• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PURNA PRAKARYA MUDA INDONESIA (PPMI) (Hasil Musyawarah Nasional II Manado)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PURNA PRAKARYA MUDA INDONESIA (PPMI) (Hasil Musyawarah Nasional II Manado)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

PURNA PRAKARYA MUDA INDONESIA

(PPMI)

(Hasil Musyawarah Nasional II Manado)

Di perbanyak Untuk Kepentingan Organisasi

oleh :

DEWAN PENGURUS DAERAH

PURNA PRAKARYA MUDA INDONESIA

PROVINSI JAWA TIMUR

Sekretariat :

Jalan Taman Kutisari Nomer 10 Surabaya-Jawa Timur 60291 Telepon : ( 031 ) 70209170 Fax 031-8436797 mobile service 0856-3488619

(2)

ANGGARAN DASAR

PURNA PRAKARYA MUDA INDONESIA

PENDAHULUAN

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa dan didorong oleh kebulatan tekad dan semangat yang ikhlas serta keinginan yang luhur agar tercipta suasana persamaan dan persatuan, serta rasa persaudaraan antara sesama pemuda yang tergabung dalam satu kesatuan yang kokoh, dinamis, harmonis, sentosa, dan sejahtera yang dilandasi dengan jiwa Bhineka Tunggal Ika, maka setiap pemuda yang pernah dikukuhkan dan bersama-sama mengemban suatu tugas Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai peserta Program Pertukaran/Bakti Pemuda Antar Provinsi, menuangkan kesadaran dan keinginan luhur itu pada Anggaran Dasar Organisasi sebagai landasan berpijak dalam melaksanakan dharma baktinya kepada tanah tumpah darah Indonesia dengan azas Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

Hakikat penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan generasi muda dalam pembangunan bangsa Indonesia adalah menyiapkan kader-kader penerus cita-cita perjuangan bangsa dan manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila sebagai Pandu Ibu Pertiwi.

Purna Prakarya Muda Indonesia merupakan salah satu bagian dari generasi muda Indonesia yang beriman dan bertaqwa agarterus diberdayakan guna memiliki kesadaran berbangsa, idealisme, patriotisme, kemandirian dan keragaman berbudaya serta memiliki wawasan yang luas, kokoh kepribadian, kesegaran jasmani dan rohani serta mempunyai daya kreasi yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepemimpinan, ketrampilan, semangat kerja keras dan kepeloporan.

Upaya dalam mewujudkan penyadaran, pemberdayaan dan pengembangan tersebut, maka Purna Program Pertukaran/Bakti Pemuda Antar Provinsi membentuk suatu wadah yang disebut Purna Prakarya Muda Indonesia yang digerakan dengan pedoman berbentuk Anggaran Dasar sebagai berikut:

BAB I

NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1

Organisasi ini bernama Purna Prakarya Muda Indonesia, disingkat PPMI. Pasal 2

PPMI didirikan di Jakarta pada tanggal 4 September 2005 untuk waktu yang tidak ditentukan. Pasal 3

Pusat organisasi PPMI berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 4

PPMI berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. Pasal 5

PPMI bertujuan untuk mewujudkan terbinanya komunikasi sambung nalar lintas daerah se-Indonesia guna meningkatkan iman, ilmu dan amal yang terpadu bagi diri, demi terwujudnya pembangunan Indonesia yang adil, makmur dan berkelanjutan.

(3)

BAB III USAHA DAN SIFAT

Pasal 6 PPMI melaksanakan usaha untuk:

a. Memelihara dan meningkatkan persatuan dan kesatuan; b. Mengembangkan potensi kreatif keilmuan, sosial dan budaya;

c. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan bangsa;

d. Berperan aktif dalam dunia kemasyarakatan pemuda untuk menopang pembangunan nasional; dan

e. Berperan aktif dalam pencapaian tujuan organisasi. Pasal 7 PPMI bersifat Independen.

BAB IV

STATUS DAN FUNGSI

Pasal 8 Status PPMI adalah organisasi kepemudaan.

Pasal 9 PPMI berfungsi sebagai wadah:

a. Perekat kemajemukan pemuda dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. Pelestarian dan pengembangan di bidang seni dan budaya;

c. Pemberdayaan dan pengembangan di bidang kewirausahaan.

BAB V KEANGGOTAAN

Pasal 10

(1) Yang dapat menjadi anggota PPMI adalah pemuda Indonesia yang telah mengikuti Program Pertukaran/Bakti Pemuda Antar Provinsi (PPAP/BPAP).

(2) Anggota PPMI terdiri dari: a. Anggota Biasa. b. Anggota Luar Biasa. c. Anggota Kehormatan.

(3) Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban.

BAB VI

PEMUSYAWARATAN

Pasal 11 (1) Jenis-jenis Permusyawaratan:

a. Musyawarah Nasional (MUNAS);

b. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB); c. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS);

d. Musyawarah Daerah (MUSDA);

e. Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB); f. Rapat Kerja Daerah (RAKERDA)

g. Musyawarah Cabang (MUSCAB);

h. Musyawarah Cabang Luar Biasa (MUSCABLUB); i. Rapat Kerja Cabang (RAKERCAB).

(2) Selain jenis-jenis permusyawaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dewan Pengurus sesuai tingkatan, dapat mengadakan Rapat-Rapat yakni:

a. Rapat Pleno Dewan Pengurus; b. Rapat Harian Dewan Pengurus.

(4)

BAB VII KEPENGURUSAN

Pasal 12 Kepengurusan organisasi PPMI dipegang oleh:

a. Tingkat nasional dipegang oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP). b. Tingkat provinsi dipegang oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD). c. Tingkat kabupaten/kota dipegang oleh Dewan Pengurus Cabang (DPC).

BAB VIII

MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI

Pasal 13

Disetiap tingkatan Dewan Pengurus dibentuk Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO).

BAB IX

PELINDUNG, PENASEHAT DAN PEMBINA

Pasal 14

Pelindung PPMI adalah Menteri/Kepala Instansi yang menangani kepemudaan. Pasal 15

Penasehat PPMI adalah Deputi/Kepala Bidang/Kepala Sub Bidang. Pasal 16

Pembina PPMI adalah Asisten Deputi/ Kepala Seksi/Kepala Seksi.

BAB X

KEUANGAN DAN HARTA BENDA

Pasal 17

(1) Keuangan dan harta benda PPMI dikelola dengan prinsip transparansi, bertanggungjawab, efektif, efesien dan berkelanjutan.

(2) Keuangan dan harta benda PPMI diperoleh dari uang pangkal, iuran anggota, sumbangan anggota, dan usaha-usaha lain yang sah serta tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI

LAMBANG DAN ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 18

Lambang dan atribut organisasi Purna Prakarya Muda Indonesia diatur selanjutnya dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 19

Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan oleh MUNAS dan atau MUNASLUB. Pasal 20

Pembubaran Organisasi hanya dapat dilakukan oleh MUNASLUB.

BAB XIII

PENJELASAN ANGGARAN DASAR, ATURAN TAMBAHAN, DAN PENGESAHAN

Pasal 21

Penjelasan Anggaran Dasar diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 22

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan penjelasan Anggaran Dasar dimuat dalam pedoman, peraturan, dan ketentuan tersendiri yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan penjelasan Anggaran Dasar.

(5)

Pasal 23

(1) Rancangan dan pembahasan Anggaran Dasar PPMI untuk pertama kalinya ditetapkan pada Rapat Kelompok Kerja (POKJA) I Kemah Kesatuan Pemuda Tingkat Nasional yang berbentuk Forum Komunikasi di Bumi Perkemahan dan Wisata Cibubur Jakarta tanggal 25-31 Oktober 1999.

(2) Pengesahan Anggaran Dasar ditetapkan pada MUNAS I PPMI di Jakarta tanggal 4 September 2005.

(3) Pengesahan Anggaran Dasar ditetapkan pada MUNAS II PPMI di Manado, Sulawesi Utara tanggal 7 November 2009.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24 Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal di tetapkan.

(6)

ANGGARAN RUMAH TANGGA PURNA PRAKARYA MUDA INDONESIA

BAB I KEANGGOTAAN

Pasal 1

Anggota Biasa adalah pemuda Indonesia yang telah mengikuti program Pertukaran/Bakti Pemuda Antar Provinsi.

Pasal 2

Anggota Luar Biasa adalah pemuda Indonesia yang telah berpartisipasi aktif secara konsisten dalam mengikuti program dan kegiatan organisasi yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus.

Pasal 3

Anggota Kehormatan adalah individu yang telah berjasa kepada PPMI dan ditetapkan oleh Dewan Pengurus.

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 4

(1) Anggota Biasa memiliki hak suara, hak bicara, hak berpartisipasi, hak memilih, dan dipilih. (2) Anggota Luar biasa memiliki hak bicara dan hak berpartisipasi.

(3) Anggota Kehormatan memiliki hak bicara dan hak berpartisipasi. Pasal 5

Kewajiban anggota adalah:

a. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan organisasi;

b. Menjaga dan menjunjung tinggi etika, sopan, santun, dan moralitas dalam berprilaku dan menjalankan aktivitas organisasi;

c. Tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta berpartisipasi dalam setiap kegiatan organisasi yang sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

d. Menghormati simbol-simbol organisasi;

e. Membayar uang pangkal dan iuran anggota bagi anggota biasa.

BAB III

PERPINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 6

(1) Perpindahan status keanggotaan dari satu daerah (provinsi/kota/kabupaten) ke daerah (provinsi/kota/kabupaten) lain.

(2) Dalam keadaan tertentu, anggota dapat memindahkan status keanggotaannya dari satu daerah (provinsi/kota/kabupaten) ke daerah (provinsi/kota/kabupaten) lain atas persetujuan daerah (provinsi/kota/kabupaten) asalnya.

(3) Untuk memperoleh persetujuan dari daerah (provinsi/kota/kabupaten) asal, maka anggota harus mengajukan permohonan secara tertulis untuk selanjutnya diberikan surat keterangan.

Pasal 7 Anggota dapat diberhentikan karena:

a. Dijatuhi hukuman yang telah berkekuatan hukum tetap.

b. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan organisasi. c. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik organisasi.

d. Permintaan sendiri secara tertulis. e. Meninggal dunia.

(7)

BAB IV SANKSI ANGGOTA

Pasal 8

(1) Sanksi adalah bentuk hukuman sebagai bagian proses penyadaran yang diberikan organisasi kepada anggota yang melalaikan tugas, melanggar ketentuan organisasi, merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi, dan/atau melakukan tindakan kriminal dan tindakan melawan hukum lainnya.

(2) Sanksi dapat berupa teguran, peringatan, skorsing, pemecatan dan atau bentuk lain yang ditentukan oleh Dewan Pengurus.

(3) Anggota yang dikenakan sanksi dapat mengajukan pembelaan di forum yang ditunjuk untuk itu.

BAB V

RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP JABATAN

Pasal 9

(1) Anggota PPMI dapat merangkap menjadi anggota organisasi lain atas sepengetahuan Dewan Pengurus.

(2) Anggota PPMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain di luar organisasi PPMI, harus menyesuaikan tindakannya dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman, Peraturan dan Ketentuan Organisasi lainnya.

(3) Personalia Dewan Pengurus tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan pada jenjang Dewan Pengurus yang berbeda, baik yang lebih rendah maupun yang lebih tinggi tingkatannya (DPP, DPD, dan DPC).

(4) Personalia Dewan Pengurus dapat menjabat menjadi pengurus pada organisasi lain di luar organisasi PPMI atas persetujuan Dewan Pengurus dan harus menyesuaikan tindakannya dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman, Peraturan dan Ketentuan Organisasi lainnya. BAB VI PERMUSYAWARATAN Bagian Kesatu Musyawarah Nasional Pasal 10

(1) Musyawarah Nasional memegang kekuasan tertinggi organisasi. (2) Musyawarah Nasional diadakan 4 (empat) tahun sekali.

(3) Dalam keadaan luar biasa, Musyawarah Nasional dapat diselenggarakan atas inisiatif satu Dewan Pengurus Daerah secara tertulis dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari jumlah Dewan Pengurus Daerah.

Pasal 11 Musyawarah Nasional mempunyai kekuasaan/wewenang:

a. Meminta laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Pusat.

b. Merubah dan menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Garis-garis Besar Haluan Organisasi, dan Pedoman Organisasi lainnya.

c. Memilih dan menetapkan Dewan Pengurus Pusat dengan jalan memilih Ketua Umum.

d. Memilih dan menetapkan Majelis Pertimbangan Organisasi.

e. Membahas dan menetapkan masalah-masalah lainnya yang dianggap penting.

Pasal 12 Tata tertib Musyawarah Nasional:

a. Peserta Musyawarah Nasional terdiri dari Dewan Pengurus Pusat, Utusan/Peninjau Dewan Pengurus Daerah dan Undangan Dewan Pengurus Pusat.

b. Peserta Utusan adalah Dewan Pengurus Daerah yang mempunyai hak suara dan hak bicara.

c. Peserta Peninjau adalah Utusan Dewan Pengurus Daerah yang hanya mempunyai hak bicara.

d. Jumlah Peserta Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.

e. Pimpinan Sidang Musyawarah Nasional dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh Peserta Utusan.

f. Musyawarah Nasional baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Peserta Utusan.

g. Apabila butir (f) tidak terpenuhi maka Musyawarah Nasional di undur selama 1 x 2 jam dan setelah itu dinyatakan sah.

h. Setelah menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan dibahas oleh Musyawarah Nasional, maka Dewan Pengurus Pusat dinyatakan demisioner.

(8)

Bagian Kedua

Musyawarah Nasional Luar Biasa Pasal 13

Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diadakan apabila terjadi pelanggaran terhadap konstitusi oleh Dewan Pengurus Pusat.

Pasal 14

Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan atas inisiatif satu Dewan Pengurus Daerah secara tertulis dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari jumlah Dewan Pengurus Daerah.

Pasal 15

Segala ketentuan tentang Musyawarah Nasional berlaku bagi Musyawarah Nasional Luar Biasa. Bagian Ketiga

Musyawarah Daerah Pasal 16

(1) Musyawarah Daerah memegang kekuasan tertinggi di tingkat daerah. (2) Musyawarah Daerah diadakan 4 (empat) tahun sekali.

(3) Dalam keadaan luar biasa, Musyawarah Daerah dapat diselenggarakan atas inisiatif satu Dewan Pengurus Cabang secara tertulis dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari jumlah Dewan Pengurus Cabang.

Pasal 17 Musyawarah Daerah mempunyai kekuasaan/wewenang;

a. Meminta laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Daerah. b. Memilih Dewan Pengurus Daerah dengan jalan memilih Ketua. c. Memilih dan menetapkan Majelis Pertimbangan Organisasi.

d. Membahas dan menetapkan masalah-masalah lainnya yang dianggap penting. Pasal 18

Tata tertib Musyawarah Daerah:

a. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari Dewan Pengurus Daerah, Utusan/Peninjau Dewan Pengurus Cabang dan Undangan Dewan Pengurus Daerah.

b. Peserta Utusan adalah Dewan Pengurus Cabang, mempunyai hak suara dan hak bicara. c. Peserta Peninjau adalah Utusan Dewan Pengurus Cabang yang hanya mempunyai hak bicara. d. Jumlah Peserta Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah.

e. Pimpinan Sidang Musyawarah Daerah dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh Peserta Utusan.

f. Musyawarah Daerah baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Peserta Utusan.

g. Apabila butir (f) tidak terpenuhi maka Musyawarah Daerah di undur selama 1 x 2 jam dan setelah itu dinyatakan sah.

h. Setelah menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan dibahas oleh Musyawarah Daerah, maka Dewan Pengurus Daerah dinyatakan demisioner.

Bagian Keempat

Musyawarah Daerah Luar Biasa Pasal 19

Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan apabila terjadi pelanggaran terhadap konstitusi oleh Dewan Pengurus Daerah.

Pasal 20

Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diselenggarakan atas inisiatif satu Dewan Pengurus Cabang secara tertulis dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari jumlah Dewan Pengurus Cabang.

Pasal 21

(9)

Bagian Kelima Musyawarah Cabang

Pasal 22

(1) Musyawarah Cabang memegang kekuasan tertinggi di tingkat cabang. (2) Musyawarah Cabang diadakan 4 (empat) tahun sekali.

(3) Dalam keadaan luar biasa, Musyawarah Cabang dapat diselenggarakan atas inisiatif satu orang Anggota Biasa secara tertulis dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari jumlah Anggota Biasa.

Pasal 23 Musyawarah Cabang mempunyai kekuasaan/wewenang:

a. Meminta laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Cabang. b. Memilih Dewan Pengurus Cabang dengan jalan memilih Ketua. c. Memilih dan menetapkan Majelis Pertimbangan Organisasi.

d. Membahas dan menetapkan masalah-masalah lainnya yang dianggap penting. Pasal 24

Tata tertib Musyawarah Cabang:

a. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari Dewan Pengurus Cabang, Anggota dan Undangan Dewan Pengurus Cabang.

b. Peserta Utusan adalah Anggota Biasa, mempunyai hak suara dan hak bicara,

c. Peserta Peninjau adalah Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan yang hanya mempunyai hak bicara.

d. Jumlah Peserta Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pengurus Cabang.

e. Pimpinan Sidang Musyawarah Cabang dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh Peserta Utusan.

f. Musyawarah Cabang baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Peserta Utusan.

g. Apabila butir (f) tidak terpenuhi maka Musyawarah Cabang di undur selama 1 x 2 jam dan setelah itu dinyatakan sah.

h. Setelah menyampaikan laporan pertanggungjawaban dan dibahas oleh Musyawarah Cabang, maka Dewan Pengurus Cabang dinyatakan demisioner.

Bagian Keenam

Musyawarah Cabang Luar Biasa Pasal 25

Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan apabila terjadi pelanggaran terhadap konstitusi oleh Dewan Pengurus Cabang.

Pasal 26

Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diselenggarakan atas inisiatif satu orang Anggota Biasa secara tertulis dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari jumlah Anggota Biasa.

Pasal 27

Segala ketentuan tentang Musyawarah Cabang berlaku bagi Musyawarah Cabang Luar Biasa. Bagian Ketujuh

Rapat Kerja Nasional Pasal 28

(1) Rapat Kerja Nasional diadakan untuk memusyawarahkan rencana strategis pencapaian tujuan organisasi dan Program Kerja Nasional.

(2) Rapat Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) periode kepengurusan.

Pasal 29

Rapat Kerja Nasional mempunyai wewenang merencanakan dan menetapkan: a. Program Kerja Nasional dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

b. Kegiatan nasional secara terpadu, sistematis, dan berkesinambungan sesuai dengan Program Kerja Nasional.

c. Anggaran penerimaan dan pengeluaran kegiatan nasional. d. Masalah-masalah lainnya yang dianggap penting.

(10)

Pasal 30 Tata tertib Rapat Kerja Nasional:

a. Peserta Rapat Kerja Nasional terdiri dari Dewan Pengurus Pusat, Utusan/Peninjau Dewan Pengurus Daerah dan Undangan Dewan Pengurus Pusat.

b. Peserta Utusan adalah Dewan Pengurus Daerah yang mempunyai hak suara dan hak bicara.

c. Peserta Peninjau adalah Utusan Dewan Pengurus Daerah yang hanya mempunyai hak bicara.

d. Jumlah Peserta Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.

e. Pimpinan Sidang Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat.

f. Rapat Kerja Nasional baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Dewan Pengurus Pusat dan Peserta Utusan.

g. Apabila butir (f) tidak terpenuhi maka Rapat Kerja Nasional di undur selama 1 x 2 jam dan setelah itu dinyatakan sah.

Bagian Kedelapan Rapat Kerja Daerah

Pasal 31

(1) Rapat Kerja Daerah diadakan untuk memusyawarahkan rencana strategis pencapaian tujuan organisasi dan Program Kerja Daerah.

(2) Rapat Kerja Daerah diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) periode kepengurusan.

Pasal 32

Rapat Kerja Daerah mempunyai wewenang merencanakan dan menetapkan:

a. Program Kerja Daerah dalam rangka penjabaran dan pelaksanaan program kerja nasional

b. Kegiatan daerah secara terpadu, sistematis, dan berkesinambungan sesuai dengan Program Kerja Daerah.

c. Anggaran penerimaan dan pengeluaran kegiatan daerah. d. Masalah-masalah lainnya yang dianggap penting.

Pasal 33 Tata tertib Rapat Kerja Daerah:

a. Peserta Rapat Kerja Daerah terdiri dari Dewan Pengurus Daerah, Utusan/Peninjau Dewan Pengurus Cabang dan Undangan Dewan Pengurus Daerah.

b. Peserta Utusan adalah Dewan Pengurus Cabang yang mempunyai hak suara dan hak bicara.

c. Peserta Peninjau adalah Utusan Dewan Pengurus Cabang yang hanya mempunyai hak bicara.

d. Jumlah Peserta Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah.

e. Pimpinan Sidang Rapat Kerja Daerah dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah.

f. Rapat Kerja Daerah baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Dewan Pengurus Daerah dan Peserta Utusan.

g. Apabila butir (f) tidak terpenuhi maka Rapat Kerja Daerah di undur selama 1 x 2 jam dan setelah itu dinyatakan sah.

Bagian Kesembilan Rapat Kerja Cabang

Pasal 34

(1) Rapat Kerja Cabang diadakan untuk memusyawarahkan rencana strategis pencapaian tujuan organisasi dan Program Kerja Cabang.

(2) Rapat Kerja Cabang diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) periode kepengurusan.

Pasal 35

Rapat Kerja Cabang mempunyai wewenang merencanakan dan menetapkan:

a. Program Kerja Cabang dalam rangka penjabaran dan pelaksanaan program kerja daerah.

b. Kegiatan cabang secara terpadu, sistematis, dan berkesinambungan sesuai dengan Program Kerja Cabang.

c. Anggaran penerimaan dan pengeluaran kegiatan cabang. d. Masalah-masalah lainnya yang dianggap penting.

(11)

Pasal 36 Tata tertib Rapat Kerja Cabang:

a. Peserta Rapat Kerja Cabang terdiri dari Dewan Pengurus Cabang, Anggota dan Undangan Dewan Pengurus Cabang.

b. Peserta Utusan adalah Anggota Biasa yang mempunyai hak suara dan hak bicara.

c. Peserta Peninjau adalah Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan yang hanya mempunyai hak bicara.

d. Jumlah Peserta Peninjau ditetapkan oleh Dewan Pengurus Cabang.

e. Pimpinan Sidang Rapat Kerja Cabang dipimpin oleh Dewan Pengurus Cabang.

f. Rapat Kerja Cabang baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah Dewan Pengurus Cabang dan Peserta Utusan.

g. Apabila butir (f) tidak terpenuhi maka Rapat Kerja Cabang di undur selama 1 x 2 jam dan setelah itu dinyatakan sah.

BAB VII RAPAT-RAPAT

Pasal 37

(1) Rapat Pleno Dewan Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. (2) Rapat Pleno Dewan Pengurus dihadiri oleh seluruh Personalia Dewan Pengurus.

(3) Fungsi dan wewenang Rapat Pleno Dewan Pengurus:

a. Membahas dan mengevaluasi pelaksanaan program kerja Dewan Pengurus. b. Mengambil kebijakan dan keputusan yang mendasar bagi organisasi.

c. Membahas, mengevaluasi, dan mengkoordinir pelaksanaan-pelaksanaan hasil Musyawarah serta mengevaluasi perkembangan daerah dan dampaknya bagi perkembangan organisasi. d. Membahas masalah-masalah lainnya yang dianggap penting.

Pasal 38

(1) Rapat harian Dewan Pengurus diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. (2) Rapat harian Dewan Pengurus dihadiri oleh Pengurus Harian Dewan Pengurus.

(3) Fungsi dan wewenang Rapat Harian Dewan Pengurus:

a. Membahas dan menjabarkan kebijakan yang ditetapkan Rapat Pleno Dewan Pengurus. b. Mengambil keputusan-keputusan mendesak tentang perkembangan organisasi sehari-hari

yang berkaitan dengan kebijakan organisasi baik interen maupun eksteren. c. Membahas masalah-masalah lainnya yang dianggap penting.

BAB VIII KEPENGURUSAN

Bagian Kesatu Dewan Pengurus Pusat

Pasal 39 Status Dewan Pengurus Pusat:

a. Kepemimpinan tertinggi organisasi.

b. Masa jabatan selama 4 (empat) tahun sejak pelantikan/serah terima jabatan dari Dewan Pengurus Pusat demisioner.

Pasal 40 Personalia Dewan Pengurus Pusat:

(1) Dewan Pengurus Pusat terdiri Pengurus Harian dan Komisi-komisi.

(2) Pengurus Harian terdiri dari seorang Ketua Umum, 7 (tujuh) orang Ketua Bidang, seorang Sekretaris Jenderal, 7 (tujuh) orang Wakil Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara Umum, 2 (dua) orang Wakil Bendahara Umum.

(3) Kriteria menjadi personalia:

a. Bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.

c. Pernah menjadi Dewan Pengurus.

d. Sehat secara jasmani maupun rohani.

e. Tidak menjadi personalia Dewan Pengurus Pusat untuk periode ketiga kalinya kecuali jabatan Ketua Umum.

(12)

(4) Kriteria menjadi Ketua Umum:

a. Bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.

c. Pernah menjadi Dewan Pengurus.

d. Sehat secara jasmani maupun rohani.

e. Mendapatkan rekomendasi atau dukungan secara tertulis dari Dewan Pengurus Daerah ketika mencalonkan diri.

(5) Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat dipilih Pejabat Ketua Umum.

(6) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif adalah:

a. Meninggal dunia.

b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 5 (lima) bulan berturut-turut.

c. Tidak hadir dalam Rapat-rapat Dewan Pengurus Pusat selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

(7) Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis kepada Dewan Pengurus Pusat disertai alasan, bukti, saksi, dan tanda tangan pengusul.

(8) Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Pleno Dewan Pengurus Pusat yang terdekat.

Pasal 41 Tugas dan Wewenang:

a. Menggerakan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman, Peraturan dan Ketentuan Organisasi lainnya.

b. Ketua Umum terpilih dibantu oleh 6 (enam) orang formatur dalam menyusun Kepengurusan Dewan Pengurus Pusat.

c. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Musyawarah Nasional, Personalia Dewan Pengurus Pusat harus sudah dibentuk dan Dewan Pengurus Pusat demisioner segera mengadakan serah terima jabatan dengan Dewan Pengurus Pusat yang baru.

d. Dewan Pengurus Pusat baru dapat menyelenggarakan tugasnya setelah serah terima jabatan dengan Dewan Pengurus Pusat demisioner.

e. Melaksanakan ketetapan-ketetapan Musyawarah Nasional.

f. Menyampaikan ketetapan dan perubahan penting yang berhubungan dengan PPMI kepada aparatur/anggota PPMI.

g. Menyelenggarakan Musyawarah Nasional pada akhir periode.

h. Menyiapkan draft materi Musyawarah Nasional.

i. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban di dalam Musyawarah Nasional.

j. Mengesahkan dan melantik Dewan Pengurus Daerah dengan tetap memperhatikan hasil Musyawarah Daerah.

k. Melakukan reshuffle atau penggantian Personalia Dewan Pengurus Pusat dengan mempertimbangkan keaktifan dalam rapat-rapat, realisasi dan partisipasi dalam program kerja.

l. Memberikan sanksi dan merehabilitasi secara langsung terhadap Personalia Dewan Pengurus Pusat/anggota.

Bagian Kedua Dewan Pengurus Daerah

Pasal 42 Status Dewan Pengurus Daerah:

a. Dewan Pengurus Daerah merupakan suatu kesatuan organisasi yang terbentuk di provinsi se-Indonesia.

b. Masa jabatan selama 4 (empat) tahun sejak pelantikan/serah terima jabatan dari Dewan Pengurus Daerah demisioner.

(13)

Pasal 43 Personalia Dewan Pengurus Daerah:

(1) Dewan Pengurus Daerah terdiri Pengurus Harian dan Komisi-komisi.

(2) Pengurus Harian terdiri dari seorang Ketua, sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Wakil Sekretaris, seorang Bendahara, dan 2 (dua) orang Wakil Bendahara.

(3) Kriteria menjadi personalia:

a. Bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.

c. Pernah menjadi Dewan Pengurus.

d. Sehat secara jasmani maupun rohani.

e. Tidak menjadi personalia Dewan Pengurus Daerah untuk periode ketiga kalinya kecuali jabatan Ketua.

Kriteria menjadi Ketua:

a. Bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.

c. Pernah menjadi Dewan Pengurus.

d. Sehat secara jasmani maupun rohani.

e. Mendapatkan rekomendasi atau dukungan secara tertulis dari Dewan Pengurus Cabang ketika mencalonkan diri.

(4) Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat dipilih Pejabat Ketua. (5) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif adalah:

a. Meninggal dunia.

b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 5 (lima) bulan berturut-turut.

c. Tidak hadir dalam Rapat-rapat Dewan Pengurus Daerah selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

(6) Usulan pemberhentian Ketua harus disampaikan secara tertulis kepada Dewan Pengurus Daerah disertai alasan, bukti, saksi, dan tanda tangan pengusul.

(7) Dalam hal Ketua mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Dewan Pengurus Daerah secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua dalam Rapat Pleno Dewan Pengurus Daerah yang terdekat.

Pasal 44 Tugas dan Wewenang:

a. Menggerakan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman, Peraturan dan Ketentuan Organisasi lainnya.

b. Ketua terpilih dibantu sekurang-kurangnya 4 (empat) orang anggota formatur dalam menyusun kepengurusan Dewan Pengurus Daerah.

c. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Musyawarah Daerah, Personalia Dewan Pengurus Daerah harus sudah dibentuk dan Dewan Pengurus Daerah demisioner segera mengadakan serah terima jabatan dengan Dewan Pengurus Daerah yang baru.

d. Dewan Pengurus Daerah baru dapat menyelenggarakan tugasnya setelah serah terima jabatan dengan Dewan Pengurus Daerah demisioner.

e. Melaksanakan ketetapan-ketetapan Musyawarah Daerah.

f. Menyampaikan ketetapan dan perubahan penting yang berhubungan dengan PPMI kepada aparatur/anggota PPMI.

g. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah pada akhir periode.

h. Menyiapkan draft materi Musyawarah Daerah.

i. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban di dalam Musyawarah Daerah.

j. Mengesahkan dan melantik Dewan Pengurus Cabang dengan tetap memperhatikan hasil Musyawarah Cabang.

k. Melakukan reshuffle atau penggantian Personalia Dewan Pengurus Daerah dengan mempertimbangkan keaktifan dalam rapat-rapat, realisasi dan partisipasi dalam program kerja.

l. Mengukuhkan Anggota Biasa.

m. Memberikan sanksi dan merehabilitasi secara langsung terhadap Personalia Dewan Pengurus Daerah/anggota.

(14)

Bagian Ketiga Dewan Pengurus Cabang

Pasal 45 Status Dewan Pengurus Cabang:

a. Dewan Pengurus Cabang merupakan suatu kesatuan organisasi yang terbentuk di kabupaten/kota.

b. Masa jabatan selama 4 (empat) tahun sejak pelantikan/serah terima jabatan dari Dewan Pengurus Cabang demisioner.

Pasal 46 Personalia Dewan Pengurus Cabang:

(1) Dewan Pengurus Cabang terdiri Pengurus Harian dan Komisi-komisi.

(2) Pengurus Harian terdiri dari seorang Ketua, sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Wakil Sekretaris, seorang Bendahara, 1 (satu) orang Wakil Bendahara.

(3) Kriteria menjadi personalia:

a. Bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.

c. Anggota biasa.

d. Sehat secara jasmani maupun rohani.

e. Tidak menjadi personalia Dewan Pengurus Cabang untuk periode ketiga kalinya kecuali jabatan Ketua.

(4) Kriteria menjadi Ketua:

a. Bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.

c. Pernah menjadi Dewan Pengurus/Anggota Biasa.

d. Sehat secara jasmani maupun rohani.

e. Mendapatkan rekomendasi atau dukungan secara tertulis dari anggota ketika mencalonkan diri.

(5) Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat diplih Pejabat Ketua. (6) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif adalah:

a. Meninggal dunia.

b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 5 (lima) bulan berturut-turut.

c. Tidak hadir dalam Rapat-rapat Dewan Pengurus Cabang selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

(7) Usulan pemberhentian Ketua harus disampaikan secara tertulis kepada Dewan Pengurus Cabang disertai alasan, bukti, saksi, dan tanda tangan pengusul.

(8) Dalam hal Ketua mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Dewan Pengurus Cabang secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua dalam Rapat Pleno Dewan Pengurus Cabang yang terdekat.

Pasal 47 Tugas dan Wewenang:

a. Menggerakan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman, Peraturan dan Ketentuan Organisasi lainnya.

b. Ketua terpilih dibantu 2 (dua) orang anggota formatur dalam menyusun kepengurusan Dewan Pengurus Cabang.

c. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Musyawarah Cabang, Personalia Dewan Pengurus Cabang harus sudah dibentuk dan Dewan Pengurus Cabang demisioner segera mengadakan serah terima jabatan dengan Dewan Pengurus Cabang yang baru.

d. Dewan Pengurus Cabang baru dapat menyelenggarakan tugasnya setelah serah terima jabatan dengan Dewan Pengurus Cabang demisioner.

e. Melaksanakan ketetapan-ketetapan Musyawarah Cabang.

f. Menyampaikan ketetapan dan perubahan penting yang berhubungan dengan PPMI kepada aparatur/anggota PPMI.

g. Menyelenggarakan Musyawarah Cabang pada akhir periode.

h. Menyiapkan draft materi Musyawarah Cabang.

i. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban di dalam Musyawarah Cabang.

j. Melakukan reshuffle atau penggantian Personalia Dewan Pengurus Cabang dengan mempertimbangkan keaktifan dalam rapat-rapat, realisasi dan partisipasi dalam program kerja.

k. Memberikan sanksi dan merehabilitasi secara langsung terhadap Personalia Dewan Pengurus Cabang /anggota.

(15)

BAB IX

MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI

Pasal 48 Status Majelis Pertimbangan Organisasi:

a. Majelis Pertimbangan Organisasi Dewan Pengurus.

b. Masa jabatan selama 4 (empat) tahun sejak pelantikan/serah terima jabatan dari Dewan Pengurus Pusat demisioner.

Pasal 49 Personalia Majelis Pertimbangan Organisasi:

(1) Memilki formasi yang terdiri dari seorang Ketua, seorang Sekretaris, dan beberapa orang anggota.

(2) Berjumlah 9 (sembilan) orang untuk tingkatan DPP, 7 (tujuh) orang untuk tingkatan DPD, 3 (tiga) orang untuk tingkatan DPC.

(3) Kriteria menjadi personalia:

a. Bertaqwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Anggota Biasa.

c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.

d. Pernah menjadi Dewan Pengurus.

e. Sehat secara jasmani maupun rohani.

f. Tidak menjadi personalia Majelis Pertimbangan Organisasi untuk periode ketiga kalinya.

g. Mendapatkan rekomendasi atau dukungan secara tertulis dari Dewan Pengurus dan Anggota Biasa ditingkat Dewan Pengurus Cabang ketika mencalonkan diri.

(4) Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi dipilih dari dan oleh anggota Majelis Pertimbangan Organisasi.

(5) Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat dipilih Pejabat Ketua. (6) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif adalah:

a. Meninggal dunia.

b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 5 (lima) bulan berturut-turut.

c. Tidak hadir dalam Rapat-rapat Majelis Pertimbangan Organisasi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

(7) Usulan pemberhentian Ketua harus disampaikan secara tertulis kepada Majelis Pertimbangan Organisasi disertai alasan, bukti, saksi, dan tanda tangan pengusul.

(8) Dalam hal Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Majelis Pertimbangan Organisasi secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua dalam Rapat Pleno Majelis Pertimbangan Organisasi yang terdekat.

Pasal 50 Tugas dan Wewenang:

a. Melakukan pertimbangan, pengawasan dan penilaian secara kolektif dan korektif terhadap kinerja Dewan Pengurus dalam melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman, Peraturan dan Ketentuan Organisasi lainnya.

b. Dalam hal Dewan Pengurus tidak dapat menyelenggarakan Musyawarah Nasional/Musyawarah Daerah/Musyawarah Cabang selama 6 (enam) bulan setelah habis masa jabatannya, maka Majelis Pertimbangan Organisasi dapat menyelenggarakan Musyawarah Nasional/Musyawarah Daerah/Musyawarah Cabang setelah mendapat persetujuan dari separuh Dewan Pengurus dan Anggota Biasa ditingkat Dewan Pengurus Cabang.

c. Bersidang sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam 1 (satu) periode.

d. Sidang Majelis Pertimbangan Organisasi dianggap sah bila dihadiri oleh minimal separuh anggota Majelis Pertimbangan Organisasi dan dipimpin oleh Ketua.

e. Putusan Majelis Pertimbangan Organisasi diambil secara musyawarah mufakat dan bila tidak dapat dipenuhi dapat diambil melalui suara terbanyak.

BAB X

PELINDUNG, PENASEHAT DAN PEMBINA

Pasal 51

(1) Pelindung Dewan Pengurus Pusat adalah Menteri yang menangani bidang kepemudaan. (2) Pelindung Dewan Pengurus Daerah adalah Kepala Dinas yang menangani bidang kepemudaan. (3) Pelindung Dewan Pengurus Cabang adalah Kepala Dinas/Instansi yang menangani bidang

(16)

Pasal 52

(1) Penasehat Dewan Pengurus Pusat adalah Deputi yang menangani bidang kepemudaan.

(2) Penasehat Dewan Pengurus Daerah adalah Kepala Bidang yang menangani bidang Kepemudaan.

(3) Penasehat Dewan Pengurus Cabang adalah Kepala Bidang yang menangani bidang Kepemudaan.

Pasal 53

(1) Pembina Dewan Pengurus Pusat adalah Asisten Deputi yang menangani bidang Kepemudaan.

(2) Pembina Dewan Pengurus Daerah adalah Kepala Seksi yang menangani bidang Kepemudaan.

(3) Pembina Dewan Pengurus Cabang adalah Kepala Seksi/Kepala Sub Bidang yang menangani bidang Kepemudaan.

BAB XI

KEUANGAN DAN HARTA BENDA

Pasal 54

(1) Besarnya uang pangkal ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah/Cabang. (2) Besarnya iuran anggota ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat.

(3) 25 (dua puluh lima) persen jumlah penerimaan iuran anggota diserahkan kepada Dewan Pengurus Daerah dan Dewan Pengurus Cabang.

BAB XII

LAMBANG DAN ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 55

Lambang dan atribut organisasi PPMI diatur pada ketentuan atribut organisasi.

BAB XIII

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 56

(1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dilakukan oleh Musyawarah Nasional dan atau Musyawarah Nasional Luar Bisa.

(2) Rencana perubahan Anggaran Rumah Tangga disampaikan oleh Dewan Pengurus Pusat kepada Dewan Pengurus Daerah selambat-lambatnya sebulan sebelum Musyawarah Nasional.

BAB XIV PEMBUBARAN

Pasal 57

(1) Pembubaran Organisasi hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional Luar Biasa.

(2) Keputusan pembubaran organisasi sekurang-kurangnya harus disetujui oleh separuh Peserta Utusan Musyawarah Nasional Luar Biasa.

(3) Harta benda organisasi sesudah dibubarkan harus diserahkan kepada Yayasan Amal (yang layak menerima) yang disetujui oleh Peserta Utusan Musyawarah Nasional Luar Biasa.

BAB XV

ATURAN TAMBAHAN

Pasal 58

(1) Struktur kepemimpinan PPMI berkewajiban melakukan sosialisasi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kepada seluruh anggota.

(2) Setiap anggota dianggap telah mengetahui isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini setelah ditetapkan.

(3) Setiap anggota harus mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini dan barang siapa melanggarnya akan dikenakan sanksi-sanksi organisasi sebagaimana yang diatur dalam ketentuan tersendiri.

(4) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dimuat dalam pedoman-pedoman/peraturan-peraturan/ketentuan-ketentuan organisasi tersendiri yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Referensi

Dokumen terkait

(4) PESERTA RAPAT KOORDINASI TINGKAT RAYON ADALAH PENGURUS RAYON FKPPI DENGAN ORGANISASI PENDUKUNGNYA YANG BERADA DITINGKAT RAYON (KELUARGA BESAR FKPPI LAINNYA TINGKAT RAYON)..

Musyawarah Nasional ( MUNAS ) MTRI wilayah Indonesia.. Peserta Penuh terdiri dari Dewan Pembina, Penasehat, Pengurus dan seluruh anggota MTRI wilayah Indonesia. b)

Anggota Luar Biasa adalah perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat 3 dalam Anggaran Dasar ini yang berskala Nasional atau Internasional yang terdaftar langsung pada

(1) Musyawarah Cabang menetapkan susunan dan keanggotaan Dewan Pembina DPC yang sekurang-kurangnya berjumlah 3 orang dan terdiri atas pejabat daerah

Pergantian antar waktu Ketua Majelis Tuha Peut Aceh Partai dilakukan oleh Majelis Musyawarah tingkat Aceh dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) anggota

Apabila setelah 3 (tiga) bulan masa bakti Dewan Pimpinan Daerah berakhir tidak diselenggarakan Musyawarah Daerah tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan Dewan Pimpinan

Perubahan Anggaran Dasar dapat dilakukan melalui Musyawarah Besar Seluruh Anggota ASURA yang dihadiri oleh sekurang kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Anggota yang hadir ,dengan

Dilakukan pada musyawarah besar mahasiswa Jurusan Teknik Industri dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pengurus HMJ-TI Fakultas Teknologi Industri