• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH POSISI AGAMA DALAM MEMBENTUK KELUARGA ISLAMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH POSISI AGAMA DALAM MEMBENTUK KELUARGA ISLAMI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

POSISI AGAMA DALAM MEMBENTUK KELUARGA ISLAMI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh:

A2.1900072 Gilang Erlangga Kurnia Ardi

A2.1900167 Santi

A2. 1900179 Teddy Septian

Program Studi Teknik Informatika

Sekolah Tinggi Management Informatika dan Komputer

2020

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini, dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah yaitu Pendidikan Agama Islam.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Tatang Suryana, S.Ag., M.Pd. selaku Dosen yang telah membimbing kami hingga sukses dalam melaksanakan Observasi dan pembuatan Makalah ini.

2. Pimpinan Pondok Pesantren Ashabul Kahfi, Bapak Dadang Setiawan,S.Ag.,M.Si.

3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.

Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Aamiin...

Demikianlah yang kami dapat paparkan dalam makalah ini, mohon maaf apabila ada kesalahan baik dari penulisan dan dari arti kata lanya. Sekian dan terima kasih.

Sumedang, 27 Febuari 2020

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ... i DAFTAR ISI ... ... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1 B. Rumusan Masalah ... ... 1 C. Tujuan Pembahasan ... ... 1 D. Sistematika Pembahasan ... ... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Kajian Teori ... ... 3  Hikmah Pernikahan ... ... 4

 Tujuan Pernikahan Dalam Islam ... ... 4

 Hukum Nikah ... ... 6

 Memilih Jodoh Menurut Islam ... ... 7

B. Rekomendasi Observasi ... ... 9

 Arti Pernikahan ... ... 9

 Keluarga Secara Islam ... ... 9

 Membentuk Keluarga yang Islami ... ... 10

 Menyelesaikan Masalah Kekeluargaan Menurut Agama dan Al-Qur’an Agar Tidak Terjadi Perceraian ... ... 11

 Kisah Kekeluargaan Rasulullah SAW ... ... 12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... ... 14

B. Saran ... ... 14 DAFTAR PUSTAKA

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apakah keluarga sekarang ini termasuk keluarga yang sakinah,atau bahkan keluarga yang rusak? Itu yang menjadi pertanyaan kita bersama, tingginya nilai perceraian dalam rumah tangga, kekerasan-kekerasan dalam keluarga , terjadinya poligami dimana-mana, mengapa demikian? mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah menurunya keimanan dalam diri seseorang, rasa yang selalu kurang dan tidak menerima,tidak bersyukur terhadap apa yang diberikan oleh allah.

Ini menjadi tugas setiap individu, bagaimanasih membentuk dan menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah, dan warohmah. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Posisi Agama dalam membentuk Keluarga Islami”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu keluarga dalam Islam?

2. Bagaimana peran agama dalam membentuk keluarga yang islami?

3. Bagaimana proses perbaikan keluarga dalam islam dan menurut Al-Qur‟an? 4. Bagaimana cara membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah? 5. Bagaimana penyelesaian masalah pernikahan?

6. Hal apa yang bisa kita ambil dari kekeluargaan Rasulullah?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memaparkan konsep keluarga dalam islam.

2. Agar mengetahui proses membentuk keluarga yang islami menurut agama islam. 3. Memaparkan proses perbaikan keluarga dalam islam dan menurut Al-Qur‟an. 4. Memaparkan pembentukan keluarga sakinah, mawadah, warohmah.

5. Memaparkan permasalahan pernikahan dan jalan keluar.

(5)

2

D. Sistematika Pembahasan

Dalan penulisan makalah ini untuk memudahkan penyusunan dan pembahasan maka penulis menyajikan dalam bentuk sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan pembahasan, dan sistematika dalam pembahasan.

BAB II : PEMBAHASAN

Berisikan uraian-uraian atau pembahasan yang mendukung tentang rumusan masalah serta pengungkapan dan pemaparan semua hasil observasi dalam berbagai bentuk.

BAB III : PENUTUP

(6)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

Perkahwinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur. Menurut istilah syarak pula ialah ijab dan qabul („aqad) yang menghalalkan persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang menunjukkan nikah, menurut peraturan yang ditentukan oleh Islam. Perkataan zawaj digunakan di dalam al-Quran bermaksud pasangan dalam penggunaannya perkataan ini bermaksud perkahwinan Allah s.w.t. menjadikan manusia itu berpasang-pasangan, menghalalkan perkahwinan dan mengharamkan zina.

Adapun nikah menurut syari‟at nikah juga berarti akad. Sedangkan pengertian hubungan badan itu hanya metafora saja.

Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam. Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai bagaimana mencari kriteria calon calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntunnya. Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Melalui makalah yang singkat ini insyaallah kami akan membahas perkawinan menurut hukum islam.

Pernikahan adalah sunnah karuniah yang apabila dilaksanakan akan mendapat pahala tetapi apabila tidak dilakukan tidak mendapatkan dosa tetapi dimakruhkan karna tidak mengikuti sunnah rosul.

Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane dengan jenis berbeda yaitu laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau akad.

Suatu pernikahan mempunyai tujuan yaitu ingin membangun keluarga yang sakinah mawaddah warohmah serta ingin mendapatkan keturunan yang solihah. Keturunan inilah yang selalu didambakan oleh setiap orang yang sudah menikah karena keturunan merupakan generasi bagi orang tuanya.

(7)

4

Hikmah Pernikahan

Allah SWT berfirman :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(Ar-ruum,21)

Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup manusia di dunia ini berlanjut, dari generasi ke generasi. Selain juga menjadi penyalur nafsu birahi, melalui hubungan suami istri serta menghindari godaan syetan yang menjerumuskan. Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan penghormatan muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas didalam rumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak, dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Supaya suami dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.

Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu :

a). Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan berketurunan.

b). Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.

c). Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan bencrengkramah dengan pacarannya.

d). Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan.

Tujuan Pernikahan dalam Islam

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi

Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur

Sasaran utama dari disyari‟atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan

(8)

5 meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Wahai para pemuda! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”.

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq (perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut :

“Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma‟ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dhalim.”

Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari‟at Allah. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di atas :

“Artinya : “Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dikawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui “ .

Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari‟at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari‟at Islam adalah wajib.

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah

Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan

(9)

6 subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-amal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah (sedekah).

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah! Mendengar sabda Rasulullah para shahabat keheranan dan bertanya : “Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala? ” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab : “Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa? Jawab para shahabat :”Ya, benar”. Beliau bersabda lagi : “Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala!” .

5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, Allah berfirman :

“Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”.

Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah. Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar.

Hukum Nikah

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil. Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”(An-Nisaa‟, 3)

Dari keterangan diatas disimpulkan bahwa hukum nikah ada 5 :

1. Wajib kepada orang yang mempunyai nafsu yang kuat sehingga bias menjerumuskannya ke lembah maksiat (zina dan sebagainya) sedangkan ia seorang yang mampu.disini mampu bermaksud ia mampu membayar mahar (mas berkahminan/dower) dan mampu nafkah kepada calon istrinya.

(10)

7 3. Harus kepada orang yang tidak ada padanya larangan untuk berkahwin dan ini

merupakan hukum asal perkawinan

4. Makruh kepada orang yang tidak berkemampuan dari segi nafkah batin dan lahir tetapi sekadar tidak memberi kemudaratan kepada isteri.

5. Haram kepada orang yang tidak berkempuan untuk memberi nafkah batin dan lahir dan ia sendiri tidak berkuasa (lemah), tidak punya keinginan menikah serta akan menganiaya isteri jika dia menikah.

Memilih Jodoh Menurut Islam

Setiap orang yang berumah tanggah tentu mengharapkan keluarganya akan menjdi keluarga yang sakinah mawadah warakhmah. Kehidupan rumah tangganya dapat menjadi surga didunia dapat menjadi diri dan keluarganya. Apalagi pada saat ini banyak sekali kasus peceraian keluarga dijumpai ditengah-tengah masyakat yang semakin berkembang ini. Alasan dalam peceraian itu bermacam-macam, dari alasan pendapatan istri lebih besar dari pada suami, selingkuh dengan adanya orang ke tiga, kekerasan dalam rumah tanggah, dan lain-lain.

Maka dari itu dalam membanggun mahligai surga rumah tangga persiapan awal harus dilakukan pada saat memilih jodoh. Islam mengangjurkan kepada umatnya ketika mencari jodoh itu harus berhati-hati baik laki-laki maupun perempuan, hal ini dikarenakan masa depan kehidupan rumah tangga itu berhubungan sangat erat dengan cara memilih suami maupun istri. Untuk itu kita sebagai umat muslim harus memperhatikan kriteria dalam memilih pasangan hidup yang baik.

Dasar firman Allah SWT yang berbunyi :

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.”(An-Nisa‟, 31)

Dan dari sabda Rasullah yang artinya :

“Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabdah : sesunguhnya seorang wanita itu dinikahi atas empat perkara, yaitu : harta, nasab, kecantikan, dan agamanya, maka perolehlah yang mempunyai agama maka akan berdeburlah tanganmu.”

Dalam memilih istri hendaknya menjaga sifat-sifat wajib. Syeh jalaluddin Al-qosimi Addimasya‟i dalam kitab Al-mauidotul Mukminin menyebutkan ada kriteria bagi laki-laki dalam memilih jodoh :

a) Baik agamanya : hendaknya ketika memilih istri itu harus memperhatikan agama dari sisi istri tersebut.

(11)

8 b) Luhur budi pekertinya : seorang istri yang luhur budi pekertinya selalu sabar dan tabah

menghadapi ujian apapun yang akan dihadapi dalam perjalanan hidupnya.

c) Cantik wajahnya : setiap orang laki-laki cenderung menyukai kecantikan begitu pula sebaliknya. Kecantikan wajah yang disertai kesolehahhan prilaku membuat pasangan tentram dan cenderung melipahkan kasih sayangnya kepadanya, untuk sebelum menikah kita disunahkan untuk melihat pasangan kita masing-masing.

d) Ringan maharnya : Rasullullah bersabda : “salah satu tanda keberkahan perempuan adalah cepat kawinnya, cepat melahirkannya, dan murah maharnya.

e) Subur : artinya cepat memperoleh keturunan dan wanita itu tidak berpenyakitan.

f) Masih perawan : jodoh yang terbaik bagi seorang laki-laki perjaka adalah seorang gadis. Rasullullah pernah mengikatkan Jabbir RA yang akan menikahi seorang janda : “alangkah baiknya kalau istrimu itu seorang gadis, engkau dapat bermain-main dengannya dan ia dapat bermain-main denganmu.”

g) Keturunan keluarga baik-baik : dengan sebuah hadist Rasullallah besabda : “jauhilah dan hindarkan olehmu rumput mudah tumbuh ditahi kerbau”. Maksudnya : seorang yang cantik dari keturunan orang-orang jahat.

h) Bukan termasuk muhrim : kedekatan hubungan darah membuat sebuah pernikahan menjadi hambar, disamping itu menurut ahli kesehatan hubungan darah yang sangat dekat dapat menimbulkan problem genetika bagi keturunannya.

Dalam memilih calon suami bagi anak perempuan hendaknya memilih orang yang memiliki akhlak, kehormatan dan nama baik. Dengan demikian jika ia menggauli istrinya maka istrinya maka ia menggaulinya dengan baik, jika menceraikan maka ia menceraikan dengan baik.

Rasullah bersabda :”barang siapa mengawinkan anak perempuannya denga orang yang fasik makasungguh dia telah memutuskan hubungan persaudaraan.”

Seorang laki-laki berkata kepada hasan bin ali, “sesungguhnya saya memiliki seorang anak perempuan maka siapakah menurutmu orang cocok agar saya dapat menikahkan untuknya ?” hasan menjawab :”nikahkanlah dia dengan seorang yang beriman kepada Allah SWT, jika ia mencintainya maka dia akan memuliahkannya dan jika dia membencinya maka dia tidak mendoliminya.

(12)

9

B. Rekomendasi Observasi

Arti Pernikahan

Dari observasi yang kami lakukan kepada salahseorang pimpinan ponpes daerah Kab.Sumedang, ada beberapa hal yang bisa kami jadikan acuan untuk pembuatan makalah ini.

Keluarga secara Islam

Menurut UU No. 10 tahun 1992 Pengertian keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anak anak nya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Dan

Menurut Departement Kesehatan RI (1998) Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah satuan kerabat yang mendasar terdiri dari suami, isteri dan anak-anak. Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga degan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidak harmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi.

Bila pondasi ini kuat lurus agama dan akhlak anggota maka akan kuat pula masyarakat dan akan terwujud keamanan yang didambakan. Sebalik bila tercerai berai ikatan keluarga dan kerusakan meracuni anggota-anggota maka dampak terlihat pada masyarakat bagaimana kegoncangan melanda dan rapuh kekuatan sehingga tidak diperoleh rasa aman.

Kemudian setiap adanya keluarga ataupun sekumpulan atau sekelompok manusia yang terdiri atas dua individu atau lebih, tidak bisa tidak, pasti dibutuhkan keberadaan seorang pemimpin atau seseorang yang mempunyai wewenang mengatur dan sekaligus membawahi individu lainnya (tetapi bukan berarti seperti keberadaan atasan dan bawahan).

Demikian juga dengan sebuah keluarga, karena yang dinamakan keluarga adalah minimal terdiri atas seorang suami dan seorang istri yang selanjutnya muncul adanya anak atau anak-anak dan seterusnya. Maka, sudah semestinya di dalam sebuah keluarga juga dibutuhkan adanya seorang pemimpin keluarga yang tugasnya membimbing dan mengarahkan sekaligus mencukupi kebutuhan baik itu kebutuhan yang sifatnya dhohir maupun yang sifatnya batiniyah di dalam rumah tangga tersebut supaya

(13)

10 terbentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Di dalam al-Qur‟ān disebutkan bahwa suami atau ayahlah yang mempuyai tugas memimipin keluarganya karena laki-laki adalah seorang pemimpin bagi perempuan. Seperti yang terungkap dalam Al-Qur‟an sebagai berikut.

.ءآسّىلاىلع نىما ّىق لاج ّزلأ

“laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan”

Membentuk Keluarga yang Islami

Membentuk sebuah keluarga yang islami adalah untuk mendapatkan keluarga yang sakinah, yang pada hakekatnya keluarga yang sakinah adalah keluarga yang didasari oleh cinta dan kasih sayang (mawaddah dan warohmah) dari Allah SWT sebagai Sang maha Pencipta. Sehingga nantinya keluarga tersebut akan selalu diridhoi oleh Allah SWT .

Firman Allah SWT :

لا ُدىُىُج ِ َّ ِلِلّ َو ْمِهِواَميِإ َعَم اًواَميِإ اوُداَد ْشَيِل َهيِىِم ْؤُمْلا ِبىُلُق يِف َةَىيِكَّسلا َل َشْوَأ يِذَّلا َىُه اًميِكَح اًميِلَع ُ َّاللَّ َناَك َو ِض ْرَ ْلْا َو ِتا َواَمَّس

Artinya: “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan (sakinah) ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al- fath ayat 4).

Jadi terciptanya keluarga yang sakinah terletak pada bagaimanakah penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga agar keluarga tersebut selalu mendapatkan ridho dari Allah SWT, seperti dengan senantiasa berusaha dan melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah SWT serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam merupakan suri tauladan yang baik dalam membimbing umatnya dalam hal kehidupan berumah tangga agar terbina sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan Warohmah. Dalam sebuah hadist, Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda:

“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.”

(14)

11

Menyelesaikan Masalah Kekeluargaan menurut Agama dan Al-Quran agar

Tidak Terjadi Perceraian

Pertama, hindari KDRT

Dalam Al-Quran Allah membolehkan seorang suami untuk memukul istrinya ketika sang istri membangkang. Sebagaimana firman Allah di surat An-Nisa:

َج َلََّف ْمُكَىْعَطَأ ْنِئَف َّهُهىُت ِزْضا َو ِع ِجاَضَمْلا يِف َّهُهوُزُجْها َو َّهُهىُظِعَف َّهُه َسىُشُو َنىُفاَخَج يِج َّلَّلا َو ًلَّيِثََ َّهِهْيَلَع اىُُْث

Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan tidak tunduk, nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.. (QS. An-Nisa: 34)

Ke dua, Izin memukul

1. Tidak boleh di daerah kepala, sebagaimana sabda beliau, “jangan memukul wajah.” Mencakup kata wajah adalah semua kepala. Karena kepala manusia adalah hal yang paling penting. Ada banyak organ vital yang menjadi pusat indera manusia.

2. Tidak boleh menyakitkan

Batasan ini disebutkan oleh Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam khutbah beliau ketika di Arafah.

ح ِّزَثُم َزْيَغ اًت ْزَض َّهُهىُت ِزْضاَف َكِلَذ َهْلَعَف ْنِإ

“Jika istri kalian melakukan pelanggaran itu, maka pukullah dia dengan pukulan yang tidak menyakitkan.” (HR. Muslim 1218)

Ketiga, Jaga Rahasia Keluarga

Bagian ini penting untuk kita perhatikan. Hal yang perlu disadari bagi orang yang sudah keluarganya, jadikan masalah keluarga sebagai rahasia anda berdua. Karena ketika masalah itu tidak melibatkan banyak pihak, akan lebih mudah untuk diselesaikan. Terkait tujuan ini, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menasehatkan,

ثْيَثْلا يِف َّلَِإ ْزُجْهَج َلَ َو

“jangan kamu boikot istrimu kecuali di rumah”

Ketika suami harus mengambil langkah memboikot istri karena masalah tertentu, jangan sampai boikot ini tersebar keluar sehingga diketahui banyak orang. Sekalipun suami istri sedang panas emosinya, namun ketika di luar, harus menampakkan seolah tidak ada masalah.

(15)

12 Kecuali jika anda melaporkan kepada pihak yang berwenang, dalam rangka dilakukan perbaikan.

Keempat, Hindari Caci-maki

Siapapun kita, tidak akan bersedia ketika dicaci maki. Karena itulah, syariat hanya membolehkan hal ini dalam satu keadaan, yaitu ketika seseorang didzalimi. Syariat membolehkan orang yang didzalimi itu untuk membalas kedzalimannya dalam bentuk cacian atau makian. Allah berfirman,

َمِلُظ ْهَم َّلَِإ ِل ْىَقْلا َهِم ِءىُّسلاِت َزْهَجْلا ُ َّاللَّ ُّة ِحُي َلَ

Artinya: “Allah tidak menyukai Ucapan buruk (caci maki), (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. (An-Nisa: 148)

Setidaknya, ketika dia tidak mampu memberi balasan secara fisik, dia mampu membalas dengan melukai hati orang yang mendzaliminya.

Cara membentuk keluarga yang sakinah mawadah warohmah

Kisah Kekeluargaan Rasulullah SAW

RASULULLAH shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia teladan. Dalam segala aspek. Dalam urusan rumah tangga sekalipun. Dalam banyak hadis digambarkan bahwa Rasulullah terbilang lelaki romantis dan pandai memanjakan istrinya. Sifat romantis dan lembut itulah yang membuat keutuhan rumah tangga Nabi terjaga dan abadi.

Ada empat sifat yang mesti kita teladani dari Rasulullah dalam hal berumah tangga. Perilaku yang dicontohkan Rasul ini ialah salah cara untuk mempertahankan keutuhan keluarga.

1. Rasulullah tidak Pernah Kasar dan Memukul Istrinya

Rasulullah merupakan manusia yang berakhlak mulia, lembut, dan tidak pernah menyinggung perasaan orang lain. Semasa hidupnya, Rasulullah tidak pernah menggunakan tangannya untuk memukul dan menampar orang, baik istrinya maupun pembantunya.

Hal ini sebagaimana yang disebutkan hadis riwayat Ibnu Majah:

Artinya, "Rasulullah tidak pernah memukul pembantu dan perempuan (istrinya). Tidak pernah dia memukul siapapun," (HR Majah).

(16)

13 2. Makan Berdua Bersama Istri

Makan berdua termasuk salah satu cara menjaga dan mempertahankan kemesraan rumah tangga. Apalagi kedua pasangan tersebut makan satu piring dan satu gelas berdua. Rasulullah pernah mencontohkan perilaku ini, sebagaimana yang dikisahkan Aisyah:

Apakah Nabi Muhammad Pernah Lakukan Kesalahan?

"Saya minum air pada sebuah gelas dalam kondisi haid, kemudian saya menyerahkannya kepada Nabi. Tiba-tiba Nabi menaruh bibirnya persis di bekas tempat saya minum. Saat saya makan sepotong daging, kemudian saya serahkan sisanya kepada Nabi. Beliau juga menaruh bibirnya persis di bekas gigitan saya," (HR Ibnu Hibban).

3. Mencium Istri

Kemesraan Rasul dengan istrinya juga dapat dilihat dari kebiasaan beliau mencium istrinya. Sebagaimana diketahui, ciuman memberikan kesan tersendiri bagi seorang perempuan. Karenanya, Rasul terbiasa untuk melakukan hal ini supaya hubungannya menjadi semakin mesra. Dalam Musnad Ishaq Ibn Rahaweh disebutkan:

"Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW mencium sebagian istrinya, padahal beliau puasa."

4. Memuji Istri

Perempuan mana yang tidak senang dipuji dan dimanja. Pujian memang sudah keniscayaan bagi perempuan. Karena pintu hati seorang perempuan adalah telinganya. Untuk memperkuat hubungan rumah tangga, Rasul pun tidak lupa melontari istri-istrinya dengan berbagai macam pujian. Inilah contoh pujian yang diberikan Nabi kepada Aisyah:

"Keutamaan Aisyah dibandingkan perempuan lain ialah seperti keutamaan tsarid (roti dicampur daging) di atas seluruh makanan," (HR Al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain).

Riwayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Rasulullah merupakan sosok lelaki romantis. Beliau sangat tahu bagaimana cara mempertahankan kemesraan keluarga. Cara yang dilakukan Nabi tersebut patut diteladani mereka yang sudah berkeluarga.

(17)

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pernikahan merupakan salah satu cara seseorang melengkapi pahala nya, karena dalam menikah banyak sekali pahala yang tidak bisa di dapatkan oleh orang yang belum menikah, dan merupakan bersatunya dua keluarga dan dua insan yang diikat oleh sebuah janji agar menjadi sebuah keluarga yang diridhoi oleh Allah SWT.

B. Saran

Dengan jalan sebuah pernikahan maka kita akan terhindar dari yang mananya zinah. Beberapa hal yang harus di lakukan sebelum nikah:

1. Dasarilah pernikahan dengan cinta, kasihsayang (sakinah, mawadah,warohmah) 2. Carilah perempuan atau laki-laki yang akan kita nikahi dilihat dari agamanya,

karena dengan agama kita akan di perlakukan dengan baik oleh pasangan kita, dan menjadikan pernikahan kita kembali ke sakinah, mawadah, warohmah.

3. Jaga kehormatanmu, kaarena baik buruknya pasangan kita tergantung dari benihnya, yaitu kita nya pun harus baik juga.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Maulana.2017.Makalah pernikahan m enurut islam.

https://www.academia.edu/34788206/MAKALAH_PERNIKAHAN_MENURUT_ISLAM. 7 maret 2020.

TafsirWeb.2020. Quran Surat Ar-Rum Ayat 21.https://tafsirweb.com/7385-quran-surat-ar-rum-ayat-21.html. 29 Febuari 2020.

TafsirWeb.2020. Quran Surat An-Nisa Ayat 19. https://tafsirweb.com/1551-quran-surat-an-nisa-ayat-19.html. 29 Febuari 2020.

Cbdotnet.2008.pandangan keluarga menurut islam.

http://cbdotnet.blogspot.com/2009/02/pandangan-kaluarga-menurut-islam.html.29 Febuari 2020.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang pokok tentang perguruan tinggi No 22 tahun 1961 di Indoneisa mengolongkan ilmu pengetahuan atas empat kelompok, yaitu : (a) ilmu

Dentro de ese marco posible de ideas o procesos políticos este trabajo abordará la temática de la memoria colectiva: no sólo sus definiciones y características, sino también la

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) un- tuk mengetahui peningkatan pemahaman kon- sep siswa pada pokok bahasan energi dalam, (2) untuk mengetahui efektivitas model pembe- lajaran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pemanfaatan konsep green building pada Co-Working Space dan Serviced Office dengan menggunakan perhitungan Sistem Sertifikasi

Untuk mengetahui pengaruh faktor teknologi, faktor shopping, dan faktor produk terhadap kepuasan pengalaman konsumen pada saat berbelanja secara offline. Untuk mengetahui

- Jika router tidak dapat mengirimkan data Jika router tidak dapat mengirimkan data frame yang lebih besar, maka lapisan. frame yang lebih besar,

Menanggapi hal tersebut, Walikota Jakarta Selatan, Syamsudin Noor, menjelaskan pembersihan aksi coret- coretan dan pemasangan iklan di sepanjang kolong JLNT Antasari-Blok M

Menurut (Bogdan & Taylor 5), metode kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan