• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Burnout Dan Kepuasan Kerja Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan PT. Hanil Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Burnout Dan Kepuasan Kerja Dengan Intensi Turnover Pada Karyawan PT. Hanil Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA

BURNOUT

DAN KEPUASAN KERJA

DENGAN INTENSI

TURNOVER

PADA KARYAWAN

PT. HANIL INDONESIA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Diajukan Oleh :

TOFAN RIZKI ANGGRAITA

F 100 130 001

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA

BURNOUT

DAN KEPUASAN KERJA

DENGAN INTENSI

TURNOVER

PADA KARYAWAN

PT. HANIL INDONESIA

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Oleh:

TOFAN RIZKI ANGGRAITA

F 100 130 001

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA

BURNOUT

DAN KEPUASAN KERJA

DENGAN INTENSI

TURNOVER

PADA KARYAWAN

PT. HANIL INDONESIA

Oleh :

TOFAN RIZKI ANGGRAITA

F 100 130 001

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa 8 Agustus 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Nanik Prihartanti, M.Si, Psi (………..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Sri Lestari, M.Si, Psi (………..)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Drs. Mohammad Amir, M.Si, Psi (………..)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Moordiningsih, M.Si, Psi NIK. 876/0615127401

(4)
(5)

1

HUBUNGAN ANTARA

BURNOUT

DAN KEPUASAN KERJA

DENGAN INTENSI

TURNOVER

PADA KARYAWAN

PT. HANIL INDONESIA

ABSTRAK

Burnout dan kepuasan kerja merupakan faktor yang dapat berdampak negatif terhadap kondisi psikologis karyawan, yang dapat berujung pada keputusan turnover (keluar dari perusahaan). Turnover yang tinggi dapat berakibat pada penurunan produktivitas. Mengukur tingkat turnover dapat dilakukan dengan mengukur intensi turnover. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara burnout dan kepuasan kerja dengan intensi turnover pada karyawan PT. Hanil Indonesia. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling dengan populasi sebanyak 1.400 karyawan perempuan dan sampel yang digunakan sebanyak 227 orang. Pengambilan data menggunakan skala burnout, skala kepuasan kerja, dan skala intensi turnover. Data tidak normal dan linier, maka teknik analisis data menggunakan uji rank spearman dengan program komputer yaitu SPSS versi 18 dan diperoleh nilai koefisien korelasi antara burnout dengan intensi turnover sebesar (rx1y)= 0,511 dengan sig= 0,00 (p<0,01), yang memiliki arti bahwa adanya hubungan positif yang tinggi antara burnout dengan intensi turnover. Semakin tinggi burnout yang dialami oleh karyawan maka semakin tinggi keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan, begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien korelasi antara kepuasan kerja dan intensi turnover sebesar (rx2y)= -0,425 dengan sig= 0,00 (p<0,01), yang memiliki arti bahwa adanya hubungan negatif yang tinggi antara kepuasan kerja dengan intensi turnover. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan maka semakin rendah keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan, begitu juga sebaliknya. Hubungan yang kuat antara variabel burnout, kepuasan kerja dengan intensi turnover, memberikan pengertian kepada kita bahwa dengan meminimalkan sumber penyebab burnout dan meningkatkan kepuasan kerja, memiliki konsekuensi pada keputusan karyawan untuk tetap bekerja di perusahaan.

Kata Kunci : burnout, kepuasan kerja, turnover, intensi turnover

ABSTRACT

Burnout and job satisfaction is the factors that can have a negative impact on the psychological employees, which ends in a turnover decision. High turnover can take effect in a decrease in productivity. Measuring rate of turnover can be done by measuring the turnover intention. The purpose of this research is to know the correlation between burnout and job satisfaction with turnover intention. The sampling technique of this study is proportionate stratified random sampling with the population of 1.400 female employees and the sample used is 227 female employees. The data collection using burnout scale, job satisfaction scale, and turnover intention. Data is analyzed by using rank

(6)

2

spearman because the data is not normal and linear. Analysis techniques use computer program named SPSS 18.00 version. The output of rank spearman analysis, resulted coefficient correlation between burnout and turnover intention is (rx1y)= 0,511 with sig= 0,00 (p<0,01), that mean there is a very significant positive relationship between burnout and turnover intention. The higher the burnout experienced by the employee, the higher the turnover intention employee was, and vice versa. Coefficient correlation value between job satisfaction and turnover intention is (rx2y)=-0,425 dengan sig= 0,00 (p<0,01) that mean there is a very significant negative relationship between job satisfaction and turnover intention. The higher the job satisfaction experienced by the employee, getting lower the turnover intention employee was, and vice versa. Strong correlation between burnout variables, job satisfaction and turnover intentions, explained to us that by minimizing sources of burnout and increasing job satisfaction, has consequences on employee decisions to keep working in the company.

Kata Kunci : burnout, job satisfaction, turnover, turnover intention

1. PENDAHULUAN

Kebijakan pasar bebas dunia telah membawa Indonesia untuk ikut bersaing dalam bidang ekonomi di pasar Dunia. Kebijakan tersebut memberikan dampak yang positif pada perkembangan sektor industri Indosnesia, salah satu diantaranya adalah memasarkan secara bebas hasil produk dan jasa di pasar Internasional. Namun, kebijakan tersebut mengakibatkan meningkatnya persaingan industri baik itu lokal maupun Internasional. Untuk memenangkan persaingan maka setiap perusahaan harus meningkatkan kualitasnya menjadi perusahaan kelas dunia (world class company). Menurut Poniman dan Hidayat (2015) suatu perusahaan dikatakan atau masuk kategori perusahaan kelas dunia (world class company) yaitu perusahaan yang bisa memenuhi daya saing berkelas dunia dalam 5 kriteria kriteria performance yang disingkat QCDSP yaitu kualitas (quality), biaya (cost), pengiriman (delivery), keselamatan (safety) dan sumber daya manusia (people).

Dalam memenangkan persaingan perusahaan selain harus memperhatikan performance, perusahaan juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menurunkan produktivitas atau yang disebut dengan counterproductive behaviour yaitu absence, lateness, dan turnover Spector (2008). Turnover atau keluarnya karyawan dari perusahaan adalah salah satu variabel yang menurunkan

(7)

3

produktivitas organisasi maupun perusahaan (Spector, 2008). Fenomena turnover memiliki konsekuensi kerugian biaya yang signifikan untuk setiap organisasi dan turnover juga berdampak pada kerugian pengeluaran biaya untuk perekrutan dan pelatihan. (Ceylan dan Kaynak dalam Bothman & Roodt, 2012:3)

Bukti empiris mengenai akibat turnover terhadap penurunan produktivitas perusahaan dan organisasi banyak didokumentasikan. Seperti survai yang dilakukan oleh Bureau of Labor Statistics (dalam Biron & Bon, 2013:512) melaporkan nilai turnover tahunan di Amerika mencapai 20%, dengan perkiraan biaya kerugian mencapai miliaran dolar per tahun. Kemudian Survey global Right Management (dalam Fryer, 2011) melakukan survei terhadap tingkat turnover di 17 negara dengan 2.080 partisipan yang melibatkan 20 sektor industri melaporkan bahwa dalam lima tahun ke depan turnover akan meningkat, diantaranya meliputi Amerika Utara (59%), Asia Pasifik (58%), Eropa (41%), dan rata-rata global (49%). Indonesia sendiri juga melakukan survei turnover antara tahun 2006-2007 mengenai turnover yang dilakukan oleh PT. Watson Wyatt Indonesia (dalam Ridlo, 2012:2) melaporkan bahwa turnover untuk posisi-posisi penting di industri perbankan antara 6,3%-7,5%, sedangkan turnover karyawan di industri pada umumnya hanya berkisar 0,1-0,74%.

Fenomena turnover juga terjadi di PT. Hanil Indonesia. Perusahaan PMA (Penanam Modal Asing) milik korea selatan, yang bergerak di bidang pembuatan benang sintetis acrylic bertempat di Kabupaten Boyolali. Dari data personalia PT. Hanil Indonesia tercatat sejak bulan Februari 2016 hingga Februari 2017 tingkat turnover mencapai 15,42%, dengan pegawai keluar sebanyak 362 dan pegawai aktif sebanyak ±2.300. Bulan dengan jumlah terbanyak pegawai yang keluar adalah Februari 216 sebanyak 62 orang atau sebesar 2,7%. Persentase perbandingan antara pegawai yang aktif dan keluar tergolong cukup tinggi 15,42%, angka tersebut tercatat selama 12 bulan.

Salah satu faktor penyebab turnover adalah burnout. Spector (2008:270) mengatakan bahwa turnover yang tinggi dapat menjadi tanda kondisi kerja yang sulit, kompensasi yang tidak memadai, manajemen yang buruk, burnout dan

(8)

lain-4

lain. Selain itu bukti empiris mengenai hubungan positif antara burnout dan intensi turnover telah banyak dibuktikan. Seperti Penelitian yang dilakukan Kristiana, Yusuf, dan Priyatama (2016) membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan positif antara burnout dengan intensi turnover.

Faktor lain yang dapat menjadi pemicu turnover adalah kepuasan kerja (job satisfaction). Spector (2008:241) menjelaskan bahwa karyawan yang keluar dari pekerjaan atau turnover memiliki hubungan dengan kepuasan kerja. Begitu juga Riggio (2013:233) menyampaikan hal yang sama bahwa ketidak puasan kerja yang berkaitan dengan penghargaan, promosi dan bayaran merupakan faktor yang membuat karyawan meninggalkan perusahaan.

Telah banyak ditemukan bukti empiris bahwa rendahnya kepuasan kerja berhubungan secara negatif terhadap intensi turnover. Seperti penelitian Sianipar dan Haryanti (2014) membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan intensi turnover.

Untuk mengetahui tingginya tingkat turnover karyawan dalam suatu perusahaan bisa dengan cara mengukur seberapa besar keinginan karyawan tersebut untuk keluar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mobley, Tett dan Meyer (dalam Biron & Boon, 2013) secara konsisten memperlihatkan bahwa keinginan turnover merupakan perdiktor kuat dari actual turnover (keluar dari perusahaan). Selain itu Glanz, Rimer, dan Viswanath (2015) menjelaskan bahwa theory of reasoned action (TRA) dan theory planned behaviour (TPB) dapat dijadikan asumsi yang mendasari bahwa prediktor terbaik dari pelaku adalah niat, yang ditentukan oleh sikap dan persepsi normatif mengenai perilaku.

Dari hasil penjelasan diatas penulis sangat tertarik dengan fenomena karyawan yang keluar dari pekerjaan (turnover) dikarenakan permasalahan tersebut sangat umum dialami oleh semua perusahaan sampai sekarang, dan turnover sendiri berdampak pada kerugian perusahaan dari segi waktu, keuangan dan produksi. Menanggapi kasus turnover PT. Hanil Indonesia yang tergolong cukup tinggi, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan burnout dan kepuasan kerja dengan intensitas turnover karyawan. Dari keterkaitan ketiga variabel yang telah dijelaskan

(9)

5

(turnover, burnout, dan kepuasan kerja) maka dibuatlah rumusan masalah “Apakah ada hubungan antara burnout dan kepuasan kerja dengan intensi turnover pada karyawan PT. Hanil Indonesia”

2. METODE

Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling. Menurut Kumaidi dan Manfaat (2013) stratified random sampling merupakan penyempelan yang didasarkan pada keanggotaan pool (kelompok) anggota populasi, misalnya populasi menurut jenis kelamin. Sedangkan proportionate merupakan keanggotaan antara pool harus sama atau proporsi/persentase sama (Sugiyono, 2012). Sehingga stratified dalam penelitian ini adalah berdasarkan dari tingkat kesulitan mesin dan juga beban mesin yang berbeda-beda antara drawing, spinning, finishing. Berdasarkan dari penjelasan pihak HRD (Human Resource Development) dan pihak trainer karyawan mengatakan bahwa mesin memiliki tingkat keterampilan yang berbeda-beda dan beban kerja yang berbeda dalam menjalankannya, yang tersulit adalah spinning, kemudian finishing dan drawing. Selain itu jangka waktu untuk training juga membutuhkan waktu yang lama. Waktu terlama dalam training yaitu spinning, kemudian drawing. Mengingat bahwa tingkat kesulitan memberikan dan beban kerja berlebih kontribusi pada risiko burnout (Rosyid, 1996)

Rincian jumlah populasi per bagian adalah drawing berjumlah 300, bagian spinning berjumlah 400, dan bagian finishing 700, maka total populasi adalah ±1.400 orang. Dari jumlah tersebut diambil persentase yang sama tiap bagian maka didapatkan sampel per bagian adalah drawing berjumlah 49, spinning berjumlah 65, dan finishing berjumlah 113 orang, sehingga total sampel berjumlah 227 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala burnout, skala kepuasan kerja dan skala intensi turnover. Skala yang digunakan sudah melalui uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis yang digunakan menggunakan uji regresi. Sebelum dilakukan analisis regresi data harus memenuhi syarat berdistribusi normal dan linier.

(10)

6

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji normalitas dan linieritas menunjukkan hasil bahwa data tidak normal dan linier. Untuk hasil uji normalitas ketiga variabel memiliki nilai p kurang dari 0,05 (p<0,05), nilai p kurang dari 0,06 memberi arti bahwa data variabel burnout tidak normal. Masing-masing data untuk variabel burnout, kepuasan kerja, dan intensi turnover sebesar 0,015, 0,001 dan 0,000.

Untuk hasil uji linieritas antara variabel burnout dengan intensi turnover diperoleh nilai F sebesar 1,350 dengan signifikasi deviation from linearity p=0,118 (p<0,05), sehingga data memiliki hubungan yang linier. Kemudian untuk hasil uji liniearitas antara variabel kepuasan kerja dengan intensi turnover diperoleh nilai F sebesar 1,883 dengan signifikansi deviation from linearity (P)0,009= (p<0,05), sehingga data tidak memiliki hubungan yang linier.

Berdasarkan dari hasil analisis data, diketahui bahwa pengujian hipotesis mayor (hubungan antara burnout dan kepuasan kerja dengan intensi turnover) tidak dapat diuji. Alasan tidak dapat diujinya hipotesis mayor dikarenakan bentuk data dari ketiga variabel (burnout, kepuasan kerja, dan intensi turnover) tidak normal dan salah satu hubungan antar variabel (kepuasan kerja dengan intensi turnover) tidak memiliki hubungan yang linier. Hipotesis yang dapat diuji menggunakan analisis rank spearman hanyalah hipotesis minor, yaitu hubungan antara kepuasan kerja dengan intensi turnover (minor 1) dan hubungan antara burnout dengan intensi turnover (minor 2).

Hasil korelasi menggunakan analisis rank spearman antara variabel burnout dengan intensi turnover diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy)= 0,511 dengan sig= 0,00 (p<0,01), yang memiliki arti bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara burnout dengan intensi turnover. Semakin tinggi burnout yang dialami oleh karyawan maka semakin tinggi keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan, begitu juga dengan sebaliknya semakin rendah burnout yang dialami karyawan maka semakin rendah keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan.

(11)

7

Adanya hubungan yang positif antara burnout dengan intensi turnover pada kenyataannya memang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli bahwa burnout merupakan sindrom karena terlalu lama mengalami stres kerja, yang pada akhirnya mengarah pada keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan bahkan actual turnover (Riggio, 2013:265). Selain itu hasil tersebut sesuai dengan pendapat Spector (2008:270) bahwa turnover yang tinggi dapat menjadi tanda kondisi kerja yang sulit, salah satunya burnout. Pendapat para ahli tersebut dapat dimaknai bahwa hubungan antara burnout dan intensi turnover memiliki hubungan yang positif, sehingga hasil dari uji hipotesis hubungan antara burnout dan intensi turnover sesuai dengan pendapat para ahli.

Fenomena burnout yang dapat memperkuat keinginan ataupun keputusan karyawan melakukan turnover dapat dijelaskan melalui teori intensi yang dikemukakan oleh Ajzen. Emosi perilaku (emotional behaviour) sama seperti karakteristik seseorang, begitu juga dengan emosi, respon seseorang dipengaruhi stres dan terkadang emosi yang kuat (Ajzen, 2005:108). Gambaran emosi memberikan kita pemahaman bahwa stres dan emosi yang kuat sangat menentukan intensi seseorang. Burnout merupakan emosi negatif akibat stres yang terlalu lama dan hal tersebut dapat memperkuat intensi seseorang untuk menghindari sumber negatif tersebut.

Secara teori emosi negatif yang diakibatkan oleh burnout tidak selalu mengarah ke intensi turnover atau bahkan turnover. Hal tersebut dikarenakan emosi negatif tersebut memperkuat intensi (x) yang orang tersebut kehendaki untuk mengatasi emosi negatif tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Ajzen (2005:99) bahwa banyak teori yang setuju bahwa intensi adalah kecenderungan yang berkaitan erat dengan suatu perilaku tertentu. Maksud perilaku tertentu tersebut hanya diketahui oleh yang mengalami emosi tersebut dan arahnya tidak diketahui. Namun dalam banyak teori yang telah dijelaskan di atas menunjukkan adanya bukti bahwa emosi negatif karyawan dapat mengarah ke intensi turnover.

Hasil korelasi menggunakan analisis rank spearman sebesar (rxy)= -0,425 dengan sig= 0,00 (p<0,01), yang memiliki arti bahwa adanya hubungan negatif

(12)

8

yang sangat signifikan antara kepuasan kerja dengan intensi turnover. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan maka semakin rendah keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan, begitu juga sebaliknya jika kepuasan kerja rendah maka keinginan karyawan untuk keluar semakin tinggi.

Adanya hubungan yang negatif antara kepuasan kerja dengan intensi turnover pada kenyataannya memang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli bahwa karyawan yang keluar dari pekerjaan atau turnover memiliki hubungan dengan kepuasan kerja (Spector, 2008:241). Begitu juga Riggio (2013:233) menyampaikan hal yang sama bahwa ketidak puasan kerja yang berkaitan dengan penghargaan, promosi dan bayaran merupakan penyebab yang membuat karyawan meninggalkan perusahaan. Pendapat para ahli tersebut dapat dimaknai bahwa hubungan antara kepuasan kerja dan intensi turnover memiliki hubungan yang negatif, sehingga hasil dari uji hipotesis hubungan antara kepuasan kerja dan intensi turnover sesuai dengan pendapat para ahli.

Fenomena kepuasan kerja yang dapat memperkuat keinginan ataupun keputusan karyawan melakukan turnover dapat dijelaskan melalui teori intensi yang dikemukakan oleh Ajzen. Emosi perilaku (emotional behaviour) sama seperti karakteristik seseorang, begitu juga dengan emosi, respon seseorang dipengaruhi stres dan terkadang emosi yang kuat (Ajzen, 2005:108). Gambaran emosi yang kuat, dalam hal ini bisa negatif maupun positif memberikan kita pemahaman bahwa kepuasan maupun ketidakpuasan kerja sangat menentukan intensi seseorang. Kepuasan kerja dapat berupa kepuasan ataupun ketidakpuasan dapat memperkuat intensi seseorang untuk menghindari sumber ketidakpuasan tersebut ataupun mempertahankan kepuasan tersebut.

Fakta menunjukkan kesesuaian antara hubungan variabel-variabel penelitian dengan teori. Namun data yang didapatkan memiliki ketidak sesuaian dengan fenomena data perusahaan. Intensi turnover dari data perusahaan diketahui memiliki nilai yang tinggi atau hampir tiap bulan ada sekitar 30 orang yang keluar, sedangkan pada data skala mengatakan bahwa burnout memiliki kategori yang rendah, kepuasan kerja memiliki kategori yang tinggi, dan intensi turnover

(13)

9

memiliki kategori yang rendah. Fenomena tersebut jika ditinjau dari teori Ajzen maka orang yang berkeinginan keluar jumlahnya lebih banyak daripada yang keluar. Maka dimungkinkan ketika pembagian skala oleh pihak HRD ada diferensial respone yaitu suatu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respon (Azwar, 2015). Jika benar ada diferensial respon maka benar jika data ketiga variabel tidak normal dan salah satu variabel tidak linier.

Hasil yang dapat diambil dari penelitian ini secara implikasi ke perusahaan mungkin belum bisa diterapkan dikarenakan data tidak bisa di generalisasi karena ketiga variabel tidak normal. Kedua dalam menjustifikasi bahwa burnout rendah dan kepuasan kerja tinggi tidak bisa, dikarenakan ada indikasi diferensial respon. Sehingga kedepan penelitian sebisa mungkin harus dilakukan sendiri untuk menghindari diferensial respone.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara burnout dan intensi turnover, yang memiliki arti semakin tinggi burnout yang dialami oleh karyawan maka semakin tinggi keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan, begitu juga dengan sebaliknya. Kemudian terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepuasan kerja dengan intensi turnover, yang memiliki arti semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan maka semakin rendah keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan, begitu juga sebaliknya. Dalam penelitian ini burnout tergolong rendah, dan kepuasan kerja tergolong tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. (2005). Attitudes, Personality and Behavior (2th ed). New York: Open University Press

Biron, Mihal., & Boon, Corine. (2013). Performance and turnover intentions: a social exchange perspective. Journal of Managerial Psychology,28(5), 511-531.

(14)

10

Bothman, C.F., Roodt, G.(2012). Work-based identitiy and work engagement as potential actecedants of task performance and turnover intention: Unravelling a complex relationship. SA Journal of Industrial Psychology, 38(1), 1-17.

Etnaningtiyas, A. P. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Turnover

Oada Karyawan PT. Alenatex Bandung (Skripsi tidak

dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Fryer, Shari. (2011, Oktober 13). Employee turnover expected to rise in next five years. Prweb. Diunduh dari http://www.prweb.com

Glanz, Karen., Rimer, K.B., & Viswanath, K. (2015) Health behavior: theory, research, and practice (ed 5). San Francisco, CA: Jossey-Bass. Kristiana, B., Priyatama N.A., &Yusuf, M. (2016). Hubungan antara job inscurity

dan burnout dengan intensi turnover pada karyawan bagian III PT. Dan Liris Sukoharjo. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa, 5(4), 273-287.

Kumaidi., Manfaat, B. (2013). Pengantar Metode Statistika. Cirebon: Eduvision Publishing

Ridlo, A.I. (2012). Turnover karyawan “Kajian literatur”. Surabaya: PHMovement Publication

Riggio, E. R. (2013). Introduction to Industrial/Organizational Psychology (6th ed). New Jersey: Pearson Education

Sianipar, R.A., Haryanti, K. (2014). Hubungan komitmen organisasi dan kepuasan kerja dengan intensi turnover pada karyawan bidang produksi CV. X. Psikodimensia, 13(1), 98-114.

Spector, P. E. (2008). Industrial and Organizational Psychology (5th ed). New Jersey: Jhon Wiley and Sons

Referensi

Dokumen terkait

Jarak tanam gulma yang digunakan pada kerapatan 0, 10 (25 cm x 40 cm), 20 (25 cm x 20 cm), 40 (25 cm x 10 cm), 80 (12,5 cm x 10 cm).Variabel pengamatan dalam penelitian ini

Namun berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, peneliti belum menemukan kajian tentang konsep filsafat wujud dalam surat al-Nur dengan menggunakan teori

Sebagai pelajar senior atau dewasa di KUiTTHO pastinya wujud pelbagai halangan dan cabaran yang terpaksa ditempohi oleh mereka sama ada cabaran dari institusi pengajian itu sendiri,

Perkembangan zaman saat ini selalu diiringi dengan teknologi yang turut berkembang pesat membuat manusia terus berinovasi mencari terobosan kemudahan untuk

方々がどう思っておられるのかは私も知りたいところでした。確かに、日本広

Dalam mempertahankan status bebas bruselosis di pulau Kalimantan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 2540/Kpts/Pd.610/6/2009 tentang Pernyataan Pulau Kalimantan

PENGANGKATAN PELAKSANA TUGAS (PIt) KEPALA PUSAT PENELITIAN PENDIDIKAN (PPP) LEMBAGA PENELITIAN (LEMLIT) UNIVERSITAS NEGERI MALANGc. REKTOR UNIVERSITAS

Dari hasil penelitian yang diperoleh data tentang harga tato temporer yang ditawarkan oleh pekerja tato di daya tarik wisata Penelokan, dapat dilihat bahwa 20