• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kestabilan Titik Tetap dan Bifurkasi Kelompok Inti pada Model Transmisi Penyakit Seksual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kestabilan Titik Tetap dan Bifurkasi Kelompok Inti pada Model Transmisi Penyakit Seksual"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kestabilan Titik Tetap dan Bifurkasi

Kelompok Inti pada Model Transmisi Penyakit

Seksual

Titi Rahmawati,

M. Nur Aidi, Farida Hanum

Institut

Perlanian

Bogar

Fakultas Matematika

dan

Ilmu

Peng

e

tahuan

Alam

JU

TU

san

Matemaiika

J1.

Raya Pajajaran

Bogar,

16144 Indonesia

Abstrak

Transmisi penyakit seksual pada suatu populasi berkaitan erat dengan kegiatan seksuaJ individu-individu pada populasi tersebut. Dalarn pe mba-hasan model transrnisi penyakit seksual ini, populasi dibagi rnenjadi dua kelorn

-pok, yaitu kelompok dengan tingkat aktivitas seksual tinggi yang dinamakan kelorrrpok inti, dan kelornpok dengan tingkat aktivitas seksual rendah, yang dinamakan dengan kelompok non-inti. Berdasarkan tingkat aktivitasseksual

-nya, pada umumnya kelompok non inti tidak terlalu berpengar uh pada trans -misi penyakit seksual ini. Jadi, model umum transmisi penyakit seksual amat dipengaruhi oleh model kelompok inti yang dibahas dalam tulisan ini. Ana

-lisis kestabilan dilakukan untuk model tersebut dan diperoleh tiga titik tetap beserta kondisi kestabilan yang harus dipenuhi.

Individu terinfeksi dapat menularkan penyakit pada individu rentan atau tervaksinasi, dan dapat berpengaruh pada kestabilan transmisi penyakit se k-sual pada kelompok inti ini. Strategi pencegahan (vaksinasi) juga diberikan

pada kelompok inti. Perubahan nilai tingkat vaksinasi dapat mempengaruhi

kestabilan sistem. Sistem akan kehilangan kestabilan apabila diberikan tingkat vaksinasi yang lebih kecil daripada tingkat kritis vaksinasi,

1

Penda

h

uluan

Penyakit Menular secara Seksual

(Sea

;

ually Transmitted D

i

seases)

atau penyakit ke-lamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Oleh karena itu transmisi penyakit seksual pada suatu populasi berkaitan erat dengan kegiatan seksual individu-individu yang berada pada populasi tersebut.

Dalam pembahasan tranmisi penyakit seksual ini, populasi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan aktivitas seksual tinggi (dinamakan kelompok inti) dan kelompok dengan aktivitas seksual rendah (dinamakan kelompok non-inti). Karena tingkat aktivitas seksualnya tinggi maka tingkat transmisi penyakit

(2)

50 T. Rahmawatl, M. N.Aidi, F. Hannm

seksual pada kelompok inti pada umumnya tinggi. Strategi pencegahan (vaksinasi) pada umumnya juga ditujukan pada kelompok inti ini.

2

Model Umum Transmisi Penyakit Seksual

Misalkan banyaknya individu pada suatu populasi pada waktu t adalah P =P(t) , dan populasi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok inti dengan banyaknya individu pada waktu t

adalah A

=

A

(t) , dan kelompok non-inti dengan banyaknya individu pada waktu t adalah C =C (t) . Kelompok inti dibagi menjadi beberapa subkelompok, yaitu subkelompok rentan (susceptible

[

5

)

),

tervaksinasi (vaccinated

[

V

]),

dan terinfeksi (infected

[

I)

),

sehingga: C=S+V+I.

Subkelompok rentan adalah subkelompok individu yang telah berhubungan sek-sual dengan individu yang sudah terinfeksi, subkelompok tervaksinasi adalah sub

-kelompok individu rentan yang telah mendapatkan vaksinasi, sedangkan subkelom-pok terinfeksi adalah subkelompok individu rentan yang sudah terinfeksi dan dapat menularkannya pada individu lain melalui hubungan seksual.

Pada model transmisi penyakit seksual terdapat asumsi bahwa bagi individu yang terinfeksi diberikan pengobatan atau pemulihan. Setelah pengobatan atau pemulihan ini individu yang

t

e

rinf

e

ksi

kembali ke subkelompok rentan pada tingkat

0

:

(1 - y) atau ke subkelompok tervaksinasi pada tingkat ocv. Hadeler dan Castillo

-Chavez (1995) menyusun suatu model transrnisi penyakit seksual pada suatu popu-lasi secara umum sebagai berikut:

d.A dt dS dt

dV

dt

dI

dt b (P - I) +

hI -

r(I, C) A -~,

f3S1

r

(

I

,

C

)

A -

C

-1jJS

+

ex(1 - y

)

I - ~S

,

f3VI

1jJS -

C

+

exyI -

~v

,

f3S1

+

C

f3VI _ exI _ III

•...

,

=

dengan

b adalah tingkat kelahiran populasi yang tidak terinfeksi, dengan b-;::.0,

h

adalah tingkat kelahiran populasi terinfeksi, dengan 0

:s

b

:s

b, ~ adalah tingkat kematian populasi yang tidak terinfeksi, dengan ~

>

0,

j:i

adalah tingkat kematian terinfeksi, dengan

j:i

:s

u,

(3)

(jMA, Vol. 1, No.1,Juli, 2002, 49-64

lP adalah tingkat vaksinasi yaitu tingkat transisi langsung individu dari

subkelom-po

k

rent a

n

ke subk

el

ompok tervaksina

s

i,

dengan lP

;::

:0

,

(3 adala

h

t

i

ngka

t

tra

n

s

misi p

e

n

ya

k

it

s

ek

su

al

d

a

r

i

s

u

bkelom

po

k

ter

i

nfe

k

si

k

e s

u

b

-k

e

l

o

mpok

re

n

t

an

,

d

e

ngan (3

>

0

,

f3 adalah tingkat transmisi penyakit seksual dari subkelompok

t

e

rinfek

s

i

k

e

sub-kelompok tervaksinasi

,

dengan

°

S

(3

S

13,

)

' a

dal

a

h pembobot

,

dengan 0

S )

'

S

1

,

r

(

I,

C

)

adal

a

h fungsi

re

c

ru

i

tm

en

t

ke d

a

lam kelompok in

t

i.

Asumsi:

• b = b, ~=!-l-, b =

u

,

U

kura

n

p

o

pulasi konstan

B

e

r

dasar

kan

a

sum

s

i

t

ers

e

but,

m

aka

model

t

r

a

ns

mis

i

di

a

tas menja

d

i

:

dA

dt

dS

dt

d

V

dt

d1 dt

~P-r

(

I,C)A

-

~

,

=

r Il C

)A

-

(3S1

-,II

S

+

a

(

l-

ylI-

"C

,

C

'f- , .. r'-',

13

VI

w

S

-

r::-

+

!X)'I - J.lV, L (1)

(2)

(

3

)

I3

S

1 ~ I3

V

I

_ cd _ ~I.

(4

)

3

Model Kelompok Inti pada Transmisi Penyaki

t

Seksual

D

e

ngan adanya asurnsi bahwa kelompok non-inti tidak berp

er

an

s

ec

ara langsun

g

pada transmisi

penyakit seksual, maka sistem persamaa

n

(1) - (4)

berhubungan

erat dengan model transmisi penyakit seksual

pada kelompok inti yang terisolasi dari

kelompok non-inti.

Dan

dengan

asumsi r(I, C)A

=

J.LC

dan kelompok in

t

i berukuran

konstan

,

yaitu C(t)

=

C, maka Hadeler

dan Castillo-Chavez (1995) men

y

usun model

kelompok inti sebagai berikut:

dS

dt

dV

dt

d1 dt

d

an

I3S1

=

~C-C-lPS+a()-y)I

-

~

,

~VI

=

lPS-C+a)'I-J.LV,

I3S1

+

I3VI _ aI

_

III

C

,...

,

(5)

(6)

(7

)

S

(t)

+

V (t)

+

I (t)

=

C (t) .

AnalisisKestabilan Titik Tetap dan Bifurkasi Kelompok Inti pada Model Transmisi Penyakit Seksual

(4)

52 T. Rahm.awati, M. N. Aim, F. Hamrm

.

•.

3.1

Bilangan Reproduksi

Bilangan reproduksi yang akan dibahas pada analisis kestabilan transmisi penyakit seksual pada model kelompok inti adalah sebagai berikut:

1

.

bilangan reproduksi dasar (Ro), yaitu rata-rata banyaknya individu rentan

yang terinfeksi secara langsung oleh satu individu yang sudah terinfeksi dan

dinyatakan sebagai

f3

Ro=--.

tX+J..l (8)

2. bilangan reproduksi bagi suatu populasi yang tervaksinasi (Ro), yaitu

rata-rata banyaknya individu tervaksinasi yang terinfeksi secara langsung oleh

satu individu yang sudah terinfeksi dan dinyatakan sebagai

-

f3

Ro=--.

tX+J..l (9)

3. bilangan reproduksi dengan adanya strategi vaksinasi (R(1jJ), yaitu potensi

untuk terinfeksi oleh individu yang terinfeksi kepada individu yang rentan

atau tervaksinasi dalam suatu populasi dengan adanya strategi vaksinasi, dan

dinyatakan sebagai:

J..l 1jJ

-R(W)=--Ro+--Ro.

J..l+1jJ J..l+1jJ (10)

Kondisi yang akan timbul adalah satu di antara tiga kemungkinan ini:

1. jika R(1jJ)

<

1, maka penyakit akan menghilang,

2. jika R(1jJ)= 1, maka penyakit akan menetap (endemis),

3

.

jika R(1jJ)

>

1,

maka penyakit akan meningkat menjadi wabah.

(Giesecke 1994)

Pada tulisan ini akan dibahas pengaruh kondisi R(1jJ)terhadap sistem persamaan

(5) - (7).

3.2

Penentuan Titik Tetap

Tit

i

k

tetap sistem persamaan

(5) - (7)

dapat diperoleh dengan menentukan

dS =0 dt '

dV

=0 dt ' dI dan dt =0.

Dengan memilih S, V, I yang memenuhi ketiga persamaan tersebut diperoleh tiga

(5)

8MA, VoL 1,No.1, Juli, 2002,49-64

Persamaan

(7) dan

~!

=

0 menghasilkan

atau

(11)

(12)

s

s

+

(

3V

C

-

cx-

~

=

O.

1

.

Titik tetap

T1 (51,

V

1,

1

1).

Dengan mensubstitusi

persamaan

(11)

pada

persarnaan (5)

dan (6

)

dan

mem-berikan nilai

sisi kanan sarna

dengan no1

akan

dipero1eh

sehingga titik tetapnya adalah:

2

.

Titik

tetap

T

l

(52,

V2, 1

1)

dan T3 (53,

V3

,

13)

.

Dengan

rnensubstitusi

5

+

V

+

I

=

C

pada

persamaan

(12

)

akan

dip

e

ro1eh

$"=

C

(

cx+f

.

l

.

)

-~(C-I

).

(

3

-

(

3

(

13

)

Se1anjutnya dengan

mensubstitusi

persamaan

ini pada persama

an

(

5

)

da

n

mernberikan

.

nilai sisi kanan sarna dengan no1

akan

dipero1eh

persarnaan kuadrat

da1am I:

all

+

bI

+

c

=

0,

(14)

dengan

(3(3

C'

b

=

f.l.((3+~)

+cxy(3+~(1/>+cx(l-y)-

(3

)

,

c

=

C((1/>+f.l.)(cx+f

.

l

.

-~)-f

.

l.(

(

3-~

)

)

.

a

Akar persamaan

(14) ada1ah

*

-b

±

v'b

l

-4ac

I

=

2a

.

(15)

Dari asumsi bahwa 1* ~

°

dan bernilai real rnaka harus1ah:

b

l

-4ac

2:

0,

dan

-

b

±

v'bl

-4ac

~

0

(16)

Analisis Kestabilan Titik Tetap dan Bifurkasi Kelompok Inti pada Model Transmisi Penyakit Seksual

(6)

54 T..Rahmawati, M. N. Aidi, F. Hannm

Jad

i

di

peroleh

lz

= -b

+

Vb

2

-40c

20

(

17

)

-b - Vb

2

-

4

0

c

20

(18)

da

n m

a

s

ing

-m

a

sin

g

m

em

e

n

uh

i

p

e

rsa

maa

n

(

16

)

.

(

a

)

D

eng

an me

ns

ub

stit

usi 1

2

pada (13

)

diperol

eh

$

2

= C

(ex+

J.!)-

(3

(C -

1

2).

(3-(3

(19

)

I

Sub

st

i

t

us

i

persam

a

an (17) dan (19) pada pe

rsa

m

aa

n (6) d

e

n

gan

d

V

j

d

t

=

0

ak

a

n

di

p

e

ro

l

e

h

V

2

= C

(

¢5

2

+

exyI2

)

.

/

3

1

2

+

J.!

D

e

ngan

de

m

iki

an

t

i

tik

tetapn

y

a

a

dal

a

h

T2

=

(

5

2,

V2,

1

2

) dar

i

p

e

rs

a

ma

a

n

(

17), (19), dan

(2

0

)

.

(

b

)

D

e

nga

n

me

n

subs

t

i

t

u

si

1

3

p

a

da

pe

r

s

a

m

a

an (1

3) d

i

p

er

o

leh

:

(20)

$

3

= C(ex+J.!)-~(C-I3).

(3

-

/

3

S

u

b

stit

u

si

p

e

rs

a

m

a

an

(18)

d

a

n

(21)

pad

a pe

r

sama

an

(6

)

dengan dV

/

dt

=

0

akan dip

er

o

le

h

(21)

V3

=

C

(

¢53 + exyI

3)

.

(31

3+

J.!

D

en

gan demikian titik tetap

n

ya adalah T3

=

(

5

3,

V3

,

13

)

dar

i pe

r

samaan

(

2

1)

,

(

22)

,

dan

(

18

).

(

22

)

4

Analisis Kestabilan Titik Tetap

Tinjau kembali sistem persamaan (5) - (7). Dengan melakukan pel

i

ne

a

r

a

n

pada

sistem persarnaan tersebut akan diperoleh matriks Jacob

i:

-(31 _¢

_

J.!

0

-(35 + ex

(

1-y)

C

C _

J =

¢

-(31 _

J.!

-(3V + exy

(23)

C_

C

.

/31

(31

(35+/3V

- -ex-J.! C C C

Kestabilan sistem persamaan (5) _

.

(7) dapat diperoleh dengan mengan

a

l

i

si

s

n

ilai

(7)

8MA, Vol. 1,No.1, Juli, 2002, 49-64 55

1

.

K

e

s

t

abilan Sis

t

er

n

d

i tit

ik

t

etap T1

Ji

k

a 51, V1

,

d

an

1

1

d

is

ub

s

t

it

u

s

i pad

a (

23) a

kan d

i

pe

r

o

l

eh

-lj> - j.!

0

---(3j+cx(.!l-y) j.!+ lj>

-J1

= lj> -(3lj> -j.! --+cxy j.!tlj>

0

0

(3j.!+ (3lj> j.!+lj> -CX-j.!

Nilai eigen J1 diperol

e

h d

a

ri d

e

t 01 - ~'1

I) =

0

, ya

itu

-lj> - j.!,

Karena

lj>

2:

°

dan u

>

0, rnaka

All

<

°

dan

A12

<

0

.

Agar

A13

<

°

rn

aka

h

a

rnsl

a

h

(24)

Jad

i

agar T1 stabil rnaka haruslah pertidaksar

n

aan

(

2

4)

d

i

p

e

n

u

h

i

.

2

.

Kestabilan sistern di titik tetap T2

Jika

52, V2,

dan

12

disubstitusikan pad

~ (

23

) r

naka dip

e

rol

eh

:

12=

-(312 ---lj>-j.!

C

lj> (312

C

o

-(312 ---j.l.

C

f312

C

-(352 -- +cx(l-y) C_ -(3V2

--+o

c

y

C

o

Nilai eigen

12

diperoleh dari det

(12 -

A2

I)

=

0

, y

aitu

:

Analisis Kestabilan Titik Tetap dan Bifurkasi Kelompok Inti pada Model Transmisi Penyakit Seksual

(8)

56 T. Rahma:wati, M. N. Aim, F. Ranum

~.,".'

d

engan

Menur

u

t

Kriteria Routh-Hu

r

witz

!

kond

i

si kestabil

an

t

e

rjadi jika d

an hanya

jika

E

l

>

0,

Fl

,

G

l

>

0

,

dan E

l

Fl - Gl

>

O

.

(a)

Karena

I2,

f

3

,

1

P>

0,

J.l

2

':

O

J

d

an

0

:S

~ :

S

13

,

m

aka

El

>

O.

(

b

)

D

en

g

an me

n

s

ubst

it

u

s

i

S

2,V2,

d

an

12

p

a

da kon

disi

G

1

>

0 aka

n d

ip

e

r

ole

h

Q

lbl

>

Cl

dj ,

dengan

13

(~(C - 12) - (<x+ ~))

Q,

=

_ +<x(l-y),

13

-

-13

b

l

=

~lj>

+~

(jl~,

+,,)

,

C,

=

13

(f3~2

+'

-

1>

+ ~) ,

dl

-~~(C(<x+~)+~(C-h)) ~<xyI2

=

(~12 + ~)

(13 - ~)

-

+

<xy. 1312+ ~ .

(c)

Dengan mensubstitusi

S

2 , V2,

dan

12

pada kondisi ElF, - G,

>

0

aka

n

(9)

8MA, Vol. 1, No.1, Juli, 2002, 49-64 57

diperoleh e,

f,

>

9' - h, ,

dengan

Jadi

titik tetap T2

stabil jika

dan hanyajika

a,

b,

>

c,

d, dan

ei

f,

>

9' -

hi ,

3. Kestabilan sistem

di

titik tetap

T3

Dengan m

e

nsubstitusikan 53

,

V3

,

dan

13 pada

(23)

m

a

k

a

diperole

h:

-131

3 0

-

65

3

I

---1jJ-1l-

-'

-

+ e

x

.

(1 -1') C C_

13

=

t

V

-

-

/3

r---

h

Il-

--

-

f

3V

3

+cx

.

y

'

-

,

,

-

c

f3h

1313 0

)

C C

Dengan cara

serupa

seperti untuk titik tetap T2

dapat diperoleh kondisi

kesta-bilan

T3, yaitu

stabil jika dan

hanya

jika

a2b2

>

C2

d2 dan e2f2

>

92

-

h2,

de

-

ngan a2,

b2,

C2,d2, e2

,

f2,

92,

dan h2

seperti pada pembahasan untuk T2

tetapi dengan mengganti 52

dengan 53,

V2

dengan V3, dan 12 dengan 13

.

4.1

Orbit clanKestabilanSistem

.

Berikut

ini adalah ilustrasi orbit kestabilan model

transmisi penyakit seksual

pada

kelompok inti.

Orbit kestabilan diperoleh dengan bantuan

s

of

t

w

are

Locbif

.

1

.

Orbit kestabilan titik tetap T, untuk kondisi

1311

+

!tV

<

ex

.

+

11.

11+

Dengan menggunakan nilai-nilai parameter sebagai berikut:

11

=

0.2, /3

=

1, C

=

1,

tV

=

0.5,

ex

.

=

0.5, l'

=

0.025, ~

=

0.5

diperoleh nilai 5,

=0.286,

V,

=0.714,

dan I,

=

0

Analisis Kestabilan Titik Tetap dan Bifurkasi Kelompok Inti pada Model Transmisi Penyakit Seksual

(10)

58 T. Rahmawati, M. N. Aidi, F. Hanum

s

s

I

Orbit kestabilan Tl pada bidang 51

"""

V

Orbit kestabilan Tl pada bidang VI

.

(11)

8MA, Vol. 1, No.1, JuH, 206:2,49-&4 59

2

.

Orbit kestabilan titik tetap T

z

unt

u

k kondis

i

0,

b,

>

ci d, dan e, f,

>

9'

-h,

.

D

e

ng

a

n m

e

n

gg

unak

a

n ni

la

i-nilai par

a

m

e

ter

:

~

=

0

.

003

,

f3

=

2

,

C

=

l

,

W

=

0

.

1, ex

=

0

.

7,

y

=

0

.

00

4,

f3

=

0.

5

,

diperoleh

n

il

a

i:

5

z

=

0.324

,

Vz

=

0.12

,

12

=

0

.

565

,

0

,

=

0

.

049

,

b,

=

0.621

,

c,

=

2

.

466, di

=

-0

.

055

,

e

,

=

1

.

472

,

f,

=

1

.

357

,

9,

=

0.064, h,

=

-0

.

0

2

1

.

I

Orbit kestabilan Tz pada bidang 5I

.

v

Analisis Kestabilan Titik Tetap dan Bifurkasi Kelompok Inti pada Model Transmisi

Penyakit Seksual

(12)

60 T. Rahmawati, M. N. Aidi, F. Hanum

Orbit kestabilan

T

z

pada bidang SV

s

3. Dengan eara serupa seperti untuk titik tetap

T

z

dapat diperoleh o

r

b

it

kesta-b

il

a

n

ti

tik

t

etap T3.

5

Pengaruh R(

tV)

terhadap kestabilan transmisi

pe-nyakit seksual pada model kelompok inti

1

.

R(\jJ)

<

1

D

e

n

ga

n me

ns

ubs

t

it

u

si persarn

aan (

10) pada

R(\jJ)

<

1

,

d

i

p

ero

l

e

h

J.l. \jJ

---Ro

+

--Ro

<

1

J.l.+1jJ J.l.+\jJ

(

25

)

Kemudian substitusi persamaan (8) dan (9) pada (25) seh

i

ngga diperole

h

:

(26

)

Pertidaksarnaan (26) merupakan syarat kestabilan yang harus dipenuh

i

agar

sistem persamaan (5) - (7) stabil pada titik tetap

Tl

(lihat pertidaksamaan

(24))

.

Diketahui bahwa jika

R(1jJ)

<

1, maka penyakit akan menghilang. Pada

sistem (5) - (7) jika

R(1jJ)

<

1, maka sistem pada titik tetap

Tl

akan stabil

.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika R(

\jJ)

<

1, maka sistem pad

a

titik tetap

Tl

akan stabil dan penyakit akan menghilang. Hal ini mengg

a

m

-barkan bahwa jika setiap satu individu yang terinfeksi pada suatu popu

l

as

i

berpotensi keeil menularkan penyakit seksual yang dideritanya kepada

i

nd

i-v

i

du yang rentan atau tervaksinasi

,

maka pada waktu tertentu ban

y

akn

ya

ind

i

vidu yang terinfeksi akan semakin sedikit yang pada akhirnya tidak ad

a

sarna sekali. Dengan tidak adanya individu yang terinfeksi, maka pada

w

ak

t

u

ter

t

entu penyakit akan menghilang dari populasi tersebut

.

(13)

3MA, Vol. 1, No.1, Jun, 2002, 49-64 61

Dengan mensubstitusi persamaan (10) pada persamaan R(lP) =1, diperoleh:

-J.!-Ro + ~Ro

=

1.

(27)

J.!+lP J.!+lP

Substitusi persamaan

(8)

dan

(9)

pada

(27)

diperoleh:

* (3-<x-J.!

lP = J.!,

<X+J.!-(3

(

28)

dan diasumsikan lP*>

O.

Karena vaksinasi merupakan perlakuan yang diberikan untuk mengendalikan

kestabilan sistem transmisi penyakit seksual pada model kelompok inti, maka untuk perlakuan itu akan dicapai suatu tingkat kritis. Pada pembahasan ini yang dimaksud dengan "tingkat kritis vaksinasi" adalah tingkat kritis tran

-sisi langsung individu dari subkelompok rent an ke subkelompok tervaksinasi.

Untuk R(lP) =

1,

tingkat kritis vaksinasinya adalah lP* (persamaan

(

2

8))

.

Diketahui bahwa pada saat R(lP) = 1 penyakit akan menetap (endemis). Ini

menggambarkan bahwa setiap satu individu yang terinfeksi pada suatu po -pulasi berpotensi menularkan penyakit seksualnya kepada satu individu yang

rentan atau tervaksinasi.

Oleh

karena itu pada waktu tertentu pertambahan

banyaknya individu yang terinfeksi akan sama dengan banyaknya individu

yang menginfeksi, dan pada saat tersebut tingkat vaksinasi mencapai tingkat

kritis. Dengan pertambahan banyaknya individu yang terinfeksi sarna dengan

banyaknya individu yang menginfeksi clan tingkat vaksinasi rnencapai tingkat

kritis vaksinasi, maka penyakit akan menetap.

3.

R(lP) >

1

Dengan mensubstitusi persamaan (10) pada persamaan R(lP) > 1, diperoleh:

-J.l.-Ro+~Ro>l. J.l.+\jJ J.l.+\jJ

Kemudian substitusi persamaan (8) dan (9) pada (29) sehingga diperoleh

(29)

J.l.f3+ \jJf3> +

,I. <X

u.

J.l

+

. 't'

Jika kondisi pertidaksamaan (30) diberlakukan pada sistem (5) - (7), maka pada titik tetap

Tl

akan diperoleh akar ciri "13 > 0, sehingga

Tl

meru-pakan titik sadel dan bersifat takstabil. Diketahui bahwa pada saat R(\jJ)> 1 penyakit akan meningkat menjadi wabah. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap satu individu yang terinfeksi pada suatu populasi berpotensi me nu-larkan penyakit seksualnya kepada lebih dari satu individu yang rentan atau tervaksinasi, maka pada waktu tertentu banyaknya individu yang terinfeksi akan semakin banyak. Dengan semakin banyaknya individu yang terinfeksi pada populasi tersebut dan dengan potensi penularan yang lebih dari satu, maka pada waktu tertentu penularan penyakit akan menjadi tak terkendali (wabah).

(30)

Analisis Kestabilan Titik Tetap dan Bifurkasi Kelompok Inti pada Model Transmisi Penyakit Seksual

(14)

64 T. Rahrnawati, M. N. Aidi, F. Ranum

/

Apendiks A

Teo

r

e

m

a 1

(Kondisi R

o

ut

h-

Hurwitz)

Misalkan

E, F, G

bilang

a

n real

.

Mak

a b

a

g

i

a

n re

a

l

dar

i setiap nilai eigen

per-samaan karakteristik

adalah negatij jika dan hanya jika

E

, F,

G

positij dan

EF

>

G

.

Buk

ti

:

(Rindengan,

1999)

Referensi

Dokumen terkait

Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran , volume 3... Kontekstualitas Alquran: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum

Ada beberapa strategi Roni Ahmad dalam kemenangan Pilkada Pidie diantaranya: lebih memberdayakan masyarakat menengah kebawah dalam program membangun gle, blang,

Pengelolaan tambak udang intensif mau tidak mau harus dilakukan pengusaha secara ramah lingkungan dengan mempertimbangkan keberadaan mangrove serta pengelolaan tambak dan

Berdasarkan hasil pengujian perbandingan rasio keuangan antar bank syariah murni dan bank syariah campuran (Islamic Branches Conventional Bank) menunjukkan bahwa

Gambaran simulasi promodel didapat hasil 6 stasiun kerja, dengan utilization terhadap operator yang bekerja adalah sebesar 89,34%, Untuk area yang digunakan operator

10 Sedangkan efektivitas yang terbesar adalah penurunan kesalahan menggunakan formula sebesar 0,12 dengan kategori rendah sehingga remediasi melalui pemecahan

– Pengobatan kencing nanah kitni lebih condong kepada pengobatan herbal alami tanpa efek samping dan ketergantungan .Pengobtan kencing nanah juga dapat di racik sendiri di

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur corporate governance terhadap intellectual capital disclosure pada perusahaan perbankan.. yang terdaftar