• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya memerlukan investasi besar dengan kebutuhan dana yang besar pula agar mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi sehingga tetap unggul dan dapat bertahan dalam persaingan bisnis. Di satu sisi, seringkali perusahaan memiliki keterbatasan dana, sehingga menjadi salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan perusahaan menjadi perusahaan besar dan memiliki keunggulan bersaing atas produk-produk yang dihasilkannya. Dalam mengatasi keterbatasan dana itu, perusahaan harus mencari sumber-sumber pendanaan yang dapat menyediakan dana dalam jumlah besar untuk membiayai investasi baru. (Damayanti, 2013)

Menurut Riyanto (2001:5) sumber-sumber dana yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam membiayai investasi dapat dikategorikan menjadi dua sumber, yaitu sumber dana intern dan sumber dana ekstern. Sumber intern perusahaan, yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, misalnya dana yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan (retained earnings). Di samping sumber intern, dalam memenuhi kebutuhan dana suatu perusahaan dapat pula menyediakan dari sumber ekstern, yaitu sumber dana yang berasal dari

(2)

tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi, kredit dari bank.

Perusahaan yang baik dalam bidang permodalan yaitu apabila sebagian besar modal yang digunakan untuk investasi maupun operasional berasal dari dana internal. Namun dengan keterbatasan sumber dana internal yang dimiliki maka perusahaan dalam melakukan ekspansi untuk dapat lebih berkembang harus mencari alternatif pendanaan yang berasal dari dana eksternal perusahaan (Bambang Supeno 2009:93).

Pemenuhan kebutuhan dana dari sumber ekstern jika kita lebih mengutamakan pada utang saja maka ketergantungan kita pada pihak luar akan makin besar dan risiko finansialnya makin besar. Berbeda jikalau kita hanya mendasarkan pada saham saja, biayanya akan sangat mahal. Oleh karena itu perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut (Riyanto 2001:293).

Struktur modal yang optimal merupakan keputusan keuangan yang penting karena mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan. Kinerja perusahaan yang bagus berdampak pada harga saham di pasar modal, sehingga kemakmuran pemegang saham dapat tercapai. Keputusan struktur modal juga akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan leverage maka perusahaan ini dengan sendirinya akan menanggung resiko keuangan yang lebih meningkat. (Kuntani, 2015)

(3)

Manajer apabila menjatuhkan pilihannya dalam pemenuhan modal dengan mengunakan utang, jelas biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Terlalu banyak utang juga dapat menghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat membuat keengganan pemegang saham untuk tetap menanamkan modalnya. (Brigham dan Houston, 2001:4). Manajer apabila menggunakan modal sendiri maka akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan.

Perusahaan jasa adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan untuk memberikan pelayanan, kemudahan, dan kenyamanan kepada masyarakat untuk memperlancar aktivitas produksi maupun konsumsi. Perusahaan jasa juga mempunyai kegiatan utamanya, yaitu menjual dan membeli jasa kepada pihak lain dan masyarakat (Nuryadi, 2013:3).

Industri jasa memiliki potensi yang sangatlah besar bagi perekonomian Indonesia, bahkan potensi tersebut meliputi 4 aspek diantaranya:

1. Produk Domestik Bruto (PDB)

2. Penciptaan terhadap lapangan pekerjaan 3. Pengurangan kemiskinan

4. Peningkatan ekspor Indonesia ke mancanegara

Kontribusi industri jasa semakin penting pasca harga komoditi sumber daya alam (SDA) sedang terpuruk di pasar dunia. Ini membuat Indonesia harus segera melakukan diversifikasi usaha untuk mendapatkan sektor andalan baru. Dapat dikatakan bahwa diluar manufaktur yang memang harus terus digenjot,

(4)

Indonesia juga harus mendorong pertumbuhan industri jasanya. (Mari Elka Pangestu 2016)

Masih menurut Mari Elka Pangestu bahwa kontribusi sektor jasa terhadap PDB nasional meningkat dari 45 persen di tahun 2000 menjadi 55 persen di tahun 2012. Industri jasa mampu menciptakan 21,7 juta lapangan kerja dalam kurun waktu 2000-2010. Angka ini jauh melampaui industri manufaktur dalam periode yang sama yang hanya mampu menyerap 2,2 juta orang.

Perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari 4 sektor, yaitu : sektor property and real estate; sektor infrastruktur, utilitas and transportasi; sektor keuangan dan sektor perdagangan; jasa dan investasi. (Nuryadi, 2013:3) Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi memiliki kontribusi utama bagi kemajuan suatu daerah juga bagi kemajuan suatu negara. Investasi infrastruktur sering diasosiasikan dengan investasi yang padat modal (capital intensive) dengan laju pemulihan (rate of recovery) investasi yang lambat dan berjangka panjang. Selama masa pemulihan investor harus siap menerima risiko dengan profil yang senantiasa berubah mengikuti siklus hidup proyek (Wibowo, 2006:124).

Fenomena yang terjadi pada perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, berikut ini disajikan data Struktur Modal (DER) perusahaan tahun 2012-2015.

(5)

Tabel 1.1

Tabel Struktur Modal (DER)

Perusahaan Infrastruktur, Uitilitas dan Transportasi yang terdaftar di BEI Periode 2012 - 2015

Sumber : statistik www.idx.co.id

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan pada struktur modal yang diproksikan dengan debt to equity ratio dimana PT XL Axiata Tbk, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk memiliki struktur modal yang lebih dari satu dari tahun 2012 - 2015. Peningkatan penggunaan utang yang cukup signifikan terjadi pada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk di mana pada tahun 2015 rasio utang terhadap ekuitas perusahaan tersebut mencapai 7.22 kali. Diikuti dengan PT XL Axiata Tbk yang memiliki DER sebesar 3.32 pada tahun 2015, kemudian PT Indosat Tbk yang memiliki DER mencapai 2.97 pada tahun 2015. PT Garuda Indonesia pada tahun 2015 mengalami hal yang sama yaitu DER perusahaan

No Nama Perusahaan

Struktur Modal Debt to Equity Ratio (X) 2012 2013 2014 2015

1 PT XL Axiata Tbk. 1.43 1.58 3.14 3.32

2 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 1.25 1.70 2.05 2.54

3 PT Indosat Tbk. 1.55 2.10 2.50 2.97

(6)

menyentuh angka 2.54 kali. Peningkatan struktur modal ini menunjukkan bahwa perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi masih banyak menggunakan utang daripada modal sendiri dalam mendanai kegiatan investasinya pada periode tahun 2012 - 2015. Sebagaimana teori yang dinyatakan oleh Riyanto (2001:294) bahwa besarnya jumlah modal pinjaman atau utang dalam suatu perusahaan dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya jumlah modal sendiri, sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri). Dengan kata lain struktur modal yang optimal dapat dicapai apabila jumlah utang tidak melebihi modal sendiri yang dimiliki perusahaan, atau paling tidak komposisinya 1:1 atau 50% utang dan 50% modal sendiri.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk memiliki laba yang terus meningkat dari Rp 927.415.000.000,00 pada tahun 2012 menjadi Rp 1.351.524.000.000,00 pada tahun 2013, kemudian pada tahun 2014 sebesar Rp 1.372.104.000.000,00 dan pada tahun 2015 menjadi Rp 1.445.027.000.000. Sedangkan return on asset mengalami peningkatan dari 6.48% pada tahun 2012 menjadi 7.22% pada tahun 2013, kemudian pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 6.23% dan meningkat kembali pada tahun 2015 menjadi 6.34%.

Jumlah laba operasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk terus mengalami peningkatan dari tahun 2012 – 2015 secara berurutan sebesar Rp 1.280.389.000.000,00; Rp 2.052.270.000.000,00; Rp 2.505.304.000.000; dan Rp

(7)

2.660.844.000.000,00. Sedangkan, degree of operating leverage mengalami peningkatan dari 1.05 kali pada tahun 2012 menjadi 1.06 pada tahun 2013, kemudian pada tahun 2014 terjadi penurunan menjadi 0.96 dan pada tahun 2015 meningkat kembali menjadi 1.79.

Tabel 1.2

Tabel Profitabilitas (ROA), Leverage Operasi (DOL) dan Struktur Modal (DER) Pada PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

Tahun 2012 2013 2014 2015

Return On Asset (%) 6.48 7.22 6.23 6.34

Degree of Operating Leverage (X) 1.05 1.06 0.96 1.79

Debt to Equity Ratio (X) 2.40 3.51 3.86 7.22

Sumber : Laporan Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, data diolah

Tabel 1.2 memperlihatkan data nilai dari faktor-faktor yang mempengaruhi DER. Return On Assets (ROA) merupakan salah satu jenis rasio profitabilitas yang mengukur tingkat pengembalian atas aset-aset dalam menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset perusahaan (Keown, et. al. 2010:80). Tingkat profitabilitas yang tinggi dapat menunjukkan bahwa tingkat pengembalian pada investor juga tinggi, sehingga memungkinkan perusahaan dalam melakukan kegiatan perusahaannya menggunakan modal internal daripada modal eksternal. ROA memiliki pengaruh negatif terhadap DER, jika terjadi peningkatan ROA, DER mengalami penurunan (Weston dan Copeland, 2002).

(8)

Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012-2013 terjadi peningkatan terhadap ROA yang juga diikuti oleh DER. Berbeda dengan tahun 2013-2014 dimana terjadi peningkatan terhadap DER dan ROA mengalami penurunan.

Operating leverage (DOL) merupakan cara untuk mengukur risiko usaha dari suatu perusahaan. Operating leverage menyebabkan perubahan dalam volume penjualan untuk memiliki pengaruh yang meningkat atas EBIT. Operating leverage berpengaruh positif terhadap DER (Weston dan Copeland, 2002). Dapat dilihat pada tabel 1.2 diatas pada tahun 2012-2013 menunjukkan bahwa operating leverage mengalami peningkatan dimana semula nilai operating leverage pada tahun 2012 adalah 1.05 kali menjadi 1.06 kali pada tahun 2013, hal ini juga di alami oleh DER yang juga mengalami peningkatan dimana semula pada tahun 2012 sebesar 2.40 menjadi 3.51 pada tahun 2013. Berbeda dengan tahun 2013 – 2014 dimana terjadi penurunan operating leverage dari 1.06 kali menjadi 0.96 kali akan tetapi DER mengalami peningkatan dari 3.51 menjadi 3.86.

Struktur modal merupakan pendanaan ekuitas dan utang pada suatu perusahaan yang sering dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan. Stabilitas keuangan perusahaan dan risiko gagal melunasi utang bergantung pada sumber pendanaan serta jenis dan jumlah berbagai aset yang dimiliki perusahaan (Subramanyam dan Wild, 2011:263). Sedangkan menurut Harjito (2010:240) struktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap modal sendiri.

(9)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122). Rasio profitabilitas memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini di tunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. (Kasmir, 2013: 196)

Sartono (2010:248) menyatakan bahwa profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan pertama – laba ditahan – kemudian utang dan yang terakhir penjualan saham baru.

Leverage operasi diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Teori tersebut menjelaskan bahwa leverage operasi adalah suatu penggunaan aktiva yang menimbulkan biaya tetap operasional berupa penyusutan dan lain-lain dengan harapan memperoleh penghasilan untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel (Hanafi, 2004:327).

Perusahaan dinyatakan memiliki operating leverage yang tinggi apabila sebagian besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap. Operating leverage merupakan salah satu yang memengaruhi risiko bisnis, semakin besar DOL perusahaan semakin besar risiko bisnis perusahaan. Dengan kebijakan mempertahankan struktur modal maka perusahaan bisa meminimalisir akan penggunaan utang yang terkait dengan risiko yang akan dialami oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat operating leverage (DOL), maka akan semakin rendah

(10)

tingkat utang dan juga struktur modal perusahaan tersebut (Brigham dan Houston 2001:10)

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan profitabilitas dan leverage operasi terhadap struktur modal telah dilakukan oleh Mardiansyah (2013) dengan hasil Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal sedangkan Operating Leverage berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal. Shofiyuddin (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa variabel Leverage Operasi, Pertumbuhan Asset, Profitabilitas dan Financial Leverage, secara simultan (bersama–sama) terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Struktur Modal (DER). Hasil dari pengujian uji t (secara parsial) diperoleh hasil bahwa variabel Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal, sedangkan Leverage Operasi, Pertumbuhan Aset dan Financial Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal.

Penelitian yang dilakukan oleh Sarasati (2013) memberikan hasil dimana profitabilitas, struktur aktiva, operating leverage dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal sedangkan variabel price earning ratio secara parsial tidak memengaruhi struktur modal. Sedangkan Junita, dkk. (2014) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa variabel independen pertumbuhan aset dan operating leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

(11)

Dari perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan dan permasalahan yang terjadi di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menjadi alasan peneliti melalukan penelitian mengenai Pengaruh Profitabilitas dan Leverage Operasi terhadap Struktur Modal. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu antara lain, subjek penelitian yang yang berbeda, penelitian ini menggunakan profitabilitas dan leverage operasi sebagai variabel independen, dan menggunakan laporan keuangan periode tahun 2012 - 2015. Sedangkan untuk populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik:

“PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE OPERASI

TERHADAP STRUKTUR MODAL (STUDI PADA PERUSAHAAN

INFRASTRUKTUR, UTILITAS DAN TRANSPORTASI YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012 s.d 2015)”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang timbul diidentifikasi sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015.

2. Seberapa besar pengaruh leverage operasi terhadap sturktur modal pada perusahaan Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015.

(12)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntasi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Bandung dan untuk menemukan jawaban atas topik permasalahan yang telah diindentifikasi sebelumnya, yaitu untuk:

1. Mendapatkan bukti empiris mengenai seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015.

2. Mendapatkan bukti empiris mengenai seberapa besar pengaruh leverage operasi terhadap struktur modal pada perusahaan Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. 1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Operasional

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan pendanaan serta tindakan-tindakan selanjutnya sehubungan dengan profitabilitas dan leverage operasi yang ada di perusahaan. Sebagaimana informasi yang digunakan manajemen perusahaan mengenai pentingnya profitabilitas dan leverage operasi dalam upaya menjaga struktur modal perusahaan tetap optimal. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan

(13)

masukan bagi investor dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan keputusan investasi pada industri infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Kegunaan Pengembangan Ilmu

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah wawasan, kemampuan, dan pengetahuan, serta membandingkan antara teori dengan kondisi sebenarnya, mengenai profitabilitas dan leverage operasi yang berpengaruh terhadap struktur modal yang optimal.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh, dikumpulkan, dan diolah pihak lain). Sumber data laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit periode 2012 s.d 2015 yang diperoleh dari www.idx.co.id. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2016 sampai dengan Februari 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Bata merah adalah salah satu jenis bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat (lempung) dengan atau tanpa bahan lain, yang dibakar pada temperatur yang tinggi sehingga

pada fase vegetatif yaitu disebut sundep sedangkan gejala yang ditimbulkan pada fase generatif disebut beluk (SE. Baehaki., 2013) Gejala serangan pada daun yaitu terdapat bekas

Pemberdayaan Mayarakat Melalui Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Premium dan Solar Alternatif di Desa Buluagung Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi berjalan

Sebelum investor memberikan nilai kepada perusahaan yang terkandung di dalam price earning ratio , seorang investor yang baik tentunya harus memperhitungkan

37 Terdiri dari 6 ekor mencit bertumor yang mendapatkan perlakuan pemberian ekstrak etanol kencur secara lokal dengan dosis 150

• Bagi mengukuhkan rangka kerja Syariah bagi industri kewangan Islam, Bank Negara Malaysia telah meminda Akta Bank Negara Malaysia 1958 pada tahun 2003 bertujuan menaik taraf

Dari hasil perhitungan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar sosiologi antara siswa kelas IPS SMA N 1 TERAS

Naskah Kempalan Kitab-kitab Islam dilihat posisi dan maknanya dengan menelaah dua teks di dua tradisi (keraton dan pesantren), yang sama-sama dalam satu lingkungan