• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KECENDERUNGAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT TERHADAP PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI KECENDERUNGAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT TERHADAP PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONTRIBUSI KECENDERUNGAN TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT TERHADAP PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA

MAHASISWA

Ayu Mandari 11510247

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh para ilmuwan psikologi, yang menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa melakukan prokrastinasi pada tugas kuliahnya dan tipe kepribadian introvert memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prokrastinasi akademik. Maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah tipe kepribadian introvert berkontribusi atau tidak terhadap prokrastinasi akademik. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Responden dalam penelitian ini sebanyak 260 mahasiswa, setelah dilakukan penyaringan diperoleh 130 mahasiswa yang dapat dijadikan sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan dua skala sebagai alat ukur, yaitu skala kepribadian introvert dan skala prokrastinasi akademik. Uji hipotesis menggunakan teknik regresi sederhana. Sebagai syarat untuk melakukan uji regresi terlebih dahulu dilakukan uji korelasi dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson, diperoleh nilai korelasi sebesar 0,100 dengan taraf signifikansi sebesar 0,258 (p>0,05), yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian introvert dan prokrastinasi akademik. Oleh karena tidak terdapat hubungan antar variabel, sehingga tidak perlu dilakukan uji regresi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak, artinya tidak ada kontribusi kecenderungan tipe kepribadiann introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik.

Kata kunci : Keprinadian Introvert, Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa

PENDAHULUAN

Menurut Millgram, dkk. (dalam Ghufron & Risnawita, 2010), trait kepribadian individu turut mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi. Jung (dalam Safaria & Rahardi, 2004) mengemukakan adanya dua tipe kecenderungan dasar pribadi manusia,

yaitu tipe introvert dan ekstrovert. individu yang introvert mempunyai kecenderungan untuk melihat ke dalam diri, lebih menekankan pengalaman subjektif, dan makna pribadinya.

Menurut Suryabrata (2011), introvert itu memperlihatkan kecenderungan untuk

(2)

mengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi, ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan obsesi, mudah tersinggung, apathy, syaraf otonom mereka stabil menurut pernyataan mereka sendiri, perasaan mereka gampang terluka, mudah gugupan, menderita rasa rendah diri, mudah melamun dan suka tidur.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utaminingsih dan Setyabudi (2012), menghasilkan bahawa ekstrovert memiliki tingkat prokrastinasi yang rendah karena ekstrovert lebih aktif, mudah bergaul, dan cenderung memiliki emosi yang positif. Hal ini dapat menghasilkan sebuah asumsi bahwa individu introvert memiliki tingkat prokrastinasi yang tinggi, karena individu introvert cenderung pasif, unsosial dan cenderung untuk mengembangkan gelaja-gejala ketakutan dan depresi serta emosi negatif.

Berdasarkan penelitian lainnya yang telah dilakukan oleh Catrunada dan Puspitawati (2008), mahasiswa introvert memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam melakukan prokrastinasi tugas skripsi dibandingkan mahasiswa ekstrovert, yang disebabkan oleh performansi individu dengan tipe kepribadian introvert cenderung lambat dalam aktifitas motorik. Hal tersebut karenakan individu introvert lebih pasif

dan kaku sehingga lebih lambat dalam aktifitas motorik.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Yulistia (2003), juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara prokrastinasi akademik dan tipe kepribadian introvert. Hal ini dikarenakan oleh tipe kepribadian introvert cenderung tertutup dan memilih untuk melakukan refleksi terlebih dahulu sebelum berbicara dan berbuat, dan introvert cenderung memiliki hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan tentang prokrastinasi dan tipe kepribadian, serta hasil penelitian sebelumnya seperti yang telah dijelaskan di atas dan pada bab sebelumnya bahwa terdapat hubungan antara perilaku prokrastinasi dengan tipe kepribadian introvert. Adapun hubungan antara perilaku prokrastinasi dengan tipe kepribadian introvert adalah positif dan individu yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat prokrastinasi yag lebih tinggi terhadap perilaku prokrastinasi akademik dari pada individu yang memiliki kecenderungan tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini mengansumsikan bahawa kecenderungan tipe kepribadian introvert berkontribusi terhadap perilaku prokrastinasi akademik.

(3)

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji seberapa besar kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

TINJAUAN PUSTAKA 1. Prokrastinasi Akademik

Secara etiologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward yang berarti maju, dan crastinus atau tomorrow yaitu hari esok, ini berarti prokrastinasi adalah maju pada hari esok. Sedangkan secara etimologis prokrastinasi adalah suatu mekanisme untuk mengatasi kecemasan yang berhubungan dengan bagaimana cara memulai atau melengkapi suatu pekerjaan dan dalam hal membuat keputusan (Fiore, 2006).

Burka dan Yuen (2008), mengemukakan bahwa penundaan yang dikategorikan sebagai prokrastinasi apabila penundaan tersebut sudah merupakan kebiasaan atau pola menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi tugas dan penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irasional dalam memandang tugas.

Prokrastinasi adalah sebuah masalah kebiasaan yang terjadi secara

otomatis ditandai dengan menunda suatu kegiatan penting yang harus dilakukan pada suatu saat tertentu sampai ke waktu yang akan datang. Proses penundaan ini sangat memungkinkan memiliki konsekuensi (Knaus, 2010).

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka (2007), Akademik merupakan suatu kegiatan yang memberikan layanan yang berupa data dan memiliki tahapan-tahapan di dalam melakukan pemrosesannya guna menghasilkan informasi yang berhubungan dalam kegiatan pendidikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akademik atau akademis adalah mengenai atau berhubungan dengan akademik, bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori, tanpa arti praktis yang langsung (dalam Alwi dkk, 2003).

Knaus (2010), mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik adalah mengacu pada menghindari studi dan belajar.

Berdasarkan dari definsi prokrastinasi dan akademik yang telah di kemukakan oleh beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah suatu kebiasaan menunda-nunda untuk melakukan atau menyelesaikan kegiatan

(4)

yang berhubungan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, bersifat ilmiah dan teoritis, yang dilakukan secara berulang oleh individu dan dapat menimbulkan perasan tidak nyaman.

Menurut Ferrari dkk (dalam Ghufron & Risnawita, 2010), prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu, yaitu :

a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas

Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi, dia menunda-nunda untuk mengerjakannya atau

menunda-nunda untuk

menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya.

b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas

Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama dari pada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas.

Seorang prokrastinator

menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan

diri secara berlebihan. Selain itu, juga melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah dilakukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah ditentukan sendiri.

d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan

Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seorang prokrastinator dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya. Akan tetapi, menggunakan waktu yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatngkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku

(5)

cerita lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikan.

2. Kepribadian Introvert

Introversi atau introvert menurut Jung (dalam Feist & Feist, 2010), adalah aliran energi psikis ke arah dalam yang memiliki orientasi subjektif. Introversi memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka, dengan semua bias, fantasi mimpi, dan persepsi yang bersifat individu. Orang - orang ini akan menerima dunia luar dengan selektif dan dengan pandangan subjektif mereka.

Tipe kepribadian introvert adalah satu kecenderungan untuk mengarahkan kepribadian untuk menarik diri dari kontak sosial dan minatnya lebih mengarah ke dalam pikiran-pikiran dan pengalamannya sendiri (Chaplin, 2001).

Menurut Suryabrata (2011), introvert itu memperlihatkan kecenderungan untuk msengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi, ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan obsesi, mudah tersinggung, apathy, syaraf otonom mereka stabil menurut pernyataan mereka sendiri, perasaan mereka gampang terluka, mudah gugupan, menderita rasa rendah diri, mudah melamun dan suka tidur. Umumnya

mereka teliti tapi lambat. Mereka agak kaku dan memperlihatkan “Intra-personal-variability” yang kecil, sedangkan orang-orang yang ekstrovert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris. Mereka tidak begitu kaku dan memperlihatkan “Intra-personal variability” yang besar.

Introversion adalah istilah yang dipakai oleh Jung untuk lebih menunjuk minat ke dalam daripada minat keluar dunia manusia dan benda, jenis tempramen atau kepribadian, sifat-sifat individu yang minatnya lebih berada dalam perasaan dan pikirannya sendiri, daripada dalam dunia sekitarnya (Drever, 1986).

Introvert bersifat tertutup, suka memikirkan diri sendiri, tidak terpengaruh pujian, banyak fantasi, tidak tahan kritik, mudah tersinggung, menahan ekspresi emosinya, sukar bergaul, sukar dimengerti orang lain, suka membesarkan kesalahannya, serta analisi dan kritik diri sendiri menjadi buah pikirannya (Sunaryo, 2004).

Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian introvert adalah tipe kepribadian yang menerima dunia luar dengan selektif dan dengan pandangan subjektif mereka serta cenderung menarik diri dari lingkungan

(6)

sosial, mudah merasa cemas, pasif, bersifat pesimis, merasa rendah diri dan hati-hati.

Menurut Suryabrata (2011), orang-orang yang introvert ditandai oleh kecenderungan mudah tersinggung, perasaan gampang terluka, mudah gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur, intelegensia relatif tinggi, prendaharaan kata-kata baik, cenderung tetap pada pendirian (keras kepala), umumnya teliti tapi lambat, mereka agak kaku, dan kurang suka lelucon, terlebih mengenai seks. Sedangkan orang-orang yang ekstrovert intelegensia mereka relatif rendah, perbendaharaan kata-kata kurang, mempunyai kecenderungan tidak tetap pada pendirian, umumnya mereka cepat namun tidak teliti, mereka tidak begitu kaku, dan mereka menyukai lelucon terlebih mengenai seks.

3. Mahasiswa

Menurut Susantoro (2003), mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 2005). Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat

perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

Menurut Budiman (2006), mahasiswa adalah orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana. Mahasiswa adalah pemuda-pemuda yang berjiwa dinamis, yang terpelajar, karena itu mengetahui persoalanyang dihadapi secara cepat.

Menurut Antoni (2012), mahasiswa adalah insan yang dipercaya untuk mengemban tugas-tugas keilmuan sesuai potensi dan kadar intelektual yang dimiliki masing-masingnya. Mahasiswa dengan segala potensi yang tersedia dan disediakan adalah titipan keluarga dan masyarakat dalam rangka membingkai kemajuan berpikir, kearifan dalam bertindak, dan kematangan dalam bersosialisasi. Mahasiswa disiapkan untuk berjiwa besar, terbuka dalam banyak hal, dan siap untuk menerima kritikan.

Berdasarkan dari beberapa definisi yang diungkapkan oleh beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mahasisawa adalah seseorang yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi negri maupun swasta yang dipercaya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan

(7)

potensi dan bidang ilmuannya serta berumur rata-rata antara 19 sampai 28 tahun.

HIPOTESIS

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : ada kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

METODE PENELITIAN

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti menggunakan self report melalui kuesioner yang berupa skala prokrastinasi akademik dan skala kepribadian introvert. Skala prokrastinasi akademik menggunakan teknik penyusunan skala Likert. Pada skala ini respon yang diberikan oleh subjek adalah tingkat kesesuaian yang mempunyai 4 variasi jawaban sebagai berikut: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

Skala tipe kepribadian introvert menggunakan teknik penyusunan skala Osgood. Pada skala ini respon yang diberikan oleh subjek adalah penilaian diri (self report) yang diwakilkan dalam rentang angka 1-7. Angka-angka pada kedua ujung kutub kiri maupun kanan menunjukkan kesesuaian dengan diri.

Prokrastinasi akademik dapat diukur dan diamati melalui ciri-ciri prokrastinasi akademik menurut Ferrari dkk (dalam Ghufron & Risnawita, 2010). Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Likert. Untuk mengukur kepribadian introvert, peneliti menggunakan skala kepribadian introvert yang dimodifikasi oleh Priharti (2010), dari skala tipe kepribadian introvert dan ekstrovert yang disusun oleh Lestari (2004).

Teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah non probability sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2008) adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sehingga data yang diperoleh lebih representatif dengan melakukan proses penelitian yang kompeten dibidangnya. Adapun karakteristik pertimbangan pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi Universitas Gunadarma tingkat III, IV dan nonkelas yang memiliki kecenderungan kepribadian introvert. Subjek penelitian ini terdiri dari 260 mahasiswa.

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi sederhana untuk melihat adanya kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

(8)

HASIL PENELITIAN

Validitas, Daya Diskriminasi Aitem Dan Reliabilitas

Adapun validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas tampang atau face validity yang merupaknan bagian dari validitas isi atau content validity . Validitas ini dianggap telah terpenuhi apabila penampilan alat ukur atau tes telah meyakinkan dan memberi kesan mampu mengungkapkan apa yang hendak diukur (dalam Nisfiannoor, 2009).

Validitas isi atau content validity merupakan kerepresentatifan butir-butir dalam instrumen pengukuran. Untuk mengetahui apakah alat ukur atau tes yang dibuat telah memenuhi validitas isi, maka dapat dilakukan dengan meminta penilaian dari orang yang kompeten atau pakar (dalam Nisfiannoor, 2009).

Pada penelitian ini, uji validitas aitem pada alat ukur baik skala prokrastinasi akademik maupun skala kepribadian introvert dilakukan secara kualitatif oleh ilmuwan yang berkompeten dibidang psikologi, dalam hal ini validitas alat ukur yang digunkan dinilai oleh dosen pembimbing. Dari penilaian yang diberikan dapat dirumuskan 24 aitem untuk skala prokrastinasi akademik dan 22 aitem untuk skala kepribdian introvert.

Korelasi skor aitem dan skor total alat ukur skala prokrastinasi akademik

bergerak antara 0,019 sampai 0,771. Sedangkan pada pengujian α Cronbach alat ukur skala prokrastinasi akademik diperoleh skor sebesar 0,902. Hal ini berarti koefisien reliabilitas pada alat ukur skala prokrastinasi akademik menunjukkan adanya konsistensi nilai dan stabilitas nilai yang tinggi atau sempurna.

Dari analisis daya diskriminasi aitem dan reliabilitas yang telah dilakukan pada skala kepribadian introvert dari Priharti (2010), diperoleh hasil nilai korelasi skor aitem dan skor total alat ukur yang bergerak antara 0,322 sampai 0,837. Sedangkan pada pengujian α Cronbach alat ukur skala kepribadin introvert diperoleh skor sebesar 0,877. Hal ini berarti koefisien reliabilitas pada alat ukur skala prokrastinasi akademik menunjukkan adanya konsistensi nilai dan stabilitas nilai yang kuat.

Pembagian Kepribadian Introvert

Penelitian ini hanya mengambil data subjek yang masuk ke dalam ketegori kepribadian introvert. Untuk membagi kepribadian introvert dan ekstrovert digunakan median atau nilai tengah. Hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Priharti (2010). Semua data diurutkan berdasarkan skor total terkecil sampai dengan skor total terbesar dan dicari median atau nilai tengahnya. Kemudian berdasarkan median tersebut, maka akan terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok skor total di

(9)

bawah nilai median masuk ke dalam kategori ekstrovert dan kelompok skor besar total di atas nilai median masuk ke dalam kategori introvert. Uji hipotesis dalam penelitian ini hanya menggunakan subjek yang memiliki skor total di atas nilai median yaitu subjek yang masuk ke dalam kategori introvert saja.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini memperoleh hasil nilai skor total terkecil sebesar 26 dan nilai skor total terbesar 111, setelah diperoleh nilai skor total dan terkecil semua data yang berjumlah 260 diurutkan berdasarkan urutan mulai dari nalai terkecil hingga nilai terbesar yaitu dari 26 sampai ke 111, dan diperoleh nilai median sebesar 62,5. Pembagian kategori tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Gambar 1. Pembagian Kategori Kepribadian Introvert dan Ekstrovert

Berdasarkan hasil dari pembagian kepribadian ekstrovert dan introvert yang didasari nilai median, dari 260 responden diperoleh sebanyak 130 responden yang memiliki nilai total di bawah nilai median (62,5) yang tergolong ke dalam kategori kepribadian ekstrovert dan sebanyak 130 responden

yang memiliki nilai total di atas nilai median (62,5) yang tergolong ke dalam kategori kepribadian introvert. Maka hanya 130 responden yang dapat dijadikan subjek untuk analisis selanjutnya dalam penelitian ini yaitu yang tergolong ke dalam kepribadian introvert.

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov . Dari uji tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

Skala

Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. Prokrastinasi 0,118 130 0,000

Introvert 0,103 130 0,002

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah 0,002 pada skala prokrastinasi (sig.<0,05) dan 0,000 (sig.<0,05) pada skala kepribadian introvert. Hal tersebut menandakan bahawa data pada skala prokrastinasi akademik dan kepribadian introvert tidak berdistribusi normal.

(10)

2. Uji Linearitas

Berdasarkan dari hasil uji linearitas yang dilakukan pada penelitian ini, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Linearitas

Model Mean Square F Sig. Regression 67,114 1,288 0,258b Residual 52,091 Total

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahawa nilai F = 1,288 dan nilai signifikansi sebesar 0,258 (p > 0,05). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak linear antara prokrastinasi akademik dengan kepribadian introvert. Sebaran da

ta yang diperoleh dari skala prokrastinasi akademik dan kepribadian introvert dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.

Grafik Linearitas Skala Prokrastinasi Akademik dan Kepribadian Introvert Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji asumsi yang menghasilkan data yang tidak berdistribusi normal, dalam penelitian ini peneliti tetap menggunakan statistika parametrik untuk menguji hipotesis dengan pertimbangkan jumlah data yang banyak (>30) dan data menggunakan skala interval.

Uji hipotesis dilakukan sebagai penentuan tingkat signifikansi dalam pengujian statistik. Dalam hal ini, uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi melalui uji korelasi dan uji regresi sederhana antara variabel yang diteliti.

Sebelum melakukan uji regresi sederhana untuk melihat kontribusi tipe kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik, terlebih dahulu dilakukan uji korelasi untuk melihat hubungan antara veriabel kepribadian introvert dengan prokrastinasi akdemik.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan Product Moment Pearson Correlation Two Tailed, diketahui bahwa koefisien korelasi antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik nilai sebesar 0,100 dengan taraf signifikansi sebesar 0,258 (p>0,05). Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

(11)

Tabel 3. Hasil Uji Korelasi KI PA Kepribadi an Introvert Pearson Correlation 1 0,100 Sig. (2-tailed) 0,258 N 130 130 Prokrastin asi Akademik Pearson Correlation 0,100 1 Sig. (2-tailed) 0,258 N 130 130

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian introvert dan prokrastinasi akademik. Maka dapat diasumsikan bahwa tipe kepribadian introvert tidak memiliki kontribusi terhadap prokrastinasi akademik, sehingga tidak perlu dilakukan uji regresi sederhana untuk melihat kontribusi tipe kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik. Hal ini berarti bahwa hipotesis dalam penelitian ini dotolak, maka tidak ada kontribusi kecenderungan kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dimana kepribadian introvert mempunyai kontribusi terhadap prokrastinasi akademik. Sebelum melakukan uji hipotesis untuk melihat ada tidaknya kontribusi kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik terlebih dahulu dilakukan uji korelasi antar kedua variabel tersebut. Setelah dilakukan uji korelasi maka dapat diperoleh hasil koefisien korelasi antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik nilai sebesar 0,100 dengan taraf signifikansi sebesar 0,258 (p>0,05), maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepribadian introvert dengan prokrastinasi akademik, maka diasumsikan variabel kepribadian introvert tidak berkontribusi terhadap prokrastinasi akademik. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak, dan dapat diartikan bahwa kepribadian introvert tidak berkontribusi terhadap prokrastinasi akademik.

Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, menurut peneliti salah satu dari faktor yang menyebabkan kepribadian introvert tidak berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik adalah karena individu yang memiliki kepribadian

(12)

introvert cenderung untuk mengarahkan kepribadian untuk menarik diri dari kontak sosial dan minatnya lebih mengarah ke dalam pikiran-pikiran dan pengalamannya sendiri (dalam Chaplin, 2001). Dengan demikian individu introvert lebih suka untuk menyendiri dan tidak membuang waktu yang banyak untuk bermain dan berkumpul dengan teman-temannya, sehingga lebih fokus dalam mengerjakan tugas kuliahnya serta dapat untuk menghindari melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan tugas kuliahnya.

Hal tersebut didukung oleh penelitian secara kualitatif yang dilakukan oleh Adi (2008), menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi individu melakukan prokrastinasi akademik adalah lingkungan, yaitu ajakan teman untuk bermain mempengaruhi subjek dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sebagian subjek lebih memilih mengikuti ajakan teman untuk bermain dan meninggalkan tugasnya.

Hal lain yang dapat menyebabkan tidak adanya hubungan antara prokrastinasi akademik dan kepribadian introvert adalah karena individu yang memiliki kepribadian introvert merupakan individu yang terkontrol dan lebih banyak dipengaruhi oleh dunia subjektifnya. Jung (dalam Hall & Lindzey, 1985), juga mengatakan mereka yang memiliki tipe kepribadian introvert cenderung fokus pada dunia pribadi dalam

diri mereka sendiri. Sehingga mahasiswa yang memiliki kepribadian introvert dapat mengontrol waktu dan hal-hal yang mengganggu mereka dalam mengerjakan tugas kuliah serta tidak mudah untuk terpengaruhi oleh lingkungan.

Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Rizvi, Prawitasari, dan Soetjipto (1997), mengenai mengenai prokrastinasi akademik ditinjau dari pusat kendali dan efikasi diri pada 111 mahasiswa psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil menunjukkan bahwa 20,38% mahasiswa telah melakukan prokrastinasi akademik dan didapat hubungan positif antara prokrastinasi akademik dengan pusat kendali eksternal. Hal tersebut mengartikan bahwa pusat kendali internal memiliki hubungan yang negatif terhdap prokrastinasi akademik. Menurut Millgram, dkk. (dalam Ghufron & Risnawita, 2010), trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, seperti trait kemampuan sosial yang tercermin dalam self-regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial.

Dengan berkembanganya teknologi pada masa sekarang ini, peneliti memandang bahwa trait kemampuan sosial dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial yang dimiki oleh individu bertipe kepribadian introvert tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi. Karena pada masa sekarang

(13)

komunikasi lebih banyak terjadi melalui internet (online) dari pada bertemu langsung (face to face), sehingga individu yang memiliki kepribadian introvert tidak lagi mengalami masalah dalam berkomunikasi dan merasa cemas dalam berhubungan sosial.

Dengan adanya perkembangan teknologi juga dapat membuat perubahan pada individu yang memiliki kepribadian introvert, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Catrunada dan Puspitawati (2011), tentang perbedaan prokrastinasi ditinjau dari kepribadian introvert dan ekstrovert diperoleh hasil bahwa prokrastinasi pada individu yang memiliki kepribadian introvert lebih tinggi karena individu dengan tipe kepribadian introvert cenderung memperlambat gerak mereka pada aktifitas motorik. Begitupun dengan hasil penelitian menurut Yulistia (2003), kecenderungan prokrastinasi akademis pada mahasiswa yang memiliki kepribadian introvert dikarenakan individu introvert merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungan, cenderung tertutup dan memilih untuk melakukam refleksi terlebih dahulu sebelum berbicara dan berbuat.

Adanya perkembangan teknologi yang terjadi pada masa sekarang, lambatnya gerak pada aktivitas motorik tidak lagi dapat mempengaruhi prokrastinasi, karena hampir semua kegiatan dapat dilakukan melalui media internet, seperti mencari materi untuk

menyusun tugas kuliah dapat dicari di internet, membaca buku diperpustakan dapat diganti dengan lembaca ebook di online library, berkumpul untuk bekerja kelompok dapat dilakukan melalui chating dengan menggunakan media sosial dan lain sebagainya.

Individu yang memiliki kepribadian introvert mungkin saja pasif dalam dunia off line atau dalam kehidupan sehari-hari secara face to face namun individu bertipe kepribadian introvert dapat saja aktif di dunia on line. Seperti tidak berani bertanya kepada dosen atau teman tentang materi kuliah, individu dapat saja mencari informasi melalui internet sehingga tidak menghambatnya dalam menyelesaikan tugas kuiah.

Hal lain yang menyebabkan tidak adanya kontribusi kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik adalah karena individu yang memiliki kepribadian introvert rentan terhadap kecemasan, dengan adanya kerentanan terhadap kecemasan sebagian individu yang memilki kepribadian introvert lebih aware terhadap tugas-tugas kuliahnya. Sehingga kecemasan tersebut tidak selalu menjadi hal yang negatif bahkan bisa menjadi hal yang positif.

Oleh karena kepribadian introvert tidak berkontribusi terhadap prokrastinasi akademik maka prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

(14)

Rahardjo, Juneman dan Setiani (2013), tentang hubungan kecemasan penggunaan komputer, stress akademis, dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Penelitian tersebut menemukan bahawa kontribusi stres akademik pada prokrastinasi akademik juga cukup signifikan yaitu sebesar 62,6 %. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahawa prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi oleh 37,4 % faktor lain.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014), hasil analisis menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,243 serta taraf sigifikansi 0,000 < 0,05. Hasil analisis tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabya. Penelitian lain oleh Putri, Wiyanti dan Priyatama (2010), menghasilkan bahwa self efficacy memiliki kontribusi sebesar 23,8% terhadap prokrastinasi akademik.

Sumbangan self-efficacy terhadap prokrastinasi akademik sebesar 23,8%. Telah diketahui bahawa stres akademik dapat memberi pengaruh sebesar 62,6% dan self-efficacy dapat memberi pengaruh sebesar 23,8% terhadap prokrastinasi akademik maka telah diketahui sebesar 86,4% faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, maka 13,6 %

lainnya dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Berdasarkan analisis deskriptif pada penelitian ini dari perbandingan rata-rata (mean), diketahui bahwa mahasiswa yang berpacaran memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah dari kelompok lainnya. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang berpacaran memiliki dukungan sosial yang lebih selain dari keluarga dan temannya ia juga mendapatkan dukungan sosial dari pasangannya. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri, Wiyanti dan Priyatma (2010), yang menyatakan bahawa ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik yang berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah prokrastinasi akademik, begitu pula sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi prokrastinasi akademik.

Hasil analisis deskriptif lainnya berdasarkan perbandingan rata-rata (mean), menemukan bahawa mahasiswa yang memiliki jumlah teman dekat yang lebih sedikit 1-5 orang memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain, karena dengan pengaruh teman yang sedikit individu tidak melakukan prokrastinasi terhadap tugas kuliahnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(15)

Adi (2008), bahwa ajakan teman untuk bermain mempengaruhi subjek dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sebagian subjek lebih memilih mengikuti ajakan teman untuk bermain dan meninggalkan tugasnya.

Berdasarkan analisis deskriptif lainnya yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), mahasiswa yang memiliki jumlah teman dekat 1-5 memiliki tingkat introvert yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain. Hasil tersebut sesuai dengan teori menurut Eysenck (dalam Hjelle & Ziegler, 1992), ciri-ciri kepribadian introvert salah satunya adalah sulit berpartisipasi sosial atau lebih suka menyendiri.

Berdasarkan nalisis deskriptif jenis kelamin yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkt prokrastinasi yang lebih tinggi dari mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akmal (2013), mahasiswa perempuan memiliki tingkat prokrastinsi yang lebih rendah dari mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki, dikarenakan mahasiswa perempuan lebih memiliki manajemen waktu yang lebih baik dari pada mahasiswa laki-laki.

KESIMPULAN

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara empirik apakah ada

kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III, IV dan non kelas Fakultas Psikologi Universitas Guadarma kampus Depok, dari 260 mahasiswa yang diperoleh sebagai responden hanya 130 mahasiswa yang meiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert yang dapat dijadikan sampel untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Pengkategorian tipe kepribadian introvert dibedakan berdasarkan nilai median atau nilai tengah total skor skala kepribadian introvert-ekstrovert. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa tidak ada kontribusi kecenderungan tipe kepribadian introvert terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Rendah tingginya prokrastinasi pada mahasiswa tidak dipengaruhi oleh kepribadian introvert. Hal tersebut mengasumsikan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan tidak adanya hubungan dan kontribusi antara tipe kepribadian introvert dan prokrastinasi akdemik adalah karena kecenderunga tipe kepribadian introvert yang menarik diri dari kontak sosial dan suka menyendiri sehingga lebih fokus untuk mengerjakan tugas kuliah, memiliki pusat kendali internal atau terkontrol sehingga

(16)

tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan, rasa cemas yang mebuat individu menjadi lebih aware terhadap tugas kuliahnya dan perkembangan teknologi yang mebuat komunikasi menjadi semakin mudah sehingga individu yang memiliki tipe kepribadian introvert tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan dapat aktif mencari informasi yang diinginkan.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dkemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Saran Untuk Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, ditemukan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang sedang dan hampir mendekati rendah. Oleh karena itu subjek diharapkan mempertahankan gaya belajar yang telah diterapkan sebelumnya dan memperbaiki menjadi lebih baik lagi, sehingga dapat mencegah meningkatnya tingkat prokrastinasi dan bahkan dapat menurunkan dari tingkat kecenderungan prokrastinasi yang sebelumnya.

2. Saran Untuk Penelitian Lebih Lanjut a. Saran untuk peneliti selanjutnya

yang hendak meneliti tentang prokrastinasi akademik, diharapkan

kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel lain seperti locus of control, self regulation, self management, self awareness dan variabel yang berhubungan dengan perkembangan teknologi informasi sebagai variabel prediktor terhadap prokrastinasi akademik.

b. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memilih sampel yang lebih banyak, keterangan identitas yang lebih banyak dan dari berbagai fakultas, sehingga prokrastinasi akademik dapat dilihat dari berbagai faktor dan dapat digeneralisasikan lebih baik serta dapat dibandingkan tingkat prokrastinasi akademik antar fakultas.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, P.C. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang mengikuti organisasi kelembagaan di fakultas psikologi universitas katolik soegijapranata semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Perpustakaan Unika.

Akmal, V.E. (2013). Perbedaan prokrastinasi akademik berdasarkan jenis kelamin dengan mengontrol manajemen waktu pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di Yogyakarta. Skripsi (tidak

(17)

diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Alwi, H.,dkk (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka

Antoni, C. (2012). Wacana ruang. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Budiman, A. (2006). Kebebasan, negara, pembangunan. Jakarta: Pustaka Alvabet dan Freedom Institute.

Burka, B.J., & Yuen, L.M. (2008). Prokrastinasi : Why do it, what to do about it now. America : Da Capo Press.

Catrunada, L., & Puspitawati,I. (2008). Prokrastinasi task differences on thesis introvert and extrovert personality.

http://papers.gunadarma.ac.id /files/journals/5/articles/229/publ ic/229-587-1-PB.pdf.

Chaplin, J.P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Drever, J. (1986). Kamus psikologi. Jakarta: P.T. Bina Aksara.

Feist, J., & Feist, G.J. (2010). Theoris of personality, edisi 7. Terjemahan Samita Prathita Sjahputri. Jakarta : Salemba Humanika.

Fiore, N.A. (2006). The now habit: A

strategic program for

overcoming procrastination and enjoying guilt-free play. New York: Penguin group.

Ghufron, M.N., & Risnawita, R. (2010). Teori-teori psikologi. Jakarta : Ar-ruzz Media.

Hall, C.S & Lindzey, G. (1985). Introduction to theory of personality. New York : John M. Wiley Sons.

Hjelle, L.A. & Ziegler, D.J. (1992). Personality theories. 3rd edition. New York: Mcgraw Hill.

Kanaus, W. (2010). End procrastination now!. New York : Mcgraw Hill. Lestari, F.S. (2004). Perbedaan sikap

terhadap faktor-faktor penyebab perilaku seksual pranikah pada remaja berdasarkan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan statistika modern untuk ilmu sosial. Jakarta : Salemba Humanika.

Poerwadarminta, W.J.S. (2005). Kamus umum bahasa indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Priharti, M. (2010). Kontribusi kepribadian introvert terhadap kecanduan internet pada mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakrta : Fakutas Psikologi Universitas Gunadarma.

Putri, N.F.A., Wiyanti, S., & Priyatama, A.N. (2010). Hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa program studi psikologi unversitas sebelas maret Surakarta. Jurnal Universitas Sebelas Maret Surakarta, 11 ,(2) , 1-14.

Rahardjo, W., Juneman., & Setiani, Y. (2013). Computer anxiety, academic stress, and academic

(18)

procrastination on college students. Journal of Education and Learning, 7, (3), 147-152. Rizvi, A., Prawitasari, J.E., & Soetjipto,

H.S. (1997). Pusat kendali dan efikasi diri sebagai prediktor terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Jurnal Psikologika, 2, (3), 51-66.

Safaria, T., & Rahardi, R.K. (2004). Menjadi pribadi berprestaasi : Strategi kerasan kerja di kantor. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2008) . Metode penelitian

kuantitatif, kualitatif, dan R dan D. Bandung : Penerbit Alfabeta. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk

keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suryabrata, S. (2006). Psikologi kepribadian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Suryabrata, S. (2011). Psikologi kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.

Susantoro, A.A. (2003). Sejarah pers

mahasiswa Indonesia.

http://www.persmahawana.fansp ace.com/

Tim Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka.

Utaminingsih, S., & Setyabudi., I. (2012). Tipe kepribadian dan

prokrastinasi akademik pada siwa SMA “X” Tangerang. Jurnal psikologi, 10, (1), 48-57.

Wibowo, R.F. (2014). Self efficacy dan prokrastinasi pada mahasiswa fakultas psikologi universitas Surabaya. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas

Surabaya, 3, (1), 1-11.

Yulistia. (2003). Hubungan antara karaktristik kepribadian mahasiswa dan kecenderungan prorastinasi akademis. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok : Universitas Indonesia.

(19)

Gambar

Gambar 1. Pembagian Kategori Kepribadian  Introvert dan Ekstrovert
Tabel 2. Hasil Uji Linearitas
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi  KI  PA  Kepribadi an  Introvert  Pearson  Correlation  1  0,100 Sig

Referensi

Dokumen terkait

Ads be berapa faktor yang diperkirakm1 mendukung keg:iatan dakwah eehingga mempunyai gerakan yang cukup se- marak cli tengah&#34;·tengah masyarakat.. faktor

Depok: Universitas Indonesia, Program Studi Magister Ilmu Fisika, Fakultas Ilmu dan Pengetahuan Alam.. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program

Pengurusan yang berkaitan dengan Ujian Ulang lebih dari jadwal di atas tidak akan dilayani oleh TU Psikologi.. Terkait teknis pelaksanaan Ujian Ulang dapat

Pada tahun 2017, Pusat Krisis Kesehatan telah melakukan assesment di 34 Kabupaten/Kota rawan bencana yang menjadi target

Sesuai dengan judulnya, Pedoman Penulisan Skripsi ini berisi berbagai aturan dan pedoman tentang tata cara dan format penulisan proposal skripsi, artikel ilmiah dan skripsi

Kota Pematang

Dari penjabaran definisi tersebut  dapat ditarik kesimpulan bahwa Studi Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang

Hasil analisis menunjukkan secara parsial lingkungan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Motivasi secara parsial berpengaruh