• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2017"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Tahun 2017

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

2018

(2)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Tahun 2017

Editor: Ivanovich Agusta

Sumber Data: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id

Diterbitkan oleh

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

2018

(3)

Daftar Isi

Pendahuluan

1

Latar Belakang

1

Manfaat Pengetahuan APBDes

1

Konsep Legal

3

Metode

7

Hasil Pendataan Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Desa

9

Pendapatan

9

Belanja

14

Pembiayaan

15

Komparasi Desa-desa Antardaerah

16

Daftar Pustaka

24

(4)

Daftar Tabel

Teks

Tabel 1

Pendapatan Desa (Rp) di Indonesia, 2017

9

Tabel 2

Perbandingan Jumlah dan Persentase Rata-rata APBDes Tiap Desa

di Indonesia, 2015 dan 2017

13

Tabel 3

Provinsi menurut Persentase Pendapatan Asli Desa di Indonesia,

2017

17

Tabel 4

Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa di Indonesia, 2017

18

Tabel 5

Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Pembangunan

Desa di Indonesia, 2017

20

Tabel 6

Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Pembinaan

Kemasyarakatan Desa di Indonesia, 2017

21

Tabel 7

Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Pemberdayaan

Masyarakat Desa di Indonesia, 2017

22

Tabel 8

Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pembiayaan Desa di

Indonesia, 2017

23

Lampiran

Tabel 1

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Provinsi di Indonesia, 2017

26

Tabel 2

Jumlah Pendapatan Desa (Rp) menurut Provinsi di Indonesia, 2017

27

Tabel 3

Jumlah Belanja Desa (Rp) menurut Provinsi di Indonesia, 2017

29

Tabel 4

Jumlah Pembiayaan Desa (Rp) menurut Provinsi di Indonesia, 2017

30

Tabel 5

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh,

Indonesia, 2017

31

Tabel 6

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara, Indonesia, 2017

32

Tabel 7

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera

Barat, Indonesia, 2017

33

Tabel 8

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Riau,

Indonesia, 2017

34

Tabel 9

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

(5)

Tabel 10

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera

Selatan, Indonesia, 2017

36

Tabel 11

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Bengkulu, Indonesia, 2017

37

Tabel 12

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Lampung, Indonesia, 2017

38

Tabel 13

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bangka

Belitung, Indonesia, 2017

39

Tabel 14

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kepulauan Riau, Indonesia, 2017

40

Tabel 15

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Barat, Indonesia, 2017

41

Tabel 16

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah, Indonesia, 2017

42

Tabel 17

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di DI Yogyakarta,

Indonesia, 2017

43

Tabel 18

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Timur, Indonesia, 2017

44

Tabel 19

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Banten,

Indonesia, 2017

45

Tabel 20

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali,

Indonesia, 2017

46

Tabel 21

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa

Tenggara Barat, Indonesia, 2017

47

Tabel 22

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa

Tenggara Timur, Indonesia, 2017

48

Tabel 23

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Barat, Indonesia, 2017

49

Tabel 24

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Tengah, Indonesia, 2017

50

Tabel 25

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Selatan, Indonesia, 2017

51

(6)

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Timur, Indonesia, 2017

Tabel 27

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Utara, Indonesia, 2017

53

Tabel 28

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi

Utara, Indonesia, 2017

54

Tabel 29

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi

Tengah, Indonesia, 2017

55

Tabel 30

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi

Selatan, Indonesia, 2017

56

Tabel 31

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi

Tenggara, Indonesia, 2017

57

Tabel 32

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Gorontalo, Indonesia, 2017

58

Tabel 33

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi

Barat, Indonesia, 2017

59

Tabel 34

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku,

Indonesia, 2017

60

Tabel 35

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku

Utara, Indonesia, 2017

61

Tabel 36

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua,

Indonesia, 2017

62

Tabel 37

Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan

Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua

Barat, Indonesia, 2017

63

Tabel 38

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh,

Indonesia, 2017

64

Tabel 39

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sumatera Utara, Indonesia, 2017

66

Tabel 40

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sumatera Barat, Indonesia, 2017

68

Tabel 41

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Riau,

Indonesia, 2017

69

Tabel 42

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi,

Indonesia, 2017

70

Tabel 43

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sumatera Selatan, Indonesia, 2017

71

Tabel 44

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Bengkulu, Indonesia, 2017

72

(7)

Tabel 46

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bangka

Belitung, Indonesia, 2017

74

Tabel 47

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kepulauan Riau, Indonesia, 2017

75

Tabel 48

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Barat, Indonesia, 2017

76

Tabel 49

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah, Indonesia, 2017

77

Tabel 50

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi DI

Yogyakarta, Indonesia, 2017

79

Tabel 51

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Timur, Indonesia, 2017

80

Tabel 52

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Banten,

Indonesia, 2017

82

Tabel 53

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali,

Indonesia, 2017

83

Tabel 54

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa

Tenggara Barat, Indonesia, 2017

84

Tabel 55

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa

Tenggara Timur, Indonesia, 2017

85

Tabel 56

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Barat, Indonesia, 2017

87

Tabel 57

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Tengah, Indonesia, 2017

88

Tabel 58

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Selatan, Indonesia, 2017

89

Tabel 59

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Timur, Indonesia, 2017

90

Tabel 60

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Utara, Indonesia, 2017

91

Tabel 61

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Utara, Indonesia, 2017

92

Tabel 62

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Tengah, Indonesia, 2017

93

Tabel 63

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia, 2017

94

Tabel 64

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Tenggara, Indonesia, 2017

96

Tabel 65

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Gorontalo, Indonesia, 2017

97

Tabel 66

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Barat, Indonesia, 2017

98

Tabel 67

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Maluku, Indonesia, 2017

99

Tabel 68

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku

Utara, Indonesia, 2017

100

Tabel 69

Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua,

Indonesia, 2017

101

(8)

Barat, Indonesia, 2017

Tabel 71

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh,

Indonesia, 2017

104

Tabel 72

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sumatera Utara, Indonesia, 2017

106

Tabel 73

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sumatera Barat, Indonesia, 2017

108

Tabel 74

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Riau,

Indonesia, 2017

109

Tabel 75

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi,

Indonesia, 2017

110

Tabel 76

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sumatera Selatan, Indonesia, 2017

111

Tabel 77

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Bengkulu, Indonesia, 2017

112

Tabel 78

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Lampung, Indonesia, 2017

113

Tabel 79

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Bangka Belitung, Indonesia, 2017

114

Tabel 80

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kepulauan Riau, Indonesia, 2017

115

Tabel 81

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Barat, Indonesia, 2017

116

Tabel 82

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah, Indonesia, 2017

117

Tabel 83

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi DI

Yogyakarta, Indonesia, 2017

119

Tabel 84

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Timur, Indonesia, 2017

120

Tabel 85

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Banten, Indonesia, 2017

122

Tabel 86

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali,

Indonesia, 2017

123

Tabel 87

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa

Tenggara Barat, Indonesia, 2017

124

Tabel 88

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa

Tenggara Timur, Indonesia, 2017

125

Tabel 89

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Barat, Indonesia, 2017

127

Tabel 90

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Tengah, Indonesia, 2017

128

Tabel 91

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Selatan, Indonesia, 2017

129

Tabel 92

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Timur, Indonesia, 2017

130

Tabel 93

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Utara, Indonesia, 2017

131

Tabel 94

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Selawesi Utara, Indonesia, 2017

132

(9)

Tabel 96

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia, 2017

134

Tabel 97

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Tenggara, Indonesia, 2017

136

Tabel 98

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Gorontalo, Indonesia, 2017

137

Tabel 99

Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Barat, Indonesia, 2017

138

Tabel 100 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Maluku, Indonesia, 2017

139

Tabel 101 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Maluku Utara, Indonesia, 2017

140

Tabel 102 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua,

Indonesia, 2017

141

Tabel 103 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua

Barat, Indonesia, 2017

143

Tabel 104 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Aceh,

Indonesia, 2017

144

Tabel 105 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Sumatera Utara, Indonesia, 2017

145

Tabel 106 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Sumatera Barat, Indonesia, 2017

146

Tabel 107 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Riau,

Indonesia, 2017

147

Tabel 108 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jambi,

Indonesia, 2017

148

Tabel 109 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Sumatera Selatan, Indonesia, 2017

149

Tabel 110 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Bengkulu, Indonesia, 2017

150

Tabel 111 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Lampung, Indonesia, 2017

151

Tabel 112 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Bangka

Belitung, Indonesia, 2017

152

Tabel 113 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Kepulauan Riau, Indonesia, 2017

153

Tabel 114 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Barat, Indonesia, 2017

154

Tabel 115 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah, Indonesia, 2017

155

Tabel 116 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di DI Yogyakarta,

Indonesia, 2017

156

Tabel 117 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jawa

Timur, Indonesia, 2017

157

Tabel 118 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Banten, Indonesia, 2017

158

Tabel 119 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali,

Indonesia, 2017

159

(10)

Tenggara Barat, Indonesia, 2017

Tabel 121 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa

Tenggara Timur, Indonesia, 2017

161

Tabel 122 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Barat, Indonesia, 2017

162

Tabel 123 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Tengah, Indonesia, 2017

163

Tabel 124 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Selatan, Indonesia, 2017

164

Tabel 125 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Timur, Indonesia, 2017

165

Tabel 126 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Utara, Indonesia, 2017

166

Tabel 127 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Utara, Indonesia, 2017

167

Tabel 128 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Tengah, Indonesia, 2017

168

Tabel 129 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Selatan, Indonesia, 2017

169

Tabel 130 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Tenggara, Indonesia, 2017

170

Tabel 131 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Gorontalo, Indonesia, 2017

171

Tabel 132 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Barat, Indonesia, 2017

172

Tabel 133 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi

Maluku, Indonesia, 2017

173

Tabel 134 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi

Maluku Utara, Indonesia, 2017

174

Tabel 135 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua,

Indonesia, 2017

175

Tabel 136 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua

(11)

Daftar Gambar

Teks

Gambar 1

Struktur APBDes menurut Permendagri No 113/2014

5

Gambar 2

Dana Desa dan Pendapatan Desa di Indonesia, 2008-2017

11

Gambar 3

Jumlah Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia, 2008-2017

12

Gambar 4

Persentase Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia,

(12)

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Nawacita pemerintahan Joko Widodo telah mencanangkan pembangunan dari

pinggiran, daerah dan desa. Visi tersebut mendukung rekognisi dan subsidiaritas desa,

sebagaimana tercantum dalam UU No 6/2014 tentang Desa.

Operasionalisasi rekognisi desa mutakhir antara lain berbentuk transfer dana desa.

Sumber transfer baru ke desa ini diambil dari 10 persen dana transfer ke kabupaten/kota di

luar dana alokasi khusus. Nilainya sangat besar bagi desa: jumlah dana desa Rp 20,7 triliun

pada 2015 setara melipatgandakan jumlah pendapatan seluruh desa seindonesia tahun

sebelumnya sebesar Rp 24 triliun, nilainya pada 2017 mencapai lebih dari Rp 800 juta

perdesa atau 4 kali lipat rata-rata perolehan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

2007-2014.

Berkaitan dengan itu, pembahasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDes) menjadi krusial. Sejak awal 2015, ketersediaan APBDes menjadi syarat perolehan

transfer dana desa. Kemudian, pada akhir tahun lazim kepala desa melaporkan realitas

pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan desa.

Laporan APBDes yang dikumpulkan di sini membuat sejarah baru, karena

dikumpulkan dari registrasi seluruh desa seindonesia. Dapat dibandingkan, pengumpulan data

APBDes di tingkat nasional telah lama dilakukan dalam bentuk survai terhadap sekitar 10

persen desa.

Laporan registrasi lengkap diharapkan mampu menjelaskan berbagai potensi dan

masalah keuangan desa secara lebih memadai. Harapannya, perbaikan keuangan desa dapat

mempercepat pencapaian misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

2005-2025 berupa peningkatan daya saing desa dan pemerataan pembangunan.

Manfaat Pengetahuan APBDes

(13)

2

tingkat kabupaten/kota

2.

Mengetahui rincian pendapatan asli desa untuk mengetahui tingkat kemandirian

keuangan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota

3.

Mengetahui rincian dukungan dari luar desa sebagaimana terekam sebagai rincian

pendapatan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota

4.

Mengetahui keseluruhan pengeluaran desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan

tingkat kabupaten/kota

5.

Mengetahui kapasitas pemerintah desa sebagaimana tecermin dalam pengeluaran

untuk pemerintahan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat

kabupaten/kota

6.

Mengetahui tingkat pembangunan desa sebagaimana tecermin dalam pengeluaran

untuk pembangunan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat

kabupaten/kota

7.

Mengetahui dukungan pemerintah desa terhadap golongan miskin dan marjinal secara

langsung melalui pengeluaran untuk pembinaan kemasyarakatan desa di Indonesia,

pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota

8.

Mengetahui dukungan pemerintah desa untuk memberdayakan warga melalui

pengeluaran pemberdayaan masyarakat desa di di Indonesia, pada tingkat provinsi,

dan tingkat kabupaten/kota

9.

Mengetahui keseluruhan pembiayaan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan

tingkat kabupaten/kota

10.

Mengetahui tingkat investasi yang dilakukan pemerintah desa untuk meningkatkan

dan menjaga kemandirian keuangan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan

tingkat kabupaten/kota

(14)

3

Konsep Legal

Proses penyusunan hingga pelaporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDes) didasarkan pada Permendagri No 113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Regulasi tersebut merujuk desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain sebagai

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adapun keuangan desa merujuk pada semua hak dan kewajiban desa yang dapat

dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan keuangan desa meliputi kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan

desa.

Setiap tahun desa menyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) sebagai

penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka

waktu satu tahun. Sejalan dengan RKPDes tersebut disusun Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDes) sebagai rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

APBDes terdiri atas (

Gambar 1

)

1.

pendapatan desa: semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak

desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa

a.

Pendapatan Asli Desa (PADes), terdiri atas:

i.

Hasil usaha: hasil Bumdes, tanah kas desa

ii.

Hasil aset: tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum,

jaringan irigasi

iii.

Swadaya, partisipasi dan gotong royong: melibatkan peran serta

masyarakat berupa tenaga, barang yang dinilai dengan uang

iv.

Lain-lain pendapatan asli desa: hasil pungutan desa

(15)

4

Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota

ii.

Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi

Daerah

iii.

Alokasi Dana Desa (ADD): dana perimbangan yang diterima

kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus

iv.

Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi

v.

Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota

c.

Pendapatan lain-lain, terdiri atas:

i.

Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat:

pemberian berupa uang dari pihak ke tiga

ii.

Lain-lain pendapatan desa yang sah: pendapatan sebagai hasil

kerjasama dengan pihak ketiga dan bantuan perusahaan yang berlokasi

di desa

2.

belanja desa: semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa

dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

desa

a.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

b.

Pelaksanaan Pembangunan Desa

c.

Pembinaan Kemasyarakatan Desa

d.

Pemberdayaan Masyarakat Desa

e.

Belanja Tak Terduga

3.

pembiayaan desa: semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, terdiri atas:

a.

Penerimaan pembiayaan

i.

Sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun sebelumnya

ii.

Pencairan dana cadangan: menganggarkan pencairan dana cadangan

dari rekening dana cadangan ke rekening kas Desa dalam tahun

anggaran

iii.

Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

(16)

5

i.

Pembentukan dana cadangan: untuk mendanai kegiatan yang

penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan

dalam satu tahun anggaran

ii.

Penyertaan modal desa

Gambar 1

. Struktur APBDes menurut Permendagri No 113/2014

Penerimaan desa adalah uang yang berasal dari seluruh pendapatan desa yang masuk

ke APBDes melalui rekening kas desa. Pengeluaran desa adalah uang yang dikeluarkan dari

APBDes melalui rekening kas desa. Surplus anggaran desa adalah selisih lebih antara

pendapatan desa dengan belanja desa. Defisit anggaran desa adalah selisih kurang antara

pedapatan desa dengan belanja desa.

Kelompok belanja dibagi dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan desa yang telah

dituangkan dalam RKPDesa. Kegiatan tersebut terdiri atas jenis belanja :

1.

Pegawai: dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi kepala

desa dan perangkat desa serta tunjangan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

2.

Barang dan Jasa: pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya

kurang dari 12 bulan, terdiri atas:

a.

alat tulis kantor

1.

Pendapatan Desa

Rp…...

2.

Belanja Desa

a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp…...

b. Bidang Pembangunan

Rp…...

c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan

Rp…...

d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Rp…...

e. Bidang Tak Terduga

Rp…...

Jumlah Belanja

Rp…...

Surplus/Defisit

Rp…...

= = = = = = = = = ===

3.

Pembiayaan Desa

a. Penerimaan Pembiayaan

Rp. ……...

b. Pengeluaran Pembiayaan

Rp. ...

Selisih Pembiayaan ( a – b )

Rp……...

= = = = = = = = = ======

(17)

6

c.

bahan/material

d.

pemeliharaan

e.

cetak/penggandaan

f.

sewa kantor desa

g.

sewa perlengkapan dan peralatan kantor

h.

makanan dan minuman rapat

i.

pakaian dinas dan atributnya

j.

perjalanan dinas

k.

upah kerja

l.

honorarium narasumber/ahli

m.

operasional pemerintah desa

n.

operasional BPD

o.

insentif Rukun Tetangga /Rukun Warga

p.

pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat

3.

Modal: pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang

nilai manfaatnya lebih dari 12 bulan.

Dalam keadaan darurat dan/atau Keadaan Luar Biasa (KLB), pemerintah desa dapat

melakukan belanja yang belum tersedia anggarannya. Kegiatan dalam keadaan darurat

dianggarkan dalam belanja tidak terduga.

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan

pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Silpa antara lain pelampauan

penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan belanja, dan sisa dana kegiatan

lanjutan. Silpa digunakan untuk:

1.

menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi

belanja

2.

mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan

3.

mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum

(18)

7

Metode

Upaya pemerintah untuk mennyosialisasikan struktur Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDes) sesuai dengan UU No 6/2014 tentang desa telah dilakukan sejak

2015. Sebuah sistem keuangan desa (Siskeudes) telah disusun dan disosialisasikan ke

desa-desa. Siskeudes disusun secara

offline

dan hanya berlaku untuk satu komputer. Beberapa

pemerintah daerah telah berupaya untuk menyatukan ke dalam sistem tingkat kabupaten.

Adapun upaya untuk mengompilasi data APBDes secara nasional baru dilaksanakan

dalam Sistem Informasi Pembangunan Desa (Sipede) yang terletak di Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sistem ini dapat diakses secara

online

pada situs www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id.

Proses pengumpulan data dilaksanakan sebagai berikut:

1.

Pendamping lokal desa mengumpulkan APBDes seluruh desa dalam format MS

Excel.

2.

Pendamping lokal desa mengunggah APBDes ke dalam Sipede. Sistem ini telah

memungkinkan formal Siskeudes langsung diunggah apa adanya.

3.

Pendamping desa di kecamatan serta tenaga ahli di kabupaten melakukan validasi

data.

4.

Tenaga ahli teknologi informasi di Jakarta melakukan pengecekan dan pengolahan

data

5.

Ilmuwan data (

data scientist

) mengolah dan menganalisis data sesuai dengan

keperluan.

Publikasi ini menggunakan data pada status 7 Februari 2018, di mana telah terkumpul

dan tervalidasi APBDes pada 69.749 desa atau 93% desa. Ini adalah capaian kompilasi

APBDes tertinggi yang pernah dilakukan. Sebagai perbandingan, setidaknya sejak 2008

Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survai keuangan desa pada sekitar 10% populasi

desa. Berbagai kompilasi lainnya berjumlah di bawah itu.

Penghitungan dalam publikasi ini dilakukan dnegan pembulatan kepada 100% desa.

Proses pengolahan ini mempertimbangkan jumlah dana desa yang sudah disalurkan namun

data APBDes belum terkumpul di kabupaten tersebut. Pertimbangannya, dana desa terserap

(19)

8

dugaan bagi 7% desa atau 5.205 desa.

Analisis dilakukan lintas tahun (

time series

) hanya pada tingkat nasional, di mana

tahun-tahun sebelumnya diambil dari data survai BPS terhadap dokumen keuangan desa.

Data lintas tahun juga dibandingkan dengan hasil penelitian keuangan desa lainnya yang

dilaksanakan dengan sampel besar.

Di antara berbagai komponen APBDes, telah diperoleh data transfer dana desa. Data

ini digunakan untuk melihat elastisitas dana desa bagi peningkatan pemasukan desa.

Analisis terhadap komponen pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan dilakukan

secara sosiologis. Interpretasi disusun untuk menggali kecenderungan tindakan pemerintahan

desa bagi pembangunan dan kesejahteraan warga.

(20)

9

Hasil Pendataan Pendapatan, Belanja,

dan Pembiayaan Desa

Pendapatan

Pada tahun 2017 terdapat 74.954 desa di Indonesia yang tercatat secara resmi

sehingga mendapatkan dana desa sebesar Rp 60 triliun. Adapun hasil pendataan APBDes

2017 (

Tabel 1

) menunjukkan pendapatan seluruh desa mencapai Rp 102,5 triliun (tepatnya

Rp 102.498.856.683.512).

Tabel 1

. Pendapatan Desa (Rp) di Indonesia, 2017

Komponen APBDes Jumlah Seluruh Indonesia (Rp) Tiap Desa Rata-rata (Rp) Persentase (%) Jumlah Pemasukan 104.136.278.506.515 1.389.335.839 100.00 Jumlah Pengeluaran 100.167.522.808.536 1.336.386.621 100.00 Surplus 3.576.117.918.602 47.710.835 3.49 Pendapatan 102.498.856.683.512 1.367.490.150 98.43

Pendapatan Asli Desa 3.092.096.211.829 41.253.251 2,97

Dana Desa 59.831.763.053.721 798.246.432 57,46

Bagian dari Hasil Pajak & Restribusi (BHP) 2.341.984.154.316 31.245.619 2,25

Alokasi Dana Desa (ADD) 31.689.212.086.307 422.782.134 30,43

Bantuan Provinsi 2.297.757.100.417 30.655.563 2,21

Bantuan Kabupaten 2.946.732.791.512 39.313.883 2,83

Pendapatan Lain - lain 299.311.285.410 3.993.266 0,29

Belanja 98.922.738.764.909 1.319.779.315 98.76

Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 30.233.833.462.734 403.365.177 30,18 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 59.191.772.927.625 789.707.993 59,09

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan 5.379.716.743.820 71.773.578 5,37

Bidang Pemberdayaan Masyarakat 9.550.011.027.643 127.411.626 9,53

Pembiayaan 490.504.369.560 6.544.072

Penerimaan Pembiayaan 1.637.421.823.003 21.845.690 1,57

Pengeluaran Pembiayaan 1.244.784.043.627 16.607.306 1,24

(21)

10

(tepatnya Rp 104.136.278.506.515). Tambahan terhadap pendapatan desa diperoleh dari

penerimaan pembiayaan sebesar Rp 1,6 triliun (tepatnya Rp 1.637.421.823.003).

Jika dirata-ratakan untuk setiap desa, diperoleh informasi pendapatan sebesar Rp 1,4

miliar perdesa (tepatnya Rp 1.367.490.150 perdesa). Dengan menambahkan pendapatan

pembiayaan, terkumpul pemasukan rata-rata Rp 1,4 miliar perdesa (tepatnya Rp

1.389.335.839).

Selisih antara pendapatan dan belanja desa menginformasikan suplus APBDes 2017

sebesar Rp 3,6 triliun (tepatnya Rp 3.576.117.918.602). Atau, rata-rata surplus tiap desa Rp

48 juta (tepatnya Rp 47.710.835). Nilai setara dengan 3 persen dari keseluruhan pendapatan

desa.

Di antara komponen pendapatan, yang tertinggi ialah dana desa (sebesar 57 persen).

Dana desa diperoleh dari pemerintah pusat, yang disalurkan langsung dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke desa. Secara teknis, rekening kas umum negara

(RKUN) mencairkan dana desa ke rekening kas umum daerah (RKUD) di kabupaten/kota,

lalu segera dicairkan ke rekening kas desa (RKDesa). Dana desa yang terserap pada tahun

2017 mencapai Rp 60 triliun (tepatnya Rp 59.831.763.053.721). Nilai transfer dana desa

untuk rata-rata desa ialah Rp 800 juta (tepatnya Rp 798.246.432). Sesuai dengan Peraturan

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No 22/2016 yang diubah

menjadi No 4/2017, dana desa diperuntukkan bagi pembangunan desa dan pemberdayaan

masyarakat.

Dari histori pendapatan pemerintah desa sejak 2008, terlihat peningkatan pesat sejak

dana desa mulai ditransfer Rp 21 triliun pada 2015, Rp 47 triliun pada 2016, dan Rp 60 triliun

pada 2017 (

Gambar 2

). Dana desa semakin efektif untuk meningkatkan pendapatan desa

hingga 208 persen antara 2016 dan 2017. Efektivitas tersebut ditunjukkan pada 2015-2016

peningkatan dana desa Rp 26 T meningkatkan pendapatan desa Rp 25 T. Elastisitas dana desa

terhadap pendapatan desa masih 0,39 atau inelastis. Sebaliknya, mulai tahun 2016-2017

peningkatan dana desa Rp 13 T meningkatkan pendapatan desa Rp 27 T, sehingga

elastisitasnya menjadi 1,27. Nilai elastisitas di atas 1 menunjukkan dana desa semakin

menentukan pendapatan desa atau elastis. Diperkirakan penambahan dana desa turut

mempertinggi peningkatan pendapatan desa.

(22)

11

Sumber: BPS (2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017),

www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id

Gambar 2

. Dana Desa dan Pendapatan Desa di Indonesia, 2008-2017

Pada peringkat berikutnya ialah Alokasi Dana Desa (ADD). Proporsinya mencapai 30

persen pendapatan desa, dengan nilai absolut Rp 32 triliun (tepatnya Rp 31.689.212.086.307).

Rata-rata ADD yang diperoleh setiap desa sebesar Rp 422 juta (tepat Rp 422.782.134). ADD

biasa dibelanjakan untuk penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa, serta pembiayaan

birokrasi desa.

Dana dari kabupaten/kota lainnya ialah dari bantuan kabupaten serta bagian dari hasil

pajak dan retribusi (BHP). Proporsi bantuan kabupaten 3 persen, senilai Rp 3 triliun (tepatnya

Rp 2.946.732.791.512). Rata-rata bantuan kabupaten tiap desa Rp 39 juta (tepatnya Rp

39.313.883).

Proporsi hasil pajak dan retribusi (BHP) ialah 2 persen, atau mencapai Rp 2 triliun

(tepatnya Rp 2.341.984.154.316). Nilai rata-rata tiap desa ialah Rp 31 juta (tepatnya Rp

31.245.619).

Proporsi bantuan provinsi juga 2 persen. Jumlahnya Rp 2 triliun, tepatnya Rp

2.297.757.100.417. Rata-rata tiap desa mendapat bantuan Rp 31 juta (tepatnya Rp

30.655.563).

Dengan demikian, keseluruhan pendapatan desa dari pemerintah daerah mencapai

proporsi 38 persen. Nilainya Rp 39 triliun (tepatnya Rp 39.275.686.132.551).

(23)

12

pendapatan lain-lain. Proporsinya hanya 0,29 persen, dengan jumlah 300 miliar (tepatnya Rp

299.311.285.410).

Sayang pendapatan asli desa (PADes) hanya mencapai 3 persen. Nilainya Rp 3 triliun

(tepatnya Rp 3.092.096.211.829). Rata-rata PADes tiap desa Rp 41 juta (tepatnya Rp

41.253.251). Ini menunjukkan rendahnya kemandirian keuangan desa.

Sepanjang tahun 2008-2017 PADes keseluruhan desa di Indonesia meningkat dari Rp

1,5 triliun menjadi Rp 3 triliun (

Gambar 3

). Hanya saja, antara 2016-2017 terjadi penurunan

PADes dari Rp 4 triliun menjadi Rp 3 triliun.

Sumber: BPS (2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017),

www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id

Gambar 3

. Jumlah Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia, 2008-2017

Dari data 2008-2017 (

Gambar 4

) terlihat kemandirian cenderung 20 persen pada

2008-2014, lalu menurun drastis sejak 2015. Ini disebabkan transfer dana desa pada 2015 saja

sudah senilai seluruh pendapatan desa sendiri saat itu. Dana desa kemudian bertambah setia

tahun sampai 2017. Pada 2017 PADes hanya mencapai 3 persen dari keseluruhan pemasukan

desa.

(24)

13

Sumber: BPS (2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017),

www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id

Gambar 4

. Persentase Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia, 2008-2017

Perlu diwaspadai, bahwa penurunan angka dapat saja muncul akibat perubahan

metode pengambilan data. Angka 2008-2016 diperoleh dari survai BPS pada sekitar 10

persen desa. Angka 2017 diperoleh dari kompilasi 93 persen APBDes seindonesia.

Tabel 2

. Perbandingan Jumlah dan Persentase Rata-rata APBDes Tiap Desa di Indonesia,

2015 dan 2017

APB Desa

2015 2017

Rp x 1.000 % Rp x 1.000 %

I Pendapatan 690.121 1.367.490

1 Pendapatan Asli Desa (PAD) 16.561 2,40 41.253 2,97

2 Pendapatan transfer 641.727 92,82 1.322.241 95,17

3 Pendapatan lain-lain 31.833 4,60 3.993 0,29

II Pengeluaran 560.569 1.319.779

1 Bidang penyelenggaraan pemerintahan desa 239.585 42,33 403.365 30,18 2 Bidang pelaksanaan pembangunan desa 271.476 47,96 789.707 59,09 3 Bidang pembinaan kemasyarakatan 28.357 5,01 71.773 5,37

4 Bidang pemberdayaan masyarakat 21.152 3,74 127.411 9,53

5 Belanja Tak Terduga 13 0,23

III Pembiayaan 44.177 6.544

1 Penerimaan pembiayaan 123 0,18 21.845 1,57

2 Pengeluaran Pembiayaan 5.421 0,96 16.607 1,24

(25)

14

(2017) berdasarkan data APBDes 2015 (

Tabel 2

). Bila dibandingkan survai BPS, metode

yang digunakan Irawan lebih serupa dengan registrasi desa dalam dua hal: menggunakan

konsep APBDes sebagaimana Permendagri 113/2014 (BPS menggunakan Anggaran

Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa/APPKD dari regulasi lebih lama), dan

mengumpulkan hampir seluruh desa (95 persen desa salah satu kebupaten).

Tabel tersebut menunjukkan pendapatan desa meningkat dua kali lipat antara

2015-2017. Bersamaan dengan itu PADes juga meningkat secara absolut maupun proporsional.

Nilai absolut meningkat dari rata-rata Rp 16 juta perdesa menjadi Rp 41 juta perdesa.

Proporsinya meningkat dari 2 persen menjadi 3 persen. Data ini megindikasikan peningkatan

kemandirian desa.

Yang lebih tepat ialah membandingkan data antartahun dari metode pengambilan data

yang sama. Dalam konteks ini, registrasi desa yang berulang dari Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menjadi penting.

Belanja

Tabel 1

menunjukkan belanja seluruh desa mencapai Rp 99 triliun (tepatnya Rp

98.922.738.764.909). Pada kenyataannya, jumlah pengeluaran seluruh desa mencapai Rp 100

triliun (tepatnya Rp 100.167.522.808.536). Tambahan terhadap belanja desa diperoleh dari

pengeluaran pembiayaan sebesar Rp 1,2 triliun (tepatnya Rp 1.244.784.043.627).

Jika dirata-ratakan untuk setiap desa, diperoleh informasi belanja sebesar Rp 1,3

miliar perdesa (tepatnya Rp 1.319.779.315 perdesa). Dengan menambahkan pendapatan

pembiayaan, terkumpul pengeluaran rata-rata Rp 1,3 miliar perdesa (tepatnya Rp

1.336.386.621).

Proporsi pengeluaran terbesar ialah untuk bidang pembangunan desa. Jumlahnya Rp

59 triliun (tepatnya Rp 59.191.772.927.625), setara dengan 59 persen. Rata-rata pengeluaran

pembangunan tiap desa ialah Rp 800 juta (tepatnya Rp 789.707.993). Dominasi pengeluaran

untuk pembangunan menciptakan optimisme pencapaian kegiatan pembangunan dari

pinggiran.

Apalagi, jika dibandingkan tahun 2015 (Irawan, 2017) pada

Tabel 2

, nilai dan

proporsi pengeluaran bidang pembangunan meningkat pesat. Nilainya meningkat hampir 3

kali lipat, dari rata-rata Rp 300 juta perdesa menjadi Rp 800 juta perdesa. Proporsinya

meningkat 11 persen, dari 48 persen menjadi 59 persen.

(26)

15

Sebaliknya, penurunan tajam terhadap pada proporsi pengeluaran bidang

penyelenggaraan pemerintahan desa. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 (Irawan, 2017),

semula mencapai 42 persen, sedangkan pada 2017 tinggal 30 persen. Persentase ini sesuai

dengan aturan PP 43/2014 yang diperbarui menjadi PP 47/2015, bahwa diharapkan proporsi

pengeluaran bidang pemerintahan desa tidak lebih dari 30 persen.

Yang menarik, meskipun proporsinya menurun, namun nilai pengeluaran bidang

pemerintahan desa meningkat hampir 2 kali lipat, dari rata-rata Rp 200 juta perdesa menjadi

rata-rata Rp 400 juta per desa. Ini mengindikasikan kualitas dukungan birokrasi desa

meningkat pesat.

Upaya pemerintah desa untuk meningkatkan kemandirian masyarakat tecermin pada

pengeluaran bidang pemberdayaan masyarakat. Pada 2017 nilainya Rp 10 triliun (tepatnya

Rp 9.550.011.027.643), dan proporsinya mencapai 10 persen. Rata-rata pengeluaran bidang

pemberdayaan per desa Rp 127 juta (tepatnya Rp 127.411.626).

Jika dibandingkan tahun 2015 (Irawan 2017), terjadi peningkatan pesat jumlah dan

proporsi pengeluaran bidang pemberdayaan masyarakat. Secara absolut, jumlahnya

meningkat 6 kali lipat dari rata-rata Rp 21 juta perdesa menjadi Rp 127 juta per desa.

Proporsinya meningkat lebih dari 2 kali lipat 4 persen menjadi 10 persen. Ini

mengindikasikan jumlah dan kualitas kegiatan pemberdayaan masyarakat meningkat.

Pengeluaran untuk warga desa marjinal terbaca pada bidang pembinaan

kemasyarakatan. Pada tahun 2017 nilainya Rp 5 triliun (tepatnya Rp 5.379.716.743.820).

Proporsinya 5 persen. Nilai rata-rata per desa Rp 71 juta (tepatnya Rp 71.773.578).

Dibandingkan tahun 2015 (Irawan, 2017), proporsi pengeluaran bidang pembinaan

kemasyarakatan tetap 5 persen. Namun, nilainya meningkat lebih dari 2 kali lipat, dari

rata-rata Rp 28 juta per desa menjadi Rp 72 juta perdesa. Ini mengindikasikan peningkatan

kualitas kegiatan pembinaan kemasyarakatan desa.

Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan dapat berupa Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa). Nilai

Silpa dapat bermakna positif jika terkumpul dari penghematan anggaran, atau sebaliknya

bermakna negatif sebagai bukti kekurangmampuan perencanaan anggaran desa.

Apapun maknanya, karena uangnya tetap berada di desa, maka penerimaan

pembiayaan meningkatkan kapasitas keuangan desa. Nilai penerimaan pembiayaan seluruh

(27)

16

persen. Rata-rata penerimaan pembiayaan tiap desa Rp 22 juta (tepatnya Rp 21.845.690).

Jika dibandingkan tahun 2015 (Irawan), proporsi penerimaan pembiayaan meningkat

2 persen (dari 0 persen menjadi 2 persen). Adapun nilainya meningkat pesat (dari Rp 123 ribu

menjadi Rp 22 juta).

Pengeluaran pembiayaan lebih bermakna, karena sering menunjukkan investasi yang

dikeluarkan pemerintah desa, misalnya untuk pembiayaan bumdes. Pada tahun 2017 nilai

pengeluaran pembiayaan seluruh desa mencapai Rp 1,2 triliun (tepatnya Rp

1.244.784.043.627). Proporsinya hanya 1 persen. Rata-rata pengeluaran tiap desa Rp 17 juta

(tepatnya Rp 16.607.306).

Jika dibandingkan kondisi 2015 (Irawan, 2017), nilai pengeluaran pembiayaan

meningkat. Nilainya meningkat 3 kali lipat dari rata-rata Rp 5 juta perdesa menjadi Rp 17

juta perdesa. Proporsinya tetap 1 persen. Ini mengindikasikan investasi kepada permodalan

bumdes kemungkinan meningkat, meskipun investasi belum dianggap penting oleh

pemerintah desa.

Komparasi Desa-desa Antardaerah

Proporsi pendapatan asli desa (PADes) sebagai indikasi kemandirian keuangan desa

masih tergolong rendah. Desa-desa pada 29 provinsi hanya memiliki proporsi PADes 0-1

persen (

Tabel 3

).

Hanya desa-desa di Jawa yang memiliki proporsi PADes lebih tinggi. Proporsi PADes

sebanyak 2-9 persen dari pendapatan desa terdapat di Jawa Barat dan Jawa Timur. Proporsi

PADes tertinggi (lebih dari 10 persen) terdapat di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Fikal desa yang sehat antara lain ditunjukkan oleh pengeluaran untuk bidang

penyelenggaraan pemerintahan desa maksimal 30 persen. Ternyata

Tabel 4

menunjukkan

desa-desa pada 11 provinsi memiliki proporsi di atas 31 persen, yaitu di Sumatera Barat,

Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa

Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat.

Di antara 22 provinsi yang memiliki fiskal desa sehat, sebanyak 3 provinsi memiliki

proporsi di bawah 20 persen. Ini dapat mengindikasikan efisiensi birokratisasi desa yang

tinggi. Desa-desa tersebut terdapat di Provinsi Aceh, Kalimantan Timur, dan Papua Barat.

(28)

17

Tabel 3

. Provinsi menurut Persentase Pendapatan Asli Desa di Indonesia, 2017

Persentase Pendapatan Asli Desa

Provinsi

10% ke atas

1 Jawa Tengah

2 DI Yogyakarta

2-9%

1 Jawa Barat

2 Jawa Timur

0-1%

1 Aceh

2 Sumatera Utara

3 Sumatera Barat

4 Riau

5 Jambi

6 Sumatera Selatan

7 Bengkulu

8 Lampung

9 Bangka Belitung

10 Kepulauan Riau

11 Banten

12 Bali

13 Nusa Tenggara Barat

14 Nusa Tenggara Timur

15 Kalimantan Barat

16 Kalimantan Tengah

17 Kalimantan Selatan

18 Kalimantan Timur

19 Kalimantan Utara

20 Sulawesi Utara

21 Sulawesi Tengah

22 Sulawesi Selatan

23 Sulawesi Tenggara

24 Gorontalo

25 Sulawesi Barat

26 Maluku

27 Maluku Utara

28 Papua

29 Papua Barat

(29)

18

Desa di Indonesia, 2017

Persentase Pengeluaran Bidang

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa No

Provinsi

31% ke atas

1 Sumatera Barat

2 Riau

3 Bangka Belitung

4 Kepulauan Riau

5 Jawa Barat

6 Jawa Tengah

7 DI Yogyakarta

8 Jawa Timur

9 Banten

10 Nusa Tenggara Barat

11 Kalimantan Barat

21-30%

1 Sumatera Utara

2 Jambi

3 Sumatera Selatan

4 Bengkulu

5 Lampung

6 Bali

7 Nusa Tenggara Timur

8 Kalimantan Tengah

9 Kalimantan Selatan

10 Kalimantan Utara

11 Sulawesi Utara

12 Sulawesi Tengah

13 Sulawesi Selatan

14 Sulawesi Tenggara

15 Gorontalo

16 Sulawesi Barat

17 Maluku

18 Maluku Utara

19 Papua

0-20%

1 Aceh

2 Kalimantan Timur

3 Papua Barat

Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)

(30)

19

Kekuatan mesin pembangunan desa diindikasikan oleh dominasi proporsi pengeluaran

bidang pembangunan.

Tabel 5

menunjukkan desa-desa di Kalimantan Timur memiliki

kekuatan yang sangat tinggi, dengan proporsi pengeluaran bidang pembangunan di atas 70

persen.

Terdapat pula 6 provinsi yang memiliki desa-desa dengan proporsi pengeluaran

bidang pembangunan 60-69 persen. Provinsi tersebut mencakup Sumatera Utara, Bengkulu,

Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

Sayang, masih terdapat 7 provinsi dengan proporsi pengeluaran bidang pembangunan

di bawah 50 persen. Provinsi tersebut mencakup Sumatera Barat, Bangka Belitung, DI

Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara.

Upaya penangguangan kemiskinan langsung dan bantuan bagi golongan yang

tersisihkan terbaca dari proporsi pengeluaran untuk bidang pembinaan kemasyarakatan desa.

Ternyata terdapat 1 provinsi dengan pengeluaran di atas 10 persen, yaitu desa-desa di Bali

(

Tabel 6

). Sebaliknya, desa-desa di 16 provinsi hanya mengeluarkan belanja pembinaan

kemasyaratan 0-4 persen, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi

Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua

Barat.

Proporsi yang lebih tinggi pada bidang pemberdayaan masyarakat desa.

Tabel 7

menunjukkan proporsi di atas 20 terdapat pada desa-desa di Gorontalo dan Maluku.

Desa-desa di Maluku Utara dan Papua mengeluarkan belanja bidang pemberdayaan masyarakat

sebesar 15-19 persen. Terdapat 8 provinsi dengan desa-desa mengeluarkan belanja bidang

pemberdayaan masyarakat 10-14 persen, yaitu Aceh, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,

Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi

Tenggara. Desa-desa di provinsi mengeluarkan belanja pemberdayaan masyarakat 0-9 persen.

Investasi desa diindikasikan oleh proporsi pengeluaran pembiayaan. Di Aceh

desa-desa belanja pengeluaran pembiayaan 5-9 persen. Hanya 6 provinsi di mana desa-desa-desa-desa

belanja pengeluaran pembiayaan dengan proporsi 2-4 persen, yaitu Sumatera Utara,

Bengkulu, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan

Maluku Utara. Sebanyak 25 provinsi lainnya bersi desa-desa dengan rata-rata pengeluaran

pembiayaan 0-1 persen.

(31)

20

2017

Persentase Pengeluaran Bidang

Pembangunan Desa

No

Provinsi

70% ke atas

1 Kalimantan Timur

60-69%

1 Sumatera Utara

2 Bengkulu

3 Kalimantan Selatan

4 Sulawesi Selatan

5 Sulawesi Barat

6 Papua Barat

50-59%

1 Aceh

2 Riau

3 Jambi

4 Sumatera Selatan

5 Lampung

6 Kepulauan Riau

7 Jawa Barat

8 Jawa Tengah

9 Jawa Timur

10 Banten

11 Bali

12 Nusa Tenggara Barat

13 Nusa Tenggara Timur

14 Kalimantan Barat

15 Kalimantan Tengah

16 Kalimantan Utara

17 Sulawesi Utara

18 Sulawesi Tenggara

19 Papua

0-49%

1 Sumatera Barat

2 Bangka Belitung

3 DI Yogyakarta

4 Sulawesi Tengah

5 Gorontalo

6 Maluku

7 Maluku Utara

Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)

(32)

21

Tabel 6

. Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa

di Indonesia, 2017

Persentase Pengeluaran Bidang

Pembinaan Kemasyarakatan

No

Provinsi

10% ke atas

1 Bali

5-9%

1 Aceh

2 Sumatera Barat

3 Riau

4 Jambi

5 Sumatera Selatan

6 Lampung

7 Bangka Belitung

8 Kepulauan Riau

9 DI Yogyakarta

10 Nusa Tenggara Barat

11 Kalimantan Barat

12 Kalimantan Tengah

13 Kalimantan Timur

14 Sulawesi Tengah

15 Maluku Utara

16 Papua

0-4%

1 Sumatera Utara

2 Bengkulu

3 Jawa Barat

4 Jawa Tengah

5 Jawa Timur

6 Banten

7 Nusa Tenggara Timur

8 Kalimantan Selatan

9 Kalimantan Utara

10 Sulawesi Utara

11 Sulawesi Selatan

12 Sulawesi Tenggara

13 Gorontalo

14 Sulawesi Barat

15 Maluku

16 Papua Barat

Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)

(33)

22

di Indonesia, 2017

Persentase Pengeluaran Bidang

Pemberdayaan Masyarakat

No

Provinsi

20% ke atas

1 Gorontalo

2 Maluku

15-19%

1 Maluku Utara

2 Papua

10-14%

1 Aceh

2 Sumatera Selatan

3 Bangka Belitung

4 Nusa Tenggara Timur

5 Kalimantan Utara

6 Sulawesi Utara

7 Sulawesi Tengah

8 Sulawesi Tenggara

0-9%

1 Sumatera Utara

2 Sumatera Barat

3 Riau

4 Jambi

5 Bengkulu

6 Lampung

7 Kepulauan Riau

8 Jawa Barat

9 Jawa Tengah

10 DI Yogyakarta

11 Jawa Timur

12 Banten

13 Bali

14 Nusa Tenggara Barat

15 Kalimantan Barat

16 Kalimantan Tengah

17 Kalimantan Selatan

18 Kalimantan Timur

29 Sulawesi Selatan

20 Sulawesi Barat

21 Papua Barat

Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)

(34)

23

Tabel 8

. Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pembiayaan Desa di Indonesia, 2017

Persentase Pengeluaran Pembiayaan No

Provinsi

5-9%

1 Aceh

2-4%

1 Sumatera Utara

2 Bengkulu

3 Kepulauan Riau

4 Nusa Tenggara Barat

5 Sulawesi Tenggara

6 Gorontalo

7 Maluku Utara

0-1%

1 Sumatera Barat

2 Riau

3 Jambi

4 Sumatera Selatan

5 Lampung

6 Bangka Belitung

7 Jawa Barat

8 Jawa Tengah

9 DI Yogyakarta

10 Jawa Timur

11 Banten

12 Bali

13 Nusa Tenggara Timur

14 Kalimantan Barat

15 Kalimantan Tengah

16 Kalimantan Selatan

17 Kalimantan Timur

18 Kalimantan Utara

19 Sulawesi Utara

20 Sulawesi Tengah

21 Sulawesi Selatan

22 Sulawesi Barat

23 Maluku

24 Papua

25 Papua Barat

Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)

(35)

24

Daftar Pustaka

BPS. 2009. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2008. Jakarta: BPS.

BPS. 2010. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2009. Jakarta: BPS.

BPS. 2011. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2010. Jakarta: BPS.

BPS. 2012. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2011. Jakarta: BPS.

BPS. 2013. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2012. Jakarta: BPS.

BPS. 2014. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2013. Jakarta: BPS.

BPS. 2015. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2014. Jakarta: BPS.

BPS. 2016. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2015. Jakarta: BPS.

BPS. 2017. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2016. Jakarta: BPS.

Irawan, Nata. 2017. Tata Kelola Pemerintahan Desa Era UU Desa. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

(36)

25

(37)

26

Desa Menurut Provinsi di Indonesia, 2017

No Propinsi Jumlah Desa Jumlah Dana Desa (Rp x 1000) Jumlah Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp) Jumlah 1 Aceh 6.497 4.892.571.795 6.418.189.916.099 6.405.318.796.497 2 Sumatera Utara 5.418 4.197.972.490 5.645.350.591.415 140.023.345.961 3 Sumatera Barat 928 796.538.971 2.793.734.479.896 3.514.835.667.738 4 Riau 1.592 1.269.305.925 2.587.050.599.247 2.695.555.082.892 5 Jambi 1.399 1.090.942.601 1.922.879.723.894 1.908.512.700.487 6 Sumatera Selatan 2.859 2.267.261.445 3.349.254.435.039 3.418.152.956.613 7 Bengkulu 1.341 1.035.340.413 1.484.879.140.227 1.480.087.452.868 8 Lampung 2.435 1.957.487.721 3.076.484.650.337 3.098.860.538.223 9 Bangka Belitung 309 261.661.579 673.591.389.999 672.156.299.605 10 Kepulauan Riau 275 228.182.536 488.354.677.096 492.362.246.303 11 Jawa Barat 5.312 4.547.513.838 9.964.618.109.594 10.012.291.063.010 12 Jawa Tengah 7.809 6.384.442.058 13.024.428.365.970 13.045.811.369.791 13 DI Yogyakarta 392 368.567.559 1.153.152.167.470 1.135.854.736.066 14 Jawa Timur 7.724 6.339.556.181 12.158.607.371.964 12.204.218.317.512 15 Banten 1.238 1.009.506.961 1.581.189.421.846 1.550.574.163.717 16 Bali 636 537.258.505 2.388.355.056.662 2.367.660.333.365 17 Nusa Tenggara Barat 995 865.014.065 1.694.939.185.012 1.688.231.409.495 18 Nusa Tenggara Timur 2.996 2.360.353.320 3.650.396.630.974 3.632.066.021.627 19 Kalimantan Barat 2.031 1.616.725.259 2.576.255.635.395 2.617.808.132.052 20 Kalimantan Tengah 1.434 1.148.904.929 2.041.445.911.031 2.024.489.647.752 21 Kalimantan Selatan 1.865 1.430.375.412 2.397.083.497.367 2.402.317.049.532 22 Kalimantan Timur 841 692.420.247 968.458.793.182 983.858.767.394 23 Kalimantan Utara 447 369.938.349 622.395.339.965 630.782.139.287 24 Sulawesi Utara 1.508 1.161.358.872 1.680.006.005.987 1.630.933.017.704 25 Sulawesi Tengah 1.842 1.433.826.019 2.259.307.457.648 2.271.911.488.030 26 Sulawesi Selatan 2.257 1.820.518.240 3.181.389.992.577 3.380.702.876.505 27 Sulawesi Tenggara 1.917 1.482.032.772 2.262.959.708.348 2.258.911.757.019 28 Gorontalo 657 513.958.123 789.471.196.293 784.485.346.044 29 Sulawesi Barat 575 461.094.687 716.238.042.778 707.285.900.129 30 Maluku 1.198 961.602.798 1.538.303.448.603 1.534.990.799.430 31 Maluku Utara 1.064 832.406.416 1.301.485.290.139 1.282.334.229.838 32 Papua 5.420 4.300.947.518 5.783.994.031.414 6.234.099.883.139 33 Papua Barat 1.743 1.364.412.395 1.962.028.243.049 1.960.039.272.916 Indonesia 74.954 59.999.999.999 104.136.278.506.515 100.167.522.808.536

Gambar

Tabel 5. Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan Jumlah Pengeluaran  Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia, 2017
Tabel 7. Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan Jumlah Pengeluaran  Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, 2017
Tabel 9. Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan Jumlah Pengeluaran  Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia, 2017
Tabel 11. Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan Jumlah Pengeluaran  Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia, 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang suatu sistem pengukuran kinerja pada Universitas Muhammadiyah Luwuk menggunakan metode Human Resource Scorecard meliputi

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai p value Sig atau nilai signifikansi dari variabel kompensasi non finansial dengan kinerja karyawan sebesar 0,105, variabel stres

Noja No 70 A Kesiman Denpasar Timur Bimbingan Belajar Tgl. Trengguli No 93 Penatih Dentim SPA

Bea Masuk Tindakan Pengamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dikenakan terhadap importasi dari semua negara, kecuali terhadap produk berupa kain tenunan dari kapas yang

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga

Artinya: “Seorang suami yang menulis lafazd talak kepada istrinya, baik secara sarîh maupun kinayah sebagaimana di dalam kitab ar-raudhah dan asalnya dan berniat

“Prinsip syariah merupakan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya

Dalam penelitian ini akan ditentukan daya dukung tekan aksial pondasi tiang pancang spunpile dengan analisis perhitungan menggunakan analisa daya dukung berdasarkan