• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah remaja atau adolescence berasal dari latin adolescene (kata bendanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah remaja atau adolescence berasal dari latin adolescene (kata bendanya"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Remaja dan Gaya Hidup 2.1.1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolescence berasal dari latin adolescene (kata bendanya adolescent yang berarti remaja) yang tumbuh menjadi dewasa (Hurloc,2001). Pedoman umum remaja di

Indonesia menggunakan batasan usia 17-24 tahun dan belum menikah (Soetjiningsih,2004). Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Remaja merupakan masa teransisi antara masa kanak-kanak dan masa remaja, yang sering kali remaja hadapi pada situasi yang membingungkan, disatu pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa, dan sisi lain belum bisa dikatakan dewasa (Purwanto,2004).

2.1.2. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa Remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya, cirri-ciri tersebut antara lain:

1. Masa remaja sebagai masa yang penting.

Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode lainya (Al-Mighwar,2006). Selain itu perkembangan fisik yang cepat dan penting

(2)

disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal remaja, yang semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock,2001).

2. Masa remaja sebagai masa peralihan.

Peralihan tidak berarti terputus dengan apa yang terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari suatu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Artinya yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan dating (Hurlock, 2001). Pada setiap periode peralihan, Nampak ketidakjelasan status individu dan munculnya keraguan terhadap perananya dalam masyarakat (Al-Mighwar,2006).

3. Masa remaja sebagai masa perubahan.

Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat, kalau perubahan fisik menurun maka perubahan perilaku dan sikap menurun juga (Hurlock, 2001).

4. Masa remaja sebagai masa pencari identitas.

Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi remaja dari pada individualitas dan apabila tidak menyesuaikan kelompok maka remaja tersebut akan terusir dari kelompoknya (Al-Mighwar, 2006). Tetapi lambat laun mereka mulai mencari identitas diri dan tidak puas lagi sama dengan teman-temanya dalam segala hal (Hurlock, 2001).

5. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Masalah pada usia remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki maupun remaja perempuan (Hurlock,2001) dan banyak remaja

(3)

menyadari bahwa penyelesaian yang ditempuhnya sendiri tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Al-Mighwar, 2006).

2.1.3. Pengertian Gara Hidup

Giddens ingin menunjukaan gaya hidup ini tidak lagi masuk pada wilayah kelompok tertentu saja, tetapi hampir semua bagian kehidupan. Paham idiologis gaya hidup telah menggantikan nilai-nilai cultural, yang terjadi hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, menjadi gaya, menjadi bagian keseharian yang menjadi tanda, bahwa pecinta gaya ini ada serta menandai identitas kelompok pecinta gaya yang muncul sebagai akibat dukungan media (http://id.wikipedia.Giddes/wiki/gaya hidup, diakses 17 janwari 2014, pukul 15.00 wib).

Dalam pandangan Giddens yang menyatakan gaya hidup telah dikorupsi oleh konsumerisme,menunjukkan kebutuhan dengan gaya ini menjadi tidak wajar dan dibuat-buat. Pada opsi ini, konsumerisme termaknai sebagai gaya hidup yang boros dan bergaya hidup pada peningkatan pembelian barang-barang yang secara teori bukan hanya untuk kebutuhan pokok melainkan karena kesenangan saja. Alasan membeli barang sebagai kesenangan karena paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya.

Gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana seseorang membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan stastus sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya. Sedangkan menurut pendapat

(4)

Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) bahwa gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang biasa dari luar (eksternal).

Adapun faktor internal sebagai berikut:

1. Sikap.

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikiran yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

2. Pengalaman dan pengamatan.

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakanya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar maka orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membantu pandangan terhadap suatu objek.

3. Keperibadian.

Keperibadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

(5)

4. Konsep diri.

Faktor lain yang menentukan keperibadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image mereka. Bagaimana individu akan memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola keperibadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya.

5. Motif.

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderng mengarah kepada gaya hidup hendonis.

6. Persepsi.

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

Adapun faktor eksternal sebagai berikut: 1. Kelompok referensi.

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.

(6)

2. Keluarga.

Keluaraga memegang peranan terbesar dan terlama dalam membantu pembentukan sikap dan perilaku individu.

3. Kelas sosial.

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggata dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsure pokok dalam sistem sosial dalam pembagian kelas di masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak -haknya serta kewajibanya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan.

4. Kebudayaan.

Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri, pola piker, merasakan dan bertindak.

(7)

2.2. Perubahan Sosial

Setiap kehidupan manusia akan mengalami perubahan. Perubahan itu dapat mengenai nilai-nilai sosial,norma-norma sosial, pola perilaku, perekonomian, lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, interaksi sosial dan yang lainya. Perubahan sosial terjadi pada semua masyarakat dalam setiap proses dan waktu, dampak perubahan tersebut dapat berakibat positif dan negatif. Terjadinya perubahan merupakan gejala yang wajar dalam kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tidak terbatas. Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara suka rela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat merupakan perubahan yang normal. Pengaruhnya tersebar secara cepat ke dalam kehidupan masyarakat. Bahkan perubahan yang terjadi di suatu tempat di belahan bumi satu bisa mempengaruhi tempat di belahan bumi yang lain. Perubahan yang terjadi akan semakin berkembang seiring berkembangnya kehidupan masyarakat di era modernisasi dan globalisasi ini. Perubahan itulah yang memengaruhi perilaku masyarakat dalam kehidupan.

Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi

(8)

berlangsung demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.

Menurut Gillin dan Gillin (Abdulsyani,2002:163) perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, idiologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Selain itu Selo Soemardjan berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosial lainya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku antara kelompok-kelompok dalam masyarakat(Soerjono Soekanto,2007:263).

Soerjono soekanto (2000:338) berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomi, teknologis dan geografis, atau biologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainya. Sebaliknya adapula yang menyatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat berhubungan dengan perubahan nilai sosial, norma sosial, pola prilaku masyarakat, intraksi sosial, dan lain sebagainya. Seperti pendapat yang dikeluarkan Farley (Sztompka,2008) bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

(9)

Adapun yang menjadi ciri-ciri perubahan sosial itu sendiri antara lain: 1. Perubahan sosial terjadi secara terus menerus.

2. Perubahan sosial selalu diikuti oleh perubahan-perubahan sosial lainya.

3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena berada didalam proses penyesuaian diri.

4. Setiap masyarakat mengalami perubahan (masyarakat dinamis).

Faktor penyebab perubahan sosial:

Perubahan sosial tidak terjadi begitu saja. Akan tetapi disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi berpendapat bahwa perubahan sosial dapat bersumber dari dalam masyarakat (internal) dan faktor dari luar masyarakat (eksternal).

1.faktor internal

Perubahan sosial dapat disebabkan oleh perubahan-perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Adapun faktor tersebut antara lain:

a. Perkembangan ilmu pengetahuan, perubahan-perubahan baru akibat perkembangan ilmu pengetahuan, baik berupa teknologi maupun berupa gagasan-gagasan yang menyebar kemasyarakat, dikenal, diakui, dan selanjutnya diterima serta menimbulkan perubahan sosial.

b. Kependudukan, faktor ini berkaitan eret dengan bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk.

(10)

c. Penemuan baru untuk memenuhi kebutuhanya, manusia berusaha untuk mencoba hal-hal yang baru. Pada suatu saat orang akan menemukan suatu yang baru baik berupa ide maupun benda. Penemuan baru sering berpengaruh terhadap bidang atau aspek lain.

d. Konflik dalam masyarakat, adanya konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat menyebabkan perubahan sosial dan budaya, pertentangan antara individu, individu dengan kelompok maupun antara kelompok, sebenarnya didasari oleh perbedan kepentingan.

2.faktor eksternal

Perubahan sosial disebabkan oleh perubahan-perubahan dari luar masyarakat itu sendiri seperti:

a. Pegaruh kebudayan masyarakat lain, adanya interaksi langsung antara satu masyarakat dengan masyarakat lainya akan menyebabkan saling mempengaruhi. Disamping itu, pengaruh dapat berlangsung melalui komunikasi satu arah, yakni komunikasi masyarakat dengan media-media massa.

b. Peperangan, terjadinya perang antar suku atau antar Negara akan berakibat munculnya perubahan-perubahan pada suku atau Negara yang kalah. Pada umumnya mereka akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyarakat, ataupun kebudayaan yang dimilikinya kepada suku atau Negara yang mengalami kekalahan.

c. Perubahan dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia, terjadi gempa bumi, topan, banjir besar, gunung meletus, pembangunan tempat yang baru dan

(11)

lain-lain mungkin masyarakat yang mendiami daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya atau memilih tetap bertahan di daerahnya tersebut dan mengikuti perubahan yang terjadi.

Konsep perubahan sosial itu sendiri merupakan proses sosial seperti defenisi yang diutarakan Pitirim Sorokin (Sztompka, 2008:6) bahwa proses sosial adalah suatu perubahan yang terjadi pada subjek tertentu yang berada dalam perjalanan waktu, baik perubahan tempatnya dalam ruang maupun perubahan yang terjadi pada aspek kuantitatif maupun kualitatifnya. Jadi, proses sosial yaitu perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat yang didalamnya terjadi hubungan sebab akibat dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut dan saling mengikuti satu sama lain dalam rentetan waktu seperti industrialisasi, modernisasi, dan mobilisasi gerakan sosial.

Dan proses sosial memiliki bentuk khusus yang salah satunya adalah perkembangan sosial yang menggambarkan proses perkembangan potensi dalam suatu sistem yaitu masyarakat dan individu. Konsep perkembangan sosial ini memiliki tiga ciri tambahan yaitu menuju kearah tertentu dalam keadaan sistem yang tidak terulang sendiri di setiap tingkatanya, keadaan masyarakat dan individu yang pada waktu berikutnya mencerminkan tingkat yang lebih tinggi dari semula (contohnya terjadi peningkatan difrensiasi struktur, kemajuan sosial, ekonomi, budaya yang lebih modern dan pertambahan penduduk), dan perkembangan ini dipengaruhi kecenderungan yang berada dari dalam masyarakat dan individu itu sendiri (pertambahan penduduk yang menyebabkan kepadatan penduduk, penciptaan bentuk-bentuk kehidupan baru yang

(12)

lebih baik dari sebelunya, pengadopsian ide dan inovasi baru yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahtraan hidup). Seperti yang diungkapkan oleh Hawley bahwa perubahan sosial adalah suatu perubahan yang tak terulang dari system sosial sebagai satu kesatuan. Konsep dari perubahan sosial itu sendiri mencangkup tiga gagasan, seperti perbedaan, pada waktu yang berbeda diantara keadaan sistem yang sama. (Sztompka,2008).

Dalam Sosiologi Perubahan Sosial (Raymond, Sztompka,2008) yang perlu diperhatikan dalam memahami proses perubahan sosial yang sangat kompleks, yaitu:

1. Bentuk perubahan sosial yang terjadi. 2. Hasil dari perubahan sosial itu sendiri.

3. Kesadaran tentang proses prubahan sosial yang terjadi dikalangan masyarakat. 4. Kekuatan yang mengerakkan perubahan sosial itu.

5. Realitas sosial yang ada pada masyarakat dimana perubahan sosial itu terjadi. 6. Jangka waktu berlangsungnya perubahan itu.

Perubahan sosial menyangkut dua demensi, yaitu struktural dan kultural. Perubahan struktural menyangkut hubungan antar individu dan pola hubungan termaksuk didalamnya mengenai status dan peranan, kekuasaan, otoritas, hubungan antar status dan integrasi. Sedangkan perubahan kultural menyangkut nilai dan norma sosial yang ada didalam masyarakat (Ibrahim, 2003:123). Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Kingsley Davis (Basrowi, 2005:157) bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Dan perubahan kebudayaan itu sendiri

(13)

meliputi perubahan dalam teknologi, ilmu pengetahuan, kesenian, filsafat, aturan-aturan dan bentuk organisasi sosialnya.

Perubahan sosial ada yang berlangsung secara cepat dan ada yang berlangsung secara lama. Evolusi merupakan salah satu bentuk perubahan yang lama dengan rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dan tampa rencana yang dikarenakan usaha masyarakat untuk beradaptasi dengan keadaan dan kondisi yang baru muncul. Sedangkan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung dengan cepat dan terencana dan diawali dengan konflik dalam masyarakat yang bersangkutan dan terkadang tidak dapat dikendalikan.

Perubahan sosial selalu mendapat dorongan/dukungan dan hambatan dari berbagai faktor. Ada beberapa faktor yang menghalangi perubahan sosial itu sendiri. Soekanto menyebutkan, ada 9 faktot yang menghalangi terjadinya perubahan, yaitu:

1. Kurangnya interaksi dan komunikasi dengan masyarakat lain.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat yang umumnya terjadi pada masyarakat yang terisolir.

3. Sikap masyarakat yang masih sangat teradisional akibat anggapan mereka bahwa teradisi mutlak tidak dapat diubah.

4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat. 5. Ketakutan akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan. 6. Sikap masyarakat yang masih tertutup.

(14)

8. Adat dan kebiasaan.

9. Nilai tentang bahwa hidup pada hakikatnya telah buruk dan tidak mungkin diperbaiki (Soekanto. 2002:329-330).

Selanjudnya faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan adalah sebagai berikut:

1. Kontak dengan kebudayaan lain.

Salah satu proses yang menyangkut dalam hal ini adalah difusi. Difusi merupakan salah satu proses penyebaran unsure-unsur kebudayaan dari perorangan kepada perorangan lainya dan dari masyarakat kepada masyarakat lainya.

2. System pendidikan yang maju.

3. Sikap menghargai hasil karya dan keinginan-keinginan untuk maju. 4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

5. System terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.

System terbuka memungkinkan adanya gerakan mobilitas sosial vertikal secara luas yang berarti member kesempatan perorangan untuk maju berdasarkan kemampuan-kemampuanya.

6. Penduduk yang hetrogen.

Masyarakat-masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang memiliki latar belakang, ras dan idiologi mempermudah terjadinya kegoncangan yang mendorong terjadinya proses perubahan sosial .

(15)

Hal yang mempengaruhi dan mendorong terjadinya suatu perubahan adalah adanya inovasi-inovaasi dan ide-ide yang mungkin dianggap baru yang berpengaruh pada tindakan sosial dari individu itu sendiri yang berdasarkan pada pengalaman ,persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek pada situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat untuk mencapai kesejahtraan hidupnya.

(http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/06/teori-tindakan-dan-teori-sistem-talcott.html. diakses 26 Janwari 2014, pukul 12.21 wib).

Awalnya perubahan terjadi pada level individual dan perubahan sistem sosial. Dimana seseorang bertindak sebagai individu yang menerima dan menolak ide dan inovasi baru yang diketahuinya. Perubahan ini masih merupakan perubahan mikro karena memfokuskan pada perubahan perilaku individualnya. Karena, perubahan yang telah terjadi pada sebagian besar individu dalam masyarakat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat itu sendiri dimana telah terjadi perubahan makro. Dan perubahan kedua level itu berhubungan sangat erat (Abdillah, 1981:26).

Menurut Sztompka, masyarakat senantiasa mengalami perubahan disemua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain, perubahan tidak terjadi secara linear. Pada tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan pada tingkat mezzo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan ditingkat mikro terjadi perubahan interaksi dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah kekuatan

(16)

fisik (entity) tetapi seperangkat proses yang saling bertingkah ganda (Sztompka, 2004:21-22).

Alfred dalam (Sztompka, 2004) menyebutkan masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sabagai proses, bukan objek semua yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus menerus tiada henti. Diakui bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, dan bangsa) hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu didalamnya seperti adanya tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik (George Ritzer, 2007:395).

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan perubahan gaya hidup remaja antara lain:

1. Pada tahun 2006 Sri Hastuti dan Lina Sudarwati melakukan penelitian di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang berjudul “Gaya Hidup Remaja Pedesaan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup remaja Desa Sukaraya saat ini dalam hal berpakaian, berbicara, pergaulan menurut para orang tua saat ini masih dianggap wajar dan bisa diterima. Karena perkembangan zaman yang terjadi tidak bisa dipungkiri, remaja saat ini tidak

(17)

bisa dikekang lagi seperti remaja desa dahulu mereka merasa memiliki kebebasan untuk berekspresi dan mempertahankan pendapat mereka. Seluruh informan menyatakan bahwa mereka mengetahui barang-barang konsumsi gaya hidup dari media massa, teman, atau iklan konsumsi gaya hidup. Tidak ada yang mengaku mengetahuinya dari keluarga. Konsumsi gaya hidup tersebut tidak terlepas dari peran kapitalisme sebagai produsen ideologi yang menciptakan atau menjual citra dan image remaja masa kini yang ideal dalam kehidupan remaja. Kapitalisme tersebut menciptakan inovasi gaya terbaru setiap harinya untuk mencari keuntungan.Sedangkan remaja dipaksa untuk mengkonsumsi barang-barang gaya hidup tersebut. Interaksi remaja Desa Sukaraya dengan masyarakat kota khususnya Kota Medan. Sekedar pergi ke kota untuk sekolah, berekreasi maupun belanja saat ini sudah tidak jadi hambatan, karena transportasi yang sudah lancar. Angkutan umum maupun kendaraan beroda dua yang biasa disebut RBT atau ojek sudah semakin banyak, serta jalan untuk pergi ke Medan pun sudah bagus. Hal ini memudahkan remaja Desa Sukaraya untuk berinteraksi dengan kota. Pengalaman dan pengetahuan baru mengenai budaya kota yang mereka lihat ketika mereka berinteraksi dengan masyarakat kota itu sendiri, membawa perubahan pada gaya hidup mereka, seperti gaya berpakaian orang kota yang terlihat modis dan trendy, mereka ikuti agar mereka tidak dianggap kampungan atau ketinggalan zaman, begitu juga dengan cara berbicara dan selera hiburan yang menyukai musik-musik populer agar mereka juga dianggap sebagai orang modern. Hal inilah yang menyebabkan remaja desa yang dahulu berpakaian sederhana, apa adanya, kekeluargaan, menjunjung nilai ketimuran dan menyukai kesenian daerah sendiri pun lambat laun

(18)

berubah, begitu juga dengan pergaulan remaja pria dan remaja perempuan yang semakin bebas.

2. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Dina Andriani (2008) yang mengkaji mengenai pengaruh interaksi di kafe terhadap perilaku konsumtif remaja di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian diskriptif kualitatif dengan metode taksonomi yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendiskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Subyek yang diteliti sebagai sumber informasi tentang permasalahan yang menjadi pusat penelitian adalah pemiliki kafe, pengunjung kafe dan pekerja kafe. Dan pengambilan subyek secara accidental yaitu tidak direncanakan dengan langsung memilih pengunjung yang ada atau datang waktu itu. Dengan cara mengamati/observasi pengunjung, mulai dari dandanan, cara berpakaian, cara bicara, dan saat berinteraksi dengan pengunjung lainnya. Kemudian melakukan wawancara kepada pengunjung dengan tanya jawab untuk mengetahui adanya pengaruh kafe terhadap perilaku konsumtif remaja. Hasil yang diperoleh adalah : 1) Adanya perilaku konsumtif yang muncul karena adanya kebiasaan nongkrong di kafe pada remaja. Perilaku konsumtif pada makanan, perawatan diri, kesehatan, dan dalam bentuk barang seperti elektronik, bermerek, diskon, dan kendaraan bermotor. 2) Penyebab remaja datang dan menikmati kafe, selain dari adanya keinginan seseorang untuk mengikuti budaya populer (budaya yang muncul dari proses industrialisasi dan komersialisasi yang bisa saja menggeser budaya asli yang ada saat itu dimasyarakat, bersifat sementara dan biasanya mengalami proses forgetting (dilupakan oleh

(19)

pengikutnya) ketika muncul budaya populer baru yang lebih menarik dan banyak diminati orang), yaitu : a) Kafe sebagai tempat bersantai, setelah seharian beraktifitas, kafe merupakan pilihan utama untuk melepas penat atau lelah. b) Kafe sebagai arena bisnis, banyak orang yang melirik usaha kafe ini, karena penikmatnya dari semua kalangan dan keuntungan yang didapatkan sangat menggiurkan. Kafe juga bisa digunakan sebagai tempat rapat deal bisnis, pencari partner kerja, dan lain-lain. c) Kafe sebagai peningkatan gengsi dan life style. Dari interaksi yang dilakukan saat di kafe akan mengakibatkan keinginan peningkatan prestise atau kelas sosial mereka dengan penampilan yang glamour, gaul, modern atau sebagainya. Antusiasme masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan jaman untuk peningkatan prestise dan gengsi, serta merupakan Life Style. Hal ini dilakukan untuk memperoleh posisi sosia.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Lucy Lutvia (2002) mengenai gaya hidup remaja kota Bandung. Bahwa remaja saat ini dipengaruhi oleh Transformasi Budaya dan Mengadopsi Gaya dari Barat. Budaya massa atau budaya populer yang berkembang melalui media massa elekteronik dan cetak sangat berpengaruh terhadap pilihan gaya hidup seseorang, misalnya gaya berbusana, gaya berbicara atau bahasa, serta hiburan seperti musik dan filem. Tren tersebut begitu bebas mengalir mempengaruhi pemirsa maupun setiap pembacanya, ditambah lagi dengan acara musik dari luar negeri yang diolah dalam video klip televisi, yang secara visual bisa kita lihat penampilan penyanyi dan pemain musiknya. Cara mereka berdandan dan berbusana sudah pasti sesuai dengan budaya mereka. Mengadopsi Gaya dari Barat ini banyak dipengaruhi oleh selebritis dalam negeri melalui iklan-iklan, filem dan sinetron yang dilihat dan

(20)

pada akhirnya ditiru oleh remaja. Seperti istilah gaya funky, punk rock, metal, skaters, hip-hop, sporty, streetwear dan ska beserta penggunaan aksesorisnya yang mereka tiru sebagai usaha untuk mengakumulasikan dirinya serta seolah-olah ingin mensejajarkan diri dengan bintang idolanya. Walaupun begitu, remaja juga ada yang dipengaruhi oleh nilai-nilai agama, budaya dan kehidupan sosialnya.

Perbedaan ketiga penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah terletak padalokasi penelitianya. Di penelitian ini berlokasi di Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deliserdang.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses pembuatan karya, data acuan yang bersifat teoritik dan dalam bentuk visual digunakan sebagai pedoman dasar pada proses perancangan selendang batik.

Instrumen keuangan utama yang digunakan Perusahaan, dari instrumen keuangan yang mana risiko timbul, meliputi kas dan bank, kas dibatasi penggunaannya, piutang usaha,

Apabila setelah dilakukan perhitungan analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi (r) >0, maka berarti terdapat hubungan positif antara variabel bebas dan variabel

Anestesi intravena seperti propofol dan fentanyl secara signifikan menurunkan aliran darah otak, metabolisme otak dan menurunkan tekanan intrakranial. Selain itu kombinasi

2. Professional kualitas pelayanan public yang dilakukan pegawai seluruh kesatuan yang di dinas pendidikan kota Bitung sangat baik dan transparan sesuai yang ada di dinas

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif tetapi tidak signifikan antara variabel program variety

-.) ondongkan kepala ke belakang, tarik kelopak ba+ah mata menggunakan ari telunuk sehingga kelopak mata membentuk  kantung.. .) egang botol tetes

Semua pasien anak < 5 tahun getiatri > 60 tahun, pasien disabilitas atau pasien yang dirawat di unit resiko tinggi yang telah ditetapkan adalah pasien