• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

B. Penanganan Menggunakan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk

60

menyebabkan remeja di lingkungan mendo mengalami kecemasan sosial, Beberapa ciri dari orang yang mengalami kecemasan sosial adalah takut bertanya kepada orang asing, takut berbicara kepada orang yang berkedudukan lebih di atasnya, takut tampil di depan publik, atau bahkan takut makan atau minum di tempat umum. Individu yang mengalami hal ini biasanya merasa tidak di perlakukan sebagaimana mestinya dan tidak di hargai oleh orang lain, merasa rendah diri, merasa bersalah, membenci diri sendiri, misalnya takut berbicara di depan umum tanpa persiapan sebelumnya. sama halnya yang di rasakan oleh salah satu remaja Lingkungan mendo yang dimana remaja tersebut takut untuk berpendapat karena ia merasa akan di pandang rendah oleh orang lain, takut menyinggung perasaan orang lain dan takut tidak di hargai.

B. Penanganan Menggunakan Teknik Desensitisasi Sistematis untuk

61

pendekatan yang berorientasi kepada perubahan perilaku menyimpang.

Taufik dan yeni karneli mengemukakan bahwa teknik desensitisasi merupakan salah satu tekning yang seringkali di gunakan dalam terapi tingkah laku, sehingga dalam melakukan teknik desensitisasi sistematik dapat di lakukan dengan cara melemahkankekuatan stimulus penghasil kecemasan dan gejala kecemasan bisa di kendalikan dan di hapus melalui penggantian stimuluas, melibatkan teknik relaksasi dengan melatih konseli untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang di bayangkan atau di visualisasikan.54

Menurut joseph wolpe teknik desensitisasi sistematis merupakan perpaduan beberapa teknik seperti memeikirkan sesuatu, menenangkan diri relaksasi dan membayangkan sesuatu, dalam pelaksanaannya konselor berusaha untukmengurangi atau menghilangkan ketakutan atau kecemasan yang di hadapi oleh konseli, joseph wolpe mengatakan bahwa penerapan relaksasi lebih di tekankan pada pengenduran otot-otot sampai tercapai suatu keadaan santai penuh, melibatkan teknik relaksasi menjadikan konseli dalam keadaan santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalalaman pembangkit kecemasan yang di bayangkan atau di visualisasikan.55

54 Raudah zaimah dalimunte, Rahmawati “Penggunaan Teknik Desesnsitisasi Sistematis Dalam Menejemen Stress Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sultan Ageng Tirtayasa” hlm.43.

55 Indriyani Rachmawati,” Teknik desensitisasi diri (self desensitisazion) untuk mengurangi

kecemasan sosial siswa kelas VIII di SMP Negri 11 surakarta. “ Maret,2012.hlm.31

62

Adapun teknik yang di gunakan oleh guru bk di Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Kecamatan Praya dalam menangani kecemasan sosial yaitu sebagai berikut:

1. Relaksasi

Hakim meyatakan relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran senetran dan santai atau tidak memikirkan apapun, cormier menambahkan relaksasi otot yaitu usaha untuk mengajari seseorang untuk rileks, dengan menjadikan individu itu sadar tentang perasaan tegang dan perasaan- perasaan rileks kelompok-kelompok otot utama seperti tangan, muka, leher, bahu, punggung, kaki, perut dan dada.

Menurut beech, dkk dalam Mochamad Nursalim berpendapat bahwa relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku, dimana terapi tingkah laku yaitu penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar, terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara- cara yang lebih adiktif, relaksasi merupakan salah satu teknik dalam terapi perilaku yang dapat di gunakan oleh individu untuk meciptakan mekanisme batin dalam diri individu dengan membetuk kepribadian yang lebih baik, menghilangkan berbagai bentuk pikiran yang buruk akibat ketidakberdayaan individu dalam mengendalikan ego yang dimilikinya, mempermudah individu

63

mengontrol dirinya, menyelamatkan jiwa, dan memberikan kesehatan bagi fisik individu.56

Teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi berupa pemberian intruksi kepada seseorang untuk berkonsentrasi pada pernafasan sehingga akan tercipta keadaan nyaman dan tenang, serta memberikan intruksi berupa gerakan-gerakan mulai dari kepala sampai dengan kaki yang tersusun secara sistematis untuk melatih otot menjadi rileks, otot yang di latih antara lain yaitu otot lengan, tanagan, bahu, leher, wajah, perut dan kaki, mengendurkan otot tubuh yang tegang menjadi rileks akan tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman57

Adapun menurut cormier dan cormier ada 7 tahap dalam relaksasi yaitu:

1) Rasional

Pada tahap ini guru bimbingan konseling memberikan rasional atau menejelaskan maksud penggunaan teknik, di lanjutkan dengan memberikan overview tahapan-tahapan implementasi strategi serta mengomfirmasikan kesediaan konseli menggunakan strategi.

2) Petunjuk tentang berpakaian

Guru bimbingan konseling mengarahkan petunjuk kepada konseli tentang pakaian yang nyaman untuk sesi latihan, pada waktu sesi latihan relaksasi sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar, dan melepas hal hal yang menggangu seperti : gelang, kacamata, sepatu, ikat punggang.

56 Mochamad Nursalim, “Strategi dan Intervensi Konseling” jakarta 2013.hlm.85

57 Suyono, Triyonpo, Dany M handarini,” Keefektifan Teknik Relaksasi untuk Menurunkan Stress Akademik Siswa SMA”.Vol.4.No.2 juni 2016.hlm.117

64 3) Menciptakan suasana yang nyaman

Agar latihan relaksasi berjalan dengan lancar sebaiknya, guru bimbingan konseling perlu menyediakan lingkungan yang tenang, kursi yang nyaman atau lantai yang memadai.

4) Pemodelan oleh guru bimbingan konseling

Guru bimbingan konseling memberikan contoh latihan relaksasi, konseli memperhatikan terlebih dahulu.

5) Petunjuk melakukan relaksasi

Guru bimbingan konseling membacakan intruksi relaksasi kepada konseli, di lanjutkan dengan guru bbk mengintruksikan meraih kenyamanan, menutup mata dan mendengarkan seluruh intruksi.

6) Penilaian pasca relaksasi

Guru bimbingan konseling menanyakan kepada konseli tentang sesi latihan relaksasi, sserta mendiskusikan masalah-masalah yang muncul saat konseli berlatih relaksasi.

7) Pekerjaan rumah dan tindak lanjut.

Guru bimbingan konseling memberikan pekerjaan rumah dan meminta konseli untuk mengerjakanpekerjaan rumah58

2. Latihan Counterconditioning

Pada tahap ini konselor memilih counterconditioning atau respon penanggulangan yang sesuai untuk melawan atau menanggulangi kecemasan .

58 Ibid.hlm.91-92

65

konselor menjelaskan tujuan respion yang di piIih dan mendiskusikannya, konselor melatih konseli untuk melakukan penanggulangan dan melakukannya setiap hari, tujuan latihan ini untuk mengubah tingkah laku yang di perkuat secara negatif menjadi tingkah laku yang positif, dengan melakukan counterconditioning respon negatif yang di bangun oleh konseli dan menggantikan dengan aktivitas yang berlawanan untuk mengubah imajinasi konseli menjasi positif.

Adapun penyebab gagalnya dalam pelaksanaan teknik desensitisasi sistematis, menurut Wolpe menyebutkan 3 penyebab kegagalan dalam pelaksanaan teknik desensitisasi yaitu :

1).Kesulitan dalam relaksasi dan berkomunukasi atara konseli dengan konselor atau hambatan yang ekstrim yang di alami oleh konseli.

2). Tingkatan tingkatan menyesatkan konseli

3). Ketidak memadai konseli dalam membayangkan atau imajinasi kurang memadai

Jadi penyebab di atas menjelaskan bahwa kurangnya komunikasi atara konselor dengan konseli.

66 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terkait dengan “Teknik Desensitisasi untuk Mengurangi Kecemasan Sosial Remaja Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Kecamatan Praya Lombok Tengah”

peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. Kecemasan sosial yang dialami oleh remaja Lingkungan Mendo, terdapat beberapa remaja yang mengalami kecemasan sosial yang dimana remaja lebih sering berdiam diri di rumah, menutup diri dan jarang berbaur bersama teman sebaya karena takut untuk di hakimi, takut tidak di hargai dan takut mendapatkan ejekan oleh orang lain. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kecemasan sosial pada remaja seperti tidak percaya diri.

2. Penanganan Kecemasan Sosial Remaja Lingkungan Mendo Kelurahan Renteng Kecamatan Praya Lombok Tengah Melalui Teknik Desensitisasi Sistematis seperti latihan Relaksasi dan counterconditioning. dimana yang di maksud dengan latihan relaksasi adalah meyatakan relaksasi merupakan suatu proses pembebasan diri dari segala macam bentuk ketegangan otot maupun pikiran, senetral dan santai atau tidak memikirkan apapun, relaksasi otot yaitu usaha untuk mengajari seseorang untuk rileks, dengan menjadikan individu itu sadar tentang perasaan tegang dan perasaan- perasaan rileks kelompok-kelompok otot utama seperti tangan, muka, leher, bahu, punggung, kaki, perut dan dada.

Adapun latihan counterconditioning yaitu untuk mengubah tingkah laku yang

67

di perkuat secara negatif menjadi tingkah laku yang positif, dengan melakukan counterconditioning respon negatif yang di bangun oleh konseli dan menggantikan dengan aktivitas yang berlawanan untuk mengubah imajinasi konseli menjasi positif.

B. SARAN

Sebagaimana manusia tidak luput dari salah dan lupa, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Adapun saran yang akan peneliti sampaikan terkait dengan penelitian yang telah di lakukan sebagai berikut:

a). Bagi remaja yang mengalami kecemasan sosial hendaknya lebih terbuka, menceritakan hal-hal kecil, mengubah pola pikiran yang mulanya negatif menjadi lebih positif, melakukan hal-hal yang membuat peningkatan dalam percaya diri Be your self dan lebih baik mengurangi mendengarkan hal-hal buruk yang membuat tidak percaya diri.

b). Untuk peneliti selanjutnya, yang terkait mengangkat tema penelitian tentang teknik Desensitisasi Sistematis dalam mengurangi kecemasan sosial pada remaja hendaknya memperluas dan memperdalam wawasan guna menambah suatu keilmuan tentang kedua ilmu tersebut sehingga mampu mengkolaborasikan teori-teori yang ada pada keduanya.

c). Untuk peneliti selanjutnya agar dapat di gunakan sembagai tambahan refrensi.

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdul saman, Farida aryani, Muhammad ilham bakhtiar “ mengatasi kecemasan sosial melalui pendekatan behavioral rehearsal” Makasar 9 Juli 2019

Ahmad masrur firosad, herman nirwana & syahniar, teknik desensitisasi sistematik untuk mengurangi fobia mahasiswa, Jurnal Mahasiswa Universutas Negeri Padang,2016.

Arikanto Suarsimi “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”,(jakarta:pt.

Rineka cipta, 1991).

Budi Santoso “Implikasi Keterampilan Bimbingan Konseling Terhadap Keterbukaan Konseli”, (Skripsi, fakultas dakwah dan ilmu komunikasi UIN Mataram, (2018).

Andi Tajjudin, Haenidar, “Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Remaja Akhir” (Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Timur) Burhan Bungin,”Penelitian Kualitatif”, (jakarta,2007).

cyntia marcellyna “Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Sosial Dengan Kuantitas Merokok Pada Remaja Akhir” fakultas psikologi jurusan psikologi 2017.

Fitria rachmawaty, “Peran Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecemasan Sosial Pada Remaja”Vol.10, Nomor1, April 2015.

Imam Gunawan, “Metode penelitian Kualitatif Teori &praktik”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015).

69

Indriyani Rachmawati,” Teknik desensitisasi diri (self desensitisazion) untuk mengurangi kecemasan sosial siswa kelas VIII di SMP Negri 11 surakarta. “ Maret,2012

Joko Subagyo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Teori Traktek,(Jakarta: Rineka Cipta,2011).

Kholidatul Hidayah,“Hubungan Konsep Diri Dengan Kecemasan sosial Pada Siswa Kelas 2 SMAN 1 Tumpang” Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi 2017.

Mochamad Nursalim, “strategi dan intervensi konseling” jakarta 2013

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004 ).

Mohammad ali,mohammad asrari ”psikologi remaja, perkembangan peserta didik”2010

Mulyono, Liana. Efek Desenstisasi Sistematis Guna Mengurangi Gejala Kecemasan, Tesis: UNIKA Semarang.h. Soegijapranata.2016

Nabila Salma, “Hubungan Antara Kelekatan Orang Tua dan Kecemasan Sosial pada Remaja”(Skripsi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Yogyakarta, 2019).

Nanik Kholifah “Peran Teman Sebaya Dan Kecemasan Sosial Pada Remaja”jurnal psikologi,(Desember,2016).

Onathan Sarwono,” Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (yogyakarta:

Graha ilmu, 2006).

70

Raudah zaimah dalimunte, Rahmawati “penggunaan teknik desesnsitisasi sistematis dalam menejemen stress mahasiswa program studi bimbingan dan konseling universitas sultan ageng tirtayasa”

Richard Nelson Jones, Teori dan Praktik Konseling dan Terapi, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar 2011.

Setiawati,D,Keefektifan cognitive restructuring dan Desensitisasi Sistematis Untuk Mengatasi Kecemasan siswa SMP Dan SMA. Jurnal.FIP UNESA.2019.

Subagyo,”Metode Penelitian Pendidikan”,(Bandung, Rineka Cipta, 1999).

Suyono, Triyonpo, Dany M handarini,” keefektifan teknik relaksasi untuk menurunkan stress akademik siswa SMA”.Vol.4.No.2 juni 2016

Togiaratua nainggolan “hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan sosial pada pengguna napza” permadi siwi, vol.16,No.02 tahun 2011

Yatim Riyato,” Metode Penelitian Pendidikan, (surabaya: Pt.sic.2001).

Yudik jahja,”psikologi perkembangan”2011.

Yulius Beny Prawoto,” “Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecemasan Sosial pada Remaja Kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta”,(skripsi,program studi psikologi fakultas kedokteran,surakarta,2010).