• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN DI KABUPATEN PANGANDARAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN DI

KABUPATEN PANGANDARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

Oleh:

Karliana Aprillia

2013110052

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN

Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013

BANDUNG

2017

(2)

DETERMINING THE GROWTH POLE IN

PANGANDARAN REGENCY

UNDERGRADUATE THESIS

Submitted to complete part of the requirements

for Bachelor’s Degree in Economics

By

Karliana Aprillia

2013110052

PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITY

FACULTY OF ECONOMICS

PROGRAM IN DEVELOPMENT ECONOMICS

Accredited by BAN – PT No. 211/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X/2013

BANDUNG

(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Sejak era reformasi, pemekaran daerah atau pemecahan wilayah telah terjadi berlipat ganda. Salah satu wilayah yang turut memekarkan diri adalah Kabupaten Pangandaran yang memisahkan diri dari kabupaten induknya, yakni Kabupaten Ciamis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daerah yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan di Kabupaten Pangandaran setelah dirinya memekarkan diri dari kabupaten induknya. Analisis Skalogram, Analisis Indeks Sentralitas, dan Analisis Gravitasi dilakukan untuk menentukan kecamatan mana di Kabupaten Pangandaran yang berpotensi menjadi kecamatan pusat pertumbuhan. Berdasarkan hasil Analisis Skalogram dan Analisis Indeks Sentralitas diketahui bahwa Kecamatan Padaherang dan Kecamatan Pangandaran adalah dua kecamatan yang paling berpotensi menjadi kecamatan pusat pertumbuhan di Kabupaten Pangandaran. Selain itu, berdasarkan hasil Analisis Gravitasi yang melihat keterkaitan antar wilayah, menghasilkan Kecamatan Padaherang memiliki keterkaitan terkuat dengan Kecamatan Kalipucang sebagai wilayah belakangnya (hinterland area). Sedangkan Kecamatan Pangandaran memiliki keterkaitan terkuat dengan Kecamatan Sidamulih sebagai wilayah belakangnya. Hasil Analisis Gravitasi ini pun telah menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang terjalin antar pusat pertumbuhan Kabupaten Padaherang dan Kabupaten Pangandaran.

Kata Kunci: Pusat Pertumbuhan, Analisis Skalogram, Analisis Indeks Sentralitas, Analisis Gravitasi, Kabupaten Pangandaran

(6)

vi

ABSTRACT

Since the reform era, the division of regions has multiplied. One of the regions that has been devised is Pangandaran Regency. This district separated itself from its parent regency, that is Ciamis Regency. This study aims at determining the subdistrict which is a growth pole potential. Scalogram Analysis, Centrality Index Analysis, and Gravity Analysis were conducted to determine which subdistricts in Pangandaran Regency have the potential to become a growth center subdistrict. Based on the results of the Scalogram Analysis and Centrality Index Analysis, Padaherang and Pangandaran sub-districts are the two most potential subdistricts to be considered as the growth center in Pangandaran Regency. In addition, based on the results of Gravity Analysis which sees inter-regional linkages, producing Padaherang Sub-district has the strongest linkage with Kalipucang Sub-district as its hinterland area. While Pangandaran Sub-district has the strongest relationship with Sidamulih Sub-district as its hinterland area. Gravity Analysis has also shown that there is an intertwined relationship between growth centers Padaherang and Pangandaran.

Keywords: Growth Pole, Scalogram Analysis, Centrality Index Analysis, Gravity Analysis, Pangandaran Regency

(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi yang ditulis berjudul “Penentuan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Pangandaran”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Beragam tantangan dan hambatan dialami penulis sejak persiapan hingga masa proses penulisan skripsi ini. Namun, pada akhirnya tantangan-tantangan tersebut dapat dihadapi penulis hingga skripsi ini pun dapat terselesaikan saat ini. Hal itu terjadi tidak lain berkat bantuan, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak yang mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini. Berkenaan dengan itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, yakni Ibu Rohaeni Ismail serta Bapak Dede

Rusenohadi. Terima kasih atas kasih sayang, seluruh perhatian, dan usaha yang telah dicurahkan kepada penulis, bahkan sejak penulis belum terlahir di dunia ini, hingga sekarang. Terima kasih juga karena tidak pernah lelah menghadapi penulis dan selalu mengingatkan penulis untuk selau belajar.

2. Alm. Ibu Hj. Siti Hajar, selaku nenek penulis. Terima kasih untuk doa,

perhatian, serta tempat tinggal yang telah diberikan kepada penulis. Semoga pencapaian penulis hingga saat ini dapat memberi sedikit kebahagiaan dan kebanggaan untukmu di sana.

3. Keluarga besar Parmindo dan Sukajadi, yang tidak dapat penulis

tuliskan semuanya. Terima kasih banyak atas doa serta dukungan yang diberikan kepada penulis.

4. Ibu Hilda Leilani Masniarita Pohan, Ph. D. selaku dosen pembimbing

juga dosen wali penulis. Terima kasih atas ilmu, waktu, serta segala dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

5. Ibu Anna Farina Poerbonegoro, Dra., M.A., Ibu Siwi Nugraheni, Dra.,

M.Env., serta Bapak M. Ishak Somantri, Drs., MSP., selaku dosen bidang kajian penulis. Terima kasih atas semua ilmu yang telah diajarkan kepada penulis.

6. Ibu Miryam B. L. Wijaya, Dra., selaku Ketua Program Studi Sarjana

(8)

viii

7. Seluruh dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2013 dan kakak-adik

Keluarga Besar Ekonomi Pembangunan Unika Parahyangan. Terima kasih atas kesempatannya untuk dapat mengenal kalian semua, keluarga keduaku. BERSATU BERJANJI IESP DI HATI!

9. Renaldhi Hardyana Ramadhan, teman di segala kondisi dan

suasana. Terima kasih atas kesabarannya menghadapi segala suasana hati penulis, dukungan, motivasi, dan perhatian yang tidak ada hentinya. To infinity and beyond!

10. Teman-teman arsitek Sum & Substance Studio; Kak Maharani Putri Osmani, Kak Eko Prakoso Darmantoro, dan Kak Vichi Octaviano. Terima kasih untuk motivasinya, dan kebaikan hatinya mengizinkan penulis menggunakan kantornya untuk menyusun skripsi ini. Terima kasih banyak kakak-kakakku!

Akhir kata, penulis kembali mengucapkan terima kasih yang tulus dan berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Bandung, Juli 2017

(9)

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... v ABSTRACT ... vi PRAKATA ... vii DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

1.4 Kerangka Pemikiran ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.2 Penelitian Terdahulu... 8

2.3 Landasan Yuridis ... 14

2.4 Berbagai Metode ... 15

BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN ... 20

3.1 Metode Penelitian ... 20

3.1.1 Analisis Skalogram ... 20

3.1.2 Analisis Indeks Sentralitas ... 22

3.1.3 Analisis Gravitasi ... 23

3.2 Deskripsi Objek Penelitian ... 24

(10)

x

3.4 Variabel-Variabel yang Diteliti ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil Pengolahan Data ... 32

4.1.1 Analisis Skalogram ... 32

4.1.2 Analisis Indeks Sentralitas ... 40

4.1.3 Analisis Gravitasi ... 44 4.1.4 Aktivitas Ekonomi ... 46 4.2 Pembahasan ... 50 BAB V PENUTUP ... 55 DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN I ... A-1 LAMPIRAN II ... A-4 LAMPIRAN III ... A-5 LAMPIRAN IV ... A-7 LAMPIRAN V ... A-10 RIWAYAT HIDUP PENULIS... B-1

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: Kerangka Pemikiran Penentuan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Pangandaran ... 5 Gambar 3.1: Peta Wilayah Kabupaten Pangandaran ... 24

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Variabel-Variabel Penentuan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten

Pangandaran ... 29

Tabel 4.1: Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2012 ... 34

Tabel 4.2: Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Jumlah Penduduk di Kabupaten Pangandaran ... 36

Tabel 4.3: Rangkuman Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Jumlah Penduduk di Kabupaten Pangandaran ... 36

Tabel 4.4: Jumlah Jenis Fasilitas di Kabupaten Pangandaran ... 37

Tabel 4.5: Hasil Analisis Skalogram dengan Penghitungan Interval Orde Berdasarkan Jumlah Jenis Fasilitas di Kabupaten Pangandaran ... 39

Tabel 4.6: Rangkuman Hasil Analisis Skalogram Berdasarkan Jumlah Jenis Fasilitas di Kabupaten Pangandaran ... 40

Tabel 4.7: Jumlah Jenis Fasilitas dan Total Jumlah Unit Fasilitas Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Pangandaran ... 41

Tabel 4.8: Hasil Analisis Indeks Sentralitas di Kabupaten Pangandaran ... 42

Tabel 4.9: Hasil Analisis Indeks Sentralitas yang Diurutkan Berdasarkan Orde Kecamatan di Kabupaten Pangandaran ... 43

Tabel 4.10: Hasil Analisis Gravitasi Kecamatan Padaherang ... 45

Tabel 4.11: Hasil Analisis Gravitasi Kecamatan Pangandaran ... 46

Tabel 4.12: Penyebaran Kawasan Usaha di Kabupaten Pangandaran ... 48

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian

Pasca reformasi, dimulai tahun 1999, pemekaran daerah (wilayah administrasi) telah berlipat ganda (Rochmi, 2016). Pemekaran wilayah administrasi yang dimaksud adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/kota menjadi dua daerah atau lebih. Beragam alasan muncul melatarbelakangi suatu daerah untuk memekarkan diri menjadi daerah otonomi baru. Alasan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, terdapat pula alasan lain dilakukannya pemekaran daerah yakni (1) timpangnya pemerataan dan keadilan daerah, (2) kondisi geografis yang luas sehingga pelayanan terhadap masyarakat menjadi tidak efektif dan efisien, (3) perbedaan civil society yang berkembang di masyarakat, (4) iming-iming insentif fiskal, dan (5) status kekuasaan (Tenrini, 2013).

Isu pemekaran daerah kini telah menjadi bahasan yang tidak ada hentinya diperbincangkan. Hal itu pun dipicu oleh pemberlakuan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Pemekaran daerah menjadi kecenderungan baru dalam struktur pemerintahan daerah di Indonesia (Herawati, 2011).

Menurut Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri Soni Sumarsono dalam Rochmi (2016), Indonesia sebetulnya hanya dapat menambah 11 provinsi dan 46 kabupaten/ kota sampai 2025. Batasan jumlah provinsi, kabupaten, dan kota yang ideal hingga tahun 2025 tersebut merupakan hasil pemetaan dari Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang terkait dengan tata cara pemekaran dan desain besar penataan daerah (Wiwoho, 2015). Namun hasilnya justru jauh membengkak. Dari tahun 1999 hingga tahun 2008, jumlah kabupaten/kota di Indonesia sudah bertambah 183 daerah mekaran yang terdiri atas 151 kabupaten dan 32 kota (Herawati, 2011).

Salah satu daerah baru yang merupakan hasil pemekaran daerah ialah

Kabupaten Pangandaran. Sebelumnya, wilayah Kabupaten Pangandaran

merupakan bagian dari Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Namun, wilayah Pangandaran kini telah resmi menjadi kabupaten tersendiri meninggalkan Kabupaten Ciamis dan ditetapkan pula sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB)

(14)

2 sebagaimana tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran (Marmuksinudin, 2013).

Pembentukan Kabupaten Pangandaran menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) dimotivasi oleh keinginan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, serta mempercepat proses pembangunan daerah (Pikiran Rakyat, 2013). Selain itu, terdapat berbagai pertimbangan lain yang melatarbelakangi terbentuknya Kabupaten Pangandaran, yaitu hamparan potensi bahari yang dinilai belum tergali secara optimal, kondisi geografis Kabupaten Ciamis terlalu luas, dan hasil kajian kelayakan Pangandaran untuk berpisah dari Kabupaten Ciamis. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Universitas Padjadjaran Bandung, Ciamis Selatan (Pangandaran) layak untuk dimekarkan karena sudah memenuhi syarat minimal pemekaran daerah (Mypangandaran News, 2011).

Dalam jangka panjang, Kabupaten Pangandaran diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan baru untuk wilayah selatan Provinsi Jawa Barat (Pikiran Rakyat, 2013). Untuk itu, Kabupaten Pangandaran harus dapat mengawalinya dengan memiliki pusat pertumbuhan di daerahnya yang dicerminkan oleh adanya kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan dapat ditentukan dengan suatu wilayah calon pusat pertumbuhan memiliki empat ciri untuk menjadi pusat pertumbuhan. Ciri tersebut yakni (1) adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, (2) adanya efek pengganda (multiplier effect), (3) adanya konsentrasi geografis, dan (4) bersifat mendorong daerah belakangnya (Pandjiputri, 2013).

Adanya kecamatan pusat pertumbuhan tersebut diharapkan pula dapat menjadi penggerak Kabupaten Pangandaran mandiri secara ekonomi. Mandiri dalam hal ini dapat dilihat dari kemampuan Daerah Otonomi Baru (DOB) untuk tidak bergantung pada dana transfer pusat. Jika menurut standar internasional, daerah dapat dikatakan mandiri jika anggarannya 20% dari PAD dan 80% kucuran dari pusat (Rochmi, 2016). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai wilayah mana saja di Kabupaten Pangandaran yang memiliki ciri untuk menjadi pusat pertumbuhan sehingga dapat ditentukan sebagai sebuah wilayah calon pusat pertumbuhan sebagai pendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayahnya.

(15)

3

1.2

Rumusan Masalah

Proses pembangunan nasional yang menekankan kepada pertumbuhan ekonomi secara spasial diterjemahkan ke dalam pendekatan Growth Pole yang melahirkan kebijakan pengembangan wilayah melalui pembangunan pusat-pusat

pertumbuhan. Penentuan kecamatan pusat pertumbuhan di Kabupaten

Pangandaran dapat diketahui dengan calon kecamatan pusat pertumbuhan memiliki ciri untuk menjadi pusat pertumbuhan. Namun, jika dilihat dari aktivitas ekonomi yang berlangsung di Kabupaten Pangandaran, belum ada daerah yang sangat dominan sehingga dapat menjadi pusat pertumbuhan di Kabupaten Pangandaran. Hal ini mengindikasikan bahwa belum ada suatu wilayah yang terkonsentrasi secara geografis di wilayah Kabupaten Pangandaran yang dapat dikategorikan sebagai kecamatan pusat pertumbuhan.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan penelitian, yakni:

1 Apakah terdapat kecamatan di wilayah Kabupaten Pangandaran

yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan?

2 Bila terdapat kecamatan (maupun beberapa kecamatan) yang

berpotensi sebagai pusat pertumbuhan, bagaimana daya tarik (keterkaitan) kecamatan pusat pertumbuhan tersebut dengan wilayah belakangnya? Wilayah belakang mana yang memiliki keterkaitan paling kuat dengan pusat pertumbuhan?

1.3

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wilayah kecamatan mana di

Kabupaten Pangandaran yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan.

Penentuannya dapat dilihat melalui pemenuhan terhadap ciri untuk menjadi pusat pertumbuhan baik berdasarkan teori maupun alat analisis yang digunakan. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui daya tarik (keterkaitan) di antara pusat pertumbuhan dengan wilayah belakang juga daya tarik di antara pusat-pusat pertumbuhan. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aspek-aspek apa saja yang penting untuk dimiliki oleh sebuah wilayah calon pusat pertumbuhan.

(16)

4

1.4

Kerangka Pemikiran

Harapan jangka panjang Kabupaten Pangandaran sebagai wilayah yang baru memekarkan diri adalah untuk dapat menjadi pusat pertumbuhan di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Hal itu dapat dicapai dengan Kabupaten Pangandaran memiliki pusat pertumbuhan untuk wilayahnya terlebih dahulu. Penentuan kecamatan pusat pertumbuhan ini pun dilakukan agar wilayah ini dapat mandiri secara ekonomi menopang wilayahnya sendiri sebelum dapat menopang wilayah lain dalam skala yang lebih besar. Kemandirian ekonomi itu pun akan tercapai dengan konsep pengembangan pusat pertumbuhan. Hal itu dapat mungkin terjadi karena konsep pengembangan pusat pertumbuhan baru dapat meningkatkan pendapatan daerah secara keseluruhan. Pendapat tersebut didukung oleh Richardson dalam Samsudin (2003) yang menyatakan bahwa pendapatan di daerah pertumbuhan akan mencapai maksimal apabila pembangunan dipusatkan di pusat-pusat pertumbuhan daripada pembangunan itu dipencar-pencar secara terpisah di seluruh daerah.

Penentuan kecamatan pusat pertumbuhan untuk dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah jumlah penduduk, ketersediaan fasilitas, aktivitas ekonomi, dan jarak antar calon pusat pertumbuhan. Menurut Tarigan (2007), pusat pertumbuhan dapat diartikan secara geografis sebagai suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di wilayah tersebut dan masyarakat akan cenderung untuk datang serta memanfaatkan fasilitas yang ada di wilayah tersebut walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut. Berdasarkan hal itu, faktor-faktor pendukung penentuan pusat pertumbuhan tersebut pun dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan pusat pertumbuhan. Hal itu dapat dilihat dari kemampuan suatu wilayah memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang digambarkan dengan ketersediaan fasilitas umum untuk menjadi daya tarik. Hal itu juga akan berpengaruh terhadap banyaknya penduduk yang akan berkumpul di tempat tersebut dan aktivitas ekonomi yang akan dilakukan. Sementara itu, jarak antar kecamatan menjadi penting untuk dibahas karena digunakan untuk mengetahui keterkaitan (daya tarik) yang terjalin, baik dengan wilayah belakang maupun antara pusat pertumbuhan. Hal itu akan menjadi penting untuk diketahui karena suatu wilayah pusat pertumbuhan harus dapat mendorong wilayah belakangnya (hinterland area) dan dorongannya dapat diketahui dari keterkaitan yang terjalin.

(17)

5 Adanya pusat pertumbuhan yang telah ditentukan, diharapkan dapat membuat wilayah Kabupaten Pangandaran dapat mandiri secara ekonomi karena banyaknya kegiatan ekonomi yang dilakukan. Pendorong Kabupaten Pangandaran untuk mandiri secara ekonomi pun secara tidak langsung dapat dari berbagai potensi kekayaan daerah yang dimiliki Kabupaten Pangandaran. Berbagai potensi kekayaan daerah yang dimiliki tersebut dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi lokal masyarakat dan pada akhirnya dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi untuk wilayah Kabupaten Pangandaran. Penjelasan tersebut digambarkan pada kerangka pemikiran sebagai berikut.

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran Penentuan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Pangandaran

Kecamatan Pusat Pertumbuhan

Pusat Pertumbuhan di Pangandaran

Pangandaran Mandiri secara Ekonomi Jumlah Jenis Fasilitas Jenis Fasilitas Potensi Daerah Jumlah Penduduk

Ketersediaan Fasilitas Aktivitas Ekonomi

Penyerapan Tenaga Kerja Penyebaran Kawasan Usaha Jarak Antar Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Di pasar sepeda motor bebek, sepeda motor Honda Supra X 125 memiliki harga yang lumayan tinggi terutama pada varian CW ( Cast Wheel ) dibandingkan dengan varian

Dari hasil pengujian dapat diputuskan Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti Pengungkapan Fraudpada Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap Good Corporate

Berdasarkan maklumat di atas, seseorang guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Melayu itu sangat perlu menguasai kemahiran komunikasi agar kawalan di dalam kelas dapat

Kondisi tersebut menyebabkan permintaan terhadap kedelai terus meningkat setiap tahun (Zakaria, 2010). Indonesia yang merupakan negara agraris tidak mampu memenuhi kebutuhan

Saya mempelajari footprint dari satelit yang berbeda pada situs SatcoDX dan menyadari bahwa tinggal di Polandia adalah hal yang paling bagus untuk pehobi satelit,

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa : (1) keterampilan komunikasi tulis selama pembelajaran daring termasuk dalam kategori baik, sebagian besar

luas lahan, jumlah populasi, umur tanaman, jumlah penggunaan pupuk, jumlah pestisida, curahan tenaga kerja, dan jenis lahan mempengaruhi produksi kelapa sawit

Manfaat yang diterima peserta PIR adalah meningkatnya pendapatan, memiliki penghasilan tetap, memiliki pekerjaan tetap, dapat hidup tenang dan nyaman karena sudah