• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Dan Faktor Penghambat Kesadaran Hukum Dan Hak Asasi Manusia Siswa Di Sekolah Menengah Atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kompetensi Dan Faktor Penghambat Kesadaran Hukum Dan Hak Asasi Manusia Siswa Di Sekolah Menengah Atas"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Kompetensi Dan Faktor Penghambat Kesadaran Hukum Dan Hak Asasi Manusia Siswa Di Sekolah Menengah Atas

Dr. Akmal, SH, M.Si

Jurusan Ilmu Sosial Politik FIS UNP, Jalan Prof.DR.Hamka Air Tawar, Padang Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi tingkat kompetensi siswa terhadap hukum dan HAM cukup memadai. Sedangkan kedua (2) faktor penghambat kesadaran hukum dan HAM siswa terdiri faktor internal dan eksternal peserta didik, (3) pengaruh semua variabel terhadap kesadaran hukum dan HAM siswa.. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Prosedur penelitian yang digunakan adalah design and development research. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan langkah-langkah pembelajaran yang efektif dan tepat dalam meningkatkan kompetensi bidang keahlian guru PPKn, agar SMA sebagai pencetak generasi muda menjadi yang taat asas, konsisten berpikir dan bertindak, sebagai calon intelektual yang akan berfikir secara konseptor, mampu meningkatkan daya saing sekolah untuk memasuki perguruan tinggi dan dunia kerja serta penanggulangan paham radikalisme dan terorisme.. Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa tingkat kompetensi siswa terhadap hukum dan HAM cukup memadai, sedangkan tingkat pelangggaran hukum, kesusilaan, kesopanan, dan pelanggaran norma agama dan adat terjadi peningkatan. Untuk faktor penghambat kesadaran hokum dan HAM siswa terdiri faktor internal (yang bersumber dari diri siswa yang tidak mampu mengendalikan diri) dan eksternal peserta didik (pengaruh lingkungan beradanya siswa). Kesimpulan kompetensi siswa berada pada aspek kognisi dan lemah pada tataran efeksi dan skil sebagai advokasi dan mediasi kasus hukum dan HAM. Faktor penghambat dari dalam diri siswa, kurangnya kemampuan mengendalikan diri, sedangkan dari luar adalah pengaruh lingkungan siswa berada. Rekomendsai adalah perlu dilatihkan dan ditanamkan afeksi kesadaran hukum dan HAM termasuk skil sebagai advokasi dan mediasi. Untuk faktor penghambat perlu perhatian khusus dari guru dan wali murid untuk siswa yang bernmasalah dengan hukum dan HAM.

Kata Kunci: Tingkat Pemahaman, Kesadaran Hukum dan HAM, Kompetensi Siswa, Faktor Penghambat, Pembelajaran PPKn SMA.

A. PENDAHULUAN

Tantangan yang dihadapi generasi muda Indonesia pada umur SLTA khususnya siswa SMA adalah kurang memahami hokum yang berlaku dan kesadaran akan hak asasi munusia, sehingga tidak taat asas, tidak konsisten, sering melanggar kesepakatan bersama, dan yang paling berbahaya mudah masuk pada pemikiran-pemikiran yang melawan hukum seperti kekerasan, anti agama, radikalisme, terorisme, dan paham-pahammyang bertentanagn dengan hukum nasional, agama, dan hukum adat sebagai nilai kearifan lokal. Tujuan pendidikan Indonesia tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga cerdas spritual, emosional dan kepribadian.

Asep Saefuddin dalam Rusman (2010) menyatakan bahwa tuntutan lulusan sekolah seluruh starata, sedang dan akan terus menghadapi tantangan persaingan dunia kerja yang semakin ketat dan kompleks. Dunia kerja secara objektif akan menuntut suberdaya manusia yang profesional, berketerampilan (skillful), kreatif, inovatif, mampu bekerjasama (cooperative) dalam tim, cepat, tepat, berkemampuan berkomunikasi yang baik secara lisan dan tulisan. Untuk itu nilai jual atau manfaat apa yang diperoleh siswa selesai mengikuti pembelajaran harus jelas dan dapat dipakai di dunia kerja. Tugas ini diberikan kepada guru sebagai pengampu mata pelajaran PPKN.

Menurut BNSP (2011) kompetensi yang diharapkan dalam dunia pendidikan: berfikir kritis, bekerjasama dan berkomunikasi, pembaharuan, dan kontektual dalam melihat daya saing bangsa, dengan berpijak pada wawasan kebangsaan. Pendidikan kesadaran hukum dan HAM dalam matapelajaran PPKn diharapkan punya kemampuan mengatasi masalah dengan tidak melawan

(2)

hukum, cerdas dalam mencari solusi, taat asas, dan konsisten. Secara khusus tujuan pendidikan hukum dan HAM melalui matapelajaran PPKn adalah: (1) kepatuhan pada hukum, taat asas, (2) kecintaan pada tanah air, (3) memiliki kemampuan kepada penguasaan nilai sejarah perjuangan bangsa, (4) kemampaun berfikir lintas sektoral (tidak ego sektoral). (5) menghormati dan menghargai orang lain, dan (5) kemampuan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional jo UU No.14 Tahun 2005 bahwa tujuan pembelajaran hukum dan HAM dalam PPKn adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa, bertanggunjawab, dan lainya. Sedangkan tujuan PPKn dalam kurikulum sekolah adalah menjadi manusia yang dapat melansungkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembelajaran CE (Civic Education) atau Pendidikan Kewarganegaraan, Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai kompetensi utamanya menuntut terjadinya kemampuan siswa sebagai seorang yang pahm akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, investigasi, advokasi, dan menyelesaikan kasus-kasus CE, hukum, HAM biasa dan menganalisis kasus kehidupan nyata seperti kebebasan pers, cara berorganisasi, dan semua aspek kehidupan nyata. Siswa tidak hanya memahami teori-teori dan konsep pemikiran tentang CE, hukum dan HAM, tetapi dituntut juga memahami aplikasi teoritisi dalam kehidupan nyata, sehingga siswa punya kesadaran CE, hukum dan HAM dan berbuat untuk penegakan hukum dan HAM di Indonesia. Tujuan utama pembelajaran adalah memberikan pengetahuan tentang konsep CE, hukum dan HAM, pembagian, fungsi, dan peranan hukum dan HAM di Indonesia, sehingga pemahaman sesuai dengan RPP yang sudah ditetapkan tim guru. Dengan Standar Kompetensi yang diharapkan siswa mampu memahami, dan menerapkan konsep-konsep CE, hukum dan HAM dalam menganalisis tentang kasus, dan mempunyai keterampilan dalam strategi sebagai seorang investigator dan melakukan advokasi, dan penyelesaian sengketa seluk beluk kasus di tingkat daerah dan nasional (Kurikulum PPKn, 2013). Kurikulum 2013 menekan pada pengembangan potensi diri siswa agar menjadi manusia utuh.

Keterburukan bangsa pada generasi muda hari ini adalah tidak taat asas dan tidak patuh pada hukum dan HAM, dimana pemahaman hukum dan HAM belum dipahami melalui kewajiban menghormati hak orang lain, hukum yang berlaku, sistem sosial, nilai agama, dan ketertiban umum (International Human Rights Law, ICPCR and ICECR, 2005). Penyakit peserta didik dapat idetifikasi melalui pendekatan Telaahan Hukum untuk membangun kemampuan kesadaran hukum dan HAM siswa, antara lain:

 siswa konsisten (tetap bertahan) atau berubah (tidak konsisten), tergantung dari hasil atau argumentasi yang terjadi pada tahap sintax. Jika argumen siswa kuat, mungkin konsisten. Jika tidak, mungkin siswa mengubah sikapnya (posisinya) yang didukung argumen yang jelas.  pengujian asumsi faktual yang mendasari sikap yang diambil siswa. Dalam tahap ini guru

mendiskusikan apakah argumentasi yang digunakan untuk mendukung pernyataan sikap tersebut relevan dan saih (valid).

Pembelajaran yang konstruktif diperlukan, yang menyediakan pembelajaran dalam situasi problem yang nyata bagi siswa sehingga dapat melahirkan pengetahuan yang bersifat permanen, menjadikan peserta didik yang inovatif, kreatif, menghormati teman sejawat, mencari kebenaran dengan objektif, ada dasar hukum, patuh hukum dan menghormati hak asasi manusia, serta mampu mengintegrasikan masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan kepribadian terbangun secara terintegrasi (Joice, 1996).

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengidentifikasi tingkat kompetensi siswa terhadap hukum dan HAM cukup memadai. (2) untuk mengetahui faktor penghambat kesadaran hokum dan HAM siswa dikaji dari faktor internal dan eksternal peserta didik., dan (3) pengaruh semua variabel terhadap kesadaran hukum dan HAM siswa. agar diperoleh langkah-langkah pembelajaran yang efektif dan tepat dalam meningkatkan kompetensi dan kesadaran hukum dan HAM peserta didik, mapan dalam konsep/teori, terampil dalam menyelesaikan kasus-kasus yang diungkap, taat hukum, taat asas.

(3)

Manfaat Penelitian

a. Mengembangkan kesadaran hukum yang tinggi dan berkualitas bagi di siswa SMA melalui model pembelajaran kompetensi keahlian kesadaran hukum dan HAM yang dapat diterapkan di semua SMA di Indonesia.

b. Bahan kajian dan masukan untuk menjadi kebijakan bagi pemerintah dan masyarakat pendidikan di Indonesia untuk meningkatkan kompetensi kesadaran hukum dan HAM di kalangan siswa guna meningkatkan kedisplinan siswa, ketaatan pada hukum dan HAM, konsisten, sehingga kekerasan siswa dan benturan sosial dapat diatasi seperti radikalisme dan terorisme.

c. Bagi peserta didik, dapat mengembangkan kompetensi kesadaran hukum dan HAM,sehingga potensi diri siswa menjadi manusia utuh, punya kecerdasan intelektual (kognisi), kecerdsan sosial, emosional, dan kecerdasan spiritual dalam memecahkan setiap persoalan kehidupan pribadi, masyarakat bangsa dan Negara.

Urgensi Penelitian

Tujuan pendidikan di SMA dapat mengembangan potensi diri siswa menjadi manusia utuh, punya pengetahuan, keterampilan, dan perubah sikap atau perilaku yang positif. Khusus untuk PPKn yaitu mampu menyelesaikan masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat bangsa dan bernegara. Menjadi manusia yang berkharakter Pancasilais, dan Agamawan, dalam pembelajaran ini juga dilatihkan cara investigasi, advokasi, kemampuan sebagai mediator yang profesional. Peserta didik menjadi warga negara yang memahami hak dan kewajiban dalam semua aspek kehidupan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa yang dihasilkan belum memenuhi harapan seperti: (1) tidak punya wawasan yang baik dalam mengungkap atau memecahkan masalah yang muncul dalam masyarakat, bangsa dan negara, (2) sering prayudis (sakwasangka), tanpa didukung dengan data mengambil putusan, (3) mudah dimanfaat oleh kelompok tertentu seperti radikalisme dan terorisme atau kelompom lain yang menyimpang dari sebagai warga negara yang baik. Hasil penelitian Akmal (2013) banyak guru mengajar hukum dan HAM pada bidang studi PPKn dengan menekankan kognisi (pengetahuan), menghafal konsep, teori, tidak ada ruang perubahan sikap seperti memecahan masalah, kasus, mencari solusi dalam penyelasaian masalah.

Ketidakpatuhan siswa terhadap hukum dan HAM terlihat pada pelanggaran regulasi yang dibuat sekolah, terutama menyangkut disiplin belajar siswa di SMA terutama menyangkut peraturan dan tata tertib sekolah (Hasil penelitian Akmal (2013), Sufyarma M (2003), Pusham UNP dan Komnas HAM Perwakilna Sumbar (2010). Pelanggaran kedisiplinan siswa realitasnya terlihat dalam bentuk: (1) kepatuhan pada peraturan dan tata tertib siswa, seperti tercantum dalam “Peraturan dan Tata Tertib Siswa” di semua SMA dengan mengelompokan atas pelanggaran berat, sedang, dan ringan, (2) menghormati dan taat pada keputusan, perintah atau peraturan yang ditetapkan, seperti osis, mejelis guru, wali kelas, dan pimpinan sekolah, (3) komit terhadap kesepakatan bersama, baik yang dibuat kelompok belajar, kelas, dan sekolah, (4) keteraturan dalam pembelajaran, seperti kehadiran, pembuatan tugas, (5) keteraturan dan sistimatika dalam berpikir dan berbuat, yang tercermin dalam diskusi, bertanya dan menjawab (6) melaksanakan peran sebagai siswa baik di sekolah, keluarga, dan masyarakat (7) kemampuan mengendalikan diri dalam bersikap dan berperilaku, dan (8) penghormatan dan kecintaan pada lembaga seperti kelas, sekolah, keluarga, dan organisasi (Osis). Realitas disiplin siswa belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan seperti terlihat pada penjelasan tabel berikut:

Tabel 1: Realitas Kesadaran Hukum dan HAM Melalaui Disiplin Siswa SMA Kota Padang

No Kelompok SMA Bentuk Pelanggaran Sanksi Jumlah 1 SMA Kelompok A Terhadap guru, teman, dan

sekolah, Surat perjanjian 24

2 SMA Kelompok B Terhadap guru, teman, dan

sekolah, Surat perjanjiandan pindah 63 3 SMA Kelompok C Terhadap guru, teman, dan

sekolah, Surat perjanjian,pindah, dan dikeluarkan

86 Sumber: Pengelohan Data Badan Akriditasi Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar 2014

(4)

Ketentuam klasifikasi SMA oleh Dinas Pendidkan Provinsi Sumatera Barat berdasarkan penilaian nilai angka akreditasi kelembagaan dalam memenuhi standarisasi. Ternyata ada kaitan antara peringkat akriditasi kelembagaan dengan disiplin siswa, kecencerungan pelanggaran disiplin terjadi terhadap guru adalah seperti keterlambatan dalam pembuatan tugas yang diberikan guru, kehadiran, ancaman pada guru karena posisi orang tua yang dibanggakan siswa. Terhadap teman seperti penyelesaian tugas-tugas kelompok, terlibat tawuran, pemerasan, mencelakakan teman, dan pengambilan hak teman. Pelanggaran terhadap sekolah seperti seperti terlambat datang ke sekolah dan saat pertukaran jam pelajaran, cabut dalam PBM, duduk di warung saat jam pelajaran, memalsukan surat izin, dan mengunakan HP waktu belajar, merokok dalam lingkungan sekolah, membawa barang terlarang seperti gambar porno, dan kedisplinan pakaian seperti tidak pakai atribut sekolah, bahan dan model pakaian tidak sesuai dengan aturan sekolah, begitu juga sepatu dan kaus kaki. Untuk SMA kelompok B ditambah dengan pelanggaran seperti tidak ikut upacara bendera, kultum hari Jumat,

class meeting, dan MOS. Kemudian kelompok C ditambah dengan kecenderungan melanggar disiplin lingkungan sekolah seperti merusak sarana dan prasarana sekolah, membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak melakukan tugas piket, dan menggangu masyarakat sekitar sekolah.

Untuk lebih jelasnya kondisi perkembangan data tingkat disiplin siswa terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2: Perkembangan Kesadaran Hukum dan HAM Siswa SMA Negeri Kota Padang

No Kelompok

SMA BentukPelanggaran Disiplin

Sanksi Jumlah

( 2012) Jumlah( 2013) Jumlah( 2014)

1 SMA

Kelompok A Terhadap guru,teman, dan sekolah,

Surat

perjanjian 8 12 10

2 SMA

Kelompok B Terhadap guru,teman, dan sekolah, Surat perjanjian dan pindah 18 19 23 3 SMA

Kelompok C Terhadap guru,teman, dan sekolah, Surat perjanjian, pindah, dan dikeluarkan 35 30 43

Sumber: Pengelohan Data kepsek SMA Kota Padang 3 tahun Terakhir

Ketidak sadaran hukum dan HAM siswa SMA didukung oleh hasil penelitian Sufyarma Marsidin (1993) bahwa siswa di Sumatera Barat melakukan pelanggaran disiplin yang serius baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Hal senada diungkapkan pada studi Akmal (2009) bahwa kecenderungan siswa melanggar tata tertib sekolah sebagai hal yang biasa serta ada unsur pembiaran (volation by Ommission) dari orang tua atau wali siswa. Bentuk pelanggaran itu seperti melawan kepada orang tua dan guru, memeras, terlibat dalam minuman keras dan berbagai jenis pelanggaran norma kesusilaan, adat, dan agama, juga perkelahian antar siswa, temuan ini diperkuat laporan aparat keamanan (Laporan Polresta Kota Padang, 2008). Komnas HAM Sumatera Barat (2009 selanjutnya mengungkapkan berbagai kasus pengaduan dalam katagori pelanggaran ringan atau biasa yang terjadi di anak sekolah di Sumatera Barat antara lain; kekerasan, pengerusakan lingkungan hidup, berkembangnya narkoba, judi & film-film porno, pelanggaran kasus pelecehan seksual, penipuan, dan pidana lainnya. Untuk tahun 2008 terdapat 52 buah yang diolah oleh komisi pemantau/investigasi dan komisi mediasi Komnas HAM Perwakilan Sumatera Barat. Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau Sumatera Barat (2012) dalam pertemuan Kepala Sekolah SMTA Kota Padang tentang pembentukan peraturan dan tata tertib sekolah yang berbasis Adat Basandi Syara’Syara’ Basandi Kitabullah dan Hak Asasi Manusia terungkap bahwa lembaga sekolah memegang peran strategis mengatasi ketidak disiplinan siswa. Kondisi disiplin siswa dalam ambang bahaya dan mengkhawatirkan, untuk itu perlu bekerjasama dengan komite sekolah dengan pihak sekolah, kepolisian, dan pemko serta DPRD kota.

(5)

Fakta lain menunjukkan bahwa hampir di semua kota di Indonesia termasuk kota Padang sejak 10 tahun terakhir telah terjadi beberapa tindak kejahatan dan kenakalan yang dilakukan oleh remaja sekolah sebagai wujud ketidak disiplinan hokum dan HAM siswa. Diantaranya ialah tawuran, atau perkelahian antar siswa. dan mengangu ketertiban sekolah. Peningkatan pelanggaran tata tertib sekolah meningkat dari tahun ketahun untuk itu perlu ditindak tegas (Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang, pada Padang Expres, 2012). Bukti-bukti pelanggran disiplin sekolah juga diungkap LKBH PGRI (2012) tentang kasus guru dan siswa masuk pengadilan negeri karena masalah penegakan disiplin siswa. Komite Sekolah seperti SMA 2 Padang (2012) mengungkapkan tentang kerisauan kurang terbangunya kejujuran dan disiplin siswa menjadi tanggungjawaab bersama.

2. Pembelajaran Hukum dan HAM Sarana Mebangun Kesadaran Hukum dan HAM Pada Matapelajaran PKn SMA

Pembelajaran CE (Civic Education) atau Pendidikan Kewarganegaraan, Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai kompetensi utamanya menuntut terjadinya kemampuan siswa sebagai seorang memahamai hak dan kewajiban sebagai warga negara, investigasi, advokasi, dan menyelesaikan kasus-kasus CE, hukum, HAM biasa dan menganalisis kasus kehidupan nyata seperti kebebasan pers, cara berorganisasi, dan semua aspek kehidupan nyata. Pesesrta didik tidak hanya memahami teori-teori dan konsep pemikiran ahli tentang CE, hukum dan HAM, tetapi dituntut juga memahami aplikasi teoritisi dalam kehidupan nyata, sehingga anak didik punya kesadaran CE, hukum dan HAM dan berbuat untuk penegakan hukum dan HAM di Indonesia. Tujuan utama pembelajaran adalah memberikan pengetahuan tentang konsep CE, hukum dan HAM, pembagian, fungsi, dan peranan hukum dan HAM di Indonesia, sehingga pemahaman sesuai dengan RPP yang sudah ditetapkan tim guru. Dengan standar kompetensi yang diharapkan siswa mampu memahami, dan menerapkan konsep-konsep CE, hukum dan HAM dalam menganalisis tentang kasus, dan mempunyai keterampilan dalam strategi sebagai seorang investigator dan melakukan advokasi, dan penyelesaian sengketa seluk beluk kasus di tingkat daerah dan nasional.

Pemikiran sebagai konsep pengembangancivic educationseperti yang dikemukakan Chamim dalam Sabirin (2003) dapat pula dijadikan acuan basis kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan yang diharapkan yaitu antara lain: (1) pengembangan nilai-nilai demokrasi, diantaranya meliputi keadilan, taat pada hukum (rule of law) kebebasan berpendapat dan berasosiasi, keterwakilan dan mayority rules, (2) pengembangan kehidupan kewargaan dan nilai-nilai komunitas(civic value and cummunity values), diantaranya meliputi penghargaan atas hak-hak individual,local need, dan common good, (3) pengembangan pemerintahan yang bersih (clean goverment), diantaranya meliputi partisipasi, hak untuk mendapatkan pelayanan secara adil, fairness, dan checks and balances, (4) pembentukan identitas nasional (national identity), diantaranya berupa reorientasi nation building dalam bentuk bhinneka tunggal ika (unity in difference), indefendence, dan kebanggaan nasional(national pride), (5) pengembangan ikatansosial (social cohesion) dan keberagaman (diversity), dinataranya toleransi

(tolerance), keadilan sosial (social justice), dan acceptence, (6) pengembangan kehidupan pribadi

(self cultivation), meliputi kecenderungan pada kebenaran(truth),tunduk pada hukum (law abiding), jujur (honesty), kesopanan (civility), saling tolong menolong (helping others), (7) pengembangan kehidupan ekonomi (economic life), dinataranya persaingan yang sehat (competition), kesejahteraan

(wealth), dan pasar yang bebas (free markets), dan (8) pengembangan nilai-nilai keluarga (family values) diantaranya rasa tanggungjawab (respect), dukungan (support), perlindungan (protection), akhlak (moral bihavior), dan kebersamaan (togetherness).

Perjalanan sejarah bangsa Indonesia menunjukan bahwa pendidkan diarahkan bagaimana mempersiapkan warga negara yang: mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (amanat UU No.20 tahun 2003). Kemudian amanat itu dijabarkan dalam berbagai kurikulum, misi utama banyak diemban oleh bidang studi pendidikan kewarganegaraan sesuai dengan cita-cita nasional melalui pendidkan kewarganegaraan diharapkan terbentuk watak warganegara yang demokratis dengan pendekatan multidisiplin. Untuk mencapai itu terjadi beberapa kali perubahan baik metode, substansi kajian, hukum dan HAM di Indonesia dan diikuti dengan pembaharuan buku ajar di sekolah. perhatikan SK Dep P & K No.1224/S tanggal 10 Desember 1959 tentang buku pedoman tentang hak dan kewajiban

(6)

warga negara. Bila dibandingkan dengan pendidkan warga negara di USA dapat dikutip pendapat Thomas Jefferson sebagai penulis Deklerasi Kemerdekaan Amerika yang menyatakan bahwa ”that the knowledge, skill and behaviors of democratic citizenship do not just occur natullay in oneself—but rather they must be taught consciously through schooling to teach new generation – they are learned behaviors”. Untuk mendidik warga negara yang demokratis John F Kennedy memperkuat pendepat Jefferson dengan mengatakan bahwa ”There is an old saying that the course of civilization is a race between catastrophe and education. In a democracy such as ours, we must make sure that education wins the rase”. Artinya bahwa ketiga ranah (kognisi, psikomotorik dan affensi) sekaligus dikemas dalam upaya membangun karakter bangsa.

Menurut Wahab (1999) bahwa dalam upaya pengembangan kurikulum civic education pada kurikulum ada beberapa hal yang perlu dikaji ulang antara lain:

1) Sejauh manakah materi topik-topik yang ada dalam kurikulum relevan dengan semangat bangsa, dengan memanfatkan momentum reformasi

2) Mengkaji materi mana yang dapat dikeluarkan, digabungkan dirampingkan dan yang benar-vbenar esensial bagi subjek didik

3) Metodelogi penyampaian dirubah dari yang bersifat doktriner kearah yang demokratis. Tugas berat yang dihadapi pengajaran civics adalah mengubah watak generasi warga bangsa kearah yang mengerti hak dan kewajibannya. Menurut pemikir Merton (1957) ada 5 pola respon masyarakat terhadap keberhasilan membangun watak bangsa ke depan: (1)comformity(ketaatan) yakni menerima tujuan kultural dan cara-cara yang telah melembaga untuk mencapainya (merupakan bagian terbesar masyarakat kelas menengah Amerika, (2)innovation(inovatif), yakni menerima tujuan kultural akan tetap menemukan cara-cara baru untuk mencapainya, (3) ritualism (ritmis), yakni menolak tujuan kultural tetapi berpegang teguh kepada cara-cara yang telah melembaga untuk mencapainya, (4)

retreatism(berpaling), yakni menolak atau meninggalkan keduanya baik tujuan kultural maupun cara-cara yang telah melembaga untuk mencapainya, dan (5) rebellion (pemeberontakan), yakni menolak tujuan kultural dengan mengajukan gantinya, dan menolak cara-cara untuk mencapainya dengan mengajukan gantinya.

Langkah-langkah lain yang harus dilakukan dalam pembenahan pembentukan watak bangsa dengan paradigma kurikulum baru antara lain: (1) memasukan orientasi berbagai keilmuan untuk memperkaya khasanah pembelajaran, (2) pemberdayaan warga negara, (3) revitalisasi orientasi kewarganegaraan, (4) pengembangan budaya politik dari parochial menjadi partsisipan, dan (5) pengembagan sikap kritis dan kreatif warga negara dan bebas dari rasa takut (Cholisin, 2000). Sebagai bidang studi yang diturunkan dari kajian akademik-ilmiah, pendidikan kewarganegraaan tidak semestinya berfungsi seperti gerobak sewaan yang dapat memuat apa saja menurut keinginan penyewanya termasuk barang rongsokan sekalipun. sebagai wahana khusus bagi’nation and character building’ dalam arti yang sesungguhnya (Ace suryadi, 2000). Wacana pendidikan kewarganegaraan berfokus kepada tiga komponen dasar pengembangan yaitu: (1)civic knowledge, (2) civic skils, dan (3) civic disposition/traits.Menurut Udin (1999) bahwa yang paling menonjol dalam masalah PKn adalah: (1) kelemahan dalamn konseptualisasi pendidikan kewarganegaran, (2) penekanan yang sangat berlebihan pada proses pendidikan moral behaviristik, terperangkat pada proses penanaman nilai nilai yang cenderung indoktrinatif (value inculcation), (3) ketidakkonsistenan penjabaran dimensi tujuan pendidikan kewarganegaraan ke dalam kurikulum pendidikan kewarganegraan, dan (5) keterisolasian proses pembelajaran dari konsteks disiplin keilmuan dan lingkungan sosial budaya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakunan upaya dengan mengimplementasikan suatu model pembelajarn menuju pembelajaran yang berkualiatas yaitu siswa yang taat asas, konsisten dalam bersikap dan bertindak, dan siswa sebagai pusat pembelajaran Kondisi peyimpangan perilkau yang menyimpang harus cepat diatasi dan mendesak.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah Research and Development atau R&D. Menurut Gall, Gall dan Borg (2003:569) mengungkapkan bahwa penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan adalah:

An industry-based development model in which the finding of research are used to design new products and procedures, which then systematically field-tested, evaluated, and refined until they meet specified criteria if effectiveness, quality, or similar standards.

(7)

Penelitian pengembangan ini dilaksanakan untuk : (1) mengidentifikasi tingkat kompetensi siswa terhadap hukum dan HAM cukup memadai. (2) untuk mengetahui faktor penghambat kesadaran hukum dan HAM siswa dikaji dari faktor internal dan eksternal peserta didik., agar diperoleh langkah-langkah pembelajaran yang efektif dan tepat dalam meningkatkan kompetensi dan kesadaran hukum dan HAM peserta didik, mapan dalam konsep/teori, terampil dalam menyelesaikan kasus-kasus yang diungkap, taat hukum, taat asas.

Disamping itu, kompetensi kesadaran hukum dan HAM bermafaat mengantisipasi paham radikalisme dan terorisme dikalangan siswa SMA. Data yang bersifat kualitatif dioleh dengan pendekatan kualitatif, sedangkan data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian dianalisis dengan mengunakan statistik deskriptif

Tahap 1 studi pendahuluan yaitu penelitian deskriftif. Menganalisis tingkat pemahaman siswa pada hukum dan HAM sesuai teori-teori hukum dan HAM, termasuk meperoleh informasi tentang: (a) masalah-masalah yang menghambat kesadaran hukum dan HAM siswa, (b) melakukan observasi ke beberapa SMA yang menyelenggarakan pembelajaran kompetensi kesadaran hukum dan HAM, dan (3) pengaruh semua variabel terhadap kesadaran hukum dan HAM siswa.

Tahap kedua, mencari langkah-langkah agar kesadaran hukum dan HAM yang dapat meningkatkan kepatuhan hukum dan HAM, taat asas, konsisten dalam bertindak dan bersikap sehingga dapat juga mengatasi paham radikalisme dan terorisme.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan penelitian tentang : (1) tingkat kemampuan hukum dan HAM siswa (dikaji dari 3 aspek yaitu kognitif, afeksi, dan keterampilan yang dimilki siswa), dan (2) Faktor penghambat kesadaran hukum dan HAM, dan (3) pengaruh kedua variabel terhadap kesadaran hokum dan HAM siswa.

Tingkat Pemahaman Peserta Didik Pada Hukum dan HAM:

Berdasarkan data penelitian menunjukna bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap hukum dan HAM cukup tinggi (83% siswa menguasai dengan baik) dari tes yang dilakukan terhadap siswa (disesuaikan dengan materi hukum dan HAM kurikulum SMA). Berdasarkan pengamatan dan observasi melalaui guru BK dan wakil kepala sekolha bidang kesiswaan menunjukan perilkau siswa kecenderungan menyimpang dari aturan hukum yang berlaku (hasil wawancara, 2014). Bentuk penyimpangan perilaku terlihat dari pelanggaran tata tertib sekolah dan jumlah penerapan sanksi yang dilakukan pihak sekolah. Begitu juga hasil dokumentasi Polda Sumatera Barat (2014) menunjukan ada peningkatan pelanggaran hukum dan HAM bagi siswa di Sumatera Barat. Untuk faktor-faktor penghambat kesadaran hukum dan HAM antara lain : konsep diri, tingkat kemandirian, pemahaman agama dan pengamalannya, komunikasi dalam keluarga, media massa, tingkat pendidikan orang tua, disamping variabel lain yang belum terungkap.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis dimana terdapat pengaruh langsung variabel pengetahuan Hukum dan HAM (X1), terhadap variabel disiplin siswa (Y) yaitu sebesar 1,39%,

variabel komunikasi lingkungan keluarga (X2) terhadap variabel kesadaran hukum dan HAM siswa

(Y) sebesar 2,31%, variabel media masa (X3) terhadap variabel kesadaran hukum dan HAM siswa (Y)

sebesar 3,50%, variabel tingkat pendidikan orangtua (X4), terhadap variabel kesadaran hukum dan

HAM siswa (Y) sebesar 18,92%, variabel konsep diri (X5), terhadap variabel kesadaran hukum dan

HAM siswa (Y) sebesar 2,50%, variabel pengetahuan Hukum dan HAM (X1) terhadap variabel

konsep diri (X5) sebesar 7,34%, variabel komunikasi lingkungan keluarga (X2) terhadap variabel

konsep diri (X5) sebesar 5,06%, variabel media masa (X3) terhadap variabel konsep diri (X5) sebesar

3,76%, variabel tingkat pendidikan orangtua (X4) terhadap variabel konsep diri (X5) sebesar 4,20%,

variabel pengetahuan Hukum dan HAM (X1) terhadap variabel kesadaran hukum dan HAM siswa (Y) melalui variabel konsep diri (X5) sebesar 1,40%, dan variabel komunikasi lingkungan keluarga (X2)

terhadap variabel kesadaran hukum dan HAM siswa kesadaran hukum dan HAM siswa (Y) melalui variabel konsep diri (X5) sebesar 2,05%, variabel media masa (X3) terhadap variabel kesadaran

hukum dan HAM siswa (Y) melalui variabel konsep diri (X5) sebesar 1,93%, dan variabel tingkat

pendidikan orangtua (X4) terhadap variabel disiplin siswa (Y) melalui variabel konsep diri (X5)

(8)

Tabel : Ringkasan Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen.

No Keterangan Langsung% LangsungTidak %

Jumlah % 1 Pengaruh langsung pengetahuan Hukumdan HAM (X1) terhadap kesadaran

hukum dan HAM siswa (Y) 1,39 2

Pengaruh tidak langsung pengetahuan Hukum dan HAM (X1) terhadap

kesadaran hukum dan HAM siswa (Y) melalui konsep diri (X5)

1,40

3

Pengaruh langsung dan tidak langsung pengetahuan Hukum dan HAM (X1)

terhadap kesadaran hukum dan HAM siswa (Y)

2,79 4 Pengaruh langsung komunikasilingkungan keluarga (X2) terhadap

kesadaran hukum dan HAM siswa (Y) 2,31 5

Pengaruh tidak langsung komunikasi lingkungan keluarga (X2) terhadap

kesadaran hukum dan HAM siswa (Y) melalui konsep diri (X5)

2,05

6

Pengaruh langsung dan tidak langsung komunikasi lingkungan keluarga (X2)

terhadap kesadaran hukum dan HAM siswa (Y)

4,36 7 Pengaruh langsung media masa (Xterhadap kesadaran hukum dan HAM3)

siswa (Y) 3,50

8 Pengaruh tidak langsung media masa(X3) terhadap kesadaran hukum dan

HAM siswa (Y) melalui konsep diri (X5)

1,93 9 Pengaruh langsung dan tidak langsungmedia masa (X3) terhadap kesadaran

hukum dan HAM siswa (Y) 5,43

10 Pengaruh langsung tingkat pendidikanorangtua (X4) terhadap kesadaran hukum

dan HAM siswa (Y) 18,92

11

Pengaruh tidak langsung tingkat pendidikan orangtua (X4) terhadap

kesadaran hukum dan HAM siswa (Y) melalui konsep diri (X5)

6,28

12

Pengaruh langsung dan tidak langsung tingkat pendidikan orangtua (X4)

terhadap kesadaran hukum dan HAM siswa (Y)

25,20 13 Pengaruh langsung Konsep Diri (Xterhadap kesadaran hukum dan HAM5)

siswa (Y) 2,50

14 Pengaruh langsung pengetahuan Hukumdan HAM (X

1) terhadap konsep diri (X5) 7,34

15 Pengaruh langsung komunikasilingkungan keluarga (X

(9)

konsep diri (X5)

16 Pengaruh langsung media masa (X3)

terhadap konsep diri (X5)

3,76 17 tingkat pendidikan orangtua (X4)terhadap

konsep diri (X5)

3,20

Total 59,64

18 Pengaruh variabel lain 40,36

Total 100

Berdasarkan perhitungan hasil analisis prosentase diatas diketahui ternyata terdapat pengaruh baik langsung maupun tidak langsung variabel eksogen yaitu variabel pengetahuan Hukum dan HAM (X1),

komunikasi lingkungan keluarga (X2), media massa (X3), pendidikan orang tua (X4) terhadap variabel

endogen yaitu konsep diri (X5) dan kesadaran hukum dan HAM siswa (Y) sebagaimana dirangkum di

bawah ini.

Ternyata dari hasil kajian diatas, dapat disimpulkan bahwa sumbangan terbesar yang mempengaruhi kesadaran hukum dan HAM siswa SMA, baik langsung maupun tidak langsung yaitu berasal dari variabel tingkat pendidikan orangtua (X4) terhadap kesadaran hukum dan HAM siswa

(Y) dengan angka prosentase sumbangan efektif sebesar 25,20%.

Kemudian, diikuti oleh variabel media masa (X3) terhadap kesadaran hukum dan HAM siswa

(Y) dengan angka prosentase sumbangan efektif sebesar 5,43%. Sedangkan pengaruh variabel pengetahuan hukum dan HAM (X1) terhadap kesadaran hukum dan HAM siswa (Y), justru

sumbangan angka prosentase relatif kecil dari dua variabel diatas yaitu 2,79%. Pembahasan

Berdasarkan perolehan data dan hasil pengujian hipotesis secara statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel pengetahuan Hukum dan HAM (X1),

komunikasi lingkungan keluarga (X2), dan media masa (X3), pendidikan orang tua (X4) terhadap

variabel konsep diri (X5) dan disiplin siswa (Y). Selanjutnya kesimpulan dari temuan hasil penelitian

terlihat pada tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel. 4.12. Rangkuman hasil temuan penelitian

No. Hipotesis Signifikansi Kontribusi (%) Kesimpulan 1. Terdapat Pengaruh

pengetahuan Hukum dan HAM (X1) terhadap

kesadaran hukum siswa (Y)

signifikan 2,79 HipotesisDiterima 2. Terdapat Pengaruh

komunikasi lingkungan keluarga (X2) terhadap kesadaran hukum siswa (Y).

Signifikan 4,36 HipotesisDiterima 3. Terdapat Pengaruh media

masa (X3) terhadap kesadaran hukum siswa (Y).

sangat signifikan 5,43 HipotesisDiterima 4. Terdapat Pengaruh tingkat

pendidikan orang tua (X4) terhadap kesadaran hukum siswa (Y).

sangat signifikan 25,20 HipotesisDiterima 5. Terdapat Pengaruh konsep

diri (X5) terhadap kesadaran hukum siswa (Y).

Signifikan 2,50 HipotesisDiterima 6. Terdapat Pengetahuan

(10)

terhadap konsep diri (X5). 7. Terdapat Pengaruh

komunikasi lingkungan keluarga (X2) terhadap konsep diri (X5).

sangat signifikan 5,06 HipotesisDiterima 8. Terdapat Pengaruh media

masa (X3) terhadap konsep

diri (X5). Signifikan

3,76 Hipotesis Diterima 9. Terdapat Pengaruh

pendidikan orantua (X4)

terhadap konsep diri (X5) Signifikan

3,20 Hipotesis Diterima Berdasarkan hasil tabel rangkuman temuan penelitian diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pertama, melihat pengaruh langsung dan tidak langsung antara pengetahuan Hukum dan HAM dengan Kesadaran Hukum dan HAM siswa sebesar 5,43 %, dapat disimpulkan bahwa kesadaran hukum siswa tidak terlalu tergantung kepada pemahaman akan materi Hukum dan HAM bagi siswa tersebut. Pengetahaun yang baik tikdak menentukan kesadaran hokum dan HAM siswa. Kemudian pengaruh langsung Pengetahuan terhadap Hukum dan HAM terhadap konsep diri adalah sebesar 2.50. Pengetahuan terhadap Hukum dan HAM lebih erat kaitannya pada penilaian kognitif (intelegensi) dibandingkan afektif (sikap). Dengan demikian bagi siswa yang memiliki pengetahuan hukum dan HAM yang rendah belum tentu tidak punya kesadaran hukum dan HAM dalam melakukan kegiatan baik dirumah maupun di sekolah dan lingkungan lain. Ada pemahaman yang salah ketika seorang siswa tidak pandai maka dia tidak punya kesadaran hokum dan HAM, hal ini salah besar. Implikasinya diharapkan bagi sekolah dalam hal kesadaran hokum dan HAMn ikut serta membina kepatuhan siswa bisa ditingkatkan dari pembelajaran disekola maupun dari aspek-aspek yang lain sehingga siswa memiliki kesadaran hokum dan HAM yang tinggi. Begitu pula halnya dengan pengetahuan hukum dan HAM siswa terhadap konsep diri.

Beberapa penelitian yang serupa juga menghasilkan suatu kesimpulan yang sama bahwa di sekolah siswa yang memiliki sifat tidak kesadaran hukum sangat membutuhkan perhatian dari guru PKN . Pengetahuan hukum dan HAM yang diberikan oleh guru lebih cenderung bersifat pencegahan dan penyembuhan. Melalui pengarahan dan bimbingan hukum dan HAM dari guru, siswa akan dapat menghayati, meyakini dan bersikap sesuai dengan kaedah-kaedah hukum yang berlaku. Adanya wawasan hukum dan HAM antara siswa dan guru dapat meningkatkan tindakan yang positif bagi siswa dan mengurangi perbuatan yang tidak sesuai dengan kaedah hukum. Semakin relevan materi hukum dan HAM serta menyentuh perilaku siswa, dimungkinkan semakin rendah kecenderungan siswa untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Karena pemahaman hukum dan HAM ditujukan untuk ketertiban agar manusia dapat mencapai kehidupan yang sejahtera seperti yang dikatakan Utrecht dalam (Soetandyo Wignjosoebroto (2005) bahwa hukum merupakan himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Untuk itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah. Hukum yang sudah ditetapkan itu bersumber dari nilai dan norma yang hidup dalam masyarakat dan dianggap adil dan bermanfaat dalam kehidupan. Nilai adalah gagasan abstrak mengenai apa yang masyarakat anggap baik, benar, berharga dan diinginkan. Menurut Kluckhon bahwa nilai bukan keinginan, tetapi yang diinginkan, artinya bukan hanya diharapkan tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan benar bagi dirinya sendiri dan orang lain. Fungsi nilai sebagai petunjuk, arah, pemersatu, pelindung dan pendorong ( Anshory A.M.Ichsan, 2007). Pendidikan nilai merupakan bentuk bimbingan kepada siswa agar menyadari nilai kebenaran (logis), kebaikan (etis), dan keindahan (estetis) melalui internalisasi nilai dan pembiasaan bertindak. Sedangkan norma adalah kaidah atau aturan yang disepakati masyarakat dan member pedoman bagi perilaku para anggotanya dalam mengejar sesuatu yang dianggap baik dan diinginkan itu biasanya berwujud perintah dan larangan (Bambang Doroeso, 1986). Menurut Natonegoro sebagai warga Negara yang baik hendaklah memahami apa yang menjadi hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang

(11)

semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun juga. Artinya individu atau kelompok jika menerima haknya hendaklah dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. Sedangkan kewajiban adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkanatau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun. Artinya sesuatu yang harus dilakukan. Dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM dikatakan bahwa hak asasi manusia bicara kebebasan dasar dengan memperhatikankewajiban dasar sebagai tanggungjawab yang diemban yaitu hak orang lain, hukum yang berlaku, sisten sosial yang hidup, ketertibanumum dan nilai agama yang ada. Konsep hak asasi dan kewajiban asasi manusia lebih tajam dijelaskan dalam berbagai instrumen HAM internasional, regional, nasional, dan lokal. Ketertiban umum merupakan salah satu tanggungjawab bersama terutama negara untuk mewujudkannya seperti yang dikatakan Paul Kennedi (1996) tugas negara tidak hanya mencapai kesejahteraan tetapi juga memelihara ketertiban umum. Fungsi Pengetahuan dibutuhkan oleh manusia untuk memahami banyak hal, termasuk gejala alam yang kompleks. Tanpa pengetahuan, manusia tidak mungkin dapat hidup layak, bahkan akan sulit melangsungkan hidupnya di muka bumi ini (Yoges Malhotra, 1999).

Guru yang memadai memberi pesan materi hukum dan HAM terhadap siswa-siswanya akan mempengaruhi disiplin siswa. Kesimpulan peneliti, mahasiswa yang tidak memiliki pemahaman akan Hukum dan HAM yang tinggi kedisiplinan dan konsep dirinya masih dapat dibentuk baik dirumah maupun disekolah

Konsepsi Pengetahuan Hukum dan HAM

Dalam penelitian ini pengetahuan hukum dan HAM didefinisikan sebagai hasil belajar hukum dan HAM. Hasil ini dapat dilihat dari kepemilikan siswa tentang pengetahuan: norma, nilai, peraturan, konsepsi hak dasar dan kewajiban dasar manusia, hak orang lain, peraturan yang berlaku, sistem sosial yang hidup, nilai agama, dan ketertiban umum).

Utrecht mendefiniskan hukum merupakan himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Untuk itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah. Hukum yang sudah ditetapkan itu bersumber dari nilai dan norma yang hidup dalam masyarakat dan dianggap adil dan bermanfaat dalam kehidupan.

Nilai adalah gagasan abstrak mengenai apa yang masyarakat anggap baik, benar, berharga dan diinginkan. Menurut Kluckhon bahwa nilai bukan keinginan, tetapi yang diinginkan, artinya bukan hanya diharapkan tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan benar bagi dirinya sendiri dan orang lain. Fungsi nilai sebagai petunjuk, arah, pemersatu, pelindung dan pendorong ( Anshory A.M.Ichsan, 2007). Pendidikan nilai merupakan bentuk bimbingan kepada siswa agar menyadari nilai kebenaran (logis), kebaikan (etis), dan keindahan (estetis) melalui internalisasi nilai dan pembiasaan bertindak. Sedangkan norma adalah kaidah atau aturan yang disepakati masyarakat dan member pedoman bagi perilaku para anggotanya dalam mengejar sesuatu yang dianggap baik dan diinginkan itu biasanya berwujud perintah dan larangan (Bambang Doroeso, 1986).

C. PENUTUP

1.Terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung pengetahuan Hukum dan HAM (X1) terhadap

kesadaran hukum siswa (Y). Artinya semakin baik pengetahuan hukum dan HAM, maka kesadaran hukum siswa akan semakin baik pula, sebaliknya semakin rendah pengetahuan Hukum dan HAM, maka semakin rendah pula kesadaran hukum siswa. Maka dapat disimpulkan bahwasanya kesadaran hukum siswa dapat ditingkatkan melalui pengetahuan Hukum dan HAM. 2. Faktor penghambat kesadran hukum dan HAM siswa antara lain: konsep diri, kemandiarian,

agama, komunikasi dalam keluarga, media massa, dan tingkat pendidikan orang tua

3. Model sebagai langkah-langkah membangun kesadararn hukum dan HAM siswa adalah, dengan menerapkan model telaaah hukum melalui pemecahan kasus-kasus hukum dan HAM sesuai dengan kondisi materi siswa SMA.

Implikasi

Bentuk dan jenis materi hukum dan HAM yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan diarahkan dalam rangka internalisasi nilai, norma, peraturan, hak dan kewajiban asasi manusia, hukum yang berlaku, sistem sosial, dan ketertiban umum. Sebagai upaya pembentukan

(12)

disiplin siswa. Hasil penelitian ini sekaligus pedoman dalam membuat kebijakan atau keputusan, terutama yang berhubungan dengan strategi membina karakter disiplin siswa. Lebih lanjut penelitian ini menentukan materi Hukum dan HAM apa yang paling relevan diberikan guru dalam rangka pembentukan disiplin siswa sehingga muncul kepatuhan pada tata tertib sekolah. Pihak sekolah diharpkan ikut serta membina kedisiplinan siswa, bisa meningkatkan kualitas pendidikan pembelajaran hukum dan HAM disekolah maupun dari aspek-aspek yang lain sehingga siswa memiliki kedisiplinan yang tinggi. Begitu pula halnya dengan pengetahuan hukum dan HAM siswa terhadap konsep diri. Artinya bagaimana caranya siswa mengenal dirinya melalui pendidikan kesadaran hukum dan HAM, sehingga terbentuk kepatuhan pada hokum dan HAM. .

DAFTAR PUSTAKA

Akmal. 2010.Hak Asasi Manusia Teori dan Praktek. UNP Press: Padang

Asep Saefuddin. 2002. Sistem Perencanaan Perguruan Tinggi Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Makalah, Kerjasama PKSDM, UNP, IPB, 2002.

Dept Pend.Nasional. 2000.Panduan Pendidikan Hak Asasi Manuasia untuk Guru SMU/MA, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasionala

FH. Unand. 2008.Kurikulum Pembelajaran Hukum. Hasil Seminar Dosen Hukum Se Sumatera Barat: Fakultas Hukum Unand

Joyce Bruce. 1976.Model Of Teaching. Prentice-Hall, Ich, Englewood Clifft.: New Jersey.

Kirkpatrick,D.L.1998. Evaisco: Evaluating Training Programs:The four Levels (2nd ed). San

Francisco: Berrett-koehler Publisher, Inc.

Komnas HAM Perwakilan Sumbar. 2009.Laporan Pengkajian dan Pemantauan Kondisi Masyarakat Sumatera Barat Pasca Gempa 30 September 2009. Padang.

L.C. Gay, Peter Airasian. 2000. Educational Research. Competencies for Analysis and Application. Sixth Edition: Columbus, OhioNew Jersey. Upper Saddle River.

Muladi, 2002. Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat sebagai Solusi Penyelesaian Konflik Berbangsa. Makalah Pada Semnas FH. Unand.

M.D Dahlan. 1990.Model-Model Mengajar. Bandung: CV Dipenogoro.

Nadj.E.S. 2000. Menumbuhkan Daya Kritis Rakyat, Kurikulum Pendidikan HAM dan Kewarganagaraan, CESDA-LP3ES

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Ronald J. Bonnstetter and Jon E. Pedersen. 2011. The Jurisprudential Inquiry Model for STS

University of Nebraska and University of Oklahoma.

Slavin, R. E. 1989. Research on cooperative learning: Consensus and controversy.Educational Leadership.

Pusham UII. 2007. Metode Pembelajaran Hukum. Kumpulan Makalah Pada Seminar Internasional kerjasama Oslo University dengan Pusham UII.

Orlich,D.C,at al. 2007. Teaching Strategies: A Guide to Effective Instruction. New York: Houghton Miffin Comoany.

Pedersen, J. E. 1990. The effects of science, technology and societal issues, Implemented as a cooperative controversy, on attitudes toward science, Anxiety toward science, problem solving perceptions and achievements in Secondary science. Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska, Lincoln.

Pusham UNP. 2005. Kondisis Hak Anak di Sumatera Barat. Seminar Nasional di Fakultas Hukum Unand kerjasama dengan Komnas HAM Jakarta

Pusham UNP. 2009. Pengkajian Masyarakat Pantai Pasca Gempa 30 September 2009 Di Sumatera Barat.Kerjasama Dengan Organisasi Gebu Minang Jakarta: Padang.

Pusham UII. 2007. Metode Pembelajaran Hukum. Kumpulan Makalah Pada Seminar Internasional kerjasama Oslo University dengan Pusham UII.

Undang-Undang RI No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Gambar

Tabel 1: Realitas Kesadaran Hukum dan HAM Melalaui  Disiplin Siswa SMA Kota Padang
Tabel 2: Perkembangan Kesadaran Hukum dan HAM Siswa SMA Negeri Kota Padang
Tabel : Ringkasan Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pengembangan ( Research and Development ) yang bertujuan menghasilkan bahan ajar berupa buku saku pada materi geometri transformasi matematika di SMP yang layak

News Event File News Event Report Cases Campaign Target Target Lead Opportunity Lead Opportunity 1 Customer Relationship Management System Customers Sales

Web service digunakan sebagai suatu fasilitas yang disediakan oleh suatu web site untuk menyediakan layanan (dalam bentuk informasi) kepada sistem lain, sehingga sistem

Teman Teman pada kesempatan yang baik ini saya akan memberikan informasi terkait kerusakan yang terjadi pada mesin cuci front loading yaitu Cara memperbaiki mesin cuci front loading

Grafik Ordo 0 dan Ordo 1 Berdasarkan Nilai Aw Sup Krim Labu Kuning Instan Selama Penyimpanan Pada Suhu Penyimpanan Berbeda Yang Dikemas Dalam Metalized dan Alumunium ...

Jadi dalam penelitian ini diperoleh nilai faktor transfer 134 Cs tertinggi dari air ke ikan mas (daging) yaitu sebesar 9,831 mL/g dengan konsentrasi radionuklida 134 Cs

Belajar yang efektif adalah proses belajar mengajar yang berhasil guna, dan proses pembelajaran itu mampu memberikan pemahaman, kecerdasan, ketekunan,

Penelitian ini membuat aplikasi rekam jejak mahasiswa berprestasi dengan algoritma K- Means, Belum adanya rekaman jejak informasi mahasiswa berprestasi terintegrasi