TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SOSIAL REMAJA LINGKUNGAN MENDO KELURAHAN
RENTENG LOMBOK TENGAH
Mardiah 170303022
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022
i
TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SOSIAL REMAJA LINGKUNGAN MENDO KELURAHAN
RENTENG LOMBOK TENGAH Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negri Mataram untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial
Oleh : Mardiah 170303022
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022
ii
iii
v
vi MOTTO
لَا اُ كَ لِّلَ ُ اللّٰلَُ َكفاسلَل اِلَل وُاْلَلَ ا
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesangggupannya”
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang saya sayangi dan orang- orang yang menjadi sumber motivasi selama ini, diantaranya:
1. Kedua orang tuaku, Ibu tercinta (Mariam), Bapak tercinta(H.Agus Alwi) dan adik-adikku tersayang ( Yuza Agus Al-gifary, Yuniza Aprilia, Intan Syakila) beserta keluarga besar (jinem) yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang sudah mendukung studiku selama ini, salam hornat dan cinta selalu saya haturkan, tanpa do’a dan dukungan dari kalian saya tidak akan pernah sampai pada tahap ini, terimakasih selalu kepada Allah SWT karena telah mengirimkan orang baik dan hebat seperti kalian semua.
2. Teman-teman seperjuangan (BKI A) dan juga sahabat-sahabat saya dan para sahabat virtual saya (luke, Ansa, Nathan, Lenggara, meilani) terimakasih karena kalian selalu memberi dukungan, menemani saya dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
3. Kepada ( park jimin, Kim Namjoon, kim Seokjin, Min Yoongi, jung Hoseok, Kim Taehyung, dan Jeon Jungkook) Terimakasih saya ucapkan sebesar-besarnya karena kalian saya bisa berjuang, dan terimakasih karena karya kalian mental saya menjadi lebih kuat dan tangguh, tanpa kalian saya tidak akan sampai pada tahap terakhir ini.
4. Almamater dan Universitas Negri (UIN) Mataram yang saya cintai dan banggakan.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam dan sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Juga kepada keluarga, kerabat, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tinggginya dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.
1. Terimakasih kepada Dr. H. L. Ahmad Zaenuri, Lc, M.A, sebagai pembimbing I dan Maliki M.Pd., sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail terus- menerus tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadi skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.
2. Terimakasih kepada orang tuaku, ibu (Mariam), Bapak (H.Agus Alwi) yang telah menyertaiku dalam setiap doa, dan dukungan, pengorbanan dalam memenuhi kebutuhan selama berproses hingga titik penyelesaian penyusunan skripsi ini.
3. Kepada dewan penguji yang telah memberikan saran konstruktif nagi penyempurnaan skripsi ini.
4. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan
ix
memberikan bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama tanpa pernah selesai.
5. Kepada teman-teman seperjuangan terimakasih telah memberikan support, motivasi dan bantuan yang luar biasa sehingga penusunan skripsi ini selesai.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.
Mataram,...
Penulis
MARDIAH
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
NOTA DINAS PEMBIMBING ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN... vii
KATAPENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
ABSTRAK ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1.Ruang Lingkup ... 7
2. Setting Penelitian ... 7
E. Telaah Pustaka ... 8
F. kerangka Teori ... 11
xi
1. Remaja ... 11
2. Desensitisasi Sistematis ... 16
3. Kecemasan Sosial ... 22
G. Metode Penelitian ... 29
1. Pendekatan Penelitian... 29
2. Kehadiran Peneliti ... 30
3. Lokasi Penelitian ... 31
4. Sumber Data ... 31
5. Teknik Pengumpulan Data ... 33
6. Teknik Analisis Data ... 36
7. Uji Keabsahan Data ... 36
H. Sistematika Pembahasan ... 38
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 40
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40
1. Sejarah Kelurahan Renteng ... 40
2. Keadaan Demografis ... 40
3. Peta Kelurahan Renteng ... 43
4. Visi, Misi, dan Motto Kelurahan Renteng ... 43
5. Struktur Organisasi... 44
6. Fungsi Kasi... 44
B. Kecemasan Sosial Remaja Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Lombok Tengah ... 45
C. Penanganan Kecemasan Sosial Remaja Lingkungan Mendo Dengan Menggunkan Teknik Desensitisasi ... 51
BAB III PEMBAHASAN ... 57
A. Kecemasan Sosial Remaja Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Lombok Tengah ... 1. Kecemasan Memperlihatkan Diri didepan Umum ... 57
xii
2. Merasa Cemas Apabila Kehilangan Kontrol Atas dirinya ... 58
3. Merasa Cemas Apabila Memperlihatkan Ketidakmampuannya ... 59
B. Penanganan Menggunakan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mengurangi Kecemasan Sosial pada Remaja Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Lombok Tengah ... 61
1. Relaksasi ... 62
2. Latihan CounterConditioning ... 65
BAB IV PENUTUP ... 66
A. Kesimpulan... 66
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN
xiii ABSTRAK
Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mengurangi Kecemasan Sosial Remaja Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Kecamatan Praya Lombok
Tengah Oleh:
Mardiah Nim: 170303022
Setiap individu pernah mengalami kecemasan, sebagian besar dari kita menerimanya sebagai sesuatu yang normal dan dapat di atasi tanpa banyak kesulitan, terdapat sejumlah besar manusia yang tidak dapat mengendalikan kecemasan mereka hingga timbul perasaan tertekan dan terganggu hidupnya, kelainan ini di sebut gangguan kecemasan dengan salah satu bentuknya adalah fobia. Oleh karena itu, inilah yang melatarbelakangi penelitian skripsi ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk kecemasan sosial dan penanganan melalui teknik Desensitisasi Sistematis untuk mengurangi kecemasan sosial pada remaja Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Kecamatan Praya Lombok Tengah, Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif deskriptif analitik data yang di peroleh tidak di tuangkan dalam bentuk dan angka-angka dengan teknik pengumpulan data, observasi, wawancara dan dokumentasi
Hasil penelitian ini bahwa bentuk kecemasan sosisal yang di alami oleh remaja lingkungan mendo, seperti kecemasan memperlihatkan diri di depan umum, merasa cemas kehilangan kontrol akan dirinya, merasa cemas apabila memperlihatkan ketidakmampuannya, Teknik yang di gunakan untuk mengurangi Kecemasan sosial Remaja Lingkungan Mendo yaitu teknik desensitisasi seperti latihan Relaksasi dan latihan Counterconditioning
Kata Kunci:Teknik Desensitisasi Sistematis, Kecemasan Sosial , Remaja
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Remaja adalah masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak menuju dewasa, remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan“, Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi, perkembangan lebih lanjut, istilah ini sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Saat memasuki masa transisi kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis yang berarti bahwa bila masa kritis tersebut tidak dapat dilalui secara harmonis maka dapat menimbulkan gejala-gejala seperti keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas menjadi makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antarmanusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya1
Setiap individu pernah mengalami kecemasan, sebagian besar dari kita menerimanya sebagai sesuatu yang normal dan dapat di atasi tanpa banyak kesulitan. Namun terdapat sejumlah besar manusia yang tidak dapat mengendalikan kecemasan mereka hingga timbul perasaan tertekan dan
1Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004 ), hlm .10-11.
2
terganggu hidupnya, kelainan ini di sebut gangguan kecemasan dengan salah satu bentuknya adalah fobia. Kecemasan sosial yang terjadi pada remaja 9 hingga 17 tahun di perkirakan 10% hingga 20%. Hasil penelitian yang di lakukan di indonesia pada tahun 2013 di dapatkan data sebanyak 15,8% individu yang mengalami kecemasn sosial. Terdapat peningkatan sekitar 9,6% gejala kecemasan sosial pada awal usia remaja pada usia 10 tahun, bentuk dari kecemasan sosial yang ekstrim pada remaja adalah membisu dengan hanya memiIih berbicara pada situasi tertentu sebesar 70% hingga 95%.Kecemasan sosial di cirikan sebagai rasa takut di ejek oleh orang lain dan keinginan untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain, menurut world psychiatric association, 3% sampai 15% dari populasi global dapat di anggap sebagai penderita kecemasan sosial, tetapi jumIah ini hanya 25% dari mereka yang pergi untuk konseling atau terapi psikologis.2
Kecemasan sosial merupakan istilah untuk ketakutan, rasa gugup dan rasa cemas yang dirasakan seseorang saat melakukan perform dan interaksi sosial.
Kecemasan sosial sering muncul pada diri setiap individu, ketika individu berada dalam lingkungan sosial baru atau ketika individu harus menghadapi persoalan baru seperti harus perform dihadapan banyak orang, ketika harus mengahadap atasan, presentasi, berpidato dan menghindar dari situasi sosial lainnya karena takut mendapat evaluasi jelek.
Beberapa ciri dari orang yang mengalami kecemasan sosiaI adalah takut bertanya kepada orang asing, takut berbicara kepada orang yang berkedudukan
2 Fitria rachmawaty, “Peran Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecemasan Sosial Pada
Remaja”Vol.10, Nomor1, April 2015,hlm.31.
3
lebih di atasnya, takut tampil di depan publik, atau bahkan takut makan atau minum di tempat umum. kecemasan sosial berkaitan dengan rasa takut akan di hakimi oleh orang lain serta resiko menjadi malu atau di permaIukan dalam beberapa cara oleh tindakan sendiri, seseorang yang mengalami kecemasan sosial pada dasarnya tidak percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain, merasa bahwa mereka akan melakukan sesuatu untuk mempermalukan diri mereka sendiri, atau orang Iain akan menghakimi mereka terlalu keras dan kritis. Individu yang mengalami kecemasan sering merasa tidak termotivasi untuk terlibat dalam interaksi dengan orang lain dan merasa bahwa mereka akan menghambat komunikasi dengan orang lain di sekitarnya karena kegugupan yang di alami.3
Berdasarkan observasi awal yang di lakukan oleh peneliti pada tanggal 20 Februari 2021 di Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Lombok Tengah, peneliti mendapatkan berbagai permasalahan, beberapa remaja lingkungan mendo mengalami kecemasan sosial yaitu berupa kurangnya rasa percaya diri, oleh karena hal tersebut menimbulkan kecemasan ketika berinteraksi dengan orang lain. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif deskriptif analitik data yang di peroleh tidak di tuangkan dalam bentuk dan angka- angka dengan teknik pengumpulan data, observasi, wawancara dan dokumentasi, adapun yang di jadikan sebagai sasaran wawancara yaitu remaja di desa, orang yang menangani kecemasan sosial, orang tua, teman sebaya, lebih lanjut seperti kondisi yang dialami salah satu remaja Ana lingkungan Mendo, kecamatan Praya,
3 Andi Tajjudin, Haenidar, “Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada
Remaja Akhir” Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Timur, hlm. 59.
4
Lombok Tengah yaitu selalu cemas ketika berada di tempat umum, di karenakan remaja itu pernah mengalami kondisi yang kurang baik di masa lalunya dan sehingga membuat faktor psikologisnya menjadi terganggu, hal demikian dapat di katakan remaja tersebut masih relatif mampu untuk menghadapi beberapa situasi meskipun seringkali lebih banyak meminta pendamping atau teman untuk menemaninya saat berada di tempat umum.4
Penanganan yang dilakukan oleh guru bk dalam mengurangi kecemasan sosial remaja lingkungan mendo yaitu dengan teknik Desensitisasi Sistematis yang di mana menggunakan 2 tahapan yaitu Relaksasi dan Counterconditioning ini di lakukan dengan konseling individu bertujuan agar fokus konseli menjadi lebih maksimal.
Kecemasan sosial merupakan bentuk fobia sosial yang lebih ringan bentuknya seperti ketakutan yang terus menerus dan irasional terhadap kehadiran orang lain.
kecemasan sosial Iebih cenderung takut berbicara, di kritik atau menampilkan dirinya di depan umum, karena kecemasan ini mulai muncul ketika remaja memiliki kesadaran sosial dan pergaulan dengan orang lain.5
Berdasarkan beberapa faktor di atas di ketahui bahwa kecemasan sosiaI dapat di atasi dengan salah satu teknik yang ada di dalam konseling behavior yaitu teknik desensitisasi, dalam Bimbingan dan Konseling memiliki beberapa jenis pendekatan, salah satunya adalah pendekatan Behavioral. Pendekatan Behavioral menekankan pada dimensi kognitif individu dan menawarkan
4 Observasi, Mendo, 20 februari 2021.
5 Menurut KBBI fobia social ketakutan yang sangat berlebihan terhadap benda atau keadaan
tertentu yang dapat mengham bat kehidupan penderitanya di akses tanggal 22 November 2021.
5
berbagai metode yang berorientasi pada tindakan untuk membantu mengambil Iangkah yang jelas dalam mengubah tingkah laku. Setiap tingkah laku dapat di pelajari, tingkah laku lama dapat di ganti dengan tingkah lakun yang baru dan manusia memiliki potensi untuk berprilaku baik atau buruk, tepat atau salah.6
Dalam konseling behavioral ada di namakan teknik desensitisasi sistematis adalah teknik yang mampu meredakan atau sampai menghilangkan rasa cemas, sebagai model konseling yang memiliki pendekatan yang berorientasi pada perubahan perilaku menyimpang dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
Teknik Desensitisasi diarahkan kepada membimbing konseli untuk menampilkan suatu respon yang tidak konsisten dengan kecemasan. suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas konseli dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai konseli tidak takut atau cemas lagi, Prosedur treatment ini diIandasi oleh prinsip belajar counterconditioning, yaitu respon yang tidak diinginkan digantikan dengan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil Iatihan yang berulang-ulang.7
Terkait dengan pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengetahui dan mengkaji dalam sebuah penelitian dengan judul (Teknik Desensitisasi
6 Wahyuni komala sari Dkk, Teori dan Teknik Konseling. (Penerbit indeks. Jakarta.2011).
hlm.141.
7 Mulyono, Liana. Efek Desenstisasi Sistematis Guna Mengurangi Gejala Kecemasan, (Tesis: UNIKA Semarang.h. Soegijapranata,2016),hlm.97.
6
Sistematis untuk Mengurangi Kecemasan Sosial pada Remaja Lingkungan Mendo, Kelurahan Renteng, Lombok Tengah).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Bentuk-bentuk Kecemasan Sosial pada Remaja di Lingkungan Mendo?
2. Bagaimana Teknik Desensitisasi sistematis dalam menangani Kecemasan Sosial Pada Remaja Lingkungan Mendo
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk Mengetahui dan Memahami bentuk dari kecemasan sosial 2. Untuk mengetahui bagaimana penanganan melalui teknik desensitisasi
sistematis yang di gunakan dalam mengurangi kecemasan sosial pada remaja lingkungan mendo
1. Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan teori tentang Kecemasan sosial serta penangananya dengan teknik desensitisasi sistematika pada remaja lingkungn mendo kelurahan renteng kecamatan praya
b. Manfaat Praktis
7
1) Untuk pemerintah desa penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan dan sumber edukasi untuk membuat rumah konseling.
2) Untuk orang tua lebih memperhatikan tumbuh kembang mental anaknya.
D. Ruang Lingkup dan settingan penelitian 1. Ruang lingkup
Dalam penelitian ini terdapat ruang lingkup penelitian yaitu hanya berfokus pada Kecemasan sosial serta penanganannya melalui teknik desensitisasi sistematis, khususnya pada beberapa remaja Lingkungan Mendo yang Kecemasan sosial. Fenomena yang nampak pada remaja di Lingkungan Mendo tersebut terdapat beberapa remaja yang mengalami Kecemasan sosial sehingga membutuhkan penanganan berupa konseling.
Fenomena-fenomena yang nampak pada remaja yang mengalami Kecemasan sosial tersebut yaitu di latar belakangi oleh berbagai faktor yang berbeda-beda di antaranya ialah pengaruh lingkungan tempat tinggal, provokasi, kebudayaan, dan lain sebagainya.
2. Setting penelitian
Dalam karya tulis ilmiah ini, peneliti memilih tempat meneliti di Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng ,di Lingkungan Mendo beberapa terjadi kasus Kecemasan sosial pada remaja karena faktor misalnya overprotektif, penolakan orang tua dalam mengasuh anak, pandangan
8
rendah orang lain, dan penolakan dari teman. berdasarkan fenomena yang telah terjadi, melalui teknik desensitisasi sistematik ini setidaknya bisa mengurangi Kecemasan sosial pada remaja di Indonesia dan khususnya di Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Kecamatan Praya Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat,Kode pos 83511 guna untuk memperoleh prosespe nelitian data yang berhubungan dengan Kecemasan sosial dan penanganannya pada remaja.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka atau kajian kepustakaan merupakan kajian terhadap hasil- hasil penelitian, baik dalam bentuk buku, jurnal maupun majalah ilmiah.
Sepengetahuan penulis, ada beberapa skripsi yang judul skripsi ini. Berikut penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan dengan penelitian kali ini:
a. Judul skripsi yang di tulis oleh Judul skripsi yang di susun oleh Theresia Devi Arif Yanti fakultas tarbiyah dan keguruan jurusan Bimbingan dan Konseling 2017, yaitu “Penggunaan teknik Desensitisasi Sistematis untuk Mengurangi Kecemasan Peserta Didik kls VIII saat Presentasi di SMPM 11 Bandar lampung “ adapun kesamaan dari peneliti terdahulu yaitu sama-sama membahas tentang teknik Desensitisasi Sistematisi.
Namun demikian penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini perbedaanya yaitu penelitian terdahulu meneliti tentang keefektifan Teknik Desensitisasi Ssitematis, ada beberapa perbedaan dalam skripsi ini antara lain: tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektifan Teknik
9
Desensitisasi Sistematis dalam Mengurangi kecemasan siswa di sekolah, Metode penelitian ini menggunkan metode kuantitatif one gruop pre-test dan post-test desaign. Pengumpulan datanya menggunakan observasi, dokumentasi dan angket
b. Judul skripsi yang di susun oleh Kholidatul Hidayah Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi 2017, yaitu “Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan sosial Pada Siswa Kelas 2 SMAN 1 Tumpang” adapun kesamaan dari penelitian terdahulu dan sekarang yaitu sama-sama membahas tentang kecemasan sosial , pada penelitian terdahulu memperoleh gambaran mengenai hubungan konsep diri dengan kecemasan sosial pada siswa kelas 2 SMAN 1 tumpang.8 Namun demikian penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang ini.
Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu membahas tentang hubungan konsep diri dengan kecemasan sosial dan sama sekali tidak membahas tentang teknik desensitisasi. Ada beberapa perbedaan dalam skripsi yaitu: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat konsep diri dan tingkat kecemasan sosial pada siswa, Metode penelitian ini menggunakan metode korelasional, Pada penelitian ini penanganan yang di berikan terhadap kecemasan sosial adalah perbandingan konsep diri dengan kecemasan sosial . sedangkan peneliti membahas tentang kecemasan sosial pada remaja dan cara mengurangi kecemasan dengan
8 Kholidatul Hidayah,“Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan sosial Pada Siswa Kelas 2 SMAN 1 Tumpang” Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi 2017.
10
teknik desensitisasi sistematis dan metode yang di gunakan adalah metode kualitatif.
c. Judul skripsi yang di susun oleh Erlyn Novitasari fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam 2019, yaitu “Pengaruh Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Pengurangan Kecemasan Pesera Didik dalam Menghadapi Ujian Kelas VII di SMP NEGRI 06 Kota Bumi Lampung Utara” pada penelitian ini membahas tentang Pengaruh Teknik Desensitisasi Sistematis untuk Pengurangan Kecemasan Pesera Didik dalam Menghadapi Ujian, tujuan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari Teknik Desensitisasi Sistematis dengan menggunakan suatu layanan yakni konseling kelompok penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif perbedaan dari skripsi dahulu dengan sekarang adalah tujuan dari masing-masing menggunakan Teknik Desensitisasi ini untuk mengurangi kecemasan, dan penelitian ini untuk mengetahu bagaimana bentuk kecemasan serta penanganan melalui teknik Desensitisasi Sistematis.
F. Kerangka Teori 1. Remaja
a) Pengertian Remaja
Masa remaja, menurut mappiare remaja berlansung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun untuk perempuan dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi laki-laki. Rentang usia remaja ini dapat di bagi
11
menjadi dua bagian, yaitu usia 12-13 tahun sampai dengan 17-18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17-18 tahun sampai dengan 21-22 tahun adalah remaja akhir.
Remaja yang dalam bahasa aslinya di sebut dengan adolescence,yaitu berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya
“tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”, istilah adolescencesesungguhnya memiliki arti yang sangat luas, mecakup kematangan mental,sosial,emosional, dan fisik. Pandangan ini di dukung oleh piaget yang mengatakan bahwa secara peikologis, remaja adalah suatu usia yang dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak merasa sejajar.9
b) Pengertian Remaja menurut Para Ahli
1. Perti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan menuju dewasa, papalia dan oIds tidak memberikan pengertian remaja secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja.
2. Menurut papalia dan oIds masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada
9 Mohammad Ali,Mohammad Asrari ”Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik”(
Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010), hlm.9
12
umumnya di mulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun.
3. Menurut adams dan gullota masa remaja meliputi usia antara 11 sampai dengan 20 tahun.
4. Menurut hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal mulai dari 13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, dan masa remaja akhir mulai dari 16 tahun hingga 18 tahun, masa remaja awal dan akhir di bedakan oleh hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembanagan yang lebih mendekati masa dewasa.10 c) Ciri-Ciri Masa Remaja
Masa remaja mempunyai mempunyai ciri-ciri tertentu yang bisa membedakan dengan priode yang sebelum dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut yaitu:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting 2. Masa remaja sebagai periode peralihan 3. Masa remaja sebagai periode perubahan 4. Masa remaja sebagai periode mencari identitas 5. Masa remaja sebagai periode usia yang bermasalah 6. Masa remaja sebagai periode yang tidak realistis 7. Masa remaja sebagai periode menimbulkan ketakutan 8. Masa remaja sebagai periode ambang menuju dewasa d) Aspek-Aspek Perkembangan Remaja
10 Yudrik Jahja,”Psikologi Perkembangan”( Jakarta : Prenada Media, 2011). hlm. 220.
13
Pada masa perkembangan remaja ada beberapa aspek yang sangat menonjol perkembangannya sebagai berikut:
1. Perkembangan Fisik
Secara umum pertumbuhan dan perkembangan fisik sangat cepat pada usia 12-13 dan 17- 18 tahun pada masa ini remaja akan merasakan ketidak nyamanan pada diri mereka karena anggota badan dan otot-ototnya tumbuh secara tidak seimbang, pertumbuhan otak wanita 1 tahun lebih cepat di bandingkan laki-laki yaitu pada usia 11 tahun, sedangkan pertumbuhan otak laki-laki bertumbuh 2x lebih cepat daripada wanita dalam usia 15 tahun.
2. Perubahan External
Untuk tinggi rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang pada usia antara 17-18 tahun, sedangkan anak untuk laki-laki 1 tahun lebih lambat dari pada perempuan, untuk perubahan berat badan memiliki kesamaan dengan perubahan tinggi, tetapi berat badan sekarang ke bagian-bagian tubuh yang tadinya mengandung sedikit lemak atau tidak sama sekali, sedangkan untuk organ seks laki-lki maupun perempuan akan mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja.
3. Perubahan Internal a). Sistem pencernaan
1. Perut menjadi lebih panjang sehingga tidak terlalu menyerupai bentuk pipa.
14
2. Hati bertambah bertat dan kerongkongan menjadi bertambah panjang.
3. Otot-Otot di perut dan di dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat.
4. Usus bertambah panjang dan besar.
b). Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat pada masa remaja di usia 17-18 tahun beratnya 12 kali lipat berat pada waktu lahir, panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
c). Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun, sedangkan jaringan tulang terus tumbuh dan berkembang samapi mencapai ukuran matang.
d). Sistem Pernafasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17 tahun, anak laki-laki mencapai tingkat kematangan beberapa tahun kemudian.
4. Perkembangan Emosi
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh berpendapat bahwa kematangan emosi anak laki-laki dan perempuan pada akhir remajanya akan terlihat ketika ia dapat menahan emosinya di hadapan orang lain melainkan
15
menunggu saaat dan waktu yang tepat untuk meluapkan amarahnya dengan cara yang lebih dapat di terima.
5. Perkembangan Kognisi
Mulai dari usia 12 tahun, proses pertumbuhan otak telah mencapai kesempurnaan, pada masa ini sistem saraf yang memproses informasi berkembang secara cepat dan telah terjadi re organisasi lingkungan saraf lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan.
6. Perkembangan Sosial
Social cognition berkembang pada masa remaja, Social cognition yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, remaja dapat memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaan nya, pemahaman ini membuat remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka, terutama teman sebaya.11
2. Desensitisasi Sistematis
a. Konsep dasar Teknik Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi Sistematis adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku. Desensitisasi sistematis digunakan
11 Riryn Fatmawati “Memahami Psikologi Remaja” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNISLA, Vol. VI No.02 hlm. 57-60.
16
untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu, Desensitisasi diarahkan kepada mengajar klien untuk menampilkan suatu respon yang tidak konsisten dengan kecemasan.12
Nietzel dan Berstein mengemukakan tentang latar belakang teknik ini antara lain tokoh john broades Watson dan Rayner melihat bahwa rasa takut dipelajari lewat conditioning, demikian juga sebaliknya rasa takut dapat dihilangkan lewat counter conditioning-nya.
Tahun 1920-an Johannes Schulz, psikolog Jerman, mengembangkan teknik “Autogenic Training” yang mengkombinasikan diagnosis, relaksasi dan autosugesti untuk konseli yang mengalami kecemasan. Tahun 1935 Guthrie mengemukakan beberapa teknik untuk menghapus kebiasaan maladaptive termasuk kecemasan; dengan menghadapkan individu yang mengalami phobia pada stimulus yang tidak dapat menimbulkan kecemasan secara gradual ditingkatkan ke stimulus yang lebih kuat menimbulkan ketakutan.
Desensitisasi merupakan salah satu teknik yang paling luas di gunakan dalam pendekatan behavior, desensitisasi sistematis di gunakan untuk menghapus tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak di hapuskan itu, desensitisasi sistematis di
12Mulyono, Lian. Efek Desenstisasi Sistematis Guna Mengurangi Gejala Kecemasan,( Tesis:
UNIKA Semarang.h. Soegijapranata 2016). hlm .97.
17
arahkan kepada mengajar konseli untuk menampilkan suatu respon yang tidak konsisten dengan kecemasan yang di alami, dalam desensitisasi sistematis, sebelum di mulai latihan relaksasi konseli diberikan informasi mengenai cara-cara relaksasi, bagaimana cara penggunaan rileksasi dalam kehidupan sehari-hari, dan cara mengendurkan otot bagian tubuh, dalam rileksasi konseli di anjurkan untuk membayangkan situasi-situasi yang membuat santai seperti tempat-tempat yang membuat konseli merasa tenang, hal yang terpenting adalah konseli di minta untuk mencapai keadaan tenang dan rileks sehingga merasakan suatu kedamaian.13
Desentisasi yaitu suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas seorang anak dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut atau cemas lagi , Prosedur treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar counterconditioning, yaitu respon yang tidak diinginkan digantikan dengan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil latihan yang berulang-ulang. Teknis desentisisasi ini sangat efektif untuk menghilangkan rasa takut atau fobia. Prinsip macam terapi ini adalah memasukan suatu respon yang bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksasi. Pertama-tama subyek dilatih untuk relaksasi dalam, salah satu caranya misalnya secara progresif merelaksasi berbagai otot, mulai dari otot kaki, pergelangan kaki, kemudian keseluruhan tubuh, leher dan wajah.
Pada tahap selanjutnya ahli terapi membentuk hirarki situasi yang
13 Ibid,. hlm. 98
18
menimbulkan kecemasan pada subyek dari situasi yang menghasilkan kecemasan paling kecil sampai situasi yang paling menakutkan. Setelah itu subyek diminta relaks sambil mengalami atau membayangkan tiap situasi dalam hirarki yang dimulai dari situasi yang paling kecil menimbulkan kecemasan.14
Desentisisasi adalah salah satu tehnik yang paling luas di gunakan dalam terapi tingkah laku. Desentisisasi sistematik di gunakan untuk menghapus tingkah laku yng di perkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak di hapuskan itu. Dengan pengkondisian klasik, responrespon yang tidak di kehendaki dapat di hilangkan secara bertahap.
b. Tahap-Tahap Pelaksanaan Teknik Desensitisasi Sistematis
Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis ini di temukan oleh cormier & cormier adalah :
1. Rasional penggunaaan treatment desensitisasi sistematis
Rasional yang berisi tujuan dan prosedur pelaksanaaan teknik desensitisasi sistematis disampaikan kep[ada konseli karena akan mendatangkan manfaat. Antara lain:
a) Rasional dan ringkasan prosedur pelaksanaan itu mengemukakan model tertentu atau cara dimana konselor akan melaksanakan treatment ini.
14Ahmad Masrur Firosad,Herman Nirwana & Syahniar, Teknik Desensitisasi Sistematik Untuk Mengurangi Fobia Mahasiswa, Universitas Negeri Padang, hlm. 68
19
b) Hasil dari desensitisasi mungkin bisa ditingkatkan karena di berikan intruksi dan harapan yang poisitif
2. Mengidentifikasi Situasi-Situasi yang Menimbulkan Emosi
Jika konselor telah menemukan masalah, maka mestinya ada indikasi tentang dimensi atau situasi yang mempengaruhi kecemasan.
Untuk itu dalam hal ini konselor hendaknya berinisiatif nelakukan identifikasi situasi yang mempengaruhi emosi tersebut dengan menggunakan salah satu prosedur, yaitu : wawancara, monitoring diri sendiri, atau angket. Setelah itu konselor hendaknya terus membantu konseli menilai situasi-situasi yang di peroleh sampai di temukan beberapa situasi khusus.
3. Identifikasi Konstruksi Hirarki
Hirarki adalah daftar situasi rancangan terhadap konseli bereaksi dengan sejumlah kecemasan yang bertingkat-tingkat. Untuk memperoleh hirarki itu, dalam tahapan ini konselor hendaknya membantu konseli:
a. Memilih tipe hirarki
b. Mengidentifikasi jumlah hirarki yang di kembangkan
c. Mengidentifikasi butir-butir hirarki yang menggunakan metode
d. Mengeksplorasi butir-butir hirarki sampai di peroleh butir-butir yang memperoleh kriteria
e. Meminta konseli untuk mengidentifikasi beberapa butir kotrol
20
f. Menjelaskan tujuan merangking butir-butir hirarki menurut meningkatnya level yang menimbulkan kecemasan
g. Meminta konseli untuk mengatur butir hirarki menurut makin meningkatnya pengaruh pada kecemasan
h. Menambah atau mengurangi butir hirarki agar di peroleh hirarki yang masuk akal.
4. Pemilihan dan Latihan Counterconditioning atau Respon Penanggulangan
Pada tahap ini konselor memilih counterconditioning atau respon penanggulangan yang sesuai untuk melawan atau menanggulangi kecemasan . konselor menjelaskan tujuan respion yang di piIih dan mendiskusikannya, konselor melatih konseli untuk melakukan penanggulangan dan melakukannya setiap hari. sebelum melakukan latihan, konseIi di minta untuk menilai level perasaan cemas. Kemudian konselor meneruskan latihan sampai konseli dapat membedakan level- Ievel yang berbeda dari kecemasan dan dapat menggunkann respon non kecemasan untuk mencapai sepuluh atau kurang dalam skala penilaian 0- 100.
5. Penilaian Imajinasi
Pelaksanaan yang khas dari desensitisasi dititik beratkan pada imajinasi konseIi, hal ini berasumsi bahwa imajinasi dari situasi adal;ah hal yang sama dengan situasi nyata dan bahwa belajar yang terjadi dalam
21
situasi imajinasi menggeneralisasi pada situasi real. Karena itu tugas konselor :
a) Menjelaskan penggunaan imajinasi
b) Mengukur kapasitas konseli untuk menggeneralisasi imajinasi secara hidup
c) Dengan bantuan konseli, konselor menentukan apakah imajinasi konseli memenuhi kriteria atau tidak
6. Penyajian Dengan Hirarki
Adegan dalam hirarki di sajikan setelah konseli di berikan Iatihan dalam counterconditioning atau respon penanggulangan setelah kapasitas imajinasi di ukur. Setiap presentasi adegan di dampingi dengan respon penanggulngan sehingga kecemasan konseli terkondisikan atau berkurang.
7. Tindak Lanjut
Dalam bagian akhir dari treatment ini konselor melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Konselor memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang berhubungan dengan usaha memajukan hasil treatment desensitisasi dengan petujuk sebagai berikut: latihan setiap hari tentang pelaksanaan relaksasi visualisasi butir-butir yang di selesaikan secara sukses pada season yang mendahuluinya, penerapan pada situasi yang sebenarnya butir- butir yang telah diselesaikan dengan sukses.
b) Konselor menginstruksikan konseli untuk mencatat pekerjaan rumah dalam buku catatan
22
c) Konselor merencanakan pertemuan tindak lanjut untuk mengecek hasil pekerjaan rumah.15
8. Kecemasan Sosial
a. Pengertian Kecemasan Sosial
Kecemasan sosial merupakan istilah untuk ketakutan, rasa gugup dan rasa cemas yang dirasakan seseorang saat melakukan perform dan interaksi sosial. Kecemasan sosial sering muncul pada diri setiap individu, ketika individu berada dalam lingkungan sosial baru atau ketika individu harus menghadapi persoalan baru seperti harus perform dihadapan banyak orang, ketika harus mengahadap atasan, presentasi, berpidato dan menghindar dari situasi sosial lainnya karena takut mendapat evaluasi jelek.
American Psychiatric Association (APA) mengungkapkan bahwa kecemasan sosial adalah ketakutan yang menetap terhadap sebuah situasi sosial yang terkait dan berhubungan dengan interaksi sosial dan performa yang membuat individu harus berhadapan dengan orang- orang yang tidak dikenaInya atau menghadapi kemungkinan diamati orang lain, takut bahwa dirinya akan dipermalukan atau dihina.
Kecemasan sosial akan menjadikan seseorang berpikir bahwa orang lain sedang melihat, mengamati dan menilai dirinya dengan hal-hal yang negatif atau buruk tentang apa yang sedang ia lakukan.
15 Setiawati,D.,Keefektifan cognitive restructuring dan Desensitisasi Sistematis Untuk Mengatasi
Kecemasan siswa SMP Dan SMA. FIP Unesa. 2009), hlm.10.
23
Kecemasan sosial adalah ketakutan pada situasi sosiaI pada saat berinteraksi dan perform dengan orang lain yang dapat membawa pada perasaan, penilaian, evaluasi dan rendah diri.16
Kecemasan sosial pada remaja terjadi saat mereka berpikir jika dirinya melakukan sesuatu yang tidak sama dengan orang lain, maka ia akan diberi label negatif oleh orang lain atau ia berpikir bahwa dirinya akan melakukan sesuatu yang memaIukan dihadapan orang lain. Masa remaja ditandai dengan sejumlah perubahan fisik dan psikologis.
Perubahan yang terjadi di awal hingga pertengahan masa remaja dapat berkontribusi untuk munculnya kecemasan sosial bagi remaja misalnya perubahan fisik yang menyertai pubertas, pematangan sosiokognitif, perubahan lingkungan sekolah dan interaksi sosial dengan teman sebaya17
Pengertian yang lebih luas di berikan oleh richards bahwa “sosial anxiety as discomfort in the presence of other” kecemasan sosial merupakan suatu perasaan mendapat penilaian yang tidak menyenangkan dari orang lain, artinya bahwa individu yang mengalami gangguan kecemasan takut, tidak percaya diri dan khawatir secara berlebihan terhadap situasi sosial dan berinteraksi dengan orang lain karena sebelumnya telah berprasangka dan mengaggap serta berpandangan negatif pada orang lain atau lingkungan sekitarnya,
16 Nanik kholifah “Peran Teman Sebaya Dan Kecemasan Sosial Pada Remaja”jurnal psikologi,vol.03.No.2 (Desember,2016), hal. 68.
17Ibid,. hlm. 69
24
terutama jika sedang berada dalam keadaan tidak nyaman, keadaan yang membuat malu dan sebagainya, secara sosial individu-individu yang cemas cenderung memperlihatkan beberapa ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut:
a) Cenderung mengurangi keterIibatan dirinyadalam situasi pertemuan dengan lingkungan sosial
b) Cenderung menghindari situasi sosial yang di perkirakan dapat menimbulkan kecemasan sosialbagi dirinya
c) Cenderung menarik diri dari lingkungan sosial ketika merasa dirinya tidak nyaman.
Pendapat serupa juga di kemukakan oleh maleshko dan alden bahwa individu yang mengalami kecemasan sosial memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain
b) Cenderung mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain
c) Cenderung lebih menutup diri terhadap lingkungan sosial.18 b. Aspek –Aspek Kecemasan Sosial
1) Aspek-aspek kecemasan sosial menurut La Greca dan Lopez adalah sebagai berikut:
18 Togiaratua Nainggolan “hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan sosial pada pengguna
napza” permadi siwi, vol.16,No.02 , 2011 hlm.162
25
a) Ketakutan terhadap evaluasi yang negatif (Fear of negative evaluation) Artinya yaitu bahwa individu merasa takut atau khawatir terhadap penilaian buruk yang akan diberikan oleh orang lain seperti mengolok-olok dan mengkritik.
b) Penghindaran sosial dan tertekan secara umum (Social avoidance and distressin general) Artinya individu akan lebih menghindari tempat-tempat umum yang akan membuat dirinya merasa tidak aman dan lebih merasa tenang jika sendiri.
c) Penghindaran sosiaI dan tertekan terhadap lingkungan sosial yang baru (Social avoidance specific to new situation)Artinya bahwa individu akan cenderung menghindari situasi yang baru apalagi bertemu dengan orang asing.
Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock menjeIaskan bahwa terdapat 3 aspek dari kecemasan yaitu:
1. Kesadaran adanya sensasi fisiologis (seperti jantung berdebar dan badan berkeringat).
2. Kesadaran adanya sensasi psikologis (kesadaran sedang gugup atau ketakutan).
3. Kesadaran adanya sensasi kognitif seperti menimbulkan rasa bingung terhadap suatu peristiwa atau seseorang.
Berdasarkan penjabaran di atas, tentang aspek-aspek kecemasan sosial yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti mengacu
26
kepada aspek-aspek kecemasan sosial yang dikemukakan oleh La Greca dan Lopez. Ketiga aspek tersebut adalah:
a) Ketakutan terhadap evaluasi yang negative
b) Penghindaran sosial dan tertekan secara umum dan
c) Penghindaran sosial dan tertekan terhadap lingkungan sosial yang baru.
c. Faktor-Faktor Kecemasan Sosial
Rapee mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi individu mengalami kecemasan sosial yaitu:
1) Cara berpikir (thinking style)
Cara berfikir dalam hal ini adalah bahwa individu yang mengalami kecemasan sosial akan lebih cenderung sulit mengendalikan pikiran atau kurang berpikir logis saat berada diposisi yang membuat tidak nyaman karena cara berpikirnya telah dikuasai oleh rasa cemas yang membuatnya sulit.
2) Fokus perhatian (focusing attention)
Fokus perhatian dalam hal ini adalah bahwa individu akan mengalami kesulitan dalam membagi fokus perhatiannya atau tidak dapat memberi perhatian sekaligus dalam satu waktu saat sedang mengalami kecemasan sosial.
3) Penghindaran (avoidance)
Individu akan cenderung menghindar saat berada pada situasi yang membuatnya tidak nyaman atau tertekan.
27
4) Schlenker dan Leary menjelaskan beberapa faktor kecemasan sosial, sebagai berikut:
a) Berhubungan dengan kekuasaan dan status sosial yang tinggi Artinya disini adalah anak yang memiliki status sosial atau dari keluarga yang memiliki status sosial yang tinggi akan lebih cenderung untuk tidak mengalami kecemasan sosial karena memiliki kekuasaaan atau power.
b) Konteks evaluasi
Dalam hal konteks evaluasi pada kecemasan sosial adalah bahwa individu yang berada pada situasi sosial tidak nyaman dan cenderung menganggap bahwa orang lain akan mengevaluasinya atau menilai secara berlebih.
c) Fokus interaksi pada kesan individu
Artinya individu memandang bahwa kesan pertama merupakan acuan atau tolak ukur sebagai interaksi selanjutnya.
d) Situasi sosial yang tidak terstruktur
Hal tersebut seperti hari pertama sekolah sehingga dapat mempengaruhi kecemasan sosial karena individu belum mengetahui aturan secara pasti.
e) Kesadaran dalam diri
Maksudnya adalah fokus dan perhatian pada diri sendiri dan sikap dalam menghadapi lingkungan sosial. Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan
28
sosial dapat dibengaruhi oleh beberapa hal anatar lain cara berpikir, fokus perhatian dan penghindaran. 19
d. Bentuk-bentuk Kecemasan Sosial
Febri dkk (dalam Naigolan) mengatakan bahwa terdapat beberapa bentuk kecemasan sosial yaitu :
1) Kecemasan memperlihatkan diri di depan umum, mereka yang termasuk golongan ini adalah orang yang pemalu, penakut, merasa tidak tentram bila berkumpul dengan orang-orang yang masih asing baginya. Misalnya cemas jika berbicara dengan atasan atau orang yang di hormati, takut untuk menggunakan telpon umum atau menelpon seseorang yang belum di kenal dengan baik, dan sebagainya.
2) Cemas apabila kehilangan kontrol akan dirinya terutama kehilangan kontrol atas tubuhnya. Cemas jika ada sesuatu dari tubuhnya yang tidak beres dan tanpa di sadari di perlihatkan di depan umum.
Misalnya takut jika dirinya akan pingsan di depan umum, dan sebagainya
3) Cemas apabila memperlihatkan ketidakmampuan, golongan ini biasanya merasa tidak di perlakukan sebagaimana mestinya dan tidak di hargai. Merasa rendah diri, merasa bersalah, dan membenci
19 Nabila Salma, “Hubungan Antara Kelekatan Orang Tua dan Kecemasan Sosial pada Remaja”(Sripsi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Yogyakarta, 2019),hlm.52
29
dirinya sendiri. Misalnya takut bila harus berbicara di depan umum tanpa ada persiapan sebelumnya.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun pembahasan lebih jelas terkait dengan metode penelitian, pendekatan yang digunakan oleh peneliti dan lain sebagainya di paparkan sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian Kualitatif dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia, dari kerangka acuan perilaku sendiri, yakni bagaimana perilaku manusia, dari kerangka acuan perilaku sendiri, yakni bagaimana pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi pendirianya. Peneliti dalam hal ini berusaha memahami dan menggambarkan apa yang di pahami dan di gambarkan oleh subjek penelitian.20
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang di peroleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis, dokumentasi, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak di tuangkan dalam bentuk dan angka-angka.21
20 Imam Gunawan, “Metode penelitian Kualitatif Teori &praktik”, (Jakarta: Bumi Aksara,
2015). hlm. 81.
21 Ibid,hlm.87.
30 2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian yang menggunakan metode klualitatif, kehadiran peneliti di lapangan peneliti berfungsi sebagai instrumen kunci. Pengertian instrumen disini yaitu berarti peneliti menjadi alat dari keseluruhan proses penelitian, penelitian sebagai perencanaan, pengumpulan data, penafsiran data, sekaligus sebagai pelapor dari hasil penelitian.22
Kehadiran peneliti di tempat penelitian yaitu berperan sebagai pengamat yang tidak berperan serta, maksudnya peneliti tidak melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan peneliti menyatu sebagai bagian dari kehidupan subyek tetapi sebagai pengamat. Dalam melakukan penelitian melalui pengamatan, peneliti mengamati objek penelitian pada situasi yang diinginkan untuk di pahami, jadi jelas peneliti akan mengamati peristiwa- peristiwa yang terkait dengan objek penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah cakupan wilayah yang menjadi basis penelitian.
Dalam penelitian ini lokasi di lingkungan mendo kelurahan renteng lombok tengah di tentukan secara sengaja ( purposive), karena peneliti banyak menemukan fenomena tentang kecemasan sosial yang di sebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri.
22 Budi santoso “Implikasi Keterampilan Bimbingan Konseling Terhadap Keterbukaan
Konseli”, (Skripsi, fakultas dakwah dan ilmu komunikasi UIN Mataram, 2018, hlm.71
31 4. Sumber Data
Sumber data subyek penelitian dalam penelitian adalah “subyek dimana data di peroleh, yang di maksud dengan subyek di sini yaitu bisa berupa informasi, situasi atau kejadian dan waktu”.23 Sumber data dalam penelitian ini adalah remaja yang berada di lingkungan mendo kelurahan renteng, adapun jumlah sumber data yang di jadikan sumber informasi di batasi, karena yang di butuhkan adalah di perolehnya esensi perolehan yang di teliti, bukan banyaknya informan. Penentuan informan di lakukan dengan pertimbangan bahwa informan tersebut mampu memberikan informasi sesuai dengan apa yang di butuhkan. Jenis jenis penelitian di bedakan berdasarkan jenis data yang di perlukan secara umum di bagi menjadi dua, yaitu penelitian primer dan sekunder.24
a. Data Primer
Penelitian primer membutuhkan data atau informasi dari sumber pertama, biasanya kita sebut sebagai informan.data atau informasi di peroleh melalui observasi dan wawancara. Adapun yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah remaja di lingkungan mendo, orang yang menangani kecemasan sosial, orang tua, teman sebaya, tokoh masyarakat setempat.
b. Data Skunder
Penelitian sekunder menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk memeproleh data atau informasi untuk
23 Arikanto Suarsimi “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta, Tahun
1999), hlm. 102.
24 Onathan Sarwono,” Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (yogyakarta: Graha ilmu,
2006), hlm. 16.
32
menjawab masalah yang di teliti penelitian yang menggunakan studi kepustakaan dan yang biasanya di gunakan oleh para peneliti yang menganut faham pendekatan kualitatif. Adapun menjadi data sekunder atau data pendukung adanya dokumentasinya. Dalam penelitian ini sumber dan jenis data di tentukan secara purposive sampling, yaitu salah satu teknik sampel yang sering di gunakan dalam penelitian. Secara bahasa, kata purposive berarti sengaja, jadi kalau sederhananya purposive sampling berarti teknik pengambilan sampel yang di ambil karena pertimbangan tertentu. Jadi, sampel di ambil secara acak, tetapi di tentukan oleh peneliti, yang di mana purposive sample ini peneliti akan meneliti remaja di lingkungan mendo yakni di tentukan secara purposive sampling dengan mempertimbangkan tercapainya tujuan penelitian.25
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Dalam buku pengantar metodelogi research di jelaskan bahwa dalam setiap penelitian baik bersifat rahasia (tertutup) untuk kalangan yang sangat terbatas ataupun yang bersifat umum di publikasikan, selalu di gunkan metode dan alat pengumpulan data yang tersusun dengan baik serta di sesuaikan dengan tujuan peneliti ini adalah sebagai berikut :
25 Joko subagyo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Teori Praktek,Jakarta: Rineka Cipta,
2011), hlm. 31.
33 a. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang di lakukan secara sengaja, sistematik mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian di lakukan pencatatan.26 Di sisi lain di katakan bahwa metode observasi di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.27 Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis.
Adapun yang akan di observasi adalah remaja yang berada di lingkungan Mendo.
1) Observasi Partisifatif
Merupakan seperangkat strategi penelitian yang tujuannya adalah untuk mendapatkan suatu keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok individu dan perilaku mereka melalui satu keterlibatan yang intensif dengan orang di lingkungan alamiah mereka. Observasi partisifatif merupakan teknik berpartisipasi yang sifatnya intraktif dalam sistuasi yang alamiah dan melalui penggunaan waktu serta catatan observasi untuk menjelaskan apa yang terjadi.
26 Subagyo,”Metode Penelitian Pendidikan”,(Bandung, Rineka Cipta, 1999), hlm. 63.
27 Yatim riyato,” Metode Penelitian Pendidikan, (surabaya: Pt.sic.2001), hlm. 99.
34 2) Observasi Non-pertisifatif
Adalah observasi yang di lakukan dimana si peneliti mengamati perilaku dari jauh tanpa ada interaksidan subyek yang sedang di teliti, observasi non partisifasif sama dengan istilah pengamatan biasa.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode atau teknik pengumpulan data dengan metode observasi partisifatif yang dimana dalam penelitian nya, karena dengan metode observasi partisifatif ini peneliti berinteraksi secara lansung kepada informan nya selain itu juga dengan menggunakan metode ini peneliti bisa diskusi lansung kepada informan nya.
b. Metode Interview (Wawancara)
Metode interview/wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi lansung antara penyidik dengan subyek atau informan. Wawancara adalah suatu percakapan yang di arahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Dalam teknik wawancara ini, peneliti bermaksud menggunakannya untuk memperoleh data dari informan yakni beberapa orang yang akan menjadi obyek penelitian dengan cara menanyakan hal-hal yang di inginkan peneliti. Dalam melakukan wawancara ini peneliti menanyakan secara lansung kepadabeberapa orang informan dan konselor untuk mendapatkan data yang valid.
Dalam teknik ini, peneliti menggunkan wawancara tidak tersetruktur untuk memperoleh data dari narasumber yakni beberapa remaja yang
35
mengalami kecemasan sosial, yang akan menjadi obyek penelitian dengan cara menanyakan hal-hal yang di inginkan peneliti sesuai tujuan penelitian dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara tidak terstruktur.
Adapun yang di jadikan sebagai sasaran wawancara adalah remaja yang mengalami kecemasan sosial dan beberapa orang terlibat dalammasalah tersebut di antaranya sebagai berikut :
a. Remaja di desa
b. Orang yang menangani kecemasan sosial
c. Orang tua, teman sebaya, tokoh masyarakat setempat d. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu segala bentuk data yang didapat ataudi peroleh melalui rekaman kejadian masa lalu yang di tulis atau di cetak, dapat berupa catatan surat, buku harian, dan dokumen-dokumen penting. Untuk mendapatkan data-data dengan menggunakan metode dokumentasi, peneliti menggunakan kamera untuk mendapatkan gambar-gambar, record untuk mendapatkan data-data melalui rekaman suara.
Peneliti menggunakan dokumentasi dalam penelitian untuk menunjang hasil data lapangan yang ada di lingkungan Mendo kelurahan Renteng kecamatan Praya.
36 6. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data ini menggunakan analisis data kualitatif bogdan dan biklen yaitu upaya yang di lakukan peneliti dengan jalan bekerja dengan kata, memilah- memilahnya menjadi satuan yang dapat di kelola, mensistematiskan nya, mencari dan menemukan pola, menentukan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.28
Dalam penelitian ini data yang akan di peroleh adalah data tentang kecemasan sosial serta penanganannya melalui teknik desensitisasi sistematis pada remaja lingkungan Mendo.
7. Uji Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan usaha pembuktian yang di lakukan oleh peneliti sesuai dengan kenyataan yang ada “keabsahan atau kevalidan data adalah merupakan suatu usaha yang di lakukan oleh peneliti dalam rangka untuk membuktikan data yang di peroleh di lokasi penelitian dengan keadaan yang sesungguhnya. Nasution dalam bukunya menyebut bahwa”suatu alat pengukur di katakan valid apabila alat itu mengukur apa yang seharusnyadi ukur oleh alat ini” dan kradibilitas data itu sendiri bertujuan untuk membuktikan apa yang di amati oleh peneliti sesuai dengan pernyataan yang sebenar-benarnya. Kradibilitas adalah ukuran kebenaran data yang di kumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian.
28 Burhan bungin,”Penelitian Kualitatif”, hlm. 121.
37
Untuk mendapatkan validitas dan yang sesungguhnya, maka peneliti melakukan.
a. Melakukan pengamatan secara sungguh-sungguh
Ketekunan pengamatan, yaitu pengamatan yang bertujuan untuk menggambarkan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isi yang sedang di teliti kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut yang secara rinci. Dalam hal ini, ketekunan atau kesungguhan penelitian ini penelitimelakukan ketikamengamati proses kegiatan bimbingan yang ada di lingkungan tersebut.
b. Menggunakan bahan refrensi
Refrensi yang di pakai adalah bahan dokumentasi, catatan lapangan yang tersimpan, dengan refrensi, peneliti dapat mengecek kembali data- data informasipenelitian yang peneliti dapatkan di lapangan.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan kebsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhdap data tersebut. Teknik ini peneliti gunakan untuk membandingkan data yang benar-benar valid.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan ini akan memaparkan mengenai isi dari penelitian ini secara narasi. Untuk memudahkan peneliti dalam menyusun
38
proposal skripsi, maka dalam penelitian ini secara keseluruhan terdapat empat bagian ada pendahuluan, paparan data dan temuan, pembahasan, dan penutup.
Pada setiap bagian terdapat perincian dalam masing-masing sub-subnya:
Dalam BAB I merupakan bab pendahuluan yang meliputi: penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan penelitian ini.
Kemudian BAB II terdapat data dan temuan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan di lapangan, bagian ini meliputi:
gambaran umum mengenai lokasi penelitian yang dituju, kemudian hasil wawancara terkait permasalahan yang terjadi di lapangan merupakan deskripsi tentang kecemasan sosial dan teknik desensitisasi sistematis.
Selanjutnya Bab III terdapat bagian yang berisi pembahasan terkait fokus penelitian atau analisis tentang rumusan masalah mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan yaitu di lingkungan mendo kelurahan renteng apakah sesuai dengan teori-teori yang dipaparkan di bagian awal atau teori-teori yang dipaparkan dibagian awal atau teori-teori yang ada dari para ahli.
Pada Bab IV ini merupakan bagian kesimpulan dan saran, kesimpulan akan menjabarkan jawaban terkait rumusan masalah dalam penelitian ini, kemudian saran akan memuat pernyataan yang dapat memberikan kemajuan terhadap lokasi penelitian serta penelitian ini agar lebih baik kedepanya.
39 BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Renteng
Renteng adalah sebuah kelurahan di wilayah kecamatan praya, kabupaten Lombok Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat. Dengan luas wilayah 317 ha, dan memiliki 8 lingkungan yaitu: lingkungan mendo, renteng, gerintuk, rangah, tiwu asem, wakul 1, wakul 2, Nyampen. Dengan kepadatan penduduk mencapai 5.548 jiwa. Terkait dengan sejarah pasti berdirinya kelurahan renteng yakni belum adanya sumber yang relevan di karenakan tidak adanya dokumentasi-dokumentasi tentang berdirinya kelurahan renteng, saat ini kelurahan renteng di pimpin oleh H.M. Saifuddin, SE29
2. Keadaan Demografis a) Geografi
Kelurahan Renteng adalah sebuah kelurahan di wilayah kecamatan praya, kabupaten Lombok Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia, letak geografis kelurahan renteng terletak di antaranya :
1) Luas Batas Wilayah a) Batas Wilayah
Sebelah utara : Desa Jago-kel Gonjak Sebelah selatan : Kelurahan Leneng
29 Dokumentasi profil Kelurahan Renteng, di ambil pada tanggal 12 Desember 2021
40 Sebelah timur : Kelurahan Gerunung Sebelah Barat : Desa Puyung
b) Jumlah Penduduk 1) Kepala Keluarga : 1.470 2) Laki-Laki : 2.768 3) Perempuan : 2.780
Jadi jumlah keseluruhan penduduk kelurahan renteng adalah 5.54830. Jumlah penduduk di kelurahan Renteng, kecamatan Praya kabupaten Lombok Tengah berdasarkan tingkat pendidikannya31
No Pendidikan Jumlah
1 Tamat SD/Sederajat 1.238 orang
2 SLTP/ Sederajat 254 orang
3 SLTA/ Sederajat 243 orang
4 D1 0 orang
5 D2 3 orang
6 D3 22 orang
7 S1 93 orang
8 S2 1 orang
Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa penduduk kelurahan renteng dapat di katakan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang dapat
30 Dokumentasi profil Kelurahan Renteng, di ambil pada tanggal 12 Desember 2021,hlm.3.
31 Ibid,hlm.6
41
mendongkrak kemajuan di bidang keilmuan, selanjutnya jumlah penduduk kelurahan renteng menurut jenis profesi/ pekerjaan dapat di lihat pada tabel berikut:32
Jenis Pekerjaan Banyaknya
1. Petani 1072 Orang
2. Buruh tani 264 Orang
3. Buruh migran perempuan 12 Orang
4. Buruh migran laki-laki 53 Orang
5. Buruh harian lepas 73 Orang
6. Pegawai Negeri Sipil 47 Orang
7. TNI 7 Orang
8. POLRI 15 Orang
9. Pembantu Rumah Tangga 6 Orang
10. Pedagang keliling Orang
11. Peternak 588 Orang
12. Dokter 1 Orang
13. Bidan 2 Orang
14. Perawat 4 Orang
15. Pensiunan TNI/P
16. POLRI - Orang
17. Pensiunan PNS 10 Orang
18. Sopir 17 Orang
32 Ibid hlm.7