Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Tahun 2017
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
2018
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Tahun 2017
Editor: Ivanovich Agusta
Sumber Data: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id
Diterbitkan oleh
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
2018
Daftar Isi
Pendahuluan
1
Latar Belakang
1
Manfaat Pengetahuan APBDes
1
Konsep Legal
3
Metode
7
Hasil Pendataan Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Desa
9
Pendapatan
9
Belanja
14
Pembiayaan
15
Komparasi Desa-desa Antardaerah
16
Daftar Pustaka
24
Daftar Tabel
Teks
Tabel 1
Pendapatan Desa (Rp) di Indonesia, 2017
9
Tabel 2
Perbandingan Jumlah dan Persentase Rata-rata APBDes Tiap Desa
di Indonesia, 2015 dan 2017
13
Tabel 3
Provinsi menurut Persentase Pendapatan Asli Desa di Indonesia,
2017
17
Tabel 4
Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa di Indonesia, 2017
18
Tabel 5
Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Pembangunan
Desa di Indonesia, 2017
20
Tabel 6
Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan Desa di Indonesia, 2017
21
Tabel 7
Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa di Indonesia, 2017
22
Tabel 8
Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pembiayaan Desa di
Indonesia, 2017
23
Lampiran
Tabel 1
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Provinsi di Indonesia, 2017
26
Tabel 2
Jumlah Pendapatan Desa (Rp) menurut Provinsi di Indonesia, 2017
27
Tabel 3
Jumlah Belanja Desa (Rp) menurut Provinsi di Indonesia, 2017
29
Tabel 4
Jumlah Pembiayaan Desa (Rp) menurut Provinsi di Indonesia, 2017
30
Tabel 5
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh,
Indonesia, 2017
31
Tabel 6
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera
Utara, Indonesia, 2017
32
Tabel 7
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera
Barat, Indonesia, 2017
33
Tabel 8
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Riau,
Indonesia, 2017
34
Tabel 9
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Tabel 10
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera
Selatan, Indonesia, 2017
36
Tabel 11
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Bengkulu, Indonesia, 2017
37
Tabel 12
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Lampung, Indonesia, 2017
38
Tabel 13
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bangka
Belitung, Indonesia, 2017
39
Tabel 14
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kepulauan Riau, Indonesia, 2017
40
Tabel 15
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Barat, Indonesia, 2017
41
Tabel 16
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah, Indonesia, 2017
42
Tabel 17
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di DI Yogyakarta,
Indonesia, 2017
43
Tabel 18
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia, 2017
44
Tabel 19
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Banten,
Indonesia, 2017
45
Tabel 20
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali,
Indonesia, 2017
46
Tabel 21
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Indonesia, 2017
47
Tabel 22
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia, 2017
48
Tabel 23
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Barat, Indonesia, 2017
49
Tabel 24
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Tengah, Indonesia, 2017
50
Tabel 25
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia, 2017
51
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Timur, Indonesia, 2017
Tabel 27
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Utara, Indonesia, 2017
53
Tabel 28
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Utara, Indonesia, 2017
54
Tabel 29
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tengah, Indonesia, 2017
55
Tabel 30
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia, 2017
56
Tabel 31
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tenggara, Indonesia, 2017
57
Tabel 32
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Gorontalo, Indonesia, 2017
58
Tabel 33
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Barat, Indonesia, 2017
59
Tabel 34
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku,
Indonesia, 2017
60
Tabel 35
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku
Utara, Indonesia, 2017
61
Tabel 36
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua,
Indonesia, 2017
62
Tabel 37
Jumlah Desa, Dana Desa (Rp), Jumlah Pemasukan Desa, dan
Jumlah Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua
Barat, Indonesia, 2017
63
Tabel 38
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh,
Indonesia, 2017
64
Tabel 39
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara, Indonesia, 2017
66
Tabel 40
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sumatera Barat, Indonesia, 2017
68
Tabel 41
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Riau,
Indonesia, 2017
69
Tabel 42
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi,
Indonesia, 2017
70
Tabel 43
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sumatera Selatan, Indonesia, 2017
71
Tabel 44
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Bengkulu, Indonesia, 2017
72
Tabel 46
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bangka
Belitung, Indonesia, 2017
74
Tabel 47
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kepulauan Riau, Indonesia, 2017
75
Tabel 48
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Barat, Indonesia, 2017
76
Tabel 49
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah, Indonesia, 2017
77
Tabel 50
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi DI
Yogyakarta, Indonesia, 2017
79
Tabel 51
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia, 2017
80
Tabel 52
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Banten,
Indonesia, 2017
82
Tabel 53
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali,
Indonesia, 2017
83
Tabel 54
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Indonesia, 2017
84
Tabel 55
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia, 2017
85
Tabel 56
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Barat, Indonesia, 2017
87
Tabel 57
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Tengah, Indonesia, 2017
88
Tabel 58
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia, 2017
89
Tabel 59
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Timur, Indonesia, 2017
90
Tabel 60
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Utara, Indonesia, 2017
91
Tabel 61
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Utara, Indonesia, 2017
92
Tabel 62
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tengah, Indonesia, 2017
93
Tabel 63
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia, 2017
94
Tabel 64
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tenggara, Indonesia, 2017
96
Tabel 65
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Gorontalo, Indonesia, 2017
97
Tabel 66
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Barat, Indonesia, 2017
98
Tabel 67
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Maluku, Indonesia, 2017
99
Tabel 68
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku
Utara, Indonesia, 2017
100
Tabel 69
Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua,
Indonesia, 2017
101
Barat, Indonesia, 2017
Tabel 71
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh,
Indonesia, 2017
104
Tabel 72
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara, Indonesia, 2017
106
Tabel 73
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sumatera Barat, Indonesia, 2017
108
Tabel 74
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Riau,
Indonesia, 2017
109
Tabel 75
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi,
Indonesia, 2017
110
Tabel 76
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sumatera Selatan, Indonesia, 2017
111
Tabel 77
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Bengkulu, Indonesia, 2017
112
Tabel 78
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Lampung, Indonesia, 2017
113
Tabel 79
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Bangka Belitung, Indonesia, 2017
114
Tabel 80
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kepulauan Riau, Indonesia, 2017
115
Tabel 81
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Barat, Indonesia, 2017
116
Tabel 82
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah, Indonesia, 2017
117
Tabel 83
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi DI
Yogyakarta, Indonesia, 2017
119
Tabel 84
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia, 2017
120
Tabel 85
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Banten, Indonesia, 2017
122
Tabel 86
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali,
Indonesia, 2017
123
Tabel 87
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Indonesia, 2017
124
Tabel 88
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia, 2017
125
Tabel 89
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Barat, Indonesia, 2017
127
Tabel 90
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Tengah, Indonesia, 2017
128
Tabel 91
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia, 2017
129
Tabel 92
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Timur, Indonesia, 2017
130
Tabel 93
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Utara, Indonesia, 2017
131
Tabel 94
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Selawesi Utara, Indonesia, 2017
132
Tabel 96
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia, 2017
134
Tabel 97
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tenggara, Indonesia, 2017
136
Tabel 98
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Gorontalo, Indonesia, 2017
137
Tabel 99
Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Barat, Indonesia, 2017
138
Tabel 100 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Maluku, Indonesia, 2017
139
Tabel 101 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Maluku Utara, Indonesia, 2017
140
Tabel 102 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua,
Indonesia, 2017
141
Tabel 103 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua
Barat, Indonesia, 2017
143
Tabel 104 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Aceh,
Indonesia, 2017
144
Tabel 105 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara, Indonesia, 2017
145
Tabel 106 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Sumatera Barat, Indonesia, 2017
146
Tabel 107 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Riau,
Indonesia, 2017
147
Tabel 108 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jambi,
Indonesia, 2017
148
Tabel 109 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Sumatera Selatan, Indonesia, 2017
149
Tabel 110 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Bengkulu, Indonesia, 2017
150
Tabel 111 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Lampung, Indonesia, 2017
151
Tabel 112 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Bangka
Belitung, Indonesia, 2017
152
Tabel 113 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Kepulauan Riau, Indonesia, 2017
153
Tabel 114 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Barat, Indonesia, 2017
154
Tabel 115 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah, Indonesia, 2017
155
Tabel 116 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di DI Yogyakarta,
Indonesia, 2017
156
Tabel 117 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia, 2017
157
Tabel 118 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Banten, Indonesia, 2017
158
Tabel 119 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali,
Indonesia, 2017
159
Tenggara Barat, Indonesia, 2017
Tabel 121 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia, 2017
161
Tabel 122 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Barat, Indonesia, 2017
162
Tabel 123 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Tengah, Indonesia, 2017
163
Tabel 124 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia, 2017
164
Tabel 125 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Timur, Indonesia, 2017
165
Tabel 126 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Utara, Indonesia, 2017
166
Tabel 127 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Utara, Indonesia, 2017
167
Tabel 128 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tengah, Indonesia, 2017
168
Tabel 129 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia, 2017
169
Tabel 130 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tenggara, Indonesia, 2017
170
Tabel 131 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Gorontalo, Indonesia, 2017
171
Tabel 132 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Barat, Indonesia, 2017
172
Tabel 133 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi
Maluku, Indonesia, 2017
173
Tabel 134 Anggaran Pembiayaan Desa menurut Kabupaten di Provinsi
Maluku Utara, Indonesia, 2017
174
Tabel 135 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua,
Indonesia, 2017
175
Tabel 136 Anggaran Pembiayaan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua
Daftar Gambar
Teks
Gambar 1
Struktur APBDes menurut Permendagri No 113/2014
5
Gambar 2
Dana Desa dan Pendapatan Desa di Indonesia, 2008-2017
11
Gambar 3
Jumlah Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia, 2008-2017
12
Gambar 4
Persentase Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia,
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Nawacita pemerintahan Joko Widodo telah mencanangkan pembangunan dari
pinggiran, daerah dan desa. Visi tersebut mendukung rekognisi dan subsidiaritas desa,
sebagaimana tercantum dalam UU No 6/2014 tentang Desa.
Operasionalisasi rekognisi desa mutakhir antara lain berbentuk transfer dana desa.
Sumber transfer baru ke desa ini diambil dari 10 persen dana transfer ke kabupaten/kota di
luar dana alokasi khusus. Nilainya sangat besar bagi desa: jumlah dana desa Rp 20,7 triliun
pada 2015 setara melipatgandakan jumlah pendapatan seluruh desa seindonesia tahun
sebelumnya sebesar Rp 24 triliun, nilainya pada 2017 mencapai lebih dari Rp 800 juta
perdesa atau 4 kali lipat rata-rata perolehan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
2007-2014.
Berkaitan dengan itu, pembahasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) menjadi krusial. Sejak awal 2015, ketersediaan APBDes menjadi syarat perolehan
transfer dana desa. Kemudian, pada akhir tahun lazim kepala desa melaporkan realitas
pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan desa.
Laporan APBDes yang dikumpulkan di sini membuat sejarah baru, karena
dikumpulkan dari registrasi seluruh desa seindonesia. Dapat dibandingkan, pengumpulan data
APBDes di tingkat nasional telah lama dilakukan dalam bentuk survai terhadap sekitar 10
persen desa.
Laporan registrasi lengkap diharapkan mampu menjelaskan berbagai potensi dan
masalah keuangan desa secara lebih memadai. Harapannya, perbaikan keuangan desa dapat
mempercepat pencapaian misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025 berupa peningkatan daya saing desa dan pemerataan pembangunan.
Manfaat Pengetahuan APBDes
2
tingkat kabupaten/kota
2.
Mengetahui rincian pendapatan asli desa untuk mengetahui tingkat kemandirian
keuangan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota
3.
Mengetahui rincian dukungan dari luar desa sebagaimana terekam sebagai rincian
pendapatan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota
4.
Mengetahui keseluruhan pengeluaran desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan
tingkat kabupaten/kota
5.
Mengetahui kapasitas pemerintah desa sebagaimana tecermin dalam pengeluaran
untuk pemerintahan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat
kabupaten/kota
6.
Mengetahui tingkat pembangunan desa sebagaimana tecermin dalam pengeluaran
untuk pembangunan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat
kabupaten/kota
7.
Mengetahui dukungan pemerintah desa terhadap golongan miskin dan marjinal secara
langsung melalui pengeluaran untuk pembinaan kemasyarakatan desa di Indonesia,
pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota
8.
Mengetahui dukungan pemerintah desa untuk memberdayakan warga melalui
pengeluaran pemberdayaan masyarakat desa di di Indonesia, pada tingkat provinsi,
dan tingkat kabupaten/kota
9.
Mengetahui keseluruhan pembiayaan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan
tingkat kabupaten/kota
10.
Mengetahui tingkat investasi yang dilakukan pemerintah desa untuk meningkatkan
dan menjaga kemandirian keuangan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan
tingkat kabupaten/kota
3
Konsep Legal
Proses penyusunan hingga pelaporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) didasarkan pada Permendagri No 113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Regulasi tersebut merujuk desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun keuangan desa merujuk pada semua hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan keuangan desa meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan
desa.
Setiap tahun desa menyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) sebagai
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka
waktu satu tahun. Sejalan dengan RKPDes tersebut disusun Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) sebagai rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
APBDes terdiri atas (
Gambar 1
)
1.
pendapatan desa: semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak
desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa
a.
Pendapatan Asli Desa (PADes), terdiri atas:
i.
Hasil usaha: hasil Bumdes, tanah kas desa
ii.
Hasil aset: tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum,
jaringan irigasi
iii.
Swadaya, partisipasi dan gotong royong: melibatkan peran serta
masyarakat berupa tenaga, barang yang dinilai dengan uang
iv.
Lain-lain pendapatan asli desa: hasil pungutan desa
4
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota
ii.
Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi
Daerah
iii.
Alokasi Dana Desa (ADD): dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus
iv.
Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi
v.
Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota
c.
Pendapatan lain-lain, terdiri atas:
i.
Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat:
pemberian berupa uang dari pihak ke tiga
ii.
Lain-lain pendapatan desa yang sah: pendapatan sebagai hasil
kerjasama dengan pihak ketiga dan bantuan perusahaan yang berlokasi
di desa
2.
belanja desa: semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa
dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
desa
a.
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
b.
Pelaksanaan Pembangunan Desa
c.
Pembinaan Kemasyarakatan Desa
d.
Pemberdayaan Masyarakat Desa
e.
Belanja Tak Terduga
3.
pembiayaan desa: semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, terdiri atas:
a.
Penerimaan pembiayaan
i.
Sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun sebelumnya
ii.
Pencairan dana cadangan: menganggarkan pencairan dana cadangan
dari rekening dana cadangan ke rekening kas Desa dalam tahun
anggaran
iii.
Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
5
i.
Pembentukan dana cadangan: untuk mendanai kegiatan yang
penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan
dalam satu tahun anggaran
ii.
Penyertaan modal desa
Gambar 1
. Struktur APBDes menurut Permendagri No 113/2014
Penerimaan desa adalah uang yang berasal dari seluruh pendapatan desa yang masuk
ke APBDes melalui rekening kas desa. Pengeluaran desa adalah uang yang dikeluarkan dari
APBDes melalui rekening kas desa. Surplus anggaran desa adalah selisih lebih antara
pendapatan desa dengan belanja desa. Defisit anggaran desa adalah selisih kurang antara
pedapatan desa dengan belanja desa.
Kelompok belanja dibagi dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan desa yang telah
dituangkan dalam RKPDesa. Kegiatan tersebut terdiri atas jenis belanja :
1.
Pegawai: dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi kepala
desa dan perangkat desa serta tunjangan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
2.
Barang dan Jasa: pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya
kurang dari 12 bulan, terdiri atas:
a.
alat tulis kantor
1.
Pendapatan Desa
Rp…...
2.
Belanja Desa
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp…...
b. Bidang Pembangunan
Rp…...
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Rp…...
d. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Rp…...
e. Bidang Tak Terduga
Rp…...
Jumlah Belanja
Rp…...
Surplus/Defisit
Rp…...
= = = = = = = = = ===
3.
Pembiayaan Desa
a. Penerimaan Pembiayaan
Rp. ……...
b. Pengeluaran Pembiayaan
Rp. ...
Selisih Pembiayaan ( a – b )
Rp……...
= = = = = = = = = ======
6
c.
bahan/material
d.
pemeliharaan
e.
cetak/penggandaan
f.
sewa kantor desa
g.
sewa perlengkapan dan peralatan kantor
h.
makanan dan minuman rapat
i.
pakaian dinas dan atributnya
j.
perjalanan dinas
k.
upah kerja
l.
honorarium narasumber/ahli
m.
operasional pemerintah desa
n.
operasional BPD
o.
insentif Rukun Tetangga /Rukun Warga
p.
pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat
3.
Modal: pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang
nilai manfaatnya lebih dari 12 bulan.
Dalam keadaan darurat dan/atau Keadaan Luar Biasa (KLB), pemerintah desa dapat
melakukan belanja yang belum tersedia anggarannya. Kegiatan dalam keadaan darurat
dianggarkan dalam belanja tidak terduga.
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Silpa antara lain pelampauan
penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan belanja, dan sisa dana kegiatan
lanjutan. Silpa digunakan untuk:
1.
menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi
belanja
2.
mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan
3.
mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
7
Metode
Upaya pemerintah untuk mennyosialisasikan struktur Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) sesuai dengan UU No 6/2014 tentang desa telah dilakukan sejak
2015. Sebuah sistem keuangan desa (Siskeudes) telah disusun dan disosialisasikan ke
desa-desa. Siskeudes disusun secara
offline
dan hanya berlaku untuk satu komputer. Beberapa
pemerintah daerah telah berupaya untuk menyatukan ke dalam sistem tingkat kabupaten.
Adapun upaya untuk mengompilasi data APBDes secara nasional baru dilaksanakan
dalam Sistem Informasi Pembangunan Desa (Sipede) yang terletak di Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sistem ini dapat diakses secara
online
pada situs www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id.
Proses pengumpulan data dilaksanakan sebagai berikut:
1.
Pendamping lokal desa mengumpulkan APBDes seluruh desa dalam format MS
Excel.
2.
Pendamping lokal desa mengunggah APBDes ke dalam Sipede. Sistem ini telah
memungkinkan formal Siskeudes langsung diunggah apa adanya.
3.
Pendamping desa di kecamatan serta tenaga ahli di kabupaten melakukan validasi
data.
4.
Tenaga ahli teknologi informasi di Jakarta melakukan pengecekan dan pengolahan
data
5.
Ilmuwan data (
data scientist
) mengolah dan menganalisis data sesuai dengan
keperluan.
Publikasi ini menggunakan data pada status 7 Februari 2018, di mana telah terkumpul
dan tervalidasi APBDes pada 69.749 desa atau 93% desa. Ini adalah capaian kompilasi
APBDes tertinggi yang pernah dilakukan. Sebagai perbandingan, setidaknya sejak 2008
Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survai keuangan desa pada sekitar 10% populasi
desa. Berbagai kompilasi lainnya berjumlah di bawah itu.
Penghitungan dalam publikasi ini dilakukan dnegan pembulatan kepada 100% desa.
Proses pengolahan ini mempertimbangkan jumlah dana desa yang sudah disalurkan namun
data APBDes belum terkumpul di kabupaten tersebut. Pertimbangannya, dana desa terserap
8
dugaan bagi 7% desa atau 5.205 desa.
Analisis dilakukan lintas tahun (
time series
) hanya pada tingkat nasional, di mana
tahun-tahun sebelumnya diambil dari data survai BPS terhadap dokumen keuangan desa.
Data lintas tahun juga dibandingkan dengan hasil penelitian keuangan desa lainnya yang
dilaksanakan dengan sampel besar.
Di antara berbagai komponen APBDes, telah diperoleh data transfer dana desa. Data
ini digunakan untuk melihat elastisitas dana desa bagi peningkatan pemasukan desa.
Analisis terhadap komponen pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan dilakukan
secara sosiologis. Interpretasi disusun untuk menggali kecenderungan tindakan pemerintahan
desa bagi pembangunan dan kesejahteraan warga.
9
Hasil Pendataan Pendapatan, Belanja,
dan Pembiayaan Desa
Pendapatan
Pada tahun 2017 terdapat 74.954 desa di Indonesia yang tercatat secara resmi
sehingga mendapatkan dana desa sebesar Rp 60 triliun. Adapun hasil pendataan APBDes
2017 (
Tabel 1
) menunjukkan pendapatan seluruh desa mencapai Rp 102,5 triliun (tepatnya
Rp 102.498.856.683.512).
Tabel 1
. Pendapatan Desa (Rp) di Indonesia, 2017
Komponen APBDes Jumlah Seluruh Indonesia (Rp) Tiap Desa Rata-rata (Rp) Persentase (%) Jumlah Pemasukan 104.136.278.506.515 1.389.335.839 100.00 Jumlah Pengeluaran 100.167.522.808.536 1.336.386.621 100.00 Surplus 3.576.117.918.602 47.710.835 3.49 Pendapatan 102.498.856.683.512 1.367.490.150 98.43
Pendapatan Asli Desa 3.092.096.211.829 41.253.251 2,97
Dana Desa 59.831.763.053.721 798.246.432 57,46
Bagian dari Hasil Pajak & Restribusi (BHP) 2.341.984.154.316 31.245.619 2,25
Alokasi Dana Desa (ADD) 31.689.212.086.307 422.782.134 30,43
Bantuan Provinsi 2.297.757.100.417 30.655.563 2,21
Bantuan Kabupaten 2.946.732.791.512 39.313.883 2,83
Pendapatan Lain - lain 299.311.285.410 3.993.266 0,29
Belanja 98.922.738.764.909 1.319.779.315 98.76
Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa 30.233.833.462.734 403.365.177 30,18 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa 59.191.772.927.625 789.707.993 59,09
Bidang Pembinaan Kemasyarakatan 5.379.716.743.820 71.773.578 5,37
Bidang Pemberdayaan Masyarakat 9.550.011.027.643 127.411.626 9,53
Pembiayaan 490.504.369.560 6.544.072
Penerimaan Pembiayaan 1.637.421.823.003 21.845.690 1,57
Pengeluaran Pembiayaan 1.244.784.043.627 16.607.306 1,24
10
(tepatnya Rp 104.136.278.506.515). Tambahan terhadap pendapatan desa diperoleh dari
penerimaan pembiayaan sebesar Rp 1,6 triliun (tepatnya Rp 1.637.421.823.003).
Jika dirata-ratakan untuk setiap desa, diperoleh informasi pendapatan sebesar Rp 1,4
miliar perdesa (tepatnya Rp 1.367.490.150 perdesa). Dengan menambahkan pendapatan
pembiayaan, terkumpul pemasukan rata-rata Rp 1,4 miliar perdesa (tepatnya Rp
1.389.335.839).
Selisih antara pendapatan dan belanja desa menginformasikan suplus APBDes 2017
sebesar Rp 3,6 triliun (tepatnya Rp 3.576.117.918.602). Atau, rata-rata surplus tiap desa Rp
48 juta (tepatnya Rp 47.710.835). Nilai setara dengan 3 persen dari keseluruhan pendapatan
desa.
Di antara komponen pendapatan, yang tertinggi ialah dana desa (sebesar 57 persen).
Dana desa diperoleh dari pemerintah pusat, yang disalurkan langsung dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke desa. Secara teknis, rekening kas umum negara
(RKUN) mencairkan dana desa ke rekening kas umum daerah (RKUD) di kabupaten/kota,
lalu segera dicairkan ke rekening kas desa (RKDesa). Dana desa yang terserap pada tahun
2017 mencapai Rp 60 triliun (tepatnya Rp 59.831.763.053.721). Nilai transfer dana desa
untuk rata-rata desa ialah Rp 800 juta (tepatnya Rp 798.246.432). Sesuai dengan Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No 22/2016 yang diubah
menjadi No 4/2017, dana desa diperuntukkan bagi pembangunan desa dan pemberdayaan
masyarakat.
Dari histori pendapatan pemerintah desa sejak 2008, terlihat peningkatan pesat sejak
dana desa mulai ditransfer Rp 21 triliun pada 2015, Rp 47 triliun pada 2016, dan Rp 60 triliun
pada 2017 (
Gambar 2
). Dana desa semakin efektif untuk meningkatkan pendapatan desa
hingga 208 persen antara 2016 dan 2017. Efektivitas tersebut ditunjukkan pada 2015-2016
peningkatan dana desa Rp 26 T meningkatkan pendapatan desa Rp 25 T. Elastisitas dana desa
terhadap pendapatan desa masih 0,39 atau inelastis. Sebaliknya, mulai tahun 2016-2017
peningkatan dana desa Rp 13 T meningkatkan pendapatan desa Rp 27 T, sehingga
elastisitasnya menjadi 1,27. Nilai elastisitas di atas 1 menunjukkan dana desa semakin
menentukan pendapatan desa atau elastis. Diperkirakan penambahan dana desa turut
mempertinggi peningkatan pendapatan desa.
11
Sumber: BPS (2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017),
www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id
Gambar 2
. Dana Desa dan Pendapatan Desa di Indonesia, 2008-2017
Pada peringkat berikutnya ialah Alokasi Dana Desa (ADD). Proporsinya mencapai 30
persen pendapatan desa, dengan nilai absolut Rp 32 triliun (tepatnya Rp 31.689.212.086.307).
Rata-rata ADD yang diperoleh setiap desa sebesar Rp 422 juta (tepat Rp 422.782.134). ADD
biasa dibelanjakan untuk penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa, serta pembiayaan
birokrasi desa.
Dana dari kabupaten/kota lainnya ialah dari bantuan kabupaten serta bagian dari hasil
pajak dan retribusi (BHP). Proporsi bantuan kabupaten 3 persen, senilai Rp 3 triliun (tepatnya
Rp 2.946.732.791.512). Rata-rata bantuan kabupaten tiap desa Rp 39 juta (tepatnya Rp
39.313.883).
Proporsi hasil pajak dan retribusi (BHP) ialah 2 persen, atau mencapai Rp 2 triliun
(tepatnya Rp 2.341.984.154.316). Nilai rata-rata tiap desa ialah Rp 31 juta (tepatnya Rp
31.245.619).
Proporsi bantuan provinsi juga 2 persen. Jumlahnya Rp 2 triliun, tepatnya Rp
2.297.757.100.417. Rata-rata tiap desa mendapat bantuan Rp 31 juta (tepatnya Rp
30.655.563).
Dengan demikian, keseluruhan pendapatan desa dari pemerintah daerah mencapai
proporsi 38 persen. Nilainya Rp 39 triliun (tepatnya Rp 39.275.686.132.551).
12
pendapatan lain-lain. Proporsinya hanya 0,29 persen, dengan jumlah 300 miliar (tepatnya Rp
299.311.285.410).
Sayang pendapatan asli desa (PADes) hanya mencapai 3 persen. Nilainya Rp 3 triliun
(tepatnya Rp 3.092.096.211.829). Rata-rata PADes tiap desa Rp 41 juta (tepatnya Rp
41.253.251). Ini menunjukkan rendahnya kemandirian keuangan desa.
Sepanjang tahun 2008-2017 PADes keseluruhan desa di Indonesia meningkat dari Rp
1,5 triliun menjadi Rp 3 triliun (
Gambar 3
). Hanya saja, antara 2016-2017 terjadi penurunan
PADes dari Rp 4 triliun menjadi Rp 3 triliun.
Sumber: BPS (2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017),
www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id
Gambar 3
. Jumlah Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia, 2008-2017
Dari data 2008-2017 (
Gambar 4
) terlihat kemandirian cenderung 20 persen pada
2008-2014, lalu menurun drastis sejak 2015. Ini disebabkan transfer dana desa pada 2015 saja
sudah senilai seluruh pendapatan desa sendiri saat itu. Dana desa kemudian bertambah setia
tahun sampai 2017. Pada 2017 PADes hanya mencapai 3 persen dari keseluruhan pemasukan
desa.
13
Sumber: BPS (2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017),
www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id
Gambar 4
. Persentase Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia, 2008-2017
Perlu diwaspadai, bahwa penurunan angka dapat saja muncul akibat perubahan
metode pengambilan data. Angka 2008-2016 diperoleh dari survai BPS pada sekitar 10
persen desa. Angka 2017 diperoleh dari kompilasi 93 persen APBDes seindonesia.
Tabel 2
. Perbandingan Jumlah dan Persentase Rata-rata APBDes Tiap Desa di Indonesia,
2015 dan 2017
APB Desa
2015 2017
Rp x 1.000 % Rp x 1.000 %
I Pendapatan 690.121 1.367.490
1 Pendapatan Asli Desa (PAD) 16.561 2,40 41.253 2,97
2 Pendapatan transfer 641.727 92,82 1.322.241 95,17
3 Pendapatan lain-lain 31.833 4,60 3.993 0,29
II Pengeluaran 560.569 1.319.779
1 Bidang penyelenggaraan pemerintahan desa 239.585 42,33 403.365 30,18 2 Bidang pelaksanaan pembangunan desa 271.476 47,96 789.707 59,09 3 Bidang pembinaan kemasyarakatan 28.357 5,01 71.773 5,37
4 Bidang pemberdayaan masyarakat 21.152 3,74 127.411 9,53
5 Belanja Tak Terduga 13 0,23
III Pembiayaan 44.177 6.544
1 Penerimaan pembiayaan 123 0,18 21.845 1,57
2 Pengeluaran Pembiayaan 5.421 0,96 16.607 1,24
14
(2017) berdasarkan data APBDes 2015 (
Tabel 2
). Bila dibandingkan survai BPS, metode
yang digunakan Irawan lebih serupa dengan registrasi desa dalam dua hal: menggunakan
konsep APBDes sebagaimana Permendagri 113/2014 (BPS menggunakan Anggaran
Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa/APPKD dari regulasi lebih lama), dan
mengumpulkan hampir seluruh desa (95 persen desa salah satu kebupaten).
Tabel tersebut menunjukkan pendapatan desa meningkat dua kali lipat antara
2015-2017. Bersamaan dengan itu PADes juga meningkat secara absolut maupun proporsional.
Nilai absolut meningkat dari rata-rata Rp 16 juta perdesa menjadi Rp 41 juta perdesa.
Proporsinya meningkat dari 2 persen menjadi 3 persen. Data ini megindikasikan peningkatan
kemandirian desa.
Yang lebih tepat ialah membandingkan data antartahun dari metode pengambilan data
yang sama. Dalam konteks ini, registrasi desa yang berulang dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menjadi penting.
Belanja
Tabel 1
menunjukkan belanja seluruh desa mencapai Rp 99 triliun (tepatnya Rp
98.922.738.764.909). Pada kenyataannya, jumlah pengeluaran seluruh desa mencapai Rp 100
triliun (tepatnya Rp 100.167.522.808.536). Tambahan terhadap belanja desa diperoleh dari
pengeluaran pembiayaan sebesar Rp 1,2 triliun (tepatnya Rp 1.244.784.043.627).
Jika dirata-ratakan untuk setiap desa, diperoleh informasi belanja sebesar Rp 1,3
miliar perdesa (tepatnya Rp 1.319.779.315 perdesa). Dengan menambahkan pendapatan
pembiayaan, terkumpul pengeluaran rata-rata Rp 1,3 miliar perdesa (tepatnya Rp
1.336.386.621).
Proporsi pengeluaran terbesar ialah untuk bidang pembangunan desa. Jumlahnya Rp
59 triliun (tepatnya Rp 59.191.772.927.625), setara dengan 59 persen. Rata-rata pengeluaran
pembangunan tiap desa ialah Rp 800 juta (tepatnya Rp 789.707.993). Dominasi pengeluaran
untuk pembangunan menciptakan optimisme pencapaian kegiatan pembangunan dari
pinggiran.
Apalagi, jika dibandingkan tahun 2015 (Irawan, 2017) pada
Tabel 2
, nilai dan
proporsi pengeluaran bidang pembangunan meningkat pesat. Nilainya meningkat hampir 3
kali lipat, dari rata-rata Rp 300 juta perdesa menjadi Rp 800 juta perdesa. Proporsinya
meningkat 11 persen, dari 48 persen menjadi 59 persen.
15
Sebaliknya, penurunan tajam terhadap pada proporsi pengeluaran bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 (Irawan, 2017),
semula mencapai 42 persen, sedangkan pada 2017 tinggal 30 persen. Persentase ini sesuai
dengan aturan PP 43/2014 yang diperbarui menjadi PP 47/2015, bahwa diharapkan proporsi
pengeluaran bidang pemerintahan desa tidak lebih dari 30 persen.
Yang menarik, meskipun proporsinya menurun, namun nilai pengeluaran bidang
pemerintahan desa meningkat hampir 2 kali lipat, dari rata-rata Rp 200 juta perdesa menjadi
rata-rata Rp 400 juta per desa. Ini mengindikasikan kualitas dukungan birokrasi desa
meningkat pesat.
Upaya pemerintah desa untuk meningkatkan kemandirian masyarakat tecermin pada
pengeluaran bidang pemberdayaan masyarakat. Pada 2017 nilainya Rp 10 triliun (tepatnya
Rp 9.550.011.027.643), dan proporsinya mencapai 10 persen. Rata-rata pengeluaran bidang
pemberdayaan per desa Rp 127 juta (tepatnya Rp 127.411.626).
Jika dibandingkan tahun 2015 (Irawan 2017), terjadi peningkatan pesat jumlah dan
proporsi pengeluaran bidang pemberdayaan masyarakat. Secara absolut, jumlahnya
meningkat 6 kali lipat dari rata-rata Rp 21 juta perdesa menjadi Rp 127 juta per desa.
Proporsinya meningkat lebih dari 2 kali lipat 4 persen menjadi 10 persen. Ini
mengindikasikan jumlah dan kualitas kegiatan pemberdayaan masyarakat meningkat.
Pengeluaran untuk warga desa marjinal terbaca pada bidang pembinaan
kemasyarakatan. Pada tahun 2017 nilainya Rp 5 triliun (tepatnya Rp 5.379.716.743.820).
Proporsinya 5 persen. Nilai rata-rata per desa Rp 71 juta (tepatnya Rp 71.773.578).
Dibandingkan tahun 2015 (Irawan, 2017), proporsi pengeluaran bidang pembinaan
kemasyarakatan tetap 5 persen. Namun, nilainya meningkat lebih dari 2 kali lipat, dari
rata-rata Rp 28 juta per desa menjadi Rp 72 juta perdesa. Ini mengindikasikan peningkatan
kualitas kegiatan pembinaan kemasyarakatan desa.
Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan dapat berupa Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa). Nilai
Silpa dapat bermakna positif jika terkumpul dari penghematan anggaran, atau sebaliknya
bermakna negatif sebagai bukti kekurangmampuan perencanaan anggaran desa.
Apapun maknanya, karena uangnya tetap berada di desa, maka penerimaan
pembiayaan meningkatkan kapasitas keuangan desa. Nilai penerimaan pembiayaan seluruh
16
persen. Rata-rata penerimaan pembiayaan tiap desa Rp 22 juta (tepatnya Rp 21.845.690).
Jika dibandingkan tahun 2015 (Irawan), proporsi penerimaan pembiayaan meningkat
2 persen (dari 0 persen menjadi 2 persen). Adapun nilainya meningkat pesat (dari Rp 123 ribu
menjadi Rp 22 juta).
Pengeluaran pembiayaan lebih bermakna, karena sering menunjukkan investasi yang
dikeluarkan pemerintah desa, misalnya untuk pembiayaan bumdes. Pada tahun 2017 nilai
pengeluaran pembiayaan seluruh desa mencapai Rp 1,2 triliun (tepatnya Rp
1.244.784.043.627). Proporsinya hanya 1 persen. Rata-rata pengeluaran tiap desa Rp 17 juta
(tepatnya Rp 16.607.306).
Jika dibandingkan kondisi 2015 (Irawan, 2017), nilai pengeluaran pembiayaan
meningkat. Nilainya meningkat 3 kali lipat dari rata-rata Rp 5 juta perdesa menjadi Rp 17
juta perdesa. Proporsinya tetap 1 persen. Ini mengindikasikan investasi kepada permodalan
bumdes kemungkinan meningkat, meskipun investasi belum dianggap penting oleh
pemerintah desa.
Komparasi Desa-desa Antardaerah
Proporsi pendapatan asli desa (PADes) sebagai indikasi kemandirian keuangan desa
masih tergolong rendah. Desa-desa pada 29 provinsi hanya memiliki proporsi PADes 0-1
persen (
Tabel 3
).
Hanya desa-desa di Jawa yang memiliki proporsi PADes lebih tinggi. Proporsi PADes
sebanyak 2-9 persen dari pendapatan desa terdapat di Jawa Barat dan Jawa Timur. Proporsi
PADes tertinggi (lebih dari 10 persen) terdapat di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Fikal desa yang sehat antara lain ditunjukkan oleh pengeluaran untuk bidang
penyelenggaraan pemerintahan desa maksimal 30 persen. Ternyata
Tabel 4
menunjukkan
desa-desa pada 11 provinsi memiliki proporsi di atas 31 persen, yaitu di Sumatera Barat,
Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat.
Di antara 22 provinsi yang memiliki fiskal desa sehat, sebanyak 3 provinsi memiliki
proporsi di bawah 20 persen. Ini dapat mengindikasikan efisiensi birokratisasi desa yang
tinggi. Desa-desa tersebut terdapat di Provinsi Aceh, Kalimantan Timur, dan Papua Barat.
17
Tabel 3
. Provinsi menurut Persentase Pendapatan Asli Desa di Indonesia, 2017
Persentase Pendapatan Asli Desa
Provinsi
10% ke atas
1 Jawa Tengah
2 DI Yogyakarta
2-9%
1 Jawa Barat
2 Jawa Timur
0-1%
1 Aceh
2 Sumatera Utara
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi
6 Sumatera Selatan
7 Bengkulu
8 Lampung
9 Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau
11 Banten
12 Bali
13 Nusa Tenggara Barat
14 Nusa Tenggara Timur
15 Kalimantan Barat
16 Kalimantan Tengah
17 Kalimantan Selatan
18 Kalimantan Timur
19 Kalimantan Utara
20 Sulawesi Utara
21 Sulawesi Tengah
22 Sulawesi Selatan
23 Sulawesi Tenggara
24 Gorontalo
25 Sulawesi Barat
26 Maluku
27 Maluku Utara
28 Papua
29 Papua Barat
18
Desa di Indonesia, 2017
Persentase Pengeluaran Bidang
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa No
Provinsi
31% ke atas
1 Sumatera Barat
2 Riau
3 Bangka Belitung
4 Kepulauan Riau
5 Jawa Barat
6 Jawa Tengah
7 DI Yogyakarta
8 Jawa Timur
9 Banten
10 Nusa Tenggara Barat
11 Kalimantan Barat
21-30%
1 Sumatera Utara
2 Jambi
3 Sumatera Selatan
4 Bengkulu
5 Lampung
6 Bali
7 Nusa Tenggara Timur
8 Kalimantan Tengah
9 Kalimantan Selatan
10 Kalimantan Utara
11 Sulawesi Utara
12 Sulawesi Tengah
13 Sulawesi Selatan
14 Sulawesi Tenggara
15 Gorontalo
16 Sulawesi Barat
17 Maluku
18 Maluku Utara
19 Papua
0-20%
1 Aceh
2 Kalimantan Timur
3 Papua Barat
Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)
19
Kekuatan mesin pembangunan desa diindikasikan oleh dominasi proporsi pengeluaran
bidang pembangunan.
Tabel 5
menunjukkan desa-desa di Kalimantan Timur memiliki
kekuatan yang sangat tinggi, dengan proporsi pengeluaran bidang pembangunan di atas 70
persen.
Terdapat pula 6 provinsi yang memiliki desa-desa dengan proporsi pengeluaran
bidang pembangunan 60-69 persen. Provinsi tersebut mencakup Sumatera Utara, Bengkulu,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.
Sayang, masih terdapat 7 provinsi dengan proporsi pengeluaran bidang pembangunan
di bawah 50 persen. Provinsi tersebut mencakup Sumatera Barat, Bangka Belitung, DI
Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara.
Upaya penangguangan kemiskinan langsung dan bantuan bagi golongan yang
tersisihkan terbaca dari proporsi pengeluaran untuk bidang pembinaan kemasyarakatan desa.
Ternyata terdapat 1 provinsi dengan pengeluaran di atas 10 persen, yaitu desa-desa di Bali
(
Tabel 6
). Sebaliknya, desa-desa di 16 provinsi hanya mengeluarkan belanja pembinaan
kemasyaratan 0-4 persen, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua
Barat.
Proporsi yang lebih tinggi pada bidang pemberdayaan masyarakat desa.
Tabel 7
menunjukkan proporsi di atas 20 terdapat pada desa-desa di Gorontalo dan Maluku.
Desa-desa di Maluku Utara dan Papua mengeluarkan belanja bidang pemberdayaan masyarakat
sebesar 15-19 persen. Terdapat 8 provinsi dengan desa-desa mengeluarkan belanja bidang
pemberdayaan masyarakat 10-14 persen, yaitu Aceh, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi
Tenggara. Desa-desa di provinsi mengeluarkan belanja pemberdayaan masyarakat 0-9 persen.
Investasi desa diindikasikan oleh proporsi pengeluaran pembiayaan. Di Aceh
desa-desa belanja pengeluaran pembiayaan 5-9 persen. Hanya 6 provinsi di mana desa-desa-desa-desa
belanja pengeluaran pembiayaan dengan proporsi 2-4 persen, yaitu Sumatera Utara,
Bengkulu, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan
Maluku Utara. Sebanyak 25 provinsi lainnya bersi desa-desa dengan rata-rata pengeluaran
pembiayaan 0-1 persen.
20
2017
Persentase Pengeluaran Bidang
Pembangunan Desa
No
Provinsi
70% ke atas
1 Kalimantan Timur
60-69%
1 Sumatera Utara
2 Bengkulu
3 Kalimantan Selatan
4 Sulawesi Selatan
5 Sulawesi Barat
6 Papua Barat
50-59%
1 Aceh
2 Riau
3 Jambi
4 Sumatera Selatan
5 Lampung
6 Kepulauan Riau
7 Jawa Barat
8 Jawa Tengah
9 Jawa Timur
10 Banten
11 Bali
12 Nusa Tenggara Barat
13 Nusa Tenggara Timur
14 Kalimantan Barat
15 Kalimantan Tengah
16 Kalimantan Utara
17 Sulawesi Utara
18 Sulawesi Tenggara
19 Papua
0-49%
1 Sumatera Barat
2 Bangka Belitung
3 DI Yogyakarta
4 Sulawesi Tengah
5 Gorontalo
6 Maluku
7 Maluku Utara
Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)
21
Tabel 6
. Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa
di Indonesia, 2017
Persentase Pengeluaran Bidang
Pembinaan Kemasyarakatan
No
Provinsi
10% ke atas
1 Bali
5-9%
1 Aceh
2 Sumatera Barat
3 Riau
4 Jambi
5 Sumatera Selatan
6 Lampung
7 Bangka Belitung
8 Kepulauan Riau
9 DI Yogyakarta
10 Nusa Tenggara Barat
11 Kalimantan Barat
12 Kalimantan Tengah
13 Kalimantan Timur
14 Sulawesi Tengah
15 Maluku Utara
16 Papua
0-4%
1 Sumatera Utara
2 Bengkulu
3 Jawa Barat
4 Jawa Tengah
5 Jawa Timur
6 Banten
7 Nusa Tenggara Timur
8 Kalimantan Selatan
9 Kalimantan Utara
10 Sulawesi Utara
11 Sulawesi Selatan
12 Sulawesi Tenggara
13 Gorontalo
14 Sulawesi Barat
15 Maluku
16 Papua Barat
Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)
22
di Indonesia, 2017
Persentase Pengeluaran Bidang
Pemberdayaan Masyarakat
No
Provinsi
20% ke atas
1 Gorontalo
2 Maluku
15-19%
1 Maluku Utara
2 Papua
10-14%
1 Aceh
2 Sumatera Selatan
3 Bangka Belitung
4 Nusa Tenggara Timur
5 Kalimantan Utara
6 Sulawesi Utara
7 Sulawesi Tengah
8 Sulawesi Tenggara
0-9%
1 Sumatera Utara
2 Sumatera Barat
3 Riau
4 Jambi
5 Bengkulu
6 Lampung
7 Kepulauan Riau
8 Jawa Barat
9 Jawa Tengah
10 DI Yogyakarta
11 Jawa Timur
12 Banten
13 Bali
14 Nusa Tenggara Barat
15 Kalimantan Barat
16 Kalimantan Tengah
17 Kalimantan Selatan
18 Kalimantan Timur
29 Sulawesi Selatan
20 Sulawesi Barat
21 Papua Barat
Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)
23
Tabel 8
. Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pembiayaan Desa di Indonesia, 2017
Persentase Pengeluaran Pembiayaan No
Provinsi
5-9%
1 Aceh
2-4%
1 Sumatera Utara
2 Bengkulu
3 Kepulauan Riau
4 Nusa Tenggara Barat
5 Sulawesi Tenggara
6 Gorontalo
7 Maluku Utara
0-1%
1 Sumatera Barat
2 Riau
3 Jambi
4 Sumatera Selatan
5 Lampung
6 Bangka Belitung
7 Jawa Barat
8 Jawa Tengah
9 DI Yogyakarta
10 Jawa Timur
11 Banten
12 Bali
13 Nusa Tenggara Timur
14 Kalimantan Barat
15 Kalimantan Tengah
16 Kalimantan Selatan
17 Kalimantan Timur
18 Kalimantan Utara
19 Sulawesi Utara
20 Sulawesi Tengah
21 Sulawesi Selatan
22 Sulawesi Barat
23 Maluku
24 Papua
25 Papua Barat
Sumber: www.sipede.ppmd.kemendesa.go.id (diolah)
24
Daftar Pustaka
BPS. 2009. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2008. Jakarta: BPS.
BPS. 2010. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2009. Jakarta: BPS.
BPS. 2011. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2010. Jakarta: BPS.
BPS. 2012. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2011. Jakarta: BPS.
BPS. 2013. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2012. Jakarta: BPS.
BPS. 2014. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2013. Jakarta: BPS.
BPS. 2015. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2014. Jakarta: BPS.
BPS. 2016. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2015. Jakarta: BPS.
BPS. 2017. Statistik Keuangan Pemerintah Desa 2016. Jakarta: BPS.
Irawan, Nata. 2017. Tata Kelola Pemerintahan Desa Era UU Desa. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
25
26
Desa Menurut Provinsi di Indonesia, 2017
No Propinsi Jumlah Desa Jumlah Dana Desa (Rp x 1000) Jumlah Pemasukan (Rp) Pengeluaran (Rp) Jumlah 1 Aceh 6.497 4.892.571.795 6.418.189.916.099 6.405.318.796.497 2 Sumatera Utara 5.418 4.197.972.490 5.645.350.591.415 140.023.345.961 3 Sumatera Barat 928 796.538.971 2.793.734.479.896 3.514.835.667.738 4 Riau 1.592 1.269.305.925 2.587.050.599.247 2.695.555.082.892 5 Jambi 1.399 1.090.942.601 1.922.879.723.894 1.908.512.700.487 6 Sumatera Selatan 2.859 2.267.261.445 3.349.254.435.039 3.418.152.956.613 7 Bengkulu 1.341 1.035.340.413 1.484.879.140.227 1.480.087.452.868 8 Lampung 2.435 1.957.487.721 3.076.484.650.337 3.098.860.538.223 9 Bangka Belitung 309 261.661.579 673.591.389.999 672.156.299.605 10 Kepulauan Riau 275 228.182.536 488.354.677.096 492.362.246.303 11 Jawa Barat 5.312 4.547.513.838 9.964.618.109.594 10.012.291.063.010 12 Jawa Tengah 7.809 6.384.442.058 13.024.428.365.970 13.045.811.369.791 13 DI Yogyakarta 392 368.567.559 1.153.152.167.470 1.135.854.736.066 14 Jawa Timur 7.724 6.339.556.181 12.158.607.371.964 12.204.218.317.512 15 Banten 1.238 1.009.506.961 1.581.189.421.846 1.550.574.163.717 16 Bali 636 537.258.505 2.388.355.056.662 2.367.660.333.365 17 Nusa Tenggara Barat 995 865.014.065 1.694.939.185.012 1.688.231.409.495 18 Nusa Tenggara Timur 2.996 2.360.353.320 3.650.396.630.974 3.632.066.021.627 19 Kalimantan Barat 2.031 1.616.725.259 2.576.255.635.395 2.617.808.132.052 20 Kalimantan Tengah 1.434 1.148.904.929 2.041.445.911.031 2.024.489.647.752 21 Kalimantan Selatan 1.865 1.430.375.412 2.397.083.497.367 2.402.317.049.532 22 Kalimantan Timur 841 692.420.247 968.458.793.182 983.858.767.394 23 Kalimantan Utara 447 369.938.349 622.395.339.965 630.782.139.287 24 Sulawesi Utara 1.508 1.161.358.872 1.680.006.005.987 1.630.933.017.704 25 Sulawesi Tengah 1.842 1.433.826.019 2.259.307.457.648 2.271.911.488.030 26 Sulawesi Selatan 2.257 1.820.518.240 3.181.389.992.577 3.380.702.876.505 27 Sulawesi Tenggara 1.917 1.482.032.772 2.262.959.708.348 2.258.911.757.019 28 Gorontalo 657 513.958.123 789.471.196.293 784.485.346.044 29 Sulawesi Barat 575 461.094.687 716.238.042.778 707.285.900.129 30 Maluku 1.198 961.602.798 1.538.303.448.603 1.534.990.799.430 31 Maluku Utara 1.064 832.406.416 1.301.485.290.139 1.282.334.229.838 32 Papua 5.420 4.300.947.518 5.783.994.031.414 6.234.099.883.139 33 Papua Barat 1.743 1.364.412.395 1.962.028.243.049 1.960.039.272.916 Indonesia 74.954 59.999.999.999 104.136.278.506.515 100.167.522.808.536