• Tidak ada hasil yang ditemukan

DJM 13(3) October 2014 DAMIANUS VOLUME 13, NOMOR 3, PUBLISHED SINCE 2002 October 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DJM 13(3) October 2014 DAMIANUS VOLUME 13, NOMOR 3, PUBLISHED SINCE 2002 October 2014"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

161-172 PENGARUH BLOK KEDOKTERAN ADIKSI TERHADAP PERSEPSI TENTANG ADIKSI ZAT PSIKOAKTIF PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

Michael Jaya, Yeremias Jena, Astri Parawita Ayu, Satya Joewana

173-182 PERSEPSI TERHADAP ADIKSI ZAT PSIKOAKTIF PADA MAHASISWA PESERTA PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI DAN DOKTER UMUM PESERTA PROGRAM INTERNSHIP

Mahaputra, Astri Parawita Ayu

183-190 PENGARUH PEMBERIAN DOSIS MINIMAL KAFEIN TERHADAP PENINGKATAN ATENSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

Julia Rahadian, Laurensia Scovani

191-198 GIGI KARIES DAN KELAINAN JARINGAN PERIODONTAL PADA PENGGUNA HEROIN YANG MENJALANI TERAPI RUMATAN METADON

Isadora Gracia, Rensa, Minawati, Teguh Sarry Hartono, Surilena

199-207 GAMBARAN MASALAH EMOSI DAN PERILAKU PADA PELAJAR SMA REGINA PACIS JAKARTA DENGAN ADIKSI INTERNET

Adrian, Ana Lucia Ekowati, Eva Suryani

208-217 WHY ADOLESCENT SMOKE? A CASE STUDY OF NORTH JAKARTA, INDONESIA Regina Satya Wiraharja, Charles Surjadi

TINJAUAN PUSTAKA

218-223 EFEKTIVITAS BERBAGAI PRODUK NICOTINE REPLACEMENT THERAPY SEBAGAI TERAPI UNTUK BERHENTI MEROKOK

Bernardus Mario Vito, Irene

LAPORAN KASUS

224-232 KETERGANTUNGAN ALPRAZOLAM PADA LANJUT USIA DENGAN INSOMNIA DAN DEPRESI Surilena

ARTIKEL KHUSUS

233-236 MENGENAL KEDOKTERAN ADIKSI DI NIJMEGEN INSTITUTE FOR SCIENTIST PRACTIONERS IN ADDICTION

Eva Suryani, Isadora Gracia

ISSN 2086-4256

PUBLISHED SINCE 2002 October 2014

DJM 13(3) 161-236 October 2014

DAMIANUS

Journal of Medicine

(2)

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS MINIMAL KAFEIN TERHADAP

PENINGKATAN ATENSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA

EFFECT MINIMAL DOSE OF CAFFEINE TO INCREASE ATTENTION OF

STUDENTS SCHOOL OF MEDICINE

A TMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA

Julia Rahadian1, Laurensia Scovani2 ARTIKEL PENELITIAN

1 Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Katolik In-donesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

2 Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jl. Pluit Raya 2, Jakarta 14440

Korespondensi:

Julia Rahadian. Departemen Fisiolo-gi, Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

E-mail: julia_rt@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Caffeine is a compound that is contained in many kinds of food and

drinks. Caffeine is often consumed by the people each day. The effects of caffeine on the body’s metabolism can increase attention on the learning process or on a physical activity. From some research, effects of caffeine with minimum dosage to increase attention have yet to be proven.

Objectives: This study aims to determine the effect of minimal doses of caffeine

on enhancement of attention in students of School of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia.

Methods: This study is a test of attention using the Stroop Test with an intervention

of respondents by pure caffeine for seven days. Respondents were students of the School of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia 2010-2013 (N=125) were divided into groups of positive control, negative control, and 3 groups with caffeine 20 mg/day, 30 mg/day, and 40 mg/day. Sampling by purposive sampling and randomization using a table of random sampling.

Results: There is a significant increase in the value of the Stroop test group

caffeine 40 mg/day (p <0.01).

Conclusion: Minimal doses of caffeine 40 mg/day can increase attention. Key Words: Attention, caffeine, Stroop Test

ABSTRAK

Latar Belakang: Kafein merupakan suatu senyawa yang terkandung dalam

berbagai jenis makanan dan minuman. Kafein kerap dikonsumsi masyarakat setiap harinya. Efek yang ditimbulkan kafein terhadap metabolisme tubuh dapat berupa peningkatan atensi pada proses pembelajaran atau dalam menjalankan suatu aktivitas tertentu. Dari beberapa penelitian, efek kafein dengan dosis minimal terhadap peningkatan atensi masih belum dapat dibuktikan.

Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian dosis minimal kafein terhadap

peningkatan atensi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya.

(3)

184 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

Metode: Penelitian ini merupakan tes atensi menggunakan Stroop Test dengan

intervensi pada responden berupa pemberian kafein murni selama tujuh hari. Responden penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya angkatan 2010-2013 (N=125) yang terbagi dalam kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan 3 kelompok dengan kafein 20 mg/hari, 30 mg/hari, dan 40 mg/hari. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling dan randomisasi menggunakan tabel random sampling.

Hasil: Terdapat peningkatan yang bermakna nilai Stroop Test pada kelompok

kafein 40 mg/hari (p< 0,01).

Kesimpulan: Pemberian dosis minimal kafein 40 mg/hari berpengaruh terhadap

peningkatan atensi.

Kata Kunci: atensi, kafein, Stroop Test

PENDAHULUAN

Kopi, teh, dan minuman bersoda kerap kali menjadi minuman pilihan di masyarakat. Di Indonesia, minuman-minuman tersebut mudah didapatkan dan cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Di dalam berbagai minuman tersebut, terkandung senyawa kafein yang dapat memberikan efek seperti membuat orang terjaga dan dapat meningkatkan energi pada penggunanya, namun kadar pemakaian kafein yang tinggi dapat menyebabkan ketergantungan

pada konsumennya.1 Penggunaan kafein di

Amerika Serikat pada tahun 2006 didapatkan bahwa 90% orang dewasa dan 76% anak-anak mengonsumsi kafein yang terkandung dalam kopi maupun minuman lainnya. Dari beberapa sumber didapatkan data yang menunjukkan bahwa remaja Amerika rerata mengonsumsi 64 galon soda yang mengandung kafein per

tahunnya.2

Kafein dapat berperan sebagai antagonis adenosin, yaitu suatu zat yang dapat merangsang rasa kantuk dengan mengurangi aktivitas neuron, sehingga mencegah penghambatan

pengeluaran neurotransmiter ke seluruh otak

yang meningkatkan performa kerja otak.3

Efek dari konsumsi kafein secara akut dapat menyebabkan peningkatan pada mood, atensi,

dan memori.4,5 Atensi atau perhatian adalah

suatu aktivitas otak yang berfungsi untuk memilah rangsangan sensorik yang kemudian

diaplikasikan dalam bentuk perhatian.5

Indonesia, merupakan salah satu negara yang tergolong tinggi mengonsumsi kopi, teh, minu-man soda, maupun minuminu-man mengandung ka-fein lainnya. Hampir semua golongan masyara-kat mengonsumsi kafein ini. Pada mahasiswa, didapati tingginya minat dalam mengonsumsi minuman berkafein karena adanya tuntutan pe-kerjaan yang tinggi dan tugas kuliah, sehingga mereka seringkali menggunakan minuman yang mengandung kafein untuk mendukung mereka dalam menjaga performa selama bekerja mau-pun belajar.

Penelitian Rogers dan Dernoncourt menyatakan bahwa konsumsi kafein tidak memberikan efek apapun pada kewaspadaan, atensi,

(4)

seseorang secara rutin tidak dapat meningkatkan atensi karena akan meningkatkan ambang batas toleransi terhadap kafein. Penelitian ini menggunakan metode completed self-report dan

double blind di mana kapsul kafein diberikan pada

dua jam yang berbeda dalam waktu satu hari. Hasilnya, penggunaan kafein tidak memberikan peningkatan terhadap atensi secara signifikan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Heatherley et al. yang menyatakan bahwa konsumsi kafein dengan dosis tunggal dapat meningkatkan kewaspadaan, atensi, dan

memori.8

Oleh karena itu, peneliti ingin membuktikan pengaruh konsumsi kafein terhadap fungsi atensi pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya (FKUAJ) dengan menggunakan Stroop Test, salah satu tes uji konsentrasi dengan membaca

kata dengan warna yang berbeda.9-11 Tujuan

dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis minimal kafein terhadap peningkatan atensi pada mahasiswa FKUAJ.

METODE

Desain penelitian adalah studi eksperimental dengan subjek penelitian mahasiswa FKUAJ angkatan tahun 2010-2013, berusia 18-20 tahun, dan diseleksi melalui 2 tahap. Tahap pertama dengan purposive sampling, di mana mahasiswa yang hipersensitif terhadap kafein, mempunyai gangguan saluran pencernaan yang berhubungan dengan peningkatan asam lambung, penderita jantung dan penyakit vaskular, buta warna, serta memiliki ketergantungan terhadap kafein dieksklusi dari penelitian ini, dengan cara

pengisian kuesioner. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui denyut nadi dan tekanan darah. Tahap kedua dilakukan simple random

sampling menggunakan tabel random sampling

dan diperoleh naracoba sebanyak 125 orang yang memenuhi kriteria.

Naracoba dikelompokkan menjadi 5 kelompok secara single blind, yaitu 3 kelompok paparan dengan kafein dosis 20 mg/hari (kelompok uji 1), 30 mg/hari (kelompok uji 2), dan 40 mg/hari (lompok uji 3), ke(lompok kontrol negatif, dan ke-lompok kontrol positif dengan paparan minuman bersoda 250 ml yang memiliki kandungan kafein

setara dengan 32 mg.12 Penelitian ini

meng-gunakan kapsul yang berisikan kafein anhidrat yang dibeli di PT. Brataco, diukur menggunakan timbangan emas prontinal yang terbagi dalam 3 dosis berbeda, yaitu 20 mg, 30 mg, dan 40 mg. Pengukuran atensi menggunakan Stroop Test 4 warna, dengan kertas Stroop yang dituliskan nama-nama warna yang berbeda dengan tinta yang digunakan. Penilaian dilakukan dengan meminta naracoba membaca secara lantang warna dari tulisan yang tercetak dalam waktu 1 menit. Setiap kata yang berhasil dibaca bernilai 1 (satu).

Sebelum penelitian dimulai, naracoba puasa kafein selama 3 hari. Selanjutnya selama 7 hari berturut-turut naracoba diberi kapsul kafein do-sis 20 mg, 30 mg, dan 40 mg, 1 kapsul perhari sesuai kelompok paparan. Kelompok kontrol negatif diberi kapsul kosong, sedangkan kelom-pok kontrol positif diberi minuman bersoda 250 ml/hari. Pemeriksaan Stroop Test kemudian dinilai hari pertama sebelum paparan, dan pada hari keempat dan hari ketujuh setelah paparan.

(5)

186 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

Normalitas data dilakukan dengan One-sample

Kolmogorov-Smirnov. Uji kemaknaan

menggu-nakan uji T berpasangan yang dilakukan pada setiap kelompok paparan dengan p<0,05 diang-gap bermakna.

HASIL

Dari hasil kuesioner didapat naracoba sejumlah 125 orang yang terdiri dari 60 laki-laki dan 65 perempuan (tabel 1). Rerata hasil Stroop Test dengan intervensi pemberian kafein 20 mg, 30 mg, 40 mg, dan kontrol positif meningkat pada hari ke-4 dan hari ke-7 setelah paparan dibandingkan dengan hasil sebelum paparan (tabel 2), sedangkan rerata hasil Stroop Test pada kelompok kontrol negatif menunjukkan penurunan pada hari ke-4 dan hari ke-7 setelah paparan.

Pada kelompok kafein 20 mg didapatkan rerata peningkatan hasil Stroop Test sebesar 3,36 poin pada hari ke-4 paparan, serta rerata peningkatan hasil Stroop Test sebesar 5,76 poin pada hari ke-7 setelah paparan. Pada kelompok kafein 30 mg, terdapat peningkatan hasil sebesar 3,48 poin pada hari ke-4 dan sebesar 5,92 poin pada hari ke-7 paparan. Kelompok kafein 40 mg didapatkan peningkatan hasil Stroop Test rerata sebesar 3,88 poin pada hari ke-4 dan 6,72 poin pada hari ke-7 paparan. Kelompok kontrol positif juga mengalami peningkatan rerata hasil

Stroop Test sebesar 2,56 poin pada hari ke-4

serta sebesar 4,84 poin pada hari ke-7 setelah paparan, meskipun peningkatannya lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok kafein 20 mg, 30 mg, dan 40 mg. Kelompok kontrol negatif mengalami penurunan rerata hasil Stroop Test sebesar 2,32 poin pada hari ke-4 serta sebesar

Kontrol Kelompok Uji

Negatif Positif 1 (20 mg) 2 (30 mg) 3 (40 mg) Jenis Kelamin • Laki-laki 7 14 11 12 16 • Perempuan 18 11 14 13 9 Usia (tahun)* 19,80 ± 1,12 20,08 ± 1,08 20,12 ± 0,93 20,20 ± 0,96 19,88 ± 0,97 Berat Badan (kg)* 61,32 ± 14,23 64,24 ± 15,54 61,70 ± 12,24 60,52 ± 2,26 62,56 ± 12,10 Nilai ST preintervensi 76,12 77,36 75,96 75,96 75,68

Kelompok Intervensi Nilai Stroop Test

Penelitian Hari ke-1 Hari ke-4 Hari ke-7

1 Kafein 20 mg 75,96 79,32 81,72

2 Kafein 30 mg 75,96 79,44 81,88

3 Kafein 40 mg 75,68 79,56 82,40

4 Kontrol negatif 76,12 73,80 75,08

5 Kontrol positif 77,36 79,92 82,20

Tabel 1. Karakteristik Awal Peserta

(6)

1,04 poin pada hari ke-7 penelitian. Kelompok paparan kafein 40 mg mengalami peningkatan hasil Stroop Test yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok paparan lain dan kelompok kontrol positif. (Tabel 3)

Hasil uji T berpasangan memperlihatkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok paparan kafein 20 mg, 30 mg, dan kontrol positif (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Pada kelompok paparan kafein 40 mg (p<0,01) bila dibandingkan dengan kelompok

kontrol negatif. (Gambar 1)

PEMBAHASAN

Bila dilihat dari tiap kelompok uji, nilai Stroop

Test mengalami peningkatan pada setiap

ke-lompok. Hal ini juga didapatkan pada kelompok kontrol positif yang menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Pada kelompok kontrol negatif didapati adanya penurunan nilai Stroop Test yang dapat

Kelompok Nilai Stroop Test Selisih Rerata Pra- dan

Praintervensi Pascaintervensi Pascaintervensi

Kelompok uji 1 (20 mg) 75,96 81,72 5,76 Kelompok uji 2 (30 mg) 75,96 81,88 5,92 Kelompok uji 3 (40 mg) 75,68 82,40 6,72

Kontrol negatif 76,12 75,08 1,04

Kontrol positif 77,36 82,20 4,84

Tabel 3. Hasil Perbandingan Rerata Stroop Test Tiap Kelompok

Sebelum dan Sesudah Intervensi

Gambar 1. Perbandingan antara peningkatan nilai Stroop Test pada kelompok kafein 20 mg, 30 mg, dan 40 mg dan minuman bersoda dengan kelompok kontrol (**p<0,01, *p<0,05)

(7)

188 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

Jangka waktu selama 7 hari yang digunakan pada penelitian ini juga merupakan salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab mening-katnya atensi peserta penelitian. Konsumsi kafein yang rutin dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan toleransi sehingga efeknya terhadap atensi menjadi tidak efektif lagi. Menu-rut penelitian yang dilakukan oleh Rogers et al., konsumsi kafein secara rutin tidak berpengaruh terhadap peningkatan atensi, bahkan bila dikon-sumsi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan efek samping berupa kecemasan dan penurunan porsi tidur, sehingga sulit untuk

mempertahankan atensi.16 Pada penelitian ini

jangka waktu dibatasi selama 7 hari guna melihat efektivitas maksimal kafein dengan dosis minimal serta mencegah efek sampingnya.

Kelompok kontrol positif dengan minuman berso-da 250 ml/hari juga meningkatkan atensi, karena memiliki kandungan kafein setara 32 mg. Hal ini membuktikan kafein dalam soft drink mempunyai kekuatan yang setara dengan kafein murni. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya adalah peserta tidak dikontrol dengan ketat dalam suatu ruang tertentu selama penelitian, stresor, ataupun kondisi klinis tertentu. Keterbatasan lain yang dapat memengaruhi hasil dari uji atensi ini adalah diet. Setiap peserta penelitian diminta untuk tidak mengonsumsi kafein dalam bentuk makanan ataupun minuman, kecuali kapsul kafein yang diberikan oleh peneliti, namun tidak dapat dipastikan apakah peserta mengonsumsi atau tidak. Peserta hanya dikontrol melalui pesan singkat dan buku harian diet yang diberikan oleh peneliti. Selain itu, kondisi klinis tertentu juga dapat memengaruhi atensi peserta disebabkan oleh beberapa faktor yang

meme-ngaruhi atensi peserta, seperti diet, stresor, dan kondisi klinis tertentu.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Rogers, menyatakan adanya pengaruh dosis rendah kafein terhadap fungsi kognitif. Penggunaan kafein 12,5 mg, 25 mg, 50 mg, dan 100 mg memberikan hasil peningkatan fungsi kognitif yang bermakna pada peserta penelitian

yang melakukan puasa kafein pada malam hari.13

Atensi merupakan salah satu fungsi kognitif. Pada penelitian ini juga didapatkan peningkatan atensi meskipun dosis kafein yang digunakan berbeda serta lebih kecil dari penelitian Smith dan Rogers. Hal ini membuktikan bahwa kafein dengan dosis maksimal 40 mg sekalipun mampu memberikan peningkatan atensi yang setara dengan dosis 50 mg dan 100 mg. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Heatherley et al. yang mengatakan bahwa kafein mempunyai efek terhadap atensi sekalipun diberikan dalam

dosis tunggal.8

Pada penelitian ini, pemaparan kafein dosis 20 mg juga meningkatkan atensi meskipun pe-ningkatannya masih lebih rendah dibandingkan dengan paparan kafein dosis 40 mg. Peeling dan Dawson pada penelitiannya juga menyatakan bahwa dosis rendah kafein tetap mempunyai

pengaruh terhadap atensi.14 Hal ini dikarenakan

kafein memiliki kemampuan meningkatkan peng-gunaan glutamat dan aspartat yang merupakan salah satu neurotransmitter stimulan utama pada otak, sedangkan penelitian lain mengatakan bahwa kafein juga bekerja dengan cara berikatan

pada reseptor adenosine A1 dan A2a di otak.15

Penggunaan dengan dosis terendah sekalipun mampu meningkatkan atensi.

(8)

penelitian. Pada saat penelitian berlangsung, terdapat beberapa peserta yang mengalami flu. Akibatnya, beberapa peserta ada yang tidak menunjukkan peningkatan atensi pada Stroop

Test pada pascaintervensi. Untuk penelitian

selanjutnya peserta lebih baik ditempatkan dalam suatu karantina sehingga dapat lebih terkontrol baik diet maupun kondisi fisiknya. Ambang rangsang responden juga memengaruhi penelitian ini, di mana responden dengan am-bang rangsang yang rendah dapat mengakibat-kan timbulnya efek samping, seperti berdebar-debar dan gangguan pola tidur selama penelitian ini berlangsung yang berakibat penurunan atensi bahkan intoksikasi. Menurut Diagnostic

Statisti-cal Manual of Mental Disorder gejala-gejala

aki-bat kafein yang dapat menimbulkan intoksikasi timbul pada penggunaan dengan dosis yang lebih dari 200 mg. Pada penelitian ini dipakai dosis yang terbilang minimal sehingga intoksikasi

dapat dihindari.17

KESIMPULAN

Dosis minimal kafein 40 mg/hari berpengaruh ter-hadap peningkatan atensi mahasiswa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Roth K. College students face caffeine ad-diction [document on the Internet]. Villano-van; 2006 [updated 2006 Feb 16]; Available from: http://www.villanovan.com/news/view. php/146413/College-students-face-caffeine-addiction.

2. Patwardhan RV, Desmond PV, Johnson RF, Schenker S. Impaired elimination of caffeine by oralcontraceptive steroids. J Lab Clin Med. 1980;95:603–608.

3. Ferre S. An update on the mechanisms of the psychostimulant effects of caffeine. J Neurochem. 2008;105:1067–79.

4. Haskell CF, Kennedy DO, Wesnes KA, Scholey AB. Cognitive and mood improve-ments of caffeine inhabitual consumers and habitual non-consumers of caffeine. Psycho-pharmacology (Berl). 2005;179(4):813-25. 5. Childs E, de Wit H. Subjective, behavioral,

and physiological effects of acute caffeine in light,nondependent caffeine users. Psycho-pharmacology (Berl). 2006;185(4):514–23. 6. Rogers PJ, Dernoncourt C. Regular caffeine

consumption: a balance of adverse and beneficial effects for mood and psychomotor performance. Pharmacol Biochem Behav. 1998;59:1039–45.

7. Rogers PJ. Caffeine, mood and mental performance in everyday life. Nutr Bul. 2007;32:84–89.

8. Heatherley SV, Hayward RC, Seers HE, Rogers PJ. Cognitive and psychomotor performance, mood, and pressor effects of caffeine after 4, 6 and 8 h caffeine ab-stinence. Psychopharmacology (Berl). 2005;178:461–70.

9. Eriksen BA, Eriksen CW. Effects of noise let-ters upon the identification of a target letter in a nonsearchtask. Percept Psychophys. 1974;16:143–149.

10. Posthuma D, Mulder EJ, Boomsma DI, de Geus EJ. Genetic analysis of IQ, processing

(9)

190 Vol. 13, No. 3, Oktober 2014

DAMIANUS Journal of Medicine

speed and stimulusresponseincongruency effects. Biol Psychol. 2002;61:157–182. 11. Westlye LT, Grydeland H, Walhovd KB, Fjell

AM. Associations between Regional Cortical Thickness and Attentional Network as Mea-sured by the Attention Network Test. Cereb Cortex. 2011;21:345-56.

12. Julianom LM, Griffiths RR. Caffeine content of food & drugs. In: Lowinson JH, Ruiz P, Millman RB, Langrod JG, editor. Substance Abuse: A Comprehensive Textbook. 4th ed. Baltimore: Lippincott, Williams, & Wilkins. 2005 [cited 2013 Oct 3]. P.403-21. Available from:: http:// www.cspinet.org/new/cafchart.html.

13. Smith HJ, Rogers PJ. Effects of Low Doses of Caffeine on Cognitive Performance, Mood and Thirst in Low and Higher Caffeine Consumers. Psychopharmacology (Berl). 2000;152(2):167-73.

14. Peeling P, Dawson B. Influence of Caffeine Ingestion on Perceived Mood States, Con-centration, and Arousal Levels during a 75-min University Lecture. Adv Physiol Educ. 2007;31(4):332-5.

15. Huang ZL, Qu WM, Eguchi N, Chen JF, Schwarzschild MA, Fredholm BB, et al. Adenosine A2A, but not A1, receptors me-diate the arousal effect of caffeine. Nature Neurosci. 2005;8(7):858-9.

16. Rogers PJ, Heatherley SV, Mullings EL, Smith JE. Faster but not Smarter: Effects of Caffeine and Caffeine Withdrawal on Alert-ness and Performance. Psychopharmacol-ogy (Berl). 2013;226(2):229-40.

17. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM 5). United States : Ameri-can Psychiatric Association; 2013.

Gambar

Tabel 2. Rerata Hasil Stroop Test
Tabel 3. Hasil Perbandingan Rerata Stroop Test Tiap Kelompok  Sebelum dan Sesudah Intervensi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan, dalam pemilihan media harus diperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kemampuan apa yang ingin ditingkatkan (kognitif, afektif, psikomotor, atau

10 41122165 Mohamad Aldy Tofan RPL Penentuan Penerimaan Bantuan Dana Rumah Tidak Layak Huni ( Rutilahu) Melalui Penerapan Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Metode

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko usaha industri rengginang singkong

Kesadaran individu terhadap kenyataan bahwa dirinya mengalami kekurangan yang disertai dengan sikap pengingkaran, tidak terima, serta menyalahkan diri sendiri atau

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sikap terhadap profesi petani selain mengandung penilaian netral (dilambangkan dengan angka 0), juga mengandung penilaian

Dalam komputasi grid digunakan Certificate Authority (CA) yang berguna untuk memastikan bahwa resource yang terhubung dalam grid atau user yang menggunakan resource komputasi

Dalam lingkungan seperti itu, pengguna harus dapat diberikan jaminan bahwa kunci publik yang digunakan untuk mengenkripsi informasi adalah benar-benar kunci publik dari penerima

yang berarti variabel bebas Aktifitas, Minat, dan Pendapat konsumen secara serempak (simultan) berpengaruh terhadap variabel terikat keputusan memilih makanan cepat saji.. Sedangkan