3. Peran dan Tanggung Jawab Institusional
7.1 Pengendalian, Pemantauan, dan Pelaporan Lingkungan dan Sosial
Lokasi EMP spesifik (dan RP, apabila perlu) untuk Fase 2 dari kegiatan proyek akan memberikan rangkaian terperinci dari penanggulangan, pemantauan, dan langkah-langkah institusional yang akan diambil selama pelaksanaan proyek untuk mengurangi/menyingkirkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan, mengimbanginya, menguranginya sampai kepada tingkatan yang dapat diterima.
Contoh usaha penanggulangan dan pemantauan disajikan pada Tabel 7-1. Penanggulangan dan pemantauan dilakukan untuk melindungi lingkungan dan kesehatan komunitas setempat. Meskipun pengaduan-pengaduan dapat setiap waktu diberikan karena persepsi yang subjektif dari gangguan atau masalah
28
yang disebabkan oleh kegiatan proyek, pengaduan tersebut biasa timbul akibat tindakan mitigasi yang tidak sesuai atau dampak nya telah melebihi batas, sepetri akses yang diblok, kebisingan peralatan yang besar, debu yang berlebihan atau banjir lokal.
Oleh sebab itu, pengaduan dan mekanisma keluhan akan juga menjadi bagian dari program pemantauan (lihat sistem GRS dalam RPF untuk rincian). Merupakan hal yang penting bahwa masyarakat yang terkena dampak dari proyek dan publik secara umum untuk memiliki kesempatan yang memadai untuk meminta bantuan apabila mereka terkena dampak dari proyek tersebut dalam cara yang signifikan.
29
Tabel 7-1 Rencana Pengendalian dan Pemantauan Lingkungan dan Sosial
Tahap / operasian Isu, Dampak Potensial Pemantauan, Tanggung Jawab dan Anggaran
Pra-konstruksi
Pemindahan PAP
yang mengunakan area yang diperlukan untuk proyek
Komponen : Sosial
Isu: Pemindahan permanen atau sementara dari orang-orang yang berada pada wilayah yang diwajibkan untuk kegiatan proyek
Dampak Potensial:
Kehilangan atau gangguan dari sumber pendapatan dan/atau
mata pencaharian
Kehilangan dari seluruh atau sebagian tempat tinggal dan struktur komersial
Pertimbangan: Meskipun pelaksanaan JUFMP akan berdampak positif untuk lebih dari satu juta orang yang tinggal di daerah rawan banjir, terdapat juga dampak sosial negatif yang memerlukan penanggulangan. Adapun dampak negatif penting dari JUFMP adalah adanya kemungkin pemindahan orang-orang yang tinggal di area yang diperlukan untuk kegiatan pengerukan dan pekerjaan konstruksi JUFMP. Survei yang cepat oleh tim sosial Bank Dunia menunjukkan proposi yang sangat besar dari orang-orang yang berpotensi terkena dampak proyek adalah penghuni informal yang tinggal pada lahan publik.
Penanggulangan: (i) mempertimbangkan rancangan alternatif yang akan menghindari dan meminimalkan jumlah orang yang perlu dimukimkan kembali, (ii) apabila tidak dapat dihindari,
Rencana Permukiman Kembali (Resettlement Plans atau RPs) akan dibuat berdasarkan RPF yang disepakati. (lihat RPF)
Pemantauan
Persyaratan berdasarkan Undang-Undang: RPF yang terdapat dalam Loan Agreement
Kriteria pelaksanaan: standar hidup PAP
Obyek: PAP yang dipindahkan secara permanen atau sementara
Parameter, metode dan frekuensi: akan ditentukan dalam RP
Pelaporan: Rincian diberikan dalam RPF
Waktu : Sebelum jangka waktu konstruksi dan memantau proyek sampai tercapainya tujuan.
Tanggung jawab: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Anggaran: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengalokasikan anggaran untuk memberikan ganti rugi dalam bentuk tunai (lihat Biaya Proyek untuk gambaran terbaru) atau yang serupa (misalnya, penyewaan tempat tinggal) untuk PAP
Konstruksi
Pengerukan Komponen : Lingkungan Hidup
Isu: Kualitas Air (TSS, kekeruhan, bau, DO, BOD)
Dampak Potensial: (i) Pengerukan mengakibatkan peningkatan yang sementara dari TSS dalam badan air dan resuspensi substansi yang akan mengkonsumsi oksigen terlarut dalam air (yaitu material organik atau anaerobik), unsur hara dan kontaminan, (ii) Hilangnya biota pada lokasi pengerukan dan tertutup nya organism bentik (benthic) di lokasi yang berdekatan,
(iii) gangguan sementara dari kehidupan air karena turunnya tingkat dari DO (terutama bagi ikan).
Pemantauan
Persyaratan berdasarkan Undang-Undang: PP 82/1999 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Polusi Air;
Keputusan Gubernur: Kep. Gub KDKI Jakarta No. 582/1995
tentang Standar baku mutu Sungai, air permukaan dan Air Limbah
Kriteria Pelaksanaan: Kondisi rona awal sebelum proyek JUFMP
Lokasi: lokasi sekitar (misalnya, dalam radius 100 m) dan lokasi jauh (misalnya, radius 1000 m) dari kegiatan pengerukan dan pemrosesan material kerukan. Definisi dan lokasi sekitar serta jauh ditentukan dalam AMDAL.
30
Tahap / operasian Isu, Dampak Potensial Pemantauan, Tanggung Jawab dan Anggaran
Pertimbangan : (i) Peningkatan tingkat TSS dan BOD tidak dapat dihindari. Batasannya tergantung pada metode dan besarnya pengerukan dan hidrodinamik. Namun, kondisi rona awal yang telah keruh, eutrophic dan memiliki BOD yang tinggi, oleh sebab itu tingkatan dari TSS dan BOD tersebut hanya akan bersifat sementara dan setempat. (ii) Hilangnya organisme benthic tidak dapat dihindari,
namun kebanyakan dari saluran air dan waduk berada dalam kondisi yang tercemar (umumnya oleh limbah domestik yang menciptakan kondisi yang tidak baik untuk ekosistem benthic. Kondisi dari komunitas benthic dapat membaik setelah pengerukan dilakukan.
Penanggulangan:(i) Menentukan peralatan yang sesuai dan metode pengerukan yang sesuai, (ii) Memasang silt curtain apabila diperlukan, (iii) memantau keragaman spesies benthic sebelum dan sesudah pengerukan.
Parameter, metode, dan frekuensi:
Parameter Metode Stand
ard Frekuensi Total partikel tersuspensi (Total suspended solid atau TSS) Laboratorium < 80 mg/L Bulanan Kebutuhan oxygen biologis (Biological oxygen demand atau BOD) Laboratorium < 20 mg/L Bulanan Kekeruhan Pengukuran Lapangan NA Mingguan Dissolved oxygen (DO) Pengukuran Lapangan > 3 mg/L Mingguan Benthos In-situ dan
Laboratorium NA Tiga bulanan Nekton (misalnya, ikan) In-situ dan laboratorium NA Tiga bulanan
Pelaporan: setiap bulan melapor pada PIUs dan setiap enam bulan, pelaporan dari PIUs kepada BPLHD untuk pengujian
Waktu: sebelum periode konstruksi dan pengawasan selama proyek sampai pencapaian tingkat dasar.
Tanggung jawab: Kontraktor (untuk pelaksanaan) dan Konsultan Pengawasan (SC) utk supervisi dan pemantauan (mengambil sampel)
Anggaran: Kontraktor (termasuk dalam kontrak), SC (dari Pinjaman)
31
Tahap / Pengoperasian
Isu, Dampak Potensial Pemantauan, Tanggung Jawab dan Anggaran
Konstruksi
Pengerukan Komponen: Lingkungan Perkotaan
Isu: tingkat peningkatan sementara dari kebisingan, bau, debu, dan getaran
Dampak Potensial: pengerukan akan memberikan dampak pada lingkungan perkotaan, seperti , kebisingan, bau, debu dan getaran.
Pertimbangan: Lalu lintas di DKI Jakarta semakin padat, alat transportasi alternatif adalah melalui air atau jalur kereta api yang akan diinvestigasikan dalam EIA.
Penanggulangan: Memantau secara teratur integritas dari peralatan, memodifikasi praktik pekerjan, misalnya, menghindari kebisingan tinggi yang berasal dari peralatan pada waktu malam hari.
Pemantauan
Persyaratan berdasarkan undang-undang: Peraturan
pemerintah PP No. 41/1999 tentang Pengendalian Polusi Udara; Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep-50/MenLH/11/1996 dan Keputusan Gubernur SK Gub. KDKI Jakarta no
551/2001tentang Kualitas Udara, Kebisingan, Bau dan Getaran.
Kriteria pelaksanaan: Kondisi rona awal sebelum JUFMP
Lokasi: Lokasi sekitar dan jauh dari aktivitas pengerukan dan pemrosesan material. Definisi lokasi sekitar dan jauh ditentukan dalam EIA.
Parameter, metode, dan frekuensi:
Parameter Metode Standar Frekuensi
Debu In-situ dan
laboratorium 230 µg/m3 Bulanan Kebisingan Pengukuran Lapangan 70 dBA Mingguan Getaran Pengukuran Lapangan Normal Mingguan Bau Pengukuran Lapangan Normal* Harian
* Membutuhkan lebih dari 50% delapan responden minimum untuk mengkonfirmasikan bau yang normal
Pelaporan: Setiap bulannya melaporkan kepada PIUs dan setiap enam bulan pelaporan dari PIUs kepada BPLHD untuk pengujian
Waktu: sebelum jangka waktu kegiatan dan pengawasan selama proyek sampai pencapaian rona awal.
Tanggung jawab: Kontraktor (untuk pelaksanaan) dan Konsultan Pengawasan (SC) utk supervisi dan pemantauan (mengambil sampel)
Anggaran: Kontraktor (termasuk dalam kontrak), SC (dari Pinjaman)
Isu: Gangguan sementara dari akses/kehidupan untuk mata pencaharian
Lihat bagian pekerjaan tanggul pada tabel ini untuk penanggulan yang terperinci
32
Tahap / Pengoperasian
Isu, Dampak Potensial Pemantauan, Tanggung Jawab dan Anggaran
Konstruksi
Transportasi (melalui darat dengan menggunakan dump truk kedap air)
Komponen : Lingkungan perkotaan
Isu: kemacetan lalu lintas, kebocoran dan tumpahan material selama pengangkutan
Dampak Potensial: Transportasi dari material pengerukan ke lokasi pembuangan, apabila dilakukan pada waktu siang akan memperburuk lalu lintas yang telah padat. Selain itu, kebocoran atau tumpahan dari sedimen selama pengangkutan akan meningkatkan partikulat di udara jika sedimen tersebut kering.
Penanggulangan: (i) pengangkutan material kerukan pada malam hari (yaitu dari 22:00 – 05:00), (ii) material kerukan dimasukan kedalam kontainer baja sebelum dimasukan ke dalam truk pembuangan atau watertight dump truck, (iii) material kerukan akan diangkut dengan menggunakan GPS-tracking dump truck, (iv) integritas dari kendaraan bermotor akan diperiksa secara teratur, (v)batas kecepatan maksimum ditentukan hingga 30 km per jam.
. Pemantauan
Persyaratan berdasarkan dengan undang-undang: Peraturan lalu lintas dan transportasi DKI yang berlaku
Kriteria pelaksanaan: pengaduan publik, jumlah tumpahan, kepadatan lalu lintas dan waktu perjalanan
Lokasi: dari lokasi pengerukan ke lokasi pembuangan, baik untuk limbah padat dan sedimen.
Parameter, metode, dan frekuensi:
Parameter Metode Standar Frekuensi
Waktu perjalanan Pencatata
n
NA Harian
Tumpahan (jumlah)
Visual NA Mingguan
Pelaporan: Setiap bulan melaporkan kepada PIUs dan setiap enam bulan melaporkan dari PIUs kepada BPLHD untuk pengujian
Waktu : memantau selama proyek
Tanggung jawab: Kontraktor untuk pelaksanaan, SC untuk Pengawasan dan Pemantauan
Anggaran: Kontraktor (termasuk dalam kontrak), SC (dari Pinjaman)
33
Tahap / Pengoperasian
Isu, Dampak Potensial Pemantauan, Tanggung Jawab dan Anggaran
Konstruksi
Pembuan
gan (CDF Ancol)
Komponen: Linkungan Alam
Isu: Hilangnya habitat benthic dalam 120 ha, turunya kualitas air laut (TSS, kekeruhan, gizi), dan algae blooming.
Dampak Potensial: Pembuangan material hasil kerukan pada CDF Ancol yang mengakibatkan hilangnya komunitas benthic pada lokasi akibat peningkatan TSS.
Pertimbangan: Proyek memperkenalkan dan mensyaratkan prinsip pembuangan tertutup (CDF) untuk meminimalkan dampak
lingkungan dari pembuangan material hasil kerukan. Namun, terlebih penting lagi, pengenalan prinsip CDF akan membantu pemulihan ekosistem Teluk Jakarta, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua sedimen (yang tercemar oleh kegiatan domestik dan limbah padat) dari sungai-sungai dan waduk-waduk yang pada akhirnya akan berakhir di Teluk Jakarta. Hilangnya benthos ini tidak dapat dihindari pada lokasi pembuangan. Namun dengan
mempertimbangkan bahwa (i) ukuran CDF (120 ha) sangat kecil
dibandingkan dengan Teluk Jakarta secara keseluruhan (200 km2),
(ii) ekosistem dalam wilayah tersebut telah mati, sehingga dampak atas benthos cenderung rendah. Meskipun material tersebut
didominasi oleh tanah liat dan lanau (silt), gelombang dan arus pada lokasi pembuangan rendah berdasarkan kajian Ancol. Oleh sebab itu, penyebaran TTS ke wilayah yang lebih luas cenderung tidak ada. Namun, dengan mempertimbangkan sumber material pengisian yang cenderung terkontaminasi oleh limbah manusia serta kedekatan dari lokasi reklamasi dengan reseptor, yaitu pantai publik, kontaminasi patogen yang akan dipantau.
Penanggulangan: konstruksi fasilitas pembuangan (tanggul atau penahan ombak) diselesaikan sebelum material kerukan dibuang kedalam, pelapisan dengan geo-textile fabric yang sesuai akan menahan TSS dalam wilayah pembuangan. Menutup pantai publik saat terdektesinya kontaminasi patogen. Menutup pantai publik apabila algae blooming yang berbahaya terjadi.
Pemantauan
Persyaratan berdasarkan undang-undang: PP No 19/1999 tentang Pengendalian Polusi Laut dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/2004 tentang kualitas air laut untuk biota laut
Kriteria Pelaksanaan: Kondisi rona awal sebelum JUFMP
Lokasi: Lokasi sekitar (misalnya dalam radius 100 m) dan jauh (misalnya, radius 1000 m) dari CDF.
Parameter, method and frequency:
Parameter Tipe tes Standard Frekuensi
Kekeruhan Pengukuran Lapangan <5 NTU Mingguan Dissolved oxygen (DO) Pengukuran Lapangan >5 mg/L Mingguan Total suspended solid (TSS) Laboratorium 20 mg/L Bulanan Biological oxygen demand (BOD) Laboratorium < 20 mg/L Bulanan
Jumlah coliform Laboratorium 0 Mingguan
Fecal coliform Laboratorium 0 Mingguan
Jumlah ammonia nitrogen (T-NH3)
Laboratorium 0.3 mg/L Bulanan
Jumlah Labora < Bul
Benthos In-situ dan
laboratorium
NA Tiga
34 Nekton (misalnya, ikan) In-situ dan laboratorium NA Tiga bulanan
Pelaporan: setiap bulan melaporkan kepada PIU dan setiap enam bulan pelaporan dari PIU kepada BPLHD untuk pengujian
Waktu: sebelum kegiatan dan pemantau selama proyek sampai acuan/tingkat dasar tercapai.
Tanggung jawab:: PT PJA (Ancol) sebagai bagian dari pelaksanaan RKL/RPL dan SC untuk pengawasan dan pemantauan
Anggaran: Kontraktor (termasuk dalam kontrak), SC (dari Pinjaman)
35
Tahap / Pengoperasian
Isu, Dampak Potensial Pemantauan, Tanggung Jawab dan Anggaran
Konstruksi Pekerjaan tanggul (dengan asumsi sebagian besar akan menggunakan sheet-piling (turap) sedangkan pekerjaan yang kecil akan melibatkan pekerjaan pembuatan tembok dari batu atau pekerjaan tembok penahan)
Komponen: Lingkungan Perkotaan
Isu: kebisingan, getaran
Dampak Potensial:
Meningkatanya tingkat lokalisasi jarak pendek dari kebisingan dan getaran selama pengoperasian dari peralatan konstruksi. Reseptor yang sensitive dalam wilayah proyek , termasuk orang-orang yang tinggal berdekatan dengan wilayah proyek.
Penanggulangan: (i) memberitahukan masyarakat setempat mengenai tipe pekerjaan tanggul dan periode konstruksi tersebut akan berlangsung, (ii) pekerjaan sheet-piling (Turap) hanya akan izinkan pada waktu siang hari dan akan berhenti sementara pada waktu ibadah.
Pemantauan
Persyaratan berdasarkan undang-undang: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang kualitas udara, kebisingan dan getaran.
Kriteria pelaksanaan: pengaduan masyarakat
Lokasi: lokasi proyek yang melibatkan rehabilitasi tanggul.
Parameter, metode, dan frekuensi:
Parameter Metode Frekuensi
Kebisingan Pengukuran Lahan Mingguan
Getaran Pengukuran Lahan Bulanan
Pelaporan: Setiap bulan melapor kepada PIUs dan setiap enam bulan pelaporan dari PIU kepada BPLHD untuk pengujian
Waktu: Sebelum kegiatan dan pemantauan selama proyek berlangsung sampai pencapaian background level.
Tanggung jawab: Kontraktor untuk pelaksanaan, SC untuk pengawasan dan pemantauan
Anggaran: Kontraktor (termasuk dalam kontrak), SC (dari Pinjaman)
36
Tahap / Pengoperasian
Isu, Dampak Potensial Pemantauan, Tanggung Jawab dan Anggaran
Konstruksi Pekerjaan tanggul (dengan asumsi sebagian besar akan menggunakan sheet-piling (turap) sedangkan pekerjaan yang kecil akan melibatkan pekerjaan pembuatan tembok dari batu atau pekerjaan tembok penahan)
Komponen: Sosial
Isu: Mata pencaharian orang-orang yang bergantung pada sungai atau waduk
Dampak Potensial:
Gangguan sementara atas mata pencaharian;
Konflik sosial antara PAP dan pekerja proyek
Pertimbangan: Terdapat sejumlah kecil dari PAP (surve cepat: sekitar 30 orang) yang bergantung pada sungai dan waktu untuk sumber pendapatan mereka. Selama pelaksanaan proyek (pengerukan dan pekerjaan tanggul), gangguan sementara dapat terjadi untuk mereka yang mengoperasikan Eretan (yaitu, perahu yang terikat pada kabel logam yang dapat mengangkut belasan orang, atau beberapa motor dan beberapa orang, sepanjang sungai-sungai). Dampak potensial lain termasuk gangguan mata
pencaharian untuk pemulung yang beroperasi di sungai dan waduk.
Penanggulangan: selain ukuran pengelolaan yang dirancangkan
dalam Bagian Pengelolaan Pengaduan Masyarakat, kontraktor
(pekerjaan pengerukan dan tanggul) akan memberikan prioritas kepada PAP pada saat perekrutan pekerja kasar sebelum pekerjaan konstruksi di wilayah-wilayah yang terletak pada PAP tersebut. Sebagai alternatif sebagai pekerjaan bagi pekerja kasar, kontraktor dapat membantu pemilik eretan untuk menggeser eretan nya ke hulu atau hilir sehingga eretan dapat tetap beroperasi selama pengerukan dan pekerjaan tanggul
Pemantauan
Persyaratan berdasarkan undang-undang: ESMF dan RPF
Kriteria pelaksanaan: jumlah dari PAP yang dipekerjakan dan pengaduan dari PAP
Lokasi: Pekerjaan tanggul dan lokasi pengerukan.
Parameter, metode, dan frekuensi:
Parameter Metode Frekuensi
Pengaduan/konfli k
Survei/wawancara Bulanan
Pelaporan: SC kepada PMU dan PIU, DKI kepada PMU kepada Bank Dunia
Waktu: sebelum aktivitas (perekrutan pekerja kasar) dan setelah pekerjaan di wilayah PAP diselesaikan (pengakhiran)
Tanggung jawab: DKI (Pemantauan dan Pelaporan Pokja) dan SC
37
Tahap/Pengopera sian
Isu, Dampak Potensial Pemantauan, Tanggung jawab dan Anggaran
Setelah Konstruksi
Pembuan
gan (Pembuangan CDF Ancol)
Isu: Perubahan hidrodinamik dan geomorfologi pada lokasi-lokasi pembuangan
Dampak Potensial: Perubahan dari arus menyusur pantai (longshore current), dan selanjutnya perubahan pola abrasi dan sedimentasi di wilayah sekitar proyek. Keberadaan dari lahan hasil reklamasi juga rentan terhadap pengikisan.
Pertimbangan: Simulasi longshore current yang dilakukan oleh konsultan PT PJA menunjukan pola arus menyusur pantai tidak akan berubah setelah reklamasi, namum akan melambat dari 1,52 m/s sampai 1,42 m/s. Selanjutnya, TSS akan sedikit meningkat, sedangkan batimetri tidak menunjukan perubahan-perubahan yang signifikan.
Penanggulangan: Memantau arus menyusur pantai dan tingkat TSS untuk memahami pola penyebarannya. Mempertimbangkan skema pemanfaatan (sedimen kerukan) untuk restorasi habitat.
Pemantauan
Persyaratan terkait undang-undang: PP No 19/1999 on Pengendalian Polusi Laut
Kriteria pelaksanaan: longshore current (arus menyusur pantai), pola sedimen dan pengikisan
Lokasi: CDF Ancol
Parameter, metode dan frekuensi:
Parameter Metode Frekuensi
Longshore current Pengukuran
lapangan
Tiga bulanan
Pola Sedimentasi Pengukuran
lapangan Tiga bulanan Batimetri Pengukuran lapangan Tiga bulanan
Pelaporan: Setiap bulan memberikan laporan kepada PIUs dan enam bulan sekali memberikan laporan dari PIU kepada BPLHD untuk pengujian
Waktu: Sebelum kegiatan dan pemantauan selama proyek berlangsung sampai mencapai kestabilan
Tanggung jawab: PT PJA (Ancol) sebagai bagian dari pelaksanaan RKL/RPL, SC untuk mengawas dan memantau
Anggaran: PT PJA sebagai bagian dari pelaksanaan RKL/RPL tersebut
38