• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN TEKNIS PERUBAHAN STATUS JALAN MT HARYONO-M SUPENO KM S.D KM KOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR DIPLOMA 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN TEKNIS PERUBAHAN STATUS JALAN MT HARYONO-M SUPENO KM S.D KM KOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR DIPLOMA 4"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN TEKNIS PERUBAHAN STATUS JALAN MT HARYONO-M SUPENO KM 0+000 S.D KM 3+300 KOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR DIPLOMA 4

Oleh:

R. Nur Sholech Edy W NIM: 121135012

PROGRAM DIPLOMA 4

TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2014                

(2)

               

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Perencanaan Teknis Perubahan Status Jalan MT Haryono – M Supeno Km 0+000 s.d Km 3+300, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta ”.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dan kewajiban yang harus diselesaikan sesuai dengan bidang kajian yang dipilih dalam persyaratan lulus Program Pendidikan Diploma-IV Program Studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan yang merupakan program kerjasama antara Balai PSDM Wilayah 1 Kementerian Pekerjaan Umum dengan Politeknik Negeri Bandung.

Selama penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak mendapatkan masukan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Mei Sutrisno, Ir., M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Politeknik Negeri Bandung.

2. Bapak Erwin Agus, Ir., MM., selaku Kepala Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Wilayah I Bandung.

3. Bapak Taufik Hamzah, Ir., MSA., MBA., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung.

4. Bapak M. Duddy Studyana, Ir., MT., selaku Ka. Satgas Politeknik Negeri Bandung - Pusdiklat Kementerian PU Bandung.

5. Bapak Hery Kasyanto, ST., MT., selaku Koordinator Studi Kasus dan Tugas Akhir Program D-IV Politeknik Negeri Bandung - Pusdiklat Kementerian PU Bandung.

6. Bapak Ir. A. Tatang Dachlan, M.Eng.Sc selaku Dosen Pembimbing dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum.                

(4)

iv

7. Ibu Lilian Diasti Dessi Widuri, SST., MT selaku Dosen Pembimbing dari Politeknik Negeri Bandung.

8. Bapak Angga Marditama Sultan Sufanir, ST, MT selaku Dosen Penguji dari Politeknik Negeri Bandung.

9. Bapak Ir Iriansyah AS., selaku Dosen Penguji dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum .

10. BBPJN II Padang yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penyusun untuk mengikuti kegiatan Tugas Belajar Program D-IV ini, khususnya Bapak Ka.Balai Ir Maruasas P, MT dan Bapak Kabid Pengujian dan Peralatan Ir. Tumpal H, MM.

11. SNVT Bina Marga Kementerian PU Wilayah Yogyakarta yang telah membantu memberikan informasi dan data selama penyusunan studi kasus terutama mbak Rini E, ST.

12. Kedua orangtua tercinta (Ibu Trisnawati W dan Bapak Saryono Y P), Asih tersayang dan seluruh keluarga, yang selalu memberikan do’a, dukungan dan semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

13. Teman-teman kelas D-IV TPJJ Angkatan 2012.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu secara tertulis yang telah membantu terlaksananya penyusunan Tugas Akhir ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun isi penyusunannya. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, agar dapat menyusun lebih baik untuk tugas-tugas penyusunan selanjutnya. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan pembaca pada umumnya.

Bandung, November 2013 Penyusun                

(5)

v

ABSTRAK

Menurunnya kinerja Jalan MT Haryono – M Supeno dipengaruhi oleh banyak hal terutama umur pelayanan yang sudah mendekati masa akhir. Dengan peranan ruas Jalan MT Haryono – M Supeno sebagai jalan kolektor primer, permasalahan yang terjadi saat ini adalah kondisi jalan yang mengalami banyak kerusakan, dan wilayah sekitar ruas jalan dimana terdapat beberapa lokasi pariwisata menyebabkan beban lalu lintas yang cukup tinggi terutama pada musim liburan. Sehingga kondisi jalan diharapkan selalu dalam kondisi yang mantap.

Untuk dapat mempertahankan kondisi mantap tersebut, maka perlu dilakukan Pemeliharaan Berkala. Kinerja lalu-lintas dianalisis dengan MKJI’97. Kebutuhan tebal lapis tambah perkerasan lama didapat dengan menggunakan acuan Pd T-05-2005-B. Untuk evaluasi drainase menggunakan acuan Pd T-06-2006-B. Sedangkan untuk evaluasi lebar trotoar menggunakan “Petunjuk Perencanaan Trotoar No. 007T/BNKT/1990”.

Berdasarkan hasil analisis, kondisi kinerja lalu-lintas pada akhir umur rencana masih baik, dengan nilai derajat kejenuhan di bawah 0,75. Untuk tebal lapis tambah/overlay yang dibutuhkan untuk memikul repetisi beban rencana adalah 5 cm lapis aus (Asphalt Concrete Wearing Course/AC-WC). Sedangkan dari hasil survei pejalan kaki dan analisanya didapat lebar minimal trotoar 2 m. Untuk analisa drainase existing masih dapat memenuhi debit pengaliran rencana dengan dimensi drainase berbentuk segi empat, konstruksi pasangan batu kali dengan lebar (b) 1 m, tinggi (h) 0,5 m dan tinggi jagaan (W) 0,5 m. Biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan ruas jalan adalah Rp. 5.572.085.000,-.

Kata kunci : Perkerasan, overlay, trotoar, rencana anggaran biaya                

(6)

vi

ABSTRACT

Declining performance of Jalan MT Haryono - M Supeno is influenced by many things , especially the service life is nearing the end. With the role of Jalan MT Haryono - M Supeno as the primary collector road, the problems that occur this time is the condition of the road which had a lot of damage, and the surrounding area of the roads where there are several tourism locations causing high traffic load, especially in the holiday season . So that the road conditions are expected to always be in a stable condition .

In order to maintain the steady state, it is necessary to work Periodic Maintenance. Traffic performance is analyzed with MKJI'97 reference. Needs of the old pavement additional layer thickness gained by using reference Pd T-05-2005-B. To evaluate drainage using reference Pd T-06-2006-B. As for the width of the sidewalks evaluation using reference "Petunjuk Perencanaan Trotoar No.007T/BNKT/1990".

Based on the analysis , the performance of the traffic conditions at the end of the design life is still good , with the degree of saturation below 0.75 . To add a thick layer/overlay required to bear the burden of the plan is 5 cm layer wear (Asphalt Concrete Wearing Course/AC-WC). While the results of the pedestrian survey and analysis obtained a minimum sidewalk width of 2 m . For analysis of the existing drainage can still fulfill the drainage discharge plan with the dimensions of a rectangular drainage, using river stone masonry construction with width (b) 1 m , height (h) 0,5 m and high surveillance (W) 0,5 m . Costs necessary for the periodic maintenance of roads is Rp. 5.572.085.000.

Keywords: Pavement, overlay, sidewalks, budget plans

               

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR RUMUS ... xxi

DAFTAR ISTILAH ... xxiv

BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Lokasi Perancangan ... I-2 1.3. Tujuan Penulisan Tugas Akhir ... I-3 1.4. Ruang Lingkup Pembahasan ... I-4 1.5. Sistematika Penyusunan ... I-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1 2.1. Konstruksi Perkerasan ... II-1 2.2. Program Pengelolaan Konstruksi Jalan ... II-3 2.3. Anggaran Pekerjaan Konstruksi ... II-4 2.4. Referensi Pembanding Penelitian ... II-5                

(8)

viii

BAB III DASAR TEORI ... III-1 3.1. Umum ... III-1 3.2. Perkerasan Lentur ... III-2 3.2.1. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pemeliharaan ... III-3 3.2.2. Keuntungan dan Kerugian ... III-3 3.2.3. Struktur Perkerasan Lentur ... III-4 3.3. Perkerasan Kaku ... III-6 3.3.1. Susunan Perkerasan Kaku ... III-6 3.3.2. Fungsi Lapisan Perkerasan Kaku ... III-6 3.3.3. Jenis Perkerasan Kaku ... III-7 3.3.4. Keuntungan dan Kerugian ... III-8 3.4. Sistem Jaringan Jalan ... III-8 3.4.1. Jaringan Jalan Primer dan Sekunder ... III-9 3.4.2. Jenis-jenis Pusat Kegiatan dan Kawasan ... III-12 3.4.3. Struktur Hiraki Perkotaan Dan Sistem Jaringan Jalan Primer Dan

Sekunder ... III-14 3.5. Lalu Lintas ... III-16 3.5.1. Volume Lalu-lintas Harian Rata-rata ... III-17 3.5.2. Kapasitas ... III-17 3.5.3. Derajat Kejenuhan ... III-19 3.5.4. Beban Lalu-lintas ... III-20 3.6. Perhitungan Tebal Lapis Tambah Metode Lendutan (Pd T-05-2005-B)

... III-20 3.6.1. Lendutan Wakil ... III-20 3.6.2. Lendutan Ijin ... III-22 3.6.3. Menghitung Tebal Lapis Tambah ... III-27 3.7. Marka Jalan ... III-29 3.7.1. Marka Membujur ... III-29 3.7.2. Marka Melintang ... III-32 3.7.3. Marka Serong ... III-33 3.7.4. Marka Panah ... III-34                

(9)

ix

3.7.5. Marka Penyeberangan Pejalan Kaki ... III-36 3.8. Rambu Jalan ... III-36 3.8.1. Rambu Peringatan ... III-36 3.8.2. Rambu Larangan ... III-37 3.8.3. Rambu Perintah ... III-38 3.8.4. Rambu Petunjuk ... III-39 3.8.5. Bentuk dan Warna Rambu ... III-39 3.8.6. Penempatan Rambu ... III-40 3.8.7. Pemasangan Rambu ... III-41 3.9. Sistem Drainase Permukaan Jalan ... III-42 3.9.1. Ketentuan Teknis Perencanaan Drainase Permukaan ... III-43 3.9.2. Saluran Terbuka ... III-50 3.9.3. Kapasitas saluran ... III-51 3.9.4. Komponen penampang saluran ... III-52 3.9.5. Kecepatan aliran ... III-56 3.9.6. Kemiringan melintang dan bahu jalan ... III-56 3.10. Trotoar ... III-59 3.11. Analisa Harga Satuan Pekerjaan (Ditjen Bina Marga 2010,

No.008-1/BM/2010) ... III-63 3.11.1. Umum ... III-63 3.11.2. Bahan ... III-64 3.11.3. Alat ... III-64 3.12. Daftar Kuantitas dan Harga atau Bill of Quantity ... III-68 3.13. Biaya Umum dan Keuntungan (Overhead dan Profit) ... III-69 3.14. Rekapitulasi ... III-70

BAB IV METODOLOGI ... IV-1 4.1. Metodologi Tugas Akhir ... IV-1 4.1.1. Bagan Alir Perancangan Lapis Tambah Perkerasan Lentur

Berdasarkan Data Alat Benkelman Beam ... IV-3                

(10)

x

4.1.2. Metodologi Perancangan Rambu Jalan ... IV-4 4.1.3. Metodologi Perancangan Marka Jalan ... IV-5 4.1.4. Metodologi Evaluasi Drainase Jalan ... IV-6 4.1.5. Alur Kerja Perancangan Trotoar ... IV-7 4.1.6. Metodologi Evaluasi Kinerja Lalu Lintas menggunakan Program

KAJI ... IV-8 4.1.7. Perkiraan Biaya Proyek ... IV-9

BAB V PEMBAHASAN ... V-1 5.1. Kondisi Tata Guna Lahan dan Perkerasan Lama ... V-1 5.1.1. Kondis Tata Guna Lahan ... V-1 5.1.2. Kondisi Fungsional Jalan ... V-2 5.2. Evaluasi Kinerja Lalu-lintas ... V-3 5.2.1. Data pertumbuhan lalu lintas ... V-4 5.2.2. Data lalu lintas ... V-4 5.2.3. Menghitung Derajat Kejenuhan ... V-10 5.2.4. Evaluasi Kinerja Lalu-lintas ... V-15 5.3. Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur ... V-16 5.3.1. Perhitungan Lendutan Wakil ... V-16 5.3.2. Perhitungan Lendutan Ijin ... V-19 5.3.3. Perbandingan Dwakil dan Drencana ... V-25 5.3.4. Menghitung Tebal Lapis Tambah ... V-25 5.4. Evaluasi Drainase Jalan (Existing) ... V-27 5.4.1. Kondisi Existing Permukaan Jalan ... V-28 5.4.2. Menghitung Luasan Daerah Pengaliran ... V-28 5.4.3. Waktu Konsentrasi ... V-28 5.4.4. Analisis Data Curah Hujan ... V-29 5.4.5. Menghitung Debit Pengaliran Rencana (Qr) ... V-32 5.4.6. Evaluasi Dimensi Saluran Samping ... V-32 5.4.7. Perhitungan Debit Saluran (Qs) ... V-32

               

(11)

xi

5.4.8. Tinggi jagaan ... V-34 5.4.9. Penampang Hasil Perhitungan ... V-34 5.5. Perancangan Perlengkapan Jalan ... V-35 5.5.1. Perancangan Marka ... V-35 5.5.2. Perancangan Rambu ... V-40 5.6. Perancangan Trotoar ... V-44 5.6.1. Pelaksanaan Survei dan Analisis Data ... V-45 5.6.2. Lokasi Pelebaran ... V-45 5.6.3. Gambar Rancangan ... V-46 5.7. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Aspal Beton ... V-46 5.7.1. Pekerjaan Persiapan ... V-46 5.7.2. Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

... V-47 5.7.3. Tahap-tahap Pelaksanaannya ... V-51 5.7.4. Pengawasan (Pengendalian Mutu) ... V-59 5.7.5. Pengawasan Pada Pekerjaan Perkerasan Lentur ... V-59 5.8. Rencana Anggaran Biaya ... V-66                

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Matriks Perbandingan Tugas Akhir ... II-4 Tabel 3.1. Hubungan antara hirarki kota dengan peranan ruas jalan dalam sistem

jaringan jalan primer ... III-14 Tabel 3.2. Hubungan antara hirarki kota dengan peranan ruas jalan dalam sistem

jaringan jalan sekunder ... III-15 Tabel 3.3. Emp jalan perkotaan tak-terbagi ... III-17 Tabel 3.4. Emp jalan perkotaan terbagi dan satu arah ... III-17 Tabel 3.5. Kapasitas dasar jalan perkotaan ... III-18 Tabel 3.6. Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas jalan perkotaan (FCW) ... III-18 Tabel 3.7. Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCSP) ... III-19 Tabel 3.8. Faktor penyesuaian kapasitas (FCSF) pada jalan perkotaan dengan bahu ... III-19 Tabel 3.9. Faktor penyesuian kapasitas untuk ukuran kota (FCCS) pada jalan perkotaan ... III-19 Tabel 3.10. Temperatur Tengah (Tt) dan bawah (Tb) lapis beraspal berdasarkan data temperatur udara (Tu) dan permukaan (Tp) ... III-22 Tabel 3.11. Konfigurasi beban sumbu ... III-25 Tabel 3.12. Konfigurasi beban sumbu (lanjutan) ... III-26 Tabel 3.13. Koefisien distribusi kendaraan ... III-26 Tabel 3.14. Perkiraan pertumbuhan lalu lintas ... III-27 Tabel 3.15. Temperatur rata-rata tahunan kota Yogyakarta ... III-28                

(13)

xiii

Tabel 3.16. Faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuian (FKTBL) ... III-29 Tabel 3.17. Variasi Yt ... III-43 Tabe; 3.18. Variasi Yn ... III-44 Tabel 3.19. Variasi Sn ... III-44 Tabel 3.20. Harga Koefisien Pengaliran (C) dan Faktor Limpasan ... III-47 Tabel 3.21. Koefisien hambatan (nd) berdasarkan Kondisi Permukaan III-48 Tabel 3.22. Kecepatan Aliran Air yang Diijinkan Berdasarkan Jenis Material ... III-50 Tabel 3.23. Kemiringan Saluran Memanjang (is) Berdasarkan Jenis Material ... III-50 Tabel 3.24. Hubungan Kemiringan Saluran (is) dan Jarak Pematah Arus (Ip) ... III-51 Tabel 3.25. Koefisien kekasaran Manning ... III-52 Tabel 3.26. Komponen penampang saluran ... III-53 Tabel 3.27. Kemiringan talud berdasarkan debit ... III-54 Tabel 3.28. Kemiringan Melintang Perkerasan Dan Bahu Jalan ... III-57 Tabel 3.29. Tingkat Pelayanan Trotoar ... III-62 Tabel 3.30. Nilai “N” ... III-63 Tabel 3.31. Lebar trotoar minimum menurut penggunaan lahan sekitar III-63 Tabel 5.1. Kondisi tata guna lahan di sekitar lokasi tinjauan ... V-1 Tabel 5.2. Pertumbuhan Lalu-Lintas Sekitar Ruas Yang Ditinjau (Jalan Bantul) ... V-8 Tabel 5.3. Pertumbuhan Lalu-Lintas Sekitar Ruas Yang Ditinjau (Jalan

Parangtritis) ... V-8                

(14)

xiv

Tabel 5.4. Rekapitulasi LHR pada jam puncak tahun 2012 ... V-9 Tabel 5.5. Perhitungan LHR Untuk 11 Tahun Ke Depan ... V-9 Tabel 5.6. Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi ... V-10 Tabel 5.7. Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang untuk Jalan Perkotaan Terbagi ... V-10 Tabel 5.8. Perhitungan LHR tahun 2012 ... V-11 Tabel 5.9. Perhitungan LHR tahun rencana (2023) ... V-11 Tabel 5.10. Distribusi Arah Kendaraan ... V-12 Tabel 5.11. Rekapitulasi Perhitungan Kejadian Hambatan Samping ... V-12 Tabel 5.12. Rekapitulasi Perhitungan Kejadian Hambatan Samping .... V-12 Tabel 5.13. Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta ... V-13 Tabel 5.14. Tingkat Pelayanan Jalan Kolektor Primer ... V-14 Tabel 5.15. Rekapitulasi perhitungan derajat kejenuhan dan penentuan Level of

Service ... V-15

Tabel 5.16. Evaluasi kinerja lalu lintas masing-masing ruas jalan ... V-15 Tabel 5.17. Pembacaan awal dan akhir lendutan balik ... V-16 Tabel 5.18. Perhitungan faktor penyesuaian temperatur lapis permukaan ... V-17 Tabel 5.19. Perhitungan lendutan balik ... V-18 Tabel 5.20. Jumlah masing-masing kendaraan berdasarkan berat total maksimum ... V-20 Tabel 5.21. Ekivalen beban sumbu masing-masing kendaraan ... V-21 Tabel 5.22. Perhitungan CESA tahun 10 (n=10) ... V-24                

(15)

xv

Tabel 5.23. Curah Hujan Tahunan ... V-29 Tabel 5.24 Perhitungan periode koefisien untuk periode ulang 5 tahun . V-31 Tabel 5.25. Kebutuhan rambu jalan dengan arah lalu – lintas barat ke timur ... V-42 Tabel 5.26. Kebutuhan rambu jalan dengan arah lalu – lintas barat ke timur (lanjutan) ... V-43 Tabel 5.27. Kebutuhan rambu jalan dengan arah lalu – lintas barat ke timur (lanjutan) ... V-44 Tabel 5.28. Takaran Pemakaian Lapis Perekat ... V-48 Tabel 5.29. Temperatur Penyemprotan ... V-49 Tabel 5.30. Gradasi Agregat Gabungan ... V-50 Tabel 5.31. Persyaratan Aspal Keras Pen 60 ... V-50 Tabel 5.32. Ketentuan Sifat Campuran Laston ... V-51 Tabel 5.33. Ketentuan Viskositas Aspal untuk Pencampuran dan Pemadatan ... V-59 Tabel 5.34. Suhu Penyemprotan ... V-60 Tabel 5.35. Ketentuan Agregat Halus ... V-63 Tabel 5.36. Ketentuan Agregat Kasar ... V-63 Tabel 5.37. Ketentuan Sifat Campuran Laston ... V-64 Tabel 5.38. Rancangan Campuran Aspal dan Toleransi ... V-65                

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta ... I-2 Gambar 1.2. Peta Kota Yogyakarta ... I-3 Gambar 1.3. Lokasi Perancangan Tugas Akhir ... I-4 Gambar 3.1. Distribusi beban pada perkerasan kaku dan perkerasan lentur III-2 Gambar 3.2. Gambar konstruksi perkerasan lentur ... III-4 Gambar 3.3. Susunan lapisan perkerasan kaku ... III-6 Gambar 3.4. Sketsa hipotesis hirarki jalan perkotaan ... III-14 Gambar 3.5. Hubungan antara hirarki kota dengan peranan ruas jalan dalam

sistem jaringan jalan primer ... III-15 Gambar 3.6. Hubungan antara hirarki kota dengan peranan ruas jalan dalam

sistem jaringan jalan sekunder ... III-16 Gambar 3.7. Tebal lapis tambah/overlay (HO) ... III-27 Gambar 3.8. Faktor koreksi tebal lapis tambah/overlay (FO) ... III-28 Gambar 3.9. Marka Membujur Garis Tepi Perkerasan Jalan ... III-29 Gambar 3.10. Penempatan Marka Tepi Perkerasan ... III-30 Gambar 3.11. Penempatan Marka Garis Marginal ... III-30 Gambar 3.12. Marka Garis Pengarah ... III-31 Gambar 3.13. Ukuran Garis Untuk Kecepatan < 60 km/jam ... III-31 Gambar 3.14. Ukuran Garis Untuk Kecepatan > 60 km/jam ... III-32 Gambar 3.15. Marka Melintang Garis Utuh ... III-32 Gambar 3.16. Marka Melintang Garis Putus-Putus ... III-33                

(17)

xvii

Gambar 3.17. Marka serong ... III-33 Gambar 3.18. Detail Ukuran Marka Panah Untuk Kecepatan > 60 km/jam III-34 Gambar 3.19 Marka Lambang Panah Sebagai Pengarah ... III-35 Gambar 3.20 Contoh Rambu Peringatan ... III-37 Gambar 3.21. Contoh Rambu Larangan ... III-38 Gambar 3.22. Contoh Rambu Perintah ... III-38 Gambar 3.23. Contoh Rambu Petunjuk ... III-39 Gambar 3.24. Penempatan Rambu ... III-41 Gambar 3.25. Tipikal Sistem Drainase Jalan ... III-42 Gambar 3.26. Sistem Drainase Yang Diberlakukan Pada Kondisi Infiltrasi Tinggi

... III-43 Gambar 3.27. Daerah Pengaliran Saluran Samping Jalan ... III-45 Gambar 3.28. Pematah Arus ... III-51 Gambar 3.29. Saluran bentuk trapesium ... III-54 Gambar 3.30. Saluran bentuk Segi Empat ... III-55 Gambar 3.31. Saluran Bentuk Segi Tiga ... III-55 Gambar 3.32. Saluran Bentuk Lingkaran ... III-55 Gambar 3.33. Kemiringan Melintang Normal Pada Daerah Datar Dan Lurus

... III-58 Gambar 3.34. Kemiringan melintang pada daerah tikungan ... III-58 Gambar 3.35. Kemiringan lahan ... III-58 Gambar 3.36. Tinggi jagaan ... III-58 Gambar 3.37. Trotoar ... III-59                

(18)

xviii

Gambar 3.38. Jarak bebas trotoar ... III-60 Gambar 3.39. Tipikal gambar trotoar di daerah bangunan/pertokoan . III-60 Gambar 3.40. Konstruksi trotoar blok terkunci ... III-61 Gambar 3.41. Konstruksi trotoar beton ... III-61 Gambar 3.42. Konstruksi trotoar perkerasan aspal ... III-61 Gambar 3.43. Konstruksi trotoar plesteran ... III-62 Gambar 4.1. Bagan alir penyusunan dan pelaksanaan Tugas Akhir ... IV-2 Gambar 4.2. Bagan alir perancangan tebal lapis tambah perkerasan lentur

berdasarkan data lendutan alat Benkelman Beam ... IV-3 Gambar 4.3. Alur Kerja Perancangan Rambu Jalan ... IV-4 Gambar 4.4. Alur Kerja Perancangan Marka Jalan ... IV-5 Gambar 4.5. Alur Kerja Analisis Drainase Jalan ... IV-6 Gambar 4.6. Diagram Alir Perancangan Trotoar ... IV-7 Gambar 4.7 Alur Kerja Evaluasi Kinerja Lalu Lintas menggunakan Program Kaji

... IV-8 Gambar 4.8. Bagan alir penentuan perkiraan biaya proyek ... IV-9 Gambar 5.1. Kondisi tata guna lahan di sekitar lokasi tinjauan ... V-1 Gambar 5.2. Grafik Nilai SDI ruas Jalan MT Haryono – M Supeno ... V-2 Gambar 5.3. Penampang melintang badan jalan ... V-3 Gambar 5.4. Pengukuran Di Lapangan ... V-3 Gambar 5.5. Lalu lintas MT Haryono Barat – Timur ... V-5 Gambar 5.6. Grafik Lendutan Balik ... V-18 Gambar 5.7. Tebal lapis tambah/overlay (HO) ... V-26

               

(19)

xix

Gambar 5.8. Faktor koreksi tebal lapis tambah/overlay (FO) ... V-26 Gambar 5.9. Catchment Area ... V-27 Gambar 5.10. Dimensi existing drainase samping jalan ... V-34 Gambar 5.11. Marka membujur garis tepi perkerasan jalan ... V-31 Gambar 5.12. Gambar 5.11. Bukaan Simpang pada Jalan MT Haryono dan M

Supeno ... V-35 Gambar 5.13. Gambar 5.12. Bukaan Simpang pada Perempatan Jalan Brigjend

Katamso – Jalan Parangtritis ... V.36 Gambar 5.14. Bukaan Simpang pada Pertigaan Jalan Sisingamangaraja V-36 Gambar 5.15. Bukaan Simpang pada Perempatan Jalan Tamansiswa .... V-37 Gambar 5.16. Marka garis ganda membujur putus-putus ... V-38 Gambar 5.17. Marka penyebrang pejalan kaki ... V-39 Gambar 5.18. Pemasangan Rambu Jalan ... V-41 Gambar 5.19. Lokasi pelebaran trotoar ... V-45 Gambar 5.20. Detail konstruksi trotoar ... V-46 Gambar 5.21. Asphalt Finisher ... V-52 Gambar 5.22. Tandem Roller ... V-53 Gambar 5.23. Pneumatic Tire Roller ... V-54 Gambar 5.24. Dump Truck ... V-54 Gambar 5.25. Compressor ... V-55 Gambar 5.26. Asphalt Finisher ... V-56 Gambar 5.27. Pemadatan dengan Tandem Roller ... V-57 Gambar 5.28. Bill of Quantity ... V-67                

(20)

xx Gambar 5.29. Rekap ... V-68                

(21)

xxi

DAFTAR RUMUS

Rumus 3.1. Kapasitas ... III-18 Rumus 3.2. Derajat Kejenuhan ... III-19 Rumus 3.3. Lendutan Wakil untuk Jalan Arteri/Tol ... III-20 Rumus 3.4. Lendutan Wakil untuk Jalan Kolektor ... III-20 Rumus 3.5. Lendutan Wakil untuk Jalan Lokal ... III-20 Rumus 3.6. Standar Deviasi ... III-20 Rumus 3.7. Lendutan Balik Rata-rata ... III-20 Rumus 3.8. Faktor Keseragaman ... III-21 Rumus 3.9. Lendutan Balik ... III-21 Rumus 3.10. Faktor Penyesuaian Lapis Permukaan untuk Tebal <10cm III-21 Rumus 3.11. Faktor Penyesuaian Lapis Permukaan untuk Tebal >10cm III-21 Rumus 3.12. Temperatur Lapisan Beraspal ... III-21 Rumus 3.13. Faktor koreksi beban uji Benkelman Beam ... III-22 Rumus 3.14. Lendutan Ijin ... III-22 Rumus 3.15. CESA ... III-23 Rumus 3.16. Angka Ekivalen Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT) ... III-23 Rumus 3.17. Angka Ekivalen Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG) ... III-23 Rumus 3.18. Angka Ekivalen Sumbu Dobel Roda Ganda (SDRG) ... III-23 Rumus 3.19. Angka Ekivalen Sumbu Tripel Roda Ganda (STrRG) ... III-23 Rumus 3.20. Faktor Umur Rencana ... III-26                

(22)

xxii

Rumus 3.21. Tebal Lapis Tambah Sebelum Dikoreksi ... III-27 Rumus 3.22. Tebal Lapis Tambah Setelah Dikoreksi ... III-28 Rumus 3.23. Faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuian ... III-28 Rumus 3.24. Curah Hujan Rata-rata ... III-43 Rumus 3.25. Simpangan Baku ... III-43 Rumus 3.26. Intensitas Curah Hujan (5tahun) ... III-44 Rumus 3.27. Presipitas/Intensitas Curah Hujan Jangka Pendek ... III-44 Rumus 3.28. Harga Koefisien Pengaliran ... III-47 Rumus 3.29. Waktu Konsentrasi ... III-48 Rumus 3.30. Waktu Untuk Mencapai Awal Saluran Dari Titik Terjauh . III-48 Rumus 3.31. Waktu Aliran Dalam Saluran Sepanjang L Dari Ujung Saluran

... III-48 Rumus 3.32. Harga Rata-Rata Sampel Curah Hujan ... III-49 Rumus 3.33. Simpangan Baku ... III-49 Rumus 3.34. Debit Aliran Air ... III-49 Rumus 3.35. Kecepatan Aliran Rata-Rata ... III-51 Rumus 3.36. Debit Rencana Saluran ... III-51 Rumus 3.37. Kemiringan Lahan Eksisting Pada Lokasi Saluran ... III-57 Rumus 3.38. Tinggi Jagaan ... III-58 Rumus 3.39. Lebar Trotoar ... III-62 Rumus 3.40. Biaya Pasti per Jam ... III-66 Rumus 3.41. Faktor Angsuran/Pengembalian Modal ... III-66 Rumus 3.42. Biaya Bahan Bakar (H) ... III-66                

(23)

xxiii

Rumus 3.43. Biaya Minyak Pelumas (I) ... III-67 Rumus 3.44. Biaya Bengkel (J) ... III-67 Rumus 3.45. Biaya Perbaikan (K) ... III-68                

(24)

xxiv

DAFTAR ISTILAH

Angka Ekivalen Beban Gandar Sumbu Kendaraan adalah angka yang menyatakan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh lintasan beban tunggal gandar kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lbs) Aspal adalah material bersemen berwarna coklat gelap ke hitam yang unsur

utamanya adalah bitumen yang muncul di alam atau diperoleh dari pemrosesan petroleum.

Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi jalur lalu-lintas, median, dan bahu jalan.

Bahu Jalan adalah bagian ruang manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur lalu-lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat, dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas, dan lapis permukaan.

Beban Sumbu Standar adalah beban sumbu kendaraan yang dianggap mempunyai daya rusak sama dengan satu satuan, yaitu sebesar 18.000 lbs (8,16 ton) dengan konfigurasi Single Axe-Dual Wheels.

Benkelman Beam adalah alat untuk mengukur kekuatan struktur perkerasan jalan yang bersifat non-destruktif.

Beton (Tidak Bertulang) adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa padat.

Beton Bertulang adalah beton yang ditulangi besi baja dengan luas dan jumlah yang tidak kurang, dari nilai minimum yang disyaratkan, kedua bahan tersebut bekerja bersama-sama dalam menahan beban.

               

(25)

xxv

Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah faktor dari berbagai kendaraan dibandingkan terhadap mobil penumpang sehubungan dengan pengaruhnya kepada kecepatan mobil penumpang dalam arus lalu lintas campuran. Falling Weight Deflectometer adalah alat untuk mengukur kekuatan struktur

perkerasan jalan yang bersifat non-destruktif.

Gandar adalah as mobil-kendaraan yang menjadi penopang semua beban dan tempat bertumpunya roda kendaraan.

Indeks Permukaan adalah angka yang dipergunakan untuk menyatakan ketidakrataan dan kekokohan permukaan jalan yang berhubungan dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

Jalan Kolektor adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara ibukota kabupaten/kota.

Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antara pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

Jalan Nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

Jalan Strategis Nasional adalah jalan yang melayani kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis yaitu mempunyai peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan nasional, melaani daerah-daerah rawan, bagina dari jalan                

(26)

xxvi

lintas regiional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antar negara, serta dalam rangka pertahanan dan keamanan.

Jalur adalah suatu bagian dari jalan yang menunjukkan arah baik dengan median, marka atau tanpanya.

Kendaraan Berat Menengah (MHV) adalah kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 - 5,0 m (termasuk bis kecil, truk dua as dengan enam roda, sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

Kendaraan Ringan (LV) adalah kendaraan bermotor beroda empat, dengan dua gandar berjarak 2,0 - 3,0 m (termasuk kendaraan penumpang, oplet, mikro bis, pick-up dan truk kecil, sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

Lajur adalah bagian dari jalur yang memiliki lebar cukup untuk kendaraan baik dengan marka atau tanpa marka.

Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.

Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah).

Lapis Pondasi Bawah adalah bagian konstruksi perkerasan di bawah lapis pondasi atas untuk mendukung dan menyebarkan beban ke lapis tanah dasar di bawahnya.

Lebar Perkerasan adalah bagian permukaan jalan yang dipakai untuk lalu lintas kendaraan.

LHRT adalah lalu-lintas harian rata-rata tahunan.

Muatan Sumbu Terberat (MST) adalah beban maksimum sumbu kendaraan bermotor yang diijinkan yang harus didukung oleh jalan.

Pemeliharaan Berkala Jalan adalah kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang diperhitungkan dalam desain agar penurunan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana.                

(27)

xxvii

Pemeliharaan Rutin Jalan adalah kegiatan merawat serta memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan dengan kondisi pelayanan mantap.

Perkerasan Jalan adalah konstruksi jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas yang terletak diatas tanah dasar.

Perkerasan Lentur adalah konstruksi perkerasan jalan yang dibuat dengan menggunakan lapis pondasi agregat dan lapis permukaan dengan bahan pengikat aspal.

Rehabilitasi Jalan adalah kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana.

Rekonstruksi dan Peningkatan Jalan adalah kegiatan penanganan pada ruas jalan dengan kriteria kondisi rusak berat dan memerlukan peningkatan kekuatan struktur.

Ruang Milik Jalan adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan, yang dibatasi oleh batas ruang milik jalan, yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.

Ruang Manfaat Jalan adalah sejalur tanah tertentu meliputi badan jalan, sluran tepi jalan dan ambang pengamannya.

Ruang Pengawasan Jalan adalah ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.

Satuan Mobil Penumpang (smp) adalah jumlah mobil penumpang yang digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu lintas dan pengawasan yang berlaku.

               

(28)

xxviii

Umur Rencana (UR) Jalan adalah jumlah waktu dalam tahun yang dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk diberi lapis permukaan yang baru.

               

(29)

xxix

DAFTAR PUSTAKA

_______________,1983, Manual Pemeriksaan Perkerasan Jalan dengan Alat

Benkelman Beam,Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

_______________, 2002, Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, Pd. T-01-2002-B, Jakarta.

_______________, 2004, Geometri Jalan Perkotaan, RSNI T-14-2004, Jakarta. _______________, 2004, Jalan UU No. 38 Tahun 2004, Jakarta

_______________, 2004, Pedoman Klasifikasi Fungsi Jalan di Kawasan

Perkotaan, Pd. T-18-2004-B, Jakarta.

_______________,2004, Survei Kondisi Rinci Jalan Beraspal di Perkotaan, Pd. T-21-2004-B, Jakarta.

_______________,2004, Survey Pencacahan Lalu-lintas dengan Cara Manual, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.

_______________, 2005, Perencanaan Tebal Lapis Tambah dengan Metode

Lendutan, Pd. T-05-2005-B, Jakarta.

_______________, 2006, Pedoman Perencanaan Drainase Jalan, Pd. T-02-2006-B, Jakarta.

_______________,2007, Pedoman Survei Kondisi Jalan Tanah dan atau Kerikil

dan Kondisi Rinci Jalan Beraspal di Perkotaan, Permen PU

No.15/PRT/M/2007, Jakarta.

_______________, 2009, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan UU No. 22 Tahun 2009, Jakarta.

_______________, 2010, Modul Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, Buku 1,

Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.

               

(30)

xxx

_______________, 2011, Tata Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan, Permen PU No.13/PRT/M/2011, Jakarta.

_______________, 2012, Beban Sumbu Lalu Lintas, xa.yimg.com,

http://xa.yimg.com/kq/groups/21023432/657732943/name/Beban+Sumbu. docx

_______________, 2012, Manual Desain Perkerasan Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.

Amalia, Kiki, 2011,

http://kikiamaliaa.blogspot.com/2011/10/fwdfalling-weight-deflectometer.html

Hendarsin, Shirley L., 2000, Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri Bandung, Bandung.

Presiden Republik Indonesia, 1993, Prasarana dan Lalu-lintas Jalan PP No 43 Tahun 1993, Jakarta

Saodang, Hamirhan, 2004, Perancangan Perkerasan Jalan Raya, Nova, Bandung Sukirman, Silvia, 2010, Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur, Nova,

Bandung.                

Gambar

Tabel 2.1. Matriks Perbandingan Tugas Akhir   .....................................   II-4  Tabel 3.1
Tabel 3.16. Faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuian (FK TBL )    ......   III-29  Tabel 3.17
Tabel 5.4. Rekapitulasi LHR pada jam puncak tahun 2012   ...................   V-9  Tabel 5.5
Tabel 5.23. Curah Hujan Tahunan    ......................................................
+5

Referensi

Dokumen terkait

Bab 4 memuat hasil penelitian dan pembahasan yakni mengenai persepsi, preferensi, sikap dan perilaku nasabah lower class terhadap financial technology (Fintech) PT.

Dari keseluruhan jamur yang didapat merupakan jamur yang mampu dalam mengubah selulosa yang terkandung didalam limbah pelepah kelapa sawit sebagai sumber

Penularan leptospirosis pada manusia terjadi secara .kontak langsung dengan hewan terinfeksi Leptospira atau secara tidak langsung melalui genangan air yang terkontaminasi urin

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji penggunaan ekstrak alga cokelat ( Padina sp.) sebagai imunostimulan pada ikan gurami ( Osphronemus goramy ) untuk

mungkin kata bapaknya kamu terlalu sayang memang itu dibilang kan tante memang mungkin karena ini ya… beda… tante orangnya ga bisa ini… terlalu itu… jadi dia mau ada

Jadi berdasarkan rumusan masalah yang kedua makna metafora dalam kitab Amsal berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitiaan ini maka ditemukan 27 data yang

Berkaitan dengan sistem pemerintahan, dalam Islam tercermin sebagaimana pada konsep imamah dimana hal ini secara eksplisit telah diatur dalam siyasah dusturiyah,

hubungan panjang berat dan pola pertumbuhan ikan di perairan muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan.. BAHAN