i
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
Disusun oleh:
MUHAMMAD ARIF PURNOMO NIM : 1103086
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
ii
DAN UPAYA SOLUSINYA
(TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)
Disusun Oleh :
MUHAMMAD ARIF PURNOMO NIM : 1103086
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 23 Desember 2009 Dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Sidang, Anggota Penguji
Dekan Penguji I
Drs. H. M Zain Yusuf, M.M Drs.Ali Murtadho, M.Pd NIP. 19530909 198203 1003 NIP. 1969018 199503 1001
Sekretaris Sidang Penguji II
Komarudin, M.Ag Safrudin, M.Ag
NIP. 19680413 200003 1001 NIP. 19751203 200312 1002
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Hj. Ismawati, M.Ag Komarudin, M.Ag
iii
iv Skripsi ini aku persembahkan kepada:
¾ Almamater tercinta Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
¾ Ibunda terkasih ( Siti Muhimah ), Ayahanda tersayang ( Akhyadi ), yang telah memberikan kasih sayang yang tak ternilai harganya
¾ Adik-adikku ( Rina & alfan ) yang kadang nyebelin.
¾ Teman – teman pondok yang selalu kompak, yang senantiasa memberikan semangat, suka humor, serta support dalam penyelesaian Skripsi.
v
sendiri, serta di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi atau di lembaga pendidikan lainya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum / tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 30 November 2007
Muhammad Arif Purnomo
vi
atau kesulitan-kesulitan yang dilami dalam penyusunan skripsi baik bersifat internal maupun eksternal, sehingga mahasiswa semester akhir mengalami kecemasan.
Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: 1. Faktor-faktor penyebab kecemasan pada mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2. Mencari upaya solusi menggatasi kecemasan mahasiswa semester akhir. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif analisis. Data diperoleh dari pengamatan, wawancara, angket, dan dokumentasi.
Penyebab kecemasan pada mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang di sebabkan berbagai hal. Faktor penyebab tersebut dapat di golongkan menjadi dua faktor, antara lain faktor internals dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu Kesulitan dalam menyusun skripsi, mengkonsep skripsi menyusun judul, teknik penulisan, isi dan metode penelitian, Kemampun dalam penyusunan skripsi, Kesulitan menghafal juz ama, Mahasiswa yang terlena berorganisasi,dan biaya pembuatan skripsi.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berhubungan dengan birokrasi kampus yang rumit, seperti hafalan juz Amma, dosen pembimbing yang sulit ditemui, proses bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang lama dan hanya memberikan sedikit waktu untuk bimbingan, dalam memberikan bimbingan kurang jelas, tidak terjadinya koordinasi yang baik antara pembimbing I dengan II, dan ketika melakukan bimbingan seringnya dosen pembimbing lebih berperan sebagai penguji awal dari pada sebagai patner diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan solusi yang pasti, dosen penguji yang terkenal sulit, dosen pengampu juz Amma yang sulit ditemui dan harus benar-benar fasih, belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan pekerjaan, serta kenyataan alumni IAIN yang masih nganggur, kuliyah sambil bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat menyelesaikan skrips dan deadline masa penulisan skripsi. Solusi penanganan kecemasan mahasiswa semester akhir dengan Bimbingan Dan Konseling Islam.
vii
penyayang serta maha pemurah, karena hanya dengan rahmat dan pertolonganya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG DAN UPAYA SOLUSINYA (TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM).
Sholawat serta salam tak lupa mudah mudahan tercurahkan kepada Nabi Muhammad sang revolusioner, yang telah berjasa membawa kita hingga sampai pada jaman pencerahan, masa yang penuh dengan kemenangan, pendidikan. Sehingga kita mampu hidup dalam abad modern serta berbudaya ini.
Penulis menyadari, tersusunya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, dan melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil.M.A selaku Rektor IAIN Walisongo 2. Bapak Drs.H. M. Zain Yusuf,M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah
3. Ibu. Hj. Mahmudah, M.Pd selaku dosen wali yang senantiasa mengarahkan dan membimbing dalam proses perkuliahan.
4. Ibu Prof. Hj.Ismawati, M.Ag, selaku pembimbing I dan Bapak Komarudin, M.Ag, selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan pandangan serta arahannya
5. Segenap Staf akademik yang senantiasa membantu pnyusunan skripsi Semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga skripsi ini dapat membawa manfaat sekaligus menambah wawasan pengetahuan kita.
Semarang, November 2009
viii HALAMAN JUDUL………... i PENGESAHAN...………...ii MOTTO………..………...iii PERSEMBAHAN………... iv PERNYATAAN………..………... v ABSTRAKSI……….………... vi
KATA PENGANTAR………... vii
DAFTAR ISI……….………...viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1
1.2. Rumusan Masalah...5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian...5 1.3.2. Manfaat penelitian 1.3.2.1. Secara Teoritis...6 1.3.2.2. Secara Praktis...6 1.4. Tinjauan Pustaka...6 1.5. Metode penelitian 1.5.1. Jenis Penelitian...8 1.5.2. Batasan Oprasional...8
1.5.3. Sumber dan Jenis Data...10
1.5.3.1. Sumber Data...10
1.5.3.2. Jenis Data...11
ix
d. Dokumentasi...13
1.5.5. Teknik analisis Data...13
1.6. Sistematika Penulisan Skripsi...14
BAB II KECEMASAN, BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM 2.1. Kecemasan Dan Bimbingan Dan Konseling Islam. 2.1.1. Pengertian Kecemasan...17
2.1.2. Gejala-gejala Kecemasan...22
2.1.3. Tingkat-Tingkat Kecemasan...24
2.1.4. Faktor Penyebab Kecemasan...27
2.1.5. Terapi Penggulangan Kecemasan...29
2.2. Bimbingan Dan Konseling Islam. 2.2.1. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam...32
2.2.2. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam...34
2.2.3. Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam...34
2.2.4. Urgensi Bimbingan dan konseling Islam...36
BAB III FENOMENA KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG DAN UPAYA SOLUSINYA 3.1. Fenomena Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang...39
3.2. Faktor-Faktor Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang...42
x
4.1. Faktor Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang...46 4.2. Analisis Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang...48 4.3. Solusi Faktor Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang...53 4.3. Tinjauan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap Faktor
Penyebab Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang Dan Upaya Solusinya...56
BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN...59 5.2. SARAN-SARAN...60 5.3. PENUTUP...61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
xi
Nim : 1103086
Fakultas / Jurusan : Dakwah / Bimbingan dan Penyuluhan Islam Tempat Tgl. Lahir : Magelang, 08 Desember 1984
Alamat : Ds. Weron, Rt:08. Rw: I, Desa Sawangargo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang
Jenjang Pendidikan :
1. SDN Sawangargo (lulus tahun1997) 2. SLTP N 2 Salaman (lulus tahun 2000) 3. MAN Purworejo (lulus tahun 2003)
4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang (lulus tahun 2009) Demikian biodata penulis, dan dibuat dengan sebenar – benarnya.
Semarang, 26 Desember 2009
Muhammad Arif Purnomo 1103086
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semester akhir bagi mahasiswa merupakan situasi penentu kelulusan. Di samping pembuatan skripsi, mahasiswa semester akhir harus mulai merancang karir dan masa depannya. Setelah lulus nanti akan ke mana, melanjutkan kuliah S-2 atau bekerja. Skripsi adalah syarat mengikuti ujian akhir dan merupakan penentu bagi lulus tidaknya mahasiswa. Demi kelulusan tersebut, mahasiswa bekerja keras untuk menyelesaikan skripsinya. Namun pada kenyataannya penyusunan skripsi tidak semudah yang dibayangkan. Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam penyusunan skripsi. Penyebabnya adalah tidak semua mahasiswa mempunyai kemampuan dalam menyusun skripsi dan kemampuan akademis yang memadai.
Penyusunan skripsi dirasakan oleh sebagian mahasiswa sulit dan mengancam. Kesulitan tersebut karena ketidakmampuan mahasiswa untuk menyusun skripsi dan bahkan ketika berhubungan kepada pihak fakultas, pembimbing, atau birokrasi dalam penyelenggaran skripsi yang begitu rumit, sehingga mahasiswa merasa terancam kalau sampai batas waktu yang telah ditentukan belum selesai ia akan dikeluarkan dari Perguruan Tinggi yang bersangkuatan.
Di samping itu mahsiswa juga harus mulai memikirkan dan menentukan arah kehidupanya, baik secara materi maupun sosial. Ke mana ia harus melangkah dan mencari pekerjaan. Sedangkan untuk mencari pekerjaan
sulit. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) terdapat 70.000 lulusan perguruan tinggi menganggur tiap tahun (Bukhori, 2008: 1).
Kesulitan menyusun skripsi, cemas atau khawatir terhadap masa depan adalah wajar dan banyak dijumpai dikalangan mahasiswa. Kesulitan menyusun skripsi dan kecemasan mahasiswa tehadap masa depan bisa bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu kesulitan yang bersumber dari individu itu sendiri, misalkan: kesulitan dalam penyusunan skripsi, seperti: kesulitan dalam menyusun perumusan masalah, menyusun judul, mengkonsep isi skripsi, teknik penulisan, isi dan metode penelitian yang digunakan, dan mencari sumber data, serta kesulitan dalam menuangkan tulisan kedalam naskah skripsi, biaya pembuatan skripsi dan kesibukan berorganisasi. Sedangkan faktor eksternal (Lingkungan) adalah kesulitan yang dipengaruhi dari luar individu, antara lain: birokrasi kampus, dosen pembimbing, dosen penguji, dosen pengampu juz amma, belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di tuju, kuliyah sambil bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat menyelesaikan skripsi, dan deadline masa penulisan skripsi yang semakin mepet.
Kesulitan dalam menyusun skripsi dan cemas terhadap lapangan pekerjaan merupakan gejala psikologis yang dihadapi seseorang tatkala seseorang tidak mampu mengatasi permasalahannya. Setiap orang pasti pernah merasakan kesulitan yang membedakan adalah tingkat dan derajat kesulitan. Kesulitan pada masing-masing orang tidak sama (Nur, 2008: 1).
Pada kadar yang tinggi kesulitan dapat membuat individu mengalami ketertekanan atau konflik batin yang pada akhirnya dapat meningkatkan stres pada individu. Gejala stres bisa datang kapan saja dan di mana saja pada setiap individu. Dari stres yang ringan sampai dengan stres yang paling berat apabila dirasakan secara terus-menerus maka akan dapat mempengaruhi fungsi dari berbagai system organ tubuh manusia. Manifestasi dari perasaan stres yang berkepanjangan dapat berubah menjadi kecemasan atau anxietas (Nur, 2008: 1).
Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008). Mahasiswa cemas biasanya mengalami kegelisahan, mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah tersingung, ketegangan otot dan ganguan tidur (http://www.google.co.id/kecemasan), mahasiswa mengalami kecemasan bisa berpengaruh buruk terhadap kuliah, ujian dan terlebih pada tahap megerjakan skripsi.
Kecemasan (anxietas) diartikan penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, terjadi manakala seseorang sedang mengalami tekanan-tekanan atau ketegangan (stres), seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik) (Prasetyono, 2007: 11). Dengan kata lain, kecemasan merupakan kepedihan emosional yang terjadi karena ada perasaan takut, atau terancam oleh mara bahaya (Fayed, 2009: 13). Sedangkan
Kecemasan atau anxietas menurut Hawari (2001: 19). adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih tetap dalam batas-batas normal.
Dalam Islam kecemasan (Khauf) menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani
ialah bilamana hati seorang yang beriman tiada merasa aman dan tenang ( http://id.shvoong.com). Sedangkan menurut Ibnu Al Qayim (dalam Syukail,
2004: 15) kecemasan adalah perasaan yang tidak disukai ada dalam hati dan perasaan tersebut berkaitan dengan sesuatu yang terjadi pada masa yang akan datang. Sumber cemas ada di hati. Rasulullah SAW. bersabda:
َﹶﺍﹶﻻ
ِﺍﻭ
ﱠَﹶﻥ
ِﻓ
ﻰ
ﺍ ﹾﻟ
ﺠ
ﺴ
ِﺪ
ﻣ
ﻀ
ﻐَﹶﺔ
ِﺍ
ﹶﺫ
ﺻ
ﹶﻠ
ﺤ
ﺖ
ﺻ
ﹸﻠ
ﺢ
ﹾﻟﺍ
ﺠ
ﺴ
ﺪ
ﹸﻛ
ﱡﻠﻪ
ﻭ
ِﺍﹶﺫ
ﹶﻓﺍ
ﺴ
ﺪ
ﺕ
ﹶﻓ
ﺴ
ﺪ
ﹾﻟﺍ
ﺠ
ﺴ
ﺪ
ﹸﻛﱡﻠ
ﻪ,
ﹶﺍﹶﻻ
ﻭ
ِﻫ
ﻰ
ﺍ
ﹶﻘﻟﹶﻠ
ﺐ
Artinya: “ketauhilah dalam jasad manusia ada mudhoh (segumpal darah), apabila kondisinya baik, baik pula semua jasad, apabila kondisinya memburuk, akan buruk pula semua jasad, mudhoh itu adalah hati” (Hadis Riwayat Al Bukhori) (AlQorni, 2003: vi)
Mahasiswa yang mengalami cemas dikarenkan di hatiya tiada merasa aman, tenang, malu, takut, terancam, konfik batin, tegang, tidak berdaya dan segan bertemu dengan orang lain (Shaleh, 2005: 175). Di sinilah perlunya dakwah bagi penderita kecemasan agar mampu meminimalisir dan mengatasi kecemasan yang dialami. Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan untuk mengubah pandangan hidup, sikap batin, dan prilaku umat
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam menjadi sesuai dengan tuntutan syariah untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat (Munir, et.al, 2006:21). Dakwah terhadap penderita kecemasan yaitu dengan memberikan pemahaman keagamaan berupa tuntunan hidup yang sesuai dengan syariah Islam, sehingga terbebas dari rasa cemas. Kegiatan dakwah ini sebagai solusi untuk mengatasi kecemasan dengan pendekatan Bimbingan dan Konseling Islam.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis bermaksud melakukan penelitian dan mengangkat menjadi judul skripsi : “KECEMASAN
MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG DAN UPAYA SOLUSINYA (TINJAIAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM) “.
1.2. Perumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang tersebut diatas muncul pertanyaan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan kecemasan mahasiswa semester akhir?
2. Bagaimanakah solusi mengatasi kecemasan bagi mahasiswa semester akhir ditinjau dari Bimbingan dan Koseling Islam?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan penelitian :
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mensdiskripsikan faktor-faktor penyebab kecemasan mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisogo Semarang dan upaya solusinya ditinjau dari Bimbingan dan Konseling Islam.
1.3.2. Manfaat penelitian : 1.3.2.1. Secara teoritis :
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan bimbingan dan konseling Islam di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang tentang faktor-faktor penyebab kecemasan mahasiswa, tingkatan kecemasan, gejala-gejala kecemasan, dan upaya solusinya.
b. Memperluas cakrawala pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab kecemasan mahasiswa, tingkatan kecemasan, gejala-gejala kecemasan, dan upaya solusinya bagi peneliti khususnya dan mahasiswa Fakultas Dakwah pada umumnya.
1.3.2.2. Secara praktis :
a. Secara praktis penelitian ini dapat menambah wawasan tentang faktor-faktor penyebab, gejala dan tingkatan kecemasan mahasiswa semester akhir beserta solusinya.
b. Apabila mahasiswa mengalami kecemasan, mahasiswa dapat mengenali gejalanya dan mengatasi kecemasan tersebut.
1.4. Tinjauan Pustaka
Di bawah ini akan penulis uraikan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis teliti. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Sholikin (1102028) dengan judul “Hubungan Kontrol
Diri Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2006-2007”.
Dalam penelitian tersebut membahas signifikasi kontrol diri dengan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja pada mahasiswa akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Semakin tinggi kontrol diri mahasiswa semakin rendah tingkat kecemasanya dalam menghadapi dunia kerja. Begitu sebaliknya semakin rendah kontrol diri mahasiswa semakin tinggi tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja. Dan terdapat peran penting fungsi bimbingan dan koseling Islam dalam menumbuhkan kontrol diri yang efektif bagi masasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Penelitian Baidi Bukhori dengan judul: “ Kecemasan Mahasiswa
Semester Akhir IAIN Walisongo Dalam Menghadapi Sempitnya Pekerjaan Ditinjau Dari Kematangan Beragama, Latar Belakang Fakultas, dan Jenis Kelamin”. Penelitian ini memuat adanya hubungan negatif yang signifikan
dalam menghadapi sempitnya lapangan pekerjaan antara mahasiswa Fakultas Tarbiyah, Syariah, Dakwah dan Usuludin. Dan ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.
Sekripsi yang berjudul: “Hububngan Antara Membaca Al-Quran
Dengan Kecemasan (Sebuah Tinjauan Psikologi)”. Yang diteliti olah Siti
Nur Khasanah (4102058). Penelitian ini mengkaji apakah dengan membaca Al-Quran dapat menurunkan kecemasan seseorang. Penelititian tersebut menyimpulkan bahwa Al-Quran ditinjau secara psikologi dapat menurunkan kecemasan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini membahas faktor-faktor penyebab kecemasan, tingkatan kecemasan, gejala-gejala kecemasan yang dialami mahasiswa dan upaya solusinya. Dan menurut penulis penelitian itu belum pernah dilakukan.
1.5. Metode Penelitian 1.5.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kulitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih positifistik yang bertitik tolak dari fakta sosial yang ditarik dari realitas objektif disamping asumsi tertulis lainya (Moleong, 2004: iii). Pelelitian ini menggunkan pendekatan Bimbingan dan Konseling Islam sehingga permasalahan sosial individu dapat diketahui secara rinci, baik penyebab dan kemungkinan solusinya. Dengan sepesifikasi
penelitian diskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data–data, menganalisis dan mengimpretasikanya (Narbuko, 2005: 44).
1.5.2. Definisi Operasional
Batasan oprasional akan penulis awali dengan pengertian kecemasan. Dalam bukunya Prasetyono (2007: 11) kecemasan diartikan penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, terjadi manakala seseorang sedang mengalami tekanan-tekanan atau ketegangan (stres), seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik).
Kecemasan merupakan kepedihan emosional yang terjadi karena ada perasaan takut, atau terancam oleh mara bahaya (Fayed, 2009: 13). Dalam Shahab (2002: 26) menurut Imam Al-Ghazali, was-was (kecemasan) adalah pikiran yang datang tiba-tiba atau lintasan pikiran yang menyeru kepada keburukan, sangat tercela dan berakibat kemalangan kepada si empunya. Menurut Ibnu Al Qayim (dalam Syukail, 2004: 15) kecemasan adalah perasaan yang tidak disukai ada dalam hati dan perasaan tersebut berkaitan dengan sesuatu yang terjadi pada masa yang akan datang.
Menurut hemat penulis kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi berupa pikiran-pikiran atau perasaan tentang situasi yang tidak menyenangkan, belum jelas (belum pasti), bahkan
mengancam dan bercampur baur, terjadi manakala seseorang sedang mengalami tekanan-tekanan atau ketegangan (stres), seperti perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik).
Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan mahasiswa semester akhir terdiri dari faktor internal (individu) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal (individu) yaitu faktor yang berasal dari kontribusi biologis seperti keturunan, sebab-sebab kondisi dan penyakit fisik, sedangkan kontribusi psikologis berupa emosi yang ditekan, konflik internal, marah, dan frustasi. Dan faktor eksternal (lingkungan) yaitu faktor yang berasal dari kontribusi sosial berupa peristiwa atau situasi hidup dan pengalaman anda dengan keluarga, sahabat, rekan kerja dan masyarakat luas, ekonomi, problem dari orang tua dan lingkungan tempat tinggal. Dalam penelitian ini, mahasiswa semester akhir adalah mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo angkatan 2002 sampai angkatan 2004 (semester X, XII dan XIV) dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.
1.5.3. Sumber dan Jenis Data
1.5.3.1. Sumber penelitian terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Sumber primer yaitu sumber data yang diperoleh dari mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang angkatan 2002 sampai 2004.
2. Sumber sekunder yaitu sumber data dari bahan bacaan, seperti buku, makalah, dan surat kabar (Nasution, 2003:143). Sumber data sekunder dari buku-buku yang membahas kecemasan dan bimbingan dan konseling Islam.
1.5.3.2. Penelitian ini menggunakan dua jenis data antara lain: 1. Data primer.
Data primer berupa data yang diperoleh dari responden mengenai faktor penyebab kecemasan, tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa semester akhir dan upaya solusi yang telah dilakukan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
2. Data sekunder.
Data sekunder tersebut meliputi data-data mengenai pengertian kecemasan, tingkatan kecemasan, gejala-gejala kecemasan, faktor penyebab kecemasan dan bimbingan dan konseling Islam.
1.5.4. Porposive Sample
Dalam penelitian ini menggunakan sampel yang digunalan adalah porposive sample atau sanpel bertujuan. Sampel dalam penelitian ini untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber, dengan tujuan untuk mencari kekhususan
yang ada dalam rumusan konteks yang unik dan utuk menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling bola salju, yaitu mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak (Moleong, 2004: 224).
1.5.5. Teknik Pengumpulan Data a. Pengamatan
Pengamatan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sitematik gejala – gejala yang diselidiki (Narbuko, dkk, 2005: 44). Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan untuk mengamati gejala-gejala yang dialami ataupun peristiwa yang dialami mahasiswa semester akhir, untuk mengetahui siapa saja yang mengalami gejala kecemasan.
b. Wawancara ( interviu )
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsun secara lesan dalam mana dua orang atau lebih bertap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan–keterangan (Narbuko, dkk, 2005: 44).
Obyek wawancara adalah mahasiswa fakultas dakwah dari jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan Menejemen Dakwah angkatan 2002, 2003 dan 2004.
Wawancara digunakan untuk mencari faktor penyebab kecemasan mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.
a. Angket (Kuesioner)
Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Narbuko, 2003: 76). Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal–hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sbagainya (Arikunto, 2002: 206). Pengumpulan data dengan teknik ini untuk mencari dan mendapatkan informasi berkaitan dengan pengertian, gejala-gejala, tingkatan kecemasan, faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan dan bimbingan dan konseling Islam.
c. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah analisis data dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif ini
digunakan untuk mengambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian ini dilakukan dan memeriksa sebab– sebab dari suatu gejala tertentu (Sevila, dkk, 993,71). Kemudian dianalisis dengan melakukan pemeriksaan secara konseptual atas suatu peryataan, sehingga dapat diperoleh kejelasan arti yang terkandung dalam peryataan tersebut (Sudarto, 1997, 60). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nawawi, Dkk (1996: 73) bahwa: metode diskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang nampak, dalam hal ini tidak banyak penyajian data secara deskriptif, tetapi data yang terkumpul di olah dan ditafsirkan.
Langkah–langkah yang peliti gunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul adalah sebagai berikut :
1. Peneliti mendiskripsikan data yang telah diperoleh, mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan mahasiswa semester akhir dan menghitung proentase tingkat kecemasan mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, dengan rumus sebagai berikut:
p = f / n X 100% Keterangan:
p = prosentase pada suatu kelas tertentu.
f = frekuensi pada kelas variasi yang bersangkutan.
2. Setelah dideskripsikan, tahap selanjutnya adalah menganalisis data deskriptif tersebut guna mencari faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan dan solusi yang tepat.
d. Sistematika Penulisan
Dalam rangka menguraikan pembahasan masalah diatas, peneliti berusaha menyusun kerangka penelitian secara sistematis agar pembahasan lebih terarah dan mudah difahami serta uraian yang disajikan mampu menjawab permasalahan yang sudah dirumuskan sehingga tercapai tujuan – tujuan yang diharapkan.
Sebelum menginjak bab pertama, penulis awali dengan halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman peryataan, abstraksi, kata pengatar, dan daftar isi.
Bab Pertama adaah pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab Dua adalah landasan teori yang menjelaskan Kecemasan dan Bimbingan dan Konseling Islam. Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir dibagi menjadi tiga sub bab yaitu Pengertian Kecemasan, Ciri-Ciri Kecemasan, Tingkat-Tingkat Kecemasan, Dan Faktor Penyebab Kecemasan. Sedangkan Bimbingan dan Konseling
Islam diperinci menjadi: pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, tujuan dan fungsinya.
Bab Tiga adalah menggambarkan Fenomena Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir dan Faktor-faktor Penyebabnya. Bab tiga ini dibagi menjadi tiga sub, antara lain: Fenomena Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir, Dan Beberapa Solusi Yang Telah Dilakukan.
Bab Empat adalah Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir. Di dalam bab empat dibahas Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, Analisis Faktor-faktor penyebab kecemasan mahasiswa semester akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, Solusi Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, dan Tinjuan Bimbingan Dan Konseling Islam Terhadap faktor penyebab kecemasan dan upaya solusinya.
Bab Lima adalah penutup. Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran serta dicantumkan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan biodata.
BAB II
KECEMASAN, BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
2.1. Kecemasan
2.1.1. Pengertian Kecemasan.
Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah ‘’anxiety
neurosis’’. Kata anxiety diambil dari kata”angst” yang berarti
‘’ketakutan yang tidak perlu’’. Pada mulanya Freud mengartikan anxietas ini sebagai transformasi lepasnya ketegangan seksual yang menumpuk melalui sistem saraf otonom dengan menggunakan saluran pernafasan. Kemudian anxietas ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Akhirnya anxietas diartikan sebagai suatu respon terhadap situasi yang berbahaya (http:// Cemas dan Hipertensi.com/fk –Unhas/Faisal).
Dalam Lubis (1993: 78), kecemasan diartikan penghayatan emosional yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan antisipasi malapetaka yang akan datang. Tingkatannya bervariasi dari perasaan cemas dan gelisah yang ringan sampai ketakutan yang amat berat. Dapat dibandingkan dengan perasaan takut dan terancam, tetapi seringkali tanpa adanya alasan atau penyebab yang sepadan.
Sementara itu, Djumhana mendefinisikan kecemasan sebagai ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan
merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu menghadapinya. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum terjadi (Bustaman, 2001: 156). Sejalan dengan itu dalam Kartono, mengatakan bahwa kecemasan adalah semacam kegelisahan-kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, dan mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan ditandai dengan ketakutan. Perasaan takut itu timbul karena adanya ancaman atau gangguan terhadap suatu objek yang masih abstrak dan juga takut yang bersifat subjektif yang hal ini ditandai dengan perasaan tegang, khawatir dan sebagainya (Nur, 2001: 17).
Perasaan cemas ditandai oleh rasa ketakutan yang tidak jelas, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama (Nur, 2001: 17).
Dalam praktek sehari-hari anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas, perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada kondisi normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi
patologik (Nur, 2001: 17). Hawari juga menjelaskan bahwa kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas–batas normal (Hawari, 2001: 19). Dapat didefinisikan pula, kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi mana kala seseorang sedang mengalami berbagai tekanan-tekanan atau ketegangan (stres) disertai frustasi dan pertentangan batin (Prastyono, 2007: 11).
Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal yang harus dicemaskan misalnya, kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, relasi internasional, dan kondisi lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi sumber kekhawatiran, adalah normal, bahkan adaptif, untuk cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan bermanfaat bila hal tersebut mendorong seseorang untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau memotivasi kita untuk belajar menjelang ujian. Kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, et.al, 2003: 163).
Kecemasan digunakan sebagai state atau trait anxienty.
State anxienty adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi
tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxienty beragam dalam hal intensitas dan waktu (contohnya, mengikuti ujian, kencan pertama, pertandingan sepak bola). Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subyektif (Clerq, 1994: 49). Trait
anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil dan
mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut sebagai ‘Anxienty pronoses’ (kecenderungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan berbagai macam keadaan sebagai keadaan yang membahayakan atau mengancam, dan cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan (Clerq,1994: 49).
Sejauh ini kata cemas sering juga digunakan sebagai pengganti kata takut dalam arti khusus, yaitu takut akan hal yang objeknya kurang jelas. Kecemasan diartikan sebagai ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaaan cemas biasanya muncul bila berada dalam suatu keadaan yang diduga akan merugikan dan dirasakan mengancam diri manusia, dimana manusia merasa tidak berdaya mengahadapinya, Padahal sebenarnya apa yang dicemaskan itu belum tentu terjadi (Nur, 2001: 20).
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994), kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan
merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Pada kadar yang rendah, kecemasan membantu individu untuk bersiaga mengambil langakah-langkah mencegah bahaya atau untuk memperkecil dampak bahaya tersebut. Kecemasan sampai pada taraf tertentu dapat mendorong meningkatnya performa (Fauziah danWiduri, 2005: 73). Misalnya, cemas mendapat IP buruk membuat seorang mahasiswa belajar keras dan mempersiapkan diri menghadapi ujian. Kecemasan semacam ini disebut sebagai facilitating anxienty. Namun apabila kecemasan sangat besar, justru akan sangat mengganggu. Misalnya kecemasan berlebihan saat akan ujian skripsi justru membuat seseorang mahasiswa mengalami blocking dan tidak bisa menjawab pertanyaan ujian (Nur, 2001: 20).
Pandangan psikologi terhadap masalah kecemasan ini cukup beraneka ragam. Teori-teori tentang kecemasan banyak dikembangkan, karena dalam pandangan psikologi kecemasan dianggap sebagai penyebab utama dari berbagai gangguan kejiwaan. Kecemasan tarafnya bermacam-macam, mulai dari kecemasan yang paling ringan sampai yang paling berat. Mulai dari kecemasan yang sifanya normal sampai kecemasan yang merupakan gejala gangguan kejiwaan (Bustaran, 1995: 156).
Sedangkan dalam Islam kecemasan (Khauf) menurut Al-Bantani ialah bilamana hati seorang yang beriman tiada merasa aman dan tenang ( http://id.shvoong.com). Perasaan cemas (was-was) berupa pikiran yang datang tiba-tiba atau lintasan pikiran yang menyeru kepada keburukan, sangat tercela dan berakibat kemalangan kepada si empunya (Shahab, 2002: 26). Sedangkan menurut Al-Qayim (dalam Syukail, 2004: 15) kecemasan adalah perasaan yang tidak disukai ada dalam hati dan perasaan tersebut berkaitan dengan sesuatu yang terjadi pada masa yang akan datang.
2.1.2. Gejala-gelaja Kecemasan.
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda-beda pada masing-masing orang (Fauziah dan Widuri, 2005: 74). Menurut Dennis dan Christine (dalam Sholikin, 2007: 31) ciri-ciri kecemasan meliputi reaksi fisik, pemikiran, prilaku, dan suasana hati.ciri-ciri kecemasan tersebut antara lain:
1. Reaksi Fisik: Telapak tangan berkeringat, otot tegang, jantung berdegup kencang, pipi merona, pusing-pusing. 2. Pemikiran: Memikirkan bahaya secara berlebihan,
menganggap diri tidak mampu mengatasi masalah, tidak menganggap penting bantuan yang ada, khawatir dan berpikir hal yang buruk.
3. Perilaku: Menghindari situasi saat kecemasan biasa terjadi, meninggalkan situasi saat kecemasan mulai terjadi, mencoba melakukan banyak hal secara sempurna atau mencoba mencegah bahaya.
4. Suasana hati: Gugup, jengkel, cemas, panik.
Menurut Daradjad (2001: 21) gejala-gejala kecemasan meliputi dua hal, yakni gejala yang bersifat fisik dan gejala yang bersifat mental. Gejala fisik meliputi: ujung-ujung jari terasa dingin, pencernakan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak dan sebagainya. Gejala mental antara lain: sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya/rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan hidup dan sebagainya. Sedangkan menurut Hawari (1997: 55) Gejala-gejala kecemasan antara lain :
1. Cemas, takut, khawatir. 2. Firasat buruk
3. Takut akan fikiranya sendiri. 4. Mudah tersinggung.
5. Tegang, tidak bisa istirhat dengan tenang. 6. Gelisah, mudah terkejut.
7. Gangguan tidur dengan mimpi-mimpi yang menegangkan. 8. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
9. Jantung berdebar-debar, dada sesak, nafas pendek. 10. Gangguan pencernaan.
11. Nyeri otot, pegel linu, kaku, perasaan seperti di tusuk-tusuk, keringat, badan panas atau dingin.
12. Mulut kering, sukar menelan seolah-olah ada benda yang menyumbat kerongkongan.
2.1.3. Tingkat-Tingkat Kecemasan.
Kecemasan diidentifikasi menjadi 4 tingkat (level) yaitu; ringan, sedang, berat, dan panik (Frisch, Stuart & Laraia, 1998, disadur dari Peplau, 1963).
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Individu melihat, mendengar, dan memegang secara lebih dibanding sebelumnya. Kecemasan jenis ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan perkembangan dan kreativitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang presepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang hanya berfokus pada persoalan yang sedang, melibatkan penyempitan dari lapangan persepsi sehingga individu kurang melihat, mendengar dan menggenggam. Individu menahan beberapa area terpilih tetapi dapat menyelesaikan jika diarahkan. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan meningkat, keteganagan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan presepsi menyempit, mampu belajar tapi tidak maksimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat ditandai oleh penurunan lapang persepsi. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang khusus dan detail dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Semua tingkah laku pada pengurangan kecemasan, dan memerlukan banyak bimbingan untuk berfokus pada area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur, sering kencing, diare, palpilasi, lahan presepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada diri sendiri dan keingginan untuk menghilangkan kecemasan sangat tinggi, perasaan tidak berdaya, binggung dan disorientasi.
d. Panik
Panik berhubungan dengan perasaan takut, ketakutan, dan teror. Karena kehilangan kontrol/kendali secara lengkap, individu tidak dapat melakukan sesuatu, walaupun dengan bimbingan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsinya menyimpang, dan kehilangan pikiran yang rasional. Panik adalah pengalaman yang menakutkan dan melemahkan. Seseorang yang panik tidak dapat berfungsi atau berkomunikasi secara efektif. Manifestasi pada orang yang panik adalah susah bernafas, dilantasi pupil, palpilasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sderhana, berteriak, menjerit mengalami halusinasi dan delusi. Tingkat kecemasan ini tidak dapat berlangsung dalam jangka waktu yang tidak terbatas sebab pertentangan dengan kehidupan. Panik dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kelelahan dan kematian (Hartoyo, 2004: 6).
2.1.4. Faktor Penyebab Kecemasan
Secara garis besar kecemasan dapat ditimbulkan oleh dua sebab. Pertama, Perasaan cemas yang timbul dari apa yang ada pada diri sendiri seperti rasa takut, terkejut, perasaan bersalah/berdosa, merasa terancam, dan sebagainya. Kedua, perasaan cemas yang terjadi diluar kesadaran dan tidak mampu menghindari dari perasaan yang tidak menyenangkan itu (Prasetyono, 2007: 12). Thalis (dalam Tresnowaty, 2004: 4) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah faktor individual dan faktor lingkungan. Faktor individual antara lain meliputi: kepribadian, kondisi fisik, perkembangan, kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknaan hidup, dan keseimbangan dalam berfikir (Bukori, 2008: 16). Adapun yang termasuk faktor dari lingkungan antara lain keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya (Daradjat, 2001: 9). Durand dan Barlow (2006: 161-164), mengatakan penyebab kecemasan berkaitan dengan kontribusi biologis, kontribusi psikologis dan kontribusi sosial. Ada juga yang menggolongkan menjadi empat faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pola dasar yang menunjukkan reaksi rasa cemas yaitu : lingkungan, emosi yang ditekan, sebab-sebab fisik, keturunan (Ramaiah, 2003: 11-12).
Kecemasan merupakan akibat dari ketidakmampuan seseorang dalam menghindari setiap kesukaran-kesukaran yang
menghadangnnya. Itu merupakan awal atau faktor-faktor yang menyebabkan gangguan kejiwaan (neurose)1 dan penyakit jiwa (psychose)2 (Nur, 2008: 27). Dengan ringkas dapat dilatakan, bahwa cemas itu timbul karena orang tidak mampu menyesuikan diri dengan dirinya, dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya (Daradjat, 1983: 28).
Menurut Karn Horney sebab terjadinya cemas ada 3 macam:
a. Tidak adanya kehangatan dalam keluarga dan perasaan anak bahwa ia dibenci, tidak disayangi dan dimusuhi.
b. Perlakuan yang diterima anak dalam keluarga, misalnya orang tua terlalu otoriter, keras, tidak adil, sering mungkir janji, tidak menghargai anak dan suasana keluarga yang penuh dengan pertentangan dan permusuhan.
c. Lingkungan yang penuh pertentangan dan kontradiksi, dimana terdapat faktor yang menyebabkan tekanan. Perasaan dan frustasi, penipuan, pengkhianatan, kedengkian dan sebagainya (Daradjat, 1993: 26).
Menurut Iskandar (1998), faktor yang memengaruhi kecemasan dibagi menjadi dua (2) yaitu faktor internal ( faktor yang
1
Neorose (neurosis) yaitu gangguan kejiwaan yang dalami individu masih dalam kondisi normal atau ringan. Seperti kecemasan, depresi yaitu ketegangan pada syaraf otonom karena adanya stimuli yang menekan yang dapat menyebabkan ketegangan.
2
Psychose (psikosis) yaitu gangguan kejiwaan yang dialami individu dimana individu mengalami disorientasi, perilaku menyimpang, kepribadian terganggu dan sulit untuk dikendalikan. Gangguan psikosis adalah gangguan jiwa berat atau kronis seperti skizofrenia.
bersumber dari individu itu sendiri ) dan eksternal (faktor yang dipengaruhi dari luar individu ). Faktor internal dari kecemasan berangkat dari pandangan psikoanalisis yang berpendapat bahwa sumber dari kecemasan itu bersifat internal dan tidak disadari. Menurut Freud (dalam Atkinson 1993), kecemasan merupakan akibat dari konflik yang tidak disadari antara implus dengan kendala yang ditetapkan oleh ego dan superego. Menurut Atkinson (1993) kecemasan lebih ditimbulkan oleh faktor eksternal dari pada faktor intrenal. Seorang yang mengalami kecemasan merasa bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan situasi kehidupan yang bermacam-macam sehingga perasaan cemas hampir selalu hadir.
2.1.5. Terapi Penaggulangan Kecemasan
Dalam psikiatri penaggulangan kecemasan dikenal bentuk terapi yang disebut terapi holistik. Terapi holistik adalah bentuk terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan hanya kepada bentuk ganguan jiwa saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek lain dari pasien. Menurut Hawari terapi penangulanggan stres, kecemasan dan deperesi dapat diberikan terapi yang meliputi :
a. Psikotrapi Psikiatrik
Bentuk terapi ini menganut asas psikiatri dengan tujuan mengembalikan kepercayaan diri (self confidence) dan memperkuat fungsi ego. Biasanya berupa wawancara atau konsultasi, pasien dapat mengemukakan secara bebas dengan
jaminan kerahasiaan segala permasalahan, konflik dan uneg-uneg yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap kecemasan.
b. Psikotrapi Keagamaan
Terapi keagamaan dengan memberikan pemikiran-pemikiran Islam yang mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan di dunia ini bebas dari rasa cemas, tegang dan depresi. Terapi keagamaan ini dapat berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb (http://www.integral.sch.id/).
c. Psikofarmaka
Psikofarmaka (farmakoterapi) adalah terapi dengan obat anti depresen dan harus sesuai dosis yang tepat. Dalam pemberian obat anti depresen harus hati-hati terhadap penggunaan obat secara berlebihan, hal ini dikarenakan penggunaan obat anti depresen secara berlebihan dapat menyebabkan overdosis. Pemberian ukuran obat anti depresen harus disesuaikan dengan penyebab kecemasan dan tingkat kecemasan. Penggunaan obat sebaiknya jika gejala-gejala kecemasan semakin kuat.
d. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi dengan memberikan jenis obat-obatan yang ditujukan kepada keluhan-keluhan yang dialami.
Jenis obat-obatab yang diberikan sesuai denagan keluhan-keluhan atau sakit yang dirasakan saat penderita merasa kecemasan, misalkan sakit perut obat yang diberikan obat sakit perut.
e. Terapi Relaksasi
Cara yang dapat ditempuh dengan melakukan teknik relaksasi dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan, usahakanlah menemukan kenyamanan selama 30 menit (http://www.pikirdong.org). Terapi ini berawal dari pengarann dari instruktur kemudian sampai penderita kecemasan merasa mampu melakukannya sendiri dan merasa nyaman.
f. Terapi Prilaku.
Terapi prilaku digunakan untuk menghilangkan berbagai bentuk dan gejala kecemasan dengan jalan melatih diri menghadapinya, baik sedikit demi sedikit, maupun secara langsung dan frontal menghadapinya (Batsman, 2001: 157). Penderita kecemasan dihadapkan pada suatu bayangan dari suatu daftar yang telah ditentukan lebih dahulu dari situasi, objek / kondisi yang membuat ada cemas, yang kemudian dihubungkan dengan situasi-situasi yang menyenangkan, sehingga perasaan panderita kecemasan merasa nyaman dan senang setelah situasi kecemasan berubah menjadi kesenangan.
Selain itu, beraneka ragam terapi dikembangkan para ahli guna mengatasi rasa cemas itu, di antaranya latihan relaksasi, terapi tingkah laku dan sebagainya (Bastman, 2001: 157).
2.2. Bimbingan Dan Konseling Islam
2.2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan berasal dari kata Inggris guidance, dari asal kata guide yang diartikan menunjukkan jalan (showing the way); memimpin (leading); menuntun (conducting); memberikan petunjuk
(giving instuktion); mengatur (regulation); mengarahkan (governing);
memberi nasehat (giving advince) (W.S.Winkel, et.al, 2004: 27). Bimbingan menurut Crow and Crow:
“Guidance is assistance made available by personally qualified and adequately trained men or women to an individual of any age to help him manage his own life activiyies, develop his own points of view, make his own decision, and carry his own burdens “ (Winkel, et.al, 2004: 27)
Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan yang terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran dan Hadis Rasulullah ke dalam diri, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadits (Hellen, 2005: 15). Sedangkan konseling dalam kamus bahas inggris “Counseling” dikaitkan dengan kata “Counsel” yang diartikan sebagai berikut:
1. Nasehat (to obtain counse );
2. Anjuran (to give counsel);
3. Pembicaraan (to take gounsel) (Bakran, et.al, 2004:179).
Konseling Islam adalah merupakan suatu usaha membanatu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga kembali menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi dan berfungsi untuk menyembah/ mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhinya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan dengan alam (Hellen, 2005: 21).
Menurut hemat penulis Bimbingan Dan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan berupa nasehat kepada individu secara terarah dan sistematis untuk mengembangkan potensi(fitrah beragama), menangulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama sehingga menyadari peranannya sebagai khalifah di muka bumi, menyembah/ mengabdi kepada Allah SWT sehingga tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan dengan alam sesuai ajaran Al-Quran dan Al-Hadits.
2.2.2. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Islam 1). Tujuan Umum
Membantu individu mewujutkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akherat.
2). Tujuan Khusus
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik, agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain (Faqih, 2001: 36-37). 2.2.3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Menurut Faqih (2001: 37) Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam antara lain:
1. Fungsi preventif
Yaitu membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2. Fungsi kuratif atau korektif
Yaitu membantu individu memecahkam masalah yang sedang dihadapi atau dialamiya.
3. Fungsi preservatif, fungsi ini bertujuan untuk membantu individu menjaga situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan), serta kebaikan itu mampu bertahan lama. Dalam hal ini lebih berorientasi pada pemahaman individu mengenai keadaan dirinya, baik berupa kelebihan maupun kekurangan yang ada pada individu serta situasi dan kondisinya
4. Fungsi devlopmental atau pengembangan.
Yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkanya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Dalam Hellen (2005: 56-57) fungsi bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
a. Fungsi pemahaman.
Yaitu fungsi yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
b. Fungsi pencegahan.
Yaitu fungsi yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengaggu, menghambat atau pun menimbulkan
kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
c. Fungsi pengentasan.
Fungsi pengentasan dipakai sebagai penganti istilah kuratif atau fungsi teraupeutik dengan arti pengogatan atau penyembuhan. d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Yaitu fungsi yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkanya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
e. Fungsi advokasi.
Yaitu fungsi yang akan menghasilkan advokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembagan seluruh potensi secara maksimal.
2.2.4. Urgensi Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam Penurunan Kecemasan
Bimbingan dan konseling Islam dalam penurunan kecemasan sangat penting. Terbuki Orang yang mengalami kecemasan membutuhkan bimbingan dan konseling sehingga orang tersebut mampu meminimalisir tingkat kecemasan, mengetahui gejala-gejalanya, dan mengatasi faktor penyebabnya. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan tidak disukai yang ada dalam hati ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam berupa pikiran-pikiran atau perasaan tentang situasi yang tidak menyenangkan. Bila perasaan cemas menyerang seseorang, kemampuan berpikirnya, semangat kerja dan belajarnya menurun, bahkan mungkin hilang. Selain itu kemauan untuk beribadah mengendor dan keinginan untuk bergaul akan lenyap (Daradjat, 1994: 20). Selain itu orang yang cemas biasanya mengalami kegelisahan, mudah lelah, sulit konsentrasi, mudah tersingung, ketegangan otot, dan ganguan tidur. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Orang yang mengalami kecemasan bertingkat, dari kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik.
Perasaan cemas, gelisah dan bimbang adalah penyakit psikis (kejiwaan), yang cara penyembuhannya berasal dari diri sendiri (Sukur, 2003: 215). Disinilah urgensi bimbingan dan konseling Islam. Dengan bimbingan dan konseling Islam orang yang mengalami kecemasan dibimbing, diarahkan agar menyadari apa yang dialami, kemudian dapat mengatasi faktor penyebab kecemasan, sehingga orang tersebut bebas dari rasa cemas, dan kembali kekehidupan biasa.
Sesuai dengan fungsi Bimbingan dan Konseling Islam yaitu fungsi preventif (pencegahan) dan kuratif (pemecahan masalah) mampu membantu mengatasi faktor penyebab kecemasan, mengurai persoalan yang dihadapi, mengatasi gejala-gejala kecemasan yang dialami, dan pada akhirnya terselasaikan segala persoalan hidup.
BAB III
FENOMENA KECEMASAN MAHASISWA SEMESTER AKHIR FAKULTAS DAKWAH IAIN WALISONGO SEMARANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA SOLUSINYA
3.1. Fenomena Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Kecemasan merupakan hal yang wajar di alami bagi siapa saja, termasuk mahasiswa semester akhir. Kecemasan ini muncul karena dianggap ada kesulitan atau kendala yang dirasakan oleh mahasiswa baik itu bersifat internal maupun eksternal. Kendala yang bersifat internal bersumber dari individu bersangkutan dan kendala yang bersifat eksternal berasal dari luar individu. Penyebab kecemasan Mahasiswa semester akhir dapat digolongkan menjadi tiga sebab, yaitu berupa problem-problem kehidupan yang dialami mahasiswa semester akhir, pengalaman masa lalu mahasiswa sebelumya dan situasi yang dihadapi saat menyusun skripsi. Kecemasan sangat beragam dari yang ringan, sedang, berat dan panik.
Dari hasil observasi ditemukan 34 mahasiswa yang mengalami kecemasan. Sedangkan rekapitulasi hasil angket tingkat kecemasan mahasiswa semester akhir (angkatan 2002, 2003 dan 2004)
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang mengalami kecemasan tingkat ringan dan sedang sebagai berikut:
a. Mahasiswa yang mengalami kecemasan ringan berjumlah 19 mahasiswa dari 34 mahasiswa yang mengalami kecemasan.
b. Mahasiswa yang mengalami kecemasan sedang berjumlah 15 mahasiswa dari 34 jumlah mahasiswa.
Dari data tersebut dapat dilihat tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo berada pada tingkat kecemasan ringan dan sedang. Prosentase tingkat kecemasan mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang sebagai berikut:
a. Tingkat kecemasan ringan: 19/34 X 100% = 55.9 %.
b. Tingkat kecemasan sedang: 15/34 X 100% = 44.1 %.
Dari hasil angket tersebut diatas mengambarkan mahasiswa Fakultas Dakwah yang mengalami kecemasan bertingkat dari tingkat
kecemasan ringan, sedang tidak sanpai tingkat berat dan panik. Mahasiswa Fakultas Dakwah yang sedang cemas baik dalam keadaan
tingkat ringan maupun sedang mengalami gejala-gejala kecemasan, sebagai berikut:
a. Kecemasan ringan.
Gejala-gejala kecemasan ringan, sebagai berikut: masih memiliki kesadaran yang tinggi untuk segera menyelesaikan skripsi, tetap
termotivasi untuk menyelesaiakan skripsi, dan tetap berusaha menyusun skripsi sampai batas akhir.
b. Kecemasan sedang.
gejala-gejala kecemasan sedang, antara lain: jantung berdenyut kencang, bicara dengan folune tinggi, kemampuan konsentrasi menurun, mudah lupa dan menangis.
Selain gejala-gejala tersebut masih ada gejala lain, yaitu: cemas, khawatir, merasa kelelahan, tidak nafsu makan, mudah marah, gugup, tegang, gelisah, mudah terseinggung, merasa pusing, bingung dan sulit tidur. Kondisi tersebut menyebabkan mahasiswa semester Fakultas Dakwah IAIN Walisongo tidak dapat berkonsentrasi menyusun skripsi, tidak dapat mengungkapkan ide dan menuangkannya dalam skripsi.
Kecemasan merupakan respon terhadap suatu ancaman yang sebenarnya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual sebagai akibat dari problem-problem kehidupan yang semakin banyak, pengalaman masa lalu dan situasi yang dihadapi. Problem-problem kehidupan yang dialami mahasiswa semester akhir dapat bersumber dari persoalan pribadi dan juga persoalan dari institusi atau lingkungan sekitar. Pengalaman masa lalu juga dapat berupa pengalaman yang dialami oleh mahasiswa terdahulu dalam proses penyusunan skripsi. Sedangkan situasi yang dihadapi mahasiswa semester akhir berupa hambatan-hambatan yang dialaminya dalam proses penyusunan skripsi.
Terkadang mahasiswa semester akhir tidak menyadari dan bersikap cuek terhdap kecemasan yang dialaminya dan pasrah. Selain itu ada mahasiswa yang menunggu sampai semester akhir, dengan alasan jika sudah sampai semester akhir persyaratan kelulusan dipermudah (Wawancara: Tri, 16-06-2009).
3.2. Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Faktor penyebab mahasiswa semester akhir mengalami kecemasan (stresor) dapat di golongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang bersumber dari individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang dipengaruhi dari luar individu. Faktor-faktor penyebab kecemasan tersebut antara lain:
a. Faktor internal.
1. Kendala / kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusunan skripsi, seperti: kesulitan dalam menyusun perumusan masalah, menyusun judul, mengkonsep isi skripsi, teknik penulisan, isi dan metode penelitian yang digunakan, dan mencari sumber data, serta kesulitan dalam menuangkan tulisan kedalam naskah skripsi (Wawancara, Ali, 16-06-2009).
2. Biaya pembuatan skripsi (ekonomi keluarga yang pas-pasan)(Wawancara, Ali, 16-06-2009).
3. Mahasiswa yang terlena berorganisasi sehingga skripsinya terbengkelai (Observasi, 03-03-2009).
4. Selain faktor internal tersebut ada mahasiswa yang pesimis, malas-malasan, dan tidak bersemangat (Observasi, 03-03-2009).
b. Faktor eksternal.
1. Birokrasi kampus, misalnya: syarat kelulusan harus melalui beberapa syarat yang rumit, salah satunya adalah seperti hafalan juz Amma (Wawancara, Anita, 16-06-2009).
2. Dosen pembimbing. Dalam proses bimbingan pembimbing sulit ditemui, proses bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang lama (Wawancara, Ansori, 16-07-2009), dan hanya memberikan sedikit waktu untuk bimbingan, dalam memberikan bimbingan kurang jelas (Wawancara, Kumaeroh, 17-05-2009), tidak terjadinya koordinasi yang baik antara pembimbing I dengan II, dan ketika melakukan bimbingan seringnya dosen pembimbing lebih berperan sebagai penguji awal dari pada sebagai patner diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan solusi yang pasti (Wawancara, Ansori, 16-07-2009).
3. Dosen penguji, penguji yang terkenal sulit membuat mahasiswa ketakutan sebelum ujian berlangsung (Wawancara, Kumaeroh, 22-06-2009).
4. Dosen pengampu juz Amma, Antara pengampu yang satu dengan yang lain berbeda-beda, ada yang mudah dan ada yang harus benar-benar fasih (Wawancara: Agus, 16-06-2009). Terkadang dosen pengampu juz Amma sulit ditemui (Wawancara: Ali, 16-06-2009) dan jarang ke kampus.
5. Belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan pekerjaan, serta kenyataan alumni IAIN yang masih nganggur juga menjadi penyebab mahasiswa mengalami kecemasan terhadap masa depan mereka (Wawancara, Sohi, 16-06-2009).
6. Kuliyah sambil bekerja (Wawancara, Ali, 16-06-2009), tuntutan dari orang tua agar cepat menyelesaikan skrips (Wawancar, Amal, 16-07-2009) dan deadline masa penulisan skripsi seperti batas akhir pendaftaran ujian komprehensif maupun ujian munakosah (Wawancara, Kamal, 16-06-2009).
3.3. Beberapa Solusi Yang Telah Dilakukan
Solusi yang telah dilakukan oleh pihak fakultas dalam menanggulangi kecemasan mahasiswa semester akhir adalah dengan memberikan bimbingan dan konseling. Bimbingan yang dilakukan oleh pihak fakultas yaitu bimbingan skripsi dengan menunjuk dosen pembimbing. Dosen pembimbing merupakan dosen yang sesuai dengan kompetensinya ditunjuk oleh ketua jurusan atas nama PD I untuk
memberikan bimbingan dalam penyusunan usulan (proposal) skripsi dan skripsi (Buku Panduan penulisan skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo). Pembimbing terdiri dari dua dosen pembimbing. Pembimbing satu membidangi sub materi dan pembimbing dua membidangi tata tulis dan metodhologi penelitian. Proses bimbingan beragam, ada yang mulai bimbingan dari pembimbing satu kemudian setelah disetujui baru melanjutkan bimbingan ke pembimbing dua dan sebaliknya. Selain itu pihak Fakultas Dakwah membuat pengumuman dan menghimbau semua mahasiswa semester akhir terutama semester XIII / XIV untuk segera berkonsultasi dan menghadap Pembantu Dekan I, dengan tujuan untuk mengetahui persoalan yang dihadapi mahasiswa semester akhir, menggetahui hambatan dan kesulitan yang dialami dalam penyusunan skripsi, serta alasan mengapa sampai sekarang belum lulus. Pembantu Dekan I memberikan konseling dengan memberi nasehat dan menganjurkan agar segera menyelesaiakan skripsi. Pembantu Dekan I juga memberikan motivasi dan dorongan kepada mahasiswa semester akhir untuk segera menyelesaikan skripsinya, sehingga dapat lulus sebelum batas akhir kuliah (wawancara: Ali Murtadho, 29-11-2009).
BAB IV
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN
MAHASISWA SEMESTER DAN UPAYA SOLUSINYA
(TINJAUAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM)
4.1. Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Faktor penyebab kecemasan (stresor) mahasiswa semester akhir dapat di golongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang bersumber dari individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang dipengaruhi dari luar individu. Faktor-faktor penyebab kecemasan tersebut antara lain:
a. Faktor internal.
1. Kendala / kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusunan skripsi, seperti: kesulitan dalam menyusun perumusan masalah, menyusun judul, mengkonsep isi skripsi, teknik penulisan, isi dan metode penelitian yang digunakan, dan mencari sumber data, serta kesulitan dalam menuangkan tulisan kedalam naskah skripsi.
2. Biaya pembuatan skripsi (ekonomi keluarga yang pas-pasan). 3. Mahasiswa yang terlena berorganisasi.
4. Selain faktor internal tersebut ada mahasiswa yang pesimis, malas-malasan, dan tidak bersemangat.
b. Faktor eksternal.
1. Birokrasi kampus, misalnya: syarat kelulusan harus melalui beberapa syarat yang rumit, salah satunya adalah seperti hafalan juz Amma.
2. Dosen pembimbing. Dalam proses bimbingan pembimbing sulit ditemui, proses bimbingan yang tidak menentu, bimbingan yang lama dan hanya memberikan sedikit waktu untuk bimbingan, dalam memberikan bimbingan kurang jelas, tidak terjadinya koordinasi yang baik antara pembimbing I dengan II, dan ketika melakukan bimbingan seringnya dosen pembimbing lebih berperan sebagai penguji awal dari pada sebagai patner diskusi, pembimbing hanya mencarai kesalahan tanpa memberikan solusi yang pasti..
3. Dosen penguji, penguji yang terkenal sulit membuat mahasiswa ketakutan sebelum ujian berlangsung.
4. Dosen pengampu juz Amma, Antara pengampu yang satu dengan yang lain berbeda-beda, ada yang mudah dan ada yang harus benar-benar fasih. Terkadang dosen pengampu juz Amma sulit ditemui, dan jarang ke kampus.
5. Kuliyah sambil bekerja, tuntutan dari orang tua agar cepat menyelesaikan skrips, dan deadline masa penulisan skripsi seperti
batas akhir pendaftaran ujian komprehensif maupun ujian munakosah.
6. Belum jelasnya lapangan pekerjaan (masa depan) yang akan di tuju, ketatnya persaingan kerja, sempitnya lapangan pekerjaan, serta kenyataan alumni IAIN yang masih nganggur juga menjadi penyebab mahasiswa mengalami kecemasan terhadap masa depan mereka.
4.2. Analisis Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Kecemasan adalah sinyal yang menyadarkan seseorang untuk memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan guna mengatasi ancaman. Dalam Kaplan, dkk (1994) kecemasan merupakan respon terhadap suatu ancaman (stresor) yang dihadapi. Stresor tersebut berupa problem-problem kehidupan yang semakin banyak, pengalaman masa lalu dan situasi yang dihadapi.
Dalam penyusunan skripsi mahasiswa pastilah mempunyai rasa cemas karena manusia mempunyai hati dan perasaan. Bentuk kecemasannya berupa ketidakpastian apakah ia mampu menyusun, dan menyelesaikan skripsi sebelum batas akhir kuliah. Tingkat kecemas yang dialami berbeda-beda pada setiap mahasiswa, namun cemas akan sangat mempengaruhi konsentrasi dan daya pikir mahasiswa. Mahasiswa yang mengalami kecemasan menurut Daradjad (2001:21) akan cenderung minder, takut,
gugup, dan bahkan ketika kecemasan dirasakan secara mendalam maka bisa membuat mahasiswa tertekan. Pada kondisi ini lah yang menyebabkan mahasiswa tidak mampu menyelesaikan skripsi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Mahasiswa tidak bisa berkonsentrasi penuh, perasaan gugup, minder melakukan bimbingan dan merasa pusing, sehingga mahasiswa tidak dapat berpikir dan menuangkan ide dalam penyusunan skripsi.
Setiap mahasiswa selalu mempunyai keinginan untuk segera diwisuda. Dapat segera menyelesaikan skripsi, namun dalam kenyataannya proses penyusunan skripsi tidak semudah yang diharapkan, banyak kesulitan / kendala yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dapat membuat mahasiswa menjadi tertekan dan akhirnya memunculkan perasaan cemas. Salah satu faktor yang bisa menyebabkan kecemasan dalam penyusunan skripsi adalah adanya suatu kesulitan atau hambatan yang dirasakan mahasiswa baik itu bersifat internal maupun eksternal.
Kesulitan internal adalah kendala/kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusunan skripsi yang bersumber dari diri sendiri seperti merumuskan masalah, mengkonsep isi skripsi, mencari data atau sumber-sumber yang terkait, dan menuangkan tulisan ke dalam naskah skripsi. Dengan kata lain kesulitan yang dialami mahasiswa dalam penyusun skripsi terletak pada penyusunan metodologi penelitian. Mahasiswa tidak begitu paham tentang metodhologi penelitian, dan kebanyakan mahasiswa dalam menyusun metodologi hanya melihat dan mencocokan metodologi penulisan