• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan usahanya. Dividen adalah pembagian keuntungan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan usahanya. Dividen adalah pembagian keuntungan yang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembagian Dividen memang sangat penting bagi suatu perusahaan untuk dapat menarik investor. Adanya pembagian dividen dapat membantu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (Darmadji, 2001). Besar dividen yang dibayarkan perlembar saham ditentukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Investor yang ingin mendapatkan dividen harus setidaknya memegang saham perusahaan sampai periode dimana pembayaran dividen dilakukan.

Dividen Per Share dapat didefenisikan sebagai pendapatan setelah pajak

yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen Per Share yang tinggi diyakini dapat meningkatkan harga saham (Cahyati, 2006). Dividen dapat dibayarkan berupa dividen tunai atau berupa dividen saham. Dividen tunai artinya, pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap lembar saham yang dimilikinya. Sedangkan Dividen saham berarti setiap pemegang saham diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen per share-nya yaitu besar dividen yang diberikan kepada para investor. Besar kecilnya dividen per

share yang dibagikan akan mempengaruhi keputusan investasi para investor dan

(2)

Pertimbangan mengenai dividen per share berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan dividen per share-nya sesuai dengan harapan investor dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh. Setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berbeda. Apabila keuntungan perusahaan dibagikan sebagai dividen semua, maka keputusan cadangan akan terabaikan. Sebaliknya bila laba akan ditahan semua, maka kepentingan pemegang saham akan uang kas juga terabaikan.

Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, manajer keuangan harus mengambil kebijakan dividen yang optimal. Teori kebijakan dividen yang optimal diartikan sebagai rasio pembayaran dividen yang ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan untuk menginvestasikan dana serta sebagai preferensi yang dimiliki para investor mengenai dividen daripada capital gain (Dimana

capital gain diperoleh ketika harga saham pada saat ini lebih besar dibandingkan

dengan harga saham pada saat pembelian). Kebijakan dividen tersebut juga dipandang untuk menciptakan keseimbangan antara saat ini dengan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga dapat memaksimumkan harga saham. (Husnan, 2001).

Dalam menentukan pembagian dividen, perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen itu sendiri. Hal ini bisa berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan. Faktor internal maupun faktor eksternal perlu diperhatikan karena ada kemungkinan pengurangan pembayaran dividen bisa ditafsirkan bahwa prospek

(3)

perusahaan memburuk. Faktor eksternalnya antara lain peraturan pemerintah, inflasi, dan stabilitas sosial politik negara bersangkutan. Sedangkan faktor internal perusahaannya meliputi posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, stabilitas dividen, tingkat keuntungan yang mampu diraih perusahaan, serta perputaran penjualan (Riyanto, 1995). Penulis disini hanya menelaah faktor internalnya saja.

Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Kewajiban yang harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek (Sutrisno, 259: 2000). Jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya, maka perusahaan itu dalam keadaan tidak likuid. Bagi perusahaan, likuid merupakan masalah yang sangat penting karena mewakili kepentingan perusahaan dalam berhubungan dengan pihak lain, baik bagi pihak intern maupun pihak ekstern. Adapun rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current

Ratio. Current Ratio merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar

dengan hutang lancar (Sutrisno, 259: 2000). Dimana jika suatu perusahaan,

current ratio-nya lebih dari satu, artinya perusahaan tersebut likuid. Tingginya

current ratio berarti semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam

membayar dividen.

Perusahaan akan memperoleh hutang baru untuk membiayai perluasan usaha perusahaan. Sebelum melakukan perluasan usaha, perusahaan harus telah merencanakan kebutuhan dana untuk membayar kembali hutang tersebut dimasa yang akan datang. Hutang dapat dilunasi pada saat jatuh tempo dengan mengganti hutang tersebut dengan hutang baru. Alternatif lain adalah perusahaan harus

(4)

menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi hutang tersebut. Salah satu rasio yang dapat menjamin keseluruhan hutangnya dengan bagian dari modal sendiri adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity

Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh

perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono, 2001: 66). Suatu perusahaan akan memprioritaskan keuntungan yang diperolehnya untuk membayar hutang sedangkan sisanya akan dibagikan sebagai Dividen Per Share. Hal ini yang menyebabkan Debt to Equity Ratio berpengaruh dalam pembagian dividen.

Suatu perusahaan yang menjalankan operasinya tentu mampu menghasilkan tingkat keuntungan bersih atau earning. Earning yang dinyatakan dalam tiap lembarnya disebut Earning Per Share (Harahap, 2008:305). Sedangkan dividen akan dibayarkan bila perusahaan memperoleh keuntungan bersih, maka

Earning Per Share tentu saja akan mempengaruhi besarnya dividen.

Banyak perusahaan yang menjalankan politik dividen yang stabil, artinya jumlah Dividen Per Share yang dibagikan setengah tahunnya relatif tetap sama untuk jangka waktu tertentu, meskipun pendapatan sahamnya berfluktuasi setiap tahunnya. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun kemudian. Bila pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak dan relatif permanen, barulah besarnya Dividen Per Share dinaikkan. Untuk mempertahankan kestabilan dividen tersebut tentunya kita perlu mempertahankan dividen tahun sebelumnya (DPSt-ı). Dividen tahun sebelumnya dianggap mempengaruhi kebijakan dividen pada saat ini. Dividen tahun sebelumnya

(5)

(DPSt-ı) akan menjadi cerminan bagi investor untuk memperkirakan dividen pada saat ini, apakah dividen yang dibayarkan mengalami penurunan atau kenaikan.

Perputaran penjualan yang tinggi akan mencerminkan kinerja perusahaan secara finansial. Jika penjualan tinggi dan total aktivanya tetap, maka perputaran assetnya akan tinggi. Keuntungan yang tinggi dapat digunakan pada investasi aktiva tetap atau bisa juga dibagikan sebagai dividen. Hal ini dapat dilihat pada nilai Total Asset Turn Over. Total Asset Turn Over adalah rasio yang menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Sartono, 2001: 120). Dengan demikian semakin tinggi perputaran asset perusahaan, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan membagikan dividen per share-nya.

Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Upaya ini melibatkan semua proses antara yang dibutuhkan untuk produksi dan integrasi komponen-komponen suatu produk. Perusahaan Manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi (untuk diproses ke tahap selanjutnya), ataupun mengolah bahan mentah menjadi produk jadi.

Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam sehingga banyak komoditi yang dapat diproduksi. Hal ini juga didukung dengan dukungan sumber daya manusia yang jumlahnya cukup banyak untuk mengembangkan industri manufaktur. Hal ini menyebabkan di Indonesia banyak perusahaan yang berkembang di sektor manufaktur. Oleh sebab itu investasi pada sektor manufaktur merupakan investasi yang cukup menjanjikan di Indonesia.

(6)

Tabel 1.1

Perkembangan Dividen Per Share Perusahaan sektor Manufaktur tahun 2005-2009

NO. Perusahaan Dividen Per Share (dalam Rupiah)

2005 2006 2007 2008 2009 1. ASII 710 440 160 870 290 2. AUTO 100 75 235 294 120 3. BATA 1500 490 1305 7088 1904 4. BRAM 65 12 63 125 125 5. DLTA 1050 1300 1400 3500 1750 6. EKAD 22,5 3 2 1 3 7. GDYR 222 588 88 60 45 8. GGRM 500 500 250 350 350 9. HMSP 540 100 150 390 600 10. IGAR 5 3 5 3 3 11. INDF 17,5 5 31 43 47 12. INTP 50 30 40 150 160 13. KAEF 2,85 2,37 2,82 2,49 2,51 14. KLBF 3 10 10 12,5 12,5 15. SMGR 710 1092,6 149,66 215,19 58 16. TRST 8 5 5 10 8 17. UNVR 260 205 257 315 100

Sumber: www.idx.co.id dan www.duniainvestasi.com (diolah, Mei 2010)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Dividen Per Share Perusahaan Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang dilakukan adalah:

1. Apakah Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

(7)

Asset Turn Over (TATO) berpengaruh secara simultan terhadap Dividen

Per Share (DPS).

2. Apakah Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

Share (EPS), Dividen Per Share tahun sebelumnya (DPSt-ı), dan Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh secara parsial terhadap Dividen Per

Share (DPS).

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan (Sugiyono, 2006: 49).

Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada faktor-faktor internal yang dibahas yang dimiliki di Bursa Efek Indonesia dan teridentifikasi pada laporan keuangan.

Current Ratio yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar

(likuiditas tinggi dan risiko rendah), tetapi mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan (Hanafi, 2004:37). Besarnya hasil perhitungan

Current Ratio menunjukkan besarnya aktiva lancar yang dapat menjamin

kewajiban lancar. Semakin besar Current Ratio, maka likuiditas perusahaan semakin tinggi.

Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya(termasuk didalamnya membyara dividen). Tingginya current ratio

(8)

juga menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen yang dijanjikan (Sunarto, 2003). Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi current ratio maka semakin tinggi perusahaan membagikan dividen pershare kepada pemegang saham (Riyanto, 1995).

Kemampuan perusahaan didalam membayar utang yang didanai oleh modal sendiri dapat diukur dengan menggunakan debt to equity ratio. Merupakan perbandingan utang dengan ekuitas. Penggunaan hutang dalam perusahaan dapat mengurangi keuntungan perusahaan karena perusahaan harus membayar sejumlah biaya berupa bunga pinjaman (Sartono, 2001:121) Dimana debt to equity ratio merupakan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Riyanto, 1995). Sedangkan menurut Frasher dan Ormitston (dalam Hairunissa 2004) debt to equity ratio dapat mengukur resiko struktur modal perusahaan dimana dalam hal ini berkaitan antara dana yang diperoleh dari kreditor (debt) dan investor (equity). Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa semakin tinggi debt to equity ratio dimungkinkan perusahaan akan menurunkan jumlah dividen per share yang dibagikan kepada pemegang saham.

Earning Per Share merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu

diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham menghasilkan laba (Harahap. 2008:305). Dividen akan dibagikan apabila perusahaan mengalami keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan maka

(9)

keuntungan tentu saja akan mempengaruhi besarnya dividen. Berdasarkan teori ini, diketahui bahwa semakin tinggi EPS diharapkan semakin besar DPS yang dibagikan (Riyanto, 1995).

Menurut Britania (1964), Martin et al (1991), Riyanto (1995) dalam Mutamimah dan Sulistyo (2000) pada umumnya perusahaan tidak bersedia mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan dan akan meningkatkan dividen apabila peningkatan itu dapat dipertahankan untuk tahun-tahun selanjutnya. Dividen yang stabil dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek baik dimasa yang akan datang. Apabila dividen tidak diturunkan walaupun keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut turun, maka kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut akan lebih besar. Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar DPSt-ı diharapkan DPS yang akan dibagikan semakin besar.

Total Asset Turn Over adalah rasio yang menunjukkan bagaimana

efektifitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Sartono, 2001: 120). Dengan demikian semakin tinggi perputaran asset perusahaan, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan membagikan dividen per share-nya.

Dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka model kerangka konseptual yang digunakan adalah sebagai berikut:

(10)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Riyanto 1995 (diolah peneliti, 2010)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono, 2006:51). Dengan demikian berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share

(EPS), Dividen Per Share tahun sebelumnya (DPSt-ı), dan Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh secara simultan terhadap Dividen Per

Share (DPS).

2. Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share

(EPS), Dividen Per Share tahun sebelumnya (DPSt-ı), dan Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh secara parsial terhadap Dividen Per Share

(DPS).

Current Ratio (X1)

Dividen Per Share (DPS)

(Y)

Debt to Equity Ratio (X2)

Earning Per Share (X3)

Total Asset Turn Over (X5)

(11)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian pada perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah:

a. Untuk memperoleh bukt i empiris faktor-faktor yang mempengaruh perubahan Dividen Per Share pada perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Untuk menentukan faktor mana yang dominan mempengaruhi Dividen

Per Share pada perusahaan sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. 2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan berpikir yang ilmiah khususnya mengenai Dividen Per

Share dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan penentuan pembagian dividen agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan sehingga dapat menarik para investor atau calon investor untuk menanamkan modalnya pada waktu yang akan datang. c. Bagi Investor

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham sehubungan dengan harapan atas dividen per share yang akan dibagikan.

(12)

d. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang nantinya bermanfaat untuk memberikan perbandingan dalam kegiatan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional penulis yaitu:

a. Perusahaan sektor Manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu tahun 2005-2009.

b. Perusahaan sektor Manufaktur yang membagikan dividen selama periode 2005-2009.

c. Memiliki data yang lengkap selama periode pengamatan untuk faktor-faktor yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio

(DER), Dividen tahun sebelumnya (DPSt-ı), Earning Per Share (EPS)

dan Total Asset Turn Over (TATO) selama periode 2005-2009. 2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sbb : 1) Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel terikat yang digunakan adalah nilai dividen per-share masing-masing perusahaan sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

(13)

2) Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen merupakan variabel tidak terikat yang dapat mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Current Ratio (CR)

Current Ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dengan menggunakan aktiva lancar (Hanafi 2004:37).

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Merupakan perbandingan utang dengan ekuitas. Penggunaan hutang dalam perusahaan dapat mengurangi keuntungan perusahaan karena perusahaan harus membayar sejumlah biaya berupa bunga pinjaman (Sartono, 2001:121).

c. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) menunjukkan berapa besar kemampuan

per lembar saham menghasilkan laba (Harahap, 2008:305).

d. Dividen tahun sebelumnya (DPSt-ı)

(14)

peningkatan itu dapat dipertahankan untuk tahun-tahun selanjutnya. Dividen yang stabil dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek baik dimasa yang akan datang. Apabila dividen tidak diturunkan walaupun keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut turun, maka kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut akan lebih besar.

e. Total Asset Turn Over (TATO)

Total Asset Turn Over menunjukkan perputaran total aktiva diukur

dari volume penjualan. Dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan (Harahap. 2008:309).

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung melalui situs internet, buku-buku referensi, surat kabar, dan jurnal-jurnal penelitian yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian. Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, yaitu :

(15)

a. Melalui studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan data pendukung berupa kumpulan skripsi, serta laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan masalah yang akan diteliti.

b. Mengumpulkan data sekunder yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs www.idx.co.id dan

b. Waktu Penelitian

www.duniainvestasi.com

Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2010 sampai bulan Agustus 2010.

6. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2005 sampai dengan 2009 yang berjumlah 65 perusahaan. Penarikan jumlah sampel menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive

sampling. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:78).

Adapun kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Manufaktur yang telah go public, terdaftar sebagai perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2005 sampai dengan 2009 secara terus-menerus.

(16)

2. Perusahaan Manufaktur yang membagikan dividen yang dalam periode 2005-2009.

Tabel 1.2

Jumlah sampel berdasarkan karakteristik sampel

NO. Karakteristik Sampel Jumlah

1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005-2009

65 2. Perusahaan Manufaktur yang tidak membagikan

dividen periode 2005-2009

(48)

Jumlah akhir Sampel 17

Sumber: www.idx.co.id (diolah, Mei 2010)

Berdasarkan karakteristik penarikan jumlah sampel tersebut, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 17 perusahaan sektor manufaktur, antara lain:

Tabel 1.3 Nama Sampel Emiten

NO. Kode NAMA PERUSAHAAN Tanggal Berdiri Tanggal Listing 1. ASII PT. Astra International, Tbk 20 Feb1957 04 Apr 1990 2. AUTO PT. Astra Otoparts, Tbk 20 Sep 1991 15 Jun 1998 3. BATA PT. Sepatu Bata, Tbk 15 Okt 1991 24 Mar 1982 4. BRAM PT. Indo Kordsa, Tbk 08 Jul 1981 05 Sep 1990 5. DLTA PT. Delta Djakarta, Tbk 15 Jun 1970 27 Feb 1984 6. EKAD PT. Ekadharma International, Tbk 20 Nov 1981 14 Agus 1990 7. GDYR PT. Goodyear Indonesia, Tbk 26 Jan 1917 22 Des 1980 8. GGRM PT. Gudang Garam, Tbk 26 Jun 1958 27 Agus 1990 9. HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 27 Mar 1905 15 Agus 1990 10. IGAR PT. Kageo Igar Jaya, Tbk 30 Okt 1975 05 Nov 1990 11. INDF PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 14 Agus 1990 14 Jul 1994 12. INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk 16 Jan 1985 05 Des 1989 13. KAEF PT. Kimia Farma, Tbk 23 Jan 1969 04 Jul 2001 14. KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk 10 Sep 1966 30 Jul 1991 15. SMGR PT. Semen Gresik Persero, Tbk 25 Mar 1953 08 jul 1991 16. TRST PT. Trias Sentosa, Tbk 23 Nov 1979 02 Jul 1990 17. UNVR PT. Unilever internasional, Tbk 05 des 1933 11 Jan 1982 Sumber www.idx.co.idwww.duniainvestasi.com (diolah, Mei 2010)

Berdasarkan Cross Section sample, maka diperoleh: N= 17 emiten x 5 tahun penelitian

(17)

7. Metode Analisis Data a. Deskripsi Variabel

Pada tahap ini dilakukan perhitungan masing-masing variabel terkait yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen) berdasarkan rumus hitung yang akan dikemukakan.

b. Metode Kuantitatif

Peneliti memperoleh data laporan keuangan tahunan dan mengolah data tersebut ke dalam bentuk Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio

(DER), Earning Per Share (EPS), Dividen tahun sebelumnya (DPSt-ı),

dan Total Asset Turn Over (TATO). Kemudian hasil pengolahan data tersebut diproses melalui model regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 15.00 for Windows sehingga diperoleh variabel-variabel yang dominan mempengaruhi dividen per share.

c. Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan rumus :

Y¡= a + bıXı + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Dimana :

Y¡ = Dividen Per Share (DPS) X1 = Current Ratio (CR)

X2 = Debt to Equity Ratio (DER)

X3 = Earning Per Share (EPS)

X4 = Dividen Per Share Tahun sebelumnya (DPSt-1)

(18)

a = konstanta

b1,2,3,4,5 = Koefisien Regresi Variabel Independen 1,2,3,4,5

e = Standar error d. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda harus memenuhi syarat uji asumsi klasik yang meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah modelregresi, variabel bebas, variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah data terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogrov-Smirnov. Apabila diperoleh nilai signifikan uji Kolmograv-Smirnov lebih besar dari (>) 0,05 maka data dinyatakan normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residul suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residul suatu pengamatan ke pengamatan yang lain sama, maka disebut homokedasitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedasitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot disekitar nilai X dan Y jika ada pola tertentu, maka terjadi gejala heteroskedasitas.

(19)

3. Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi sebagai berikut: jika nilai tolerance < 0,1 atau nilai

varians inflation factor (VIF) > 5 untuk setiap variabel bebas.

Hubungan linear antar variabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel independen.

4. Uji Autokolerasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada t-ı (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam statu model regresi, maka digunakan model statistik dari D-W (Durbin-Watson) dengan ketentuan sebagai berikut:

(20)

Tabel 1.4

Kriteria Pengambilan Keputusan

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dL Tidak ada autokorelasi positif No decision dL≤d≤du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dL<d<4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-dL Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

Tidak ditolak du<d<4-du

Sumber : Situmorang, dkk (2008:86)

Keterangan : dL = batas bawah du = batas atas

e. Pengujian Hipotesis

1. Uji-F (uji pengaruh serempak)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujian :

Hο : b¡ = 0 ; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hο : b¡ ≠ 0 ; artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel

pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F ini adalah :

(21)

Terima Hο bila Fhitung ≤ Ftabel

Tolak Hο (terima Hı) bila Fhitung > Ftabel

2. Uji-t (uji pengaruh parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual (secara parsial) dalam menerangkan variasi dependen.

Bentuk pengujian : H0: b1 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel CR secara parsial terhadap variabel dividen per share.

Ha : b1 ≠ 0

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel CR secara parsial terhadap variabel dividen per share..

H0 : b2 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel DER secara parsial terhadap variabel dividen per share.

Ha : b2≠ 0

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel DER secara parsial terhadap variabel dividen per share.

H0 : b3 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel EPS secara parsial terhadap variabel dividen per share.

(22)

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel EPS secara parsial terhadap variabel dividen per share.

H0 : b4 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel DPS(t-1) secara parsial terhadap variabel dividen per share.

Ha : b4≠ 0

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel DPS(t-1)

secara parsial terhadap variabel dividen per share. H0 : b5 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel TATO secara parsial terhadap variabel dividen per share.

Ha : b5≠ 0

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel TATO secara parsial terhadap variabel dividen per share.

Pada penelitian ini nilai t-hitung akan dibandingkan dengan t-tabel

pada tingkat signifikan (α) = 5%.

Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t adalah : Terima Hο bila t-tabel ≤ t-hitung≤ t-tabel

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Tabel 1.3  Nama Sampel Emiten

Referensi

Dokumen terkait

Tatkala manusia lahir dia tidak memiliki pengetahian sedikitpun setelah berumur 40 tahun pengetahuan banyak sekali mereka dapat, bagaimana cara memperoleh

38 Syaifuddin, S.Kom., M.Kom Universitas Muhammadiyah Malang 39 Diah Risqiwati, ST., M.T Universitas Muhammadiyah Malang 40 Hariyady S.Kom., M.T Universitas Muhammadiyah Malang

Pada tahun 2017 Kabupaten Purbalingga menyediakan 2017 rumah sederhana khusus subsidi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).Penyediaan rumah bagi MBR merupakan wujud

Mahasiswa diperbolehkan mengambil mata kuliah pilihan yang tidak ditawarkan oleh program studi asal pada program studi yang berbeda di jurusan yang sama, jurusan yang

Anemia defisiensi fe adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)

Customer service sebagai ujung tombak perusahaan dalam melayani pelanggan atau nasabah dan menjual produk atau jasa yang ditawarkan, merupakan divisi terdepan dalam memberikan

Satu enzim yang masih ada dan terdapat sebelum pembekuan pada ikan dapat meneruskan pembentukan histamin di dalam daging ikan sel bakteri dalam keadaan injury selama

22 siswa berada pada tahap visual, 4 siswa berada pada tahap peralihan dari tahap berpikir visual ke analisis dan 1 siswa berada pada tahap analisis, sedangkan kualitas berpikir