• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI TUNIKATA Polycarpa aurata SEBAGAI SUMBER INOKULUM JAMUR ENDOSIMBION PENGHASIL ANTIMIKROBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POTENSI TUNIKATA Polycarpa aurata SEBAGAI SUMBER INOKULUM JAMUR ENDOSIMBION PENGHASIL ANTIMIKROBA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 1

POTENSI TUNIKATA Polycarpa aurata SEBAGAI SUMBER INOKULUM

JAMUR ENDOSIMBION PENGHASIL ANTIMIKROBA

Arafah Nurfadillah1, Magdalena Litaay1*, Risco G. Budji1, Nur Haedar1

1Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 *Email: mlitaay@fmipa.unhas.ac.id

ABSTRACT

The research on “Potency of tunicate Polycarpa aurata as a source of inoculum of endosymbiont fungal that produces antimicrobial” had been done. The research aimed to know the potency of tunicate as a source of inoculum fungal endosymbiont and to characterize isolate symbiont fungal tunicate P.aurata. Tunicate sample was collected from Barrang Lompo waters of Makassar, South Sulawesi. Isolation of endosymbiont fungi tunicate P. aurata was performed using Potato Dextrose Agar medium (PDA). The characterization of isolate fungal endosymbiont from tunicate P. aurata consist of macroscopic and microscopic observation by simple staining and activity testing against phatogenic microbes Salmonella thypi and Candida albicans. There is one isolate was isolated from intestine of tunicate, named PY1. The result of macroscopic and microscopic observation indicated that isolate was suspected to belong to the genus Saccharomyces. Isolate was able to inhibit the growth of pathogenic microbes, which was bacteriocide to

Salmonella typhi and fungicide to Candidaalbicans.

Key word: Ascidian, Polycarpa aurata, Endosymbiont fungus, Antimicrobial. PENDAHULUAN

Laut merupakan salah satu sumber kekayaan biologi dan kimia. Salah satu sumber kekayaan biologi dan kimia dapat diperoleh dari organisme laut. Beberapa

dekade terakhir, jumlah penelitian

senyawa bioaktif hasil isolasi dari

organisme laut meningkat secara cepat dan sekarang telah ditemukan ratusan senyawa baru setiap tahunnya. Senyawa bioaktif tersebut diekstraksi dari berbagai jenis invertebrata laut, salah satunya yaitu tunikata (Ananthan and Balasubramanian, 2009; Nofiani, 2008).

Menurut Brusca (2002), tunikata

dibagi dalam empat kelas yakni:

Ascidiacea, Thaliacea, Apendicularia

(Larvacea) dan Sorberacea. Jika

dibandingkan dengan seluruh hewan invertebrata, tunikata adalah yang paling dekat dengan hewan vertebrata karena mempunyai bagian tulang belakang seperti duri dan tabung saraf yang dimiliki saat masih larva, oleh karena itu tunikata dimasukan dalam filum Chordata (Colin & Arneson, 1995; Erdmann, 2004). Tunikata yang ada di terumbu karang, diketahui mengandung senyawa kimia yang berguna sebagai bahan antibiotik, anti tumor, anti inflamasi, imunosupresan dan antikanker.

Salah satu senyawa anti kanker dari tunikata yang sudah cukup dikenal adalah

(2)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 2 ecteinascidin 743 (ET-743) yang diisolasi

pertama kali dari tunikata Ecteinascidin turbinate yang sudah dikembangkan di Uni Eropa dengan nama Yondelis®, dan digunakan untuk terapi sarcoma pada jaringan lunak (Carter and Keam, 2007).

Tunikata diketahui dapat

berasosiasi dengan bakteri laut dan jamur laut (marine derivated fungi). Pada tahun 2004, dilaporkan 20 senyawa baru dari jamur laut yang telah diisolasi dari tunikata. Beberapa senyawa baru dari jamur laut yang berasosiasi dengan tunikata adalah phitolides A-D (jamur

Phytomyces sp. yang berasosiasi dengan

Oxycorynia fascicularis), oxepinamides A-C (jamur Acremonium sp. yang berasosiasi

dengan Ecteinascidia turbinate) dan

yanuthone A-E (jamur Aspergilus niger

yang berasosiasi dengan Aplidium sp.)

yang diketahui berpotensi sebagai

antiinflamasi dan antimikroba (Bugni and Ireland, 2004; Saleem et al., 2007; Wang

et al., 1997).

Salah satu contoh tunikata yang banyak ditemukan di perairan Indonesia, khususnya di Kepulauan Spermonde adalah Polycarpa aurata. Tunikata ini memiliki ciri khas bertubuh agak keras serta berwarna biru dan kuning. Beberapa

penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa tunikata Polycarpa

aurata kaya akan senyawa bioaktif,

diantaranya yakni: polycarpine;

polycarpaurine A, B, C; serta

polucarpathiamines A dan B (Abas et al., 1996; Radchenko et al., 1997; Wang et al., 2007; Pham et al., 2013).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian isolasi dan karakterisasi jamur simbion tunikata

Polycarpa aurata asal perairan Pulau Barrang Lompo sebagai sumber inokulum jamur penghasil senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antimikroba khususnya mikroba patogen pada manusia.

METODE PENELITIAN

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas peralatan untuk sampling dan peralatan laboratorium. Peralatan yang digunakan untuk sampling adalah masker, fins, snorkel, wet suit, dan

coolbox. Sedangkan peralatan dalam laboratorium adalah autoklaf, cawan petri, deck glass, objek glass, gelas ukur, gelas kimia, botol vial, batang pengaduk, sendok tanduk, enkas, erlenmeyer, inkubator, lampu spiritus, mikroskop listrik, neraca ohaus, ose bulat, swab cotton, oven, sentrifuse, shaker, tabung reaksi, hot plate, spoit, rak tabung reaksi, pipet tetes,

pipet skala spektrofotometer, jangka

sorong dan timbangan analitik.

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tunikata Polycarpa aurata, aquadest, air laut steril, alkohol 70 %, plastik sampel, minyak emersi, paper

(3)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 3

disc, medium PDA (Potato Dextrose

Agar), medium SDA (Sabouraud Dextrose Agar), medium Nutrient Agar (NA), medium PDB (Potato Dextrose Broth),

methylen blue, aluminium foil,

chloramphenicol, ketoconazol, mikroba uji (Candida albicans dan Salmonella thypi), NaCl 0,9 % dan spritus.

Pengambilan Sampel Polycarpa aurata

Pengambilan sampel tunikata P. aurata dilakukan di perairan Pulau

Barrang Lompo, Makassar pada

kedalaman 2-10 m dengan SCUBA. Sesudah diangkat dari permukaan laut, selanjutnya dibersihkan menggunakan air laut steril 2-5 kali. Kemudian dimasukkan ke dalam plastik sampel, selanjutnya

dibawa ke laboratorium dengan

menggunakan coolbox. Isolasi Jamur Endosimbion

Tunikata yang telah dibersihkan dibelah dan diambil bagian ususnya,

kemudian dipotong kecil-kecil dan

ditanam di atas medium PDA yang telah memadat. Kemudian diinkubasi selama 5-7 x 24 jam pada suhu 35-7 oC. Koloni jamur yang tumbuh dan berbeda, kemudian dipindahkan ke cawan petri berisi medium

PDA. Isolat jamur yang diperoleh

selanjutnya dimurnikan dengan metode

gores menggunakan ose bulat pada media

PDA hingga didapat koloni murni. Koloni yang sudah dimurnikan, dipindahkan ke

tabung reaksi yang berisi medium PDA miring dan disimpan sebagai stok kultur untuk persiapan uji selanjutnya.

Kultur Jamur Endosimbion

Isolat jamur pada Potato Dextrose

Agar, kemudian diambil dan

diinokulasikan pada media PDB (Potato Dextrose Broth) 50 ml dan dishaker pada kecepatan 120 rpm selama 2 x 24 jam. Peremajaan Mikroba Uji

Mikroba uji yang digunakan yaitu

Salmonella thypi dan Candida albicans yang berasal dari biakan murni, masing-masing diambil sebanyak satu ose lalu diinokulasikan dengan metode gores pada medium Nutrient Agar (NA) miring untuk bakteri dan medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA) miring untuk jamur lalu diinkubasi pada suhu 37 selama 1-2 x 24 jam.

Pembuatan Suspensi Mikroba Uji

Masing-masing mikroba uji dari agar miring disuspensikan dengan bantuan larutan NaCl fisiologis 0,9% steril. Suspensi kemudian dituang ke dalam cuvet berdiameter 13 mm. Penentuan kepadatan suspensi biakan diatur sehingga diperoleh

pengenceran yang diharapkan pada

panjang gelombang 580 mm yang memliki transmitan 25% (setara dengan kepadatan 108) terhadap blanko NaCl 0,9% steril

dengan menggunakan alat

(4)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 4 Uji Aktivitas (Noverita, dkk., 2009).

Pengujian dilakukan secara in vitro

dengan metode difusi agar yang

menggunakan paper disc berukuran 5 mm. Medium Nutrien Agar (NA) steril dan medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dalam erlenmeyer didinginkan hingga

suhu 40-45 . Kemudian dituangkan

suspensi mikroba uji secara aseptis ke

dalamnya sebanyak 1 ml, lalu

dihomogenkan dan dituang pada beberapa cawan petri dan dibiarkan memadat.

Beberapa lembar paper disc steril masing-masing direndam selama 15 menit dalam suspensi isolat jamur simbion tunikata P. Aurata, suspensi ketoconazol (kontrol positif untuk jamur patogen), suspensi chloramphenicol (kontrol positif untuk bakteri patogen) dan medium PDB (kontrol negatif). Paper disc tersebut kemudian diletakkan secara aseptis dengan pinset steril pada permukaan medium dengan jarak paper disc satu dengan yang lain 2 cm. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 selama 1-2 x 24 jam dan diukur daerah hambatannya menggunakan jangka sorong.

Identifikasi Isolat Jamur Endosimbion

a. Pengamatan Makroskopis (Intani,

2014).

Pengamatan karakter makroskopis dilihat berdasarkan kenampakan koloni yang tumbuh pada medium PDA yang

meliputi; warna koloni, bentuk tepi koloni, elevasi, permukaan koloni dan tekstur koloni.

b. Pengamatan Mikroskopis (Intani,

2014).

Pengamatan karakter mikroskopis

dilakukan dengan menggunakan

mikroskop dan zar warna untuk melihat

bentuk sel. Pengamatan secara

mikroskopis dilakukan dengan cara

membuat preparat biakan di atas kaca

objek yang telah diwarnai dengan

methylen blue, kemudian ditutup dengan cover glass dan ditetesi minyak emersi. Analisis Data

Data diperoleh dari hasil uji aktivitas dan pengamatan morfologi jamur endosimbion tunikata P. aurata yang dianalisis secara deskriptif yang diolah dalam bentuk tabel dan gambar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi jamur simbion tunikata P. aurata yang berasal dari perairan Pulau Barrang Lompo, Makassar diperoleh satu isolat. Dari lima titik potongan usus yang tersebar pada medium Potato Dextrose Agar (PDA), hanya satu titik yang ditumbuhi oleh jamur yakni titik a pada

inkubasi 7x24 jam. Isolat tersebut

kemudian dimurnikan dan diberi kode PY1. Hasil inokulasi tunikata P. aurata

pada medium agar dapat dilihat pada Gambar 1.

(5)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 5

Gambar 1. Hasil inokulasi tunikata P.

aurata pada medium agar pada inkubasi 7x24 jam.

Jamur yang tumbuh tersebut

kemudian diinokulasikan pada medium yang sama untuk mendapatkan isolat murni. Hasil pemurnian isolat jamur simbion tunikata P. aurata diinokulasikan pada medium agar miring sebagai stok murni untuk karakterisasi makroskopis dan mikroskopis serta persiapan uji aktivitas. Karakterisasi Isolat Jamur

1. Pengamatan Makroskopis Isolat Jamur Simbion Polycarpa aurata

Hasil pengamatan makroskopis isolat jamur simbion tunikata P. aurata

yang dimurnikan pada medium PDA berdasarkan warna, bentuk, tepi, tekstur, dan elevasi koloni yakni: koloni berbentuk oval, berwarna putih susu, bertepi rata, elevasi cembung dan bertekstur licin. Pertumbuhan isolat PY1 pada medium cair yang dirotasi terjadi perubahan warna media dari bening menjadi keruh dan isolat PY1 yang diinokulasikan pada medium cair tanpa dirotasi terbentuk

endapan putih di dasar tabung sehingga tergolong khamir fermentatif, sedangkan isolat PY1 yang diinokulasikan pada

medium padat memperlihatkan

pertumbuhan berupa bercak putih susu yang licin.

Berdasarkan hasil pengamatan

makroskopis terhadap isolat PY1 dapat disimpulkan bahwa isolat PY1 tergolong

khamir, dimana khamir merupakan

mikroorganisme golongan jamur (fungi) yang berbentuk uniseluler, struktur selnya

lebih kompleks daripada bakteri,

berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri, bereproduksi dengan budding, tidak mempunyai flagela atau organ lain untuk bergerak (Putranto dkk, 2010). Menurut Gandjar dkk (1999), khamir yang dinokulasikan pada medium cair tanpa digoyang akan menunjukkan pertumbuhan berupa kekeruhan medium yang makin lama akan mengendap sebagai lapisan putih pada dasar tabung dan khamir yang diinokulasikan pada medium cair dengan

digoyang menunjukkan pertumbuhan

berupa kekeruhan medium yang makin lama makin keruh dibandingkan keadaan medium awal, sedangkan khamir yang diinokulasikan pada medium padat tanpa

penggoyangan akan menunjukkan

pertumbuhan berupa bercak-bercak licin agak basah pada permukaan medium. Bentuk pertumbuhan khamir pada medium cair ada dua yakni: pertumbuhan oksidatif a b c d e PY1

(6)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 6 dan pertumbuhan fermentatif. Khamir

oksidatif tumbuh membentuk lapisan (film) atau pelikel pada biakan cair, sedangkan khamir fermentatif biasanya tumbuh di seluruh cairan/membentuk endapan (Jumiyati dkk, 2012).

2. Pengamatan Mikroslopis Isolat Jamur Tunikata Polycarpa aurata

Pengamatan mikroskopis jamur merupakan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop untuk melihat bentuk sel dari jamur. Hasil pengamatan mikroskopis isolat jamur PY1 terlihat sel berbentuk oval.

Berdasarkan hasil pengamatan

mikroskopis dan makroskopis dan mengacu pada buku The Yeast A Taxonomic Study

(Kreger, 1987) ciri yang ditunjukkan oleh Isolat PY1 diduga berasal dari Genus

Saccharomyces.

Uji Aktivitas Isolat Jamur Endosimbion Uji aktivitas dilakukan untuk melihat kemampuan isolat PY1 dalam

menghambat pertumbuhan mikroba

patogen dengan menggunakan metode difusi agar terhadap bakteri Salmonella thypi dan jamur Candida albicans. Hasil uji aktivitas antimikroba dari isolat PY1 terhadap mikroba patogen diperlihatkan pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pada inkubasi 1x24 jam isolat PY1 memiliki diameter hambatan sebesar 17,35

mm terhadap S. thypi dan 13,85 mm terhadap C. albicans, sedangkan pada

inkubasi 2x24 jam isolat PY1

menunjukkan diameter hambatan sebesar 17,95 mm terhadap S. thypi dan 14,35 mm terhadap C. albicans. Kontrol (+) bakteri menghambat 32,55 mm pada inkubasi 1x24 jam dan 33,45 mm pada inkubasi 2x24 jam, sedangkan kontrol (+) jamur menghambat sebesar 22,5 mm pada inkubasi 1x24 jam dan 22,75 mm pada inkubasi 2x24 jam; dan untuk kontrol (-) tidak mampu menghambat pertumbuhan

bakteri dan jamur uji. Dari hasil

pengamatan diameter hambatan diatas, maka isolat PY1 dikatakan berpotensi sebagai antimikroba dimana isolat PY1 bersifat bakteriosidal terhadap S. thypi dan bersifat fungisidal terhadap C. albicans. Hal ini terlihat dari ukuran diameter hambatannya yang meningkat setelah inkubasi 2x24 jam. Antimikroba yang bersifat membunuh bakteri dikenal sebagai bakteriosidal sedangkan yang membunuh jamur disebut fungisidal (Ganiswarna, 1995). Besar kecilnya daerah hambatan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

laju pertumbuhan mikroorganisme,

kemampuan dan laju difusi bahan aktif pada medium, kepekaan mikroorganisme terhadap zat aktif serta ketebalan dan

viskositas medium (Cappucino and

(7)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 7

Tabel 1. Hasil pengukuran diameter hambatan isolat jamur simbion tunikata P. aurata

setelah dishaker selama 2x24 jam dengan waktu inkubasi 1x24 jam dan 2x24 jam

No Nama Isolat Diameter Hambatan (mm) 1x24 Jam 2x24 Jam Salmonella thypi Candida albicans Salmonella thypi Candida albicans 1 PY1 17,35 13,85 17,95 14,35 2 Kontrol (+) 32,55 22,5 33,45 22,75 3 Kontrol (-) - - - -

Keterangan: Kontrol (+) = Chloramphenicol (bakteri) dan Ketoconazol (Jamur) Kontrol (-) = Medium PDB

Menurut Roostita (2004), senyawa antimikrobial khamir yang telah diketahui berupa asam-asam organik dan protein.

Asam-asam yang dihasilkan khamir

tersebut memiliki sifat antimikroba

sehingga menghambat pertumbuhan

bakteri dan khamir. Berdasarkan hasil dari

beberapa penelitian, pada umumnya

mikroorganisme yang hidup dengan cara

berasosiasi dengan organisme laut

menunjukkan potensi besar dalam sekresi

metabolit sekunder yang bersifat

antimikroba.

Mikroorganisme yang berasosiasi

dengan inangnya akan memproduksi

senyawa bioaktif yang sama secara struktural dan fungsional dengan senyawa

bioaktif yang diproduksi inangnya

Tunikata merupakan salah satu inang dari

jamur laut (marine derivated fungi). Beberapa senyawa baru dari jamur laut yang berasosiasi dengan tunikata adalah

phitolides A-D (jamur Phytomyces sp.

yang berasosiasi dengan Oxycorynia

fascicularis), oxepinamides A-C (jamur

Acremonium sp. yang berasosiasi dengan

Ecteinascidia turbinate) dan yanuthone A-E (jamur Aspergilus niger yang berasosiasi dengan Aplidium sp.) yang diketahui

berpotensi sebagai antiinflamasi dan

antimikroba (Bugni and Ireland, 2004; Saleem et al., 2007).

Beberapa hasil penelitian

sebelumnya menyatakan bahwa tunikata

Polycarpa aurata kaya akan senyawa bioaktif, diantaranya yakni: polycarpine;

polycarpaurine A-C; serta

(8)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 8 1996; Amstrong et al, 2001; Radchenko et

al., 1997; Wang et al., 2007; Pham et al., 2013).

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Tunikata Polycarpa aurata berpotensi sebagai sumber inokulum jamur simbion.

2. Terdapat satu isolat jamur simbion tunikata Polycarpa aurata (PY1) yang

tergolong dalam Genus

Saccharomyces.

3. Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh

jamur simbion tunikata Polycarpa

aurata berpotensi dalam menghambat

pertumbuhan mikroba patogen,

dimana bersifat bakteriosidal terhadap

Salmonella thypi dan fungisidal terhadap Candida albicans.

DAFTAR PUSTAKA

Abas, S. A., M. Bilayet H, D. van der H, and J. Francis (1996), Alkaloids

from the Tunicate Polycarpa

aurata from Chuuk Atoll. J. Org.

Chem. [Internet] April 19, 1996,

61 (8), pp 2709-2712. Available

from: http://www.pubfacts.com

[Accessed 03rd November 2014]. Amstrong, E., L. Yan, K. G. Boyd, P. C.

Wright and J. G. Burgess (2001), “The Symbiotic role of Marine Microbes on Living surfaces”,

Hydrobiologia, 461:37-40.

Ananthan, M. M. K. G. and T.

Balasubramanian (2009),

“Antimicrobial Activity of Crude

Extracts of Some Ascidians

(Urochordata : Ascidiacea) from Palk Strait, (Southeast Coast of India)”, World J. Fish and Marine Sci., 1 (4) : 262-267.

Brusca, R C. 2002. Invertebrates 2nd:

Other Deuterostomes -

Chaethognatha, Urochordata,

Hemichordata. Sinauer Associates, Sunderland. 936 hlm.

Bugni T. S., and C. Ireland (2004),

“Marine-derived fungi: A

Chemically and Biologically

Diverse Group of

Microorganisms”, Nat. Prod. Rep.,

21:143-63.

Cappucino, J. G and N. Sherman (2001),

Microbiology: A Laboratory

Manual, 6th Edition. Benjamin-Cummings Publishing company, San Fransisco. 447 hlm.

Carter, N. J. and S. Keam (2007), Trabectedin: A review of its use in the management of soft tissue sarcoma and ovarian cancer, Drugs [Internet] 16th October 2007, 67,

2257-2276. Available from:

http://www.pubfacts.com [Accessed 25th October 2014]. Colin, P.L. and C. Arneson (1995),

Tropical Pacific Invertebrates: A

Field guide to the marine

invertebrates occurring on tropical pacific coral reefs, sea grass beds and mangrove, Coral Reef Press, California. pp 296.

Erdmann, A. M. (2004), A Natural History Guide To Komodo National Park, The natural conservancy, Indonesia coastal and marine program. pp 228.

(9)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 9 Gandjar, I., W. Sjamsuridzal dan A. Oetari

(1999), Mikologi Dasar dan

Terapan, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal 42-43.

Intani, D. W. (2014), “Isolasi dan Identifikasi Khamir Berdasarkan

Karakteristik Morfologi dan

Fisiologis”, Laporan Biologi

Khamir, FMIPA ITS.

Jumiyati, H. S. Bintari dan I. Mubarok (2012), “Isolasi dan Identifikasi Khamir Secara Morfologi di Tanah

Kebun Wisata Pendidikan

Universitas Negeri Semarang”,

Biosantifika. 4(1) (2012) 27-35. Kreger, R. N. J. W. (1987), The Yeast A

Taxonomic Study, Elsevier Science Publisher BV., Amsterdam. 1098 Hlm.

Nofiani, R. (2008), Urgensi dan

Mekanisme Biosistesis Metabolit

Sekunder Mikroba Laut. Jurnal

Natur Indonesia10 (2).120-125. Noverita, D., Fitria dan E. Sinaga (2009),

“Isolasi dan Uji Aktivitas

Antibakteri Jamur Endofit dari

Daun dan Rimpang Zingiber

ottensii Val”, Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4, No. 4. pp 171-176.

Pham, C. D., H. Weber, R. Hartmann, V. Wray, W. Lin, D. Lai, and P. Proksch (2013) New Cytotoxic 1,2,4-Thiadiazole Alkaloids from the Ascidian Polycarpa aurata,

Org. Lett. [Internet] 12th April

2013, 15 (9), pp 2230-2233.

Available from:

http://www.pubfacts.com [Accessed 15th October 2014]. Putranto, W. S., R. L. Balia, O.

Rachmawan dan E. Wulandari.

(2010), “Isolasi Yeast dari Daging dan Potensinya sebagai Agen

Biopreservasi dan Pewarna

Makanan”, Jurnal Ilmu Ternak, Juni 2010, Vol. 10 No. 1, 21-25. Radchenko, O. S., V. L. Novikov, R. H.

Willis, P. T. Murphy and G. B. Elyakov (1997) “Synthesis of polycarpine, a cytotoxic

sulfur-containing alkaloid from the

ascidian Polycarpa aurata, and related compounds”, Tetrahedron Letters. 38 (20) pp 3581-3584. Roostita, L B (2004), “Potensi dan

Prospek Yeast (khamir) dalam

Meningkatkan Diversifikasi

Pangan di Indonesia”, Pidato

Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pangan. Fakultas

Peternakan Universitas

Padjadjaran. Bandung.

Saleem, M., Ali, M.S, Hussain, S., Jabbar, A., Ashraf, M., and Y. S. Lee. (2007) Marine natural products of fungal origin. Nat. Prod. Rep. [Internet] October 2007, 24: 1142–

1152. Available from:

Http://www.pubfacts.com [Accessed 29th October 2014]. Wang, G. Y.S., B. M. Borgeson and P.

Crews (1997), Phitolides A-D,

polyketides from a Marine

Tunicate-derived Culture of

Phytomyces sp. Tetrahedron

Letters. [Internet] 8th December

1997. 38(49) pp 8449-8452.

Available from:

http://www.sciencedirect.com [Accessed 1st November 2014] Wang, W., T. Oda, A. Fujita, R. E. P.

Mangindaan, T. Nakazawa, K. Ukai, H. Kobayashi and M. Namikoshi (2007) Three New

Sulfur-containing Alkaloids,

Polycarpaurines A, B and C, from an Indonesian Ascidian Polycarpa

(10)

Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 10

aurata. Tetrahedron. [Internet] 8th January 2007. Vol. 63 (2):

409-412. Available from:

http://www.sciencedirect.com [Akses 1 Nopember 2014]

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi/Tugas Akhir : Sistem Deteksi Level Infus pada Pasien Menggunakan Load Cell Berbasis NodeMCU Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulis Skripsi/Tugas

Kajian ini bertujuan untuk menghasilkan Modul Pembelajaran Kendiri Pengajian Kejuruteraan Mekanikal Mekanik (MPKPKM Mekanik) yang memenuhi tahap keperluan pelajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1 Kepala Madrasah Aliyah Miftahul Falah Capang memiliki sikap tanggung jawab, disiplin dan memiliki perilaku dan kepribadian baik dalam memimpin,

Laba dan beban pajak yang rendah dapat menyebabkan nilai ETR juga semakin rendah, dengan demikian dapat dinyatakan semakin besar sales growth maka tingkat tax avoidance suatu

dengan mempertimbangkan serta meminimumkan salah satu objektif pengeluaran yang digunakan semasa penjanaan jadual dalam situasi sebenar, iaitu jumlah masa pemasangan PCB pada

Penelitian ini menyebutkan bahwa gejala depresi yang paling umum dialami oleh warga binaan perempuan adalah kesedihan (gejala kognitif), kecemasan (gejala afektif)

bertambah ketika terjadi perubahan beban pada motor dc. Kita bias lihat hasilnya pada gambar 15. Pada set point 70 terlihat bahwa sistem sudah tidak mampu menjaga kecepatan

1) Peneliti terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan serta memberikan motivasi kepada siswa