• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

W. Baade dan F. Zwicky pada tahun 1934 berpendapat bahwa bintang neutron terbentuk dari ledakan besar (supernova) dari bintang-bintang besar akibat tekanan yang dihasilkan dari reaksi fusi dalam inti yang tidak sama dengan gaya gravitasi dari bintang tersebut atau sering disebut "keruntuhan gravitasi" dengan kata lain bintang neutron adalah jenis bintang yang telah mati. Bintang dapat dikatakan mati apabila suatu bintang telah selesai menyelesaikan proses "nukleosintesis". Perhitungan secara teori tentang bintang neutron pertama kali dilakukan oleh Oppenheimer dan Volko-ff pada tahun 1939 yang mengasumsikan bahwa bintang neutron itu berada dalam keadaan gas Fermi neutron yang diikat oleh gravitasi (Haensel,dkk., 2007). Dalam bintang yang stabil tekanan dari reaksi fusi dalam bintang akan sama dengan ga-ya gravitasinga-ya sehingga bintang dalam keadaan normal akan berbentuk simetri bola sempurna. Bintang neutron dapat disebut bintang karena masih berbentuk hampir menyerupai simetri bola namun simetrinya sudah tidak sempurna lagi. Bintang neu-tron adalah objek astrofisika yang sangat ekstrim dan kompleks, merupakan bintang yang paling kompak di alam semesta ini (Potekhin, 2011).

Disebut bintang neutron karena memuat kelimpahan neutron terutama di bagi-an inti bintbagi-ang. Perbedabagi-an utama bagi-antara neutron pada inti atom dengbagi-an neutron ybagi-ang terdapat pada bintang neutron adalah bahwa inti atom diikat hanya oleh gaya ku-at nuklir, sedangkan pada bintang neutron selain gaya nuklir juga diikku-at oleh gaya gravitasi. Energi ikat gravitasi dari bintang neutron besarnya sekitar 10% dari massa bintang neutron sedangkan energi ikat inti oleh atom Fe56sebesar 9 Mev/nukleon atau setara dengan 1% dari massa inti Fe56 (Glendenning, 2000). Bintang neutron adalah bintang kompak yang memuat materi kerapatan di dalamnya. Secara umum bintang neutron adalah tipe bintang yang memiliki massa M ∼ 1−2M dan mempunyai

jari-jari R ≈ 10 − 14 km (Potekhin, 2011). Para ahli menyebutkan jejari-jari bintang neutron ∼ 10 km (105 lebih kecil dari jejari Matahari), dengan massanya ∼ 1, 4M

. Tetapi

hasil terbaik dan yang paling sesuai dengan persamaan keadaan, bintang neutron me-miliki massa M ∼ 1, 4M dengan memiliki jari-jari R ≈ 12 km (Potekhin, 2011).

Massa maksimum yang bisa dimiliki oleh bintang neutron adalah M ∼ 1, 5M yang

(2)

memiliki jari-jari R ∼ 3 km (Shaphiro dkk., 2004). Pada sumber lain, massa maksi-mum bintang neutron M ∼ 1, 5 − 2, 5M dan massa minimalnya M ∼ 0, 1M , hal

ini bergantung dengan persamaan keadaan yang digunakan (Potekhin, 2011).

Pada dasarnya wilayah bintang neutron terdiri atas inti bintang dan selubung. Inti bintang terdiri dari inti terluar dan inti terdalam. Sedangkan selubung terdiri kerak yang padat dengan inti atom yang berbentuk kristal dan lautan yang bersifat cair yang tersusun atas fluida Coloumb (Potekhin, 2011). Bagian selubung bintang terdiri atas atmosfer, lapisan lautan, kerak luar dan kerak dalam. Masing-masing bagian dari bintang neutron memiliki kerapatan yang berbeda-beda.

Permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah mengetahui sifat ke-rak luar bintang neutron mulai dari tingkat kerapatan, materi penyusun keke-rak hingga prediksi massa kerak luar bintang neutron. Sifat kerak luar tersebut dapat diketahui dengan melihat nuklida penyusun lapisan kerak luar. Nuklida-nuklida ini diperoleh dengan menggunakan perhitungan model massa Hartree Fock Bogoliubov dengan melibatkan potensial Skyrme, potensial Coulomb dan efek pasangan yang terjadi pa-da kerak bintang neutron.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini masalah yang akan diselesaikan adalah 1. Bagaimana sifat dari kerak luar secara umum?

2. Bagaimanakah model massa Hartree Fock Bogoliubov dapat menjelaskan sifat kerak luar bintang neutron?

3. Bagaimanakah pengkajian penyelesaian persamaan TOV untuk memperoleh massa kerak luar dan swa-kedalaman bintang neutron?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka perlu dikemukakan batasan-batasan permasalahan agar pokok-pokok bahasan lebih terfokus, rinciannya dapat di-rumuskan sebagai berikut:

1. Objek bintang neutron yang dibatasi pada struktur kerak luar pada suhu men-dekati nol

(3)

2. Metode Hartree Fock Bogoliubov yang ditinjau hanya tidak bergantung waktu 3. Objek bintang neutron yang statik (non rotating) dan tidak mengalami akresi

(non accreating)

4. Massa bintang neutron yang ditinjau adalah M = 1, 5M dan berjari - jari

R = 14 km

5. Model massa Hartree Fock Bogoliubov (HFB) yang ditinjau adalah HFB-19, HFB-20 dan HFB 21 dengan menggunkan interaksi efektif BSK19, BSK20 dan BSK21.

6. Kerapatan materi inti di dalam kerak luar yang ditinjau bersifat homogen

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Mempelajari sifat - sifat dasar dari struktur kerak luar bintang neutron dan ma-teri penyusunnya dengan menggunakan metode Hartree Fock Bogoliubov. 2. Mengkaji tingkat kerapatan dari kerak luar bintang neutron yang diperoleh dari

hasil pengkajian model massa Hartree Fock Bogoliubov.

3. Mengkaji penyelesaian persamaan TOV untuk memperoleh massa kerak luar dan swa-kedalaman kerak luar dari bintang neutron secara analitik.

1.5 Manfaat Penelitian

Memberi peluang untuk menjelaskan permasalahan objek astrofisika yaitu bintang neutron, khususnya untuk mengetahui sifat kerak luar bintang neutron de-ngan menggunakan model massa Hartree Fock Bogoliubov.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai bintang neutron telah mengalami perkembangan yang cu-kup pesat. Penemuan neutron oleh James Chadwick pada tahun 1932 mendorong para fisikawan untuk mengkaji masalah bintang neutron secara lebih lanjut. Tahun 1939 merupakan awal perhitungan secara teoritik mengenai bintang neutron dilakukan oleh

(4)

Tolman, Oppenheimer, dan Volkof (TOV) yang melahirkan persamaan yaang sangat terkenal yaitu persamaan TOV (Haensel, dkk., 2007).

Pada tahun 1957 penemuan mengenai superkonduktivitas yang menjelaskan teori Bardeen, Cooper, dan Schrieffer (BCS), menguatkan para fisikawan untuk me-ninjau struktur bintang neutron yang tersusun atas materi padat yang mempunyai ikatan antar nukleoan sangat kuat. Superkonduktivitas elektron dijelaskan dengan pasangan Cooper elektron-elektron di bawah tarikan kuat yang dipengaruhi oleh in-teraksi elektron-fonon. Keadaan superkonduktivitas muncul seiring penurunan suhu sebagai hasil dari perubahan wujud derajat kedua, dengan ciri khusus berupa suhu kritis sekitar Tc ∼ (1 − 10) K. Secara mikroskopik, gejala ini terjadi karena

ke-munculan celah tenaga (energy gap) pada spektrum tenaga elektron di dekat tingkat Fermi. Setahun setelah teori BCS diterbitkan, Bohr tahun 1958 mengusulkan bah-wa gejala superkonduktivitas dapat muncul pada skala inti atom. Pasangan Cooper nukleon-nukleon dapat terjadi akibat adanya bagian tarikan pada interaksi nukleon tersebut.

Setelah penemuan superkonduktivitas tersebut pengkajian terbaru tentang bin-tang neutron terus berlanjut. Pada tahun 1971 Baym, Pethick dan Sutherland (BPS) melakukan penelitian dan pengkajian persamaan TOV untuk bintang neutron. Tinjuan bintang neutron telah melibatkan perhitungan prediksi komposisi penyusun dari bin-tang neutron terutama pada bagian kerak luar dan kerak dalam dari binbin-tang neutron. Kerak luar bintang neutron diduga tersusun atas kisi (lattice) yang berbentuk body centered cubic. Maka dalam perhitungan energinya BPS memasukkan faktor energi kisi untuk memperkirakan persamaan keadaan dari kerak luar bintang neutron. Pada tinjauan BPS, diprediksi materi bintang neutron tersusun atas materi inti yang tidak seragam. Ini dikarenakan terdapatnya efek penyaringan elektron (electron-screening effect) yang terdapat pada bintang neutron. Selain itu BPS juga memperoleh kom-posisi nuklida penyusun kerak luar bintang neutron. Hasil perhitungan BPS hanya meninjau untuk kasus bintang neutron yang mendingin atau ketika suhu bintang men-dekati nol (Baym, dkk., 1971).

Dengan menggunakan data nuklir yang telah ada tahun 1960, Haensel, Zdu-nik dan Dobaczewki (HZD) tahun 1989 menghitung persamaan keadaan kerak luar menggunakan perhitungan Skyrme Hartree Fock Bogoliubov dengan menggunakan pendekatan kulit bola untuk parameter set SkP, dan mengabaikan efek deformasi.

Haensel dan Pichon pada tahun 1994 menggunakan data nuklir hasil eksperi-men dari tabel massa atom dari Audi dan Wapstra tahun 1992 dan tabel massa nuklir

(5)

hasil perhitungan secara teoritik menggunakan model droplet dari M¨oller dan Nix. Pada tahun 2001 J. M. Pearson dalam papernya menjelaskan berbagai model massa secara mikroskopik yaitu Finite Range Droplet Model (FRDM) dan model massa gabungan antara model massa Hartree Fock Bogoliubov dengan penghampiran BCS yang dikenal dengan nama HFBCS. Dengan menggunakan tabel massa inti dari Audi dan Wapstra 1992, model massa mikroskopik ini, Pearson memperoleh hasil yang cukup baik dengan deviasi rms untuk masing-masing model massa dengan tabel massa Audi yaitu sekitar 0, 738 MeV.

Penelitian mengenai massa inti dilakukan kembali oleh Audi tahun 2003 (Au-di, 2003) memunculkan nilai massa inti yang terkoreksi atau sering disebut Atomic Mass Evaluations (AME). Tabel massa inti yang diperoleh ini akan digunakan se-bagai acuan yang baru untuk mengetahui prediksi nuklida yang terdapat pada kerak luar bintang neutron, setelah sebelumnya Audi telah menyususn tabel massa inti tahun 1992 yang pernah digunakan oleh Haensel dan Pichon tahun 1994. Tahun 2012 Audi, dkk., kembali melakukan penelitian dan mengevaluasi tabel massa 2003, kemudian diperoleh tabel massa yang baru atau sering disebut AME 2012 (Audi, 2012).

Tahun 2004 J. M. Pearson dan S. Goriely kembali melakukan penelitian ten-tang massa inti namun untuk aplikasi dalam astrofisika. Rumus massa inti yang di-aplikasi pada astrofisika dimulai dengan rumus massa semiempiris yang ditemukan oleh Weizs¨acker tahun 1935. Kemudian Pearson dan Goriely membahas beberapa model massa yang dapat diaplikasikan pada astrofisika diantaranya: model massa Hartree Fock, model massa Finite Range Droplet Model (FRDM), model massa KU-TY dan model massa Duflo Zuker (DZ).

Setelah penemuan massa atom yang sudah dievaluasi, penelitian tentang mo-del massa mikroskopik semakin berlanjut. Dimulai dengan berkembangnya momo-del massa HFB yaitu dari semula HFBCS. Tahun 2003 J. M. Pearson, dkk., membu-at model massa HFB-2, HFB-3, HFB-4, HFB-5, HFB-6 dan HFB-7 dengan meng-gunakan interaksi Skyrme untuk masing-masing model massa yaitu BSK-2, BSK-3, BSK-4, BSK-5, BSK-6 dan BSK-7, kemudian menambahkan koreksi Wigner dan ko-reksi kolektif untuk masing-masing model massa. Potensial Skyrme yang digunakan hingga 3 suku pertama (Pearson, dkk., 2003). Perkembangan model massa HFB te-rus berlanjut, sampai saat ini telah ditemukan model massa HFB-26. Untuk HFB-22, HFB-23, HFB-24, HFB-25 dan HFB-26 tidak lagi menggunakan tabel massa AME 2003 melainkan menggunakan tabel massa AME terbaru yaitu AME 2012 (Chamel, 2013).

(6)

Penelitian mengenai kerak bintang neutron yang dilakukan oleh Nicholas Cha-mel pada tahun 2006 yang memuat sifat - sifat kerak bintang neutron, struktur dan komposisi dari kerak bintang neutron (Chamel, 2006) yang memicu studi mengenai kerak bintang neutron dan meninjau dari segi fisika nuklir. Awalnya Chamel hanya mengkaji masalah teoritik mengenai fisika nuklir dengan melakukan penelitian perhi-tungan massa atom menggunakan metode Hartree Fock Bogoliubov. Hingga akhirnya penelitian perhitungan massa inti dengan melakukan pemodelan massa Hartree Fock Bogoliubov.

Nicolas Chamel melanjutkan penelitian tentang kerak luar bintang neutron satu tahun berikutnya yaitu tahun 2007. Kali ini Chamel meninjau kerak bintang ne-utron yang tersusun atas kisi dan di hampiri dengan model Wigner Seitz. Pengham-piran metode Wigner Seitz pada bintang neutron pernah dilakukan oleh Negele dan Vautherin. Chamel juga memperkenalkan teori pita pada zat padat dan di aplikasikan pada kerak bintang neutron dengan memperkenalkan fungsi gelombang Bloch. Bin-tang neutron yang ditinjau oleh Chamel adalah binBin-tang neutron keadaan mendingin dan berada pada keadaan Fermi level (Chamel, 2007).

Setelah memperkenalkan penghampiran Wigner Seitz, teori pita dan penerap-an fungsi Bloch pada kerak bintpenerap-ang neutron, tahun 2008 Chamel menggunakpenerap-an teori pita tersebut untuk wilayah kerak dalam bintang neutron. Chamel menyatakan bah-wa daerah kerak bintang neutron terutama kerak dalam mengandung banyak neutron dan memungkinkan juga terjadinya fase superfluida. Kerapatan Kerak luar dan ke-rak dalam pada bintang neutron dibatasi oleh kerapatan lelehan neutron (ρleleh) yang

besarnya ∼ 4 × 1011gr cm−3(Chamel, 2008c).

N. Chamel, J. M. Pearson dan S. Goriely melakukan perhitungan mengenai kerak luar bintang neutron menggunakan model massa 19, 20 dan HFB-21 menggunakan interaksi Skyrme BSK-19, BSK-20 dan BSK-HFB-21 dengan potensial Skyrme dievaluasi sampai suku ke 5 untuk masing-masing model massa. Setelah 3 model massa didapat, dan pemodelan kerak luar yang akan digunakan mengikuti pemodelan yang telah dibuat ole BPS maka dengan menggunakan tabel massa AME 2003 diperoleh barisan-barisan nuklida untuk masing-masing model massa. Selain ini mereka juga melakukan perhitungan secara analitik untuk penyelesaian persamaan TOV pada kerak luar bintang neutron. Dari perhitungan analitik tersebut diperoleh prediksi massa dari kerak luar bintang neutron (Chamel, 2011).

(7)

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian berupa metode studi pustaka. Langkah awal penelitian adalah dengan mencari literatur yang berkaitan dengan teori dari berbagai buku dan dari berbagai publiksi jurnal internasional yang digunakan atau yang akan dibahas. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisa terhadap permasalahan yang disuguhkan dan langkah terakhir adalah menarik kesimpulan.

1.8 Sistematika Penelitian

Skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu

1. Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masa-lah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi peneli-tian dan sistematika penelipeneli-tian.

2. Bab II berisi tentang Bintang neutron. Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses awal terbentuknya bintang neutron, evolusi dari bintang neutron, lapisan penyusun bintang neutron, persamaan kesetimbangan hidrostatik pada bintang neutron, keadaan dasar dari struktur kerak bintang neutron dan keadaan dasar dari struktur kerak luar bintang neutron.

3. Bab III berisi tentang Hartree Fock Bogoliubov yang akan dibahas mengenai teori Hartree Fock, perhitungan Hartree Fock dengan interaksi efektif nukleon - nukleon, Metode Hartree Fock Bogoliubov dan Skyrme Model Massa Hartree Fock Bogoliubov.

4. Bab IV berisi tentang aplikasi metode Hartree Fock Bogoliubov untuk penyele-saian persamaan keadaan kerak luar bintang neutron yang akan dibahas menge-nai model massa 19, 20 dan 21, pencocokan data untuk HFB-19, HFB-20 dan HFB-21, model kerak luar yang akan diterapkan pada model massa HFB-19, HFB-20 dan HFB-21, barisan nuklida yang dihasilkan dari 3 model massa HFB-19, HFB-20 dan HFB-21 dan penyelesaian persamaan TOV kerak luar bintang neutron.

Referensi

Dokumen terkait

Asumsi ini didukung oleh pengamat strategis, Riri Satria (2007) yang menyatakan bahwa ketidakmungkinan taksi tarif bawah untuk meremajakan armada disangkal oleh Express yang

Menginstruksikan KPA Satker terkait agar memberikan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku kepada PPK dan Konsultan Pengawas atas kelalaiannya dalam melakukan pengawasan

Makalah terdiri dari empat bab, yaitu Bab 1 tentang Pendahuluan yang berisi gambaran latar belakang serta tujuan dan kegunaan makalah; Bab 2 merupakan bab Metodologi yang

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

1. Adanya perasaan senang terhadap belajar. Adanya keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan dengan kegiatan belajar. Adanya perasaan tertarik yang

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

Kriteria inklusi adalah bayi berusia 0-6 bulan yang diijinkan oleh orangtuanya untuk ikut serta dalam penelitian, serta memiliki satu atau lebih faktor risiko seperti, riwayat

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja