• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA KELOMPOK SIAGA GADARKES DI DESA PANJI KABUPATEN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA KELOMPOK SIAGA GADARKES DI DESA PANJI KABUPATEN BULELENG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN 978-623-7482-47-5

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 875 Adnyana Putra1, Made Kurnia Widiastuti Giri2, I Made Kusuma Wijaya3, Komang Hendra

Setiawan4, Ketut Indra Purnomo5

1,2,3,4,5Prodi Kedoketran Fakultas Kedoketran, Universitas Pendidikan Ganesha

Email:adnyanaputra@undiksha.ac.id

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Gawat Darurat Medik merupakan peristiwa yang dapat menimpa setiap orang, dapat terjadi secara tiba-tiba dan membahayakan jiwa sehingga membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Dalam kondisi gawat darurat, diperlukan sebuah sistem informasi yang terpadu dan handal untuk bisa digunakan sebagai rujukan bagi penanganan gawat darurat, maka dikembangkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) (Kemenkes,2016). Saat memberikan

sambutan dalam acara Seminar Nasional tentang Kebijakan, Implementasi dan Kendala dalam Pelaksanaan SPGDT Pra RS tanggal 3 Februari 2016 di Jakarta, Menteri Kesehatan RI Prof Dr.dr. Nila F. Moeloek Sp.M (K) menyatakan bahwa mayoritas daerah tidak peduli dengan penanganan kegawatdaruratan bagi masyarakatnya ini terbukti baru sekitar 49 dari total 5338 Kabupaten/Kota yang telah membentuk Public Safety Center (PSC) artinya hanya 7,4 % Kabupaten/Kota di Indonesia yang memiliki fasilitas layanan kegawat

PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA KELOMPOK SIAGA

GADARKES DI DESA PANJI KABUPATEN BULELENG

Panji Village located in the Sukasada sub-district has minimal health facilities and services availabilities for the village community. The best solution to this problem is to improve the autonomy knowledge and skills especially in dealing with health emergencies. The village community needs for the promotion of autonomy knowledge and skill, considering that people often panic and lead to delays in handling so that it has fatal consequences in emergency conditions and there is no training on first aid before. Focus on emergency issues is also described as in line with the vision of faculty of medicine Undiksha to be excellent in tourism medicine, health and wellness tourism. Twenty participants in the Sadar Wisata group join this training which the results shows an improvement in knowledge. The participants also actively asked ideas and questions to the contact person provided in the mentoring program.

Keywords: health emergency, basic life support, gadarkes

Desa Panji memiliki fasilitas dan layanan kesehatan yang minimal bagi masyarakat desa. Solusi terbaik untuk masalah ini adalah menggerakkan kemandirian dari masyarakat desa, terutama dalam menghadapi kasus kegawatdaruratan kesehatan. Masyarakat desa panji membutuhkan pembinaan kemandirian mengingat masyarakat masih seringkali panik dan berujung pada keterlambatan penanganan sehingga berakibat fatal pada kondisi gawat darurat dan belum adany pelatihan yang bertemakan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan. Fokus pada masalah kegawatdaruratan juga menjadi titik terdepan dari keunggulan kedokteran pariwisata Undiksha. Menyiapkan komunitas yang tanggap dan cekatan dlaam kondisi kegawatdaruratan adalah salah satu misi dari kedokteran parisiwata Undiksha. Pelatihan diikuti oleh 20 orang peserta dari kelompok sadar wisata dengan hasil pretest dan post test dalam pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) yang menunjukkan peningkatan pengetahuan. Peserta juga aktif mengajukan ide dan pertanyaan pada contact person yang disedialkan dalam program pendampingan.

(2)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 876 daruratan.

Dalam upaya meningkatkan upaya integrasi program SPGDT pra rumah sakit maka salah satu aspek penting adalah kecepatan pemberian pertolongan kepada korban oleh masyarakat terdekat yang mempunyai kemampuan/ sudah terlatih dalam memberikan pertolongan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Saat ini sudah banyak dilakukan pelatihan BHD kepada masyarakat oleh berbagai perkumpulan/ profesi secara mandiri. Namun tenaga kesehatan dan masyarakat yang sudah terlatih tersebut tidak teridentifikasi keberadaannya serta tidak terpelihara keterampilannya. Untuk pemberdayaan masyarakat yang sudah terlatih BHD tersebut serta mempercepat pemberian pertolongan kepada korban maka perlu adanya sistem yang mendata keberadaan relawan gawat darurat kesehatan tersebut. Selain mengetahui keberadaan, maka sebagai langkah awal untuk desa maka desa seyogyanya harus memiliki kelompok relawan yang memiliki pengetahuan dan keterampialn BHD (American Red Cross, 2015). Oleh karena kegiatan ini dilaksanakan dengan langkah awal pendampingan keterampilan Gawat darurat Kesehatan unutk membentuk Kelompok Siaga Gawat Darurat Kesehatan Desa. Setelah terbentuk maka kepastian keberlanjutan program ini melalui kerjasama dengan Kelompok Relawan Emergency Kesehatan Indonesia (KREKI) yang akan mendata keberadaan kelompok dan memberikan notifikasi kebaruan kondisi maupun keilmuan dalam kegawatdaruratan kesehatan.

Setiap hari pada saat kita melakukan

perawatan dengan gejala yang

mengkhawatirkan, seperti merawat luka, pada saat itulah kita sudah menerapkan dengan apa yang disebut pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan aspek penting pada kehidupan sehari-hari, baik itu di rumah, di jalan, di sekolah, maupun di kantor, karena kejadian yang merupakan darurat perlu segera ditangani di tempat kejadian sesuai dengan

definisi dari pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah usaha-usaha untuk menangani korban dengan segera di tempat kejadian. Prinsip-prinsip P3K adalah tindakan yang dilakukan segera, mempertahankan hidup korban, mengurangi penderitaan, mencegah pengotoran luka dan penderitaan lanjutan serta merujuk korban ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Prinsip-prinsip P3K ini sangat dianggap perlu bagi semua lapisan masyarakat, karena dengan P3K kita dapat membantu orang atau korban sampai benar-benar mendapat perawatan medis professional. P3K bisa dilakukan oleh baik itu masyarakat umum sampai mendapat pertolongan medis profesional untuk menangani korban (Amberg, 2014; AHA, 2015)

Pertolongan pertama pada kondisi kecelakaan merupakan bagian dari pertolongan pertama pada kondisi kegawatdaruratan. Kondisi gawat darurat bisa saja bukan merupakan bagian dari kondisi kecelakaan kerja maupun kondisi kecelakaan lalu lintas. Meskipun kondisi kecelakaan adalah penyebab cedera utama dalam kegawatdaruratan kesehatan namun seringkali kondisi akut dari penyakit kronis juga merupakan kondisi segera yang membutuhkan pertolongan pertama. Pendampingan tentang kegawatdaruratan di desa belum banyak disentuh oleh karena terbatasnya volunteer yang menangani hal tersebut. Volunteer adalah tenaga medis yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran dan kegawatdaruratan medis (International Federation Red Cross, 2011).

Desa Panji yang terletak di Kecamatan Sukasada memiliki luas wilayah 1132 ha dengan aklimatisasi topografi wilayah yang hanya diakomodasi oleh satu puskesmas pembantu (Pemerintah Desa Panji, 2019). Sementara itu penduduk desa Panji berjumlah lebih dari 9.700 jiwa, maka sudah bisa ditarik kesimpulan fasilitas dan layanan kesehatan sangatlah minimal bagi masyarakat desa. Solusi terbaik untuk masalah ini adalah menggerakkan kemandirian dari masyarakat desa. Kemandirian ditumbuhkan dengan

(3)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 877 memberikan pengetahuan dan keterampilan

yang cukup dalam menghadapi kasus kegawatdaruratan kesehatan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa perbekel/kepala desa, aparat desa dan juga masyarakat dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang merupakan kebutuhan masyarakat Desa Panji, yaitu : (i) Pembinaan kemandirian sangat dibutuhkan mengingat masyarakat masih seringkali panik dan berujung pada keterlambatan penanganan sehingga berakibat fatal pada kondisi gawat darurat, (ii) rendahnya kuantitas dan kualitas pelayanan karena tenaga medis yang terbatas sehingga desa hanya bisa menerima layanan di pagi hari oleh 2 orang tenaga paramedis di puskesmas pembantu,(iii) Desa Panji ingin mengembangkan diri menjadi desa wisata namun kemampuan untuk menangani risiko kecelakaan dan kegawatdaruratan lainnya bagi wisatawan masih sangat kurang, (iv) belum adanya pelatihan yang didampingi bertemakan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan sehingga pengetahuan dan keterampilan masyarakat sangat minimal dan (v) kegiatan

yang berkesinambungan sangat dibutuhkan karena kondisi desa yang ingin terus terjaga pengembangannya bukan hanya kegiatan yang bersifat insidental.

Fokus pada masalah kegawatdaruratan juga menjadi titik terdepan dari keunggulan kedokteran pariwisata Undiksha. Menyiapkan komunitas yang tanggap dan cekatan dalam kondisi kegawatdaruratan adalah salah satu misi dari kedokteran parisiwata Undiksha. Sehingga kegiatan pendampingan ini adalah kegiatan yang bersimbiosis mutualisme karena merupakan kebutuhan dari kedua belah pihak yang bermitra. Kemitraan ini semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat karena menurunnya risiko fatal seperti keparahan dan bahkan kematian dapat ditekan dengan adanya kelompok masyarakat yang siaga gawat darurat kesehatan.

METODE

Kerangka konsep yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah dengan pendekatan teori sistem yang dijelaskan melalui Tabel 1.

Tabel 1. Aspek Persiapan, Pelaksanaan, dan Dampak Program

Persiapan Pelaksanaan Dampak

 Kelompok Sadar Wisata yang dalam kondisi sehat  Peralatan:  Dukungan Bapak Perbekel, tokoh masyarakat

 Pendekatan pada Perbekel/kepala desa dan tokoh masyarakat

 Mengumpulkan Kelompok Sadar Wisata

 Melakukan pre test

 Memberikan penyuluhan tentang BHD dan memberikan modul

 Mendemonstrasikan teknik bantuan hidup dasar

 Melatih setiap anggota kelompok sadar wisata

 Melakukan post test

 Para Anggota Kelompok Sadar wisata termotivasi melakukan latihan

 Para anggota kelompok sadar wisata berkomitmen mengaplikasikan kepada masyarakat yang

membutuhkan dengan sertifikat pelatihan yang telah diperoleh dari pelatihan BHD ini

Dengan pendekatan teori sistem, maka secara mudah dapat merancang kegiatan pengabdian masyarakat ini secara efektif dan efisen. Para Anggota Kelompok Sadar Wisata yang berasal dari Desa Panji memiliki anggota 25 orang. Metode pada pengabdian

masyarakat ini adalah penyuluhan dan demonstrasi. Secara sistematis langkah-langkah kegiatan pengabdian masyarakat meliputi: melakukan pre test, memberikan penyuluhan dengan materi bantuan hidup dasar pada kasus trauma seperti henti jantung,

(4)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 878 perawatan luka, digigit ular dan patah tulang,

serta melakukan demonstrasi langkah-langkah bantuan hidup dasar. Contoh demonstrasi pelatihan bantuan hidup dasar oleh narasumber dan unjuk kerja oleh peserta tentang bantuan hidup dasar pada saat pelaksanaan kegiatan masing-masing dapat dilihat pada Foto 1 dan Foto 2.

Foto 1. Demonstrasi Pelatihan Bantuan Hidup Dasar

Foto 2. Peserta Melakukan Unjuk Kerja Bantuan Hidup Dasar

Evaluasi pada kegiatan ini dilakukan meliputi evaluasi proses dilakukan setelah pelatihan diberikan dengan indikator minimal 75% dari seluruh peserta dapat mengikuti pelatihan ini. Adapun hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% peserta memahami pengetahuan tentang bantuan hidup dasar,

minimal 80% peserta mampu

mendemonstrasikan teknik batuan hidup dasar dan terdapat peningkatan nilai post test dibandingkan nilai pre test. Pre test dilaksanakan sebelum pelatihan oleh narasumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pelatihan BHD bagi anggota Kelompok Sadar Wisata telah dilaksanakan pada tagnggal 11 dan 12 Agustus di Aula Kantor Perbekel desa Panji. Kegiatan pelatihan dihadiri sebanyak 25 orang dari 50 anggota, Kegiatan pelatihan juga dihadiri oleh Bapak Perbekel, Staf kantor perbekel , Ketua Kelompok Sadar Wisata , tim pengabdian pada masyarakat Undiksha 5 orang dan Tim Paramedis Puskesmas Pembantu 2 orang. Pelatihan diawali dengan mengisi daftar hadir, pemberian modul dan dilanjutkan dengan pre test. Setelah terkumpul dan tepat pukul 09.00 wita acara pelatihan BHD dibuka oleh Bapak Perbekel, dan dilanjutkan dengan penyampaian materi selama 30 menit oleh tim pengabdian pada masyarakat. Selanjutnya dilakukan demonstrasi teknik BHD selama 30 menit kemudian diperagakan oleh masing masing-masing peserta didampingi oleh tim pengabdian pada masyarakat.

Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi, terdapat 8 orang peserta mengajukan pertanyaan terkait dengan kondisi dan pengalaman gawat darurat. Kegiatan dilanjutkan dengan melaksanakan post test dan ditutup oleh Bapak Perbekel.

Sesuai dengan tujuan pelatihan BHD yaitu untuk meningkatkan pemahaman serta kemampuan para peserta terkait dengan BHD. Pengetahuan tentang BHD diukur dengan menjawab pre test dan post test. Pertanyaan pada kuesioner meliputi tentang penyebab gawat darurat, pengertian BHD, langkah-langkah BHD, indikasi dan kontra indkasi BHD. Kemampuan melakukan BHD diamati

saat melakukan latihan atau

demonstrasi.Adapun hasil pre dan post test terkait dengan pemahaman BHD seperti tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Pre dan Post Test

(5)

Proceeding Senadimas Undiksha 2020 | 879

1 Nilai Pre Test 45 65

2 Nilai Post Test 80 95 Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pengetahuan para peserta terkait dengan bantuan hidup dasar dan pengetahuan gawat darurat kesehatan. Pada pre test nilai berkisar antara 45- 65 yang artinya sebelum diberikan materi para pesesrta belum memahami tentang BHD. Setelah diberikan penjelasan terjadi peningkatan pemahaman denngan nilai post test antara 80-95.

Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan terjadi peningkatan pemahaman terkait dengan pengetahuan gawat darurat. Materi bantuan hidup dasar meliputi aspek pembebasan jalan napas, bantuan napas dan henti jantung. Ada penekanan antara materi yang diperuntukkan bagi masyarakat awam. Para peserta termasuk golongan masyarakat awam, sehingga materi yang dirancang lebih sederhana dan praktis.Ada juga diberikan kasus gigitan ular, patah tulang dan luka.

Dari segi proses kegiatan, seluruh kegiatan berjalan lancar karena dukungan dari aparat desa dan kelompok sadar wisata sendiri. Hal ini merupakan kunci keberhasilan mencapai tujuan dari pelatihan bantuan hidup dasar. Hal ini terlihat dari antusias peserta mengikuti pelatihan dan praktik BHD. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa pelatihan BHD pada kelompok sadar wisata di Desa Panji terbukti mampu meningkatkan aspek pengetahuan masyarakat khususnya kelompok sadar wisata.

Dilihat dari segi praktis, para peserta telah mampu memperagakan teknik-teknik bantuan hidup dasar dengan menggunakan pantom atau manekin/ boneka. Setelah dilatih para peserta menunjukkan ketrampilan berdasarkan sistematika pertolongan dan teknik yang tepat. Para peserta mampu memperagakan teknik Heimlich maneuver, sapuan jari, posisi head tilt, chin lift dan jaw trust. Demikian juga para peserta mampu memperagakan teknik yang benar. Walaupun

demikian, keterampilan ini perlu dilakukan secara terus-menerus. Hal ini disampaikan saat acara diskusi, sebagian besar peserta menginginkan perlunya kegiatan latihan seperti ini diulang lagi.

SIMPULAN

Berdasarkan proses kegiatan dan hasil yang didapatkan dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Seluruh peserta mampu menunjukkan peningkatan pengetahuan meliputi pengertian BHD, langkah-langkah BHD, teknik BHD dari nilai pre test dan post test. .Seluruh peserta (100%) mampu memperagakan praktik teknik bantuan hidup dasar secara benar sesuai dengan materi yang diberikan.

DAFTAR RUJUKAN

A.M. Aaberg, C.E. Larsen, B.S. Rasmussen, C.M. Hansen, & J.M. Larsen. Basic Life Support knowledge, self reported skills and fears in Danish High School students and effect of a single 45-min training session run by junior doctors ; a prospective cohort study. Resuscitation and Emergency Medicine:22-24. 2014. American Heart Association. AHA Guideline

Update for CPR and ECC. Circulation Vol. 132.2015.

American Red Cross. Basic Life Support for Healthcare Providers Handbook.2015. International Federation of Red Cross and Red

Crescent Societies. International First Aid and Resuscitation Guidelines.2011. Pemerintah Desa Panji, 2018. Buku Profil

Desa Panji tahun 2018

Pemerintah Desa Panji, 2019. Buku RPJM Desa Panji tahun 2019

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu. Sekretariat Negara. Jakarta. 2016.

Gambar

Tabel 1. Aspek Persiapan, Pelaksanaan, dan Dampak Program
Foto 1. Demonstrasi Pelatihan Bantuan Hidup  Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengkaji pengaruh pemberian probiotik dengan jenis bakteri Lactobacillius, Actinomycetes sp, dan Saccharmyces

(1) Gaji, pensiun, atau tunjangan ketiga belas bagi PNS, Prajurit TNI, Anggota POLRI, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun atau Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

dapat dilihat bahwa jika titik yang terbaca nilainya lebih dari 7 (Titik > 7) maka sudut beloknya adalah 105° dimana artinya mobil berbelok ke kiri, sedangkan jika titik yang

• Solusi dari problem nyata dapat ditemukan jika ada pembelajaran kemungkinan kejadian • Langkah praktis: buat representasi problem.. nyata menjadi model dugaan berdasarkan

Lalu, hasil data yang tidak sesuai dapat dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu tidak sesuai akibat tidak bagusnya kualitas citra dan tidak sesuai akibat data hasil program

kesimpulannya seperti berikut. Apa pun keadaan awalnya, perekonomian akan menuju keseimbangan. Ketika keseimbangan tercapai kapital akan tumbuh pada tingkat yang sama

Tingkat Perbandingan Skor Demensia Pretest dan Posttest Skor 24-30 : Tak ada gangguan kognitif Skor 18-23 : Gangguan kognitif sedang Skor 0-17 : Gangguan kognitif berat

Penelitian penelitian yang dilakukan oleh guru olahraga berjalan dengan lancar yaitu dimulai pada awal September hingga akhir bulan September selama berlangsung dari