• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN DAN SIMULASI JALUR PENDINGIN KOMPONEN CAVITY SISTEM RF SIKLOTRON 13 MEV. Rian Suryo Darmawan, Kurnia Wibowo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN DAN SIMULASI JALUR PENDINGIN KOMPONEN CAVITY SISTEM RF SIKLOTRON 13 MEV. Rian Suryo Darmawan, Kurnia Wibowo"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

l'rosiaing l'ertemuan l{miali Talizman 2016

l'usat Tefuw{ogi nadloisotop aan naaiofannaRa (lJT1{1{),13:AT:4:N Tangerang Se{atan, 3 NovemDer 2016

ISSN :2087: 9652

PERANCANGAN

DAN SIMULASI JALUR PENDINGIN KOMPONEN CAVITY

SISTEM RF SIKLOTRON 13 MEV

Rian Suryo Darmawan, Kurnia Wibowo

PUSCI!Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA)-BATAN Yogyakarta

Email: riansd@batan.go.id.kurniaw@batan.go.id

ABSTRAK

PERANCANGAN DAN SIMULASI JALUR PENDINGIN KOMPONEN CA VITY SISTEM RF DEE SIKLOTRON

13

MeV. Telah dilakukan perancangan dan simulasi jalur pendingin komponen cavity sistem RF siklotron 13 MeV. Sebagai pendingin dirancang pipa pendingin dari bahan tembaga dengan diameter dalam

6

mm, panjang kontak dengan komponen cavity 2204

mm

dan media pendingin air yang diletakkan pada sisi sekeliling komponen cavity yang sebelumnya telah dibuat seperti semacam saluran. Perancangan dilakukan dengan cara perhitungan secara analitis, sedangkan simulasi dilakukan dengan perangkat lunak CFD (Computational Fluid Dynamics). Hasil perhitungan dan simulasi menunjukkan bahwa secara umum peningkatan debit fluida pendingin memberi dampak pada penurunan temperatur permukaan komponen cavity sistem RF dee (Ts) dan temperatur luaran fluida pendingin (Tmo). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan debit air pendingin 15/iter/menit masih memperlihatkan kinerja kapasitas pendingin yang baik dengan temperatur permukaan komponen cavity 78, 79°C dan temperatur air pendingin 23,83 DC.Hasil simulasi menunjukkan distribusi panas yang merata pada modifikasi kedua jalur pendingin yang menunjukkan temperatur permukaan komponen cavity 73,57 °C dan temperatur air pendingin 34,53 °C untuk debit air pendingin

15

/iter/menit.

Kata kunei : cavity, pentlingin, simulasi CFD

ABSTRACT

DESIGN AND SIMULA nON OF CA VITY'S COOLING LINE ON

13

MeV CYCLOTRON'S RF SYSTEM. The design and simulation of cavity's cooling line on 13 Me V cyclotron's rf system has· been done. The design for cooling system is cooling pipe of copper material with an inner diameter of 6 mm, length of contact with the cavity is 2204 mm and the cooling medium is water placed on the side of the cavity's surrounding that previously have been created act as

a

kind of channel. The design was done by calculating analytically, while the simulation is done with CFD (Computational Fluid Dynamics) software. Calculation and simulation results show that the overall increase in the cooling fluid flow gave effect on the decrease of cavity's surface temperature (Ts) and the temperature of the cooling fluid output (Tmo). The calculations show that with the cooling water flow of

15

liters/minute still showed good performance of cooling capacity with cavity's surface temperature of 78, 79°C and cooling water temperature of 23,83 DC. The simulation results show even heat distribution in the second modification of cooling path with cavity's surface temperature of 73,57 °C and cooling water temperature of 34,53 °C for cooling water flow of

15

liters / minute.

(2)

'prosid"tng l)ertenlllan Ifiniafi 'lafiunan 2016

Tusat 'lefmo{ogi naaioisotoy aan nad"tofarmaka (T'llUZ), 'B.A'l.A:N 'langerang Se{atan, 3 Novem6er 2016

ISSN : 2081: 9652

PENDAHULUAN

S

Akseleratoraat ini di PusatBAT AN sedang dilaksanakanSains dan Teknologi kegiatan perancangan dasar siklotron untuk produksi radioisotop dengan energi proton sekitar 13 MeV yang berinisial Design Experimental of Cyclotron in Yogyakarta -13MeV (DECY-13). Siklotron adalah pemercepat partikel bermuatan yang bekerja dengan mempercepat ion positif atau negatif, secara periodik (siklus) menggunakan tegangan pemercepat bolak-balik (alternating voltage) yang dipasang pada dua buah elektrode berongga dalam ruang yang dihampakan sehingga dapat dilintasi oleh berkas ion. Dengan medan magnet ditimbulkan gaya Lorentz yang merupakan gaya sentripetal pada berkas ion sehingga lintasannya melingkar dan dapat dipercepat berulang-ulang (cyclic) setiap kali melalui celah (gap) pemercepat. Berkas ion masuk dengan energi tertentu, kemudian setiap kali mengalami percepatan energi akan bertambah besar, sehingga radius lingkaran makin besar. Pada energi dan radius tertentu berkas dikeluarkan untuk ditembakkan pada target padat, gas atau cair sehingga terjadi reaksi nuklir yang menghasilkan radioisotop yang didinginkan atau memberikan dosis radiasi untuk sterilisasi, terapi, maupun modifikasi sifat bahan

[1J

Salah satu komponen penting dari siklotron adalah sistem dee yang dicatu dengan tegangan tinggi berfrekuensi radio (RF) , komponen tersebut berfungsi untuk mempercepat ion-ion hidrogen (W atau H-) yang dihasilkan oleh sumber ion. Pada tahun 2011 telah dilakukan perancangan komponen-komponen sistem RF siklotron 13 MeV[2J.Sistem RF tersusun atas komponen-komponen utama, yaitu center of dee (puller dan beam post), dee plate, dee stem,coupler, cavity, central region

(bump cover dan beam guide) dan liner. Sistem

RF di desain untuk beroperasi dengan daya yang dihantarkan oleh generator RF sebesar 20 kW[3J. Ketika sistem RF sedang beroperasi, generator RF akan menghantarkan daya maksimum sebesar

20

kW sehingga akan membangkitkan panas. Karena panas yang dibangkitkan tersebut maka diperlukan pendinginan untuk mencegah terjadinya kenaikan temperatur yang dapat mengubah nilai kapasitansi dan frekuensi sistem

RF sehingga dapat menggangu kinerja pemercepatan pertikel pada siklotron. Salah satu komponen yang akan di desain dan disimulasikan adalah cavity. Cavity bersama dee stem merupakan komponen dalam siklotron 13 MeV yang berfungsi menyerupai kabel koaksial dalam sistem RF. Dua komponen tersebut bertindak sebagai konduktor dari coupler menuju ke dee plate. Cavity terletak pada sisi luar tangki sistem vakum dan juga berfungsi sebagai tempat mounting komponen dee stem.

Sistem pendingin komponen cavity ini terdiri dari pipa pendingin, fluida pendingin dan chiller. Pipa pendingin yang digunakan adalah dari bahan tembaga dengan diameter dalam dan luar berturut-turut 6 mm dan 8 mm dengan panjang jalur pendingin 2204 mm. Dipilihnya pipa pendingin dari bahan tembaga karena bahan tersebut merupakan penghantar panas yang baik dan tersedia di pasaran. Agar dalam proses pendinginan dapat bekerja dengan baik sehingga temperatur komponen cavitysesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan analisis kemampuan sistem pendingin dan simulasi distribusi temperatur yang terjadi pada komponen cavity tersebut.

DASAR TEORI

Pada desain sistem RF siklotron harus dilengkapi dengan sistem pendingin untuk mencegah kenaikan temperatur pada komponen-komponen sistem RF itu sendiri, karena kenaikan temperatur pada komponen-komponen sistem RF dapat mengubah nilai kapasitansi dan frekuensi sistem RF sehingga dapat menggangu kinerja pemercepatan pertikel pad a siklotron. Perhitungan pendinginan ini didasarkan pad a jumlah panas yang dihantarkan generator RF. Dengan asumsi daya dari catu daya yang mensuplai sumber ion seluruhnya terdisipasi menjadi panas, maka besar daya terdisipasi adalah P (Watt).

Pada pipa pendingin yang dialiri fluida pendingin, untuk mengetahui beda temperatur fluida yang keluar dari pipa pendingin dengan temperatur fluida yang masuk pipa pendingin digunakan persamaan[4,5]:

q

=

mCpt:.Tm (1)

t:.Tm

=

Tmo - Tmi (2)

dengan

q

adalah panas yang diserap fluida pendingin (Watt),

m

laju aliran massa fluida pendingin (kg/s), cpkalor jenis fluida (kJ/kg.C),

(3)

1'rosid"ing 1'ertemuan I{miafi Tafiunan 2016

1'usat Tefino{ogi 'RacOoisotoy eran 'Ramojarmafia ('l"l'lZ'R),'B;4T:AN Tangerang Se{atan, 3 Novemver 2016

ISSN : 2087 : 9652 (7) (8) (9) (3) (4)

TATA KERJA

1.

Perhitungan Pendinginan

Pada bagian komponen cavity sistem RF dee, yang menjadi sumber panas adalah radiasi panas dari komponen coupler yang terletak di lubang sisi komponen cavity. Konstruksi komponen cavity sistem RF dee diperlihatkan pada Gambar 1. Jalur pendingin diletakkan pada sisi di sekeliling komponen cavity yang polos (selain lubang untuk komponen coupler) yang sebelumnya telah dibuat seperti semacam saluran. Jalur pendingin ini dialiri fluida pendingin yaitu air yang didinginkan oleh chiller.

Perangkat lunak yang digunakan untuk simulasi heat transfer komponen cavity sistem RF dee pada siklotron 13 MeV adalah Inventor dan Solid Works. Perangkat lunak Inventor digunakan untuk mendesain geometri dari komponen cavity. Luaran (output) dari perangkat lunak Inventor kemudian digunakan sebagai masukan (input) perangkat lunak Solid Works. Solid Works merupakan perangkat lunak CAD dan simulasi CFD (Computional Fluid Dynamic) yang dapat menggambarkan aliran fluida, tekanan, dan temperatur sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari setiap persoalan yang berhubungan dengan aliran fluida.

ditentukan

I::.Tm beda temperatur fluida yang masuk dan

keluar pipa pendingin (0G), Tmo temperatur fluida keluar pipa pendingin (0G) dan Tmi temperatur

fluida masuk pipa pendingin (0G).

Laju pendinginan menggunakan persamaan[4.5J:

q

=

hAsf1Tlm

I::.T - (Ts-Tmo)-(Ts-T mi)

1m - In[(Ts-Tmo)!(Ts-Tmi)]

Dengan h adalah koefisien konveksi perpindahan panas (W/m2), As luasan perpindahan panas (m2), I::.Tlm beda temperatur rata-rata logaritma

fluida yang masuk dan keluar pipa pendingin rC) dan Ts temperatur permukaan pipa pendingin

rC).

Untuk fluida yang mengalir di dalam pipa, kemungkinan terjadi dua jenis aliran yaitu aliran laminar jika nilai bilangan Reynolds (Re)< 2300 dan aliran turbulen jika nilai Re > 2300. Untuk aliran laminar di dalam pipa besar bilangan Nusselt dapat ditentukan dengan persamaan[4]:

_ (ReOPT)1/3 (/1 )0.14

NUD -

1,86

-/

L D

-

-

/1s

(5)

sedangkan untuk aliran turbulen di dalam pipa besar bilangan Nusselt ditentukan dengan persamaan[4.5J:

Nuo

=

O,023Re~!5 Prn (6)

dengan Reo adalah bilangan Reynolds, Pr bilangan Prandl, L panjang pipa (m), D diameter pipa (m), J.1 viskositas absolut (Ns/m2), J.1s

viskositas dinamik yang ditentukan pada temperatur dinding (Ns/m2) dan n konstanta yang nilainya 0,4 untuk pemanasan dan 0,3 untuk pendinginan. Besar bilangan Reynolds ditentukan dengan persamaan[4.5J:

4m

Reo

= -

nO/l

Sedangkan bilangan Nusseltjuga mempunyai nilai yang dapat d.itentukan dengan persamaan[4,5]:

hO

Nuo

= -

k

sehingga diperoleh nilai koefisien perpindahan panas konveksi (h) adalah

h =

NIID

k

D

Dengan k adalah konduktivitas termal fluida

(4)

1'rosiaing 1'ertemllan I{miah 'Tahllnan 2016

1'usat 'Tekno{ogi 1{aaioisotoy aan 1{aaiofarmaka (1''T'R'R),B:A.'T:A.N 'Tangerang Se{atan, 3 November 2016

ISSN : 2087 : 9652

1.1.

Spesifikasi pipa pendingin, sifat-sifat

fisik fluida pendingin dan

chiller

nilai koefisien perpindahan panas konveksi fluida pendingin menggunakan persamaan (9).

Untuk perhitungan pendinginan didasarkan pada spesifikasi pipa pendingin, sifat-sifat fisik fluida pendingin dan chiller yang ditunjukkan berturut-turut pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 1. Spesifikasi pipa pendingin komponen cavity

sistem RF dee

Nilai Satuan

Diameter dalam (0dalam)

0,006 m

Diameter luar (0/uar)

0,008 m

panjang kontak dengan

2,204 m omponen cavity (L) Konduktivitas termal (k) 401 W/mK

Tabel 2. Sifat-sifat fisik fluida pendingin (air)

Nilai Satuan 997 kg/m3 0,00123 Ns/m2 0,606 W/mK 4181 kJ/kgK 6,62

Tabel 3. Spesifikasi chiller yang digunakan siklotron 13 MeV Nilai Satuan Merk (model) Thermo Q 15 AScr) Coolina caDacitv 37,4 kW

Chilled water flow

120 L/menit Chilled water temperature°C12/7 in/out)

1.2. Menghitung

koefisien

konveksi

fluida

pendingin

Untuk menghitung koefisien konveksi ditentukan terlebih dahulu nilai bilangan Reynolds dan bilangan Nusselt. Nilai bilangan Reynolds dihitung menggunakan persamaan (7) dan besaran-besaran yang digunakan didasarkan spesifikasi pipa pendingin pada Tabel 1 dan laju aliran air pending in. Untuk perhitungan nilai bilangan Nusselt menggunakan persamaan (5) atau (6). Selanjutnya dilakukan perhitungan

1.3. Menghitung temperatur

permukaan pipa

pendingin

Untuk menghitung temperatur permukaan pipa pendingin terlebih dahulu harus menentukan daya terdisipasi, besar temperatur fluida masuk dan keluar pipa pendingin. Besar daya terdisipasi diambil dari daya maksimum generator RF yang diasumsikan seluruh daya terdisipasi menjadi panas. Selanjutnya dilakukan perhitungan temperatur fluida yang masuk dan keluar pipa pendingin menggunakan persamaan (1) dan (2). Untuk perhitungan perbedaan temperatur masuk dan keluar pipa pendingin secara logaritmis menggunakan persamaan (3). Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan temperatur permukaan pipa pendingin menggunakan persamaan (4).

2.

Simulasi

Dengan

Perangkat

Lunak

Inventor

dan

SolidWorks

Perangkat lunak Inventor digunakan untuk mendesain geometri komponen cavity. Pada tahap pembuatan geometri dilakukan dengan rekayasa terhadap bentuk-bentuk dasar bangun ruang. Perangkat lunak Solid Works digunakan untuk memberikan gambaran aliran fluida dan temperatur pada komponen cavity. Langkah yang pertama dilakukan adalah membuka file geometri yang sebelumnya telah dibuat menggunakan perangkat lunak Inventor. Kemudian memilih fitur flow simulation yang di dalam fitur tersebut pengguna diminta untuk menentukan berbagai masukan dan batasan. Proses simulasi dilakukan dengan memvariasi nilai debit air pendingin yang masuk dalam sistem pendingin disesuaikan dengan spesifikasi chiller siklotron 13 MeV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

Perhitungan Pendinginan

Energi yang diserap oleh komponen cavity berasal dari disipasi panas komponen coupler yang dicatu oleh generator RF. Oidasarkan hukum kekekalan energi bahwa energi adalah kekal (tidak dapat dimusnahkan atau dihilangkan tetapi berubah bentuk), maka

(5)

1'rosiaillg Tertel/wan lfilliafl 'Taflullan 20/6

Tusat 'Tefmo(ogi nadloisoti!p aan 'Raaiofarmaka (1''T'R'R), 'BJ1.'TJ1.N 'Tallgerang Sdata11,

3

Novem6er 2016

ISSN : 2087 :9652

diasumsikan seluruh daya dari catu daya yang masuk pada komponen coupler berubah bentuk menjadi panas atau terdisipasi menjadi panas dan merupakan beban pendinginan.

Untuk perhitungan sistem pendingin dilakukan dengan memvariasi debit air masuk pipa pendingin sehingga dapat diketahui hubungan antara debit air masuk dengan temperatur permukaan pipa pendingin pada temperatur air masuk pipa pendingin tetap. Hasil perhitungan bilangan Reynolds, bilangan Nusselt, nilai koefisien konveksi perpindahan panas fluida pendingin, nilai temperatur fluida keluar dari pipa pendingin dan nilai temperatur permukaan pipa pendingin dengan variasi debit aliran masuk disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar 2.

20 kW, sedangkan air pendingin masuk ke komponen cavity diasumsikan 15°C dengan pertimbangan pengaturan kemampuan pendingin chiller.

Dari tabel dapat dilihat bahwa untuk debit air pendingin dari 15 liter/menit sampai 120 liter/menit, seluruhnya dapat diterapkan karena dari hasil perhitungan didapatkan temperatur permukaan di bawah 100°C (titik didih air). Karena jika temperatur di atas 100°C maka akan terjadi penguapan pada lapisan air pendingin sehingga terbentuk gelembung-gelembung uap lapisan air pendingin. Jika hal ini terjadi, dapat menyebabkan berkurangnya besar nilai koefisien perpindahan panas konveksi dan berdampak pada berkurangnya kapasitas pendinginan. Jadi pemilihan debit air didasarkan pada temperatur permukaan yang diinginkan. Tabel 4. Hasil perhitungan temperatur permukaan

sebagai fungsi debit air pendingin 2. SimulasiInventor dan SolidWorksDengan Perangkat Lunak

Tmi=15°C

Cavity

Gambar 2. Hubungan temperatur permukaan hasil perhitungan sebagai fungsi debit air pendingin

Perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel

4

khususnya untuk Tmo, I1T1m dan Ts didasarkan dari perhitungan daya terdisipasi. Daya terdisipasi ini didasarkan spesifikasi maksimum sumber daya generator RF sebesar

Pad a proses simulasi diawali dengan pembuatan geometri komponen cavity menggunakan perangkat lunak Inventor. Pada tahap pembuatan geometri dilakukan dengan rekayasa terhadap bentuk-bentuk dasar bangun ruang. Bentuk-bentuk dasar bangun ruang tersebut dibentuk menggunakan fitur-fitur yang ada dalam perangkat lunak Inventor, yaitu extrude, revolve, hole, circular patern dan fillet yang hasilnya ditunjukkan pada Gambar 1.

Langkah selanjutnya dalam proses simulasi dilakukan pada perangkat lunak SolidWorks. Tahap pertama adalah membuka file geometri yang sebelumnya telah dibuat menggunakan perangkat lunak Inventor. Kemudian memilih fitur flow simulation yang di dalam fitur tersebut pengguna diminta untuk menentukan unit system (satuan yang digunakan), analysis type (internal atau external), fluids (fluida yang digunakan), solids (material yang digunakan), parameter (tipe termal, tekanan dan temperatur awal) dan result resolution (resolusi hasil yang diinginkan).Langkah berikutnya adalah memberikan masukan pad a simulasi, yaitu boundary condition (inlet volume flow dan static pressure), heat source (heat generation rate) dan goals (temperatur minimum dan maksimum untuk fluida dan material). Masukan untuk inlet volume air pendingin bervariasi dengan suhu 15°C dan heat source sebesar 20 kW. Hasil simulasi ditunjukkan pad a Gambar 3 dan Gambar 4.

Permukaan

~ ~ ~ ® ~ , " ~

15 30 45 60 75 90 105 120 Debit Fluida Pendingin (literjmenit)

•••••••••Output fluida pendingin

100

U

2-

50

'-

::J 0 •....

~

Q) Q. E Q)

f-Q f:1T1mReoNuohTs(WTmo1m2) 11m (0C) (OC) (OC 15 43131,4210, 1~20899,7823,83206,93 78,7 30 86262,8436388,62121,915,8360,28 52,0 45 129394,2E50331,364,2221,28498,33 42,28 60 172525,6863356,23,3520,9E627,29 37,11 75 215657,1075738,612,8020,77749,89 33,8 90 758788,5'187631,92,4220,64867,64 31,6 105 301919,9E99133,412,1420,5~981,52 30,0 120 345051,31110309,681,9220,481092,18 78,7

(6)

'l'rosicfillg 'l'ertemuall J{miali 'laliunall 20JO

'l'usat 'leRI10(ogi Racftoisotoy aall RaaiofarmaRa ('1''lRR), 'BA'lAN 'langerang Se(atall, 3 Novemver 20J6

150

Cavity

ISSN : 2087 : 9652

-4-0utput fluida pendingin -4- Permukaan

10877 102.80 9683 90.86 84.89 78.91 72.94 66.97 61 00 5503 4906 4309 37.12 31.15 _ 25.18

Temperature (Solid) I'C] Surface Plot 1: contours

G

o ::- 100 ::J .•...• ro O:i 50

a.

~ 0

I-

15 30 45 60 75 90 105 120

Debit Fluida Pendingin (Iiter/menit)

Gambar 3. Oistribusi panas komponen cavity untuk

debit air pendingin 120 I/menit

108.77 102.77 96.78 90.79 84.79 78.80 72.81 66.81 60.82 54.83 48.83 42.84 36.85 3085 _ 24.86 Temperature I'C] FlowTrajectories 1

Gambar 4. Oistribusi panas aliran air pendingin

komponen cavity untuk debit air 120 I/menit

Tabel 5. Hasil simulasi dengan melakukan variasi debit air pendingin

Q !I/menit) TsmaxTmo(OC)(0C)

15 34,60 127,92 30 25,11 111,66 45 22,27 105,28 60 21,19 101,89 75 20,90 99,79 90 21,07 98,50 105 21,60 97,68 120 22,35 97,19

Gambar 5. Hubungan temperatur permukaan hasil

simulasi sebagai fungsi debit air pendingin

Dari hasil simulasi komponen cavity pada Tabel 5, dapat terlihat bahwa untuk debit air pendingin lebih besar atau sama dengan 75 liter/menit dapat diterapkan karena hasil temperatur maksimum permukaan yang diperoleh lebih kecil daripada

100Ge

sehingga tidak terbentuk gelembung-gelembung uap lapisan fliuda pendingin dan tidak mengurangi besar nilai koefisien perpindahan panas konveksi. Akan tetapi jika dilihat hasil simulasi berupa distribusi panas pad a komponen cavity pad a gambar 3, dapat terlihat bahwa distribusi panas belum merata. Pada bagian sebelah atas lubang untuk komponen coupler terlihat area yang masih merah yang menandakan panas pada area tersebut belum terdistribusi secara merata. Maka dari itu perlu dirancang modifikasi jalur pendingin pada komponen cavity untuk

mengoptimalkan distribusi panasnya.

Modifikasi yang pertama adalah dengan menambah jalur pendingin pada bagian atas dan bawah lubang untuk komponen coupler seperti terlihat pada Gambar 6. Sedangkan hasil simulasinya diperlihatkan pada Gambar 8 dan Gambar 9.

(7)

'Prosiaing l'erteJ1luan I(miafi Tafiunan 2016

~Pusat Te~J!o(ogi 'Raaioisotoy aan 'Radiofarma~a (l'TlZ'R), 'B.'A.TAN Tangerang Sdatan, 3 November 2016

ISSN : 2087: 9652

Tabel 6. Hasil simulasi dengan melakukan variasi debit air pendingin untuk modifikasi pertama

QIl/meniO TsmaxTmoToC\(OC)

15 35,00 76,58 30 26,76 67,29 45 25,54 66,24 60 27,03 68,23 75 29,98 72,12 90 34,16 77,81 105 39,64 85,07 120 45,85 93,75

Cavity

100.00 15 30 45 60 75 90 105 120

Debit Fluida Pendingin (liter/men it)

Gambar 6. Komponen cavity modifikasi pertama pada

jalur pendingin

Gambar 7. Distribusi panas komponen cavity

modifikasi pertama untuk debit air pendingin

120 I/menit

Gambar 8. Distribusi panas aliran air pending in

komponen cavity modifikasi pertama untuk debit air

pending in 120 I/menit

u

o ::- 0.00 :J .•.... ro •... <lJ

a.

E <lJ

I-@"011\"""Outputfluida pendingin ~ Permukaan

Gambar 9. Hubungan temperatur permukaan hasil

simulasi sebagai fungsi debit air pendingin pad a

modifikasi pertama

Dari hasil simulasi komponen cavity modifikasi pertama pad a jalur pendingin berupa distribusi panas pada Gambar 7, dapat terlihat bahwa distribusi panas pad a area sekitar lubang untuk komponen coupler lebih merata dibandingkan dengan rancangan jalur pendingin awal. Akan tetapi masih terlihat adanya sedikit area yang belum merata, terutama pad a bagian tepi atas komponen cavity dan bagian tepi lubang untuk komponen coupler. Maka dari itu perlu dirancang modifikasi lanjutan terhadap rancangan ini untuk lebih mengoptimalkan distribusi panasnya.

Hasil optimum didapatkan untuk debit air pendingin 45 liter/men it, yang menunjukkan temperatur permukaan komponen cavity 66,24

°e

dan temperatur air pendingin 25,54

°e.

Karena ketika debit air pendingin ditambah lagi, justru hasil yang didapatkan adalah temperatur

yang lebih tinggi daripada temperatur dengan debit air pendingin sebesar 45 liter/menit.

Secara umum, modifikasi yang kedua dilakukan dengan menggeser jalur pendingin sebelah atas dan bawah lubang untuk komponen coupler menjadi lebih dekat terhadap tepi komponen cavity. Tetapi khusus untuk bagian

(8)

'l'rosidlng 1'ertel1lllalll(miafl Taflzllu1IJ2016

1'llsat Te~llo(ogi Radloisotoy aall Raaiofarmar.1a (1'T1Z1{),'BJtT.Jt:N Tangerang Sefatan,3Novem/3er 2016

ISSN : 2087 :9652

yang tepat berada di atas dan bawah lubang untuk komponen coupler diberikan sedikit belokan mendekati lubang tersebut. Modifikasi kedua pada jalur pendingin diperlihatkan pada Gambar 9. Sedangkan hasil simulasinya diperlihatkan pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Gambar 9. Komponen cavity modifikasi kedua pada jalur pendingin

n····

:>•.f.

""

~5"G~n! f "", j ~4'_Tl ! ~ :~~~ U1

!.l!!i!

',' ,J31.15 " It;£: ;" ~S.!-1 2234 2iHH T~',.,~~';~<J'''' ($<:.1<1'lOCI, ?,:",:~_:·,~•..I':f~I:':','.>;.~'.'J.!.::., \\

'~

"~-....::::::-~.> ...

Gambar 10. Oistribusi panas komponen cavity modifikasi kedua untuk debit air pendingin 120 I/menit

131.05roc, 31153025 ,. -~ 2935 ~28 46 ~27 56 ~ 26.66 ~25.77 t21.81 ! r2397

'•'./ii::

., 21.28 1038 1949 T9mp~riltlJfe(nuicl)rCl

Gambar 11. Oistribusi panas aliran air pendingin komponen cavity modifikasi kedua untuk debit air pendingin 120 I/menit

Tabel7. Hasil simulasi dengan melakukan variasi debit air pendingin untuk modifikasi kedua

Q(IImenit) Ts maxTmo(OC)(OC)

15 34,53 73,57 30 25,13 62,56 45 22,28 58,50 60 21,22 56,43 75 20,93 55,23 90 21,13 54,56 105 21,65 54,21 120 22,44 54,07

Cavity

15 30 45 60 75 90 105 120 Debit Fluida Pendingin (liter/men it)

<B;;- Output fluida pendingin ~ Permukaan

Gambar 12. Hubungan temperatur permukaan hasil simulasi sebagai fungsi debit air pendingin pada modifikasi kedua

Dari hasil simulasi komponen cavity modifikasi kedua pad a jalur pendingin berupa distribusi panas pad a Gambar 10, dapat terlihat bahwa distribusi panas pad a area sekitar lubang untuk komponen coupler lebih merata dibandingkan dengan rancangan jalur pendingin awal maupun rancangan jalur pending in modifikasi pertama. Hasil optimum didapatkan " untuk debit air pendingin 15 liter/menit, yang

menunjukkan temperatur permukaan komponen cavity 73,57

°e

dan temperatur air pendingin 34,53

°e.

KESIMPULAN

Dari hasil simulasi dapat diambil beberapa kesimpulan, dijelaskan sebagai berikut. Peningkatan masukan debit air pendingin secara umum memberi dampak pada penurunan temperatur permukaan komponen cavity sistem

RF dee (Tmo) dan temperatur keluaran air pendingin (Ts). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan debit air pendingin 15 liter/menit masih memperlihatkan kinerja sistem pending in yang baik dengan temperatur permukaan komponen cavity 78,79

°e

dan temperatur air

(9)

1'rosim1lg l'erte11111a1lI[i1liafi Tafill1la1l 2016

1'usat TeR1lo{ogi namoisotoy aa1l naaiofar111aRa (1'Tn1?.), 13.AT.AN Ta1lgera1lg SefataJI, 3Nove111ber 2016

ISSN : 2087 :9652

pendingin 23,83 DC. Hasil simulasi optimal didapatkan pada simulasi jalur pendingin dengan modifikasi kedua yang menunjukkan distribusi panas yang merata dengan temperatur permukaan komponen cavity 73,57 °C dan temperatur air pendingin 34,53 °C untuk debit air pendingin 15 liter/menit.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kegiatan ini dibiayai dengan anggaran DIPA-PSTA tahun 2016. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh tim rancang bangun siklotron 13 MeV atas semua bantuannya sehingga makalah ini dapat selesai.

DAFT AR PUST AKA

Spesifikasi Sumber Ion Pada Siklotron", Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya, ISSN

1411 - 1349.

2.

RIAN SURYO DARMAWAN DAN SLAMET SANTOSA (2011), "Perancangan Komponen Dee Siklotron Proton 13 MeV", Prosiding Pertemuan dan Presentasi IImiah Penelitian Dasar IImu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, ISSN 0216-3128, Buku 1. 3. Y. S. KIM at. al (2004), "New Design Of The

Kirams-13 Cyclotron For Regional Cyclotron Center", Proceedings of APAC, Gyeongju, Korea.

4.

F. P. INCROPERA, D. P. DEWITT, "Fundamentals of Heat Transfer", John Wiley & Sons Inc, New York, ISBN 0-471-08961 5. J.P. HOLMAN (1991), Perpindahan Kalor,

Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta. 1. RIAN SURYO DARMAWAN

SILAKHUDDIN (2009), "Penentuan

Gambar

Tabel 4. Hasil perhitungan temperatur permukaan
Gambar 4. Oistribusi panas aliran air pendingin komponen cavity untuk debit air 120 I/menit
Gambar 7. Distribusi panas komponen cavity modifikasi pertama untuk debit air pendingin 120 I/menit
Gambar 9. Komponen cavity modifikasi kedua pada jalur pendingin n····:&gt;•.f. &#34;&#34;~5&#34;G~n! f &#34;&#34;, j ~ 4'_Tl ! ~ :~~~ U1 !.l!!i!',' ,J31.15&#34; It;£:;&#34;~S.!-122342iHH T~',.,~~';~&lt;J'''' ($&lt;:.1&lt;1'lOCI , ?,:&#34;,:~_:·,~ •..I':f~I

Referensi

Dokumen terkait

1) Nasabah yang pernah melakukan pembiayaan Arrum Haji di Pegadaian Syariah cabang Blauran Surabaya. Nasabah pembiayaan Arrum Haji menjadi salah satu responden yang

Oleh karena itu retailer harus dapat menciptakan store atmosphere yang nyaman bagi konsumen seperti bangunan yang menarik, penempatan dan penentuan lebar lorong di

Komunikasi kelompok bisa dipahami sebagai komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.. Komunikasi

KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI.. RADEN

Metode Goal Programming merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan- tujuan yang bertentangan di dalam

Sebagaimana syirkah dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah KHES pada Pasal 136 tentang syirkah yaitu kerjasama dapat dilakukan antara dua pihak pemilik modal atau lebih untuk

Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Tingkat Sarjana (S-1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai salah

Di lain pihak justru sebaliknya juga ada sebagian siswa yang memang memiliki motivasi rendah tetapi mempunyai hasil belajar tinggi disebabkan ketika tes hasil belajar siswa