pembinaan keagamaan Pearson Correlation efektivitas pembelajaran 1.000 .877 .889 media pembelajaran .877 1.000 .787 pembinaan keagamaan .889 .787 1.000
Sig. (1-tailed) efektivitas pembelajaran . .000 .000 media pembelajaran .000 . .000 pembinaan keagamaan .000 .000 . N efektivitas pembelajaran 69 69 69 media pembelajaran 69 69 69 pembinaan keagamaan 69 69 69
Tabel 3 Hasil Uji t untuk variabel X1 dan X2
Model Unstandardize d Coefficients Standardi zed Coefficien ts t Sig. B Std. Error Beta 1 (Consta nt) 25.01 2 2.472 10.12 0 .000 X1 .430 .066 .465 6.547 .000 X2 .467 .063 .523 7.357 .000
b. Uji F untuk Hipotesis Ketiga
Hipotesis yang diajukan adalah : Terdapat pengaruh positif media pembelajaran dan pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh, dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut :
1) Ho : b1 = b2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh positif media
pembelajaran dan pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh.
2) H1 : salah satu bi ≠ 0 : Terdapat
pengaruh positif media pembelajaran dan pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh.
Dengan kriteria keputusan, jika nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Adapun untuk
mencari besarnya F hitung dapat digunakan formulasi sebagai berikut : MSR 529.626 F hitung = = MSE 2,606 = 227,449
Besarnya MSR dan MSE diperoleh dari hasil pengolahan data penelitian dengan bantuan komputer program SPSS for Window Versi 17.0 (lihat tabel 4.17 dan 4.18), diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,935. Untuk mengetahui tingkat signifikansinya diuji dengan Uji F, setelah dikerjakan diperoleh nilai F hitung sebesar 227,449, sedangkan besarnya F tabel dengan derajat bebas (df) 2 dan 85 pada (0,05) sebesar 3.13. Dengan demikian nilai F hitung > F tabel, sehingga jelas Ho ditolak dan H1 diterima.
Dengan terbukti F hitung > F tabel, dapat dinyatakan bahwa variabel media pembelajaran (X1) dan
pembinaan keagamaan (X2) secara
simultan berpengaruh positif terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh (Y).
Tabel 4 Hasil Uji Korelasi dan R2
Variabel X1 dan X2 terhadap Y
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .935a .873 .869 1.614
Tabel 5 Hasil Uji F
Mode l Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regressi on 1185.25 2 2 592.62 6 227.4 49 .000a Residual 171.965 6 6 2.606 Total 1357.21 7 6 8 a Predictors: (Constant), X2, X1 b Dependent Variable: Y 1. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat keragaman variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh keragaman variabel bebas (X). Besarnya koefisien determinasi merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi, yang dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
Dengan bantuan pengolahan komputer terhadap data penelitian berdasarkan perhitungan Program SPSS Versi 20.0 diperoleh nilai R² sebagai berikut: a. Nilai koefisien korelasi (r) media
pembelajaran terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh sebesar 0,877, dengan R2 sebesar 0,7691 atau 76,91%. Artinya, media pembelajaran berpengaruh positif terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh sebesar 76,91%, selebihnya 23,09% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
b. Nilai koefisien korelasi (r) pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh sebesar 0,889, dengan R2 sebesar 0,7903 atau 79,03%. Artinya, pembinaan keagamaan berpengaruh positif terhadap efektivitas
pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh sebesar 79,03%, selebihnya 20,97% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. c. Nilai koefisien korelasi (r) media
pembelajaran dan pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh sebesar 0,935 dengan R2 sebesar 0.873. Artinya bahwa sebesar 87,30 %, keragaman efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh disebabkan oleh keragaman media pembelajaran (X1)
dan pembinaan keagamaan (X2),
sedangkan sisanya 12,70 % disebabkan oleh faktor lainnya di luar faktor-faktor yang disebut di atas.
2. Persamaan Regresi Berganda
Persamaan regresi berganda merupakan model persamaan garis untuk melihat pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dari hasil pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS, diperoleh persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b2 X2
= 25,012 + 0.430 X1 + 0.467 X2
Persamaan ini berarti bahwa :
a. Setiap peningkatan 1 skor variabel media pembelajaran (X1)
berpengaruh terhadap peningkatan variabel efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh (Y) sebesar 0.430 skor dengan asumsi variabel pembinaan keagamaan (X2) nilainya konstan.
b. Setiap peningkatan 1 skor variabel
pembinaan keagamaan (X2)
berpengaruh terhadap peningkatan variabel efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh (Y) sebesar 0.467 skor dengan asumsi variabel media pembelajaran (X1) nilainya konstan.
3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kepekaan variabel terikat terhadap perubahan yang terjadi pada variabel bebas. Untuk keperluan analisis ini dilakukan dengan cara menghitung
Beta Coefficients. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS Versi 17.0 dan hasilnya adalah sebagai berikut ini :
Tabel 6 Nilai Beta Coefficient
No . Variabel Beta Coefficie nt 1. Media pembelajar an (X1) 0.465 2. Pembinaan keagamaan (X2) 0.523
Nilai yang tertera pada tabel di atas mengandung arti sebagai berikut:
a. Setiap kenaikan 1 standard deviasi variabel media pembelajaran (X1)
akan meningkatkan 0,465 standard deviasi dari variabel efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh (Y).
b. Setiap kenaikan 1 standard deviasi variabel pembinaan keagamaan (X2)
akan meningkatkan 0.523 standard deviasi dari variabel efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh (Y).
Dari hasil uji Beta Coefficients tersebut diketahui bahwa variabel efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh lebih sensitive terhadap perubahan yang terjadi pada variabel pembinaan keagamaan (X2),
dibuktikan dengan hasil uji yang lebih besar dibandingkan dengan nilai beta media pembelajaran (X1).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif pelaksanaan pembinaan keagamaan terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh. Terdapat pengaruh positif penggunaan media pembelajaran terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh. Terdapat pengaruh positif penggunaan media pembelajaran dan pelaksanaan pembinaan keagamaan secara simultan terhadap efektivitas pembelajaran PAI MTs se-KKM MTs Negeri Rajagaluh. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, maka diharapkan dan diupayakan kepada guru, hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan media pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan dalam mengajar, sehingga penulis menyarankan untuk menggunakan media pembelajaran
dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan materi pembelajaran. Kepada pimpinan kepala madrasah MTs Se-KKM MTsN Rajagaluh khususnya pembinaan keagamaan, supaya kegiatan pembinaan ini dilaksanakan secara tepat, efektif dan berkesinambungan, hal itu tentunya memerlukan tenaga yang lebih profesional dan waktu yang memadai. Peningkatan efektivitas pembelajaran dapat dilakukan dengan memberdayakan seluruh komponen sumber daya organisasi terutama tenaga pendidik untuk lebih meningkatkan kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber maupun referenis yang terkait dengan media pembelajaran, pembinaan keagamaan dan efektivitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. Oemi. 1995. Dasar – Dasar Public Relations. Bandung : PT.
Citra.
Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah. Sekolah dan Masyarakat..
Ahmad, Abdurrahim. 2005. Pondok Pesantren. Semarang: Toha.
Ahmad. Rohani. 1997. Media Intruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Ananda, M.Sofa. 2010. Hubungan Persepsi
Gaya Kepemimpinan Situasional. Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja . Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara.
Arif S Sadiman dkk. 2005. Media
Pendidikan Pengertian.
Pengembangan dan.
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja
Arikunto. S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Azhar. Arsyad. 2007. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar.
Bandung : Yrama Widya..
Depdiknas. 2004. Pedoman Pelaksanaan Penilaian. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Dzaky, Hamdani Bakran. 2009. Psikoterapi Konseling Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Ely. 2005. Standar Profesional Akuntansi Publik. Jakarta: Salemba Empat. Fattah. Nanang. 2008. Landasan
Manajemen Pendidikan.
Bandung: Tarsito.
Hamalik, Oemar.2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta;Bumi Aksara.
Hasanuddin 1988. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Helmy, Masdar. 1973. Dakwah Dalam Alam Pembangunan. Jakarta : Cipta
Abadi Pustaka.
Faqih. Aunur Rahim 2001. Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam. Jakarta:
Amzah.
M. Nazir. 2005. Metodologi penelitian.
Bogor : Ghalia Indonesia.
Mansour, Fakih. 2010. Analisis Gender dan
Transformasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar MasdarHelmi.1973. Dakwah dalam Alam
Pembangunan I. Semarang; Toha
Putra.
Mehrens WA.Lehmann IJ. 1978.
Measurement and Evaluation in
Education and Psychology. Jakarta:
Pt. Gramedia Pustaka Utama
Menurut Westa 1985. Konsep Implementas
Pelaksanaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Mujib, Abdul .&Yusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar
Interpratama Offset.
Nurjaman. 2007. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Oemar Hamalik. 2009. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Oxford University time. 2003. Dictionary of
Phrasal Verbs. Oxford University Press.
Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanjaya. Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta; Kencana Prenada. Sanjaya. Wina. 2005. Pembelajaran Dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Satori, Djam'an 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta.
Steers. R.M and Porter. L.W. 1991. Motivation and Work in Marketing.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sutisna. Oteng. 1993. Administrasi
Pendidikan. Bandung: Angkasa. Su'udi. Ghufron. 1986. Mencari Sosok
Pembinaan dalam Rangka Mewujudkan Generasi Muda.
Jakarta : Pustaka.
Suyitno. Amin. 2006. Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas untuk. Penyusunan Penelitian. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Sugihartono. dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY ... Tanzeh. Ahmad. 2009. Pengantar Metode
Penelitian. Yogyakarta: Teras. Thouless, H Robert. 2000. Psikologi
Agama. Bandung:
Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa.
2001. Kamus Besar Bahasa Indone
sia. Edisi III. Jakarta: Balai pustaka.
Uno, Hamzah B.. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wrihatnolo, Randy R. dan Riant Nugroho. 2006. Manajemen Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Zakiah, Darajat. dkk.. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
http://anggarini.staff.uns.ac.id/2011/06/19/k
ehamilan-dengan-anemia/ ... Winkjosastro.Hanifa. 2005