• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jakarta Urgent Flood Mitigation Project: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Bahasa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Jakarta Urgent Flood Mitigation Project: Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Bahasa)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

RE

Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

(2)

i

DAFTAR ISI

1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Pengembangan Proyek... 1

1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan (Environmental Management Framework atau ESMF) ... 2

2 URAIAN PROYEK ... 3

2.1 Komponen Proyek ... 3

2.3 Pelaksanaan Proyek ... 6

2.4 Dampak Potensial ... 6

3. Peran dan Tanggung Jawab Institusional ... 8

3.1 Pengaturan Institusional ... 8

3.2 Peran dan Tanggung Jawab Institusional ... 8

3.2.1 Komite Pengarah Bersama ... 8

3.2.2 Unit Pengelola Proyek (Project Management Unit atau PMU) ... 9

3.2.3 Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit atau PIU) ... 11

3.2.4 Pemerintah Kotamadya DKI Jakarta ... 12

3.2.5 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) ... 12

3.2.6 Para Kontraktor ... 13

3.2.7 Bank Dunia (World Bank/WB) ... 13

3.3 Proses Proyek ... 13

3.3.1 Fase 1 Proyek ... 13

3.3.2 Fase 2 Lokasi-Lokasi Proyek dan Lokasi-Lokasi yang Saling Terhubung... 14

4 KEBIJAKAN-KEBIJAKAN, PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DAN SOSIAL ... 19

4.1 Lingkungan Hidup ... 19

4.1.1 Pemerintah Indonesia ... 19

4.1.2 Kebijakan-Kebijakan Bank Dunia ... 20

4.2 Sosial ... 20

4.2.1 Pemerintah Indonesia ... 20

4.2.2 Kebijakan-Kebijakan Bank Dunia ... 21

5 RONA AWAL LINGKUNGAN ... 22

6 KONSULTASI PUBLIK DAN PENGUNGKAPAN ... 25

7 RENCANA PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL ... 27

7.1 Pengendalian, Pemantauan, dan Pelaporan Lingkungan dan Sosial ... 27

7.2 Penyertaan dalam Dokumen-Dokumen Kontrak/Spesifikasi ... 38

(3)

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Uraian tentang Kanal-Kanal Banjir, Kanal-Kanal, dan Kolam-Kolam Penampungan dalam Proyek ... 4 Tabel 6-1 Faktor-Faktor Keberhasilan Penting untuk Keterlibatan Publik dalam Proses AMDAL ... 26 Tabel 7-1 Rencana Pengendalian dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial ... 29

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3-1 Pengaturan Institusional Pelaksanaan Proyek ... 8 Gambar 3-2 Penyaringan dan Pemrosesan Proyek JUFMP ... 15 Gambar 3-3 Diagram Alur proses EA selama persiapan proyek ... 18

DAFTAR LAMPIRAN:

Lampiran1 : Proses CDF Ancol dan Uji Tuntas Lingkungan

(4)

iii

AKRONIM DAN SINGKATAN

AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ANDAL Analisis Dampak Lingkungan

BAPEDAL Badan Pengendalian Dampak Lingkungan BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BBWSCC Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane BPLHD Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah

CDF Confined Disposal Facility (Fasilitas Pembuangan Tertutup)

DGCK Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum DGWR Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan

Umum DKI Jakarta atau DKI

Daerah Khusus Ibukota Jakarta

EA Environmental Assessment (Penilaian Lingkungan)

EIA Environmental Impact Assessment (Penilaian Dampak

Lingkungan)

EMP EnvironmentalManagement Plan (Rencana Pengelolaan

Lingkungan)

ESMF Environmental and Social Management Framework (Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Sosial)

ESWG Environmental and Social Working Group (Kelompok Kerja Lingkungan dan Sosial)

GoI Government of Indonesia (Pemerintah Indonesia)

JABODETABEK Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi

JEDI Jakarta Emergency Dredging Initiative (Inisiatif Pengerukan Darurat Jakarta)

JUFMP Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (Proyek Pengendalian Banjir Jakarta)

KA-ANDAL Kerangka Acuan – ANDAL (Term of Agreement ofEIA) MENLH Menteri Lingkungan Hidup – MoE

MoE Ministry of Environment (Kementerian Lingkungan Hidup)

MoF Ministry of Finance (Kementerian Keuangan)

MPW Ministry of Public Works (Kementerian Pekerjaan Umum)

NCEA The Netherlands Commission on Environmental Assessment

(Komisi Belanda untuk Penilaian Lingkungan)

NGO Non-Governmental Organization (Lembaga Swadaya Masyarakat)

OP Operational Policy (Kebijakan Operasional)

PAP Project Affected Person (Warga yang Terkena Dampak Proyek)

PI Public Involvement (Keterlibatan Publik)

PIP Project Implementation Plan (Rencana Pelaksanaan Proyek)

PIU Project Implementation Unit (Unit Pelaksana Proyek)

PMU Project Management Unit (Unit Pengelola Proyek)

PP Peraturan Pemerintah

(5)

iv

PT PJA PT. Pembangunan Jaya Ancol (Otoritas Ancol) PU-MPW Kementerian Pekerjaan Umum

RP Rencana Permukiman Kembali

RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan

RPF Resettlement Policy Framework (Kerangka Kerja Kebijakan

Permukiman Kembali)

RPL Rencana Pemantauan Lingkungan

SIA Social Impact Assessment (Analisis Dampak Sosial)

USACE United States Army Corps of Engineers (Korps Ahli Teknik Angkatan Darat Amerika Serikat)

WASAP Indonesia Water and Sanitation Program Trust Fund (Dana Perwalian Program Air Bersih dan Sanitasi Indonesia)

WBC West Banjir Kanal (Kanal Banjir Barat)

(6)

1

KERANGKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL Proyek Pengendalian Banjir Jakarta

1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Besarnya dampak banjir di ibukota telah menjadi masalah nasional dikarenakan besarnya kerugian keuangan yang ditimbulkan dan dampaknya terhadap masyarakat di wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan hasil dari beberapa kajian tentang banjir dan simulasi banjir, Pemerintah Indonesia (Government of Indonesia atau GoI) telah mengidentifikasikan serangkaian kanal banjir, saluran air dan waduk yang memerlukan rehabilitasi mendesak. Rehabilitasi atas infrastruktur-infrastruktur pengendali banjir tersebut, akan mengurangi risiko banjir dan diharapkan untuk memberikan manfaat bagi lebih dari satu juta orang yang tinggal di wilayah-wilayah rawan banjir.

1.2 Tujuan Pengembangan Proyek

Tujuan Pengembangan Proyek (Project Development Objective atau PDO) adalah untuk memberikan kontribusi bagi peningkatan dalam pengoperasian dan pemeliharaan atas suatu bagian utama dari sistem pengelolaan banjir di Jakarta. PDO tersebut akan dicapai dengan:

a) Melakukan pengerukan kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk utama yang telah dipilih untuk memperbaiki kapasitas alirannya dan membuang material hasil kerukan tersebut di fasilitas-fasilitas yang sesuai;

b) Melakukan rehabilitasi dan konstruksi tanggul pada bagian-bagian dari kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk tersebut, serta memperbaiki atau mengganti peralatan mekanis yang telah rusak untuk mempertahankan dan meningkatkan operasi kanal dan waduk tersebut; c) Membangun koordinasi institutional antara ketiga badan yang

bertanggungjawab dalam rangka mendorong pengembangan yang terkoordinasi, serta pengoperasian dan pemeliharaan (Operations and Maintenance O&M) atas sistem pengelolaan banjir Jakarta, dan

d) Memperkuat kemampuan badan-badan yang bertanggungjawab tersebut untuk meningkatkan pengoperasian, pemeliharaan, dan atas sistem pengelolaan banjir Jakarta.

(7)

2

1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Kerangka Pengelolaan Lingkungan

(Environmental Management Framework atau ESMF)

Proyek ini akan dilaksanakan dalam dua batch secara berurutan. Pekerjaan Fase 1, terdiri atas 4 lokasi, diharapkan untuk dimulai pada tahun pertama pelaksanaan proyek. Dengan demikian, semua desain teknik, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan rencana pengelolaan lingkungan telah diselesaikan, dinilai, dan disetujui selama persiapan proyek tersebut. Lokasi- Lokasi Fase 1 tidak melibatkan permukiman kembali. Namun demikian, pekerjaan-pekerjaan Fase 2, yang terdiri atas 11 lokasi, yang pada saat ini masih dalam persiapan proyek untuk berbagai tahapan persiapan design teknis, analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan rencana pengelolaan lingkungan, serta rencana permukiman kembali (apabila teridentifikasikan lokasi yang memerlukan permukiman kembali). Selain itu, pemerintah mungkin akan melakukan pekerjaan-pekerjaan pada 10 lokasi yang telah diidentifikasikan sebagai terhubung secara hidraulik dan/atau secara langsung dengan bagian dari kanal-kanal/waduk-waduk dalam JUFMP. Apabila pemerintah melaksanakan setiap kegiatan pekerjaan terkait dengan pengendalian banjir (misalnya, pengerukan dan/atau rehabilitasi kanal) di 10 lokasi tersebut selama jangka waktu proyek JUFMP, kegiatan-kegiatan tersebut akan dianggap sebagai kegiatan-kegiatan yang terkait dengan proyek dan persyaratan kebijakan Bank Dunia OP 4.12 tentang Permukiman Kembali secara Terpaksa (Involuntary Resettlement) akan diterapkan atas kegiatan-kegiatan tersebut.

Adapun latar belakang dan alasan penyusunan Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Management Framework atau ESMF), yang sesuai dengan persyaratan kebijakan Bank Dunia OP4.01 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Assessment) terbagi menjadi dua bagian:

1. Untuk memberikan pedoman dan memastikan kesesuaian dengan persyaratan Pemerintah Indonesia (Government of Indonesia atau GoI) dan Bank Dunia terkait dengan pekerjaan-pekerjaan dalam Fase 2, dan,

2. Untuk memberikan pedoman dan memastikan kesesuaian dengan persyaratan Pemerintah Indonesia (Government of Indonesia atau GoI) dan Bank Dunia terkait dengan lokasi yang terhubungan secara hydraulic dengan proyek, yakni 10 lokasi.

ESMF memberikan penjelasan mengenai undang-undang, kebijakan-kebijakan, pedoman-pedoman ,dan tanggung jawab dari institusi-institusi untuk pengelolaan dampak lingkungan hidup, proses proyek, rona awal lingkungan yang relevan; mengidentifikasikan dampak-dampak potensial lingkungan dan sosial, menguraikan langkah-langkah untuk menghindari atau meminimalkan dampak yang merugikan dan langkah-langkah untuk menanggulangi setiap dampak merugikan yang tidak dapat dihindari. Persyaratan dan prosedur untuk konsultasi dan pengumunan ke publik juga tercantum dalam ESMF.

(8)

3

Proyek. Namun, rincian dari penilaian atas dampak sosial melibatkan permukiman kembali, jumlah warga yang terkena dampak proyek (project affected people atau PAP), prosedur ganti rugi, kategori PAP dan hak-hak mereka disajikan dalam Kerangka Kebijakan Permukiman Kembali (Resettlement Policy Framework atau RPF) proyek tersebut yang akan memberikan pedoman untuk penyusunan Rencana Permukiman Kembali (Resettlement Plans atau RP).

Pada akhirnya, ESMF akan diumumkan di kantor-kantor dan situs-situs web yang berkepentingan dari badan-badan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, serta di Pusat Informasi Publik (Public Information Center atau PIC) kantor Bank Dunia, Jakarta dan di InfoShop Bank Dunia di Washington. Demikian juga, Dokumen RPF akan diumumkan dengan cara yang sama.

2 URAIAN PROYEK

2.1 Komponen Proyek

Proyek ini terdiri atas dua komponen yang dirangkum sebagai berikut:

Komponen 1. Pengerukan dan rehabilitasi atas kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk utama yang telah ditentukan. Komponen ini akan mendukung pengerukan dan rehabilitasi atas 11 kanal banjir/kanal dan empat buah waduk yang telah diidentifikasikan sebagai bagian utama yang penting dari sistem pengelolaan banjir Jakarta yang membutuhkan rehabilitasi mendesak dan peningkatan dalam kapasitas alirannya. Terdapat 11 kanal banjir/kanal tersebut diperkirakan memiliki panjang total 67,5 km, sedangkan empat waduk tersebut diperkirakan mencakup wilayah total seluas 65,1 hektar (lihat rincian rangkuman pada Tabel 2.1 di bawah). Tanggul sepanjang lokasi proyek (dengan total panjang sekitar 42,2 km) akan direhabilitasi dan dibangun pada kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk-waduk tersebut. Apabila diperlu, peralatan mekanis (pompa, pagar-pagar, dll) juga akan diganti atau diperbaiki.

Komponen 2. Bantuan teknis untuk pengelolaan proyek, pengaman sosial, dan pengembangan kapasitas. Komponen ini akan mendukung pengelolaan kontrak, tinjauan desain teknik, ahli teknik pengawasan konstruksi untuk pekerjaan pengerukan dan rehabilitasi dan bantuan teknis. Bantuan teknis termasuk dukungan untuk peningkatan koordinasi institusional untuk pengoperasian dan pemeliharaan sistem pengelolaan banjir Jakarta serta pembuatan sebuah Sistem Informasi Pengelolaan Banjir (Floods Management Information System atau FMIS). Ketentuan pendanaan telah disusun untuk pelaksanaan Rencana Permukiman Kembali, serta pembuatan dan pengoperasian suatu Sistem Penanganan Pengaduan proyek dan Panel Tenaga Ahli.

(9)

4

Tabel 2-1 Uraian tentang Kanal-Kanal Banjir, Kanal-Kanal, dan Kolam-Kolam Penampungan dalam Proyek

Paket Pekerjaan

Kontrak

Lokasi Uraian tentang Saluran Air (Perkiraan)

Panjang (m) Lebar (m) Luas

Wilayah (m2 atau ha.)

1 (DKI)

Kanal Banjir Ciliwung-Gunung Sahari 5.100 21,50 ~ 45,90 171.870 m2

Waduk Melati (Kali Gresik & Cideng Hulu) (2.004)

(1.260)

Kanal Banjir Sunter Bawah Catatan 1 9.980 20,20 ~ 47,40 338.320 m2

3 (DGCK)

Saluran Air Cideng Thamrin (Saluran Air Jalan Lingkar)

Waduk Sunter Utara (Saluran Air Pembuangan)

(570) 33,00 ha.

Waduk Sunter Selatan 19,20 ha.

Waduk Sunter Timur III 8,00 ha.

5

Kanal Banjir Sunter Atas Catatan1 5.150 15,00 ~ 36,00 131.320 m2

7 (DKI)

Grogol – Saluran Air Sekretaris 2.970 21,00 ~ 51,00 106.920 m2

Saluran Air Pakin – Kali Besar – Jelakeng 4.910 13,00 ~ 31,00 108.020 m2

Saluran Air Krukut Cideng Catatan 2 3.250 15,00 ~ 29,00 71.500 m2

Saluran Air Krukut Lama Catatan 2 3.490 7,00 ~ 29,00 62.820 m2

67.514 2.140.520 m2

65 ha.

Catatan 1 Untuk tujuan-tujuan kontrak, Kanal Banjir Sunter telah dibagi menjadi dua subpaket Kanal Banjir

Sunter Atas dan Kanal Banjir Sunter Bawah.

Catatan 2 Untuk tujuan-tujuan kontrak, Saluran Air Krukut telah dibagi menjadi dua subpaket Saluran Air

Krukut Cideng dan Saluran Air Krukut Lama

Lokasi-Lokasi yang saling terhubung. Sepuluh lokasi telah diidentifikasikan sebagai lokasi-lokasi yang terkait proyek. Lokasi-lokasi tersebut adalah:

 Kali Item, Kalibaru, dan Sunter Kemayoran (terhubung dengan Saluran Air Sentiong Sunter);

 Saluran Ancol Kampung Bandan dan Ancol Long-Storage (terhubungan dengan Kanal Banjir Ciliwung-Gunung Sahari)

 Kanal sepanjang Jl. Kayu Putih Timur (terhubung dengan Saluran Air Sungai Sunter Atas);

 Ciliwung Kota, kanal sepanjang Jl Tubagus Angke, PHB Bandengan Utara; dan Waduk Pluit (terhubung dengan Saluran Air Pakin–Kali Besar– Jelakeng).

(10)

5

aktivitas-akitivitas yang memenuhi kriteria untuk lokasi-lokasi yang terhubung dengan proyek dilaksanakan dalam lokasi-lokasi1 tersebut.

Lokasi-Lokasi pembuangan. Lokasi-Lokasi pembuangan tidak dibiayai oleh proyek, namun, lokasi-lokasi tersebut dianggap sebagai bagian dari proyek JUFMP dan oleh sebab itu, rancangan, konstruksi, dan pengoperasiannya akan mengikuti persyaratan Bank Dunia serta persyaratan Pemerintah Indonesia sendiri. Sekitar 3,4 juta m3 material endapan dan sekitar 95.000 m3 limbah padat yang akan dikeruk dari kanal-kanal banjir, kanal-kanal, dan waduk melalui proyek ini, akan dibuang dengan cara berikut ini (lihat Gambar 2-2 untuk gambaran tentang pengaturan pembuangan).

 Material endapan yang tidak berbahaya – akan diangkut dan dibuang ke lokasi Pekerjaan Reklamasi Laut Ancol, yang dikenal sebagai CDF Ancol.

 Material endapan yang berbahaya (apabila ditemukan) – akan dibuang ke fasilitas pengelolaan limbah berbahaya PPLi di Bogor, Jawa Barat2.

 Limbah padat – akan diangkut dan dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) Jakarta di Bekasi, Jawa Barat, dikenal sebagai TPA Bantar Gebang.

2.2 Kegiatan-kegiatan Proyek

Pengerukan, Pengangkutan, dan Pembuangan. Pengerukan akan terpusat pada 15 bagian yang ditentukan dari kanal banjir, kanal dan waduk utama dalam sistem pengelolaan banjir Jakarta. Volume material yang akan dikeruk diperkirakan sebesar 3,4 juta m3, termasuk 95.000 m3 limbah padat yang akan dipindahkan dari kanal-kanal banjir, saluran-saluran air, dan waduk-waduk. Pengerukan secara mekanis akan digunakan, metode ini bekerja dengan menggunakan kombinasi dari berbagai peralatan, yakni buldoser apung,

backhoe pengeruk di atas landasan apung, long-arm backhoe, dan water jet. Semua material hasil kerukan akan diangkut ke lokasi pembuangan dengan menggunakan truk pembuangan kedap air pada malam hari.

Rehabilitasi Tanggul dan Pekerjaan Pemeliharaan. Rehabilitasi tanggul akan mencakup pekerjaan Stone masonry, parapet dan pemasangan sheet-pile pada tanggul sungai yang belum terproteksi, sedangkan pekerjaan pemeliharaan termasuk perbaikan pompa dan pemasangan saringan sampah.

1

Berdasarkan OP 4. 12, kriteria untuk mengidentifikasikan lokasi-lokasi yang terhubung adalah: (1) secara langsung dan secara signifikan terkait dengan JUFMP; (2) diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan JUFMP; dan (3) bersamaan dengan JUFMP. Studi untuk mendefinisikan lokasi-lokasi terkait telah dilakukan selama penyusunan Kerangka Kebijakan Pemukiman Kembali (Resettlement Policy Framework atau RPF) dan lokasi-lokasi yang terhubung pada pokoknya didefinisikan sebagai terhubung secara hidraulik dalam konteks kriteria keterhubungan pertama sebagaimana disebutkan dalam OP 4. 12, namun tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut secara keseluruhan.

2

Sebagai catatan bahwa metode spesific yang diajukan untuk mengolah/membuang limbah bahan

(11)

6 2.3 Pelaksanaan Proyek

Pelaksanaan Proyek. Pelaksaanan pekerjaan yang dibiayai oleh proyek diusulkan untuk dilakukan dalam dua tahap secara berurutan. Rancangan pelaksanaan yang bertahap ini diadopsi sebagai mekanisme pengelolaan risiko pelaksanaan proyek tersebut. Pekerjaan Fase 1 (4 lokasi yang diusulkan/ 3 kontrak pekerjaan) diharapkan untuk dimulai pada tahun pertama proyek. Pekerjaan Fase 2 (11 lokasi yang diusulkan/5 kontrak) diharapkan untuk dilaksanakan selanjutnya. Pengtahapan tersebut akan mengindari terbebaninya PMU/PIU dan konsultan pengawasan mereka secara berlebihan pada tahun pertama saat proses, prosedur, dan rutinitas pelaksanaan aktual terperinci ditetapkan dan dioperasionalisasikan. Pengtahapan tersebut juga akan memberikan waktu kepada Pemerintah Daerah Jakarta (DKI Jakarta) untuk menyelesaikan instrumen-instrumen dan pengaturan untuk lokasi-lokasi Fase 2 yang mana permukiman kembali diperlukan, termasuk pembuatan sistem penanganan pengaduan dan penunjukan sebuah panel tenaga ahli. Dua lokasi terkait dengan proyek yaitu Ancol Kampung Bandan dan Ancol Long Storage merupakan lokasi yang terkait dengan pekerjaan Fase 13, dan lokasi terkait lain nya terkait dengan Fase 2

2.4 Dampak Potensial

Dampak Proyek Spesifik. Hasil AMDAL untuk Fase 1 menunjukan bahwa di antara dampak signifikan potensial dari pelaksanaan proyek, dampak yang timbul akibat pengangkutan material kerukan dari lokasi pengerukan ke Fasilitas Pembuangan Tertutup (CDF) Ancol melalui jalan-jalan menjadi masalah paling penting untuk ditanggulangi. Adapun dampak yang timbul termasuk peningkatan potensi kemacetan lalu lintas dan potensi tumpahan dari material kerukan sepanjang koridor jalan. Untuk menanggulangi permasalahan ini, rencana pengelolaan pengangkutan (TMP) telah dikembangkan untuk setiap lokasi proyek, di mana pengangkutan dari material kerukan hanya akan dizinkan pada waktu di luar waktu puncak (off-peak hours) (yaitu dari pukul 22:00 sampai pukul 05:004) dan dengan menggunakan truk pembuangan kedap air. Untuk meminimalkan tumpahan tersebut, material kerukan pertama-tama akan ditempatkan ke dalam kontainer (2x2x1m) sebelum material kerukan tersebut diangkut ke dalam truk. Selama pengangkutannya ke CDF Ancol, material tersebut akan ditutup dengan terpal. Semua truk pengangkut akan dibersihkan oleh PT Pembangunan Jaya Ancol (PT PJA) sebelum meninggalkan lokasi pembuangan.

Kualitas Sedimen. Bank Dunia mempekerjakan konsultan (PT. ERM Indonesia, ERM) pada tahun 2008 dan selanjutnya, Pemerintah Indonesia (GoI) mengangkat konsultan independen lainnya pada tahun 2009 (yaitu, Konsultan PT PPA – EIA/SIA) untuk melaksanakan analisis mendalam atas sampel sedimen dari lokasi-lokasi JUFMP. Semua hasil analisa kimia telah dikaji sesuai standard nasional dan internasional yang telah ada. Hasil ERM lebih jauh dikaji

3

Analisis praduga dampak menunjukan bahwa kalaupun pada kedua lokasi terkait ini akan dilakukan kegiatan, tidak diperlukan proses pemindahan warga terkena proyek

4

(12)

7

oleh Korps Ahli Teknik Angkatan Darat Amerika Serikat (the United States Army Corps of Engineers atau USACE) serta PT PPA. Berdasarkan semua hasil tersebut, Pemerintah Indonesia (GoI) menyimpulkan bahwa sangat kecil kemungkinan bahwa material kerukan adalah limbah B3 dan material kerukan dapat dibuang pada CDF Ancol sesuai dengan persyaratan EIA Ancol.

Dampak Pembuangan Material hasil kerukan yang Tidak Berbahaya. Material kerukan yang bukan limbah B3 akan dibuang di CDF Ancol. Proyek mensyaratkan prinsip-prinsip pembuangan tertutup5 untuk meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, Proyek akan melaksanakan

due dilligence untuk memastikan bahwa fasilitas pembuangan memenuhi persyaratan sebagaimana dinyatakan dalam izin lingkungan, yaitu fasilitas yang tertutup dibangun sebelum pembuangan material mulai dilaksanakan (Lampiran 1: Proses dan Persetujuan CDF Ancol). Selain itu, AMDAL Ancol mensyaratkan proyek untuk melakukan identifikasi dan memastikan bahwa sedimen yang akan ditempatkan pada CDF tidak merupakan limbah B3. Oleh sebab itu, proyek JUFMP telah mengembangkan prosedur yang akan digunakan selama pelaksanaan proyek untuk menguji setiap bagian sebelum pengerukan dilakukan. (lihat Lampiran 2: Identifikasi dari Limbah B3 sebagai mana disyaratkan dalam AMDAL Ancol)

Dampak Pembuangan Limbah Padat (95.000 m3) dan Limbah B3 (apabila ditemukan). Sebagaimana dengan CDF Ancol, Tempat Penimbunan Akhir (TPA) Bantar Gebang akan menerima limbah padat (sampah ukuran besar) dari proyek dan Secure Landfill PPLI akan menampung limbah B3, apabila ditemukan, keduanya merupakan fasilitas yang telah ada dan beroperasi sebelum proyek JUFMP dipersiapkan. Oleh sebab itu, pihak proyek JUFMP akan melaksanakan

due dilligence lingkungan untuk memastikan bahwa fasilitas-fasilitas tersebut beroperasi berdasarkan izin lingkungan yang sah dan sesuai dengan peraturan setempat.

5Pembangunan CDF Ancol akan dibiayai sendiri oleh PT Pembangunan Jaya Ancol (PT PJA). CDF Ancol yang

direncanakan akan memiliki kapasitas yang memadai untuk menerima material kerukan dari semua 15 lokasi. Badan Pengendalian Lingkungan Daerah (BPLHD) DKI Jakarta telah menyetujui AMDAL untuk CDF tersebut.

AMDAL CDF Ancol yang mencakup 119 ha wilayah pembuangan (kapasitas 12 juta m3) yang pada awalnya

disetujui atas dasar bahwa pasir merupakan material pengisian, yang telah direvisi untuk memasukan material

(13)

8

3. Peran dan Tanggung Jawab Institusional

3.1 Pengaturan Institusional

Pengaturan-Pengaturan institusional secara keseluruhan untuk proyek ini, dirangkum dalam Gambar 3_1:

Gambar 3-1 Pengaturan Institusional Pelaksanaan Proyek

 PIU-DGWR akan diwakili oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (Regional Office for the Ciliwung-Cisadane River Basin atau BBWS-CC);

 PIU-DGHS akan diwakili oleh Satuan Kerja Pengembangan Infrastruktur Persampahan dan Sanitasi Jabodetabek (Working Unit of Municipal Solid Waste (MSW) Infrastructure and Sanitation Development for Jabodetabek); dan

 PIU-DKI akan diwakili oleh Dinas PU DKI Jakarta (Public Work Agency) dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

3.2 Peran dan Tanggung Jawab Institusional 3.2.1 Komite Pengarah Bersama

(14)

9

3.2.2 Unit Pengelola Proyek (Project Management Unit atau PMU) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Directorate General of Water Resources

atau DGWR) Kementerian Pekerjaan Umum (Ministry of Public Works atau MPW) adalah PMU JUFMP. PMU telah dibuat oleh DGWR untuk mempersiapakan dan mengawasi pelaksanaan proyek. PMU terdiri atas tiga orang staf dari DGWR, tiga orang staf dari Direktorat Jenderal Cipta Karya (Directorate General of Human Settlements atau DGCK), tiga orang staf dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan satu orang staf Kementerian Pekerjaan Umum dari bagian Kerjasama Perencanaan dan Luar Negeri (Planning and Overseas Cooperation). PMU didukung pula oleh sekretariat, lima orang staf dari DGWR. PMU bertanggung jawab atas koordinasi proyek secara keseluruhan. Selama persiapan proyek, PMU telah mempekerjakan dua konsultan utama untuk mendukung persiapan proyek:

 Konsultan Persiapan Proyek (Project Preparation Consultant atau PPC). Konsultan bertanggung jawab (i) untuk memberikan desain teknik untuk pengerukan, dan tanggul sesuai dengan konsultan EIA/SIA; (ii) untuk mempersiapkan dokumen tender untuk semua pekerjaan dalam waktu proyek tersebut dan untuk bekerja sama dengan konsultan EIA/SIA untuk penyertaan EMP ke dalam dokumen tender dan kontrak konstruksi; (iii) untuk memberikan jasa-jasa konsultasi kepada Unit Pengelola Proyek (Project

Management Unit atau PMU). PPC bekerja sama dengan

konsultan EIA/SIA utnuk membuat desain yang akan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial.

 Konsultan EIA/SIA. Konsultan bertanggung jawab (i) untuk pembuatan dokumen AMDAL dan rencana pemukiman kembali (Resettlement Plan, RP) yang memenuhi persyaratan, baik dari Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia; (ii) untuk persiapan rencana pengelolaan lingkungan (enviromental management plan, EMP) untuk disertakan dalam dokumen tender dan kontrak-kontrak konstruksi; dan (iii) membantu PMU dalam mempublikasikan dokumen yang telah disetujui dan konsultasi publik.

Selama pelaksanaan proyek, PMU akan mengawasi dan melakukan koordinasi pelaksanaan proyek secara menyeluruh melalui tiga PIU. PMU juga akan melaksanakan kegiatan-kegiatan pendukung yang umum selama proyek tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut, termasuk (i) konsultasi pengawasan konstruksi secara menyeluruh, (ii) Panel Tenaga Ahli, (iii) Sistem Informasi Pengelolaan Banjir (Floods Management Information Systems atau FMIS) dan (iv) mendukung DKI-Jakarta terkait dengan permukiman kembali dan sistem penanganan pengaduan proyek.

(15)

10

penilaian kekurangan dalam kapasitas, secara khusus dalam area pengawasan dari rencana lingkungan proyek, pelaksanaan Rencana Permukiman Kembali (Resettlement Plans atau RP) dan Sistem Penanganan Keluhan (Grievance Redress System atau GRS), SC telah ditugaskan untuk memberikan tenaga ahli yang diperlukan untuk mendukung PMU selama pelaksanaan proyek. Ruang lingkup dari jasa-jasa bantuan teknis ini termasuk (i) mengawasi pelaksanaan dari berbagai pengerukan dan kontrak pekerjaan pembangungan berdasarkan proyek, termasuk pada semua lokasi pembuangan (ii) mengawasi pelaksanaan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (Environmental Management and Monitoring Plan atau RKL/RPL) oleh kontraktor-kontraktor pekerjaan, (iii) mendukung PMU dan DKI dalam pelaksanaan Rencana Permukiman Kembali (Resettlement Plans

atau RP), dan (iv) meningkatkan dan melaksanakan mekanisme penanganan keluhan/pengaduan proyek dengan DKI.

 Panel Tenaga Ahli (Panel of Experts atau PoE). Panel Tenaga Ahli (PoE) terdiri atas tiga orang spesialis independen, yang diakui secara internasional akan diminta untuk memberikan saran atas semua aspek proyek. POE direncanakan akan dimobilisasi pada saat implementasi proyek6 dimulai dan akan beroperasi secara penuh sebelum Fase 2 dimulai. Para spesialis diharapkan terdiri atas ahli lingkungan, ahli yang berpengalaman dalam pengerukan dan pembuangan kerukan, dan ahli tentang permukiman kembali pekotaan. Tanggung jawab utama dari POE akan mencakup pemantauan dan pengevaluasian atas persiapan dan pelaksanaan berbagai instrumen-instrumen pengaman (RPF, RP, EMP, dan prosedur penanganan pengaduan) dan memberikan saran kepada PMU atas tindakan-tindakan yang akan diambil untuk memperbaiki kepatuhan. Apabila diperlukan, jumlah anggota POE dapat ditambah baik untuk waktu sementara atau permanen melalui penambahan spesialis untuk memberikan tenaga ahli untuk isu-isu atau kebutuhan spesifik, yang tidak direncanakan atau yang penting, yang dapat timbul selama pelaksaan proyek. Tenaga-tenaga ahli ini, apabila ada, dapat dimobilisasikan dengan kerangka acuan yang disepakati antara PMU, Bank, dan tiga orang tenaga ahli awal yang terdiri atas POE. POE akan mengadakan rapat rutin pada interval waktu tertentu untuk mengkaji status pekerjaan yang sedang berlangsung (work in progress). Namun, rapat luar biasa yang sebelumnya tidak terjadwal dapat juga digelar untuk mengkaji tahapan penting dari kegiatan teknis, lingkungan, dan sosial.

 Sistem Informasi Pengelolaan Banjir (Floods Management Information Systems atau FMIS). FMIS, yang saat selesai akan

6

(16)

11

menjadi milik dan dikelola oleh Pemerintah, diharapkan untuk menjadi alat pemantauan dan penilaian yang penting bagi Pemerintah terkait dengan pengelolaan banjir di Jakarta. Sebagaimana proyek JUFMP ini dilaksanakan, hasil pekerjaan fisik, perubahan yang terjadi, dan peningkatan sistem pengelolaan banjir tersebut akan menjadi input dalam FMIS. Setelah itu, FMIS akan mensimulasi dan menganalisa tingkat kesuksesan dari pekerjaan struktural JUFMP dan menentukan tingkat kesuksesan nya dalam penanggulangan banjir. Hal ini akan memberikan kemampuan untuk menganalisa dan mengdokumentasikan penurunan estimasi biaya tahunan.

3.2.3 Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit atau PIU) Terdapat tiga Unit Pelaksana Proyek (PIU) pada tingkat pemerintahan pusat dan daerah, di bawah DGWR, DGHS, dan Pemerintah DKI Jakarta:

 PIU-DGWR akan diwakili oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWS-CC);

 PIU-DGHS akan diwakili oleh Satuan Kerja Pengembangan

Infrastruktur Persampahan dan Sanitasi Jabodetabek (Working Unit of Municipal Solid Waste (MSW) Infrastructure and Sanitation

Development for Jabodetabek); dan

 PIU-DKI akan diwakili oleh Dinas PU Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

PIU akan bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan pengerukan dan rehabilitasi pada kanal-kanal banjir, kanal-kanal dan waduk-waduk utama yang ditentukan yang berdasarkan tanggung jawab masing-masing dari setiap PIU akan membuat komite pengadaannya sendiri untuk penentuan kontraktor. Namun, setiap komite akan terdiri atas para perwakilan dari semua tiga PIU.

Karena DKI Jakarta merupakan institusi yang bertanggung jawab atas isu-isu sosial di wilayah kota Jakarta, DKI akan bertanggung jawab atas semua aspek pengaman sosial dari proyek, termasuk proyek yang terkait dengan kegiatan permukiman kembali dan mekanisme penanganan keluhan tentang proyek. Pelaksanaan rencana pengelolaan dampak sosial JUFMP akan dilaksanakan oleh dinas-dinas dibawah provinsi DKI Jakarta. Dalam PIU DKI Jakarta (PIU-DKI), terdapat beberapa kelompok kerja7 (Pokja): (i) Kelompok Kerja Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Working Group atau ESWG), (ii) Kelompok Kerja Penjamin Pengelolaan dan Kualitas Proyek (Project Management and Quality Assurance Working Group), (iii) Kelompok Kerja Pemantauan dan Pelaporan (Monitoring and Reporting Working Group), dan (iv) Pokja lain sebagaimana diperlukan untuk menangani semua kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan JUFMP. ESWG akan bertanggung jawab atas persiapan RP dan menjamin bahwa RP tersebut dilaksanakan. Kelompok Kerja Penjamin

7

(17)

12

Pengelolaan dan Kualitas Proyek akan bertanggung jawab atas pengujian RP dan memastikan kepatuhannya terhadap RPF. Kelompok Kerja Pemantauan dan Pelaporan akan mempersiapkan laporan bulanan mengenai status persiapan dan pelaksanaan RP kepada Gubernur.

Untuk setiap lokasi proyek yang membutuhkan permukiman kembali, PIU akan memastikan bahwa tidak ada permulaan kontrak kecuali apabila RP telah dilaksanakan (kecuali, unsur-unsur dalam RP terkait dengan kegiatan, setelah permukiman kembali dilakukan).

3.2.4 Pemerintah Kotamadya DKI Jakarta

Secara administratif, DKI Jakarta dibagi menjadi lima kotamadya. Masing-masing dikepalai oleh seorang Walikota (Mayor). Empat kotamadya DKI Jakarta yang akan terkena oleh proyek, yaitu, Jakarta Utara, Barat, Pusat dan Timur. Para Walikota terutama akan terlibat dalam penanggulangan dampak sosial; mereka akan bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi atas kegiatan-kegiatan tingkat kelurahan selama persiapan dan pelaksanaan RP. Para Walikota akan dibantu oleh kepala kecamatan dan kepala kelurahan.

Walikota dengan aparatnya pada tingkat kecamatan dan kelurahan merupakan pejabat garis depan yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan operasional selama persiapan dan pelaksanaan RP. Hal ini termasuk kegiatan-kegiatan untuk menentukan tanggal cut-off dan untuk pelaksanaan aktual atas permukiman kembali, dan untuk penanganan keluhan dan pengaduan. Selain itu, kantor kotamadya juga bertanggung jawab untuk penilaian bangunan tempat tinggal dan bangunan lain yang terkena oleh proyek JUFMP. Peranan dari kotamadya dibahas lebih lanjut dalam RPF.

3.2.5 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) provinsi DKI Jakarta dibentuk pada tahun 1968 (http://bplhd.jakarta.go.id/index.php).

Selama tahap persiapan proyek, BPLHD merupakan badan yang bertanggung jawab untuk menguji dan memberikan izin dan persetujuan atas dokumen-dokumen EIA. Sesuai dengan perundang-undangan GOI, badan tersebut membentuk Komisi AMDAL, yaitu komisi ad-hoc untuk mengevaluasi dokumen-dokumen EIA. Komisi AMDAL terdiri atas para perwakilan BPLHD (2-3 orang), para ahli universitas (atau dikenal sebagai Tim Teknis, 5-7 orang dari wilayah keahlian yang berbeda), para perwakilan dari kecamatan dan kelurahan, dan para perwakilan dari NGO.

(18)

13 3.2.6 Para Kontraktor

Kontraktor pekerjaan akan ditentukan oleh komite pengadaan dalam setiap PIU. Semua paket pekerjaan pengerukan dan tanggul akan mengikuti proses Tender Kompetitif Internasional (International Competitive Bidding atau ICB) dan akan mensyaratkan pra-kualifikasi. Para Kontraktor akan diminta untuk memasukan rencana pengelolaan lingkungan dan sosial awal dalam pengajuan teknis selama proses tender. Rencana aksi harus merangkum upaya yang kontraktor ajukan untuk meminimalkan dampak lingkungan hidup dan sosial. Selama konstruksi, kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan EMP yang terdapat dalam kontrak. Pengawasan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan sosial akan dilaksanakan oleh Konsultan Pengawasan (Supervision Consultant

atau SC).

3.2.7 Bank Dunia (World Bank/WB)

WB menjaga peran pengawasan dalam JUFMP, untuk memastikan kepatuhannya terhadap kebijakan pengaman Bank Dunia, pengujian, dan memberikan izin dan persetujuan kepada EMP dan RP dari masing-masing lokasi proyek. WB akan memelihara peran pengawasan dari supervisi pelaksanaan EMP oleh para kontraktor, dan dapat melakukan uji petik atau audit sebagaimana diperlukan. WB akan melaksanakan misi pengawasan yang teratur selama pelaksanaan proyek, dan spesialis setempat pada Kantor Bank Dunia di Jakarta (WBOJ) akan memantau perkembangan proyek.

3.3 Proses Proyek 3.3.1 Fase 1 Proyek

Pengujian dan persetujuan dari Bank Dunia. Terdapat dua paket pekerjaan (kontrak) dalam Fase 1, yaitu paket kontrak 1, 2a, dan 2b dalam Tabel 2-1. AMDAL untuk pekerjaan dalam Fase 1 tersebut, telah dipersiapkan oleh Unit Pengelola Proyek (Project Management Unit atau PMU). AMDAL ini telah dikonsultasikan, diuji, dan disetujui pada bulan Maret 2010 oleh badan lingkungan hidup provinsi (dikenal sebagai BPLHD) sebagaimana diwajibkan oleh peraturan nasional dan daerah Indonesia. Bank Dunia juga telah mengkaji AMDAL dan telah memberikan komentar yang ekstensif, yang pada akhirnya ditanggapi oleh PMU dengan mempersiapakan Laporan Tambahan untuk JUFMP Fase 1. Laporan Tambahan ini termasuk rekomendasi lebih lanjut yang juga akan berlaku terhadap proyek tersebut. Hal ini memastikan bahwa AMDAL dan Laporan Tambahan untuk Fase 1 dikombinasikan, patuh terhadap persyaratan kebijakan pengaman lingkungan hidup Bank Dunia.

(19)

14

Pelaporan. SC akan memberikan PMU laporan-laporan dari hasil pelaksanaan EMP oleh kontraktor (pada jangka waktu minimal tiga bulan). PMU akan menguji laporan-laporan untuk setiap ketidakpatuhan dan dapat meminta PIU untuk melakukan sidak secara tiba-tiba atau audit apabila diperlukan. SC juga akan memberikan laporan pelaksaan RKL/RPL secara formal setiap tiga bulan. PMU akan mengkaji laporan ini untuk setiap ketidaksesuaian dan menyerahkannya kepada BPLHD dan Bank Dunia. BPLHD dan Bank Dunia akan mengkaji laporan pelaksanaan RKL/RPL setiap tiga bulan dan akan memutuskan mengenai perlunya pemeriksaan tiba-tiba, kunjungan lapangan atau audit.

3.3.2 Fase 2 Lokasi-Lokasi Proyek dan Lokasi-Lokasi yang Saling Terhubung

Fase 2 pemrosesan lokasi-lokasi proyek dimulai dengan suatu penyaringan apabila lokasi proyek yang diajukan termasuk dalam ruang lingkup proyek (Gambar. 3-2), penyaringan tersebut pertama-tama akan dilakukan oleh PMU dan PIU dan pada akhirnya diputuskan oleh Komite Pengarah Bersama. Apabila proyek dikonfirmasikan sebagaimana dimasukan dalam ruang lingkup proyek, PMU akan mempersiapkan DED. DED tersebut akan memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan untuk menghindari dan meminimalkan dampak lingkungan hidup dan sosial, secara khusus dampak terkait dengan permukiman kembali. Sebagaimana DED dipersiapkan, penyaringan lingkungan hidup dan sosial akan dilakkukan, penyaringan ini termasuk kegiatan-kegiatan Fase 2 yang diajukan yang memerlukan RP, AMDAL (Full EA) atau UKL/UPL (EA Mini). Semua dokumen yang diperlukan untuk Fase 2 dari lingkungan hidup (EA FULL atau EA Mini) dan dokumen sosial (RP) akan dipersiapkan. Apabila dokumen tersebut telah disetujui oleh badan yang berwenang (yaitu, EA oleh BPLHD dan RP oleh DKI Jakarta), dokumen tersebut akan diserahkan kepada Bank Dunia untuk pengujian dan persetujuan. Apabila Bank Dunia menganggap dokumen tersebut belum memenuhi persyaratan kebijakan pengaman, tambahan EA (atau info) dapat diminta untuk memenuhi persyaratan OP 4.01 atau revisi dari RP untuk memenuhi OP 4.12.

(20)

15

Pelaksanaan konstruksi tidak akan dimulai pada semua lokasi sebelum AMDAL dan Rencana Pemukiman Kembali (RP) mendapatkan persetujuan dari Bank Dunia

Is the proposed project site of the 15 sites of

JUFMP ?

(WB, GOI (Supervision Consultant), and Independent Advisory Team)

JUFMP - Projects Processing and Screening

DEDs, EIAs (AMDAL),

Bidding Documents Appraise  Procure

Phase 1 Project

(21)

16

Proses EA. PMU bertanggung jawab untuk memberitahu BPLHD tentang kegiatan-kegiatan proyek dalam Fase 2 yang diajukan. PMU (dengan bantuan dari para konsultannya) akan mengiklankan sebuah Pemberitahuan Publik di media lokal, misalnya surat kabar. Setelah pemberitahuan tersebut, BPLHD membentuk Komisi AMDAL (Gambar 3-3). PMU (dengan bantuan dari konsultannya) akan mempersiapkan Kerangka Acuan Andal (KA-ANDAL) dan menyerahkan KA-ANDAL kepada Komisi AMDAL untuk dilakukan pengujian sebelum konsultasi publik pertama dapat dilakukan. BPLHD akan mengundang semua pemegang saham yang bersangkutan untuk memberikan masukan dan komentar atas ANDAL. BPLHD akan membuat berita acara rapat untuk konsultasi publik pertama dan meminta konsultan untuk menggabungkan masukan yang disepakati selama konsultasi tersebut. PMU akan menyerahkan kembali KA-ANDAL tersebut kepada Komisi untuk izin, apabila disetujui, konsultan PMU akan meneruskannya dengan persiapan dokumen-dokumen EIA, yaitu ANDAL (yaitu, penilaian dampak lingkungan hidup) dan RKL/RPL (yaitu, rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup). Apabila dokumen-dokumen EIA telah dibuat, PMU akan mengumpulkannya kepada Komisi AMDAL. Kemudian, Komisi AMDAL akan meminta konsultan PMU untuk mempresentasikan hasil-hasil dari EIA di mana semua anggota dari Komisi AMDAL dan publik diberikan kesempatan untuk memberikan komentar mengenai hasil-hasil tersebut. BPLHD akan membuat berita acara rapat dan meminta konsultan (atas kepentingan PMU) untuk menggabungkan komentar-komentar tersebut dan merevisi dokumen-dokumen EIA dan menyerahkan ulang dokumen-dokumen tersebut kepada Komisi AMDAL. Izin dan persetujuan akhir dengan persyaratan/rekomendasi yang spesifik (atau penolakan) atas dokumen-dokumen EIA dari kepala BPLHD akan didasarkan pada rekomendasi Komisi AMDAL.

(22)

17

kepada BPLHD. Berita acara dari konsultasi publik dan dokumentasi lainnya (misalnya, foto-foto, bahan-bahan presentasi, daftar hadir, dan lain-lain) akan dilampirkan pada EIA sebagai lampiran. Dokumen tersebut mencerminkan semua komentar-komentar, baik disepakati atau tidak disepakati oleh PMU. Berita acara tersebut juga akan ditandatangani (dengan nama, jabatan) oleh ketua konsultasi.

Pelaksanaan EMP selama Konstruksi, Pengawasan serta Pemantauan, dan Pelaporan.

Pengawasan, pemantauan, dan pelaporan pelaksanaan EMP selama kegiatan Fase 2 dari konstruksi proyek akan mengikuti proses yang sama seperti Fase 1 (lihat bagian 3.3.1)

Penyusunan, Peninjauan, Persetujuan, dan Pengumuman RP. Penyusunan RP akan menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yaitu kotamadya-kotamadya yang terkait. Semua RP akan dibuat berdasarkan RPF. Setelah dibuat, RP – lengkap atau yang sederhana – untuk setiap proyek yang mensyaratkan RP akan diuji oleh PMU dan PIU –DKI sebelum diserahkan kepada Bank Dunia untuk peninjauan dan persetujuan. Versi bahasa Indonesia dari RP yang telah disetujui akan tersedia di masing-masing kantor kotamadya DKI dan juga akan diumumkan di situs proyek yang terkait, serta di kantor proyek lapangan (kelurahan). Versi dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia akan diumumkan di Pusat Informasi Publik (Public Information Center atau PIC) Kantor Bank Dunia di Jakarta.

(23)

18

PMU to submit to the AC

Issue PMU to submit to the AC

No

TOR Prepared by Environmental and Social Working Group (ESWG)

Review PMU to submit to the Bank

(24)

19

4 KEBIJAKAN-KEBIJAKAN, PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DAN SOSIAL

4.1 Lingkungan Hidup

4.1.1 Pemerintah Indonesia

Indonesia memiliki banyak peraturan perundang-undangan mengenai lingkungan hidup nasional dan daerah yang mengatur proses Perencanaan Lingkungan Hidup untuk pekerjaan-pekerjaan semacam ini. Peraturan yang melingkupi untuk proses AMDAL di Indonesia untuk setiap kegiatan dan proyek dengan potensial dampak lingkungan hidup yang signifikan adalah Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No 23/1997, dan secara khusus, pada Pasal 15 mengenai persyaratan penilaian dampak lingkungan hidup. Sebuah undang-undang baru tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, Undang-Undang 32 tahun 2009, yang dikeluarkan pada tahun 2009 dan menggantikan Undang-Undang No. 23/1997. Peraturan Pemerintah (PP) No: 27/1999 memberikan pedoman yang terperinci terhadap sistem AMDAL. Selanjutnya, Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 11/2006 menyebutkan kegiatan-kegiatan spesifik yang mensyaratkan AMDAL dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.8/2006 memberikan pedoman untuk persiapan AMDAL

Terkait dengan pekerjaan pengerukan, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 11/2006 menentukan bahwa setiap kegiatan pengerukan pemeliharaan di kota metropolitan akan memerlukan AMDAL apabila volume kerukan melampaui 500.000 m3, persyaratan ini juga sesuai dengan peraturan daerah (yaitu Keputusan Gubernur Jakarta No 2863/2001 tentang jenis dan daftar usaha dan kegiatan yang spesifik yang mensyaratkan AMDAL), yang menyatakan bahwa setiap pengerukan dengan volume yang lebih dari 50.000 m3 harus memiliki AMDAL yang disetujui oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta.

Adapun perundang-undangan nasional dan daerah lainnya yang dipertimbangkan pada saat pembuatan AMDAL adalah:

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 2/2000: Pedoman mengenai evaluasi dari dokumen AMDAL.

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.40/2000: Pedoman mengenai prosedur kerja komisi AMDAL .

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.42/2000: Pedoman mengenai pembentukan tim evaluasi dan anggota tim teknis untuk AMDAL.

 Keputusan Kepala Bapedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup) No. 8/2000: Pedoman mengenai peran serta publik dan

pengungkapan informasi selama pelaksanaan AMDAL.

(25)

20 4.1.2 Kebijakan-Kebijakan Bank Dunia

Penilaian Lingkungan Hidup (OP. 4.01): JUFMP merupakan suatu proyek Kategori A, baik rehabilitasi tanggul maupun kegiatan pengerukan dapat berdampak positif dan negatif yang signifikan pada lingkungan hidup dan sosial. Dampak yang paling lazim i) pada lokasi di mana rehabilitasi tanggul dilaksanakan, ii) lokasi-lokasi dekat lokasi pengerukan dan sepanjang lokasi pengerukan, iii) sepanjang koridor pengangkutan, dan iv) pada lokasi pembuangan (dan daerah sekitarnya). Tujuan dari analisis dampak lingkungan adalah untuk membantu pengambilan keputusan, untuk memastikan bahwa pilihan-pilihan proyek berdasarkan pertimbangan yang logis dan berkelanjutan, dan orang-orang yang berpotensi terkena dampak proyek tersebut telah terinformasikan dengan baik dengan melalui konsultasi yang memadai.

4.2 Sosial

4.2.1 Pemerintah Indonesia

Pemerintah Indonesia memiliki beberapa peraturan perundang-undangan pokok terkait dengan hak-hak atas tanah dan perolehan untuk kegiatan konstruksi dalam rangka kepentingan publik. Adapun landasan hukum paling penting yang memastikan dan mengatur hak-hak atas tanah adalah Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960. Peraturan-peraturan nasional yang bersangkutan lainnya, terkait dengan tanah dan perolehan tanah adalah:

 Undang-Undang No. 20 tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak atas Tanah;

 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Registrasi atas Tanah;

 Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

 Peraturan Presiden No. 65 tahun 2006 Tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 36/2005; dan,

 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden No. 36/2005 dan No. 65 tahun 2006.

Peraturan lain yang terkait dengan proyek adalah Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang dimaksudkan untuk melindungi sumber daya air untuk pemeliharaan fungsi-fungsinya.

(26)

21

tenaga listrik, transmisi dan distribusi listrik. Peraturan-Peraturan ini juga menetapkan hak-hak dan prosedur-prosedur serta kriteria untuk ganti rugi, penilaian untuk ganti rugi dan konsultasi dan negosiasi, serta pengaduan dan penyelesaian perselisihan dan pencabutan hak atas tanah. Peraturan ini menggolongkan prosedur dan proses untuk perolehan atas tanah untuk lebih dari 1 hektar dan kurang dari satu hektar. Pedoman Pelaksanaan No. 3 tahun 2007 untuk Peraturan Presiden No. 36/2005 dan No. 65 tahun 2006, merangkum prosedur, proses dan kriteria dengan lebih terperinci untuk perolehan tanah sebagaimana ditetapkan dalam kedua Peraturan Presiden. Ketiga peraturan yang disebutkan tidak secara tegas mengatur bantuan dan tidak termasuk pemulihan pendapatan. Peraturan tersebut menetapkan bahwa tingkat ganti rugi atas tanah harus dibuat berdasarkan penilaian dari tim penilaian atas tanah yang independen.

DKI Jakarta juga memiliki peraturan yang mengatur tentang ganti rugi aset, yaitu, Pedoman Pelaksanaan untuk Penilaian Ganti Rugi Bangungan, yang dikeluarkan secara teratur oleh Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah DKI Jakarta. Peraturan ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan tingkat ganti rugi aset (bangunan dan tambahannya yang melekat pada bangunan). Selain itu, DKI Jakarta memiliki Peraturan Daerah No. 8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, yang digunakan sebagai dasar untuk pemilikan kembali atas tanah publik yang digunakan tanpa seizin pemerintah DKI Jakarta, atau tanah lain/tempat publik yang telah digunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan tanah tersebut.

4.2.2 Kebijakan-Kebijakan Bank Dunia

(27)

22

5 RONA AWAL LINGKUNGAN

DKI Jakarta terletak pada pesisir pantai Jawa bagian utara yang telah dibentuk oleh delta sungai-sungai yang mengalir dari wilayah pegunungan bagian selatan sampai ke Teluk Jakarta. Wilayah dataran rendah di DKI telah mengalami banjir sejak zaman Belanda (pada tahun 1800-an sampai 1940-an). Intensitas dan keparahan banjir telah sangat meningkat belakangan ini dan telah menimbulkan biaya-biaya ekonomi dan sosial yang serius. Pembangunan Kanal Banjir Barat (WBC) pada tahun 1920 menunjukkan bahwa banjir telah cukup sering terjadi di Jakarta sejak waktu itu.

Pengendapan. Suatu kajian yang dilakukan melalui Proyek Pengelolaan Lingkungan Hidup di Jawa bagian barat (Western Java Environmental Management Project atau WJEMP) menunjukkan lapisan sedimen dibagian hilir telah mencapai ketebalan 2-3 m, sedangkan lapisan sedimen rata-rata di waduk bervariasi dari setebal 0,9 sampai 1,9 m. Berdasarkan penilaian pengendapan tersebut, serangkaian simulasi hidraulik menunjukkan bahwa tingkatan perlindungan untuk semua sungai-sungai telah menurun jauh dari rancangan awal 25 tahun perlindungan, yang pada umumnya dalam wilayah-wilayah DKI Jakarta, tingkat perlindungannya menurun jauh menjadi 2-5 tahun.

Kualitas Air. Hanya dengan 2% cakupan dari sistem pengolahan air limbah, sungai-sungai dan waduk terpadu di DKI Jakarta telah dipergunakan selama beberapa dekade sebagai saluran pembuangan terbuka untuk limbah-limbah rumah tangga dan air limbah yang berasal dari komunitas setempat. Sebagai hasilnya, kajian8-9 telah menunjukkan bahwa air di sungai-sungai dan waduk telah dicemarkan oleh air limbah rumah tangga, yang mewakili lebih dari 70% pencemaran. Dalam kajian-kajian ini, kualitas air dalam semua stasiun pengambilan sampel telah diklasifikasikan sebagai Kelas 4, yaitu air yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pertamanan.

Kualitas Sedimen. Sejalan dengan berjalannya persiapan proyek JUFMP, tiga buah kajian dasar independen atas kualitas material sedimen di saluran air dan kanal-kanal di Jakarta dilakukan pada waktu-waktu yang berbeda, yang menilai berbagai aspek, termasuk kecukupan pengambilan sampel dan metodologi pengujian yang digunakan, hasil-hasil pengujian, dan persyaratan di Indonesia terhadap berbagai standar internasional lainnya. Tinjauan-tinjauan tersebut adalah sebagai berikut

8 Djadjadilaga, M., Sigit, H., Tejalaksana, A.(Dari Data ke Kebijakan (Pengelolaan Kualitas Air Sungai Ciliwung)

From Data to Policy (Ciliwung River Water Quality Management), Kementerian Lingkungan, Jakarta. Data pemantauan: 2004-2006. http://www.wepa-db.net/pdf/0810forum/paper22.pdf

9 MoPW (2005) Rencana Perancangan untuk pengelolaan danau-danau Kecil dan Saluran Air Besar di wilayah

(28)

23

 ERM10 2008

Kajian kualitas sedimen ERM 2008 mewakili kajian menyeluruh pertama dan kajian kualitas sedimen primer yang terperinci untuk saluran air dan waduk Jakarta, dan mendukung banyak dari perencanaan awal untuk proyek JUFMP, termasuk RKL/RPL Ancol yang diperbaharui dan AMDAL Fase 1 JUFMP. Pengambilan sampel mencakup semua lokasi-lokasi Proyek (yaitu, 15 lokasi) ditambah tiga lokasi lain yang pada awalnya ada dalam daftar panjang lokasi-lokasi proyek JUFMP yang potensial tetapi dalam perkembangan selanjutnya implementasi untuk tiga area ini ditunda. Jumlah total dari komposit sampel yang dianalisis adalah 36, yang didapat dari 180 stasiun pengambilan sampel ditambah sampel-sampel duplikat untuk jaminan mutu dan pengendalian mutu. Sampel-sampel yang tersebut telah dikirimkan ke laboraturium yang terakreditasi secara internasional (yaitu, ALS Bogor, Indonesia) untuk dianalisa fisik dan kimia. Parameter analisis kimia dilakukan berdasarkan pedoman teknis praktik terbaik internasional untuk karakterisasi material kerukan (Konvensi London 1972; OSPAR 2004), yang mencakup logam berat,

total petroleum hydrocarbon (TPH), polycyclic aromatic hydrocarbons

(PAH), organo-chlorine pesticide (OCP), polychlorinated biphenyls

(PCBs), dan total organic matter (TOM). Selain itu, toxicity characteristics

leaching procedures (TCLP) berdasarkan USEPA SW 846 juga

dilaksanakan untuk menentukan karakteristik toksisitas dari sedimen.

 DHV 2008

Pada tahun 2008, DKI Jakarta bekerja sama dengan DHV (dengan pendanaan hibah pemerintah Belanda mengadakan pengerukan percontohan di Kali Mati, sebuah saluran air di Jakarta (tidak merupakan bagian dari proyek). Sebagai bagian dari kajian ini, delapan sampel komposit dari sembilan stasiun pengambilan sampel telah dikirimkan ke laboratorium yang terakreditasi secara internasional (yaitu, ALS Bogor) dan telah dianalisa untuk semua pengujian yang diwajibkan berdasarkan peraturan Indonesia untuk identifikasi limbah B3 (yang berbahaya), yaitu (i) tes karakteristik fisik (yaitu, mudah terbakar, bersifat menghancurkan, bersifat eksplosif, menyebabkan infeksi (hanya untuk limbah medis), reaktif) (ii) tes kimia (analisis kandungan total dan TCLP untuk polutan, baik anorganik dan organik); dan (iii) tes biologis (tes toksisitas akut (Lethal dose) 50 - LD50). Selain itu, sampel gabungan dari Kali Mati juga dikirimkan ke luar negeri, laboratorium terakreditasi tingkat internasional di Belanda (yaitu, Eurofins) untuk tujuan pemeriksaan silang.

 AMDAL untuk kegiatan Fase 2, pengambilan sampel dan analisis 2010

Pada tahun 2010, untuk kajian lebih lanjut kualitas sedimen, maka dalam penyusunan AMDAL Fase 2 dilakukan kembali pengambilan sampel dari lokasi-lokasi Fase 2. Lokasi pengambilan sampel juga termasuk 3 lokasi yang tidak dimasukan dalam proyek tersebut. Sampel komposit (9

(29)

24

sampel dari setiap gabungan – 3 baris dengan jarak antar baris sekitar 100-200m, 3 sampel untuk setiap baris) telah dikumpulkan dengan mempertimbangkan lokasi dari pengambilan sampel ERM dan batasan pekerjaan fisik terkini (pada saat pengambilan sampel) dari masing-masing wilayah lokasi sub-proyek. Analisis tersebut dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi dengan menggunkan metodologi standar lokal, yang berkonsentrasi pada (i) karakteristik fisik, (ii) kandungan total logam, (iii) logam TCLP dan (iv) organik TCLP. Dengan sedimen sampling ini maka kajian kualitas sedimen tersebut khusus untuk saluran air dan waduk di Jakarta yang dilakukan pada tahun 2008 dan 2010 dengan melibatkan lebih dari 350 sub-sampel yang digabungkan ke dalam jumlah 70 sampel untuk uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan analisis total logam dan organik.

Telaah-telaah ini berkesimpulan bahwa metodologi pengambilan sampel dan pengujian telah memenuhi standar internasional dan hasil-hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hasil analisis terhadap sampel-sampel tidak melampaui standar internasional (atau tidak berbahaya), kecuali sebagai berikut:

 Logam arsenik dalam semua sampel melebihi standar US EPA yang digunakan untuk screening polutan di media lingkungan hidup 11, walaupun semua sampel masih dibawah ambang batas standar arsenik internasional lain 12. Telaah lebih lanjut menyatakan bahwa standar US EPA merupakan perbanding yang tidak sesuai, hal ini dikarenakan standar As tersebut ditetapkan bersadarkan risiko kesehatan arsenik anorganik, sementara hasil tes sampel dan tingkat penyaringan internasional untuk arsenik adalah berdasarkan tingkatan jumlah arsenic total (Organik dan anorganik). Perbandingan dengan penelitian sedimen di Teluk Jakarta yang dilakukan sebelumnya mengindikasikan bahwa level arsenik dalam sampel JUFMP merupakan level arsenik alami pada seluruh wilayah dan tidak memiliki asal-usul antropogenik.

 Empat puluh persen sampel melebihi standard sedimen interim Australia dan Selandia Baru (interim Australian and New Zealand sediment screening levels) untuk seng bagi pembuangan di laut, meskipun semua sampel berada di bawah standar tanah lain untuk seng. Risiko ini ditanggulangi dengan pembuangan material kerukan proyek kedalam fasilitas pembuangan tertutup, yaitu CDF Ancol.

 Sekitar 2% dari sampel-sampel yang melampaui standard untuk satu atau dua (namun tidak semua) standar internasional, baik untuk unsur logam chromium, cadmium, atau tembaga. Risiko ini akan

11 Tingkat-tingkat Sasaran Remediasi Pendahuluan (Preliminary Remediation Goals/PRG) EPA Amerika Serikat Wilayah 9 yang

digunakan untuk memperkirakan konsentrasi pencemar di media lingkungan (tanah, udara, dan air) yang dipertimbangkan oleh EPA sebagai protektif terhadap manusia (termasuk kelompok sensitif), seumur hidup.

12 Standar Tanah di Korea Selatan ditetapkan dalam Soil Environment Preservation Act (SEPA), DIV (Dutch Intervention Values), dan

(30)

25

ditangani dengan pengujian sedimen dari bagian kanal dan saluran air JUFMP sebelum pengerukan di bagian tersebut dilakukan, prosedur pengujian telah disusun13.

Hasil-hasil dan interpretasi dari ketiga kajian ini adalah serupa dan telah dibahas dalam kaitannya dengan:

 Pengujian TCLP. Pengujian ini merupakan tes kimia definitif di Indonesia dan negara lainnya untuk menentukan apakah material limbah memiliki karakteriktik beracun. Level parameter organic dan logam dalam ekstrak TCLP dibandingkan “Standard TCLP yang telah ditetapkan”. Semua sampel JUFMP dari ketiga kajian ini telah memenuhi standar (dengan kata lain, tidak memiliki karakteristik beracun)

 Organik TCLP. Semua sampel dari ketiga kajian ini juga memenuhi standar di Indonesia.

 Analisis total logam menunjukkan hampir semua sampel memenuhi standar “kualitas tanah” internasional untuk hampir semua logam. Hasil-Hasilnya disajikan dan dibahas secara lebih terperinci di bawah ini.

 Pengujian Toksisitas Akut (Acute toxicity testing) (dilakukan pada sampel DHV) menunjukkan bahwa terkait dengan lethal dose 50 (LD50), sedimen kerukan memiliki toksisitas yang rendah, lebih rendah dari toksisitas akut garam dapur (table salt atau NaCl).

Penilaian kualitas sedimen juga mempertimbangkan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh kandungan arsenik dalam sedimen. Hasil dari tes toksisitas akut mengidentifikasikan material sedimen sebagai material yang relatif tidak berbahaya (yaitu, jumlah yang tinggi dari sedimen yang diperlukan untuk telan/digunakan untuk memproduksi dosis mematikan). Penilaian atas jalur paparan pekerja konstruksi terhadap sedimen selama proyek serta paparan akibat penggunaan berikutnya dari lokasi pembuangan juga menyimpulkan bahwa risiko kesehatan yang rendah, khususnya dengan persyaratkan yang terdapat dalam AMDAL untuk lokasi pembuangan, yaitu, CDF Ancol, untuk penutupan material kerukan dengan pasir dan tanah merah.

6 KONSULTASI PUBLIK DAN PENGUNGKAPAN

Baik GOI dan WB telah secara jelas mendefinisikan prinsip dan tujuan keterlibatan publik (public involvement atau PI) dalam AMDAL (yaitu, proses EA). Harapan yang tersirat adalah PI yang baik dan bermakna dapat membantu kelancaran pelaksanaan proyek,transparansi dan partisipasi aktif oleh para pemegang kepentingan. PI yang baik selama semua tahapan, akan meningkatkan keefektifan pelaksanaan proyek dan menuntun kepada pencapaian hasil yang dimaksudkan. Keputusan Badan Pengendalian

13 Pengujian-pengujian tersebut belum pernah dipraktikan di Jakarta dan pelaksanaan yang sukses dari protokol ini dapat digunakan

(31)

26

Lingkungan Hidup (BAPEDAL) no: 08/2000 adalah pedoman untuk PI yang telah ditingkatkan dan diperkuat. Keputusan tersebut secara jelas menyatakan hak dari publik untuk: (a) menerima semua informasi yang relevan mengenai proyek yang diajukan, (b) meminta informasi yang relevan mengenai proyek yang diajukan, dan (c) memiliki perwakilan warga terkena dampak langsung untuk duduk sebagai anggota dari Komisi AMDAL yang menguji rancangan EA (AMDAL). Biasanya, penekanan untuk PI adalah pada pendahuluan, yaitu tahap pelingkupan dari proses EA, tetapi untuk Proyek JUFMP, PI akan pasti diterapkan selama persiapan dan pelaksanan proyek. Pendekatan ini adalah berdasarkan kajian terakhir dari PI dalam proses AMDAL di Indonesia (QIPRA 2005) yang menemukan bahwa terdapat sejumlah faktor-faktor keberhasilan penting selama proses AMDAL tersebut (Tabel 6-1).

Tabel 6-1 Faktor-Faktor Keberhasilan Penting untuk Keterlibatan Publik dalam Proses AMDAL

Tahap Proses Faktor Keberhasilan Penting

Pengumuman di Berbagai Media

Pengumuman Koran Penempatan di lebih dari satu koran, terutama semua koran lokal dan juga koran nasional Pemberitahuan dengan

menggunakan papan, dekat lokasi proyek

Poster yang terletak pada lokasi yang strategis dan di banyak tempat publik yang sering dikunjungi oleh masyarakat

Bermacam-macam poster yang mewakili informasi dalam tata cara yang berbeda

Radio dan televisi lokal televis

Efektif dalam undangan yang mengumumkan acara-acara konsultasi publik

Internet Pemberitahuan pada situs web dari pendukung dan badan lingkungan hidup

Konsultasi Publik pada Persiapan Tor (Ka-Andal)

Perwakilan Pelingkupan atau pra-survei dari komunitas yang terkena dampak dilakukan untuk memaham struktur sosial, pemimpin formal dan informal, dan

kepentingan yang berbeda dan perhatian di masyarakat

Gunakan diskusi kelompok yang terarah dan rapat kelompok kecil untuk konsultasi masyarakat pada pelingkupan

Mendorong dukungan dan keterlibatan dari LSM lokal

Semua tingkatan pemerintah setempat dikonsultasi pada tahap perencanaan

Dialog selama konsultasi publik

Otoritas pemerintah lokal hadir dan terlibat aktif dalam dialog

(32)

27 AMDALnya) Kajian EA-Andal

Selama persiapan kajian Wawancara secara mendalam dengan anggota masyarakat yang diinformasikan terkena dampak proyek

Perwakilan & Diskusi dalam Komisi Amdal

Perwakilan “Masyarakat yang terkena dampak proyek atau

Affected Community” didefinisikan secara jelas dan

dapat dengan mudah ditentukan yang mengetahui, dan yang dapat berbicara atas keprihatinan mereka. Diskusi dalam Komisi

AMDAL

Temuan utama dan rancangan kajian EA-ANDAL (dengan rangkuman) diberikan untuk perwakilan masyarakat

(Para) perwakilan masyarakat telah membahas isu-isu untuk diangkat dalam Komisi AMDAL sebelum rapat pengujian tersebut

Para perwakilan masyarakat berperan dalam pengujian kajian EA-ANDAL

Pertimbangan lain

Akses untuk informasi Diberikan kepada anggota masyarakat yang dekat pada lokasi-lokasi dari kegiatan.

Disajikan dalam format yang mudah dicerna, juga dengan menggunakan gambar dan grafik.

Keputusan & Izin Oleh Badan Lingkungan Hidup

Sebelum keputusan Badan Lingkungan hidup mengunjungi masyarakat untuk pengujian semua komentar yang diterima selama tahap-tahap sebelumnya

Izin Para perwakilan masyarakat bertemu dengan badan lingkungan hidup untuk konsultasi akhir dan

feedback

7 RENCANA PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

7.1 Pengendalian, Pemantauan, dan Pelaporan Lingkungan dan Sosial

Lokasi EMP spesifik (dan RP, apabila perlu) untuk Fase 2 dari kegiatan proyek akan memberikan rangkaian terperinci dari penanggulangan, pemantauan, dan langkah-langkah institusional yang akan diambil selama pelaksanaan proyek untuk mengurangi/menyingkirkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan, mengimbanginya, menguranginya sampai kepada tingkatan yang dapat diterima.

(33)

28

yang disebabkan oleh kegiatan proyek, pengaduan tersebut biasa timbul akibat tindakan mitigasi yang tidak sesuai atau dampak nya telah melebihi batas, sepetri akses yang diblok, kebisingan peralatan yang besar, debu yang berlebihan atau banjir lokal.

(34)

29

Tabel 7-1 Rencana Pengendalian dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial

Tahap / operasian Isu, Dampak Potensial Pemantauan, Tanggung Jawab dan Anggaran

Pra-konstruksi

Isu: Pemindahan permanen atau sementara dari orang-orang yang berada pada wilayah yang diwajibkan untuk kegiatan proyek

Dampak Potensial:

 Kehilangan atau gangguan dari sumber pendapatan dan/atau

mata pencaharian

 Kehilangan dari seluruh atau sebagian tempat tinggal dan struktur komersial

Pertimbangan: Meskipun pelaksanaan JUFMP akan berdampak positif untuk lebih dari satu juta orang yang tinggal di daerah rawan banjir, terdapat juga dampak sosial negatif yang memerlukan penanggulangan. Adapun dampak negatif penting dari JUFMP adalah adanya kemungkin pemindahan orang-orang yang tinggal di area yang diperlukan untuk kegiatan pengerukan dan pekerjaan konstruksi JUFMP. Survei yang cepat oleh tim sosial Bank Dunia menunjukkan proposi yang sangat besar dari orang-orang yang berpotensi terkena dampak proyek adalah penghuni informal yang tinggal pada lahan publik.

Penanggulangan: (i) mempertimbangkan rancangan alternatif yang akan menghindari dan meminimalkan jumlah orang yang perlu dimukimkan kembali, (ii) apabila tidak dapat dihindari,

Rencana Permukiman Kembali (Resettlement Plans atau RPs) akan dibuat berdasarkan RPF yang disepakati. (lihat RPF)

Pemantauan

Persyaratan berdasarkan Undang-Undang: RPF yang terdapat dalam Loan Agreement

Kriteria pelaksanaan: standar hidup PAP

Obyek: PAP yang dipindahkan secara permanen atau sementara

Parameter, metode dan frekuensi: akan ditentukan dalam RP

Pelaporan: Rincian diberikan dalam RPF

Waktu : Sebelum jangka waktu konstruksi dan memantau proyek sampai tercapainya tujuan.

Tanggung jawab: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Anggaran: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengalokasikan anggaran untuk memberikan ganti rugi dalam bentuk tunai (lihat Biaya Proyek untuk gambaran terbaru) atau yang serupa (misalnya, penyewaan tempat tinggal) untuk PAP

Konstruksi

 Pengerukan Komponen : Lingkungan Hidup

Isu: Kualitas Air (TSS, kekeruhan, bau, DO, BOD)

Dampak Potensial: (i) Pengerukan mengakibatkan peningkatan yang sementara dari TSS dalam badan air dan resuspensi substansi yang akan mengkonsumsi oksigen terlarut dalam air (yaitu material organik atau anaerobik), unsur hara dan kontaminan, (ii) Hilangnya biota pada lokasi pengerukan dan tertutup nya organism bentik (benthic) di lokasi yang berdekatan,

(iii) gangguan sementara dari kehidupan air karena turunnya tingkat dari DO (terutama bagi ikan).

Pemantauan

Persyaratan berdasarkan Undang-Undang: PP 82/1999 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Polusi Air;

 Keputusan Gubernur: Kep. Gub KDKI Jakarta No. 582/1995

tentang Standar baku mutu Sungai, air permukaan dan Air Limbah

Kriteria Pelaksanaan: Kondisi rona awal sebelum proyek JUFMP

Gambar

Tabel 2-1 Uraian tentang Kanal-Kanal Banjir, Kanal-Kanal, dan Kolam-
Gambar 3-1 Pengaturan Institusional Pelaksanaan Proyek
Gambar 3-2 Penyaringan dan Pemrosesan Proyek JUFMP
Gambar 3-3 Diagram Alur proses EA selama persiapan proyek
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan laporan akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dari mata kuliah yang telah ditentukan pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi

Saksi Tasya, saksi Agustina dan saksi Fadila bertemu terdakwa di halaman Hotel Sunggal, kemudian ketiga saksi tersebut dibawa terdakwa ke lobby Hotel Sunggal

Banyak studi yang telah dilakukan menemukan bahwa presentasi desain pesan paduan elemen visual dan verbal yang terintegrasi secara simultan dapat membantu untuk mengingat

Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai kendala yang dapat menyebabkan kegagalan, misalnya pengalaman atau sejarah yang dimiliki, keyakinan yang tidak sesuai, ketakutan

Sistem pengawasan dalam manajemen dana wakaf di lakukan pada proses penghimpunan, pengelolaan, serta pendistribusian manfaat dana wakaf dengan tujuan manajemen dana

Panwas Kabupaten Ogan Ilir tersebut diatas menyatakan bahwa oleh karena masih terdapat pemilih yang tidak memenuhi syarat sebagai pemilih masih terdaftar dalam DPT dan tidak

Berdasarkan hasil uji instrumen yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh nilai reliabilitas tes yaitu 0,79. Jika diinterpretasikan, maka reliabilitas tes tersebut

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kreativitas siswa dengan gaya belajar Visual-Spatial dalam menyelesaikan masalah geometri, mencakup (a) Kefasihan,