Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 1
POTENSI TUNIKATA Polycarpa aurata SEBAGAI SUMBER INOKULUM
JAMUR ENDOSIMBION PENGHASIL ANTIMIKROBA
Arafah Nurfadillah1, Magdalena Litaay1*, Risco G. Budji1, Nur Haedar1
1Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 *Email: mlitaay@fmipa.unhas.ac.id
ABSTRACT
The research on “Potency of tunicate Polycarpa aurata as a source of inoculum of endosymbiont fungal that produces antimicrobial” had been done. The research aimed to know the potency of tunicate as a source of inoculum fungal endosymbiont and to characterize isolate symbiont fungal tunicate P.aurata. Tunicate sample was collected from Barrang Lompo waters of Makassar, South Sulawesi. Isolation of endosymbiont fungi tunicate P. aurata was performed using Potato Dextrose Agar medium (PDA). The characterization of isolate fungal endosymbiont from tunicate P. aurata consist of macroscopic and microscopic observation by simple staining and activity testing against phatogenic microbes Salmonella thypi and Candida albicans. There is one isolate was isolated from intestine of tunicate, named PY1. The result of macroscopic and microscopic observation indicated that isolate was suspected to belong to the genus Saccharomyces. Isolate was able to inhibit the growth of pathogenic microbes, which was bacteriocide to
Salmonella typhi and fungicide to Candidaalbicans.
Key word: Ascidian, Polycarpa aurata, Endosymbiont fungus, Antimicrobial. PENDAHULUAN
Laut merupakan salah satu sumber kekayaan biologi dan kimia. Salah satu sumber kekayaan biologi dan kimia dapat diperoleh dari organisme laut. Beberapa
dekade terakhir, jumlah penelitian
senyawa bioaktif hasil isolasi dari
organisme laut meningkat secara cepat dan sekarang telah ditemukan ratusan senyawa baru setiap tahunnya. Senyawa bioaktif tersebut diekstraksi dari berbagai jenis invertebrata laut, salah satunya yaitu tunikata (Ananthan and Balasubramanian, 2009; Nofiani, 2008).
Menurut Brusca (2002), tunikata
dibagi dalam empat kelas yakni:
Ascidiacea, Thaliacea, Apendicularia
(Larvacea) dan Sorberacea. Jika
dibandingkan dengan seluruh hewan invertebrata, tunikata adalah yang paling dekat dengan hewan vertebrata karena mempunyai bagian tulang belakang seperti duri dan tabung saraf yang dimiliki saat masih larva, oleh karena itu tunikata dimasukan dalam filum Chordata (Colin & Arneson, 1995; Erdmann, 2004). Tunikata yang ada di terumbu karang, diketahui mengandung senyawa kimia yang berguna sebagai bahan antibiotik, anti tumor, anti inflamasi, imunosupresan dan antikanker.
Salah satu senyawa anti kanker dari tunikata yang sudah cukup dikenal adalah
Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 2 ecteinascidin 743 (ET-743) yang diisolasi
pertama kali dari tunikata Ecteinascidin turbinate yang sudah dikembangkan di Uni Eropa dengan nama Yondelis®, dan digunakan untuk terapi sarcoma pada jaringan lunak (Carter and Keam, 2007).
Tunikata diketahui dapat
berasosiasi dengan bakteri laut dan jamur laut (marine derivated fungi). Pada tahun 2004, dilaporkan 20 senyawa baru dari jamur laut yang telah diisolasi dari tunikata. Beberapa senyawa baru dari jamur laut yang berasosiasi dengan tunikata adalah phitolides A-D (jamur
Phytomyces sp. yang berasosiasi dengan
Oxycorynia fascicularis), oxepinamides A-C (jamur Acremonium sp. yang berasosiasi
dengan Ecteinascidia turbinate) dan
yanuthone A-E (jamur Aspergilus niger
yang berasosiasi dengan Aplidium sp.)
yang diketahui berpotensi sebagai
antiinflamasi dan antimikroba (Bugni and Ireland, 2004; Saleem et al., 2007; Wang
et al., 1997).
Salah satu contoh tunikata yang banyak ditemukan di perairan Indonesia, khususnya di Kepulauan Spermonde adalah Polycarpa aurata. Tunikata ini memiliki ciri khas bertubuh agak keras serta berwarna biru dan kuning. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa tunikata Polycarpa
aurata kaya akan senyawa bioaktif,
diantaranya yakni: polycarpine;
polycarpaurine A, B, C; serta
polucarpathiamines A dan B (Abas et al., 1996; Radchenko et al., 1997; Wang et al., 2007; Pham et al., 2013).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian isolasi dan karakterisasi jamur simbion tunikata
Polycarpa aurata asal perairan Pulau Barrang Lompo sebagai sumber inokulum jamur penghasil senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antimikroba khususnya mikroba patogen pada manusia.
METODE PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas peralatan untuk sampling dan peralatan laboratorium. Peralatan yang digunakan untuk sampling adalah masker, fins, snorkel, wet suit, dan
coolbox. Sedangkan peralatan dalam laboratorium adalah autoklaf, cawan petri, deck glass, objek glass, gelas ukur, gelas kimia, botol vial, batang pengaduk, sendok tanduk, enkas, erlenmeyer, inkubator, lampu spiritus, mikroskop listrik, neraca ohaus, ose bulat, swab cotton, oven, sentrifuse, shaker, tabung reaksi, hot plate, spoit, rak tabung reaksi, pipet tetes,
pipet skala spektrofotometer, jangka
sorong dan timbangan analitik.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tunikata Polycarpa aurata, aquadest, air laut steril, alkohol 70 %, plastik sampel, minyak emersi, paper
Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 3
disc, medium PDA (Potato Dextrose
Agar), medium SDA (Sabouraud Dextrose Agar), medium Nutrient Agar (NA), medium PDB (Potato Dextrose Broth),
methylen blue, aluminium foil,
chloramphenicol, ketoconazol, mikroba uji (Candida albicans dan Salmonella thypi), NaCl 0,9 % dan spritus.
Pengambilan Sampel Polycarpa aurata
Pengambilan sampel tunikata P. aurata dilakukan di perairan Pulau
Barrang Lompo, Makassar pada
kedalaman 2-10 m dengan SCUBA. Sesudah diangkat dari permukaan laut, selanjutnya dibersihkan menggunakan air laut steril 2-5 kali. Kemudian dimasukkan ke dalam plastik sampel, selanjutnya
dibawa ke laboratorium dengan
menggunakan coolbox. Isolasi Jamur Endosimbion
Tunikata yang telah dibersihkan dibelah dan diambil bagian ususnya,
kemudian dipotong kecil-kecil dan
ditanam di atas medium PDA yang telah memadat. Kemudian diinkubasi selama 5-7 x 24 jam pada suhu 35-7 oC. Koloni jamur yang tumbuh dan berbeda, kemudian dipindahkan ke cawan petri berisi medium
PDA. Isolat jamur yang diperoleh
selanjutnya dimurnikan dengan metode
gores menggunakan ose bulat pada media
PDA hingga didapat koloni murni. Koloni yang sudah dimurnikan, dipindahkan ke
tabung reaksi yang berisi medium PDA miring dan disimpan sebagai stok kultur untuk persiapan uji selanjutnya.
Kultur Jamur Endosimbion
Isolat jamur pada Potato Dextrose
Agar, kemudian diambil dan
diinokulasikan pada media PDB (Potato Dextrose Broth) 50 ml dan dishaker pada kecepatan 120 rpm selama 2 x 24 jam. Peremajaan Mikroba Uji
Mikroba uji yang digunakan yaitu
Salmonella thypi dan Candida albicans yang berasal dari biakan murni, masing-masing diambil sebanyak satu ose lalu diinokulasikan dengan metode gores pada medium Nutrient Agar (NA) miring untuk bakteri dan medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA) miring untuk jamur lalu diinkubasi pada suhu 37 selama 1-2 x 24 jam.
Pembuatan Suspensi Mikroba Uji
Masing-masing mikroba uji dari agar miring disuspensikan dengan bantuan larutan NaCl fisiologis 0,9% steril. Suspensi kemudian dituang ke dalam cuvet berdiameter 13 mm. Penentuan kepadatan suspensi biakan diatur sehingga diperoleh
pengenceran yang diharapkan pada
panjang gelombang 580 mm yang memliki transmitan 25% (setara dengan kepadatan 108) terhadap blanko NaCl 0,9% steril
dengan menggunakan alat
Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 4 Uji Aktivitas (Noverita, dkk., 2009).
Pengujian dilakukan secara in vitro
dengan metode difusi agar yang
menggunakan paper disc berukuran 5 mm. Medium Nutrien Agar (NA) steril dan medium Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dalam erlenmeyer didinginkan hingga
suhu 40-45 . Kemudian dituangkan
suspensi mikroba uji secara aseptis ke
dalamnya sebanyak 1 ml, lalu
dihomogenkan dan dituang pada beberapa cawan petri dan dibiarkan memadat.
Beberapa lembar paper disc steril masing-masing direndam selama 15 menit dalam suspensi isolat jamur simbion tunikata P. Aurata, suspensi ketoconazol (kontrol positif untuk jamur patogen), suspensi chloramphenicol (kontrol positif untuk bakteri patogen) dan medium PDB (kontrol negatif). Paper disc tersebut kemudian diletakkan secara aseptis dengan pinset steril pada permukaan medium dengan jarak paper disc satu dengan yang lain 2 cm. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 selama 1-2 x 24 jam dan diukur daerah hambatannya menggunakan jangka sorong.
Identifikasi Isolat Jamur Endosimbion
a. Pengamatan Makroskopis (Intani,
2014).
Pengamatan karakter makroskopis dilihat berdasarkan kenampakan koloni yang tumbuh pada medium PDA yang
meliputi; warna koloni, bentuk tepi koloni, elevasi, permukaan koloni dan tekstur koloni.
b. Pengamatan Mikroskopis (Intani,
2014).
Pengamatan karakter mikroskopis
dilakukan dengan menggunakan
mikroskop dan zar warna untuk melihat
bentuk sel. Pengamatan secara
mikroskopis dilakukan dengan cara
membuat preparat biakan di atas kaca
objek yang telah diwarnai dengan
methylen blue, kemudian ditutup dengan cover glass dan ditetesi minyak emersi. Analisis Data
Data diperoleh dari hasil uji aktivitas dan pengamatan morfologi jamur endosimbion tunikata P. aurata yang dianalisis secara deskriptif yang diolah dalam bentuk tabel dan gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi jamur simbion tunikata P. aurata yang berasal dari perairan Pulau Barrang Lompo, Makassar diperoleh satu isolat. Dari lima titik potongan usus yang tersebar pada medium Potato Dextrose Agar (PDA), hanya satu titik yang ditumbuhi oleh jamur yakni titik a pada
inkubasi 7x24 jam. Isolat tersebut
kemudian dimurnikan dan diberi kode PY1. Hasil inokulasi tunikata P. aurata
pada medium agar dapat dilihat pada Gambar 1.
Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 5
Gambar 1. Hasil inokulasi tunikata P.
aurata pada medium agar pada inkubasi 7x24 jam.
Jamur yang tumbuh tersebut
kemudian diinokulasikan pada medium yang sama untuk mendapatkan isolat murni. Hasil pemurnian isolat jamur simbion tunikata P. aurata diinokulasikan pada medium agar miring sebagai stok murni untuk karakterisasi makroskopis dan mikroskopis serta persiapan uji aktivitas. Karakterisasi Isolat Jamur
1. Pengamatan Makroskopis Isolat Jamur Simbion Polycarpa aurata
Hasil pengamatan makroskopis isolat jamur simbion tunikata P. aurata
yang dimurnikan pada medium PDA berdasarkan warna, bentuk, tepi, tekstur, dan elevasi koloni yakni: koloni berbentuk oval, berwarna putih susu, bertepi rata, elevasi cembung dan bertekstur licin. Pertumbuhan isolat PY1 pada medium cair yang dirotasi terjadi perubahan warna media dari bening menjadi keruh dan isolat PY1 yang diinokulasikan pada medium cair tanpa dirotasi terbentuk
endapan putih di dasar tabung sehingga tergolong khamir fermentatif, sedangkan isolat PY1 yang diinokulasikan pada
medium padat memperlihatkan
pertumbuhan berupa bercak putih susu yang licin.
Berdasarkan hasil pengamatan
makroskopis terhadap isolat PY1 dapat disimpulkan bahwa isolat PY1 tergolong
khamir, dimana khamir merupakan
mikroorganisme golongan jamur (fungi) yang berbentuk uniseluler, struktur selnya
lebih kompleks daripada bakteri,
berukuran 5-10 kali lebih besar dari bakteri, bereproduksi dengan budding, tidak mempunyai flagela atau organ lain untuk bergerak (Putranto dkk, 2010). Menurut Gandjar dkk (1999), khamir yang dinokulasikan pada medium cair tanpa digoyang akan menunjukkan pertumbuhan berupa kekeruhan medium yang makin lama akan mengendap sebagai lapisan putih pada dasar tabung dan khamir yang diinokulasikan pada medium cair dengan
digoyang menunjukkan pertumbuhan
berupa kekeruhan medium yang makin lama makin keruh dibandingkan keadaan medium awal, sedangkan khamir yang diinokulasikan pada medium padat tanpa
penggoyangan akan menunjukkan
pertumbuhan berupa bercak-bercak licin agak basah pada permukaan medium. Bentuk pertumbuhan khamir pada medium cair ada dua yakni: pertumbuhan oksidatif a b c d e PY1
Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 6 dan pertumbuhan fermentatif. Khamir
oksidatif tumbuh membentuk lapisan (film) atau pelikel pada biakan cair, sedangkan khamir fermentatif biasanya tumbuh di seluruh cairan/membentuk endapan (Jumiyati dkk, 2012).
2. Pengamatan Mikroslopis Isolat Jamur Tunikata Polycarpa aurata
Pengamatan mikroskopis jamur merupakan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop untuk melihat bentuk sel dari jamur. Hasil pengamatan mikroskopis isolat jamur PY1 terlihat sel berbentuk oval.
Berdasarkan hasil pengamatan
mikroskopis dan makroskopis dan mengacu pada buku The Yeast A Taxonomic Study
(Kreger, 1987) ciri yang ditunjukkan oleh Isolat PY1 diduga berasal dari Genus
Saccharomyces.
Uji Aktivitas Isolat Jamur Endosimbion Uji aktivitas dilakukan untuk melihat kemampuan isolat PY1 dalam
menghambat pertumbuhan mikroba
patogen dengan menggunakan metode difusi agar terhadap bakteri Salmonella thypi dan jamur Candida albicans. Hasil uji aktivitas antimikroba dari isolat PY1 terhadap mikroba patogen diperlihatkan pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pada inkubasi 1x24 jam isolat PY1 memiliki diameter hambatan sebesar 17,35
mm terhadap S. thypi dan 13,85 mm terhadap C. albicans, sedangkan pada
inkubasi 2x24 jam isolat PY1
menunjukkan diameter hambatan sebesar 17,95 mm terhadap S. thypi dan 14,35 mm terhadap C. albicans. Kontrol (+) bakteri menghambat 32,55 mm pada inkubasi 1x24 jam dan 33,45 mm pada inkubasi 2x24 jam, sedangkan kontrol (+) jamur menghambat sebesar 22,5 mm pada inkubasi 1x24 jam dan 22,75 mm pada inkubasi 2x24 jam; dan untuk kontrol (-) tidak mampu menghambat pertumbuhan
bakteri dan jamur uji. Dari hasil
pengamatan diameter hambatan diatas, maka isolat PY1 dikatakan berpotensi sebagai antimikroba dimana isolat PY1 bersifat bakteriosidal terhadap S. thypi dan bersifat fungisidal terhadap C. albicans. Hal ini terlihat dari ukuran diameter hambatannya yang meningkat setelah inkubasi 2x24 jam. Antimikroba yang bersifat membunuh bakteri dikenal sebagai bakteriosidal sedangkan yang membunuh jamur disebut fungisidal (Ganiswarna, 1995). Besar kecilnya daerah hambatan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
laju pertumbuhan mikroorganisme,
kemampuan dan laju difusi bahan aktif pada medium, kepekaan mikroorganisme terhadap zat aktif serta ketebalan dan
viskositas medium (Cappucino and
Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 7
Tabel 1. Hasil pengukuran diameter hambatan isolat jamur simbion tunikata P. aurata
setelah dishaker selama 2x24 jam dengan waktu inkubasi 1x24 jam dan 2x24 jam
No Nama Isolat Diameter Hambatan (mm) 1x24 Jam 2x24 Jam Salmonella thypi Candida albicans Salmonella thypi Candida albicans 1 PY1 17,35 13,85 17,95 14,35 2 Kontrol (+) 32,55 22,5 33,45 22,75 3 Kontrol (-) - - - -
Keterangan: Kontrol (+) = Chloramphenicol (bakteri) dan Ketoconazol (Jamur) Kontrol (-) = Medium PDB
Menurut Roostita (2004), senyawa antimikrobial khamir yang telah diketahui berupa asam-asam organik dan protein.
Asam-asam yang dihasilkan khamir
tersebut memiliki sifat antimikroba
sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri dan khamir. Berdasarkan hasil dari
beberapa penelitian, pada umumnya
mikroorganisme yang hidup dengan cara
berasosiasi dengan organisme laut
menunjukkan potensi besar dalam sekresi
metabolit sekunder yang bersifat
antimikroba.
Mikroorganisme yang berasosiasi
dengan inangnya akan memproduksi
senyawa bioaktif yang sama secara struktural dan fungsional dengan senyawa
bioaktif yang diproduksi inangnya
Tunikata merupakan salah satu inang dari
jamur laut (marine derivated fungi). Beberapa senyawa baru dari jamur laut yang berasosiasi dengan tunikata adalah
phitolides A-D (jamur Phytomyces sp.
yang berasosiasi dengan Oxycorynia
fascicularis), oxepinamides A-C (jamur
Acremonium sp. yang berasosiasi dengan
Ecteinascidia turbinate) dan yanuthone A-E (jamur Aspergilus niger yang berasosiasi dengan Aplidium sp.) yang diketahui
berpotensi sebagai antiinflamasi dan
antimikroba (Bugni and Ireland, 2004; Saleem et al., 2007).
Beberapa hasil penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa tunikata
Polycarpa aurata kaya akan senyawa bioaktif, diantaranya yakni: polycarpine;
polycarpaurine A-C; serta
Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 8 1996; Amstrong et al, 2001; Radchenko et
al., 1997; Wang et al., 2007; Pham et al., 2013).
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Tunikata Polycarpa aurata berpotensi sebagai sumber inokulum jamur simbion.
2. Terdapat satu isolat jamur simbion tunikata Polycarpa aurata (PY1) yang
tergolong dalam Genus
Saccharomyces.
3. Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh
jamur simbion tunikata Polycarpa
aurata berpotensi dalam menghambat
pertumbuhan mikroba patogen,
dimana bersifat bakteriosidal terhadap
Salmonella thypi dan fungisidal terhadap Candida albicans.
DAFTAR PUSTAKA
Abas, S. A., M. Bilayet H, D. van der H, and J. Francis (1996), Alkaloids
from the Tunicate Polycarpa
aurata from Chuuk Atoll. J. Org.
Chem. [Internet] April 19, 1996,
61 (8), pp 2709-2712. Available
from: http://www.pubfacts.com
[Accessed 03rd November 2014]. Amstrong, E., L. Yan, K. G. Boyd, P. C.
Wright and J. G. Burgess (2001), “The Symbiotic role of Marine Microbes on Living surfaces”,
Hydrobiologia, 461:37-40.
Ananthan, M. M. K. G. and T.
Balasubramanian (2009),
“Antimicrobial Activity of Crude
Extracts of Some Ascidians
(Urochordata : Ascidiacea) from Palk Strait, (Southeast Coast of India)”, World J. Fish and Marine Sci., 1 (4) : 262-267.
Brusca, R C. 2002. Invertebrates 2nd:
Other Deuterostomes -
Chaethognatha, Urochordata,
Hemichordata. Sinauer Associates, Sunderland. 936 hlm.
Bugni T. S., and C. Ireland (2004),
“Marine-derived fungi: A
Chemically and Biologically
Diverse Group of
Microorganisms”, Nat. Prod. Rep.,
21:143-63.
Cappucino, J. G and N. Sherman (2001),
Microbiology: A Laboratory
Manual, 6th Edition. Benjamin-Cummings Publishing company, San Fransisco. 447 hlm.
Carter, N. J. and S. Keam (2007), Trabectedin: A review of its use in the management of soft tissue sarcoma and ovarian cancer, Drugs [Internet] 16th October 2007, 67,
2257-2276. Available from:
http://www.pubfacts.com [Accessed 25th October 2014]. Colin, P.L. and C. Arneson (1995),
Tropical Pacific Invertebrates: A
Field guide to the marine
invertebrates occurring on tropical pacific coral reefs, sea grass beds and mangrove, Coral Reef Press, California. pp 296.
Erdmann, A. M. (2004), A Natural History Guide To Komodo National Park, The natural conservancy, Indonesia coastal and marine program. pp 228.
Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 9 Gandjar, I., W. Sjamsuridzal dan A. Oetari
(1999), Mikologi Dasar dan
Terapan, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal 42-43.
Intani, D. W. (2014), “Isolasi dan Identifikasi Khamir Berdasarkan
Karakteristik Morfologi dan
Fisiologis”, Laporan Biologi
Khamir, FMIPA ITS.
Jumiyati, H. S. Bintari dan I. Mubarok (2012), “Isolasi dan Identifikasi Khamir Secara Morfologi di Tanah
Kebun Wisata Pendidikan
Universitas Negeri Semarang”,
Biosantifika. 4(1) (2012) 27-35. Kreger, R. N. J. W. (1987), The Yeast A
Taxonomic Study, Elsevier Science Publisher BV., Amsterdam. 1098 Hlm.
Nofiani, R. (2008), Urgensi dan
Mekanisme Biosistesis Metabolit
Sekunder Mikroba Laut. Jurnal
Natur Indonesia10 (2).120-125. Noverita, D., Fitria dan E. Sinaga (2009),
“Isolasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Jamur Endofit dari
Daun dan Rimpang Zingiber
ottensii Val”, Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4, No. 4. pp 171-176.
Pham, C. D., H. Weber, R. Hartmann, V. Wray, W. Lin, D. Lai, and P. Proksch (2013) New Cytotoxic 1,2,4-Thiadiazole Alkaloids from the Ascidian Polycarpa aurata,
Org. Lett. [Internet] 12th April
2013, 15 (9), pp 2230-2233.
Available from:
http://www.pubfacts.com [Accessed 15th October 2014]. Putranto, W. S., R. L. Balia, O.
Rachmawan dan E. Wulandari.
(2010), “Isolasi Yeast dari Daging dan Potensinya sebagai Agen
Biopreservasi dan Pewarna
Makanan”, Jurnal Ilmu Ternak, Juni 2010, Vol. 10 No. 1, 21-25. Radchenko, O. S., V. L. Novikov, R. H.
Willis, P. T. Murphy and G. B. Elyakov (1997) “Synthesis of polycarpine, a cytotoxic
sulfur-containing alkaloid from the
ascidian Polycarpa aurata, and related compounds”, Tetrahedron Letters. 38 (20) pp 3581-3584. Roostita, L B (2004), “Potensi dan
Prospek Yeast (khamir) dalam
Meningkatkan Diversifikasi
Pangan di Indonesia”, Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pangan. Fakultas
Peternakan Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Saleem, M., Ali, M.S, Hussain, S., Jabbar, A., Ashraf, M., and Y. S. Lee. (2007) Marine natural products of fungal origin. Nat. Prod. Rep. [Internet] October 2007, 24: 1142–
1152. Available from:
Http://www.pubfacts.com [Accessed 29th October 2014]. Wang, G. Y.S., B. M. Borgeson and P.
Crews (1997), Phitolides A-D,
polyketides from a Marine
Tunicate-derived Culture of
Phytomyces sp. Tetrahedron
Letters. [Internet] 8th December
1997. 38(49) pp 8449-8452.
Available from:
http://www.sciencedirect.com [Accessed 1st November 2014] Wang, W., T. Oda, A. Fujita, R. E. P.
Mangindaan, T. Nakazawa, K. Ukai, H. Kobayashi and M. Namikoshi (2007) Three New
Sulfur-containing Alkaloids,
Polycarpaurines A, B and C, from an Indonesian Ascidian Polycarpa
Submit to Jurnal Alam dan Lingkungan 2015 10
aurata. Tetrahedron. [Internet] 8th January 2007. Vol. 63 (2):
409-412. Available from:
http://www.sciencedirect.com [Akses 1 Nopember 2014]