• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Konsep Dasar Kualitas Hidup 2.1.1.1 Definisi

Menurut Renwinck dan Brown dalam Angriyani (2008:17) mendefinisikan kualitas hidup sebagai tingkat dimana seseorang dapat menikmati segala peristiwa penting dalam kehidupannya atau sejauh mana seseorang merasa bahwa dirinya dapat menguasai atau tetap dapat mengontrol kehidupannya dalam segala kondisi yang terjadi.

Menurut Gill & Feinstein dalam Rachmawati (2013:17) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan, dalam hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan berhubungan dengan cita-cita, penghargaan, dan pandangan-pandangannya, yang merupakan pengukuran multidimensi, tidak terbatas hanya pada efek fisik maupun psikologis pengobatan.

Menurut Kemp dalam Karangora (2012:17) kualitas hidup adalah bagaimana seseorang menilai pengalaman-pengalaman hidupnya secara keseluruhan dengan positif atau negatif. Kualitas hidup individu yang satu dengan yang lain akan berbeda, hal itu tergantung pada definisi atau interpretasi masing-masing individu tentang kualitas hidup yang baik.

Definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (health-related quality of life) dikemukakan oleh Testa dan Nackley (Rapley, 2003:16), bahwa kualitas hidup berarti suatu rentang antara keadaan objektif dan persepsi subjektif

(2)

bagian-bagian yang berhubungan dengan fisik, fungsional, psikologis, dan kesehatan sosial dari individu. Ketika digunakan dalam konteks ini, hal tersebut sering kali mengarah pada kualitas hidup yang mengarah pada kesehatan. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mencakup lima dimensi yaitu kesempatan, persepsi kesehatan, status fungsional, penyakit, dan kematian.

Sedangkan menurut Herman dalam Silitonga (2007:18) definisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.

Dari definisi-definisi kualitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup merupakan persepsi atau penilaian subjektif dari individu yang mencakup beberapa aspek sekaligus, yang meliputi kondisi fisik, psikologis, sosial dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Menurut Raeburn dan Rootman dalam Angriyani (2008:19) mengemukakan bahwa terdapat delapan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang, yaitu:

1. Kontrol

Berkaitan dengan kontrol terhadap perilaku yang dilakukan oleh seseorang, seperti pembatasan terhadap kegiatan untuk menjaga kondisi tubuh.

(3)

Berkaitan dengan seberapa besar seseorang dapat melihat peluang yang dimilikinya.

3. Sistem dukungan

Termasuk didalamnya dukungan yang berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sarana-sarana fisik seperti tempat tinggal atau rumah yang layak dan fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga dapat menunjang kehidupan.

4. Keterampilan

Berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan keterampilan lain yang mengakibatkan ia dapat mengembangkan dirinya, seperti mengikuti suatu kegiatan atau kursus tertentu.

5. Kejadian dalam hidup

Hal ini terkait dengan tugas perkembangan dan stress yang diakibatkan oleh tugas tersebut. Kejadian dalam hidup sangat berhubungan erat dengan tugas perkembangan yang harus dijalani, dan terkadang kemampuan seseorang untuk menjalani tugas tersebut mengakibatkan tekanan tersendiri.

6. Sumber daya

Terkait dengan kemampuan dan kondisi fisik seseorang. Sumber daya pada dasarnya adalah apa yang dimiliki oleh seseorang sebagai individu.

7. Perubahan lingkungan

Berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitar seperti rusaknya tempat tinggal akibat bencana.

(4)

8. Perubahan politik

Berkaitan dengan masalah negara seperti krisis moneter sehingga menyebabkan orang kehilangan pekerjaan/mata pencaharian.

2.1.1.3 Domain kualitas hidup

Domain-domain tersebut adalah kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Berikut ini adalah hal-hal yang tercakup dalam 4 domain tersebut:

1. Domain kesehatan fisik

Hal-hal yang terkait didalamnya meliputi aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada bahan-bahan medis atau pertolongan medis, tenaga dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta kapasitas bekerja.

2. Domain psikologis

Terkait dengan hal-hal seperti body image dan penampilan; perasaan-perasaan negatif dan positif; self-esteem; spiritualitas/kepercayaan personal; pikiran, belajar, memori dan konsentrasi.

3. Domain sosial

Meliputi hubungan personal, hubungan sosial serta dukungan sosial dan aktivitas seksual. Dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan menyayangi kita (Karangora, 2012:80). Dukungan sosial yang diterima seseorang dalam lingkungannya, baik berupa dorongan semangat, perhatian, penghargaan, bantuan maupun kasih sayang membuatnya akan memiliki pandangan positif teradap diri dan lingkungannya.

(5)

Berhubungan dengan sumber-sumber finansial; kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik; perawatan kesehatan dan sosial (aksesibilitas dan kualitas); lingkungan rumah; kesempatan untuk memperoleh informasi dan belajar keterampilan baru; berpartisipasi dan kesempatan untuk rekreasi atau memiliki waktu luang; lingkungan fisik (polusi, kebisingan, lalu lintas, iklim); serta tranportasi.

2.1.2 Konsep Dasar Sikap 2.1.2.1 Definisi sikap

Menurut Heri D.J Maulana (2009:196) sikap merupakan reaksia atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat,tetapi hanya dapat ditafsirkan. Siap merupakan kecendrungan yang berasal dari dalam individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasan terhadap objek tersebut.

Menurut Muhammad Ali dan Muhammad Ansori (2008: 142) sikap merupakan salah satu aspek psikologi individu yang sangat penting karena sikap merupakan kecendrungan untuk berprilaku sehingga akan banyak mewarnai prilaku seseorang.

Menurut Soekidjo Notoadmodjo (2011: 150) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan salah satu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan “predisposisi” tindakan prilaku.

Jadi dapat disimpulkan maksud dari sikap adalah kecenderungan seseorang dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari bagaimana merespon dan menerima stimulus dari suatu objek.

(6)

2.1.2.2 Komponen sikap

Sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang (Azwar, 2013: 24), yaitu:

1. Komponen kognitif

Sebagaimana telah dikemukakan, komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar dari objek sikap. 2. Komponen afektif

Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

3. Komponen konatif

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

2.1.2.3 Tingkatan sikap

Berbagai tingkatan sikap (Notoatmodjo, 2012: 142), yaitu: 1. Menerima (receive)

Dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

(7)

menjawab pertanyaan atau mengerjakan suatu tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.1.2.4 Fungsi sikap

Sikap sangat diperlukan dan mempunyai fungsi dalam kehidupan kita (Sarlito W dan Eko A, 2009: 86), terdapat lima fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pengetahuan

Sikap membantu kita menginterprestasi stimulus baru dan menampilkan respon yang sesuai.

2. Fungsi identitas

Sikap terhadap kebangsaan indonesia yang kita nilai tinggi, mengekspresikan nilai dan keyakinan serta mengkomunikasikan “siapa kita”.

3. Fungsi harga diri

Sikap yang kita miliki mampu menjaga atau meningkatkan harga diri. 4. Fungsi pertahanan diri (ego defensi)

Sikap melindungi dari berbagai penilaian negatif tentang diri kita. 5. Fungsi memotivasi kesan (impression mutivation)

Fungsi motivasi mengarahkan orang lain untuk memberikan penilaian atau kesan yang positif tentang diri kita.

(8)

Faktor-faktor yang yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh budaya, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional (Azwar, 2013 : 30).

1. Pengalaman pribadi

Apa yang sedang atau yang telah dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Lingkungan sekitar merupakan komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap.

3. Pengaruh kebudayaan

Budaya juga banyak mempengaruhi sikap seseorang, tergantung pada kebudayaan di suatu tempat.

4. Media masa

Sebagai sarana komunikasi media massa mempunyai pengaruh besar terhadap sikap seseorang seperti televisi, radio, majalah, dan lain-lain.

5. Lembaga pendidikan

Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan terletak dasar konsep moral dari individu.

6. Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, semua bentuk sikap merupakan

(9)

pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 7. Agama

Konsep moral dan ajaran dari agama sangat mementukan sistem kepercayaan.

2.1.2.6 Pengukuran sikap

Pengukuran sikap yakni mendukung “positif” menolak “negatif”. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berprilaku pada seseorang. Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai oleh responden, apakah pertanyaan tersebut didukung atau ditolak melalui rentangan nilai tertentu. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik itu secara positif maupun secara negatif dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat (Budiman, 2013:16).

Skala likert merupakan skala yang dapat digunakan digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu. Ada dua skala likert yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif (Hidayat, 2007:90).

Pernyataan positif Pernyataan negatif

Sangat Setuju (SS) : Nilai = 4 Sangat Setuju (SS) : Nilai = 1 Setuju (S) : Nilai = 3 Setuju(S) : Nilai = 2 Tidak Setuju (TS) : Nilai = 2 Tidak setuju (TS) : Nilai = 3 Sangat Tidak Setuju (STS) : Nilai = 1 Sangat Tidak Setuju (STS): Nilai = 1

Gambaran interpretasi berdasarkan presentase berikut ini

(10)

STS TS S SS Keterangan:

Angka 0-25% : Sangat tidak setuju (sangat tidak baik) Angka 26-50% : Tidak setuju (tidak baik)

Angka 51-75% : Setuju (baik)

Angka 76-100% : Sangat setuju (sangat baik)

2.1.3 Konsep Dasar Hemodialisa 2.1.3.1 Pengertian hemodialisa

Hemodialisa adalah proses pembersihan darah akumulasi sampah buangan yang bertujuan menggantikan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik. Hemodialisis merupakan suatu proses untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut (Nursalam, 2006:53).

2.1.3.2 Tujuan hemodialisa

Tujuan dilakukan hemodialisa yaitu untuk menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal sedemikian rupa sehingga bisa atau konservatif sudah tidak lagi mempertahankan kehidupan (Nursalan, 2006:53).

Hemodialisa dilaksanakan dengan 3 (tiga) tujuan, yaitu:

1. Menunggu fungsi ginjal sembuh dengan pengobatan atau operasi 2. Hemodialisa reguler/seumur hidup karena ginjal tidak dapat pulih 3. Menunggu cangkok ginjal

2.1.4 Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronik 2.1.4.1 Pengertian gagal ginjal kronik

(11)

Menurut Nursalam (2006:54) gagal ginjal kronik adalah kerusakan progresif yang berakibat fatal dan ditandai urenia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalm darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal).

Menurut Wijaya dkk (2013:153) gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan irrevesibel.

2.1.4.2 Penyebab gagal ginjal kronik

Menurut Wijaya dkk (2013:154) gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai macam sebagai berikut:

1. Glumerulonefritis 2. Nefropati Analgetik 3. Nefrofati Reluks 4. Nefrofati Diabetik 5. Ginjal Poliksitik

6. Penyebab lainnya: Hipertensi, Obstruksi, Gout dan lain-lain. 2.1.4.3 Manifestasi klinis

Menurut Wijaya dkk (2013:154) manifestasi klinis penyakit ginjal sebagai berikut: 1. Integumen 1) Pucat 2) Mudah lecet 3) Rapuh 4) Leukemia 2. Gastrointestinal 1) Anoreksia 2) Mual, Vomitus

3) Nafas berbau anomatik 4) Stomatitis

3. Sistem hematologi

1) Penurunan eritropoetin 2) Hemolisis

3) Difesiensi besi dan asam folat 4) Perdarahan saluran cerna 5) Fibrosis sumsum tulang

(12)

6) Gangguan fungsi leokusit 7) Gangguan fungsi trombosit 4. Sistem syaraf

1) Reterless leg sindrom 2) Burning feet sindrom

3) Enselopati metabolik: lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi 4) Miopati

5. Kardiovaskuler 1) Hipertensi

2) Nyeri dada dan sesak 3) Oedem

4) Gangguan irama jantung 6. Sstem endokrin

1) Disfungsi seksual

2) Gangguan toleransi glukasi

3) Gangguan metabolik lemak, vitamin D 2.1.4.4 Komplikasi

Sesuai dengan test keratinin klirens, maka gagal ginjal kronik dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat), dengan pembagian sebagai berikut:

1. 00-75ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkuramg 2. 75-26ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik 3. 25-5ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik

4. <5ml/mnt, disebut gagal gijal terminal 2.1.4.5 Pemeriksaan penunjang

Menurut Wijaya dkk (2013:155) pemeriksaan penunjang meliputi:

1. Radiologi, ditunjuk untuk menilai keadaan ginjal dan menilai komplikasi ginjal yang terjadi.

2. Foto polos abdomen, dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal itu penderita diharapkan tidak puasa

3. IVP (Intra Vena Pielografi)

4. USG, menilai besar dan bentuk ginjal, tebal ginjal, parenkim ginjal, kandung kemih serta prostat.

5. Renogram, menilai fungsi ginjal dari kanan ke kiri, lokasi dari gangguan fungsi ginjal.

6. Pemeriksaan laboraturium, BUN, serum kreatinin, klirens. 2.1.4.6 Penatalaksanaan/pengobatan

1. Tentukan dari tatalaksana terhadap penyebab.

(13)

4. Kendalikan hipertensi

5. Jaga keseimbangan elektrolit

6. Mencegah penyakit ualang akibat gagal ginjal kronik 7. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal 8. Deteksi dini terhadap komplikasi dan terapi

9. Persiapkan program himodialisa 10. Transplantasi ginjal

(14)

2.2 Penelitian Terkait 2.5.1 Woro Supadmi (2015)

Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik Di Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo

Populasi Penelitian Tindakan yang diberikan Hasil penelitian Desain Penelitian dan Uji statistik yang digunakan

usia <60 tahun dan >60 tahun pada pasien hemodialisis. Secara klinik pasien usia >60 tahun mempuyai risiko 2,2 kali lebih besar mengalami gagal ginjal kronik dibandingkan dengan pasien usia <60 tahun.

pada penelitan ini untuk faktor risiko pada pasien GGK

Hasil hubungan variabel usia secara statistik dengan kejadian gagal ginjal kronik mempunyai hubungan yang bermakna antara usia <60 tahun dan >60 tahun pada pasien hemodialisis. Secara klinik pasien usia >60 tahun mempuyai risiko 2,2 kali lebih besar mengalami gagal ginjal kronik dibandingkan dengan pasien usia <60 tahun.

Desain penelitian ini adalah penelitian observasi analitik dengan pendekatan case control dengan penelusuran riwayat pasien apakah ada hubungan antara faktor risiko gagal ginjal kronik dengan kejadian gagal ginjal kronik pada pasien penderita gagal ginjal kronik

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari judul ” Hotel dan Resort Terapung Ulee Lheue” dapat didefinisikan sebagai berikut : sebuah penginapan di pinggiran pantai di kawasan wisata Ulee Lheue dan

Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama tetapi berbeda kekuatan, dan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis sama atau untuk zat aktif yang sangat

Lusi Fausia, M.Ec yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak

Setiap tanggal 22-30 setiap bulannya, Komisi Tugas Akhir akan menentukan usulan judul skripsi yang diterima beserta nama dosen pembimbing utama, kedua dan (dosen penguji menjelang

Pemilihan kosakata dalam menulis kalimat kriteria unjuk kerja harus memperhatikan keterukuran aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja, yang ditulis dengan memperhatikan

e Bukan merupakan anggota Partai Politik dan/atau gabungan Partai Politik dan/atau Tim Kampanye Pasangan Calon bagi AP dan personil yang ditugaskan dalam Tim Audit; f Tidak

Pengendalian motor induksi tiga fasa ini dapat dilakukan denan mengatur kecepatan putar motor secara bertahap (soft starting) sampai mencapai kecepatan

Ion-ion yang terikat pada jaringan hidrogel bersifat tidak bergerak (immobile) yang dapat dianggap terpisah dari larutan luar dengan adanya membran