KAJIAN
FISKAL
REGIONAL
2019
Tahun
i
KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019 KANWIL DJPb PRIVINSI KALIMANTAN TIMUR
Salam sejahtera untuk kita semua.
Pertama-tama mari kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya dengan izin-Nya maka Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2019 ini bisa diselesaikan. Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi, baik berupa data, informasi maupun masukan yang sangat membantu penyelesaian kajian ini.
Kajian Fiskal Regional ini disusun sebagai salah satu bentuk peran Kanwil Ditjen Perbendaharaan sebagai perwakilan Kementerian Keuangan di daerah. Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang kondisi fiskal regional, yang terdiri dari indikator ekonomi, indikator kesejahteraan, kinerja pelaksanaan APBN-APBD serta keunggulan dan potensi daerah. Dibagian akhir juga disajikan analisis tematik Sinergi dan Konvergensi Program Penanganan Stunting di Kalimantan Timur. Sebagaimana layaknya sebuah kajian, di bagian paling akhir diuraikan rekomendasi upaya-upaya yang perlu dilakukan di masa mendatang, terutama oleh pengambil kebijakan di tingkat nasional dan di tingkat regional. Dengan kajian ini, diharapkan kebijakan fiskal, baik di tingkat pusat maupun daerah, dapat dirumuskan, direncanakan dan diimplementasikan lebih baik. Upaya ini diyakini akan menjadi stimulus sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi regional. Dalam konteks kekinian, hal tersebut tentunya sangat penting bagi regional Kaltim mengingat pertumbuhan ekonomi di regional ini baru memasuki masa pemulihan pasca pertumbuhan minus selama tahun 2015-2016. Kami menyadari bahwa kajian ini tentunya masih banyak kekurangan, karena keterbatasan data ataupun kekhilafan tim penyusun. Masukan, saran atau bahkan kritik tentunya sangat kami harapkan untuk perbaikan kajian ini dimasa mendatang.
Terima kasih, Wassalamu’alaikum wr.wb.
Midden Sihombing
ii
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GRAFIK/GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ... x
DASHBOARD MAKRO-FISKAL REGIONAL ... xii
BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH 1.1. PENDAHULUAN ... 1
1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH ... 2
1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ... 2
1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ... 9
1.3. TANTANGAN DAERAH ... 10
1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah ... 10
1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan ... 11
1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah ... 14
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL ... 17
2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto ... 17
2.1.2. Suku bunga ... 24
2.1.3. Inflasi ... 25
2.1.4. Nilai tukar ... 26
2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN ... 27
2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 27
2.2.2. Tingkat Kemiskinan ... 28
2.2.3. Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini) ... 30
2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran ... 30
2.3. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL 31 BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN TINGKAT REGIONAL 3.1. APBN TINGKAT PROVINSI ... 32
3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 33
3.2.1. Penerimaan Perpajakan ... 33
3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 35
3.3. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL ... 39
3.4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA ... 42
3.4.1. Dana Transfer Umum ... 43
3.4.2. Dana Transfer Khusus ... 44
3.4.3. Dana Desa ... 47
3.4.4. Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan Keistimewaan ... 49
iii
KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019 KANWIL DJPb PRIVINSI KALIMANTAN TIMUR
3.8.1. Mandatory Spending di Daerah ... 61
3.8.2. Belanja Infrastruktur ... 64
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD 4.1. APBD TINGKAT PROVINSI (KONSOLIDASI PEMDA) ... 66
4.2. PENDAPATAN DAERAH ... 67
4.2.1. Dana Transfer/Perimbangan ... 67
4.2.2. Pendapatan Asli Daerah ... 70
4.2.3. Pendapatan Lain-Lain ... 72
4.3. BELANJA DAERAH ... 72
4.4. Perkembangan BLU Daerah ... 76
4.5. SURPLUS/DEFISIT APBD ... 78
4.6. PEMBIAYAAN ... 80
4.7. ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ... 80
4.7.1. Analisis Kapasitas Fiskal Daerah ... 80
4.8. PERKEMBANGAN BELANJA WAJIB DAERAH ... 81
4.8.1. Belanja Daerah Sektor Pendidikan ... 81
4.8.2. Belanja Daerah Sektor Kesehatan ... 81
4.8.3. Belanja Infrastruktur Daerah ... 82
BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) 5.1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN ... 83
5.2. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN ... 84
5.3. BELANJA KONSOLIDASIAN ... 85
5.4. SURPLUS/DEFISIT KONSOLIDASIAN ... 86
5.5. ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL AGREGAT ... 87
BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL 6.1. SEKTOR UNGGULAN DAERAH ... 91
6.2. SEKTOR POTENSIAL DAERAH ... 93
6.3. TANTANGAN FISKAL REGIONAL DALAM MENDORONG POTENSI EKONOMI DAERAH ... 93
BAB VII ANALISIS TEMATIK ... 99
BAB VIII PENUTUP 7.1. KESIMPULAN ... 114
7.2. REKOMENDASI ... 115
iv
Tabel 1.1 Sasaran RKPD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019 ... 9
Tabel 2.1 PDRB berdasarkan Pengeluaran Tahun 2019 ... 19
Tabel 2.2 Nominal PDRB berdasarkan Pengeluran Tahun 2019 ... 20
Tabel 2.3 Jumlah Proyek dan RealisasiPMA dan PMDN Tahun 2016 - 2019 ... 21
Tabel 2.4 PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2019 ... 22
Tabel 2.5 Inflasi Kaltim Tahun 2016 – 2019 (yoy) per Kelompok ... 26
Tabel 2.6 Indeks Pembangunan Manusia Kab/Kota di Kalimantan Timur Tahun 2011 – 2019 ... 27
Tabel 2.7 Perbandingan Target RPJMD dan Realisasi Indikator Makro Ekonomi ... 31
Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBN Tahun 2018 dan 2019 (miliar Rp) ... 32
Tabel 3.2 Target dan Realisasi Perpajakan Pusat Kaltim 2018 - 2019 (miliar Rp)... 33
Tabel 3.3 Realisasi Penerimaan PNBP Tahun 2018 – 2019 (juta Rp) ... 36
Tabel 3.4 Penerimaan PNBP Tahun 2019 berdasarkan Fungsi (juta Rp) ... 37
Tabel 3.5 Kontirbusi Pajak dan PNBP terhadap Ekonomi Regional ... 38
Tabel 3.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran 2018 – 2019 (miliar Rp) ... 39
Tabel 3.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi Kaltim 2018 – 2019 (miliar Rp) ... 41
Tabel 3.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Menurut Jenisnya Kaltim 2018 dan 2019 (miliar Rp) ... 42
Tabel 3.9 Pagu dan Realisasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Kaltim 2018 – 2019 (miliar Rp) ... 42
Tabel 3.10 Alokasi dan Realisasi Penyaluran Dana Alokasi Umum Tahun 2018 s.d 2019 (dalam miliar Rp) ... 43
Tabel 3.11 Alokasi dan Realisasi Penyaluran Dana Bagi Hasil Tahun 2018 s.d 2019 (dalam miliar Rp) ... 44
Tabel 3.12 Alokasi dan Realisasi Penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2018 s.d 2019 (dalam miliar Rp) ... 45
Tabel 3.13 Penyaluran dan Capaian Output DAK Fisik Tahun 2019 (dalam miliar Rp) ... 46
Tabel 3.14 Alokasi dan Realisasi Penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Tahun 2018 s.d 2019 (dalam miliar Rp) ... 47
Tabel 3.15 Alokasi dan Realisasi Penyaluran Dana Desa Tahun 2018 s.d 2019 (dalam miliar Rp) ... 48
Tabel 3.16 Penggunaan Dana Desa Tahun 2019 (dalam miliar Rp)... 48
v
KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019 KANWIL DJPb PRIVINSI KALIMANTAN TIMUR
Tabel 3.21 Nilai Aset dan Pagu BLU Pusat Tahun 2019 (miliar Rp) ... 51
Tabel 3.22 Perkembangan Nilai Aset BLU di Provinsi Kaltim (miliar Rp) ... 52
Tabel 3.23 Perkembangan Nilai Pagu BLU tahun 2017 – 2019 (miliar Rp) ... 52
Tabel 3.24 Tingkat Efektivitas BLU Pusat (juta Rp) ... 53
Tabel 3.25 Profil Satker Pengelola PNBP di Provinsi Kaltim TA 2019 (juta Rp) ... 54
Tabel 3.26 Perkembangan Pengelolaan Aset Satker PNBP (juta Rp) ... 56
Tabel 3.27 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP 2017 - 2019 (juta Rp) ... 56
Tabel 3.28 Alokasi Anggaran pada K/L Bidang Prioritas Pendidikan Tahun 2019 (dalam Rp) ... 61
Tabel 3.29 Output Penting Bidang Prioritas Pendidikan Tahun 2019 (dalam Rp) 62 Tabel 3.30 Alokasi Anggaran pada K/L Bidang Prioritas Kesehatan Tahun 2019 (dalam Rp) ... 63
Tabel 3.31 Output Penting Bidang Prioritas Kesehatan Tahun 2019 (dalam Rp) 64
Tabel 3.32 Alokasi Anggaran pada K/L Bidang Prioritas Infrastruktur Tahun 2019 (dalam Rp) ... 65
Tabel 3.29 Output Penting Bidang Prioritas Infrastruktur Tahun 2019 (dalam Rp) ... 65
Tabel 4.1 I-Account agregat APBD Kaltim Tahun 2018 dan 2019 (miliar Rp) .... 66
Tabel 4.2 Agregat Pendapatan APBD Kaltim Tahun 2018 dan 2019 (miliar Rp) 67 Tabel 4.3 Pendapatan Asli Daerah Tahun 2018 dan 2019 (miliar Rp) ... 70
Tabel 4.4 Pendapatan Lain-Lain Tahun 2018 dan 2019 (miliar Rp) ... 72
Tabel 4.5 Belanja per Urusan APBD Kaltim Tahun 2018 – 2019 (miliar Rp) ... 72
Tabel 4.6 Agregat Belanja per Jenis Belanja APBD Kaltim Tahun 2017 – 2018 (miliar Rp)... 73
Tabel 4.7 Profil BLUD Regional Kaltim 2018 – 2019 (juta Rp) ... 76
Tabel 4.8 Perkembangan Aset BLUD Regional Kaltim 2016 – 2019 (juta Rp) ... 77
Tabel 4.9 Surplus/Defisit tahun 2018-2019 (dalam jutaan Rp) ... 78
Tabel 4.10 Realisasi Pembiayaan Daerah tahun 2018-2019 (dalam jutaan Rp) .. 80
Tabel 4.11 Kapasitas Fiskal Daerah tahun 2019 (dalam jutaan Rp) ... 80
Tabel 4.12 Belanja Daerah Sektor Pendidikan Tahun 2019 (dalam jutaan Rp) .. 81
Tabel 4.13 Belanja Daerah Sektor Kesehatan Tahun 2019 (dalam jutaan Rp) ... 81
Tabel 4.14 Belanja Infrastruktur Daerah Tahun 2019 (dalam jutaan Rp) ... 82
Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Kaltim Tahun 2018 - 2019 (miliar Rp) ... 83
Tabel 5.2 Kontribusi Pendapatan Konsolidasian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 2018 – 2019 ... 85
Tabel 5.3 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB Kaltim ... 86
vi
Tabel 7.2 Kelompok Penanganan Stunting : Intervensi Sensitif ... 103
Tabel 7.3 Kelompok Penanganan Stunting : Pendampingan, Koordinasi dan Dukungan Teknis ... 103
Tabel 7.4 Kegiatan Penanganan Stunting oleh K/L ... 104
Tabel 7.5 Pelaksanaan Program Pencegahan Stunting yang bersumber APBN (dalam jutaan rupiah) ... 105
Tabel 7.6 Program Pencegahan Stunting yang bersumber DAK Fisik (dalam jutaan rupiah) ... 106
Tabel 7.7 Program Pencegahan Stunting yang bersumber DAK Non Fisik (dalam jutaan rupiah) ... 106
Tabel 7.8 Program Pencegahan Stunting yang bersumber Dana Desa ... 107
Tabel 7.9 Kelompok Penanganan Stunting pada APBD : Intervensi Spesifik ... 108
Tabel 7.10 Kelompok Penanganan Stunting pada APBD : Intervensi Gizi Sensitif ... 109
Tabel 7.11 Kegiatan Penanganan Stunting oleh Organisasi Perangkat Daerah Lainnya dan Kegiatan Terkait Intervensi Gizi Sensitif ... 110
Tabel 7.12 Program Pencegahan Stunting yang bersumber APBD... 110
Tabel 7.13 Pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan Penurunan Stunting ... 112
Tabel 7.14 Pengukuran Antropometri balita Kalimantan TImur ... 113
Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kaltim dan Nasional Tahun 2017 - 2019 ... 17
Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Regional Kalimantan Tahun 2019 ... 17
Grafik 2.3 Struktur PDRB dan Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha ... 18
Grafik 2.4 Struktur Ekonomi Kalimantan Tahun 2019 ... 19
Grafik 2.5 Distribusi PDRB dan Pertumbuhan Menurut Pengeluaran (%) ... 20
Grafik 2.6 Perkembangan PDRB per Kapita tahun 2013 – 2019 ... 23
Grafik 2.7 Perkembangan Suku Bunga Tahun 2019 ... 24
Grafik 2.8 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Jenisnya Tahun 2019 ... 24
Grafik 2.9 Tingkat Inflasi Kaltim dan Nasional Tahun 2019 (y-on-y) ... 25
Grafik 2.10 Tingkat Inflasi Kaltim dan Nasional Tahun 2018 – 2019 (month to month) ... 25
Grafik 2.11 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Tahun 2017-2019 ... 26
Grafik 2.12 IPM antar Provinsi di Kalimantan 2017 – 2019 ... 28
Grafik 2.13 Tingkat Kemiskinan Kaltim ... 28
Grafik 2.14 Indeks Kedalaman & Indeks Keparahan Kemiskinan ... 29
Grafik 2.15 Indeks Gini Ratio Kaltim 2014-2019 ... 30
Grafik 2.16 Perkembangan Tingkat Pengangguran ... 31
Grafik 3.1 Rasio Perpajakan Pusat terhadap PDRB Kaltim 2013 – 2019 ... 34
Grafik 3.2 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2019 ... 35
Grafik 3.3 Kontribusi Perpajakan Pusat (non BM & BK) per Penduduk Kaltim 2017 – 2019 ... 38
Grafik 3.4 Penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa tahun 2018... 34
Grafik 3.5 Tingkat Kemandirian BLU Pusat ... 52
Grafik 3.6 Rasio Pagu PNBP terhadap Total Pagu ... 57
Grafik 3.7 Penyaluran KUR per Wilayah Tahun 2019 (dalam miliar Rp) ... 58
Grafik 3.8 Penyebaran Debitur per Wilayah Tahun 2019 ... 59
Grafik 3.9 Penyaluran KUR per Sektor Tahun 2019 (dalam miliar Rp) ... 59
Grafik 3.10 Penyebaran Debitur per Sektor Tahun 2019 ... 60
Grafik 4.1 Rasio DBH terhadap Pendapatan Kaltim Tahun 2016 - 2019 ... 68
Grafik 4.2 Rasio Realisasi PAD terhadap Pendapatan Kaltim Tahun 2016 - 2019 ... 68
Grafik 4.3 Rasio Ruang Fiskal terhadap Pendapatan Kaltim Tahun 2019 ... 69
Grafik 4.4 Rasio Realisasi PAD terhadap Target PAD Kaltim Tahun 2016 - 2019 ... 70
Grafik 4.5 Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Kaltim Tahun 2019 (miliar Rp)... 74
Grafik 4.6 Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Kaltim Tahun 2019 (miliar Rp) ... 75
Grafik 4.7 Rasio Belanja Hibah terhadap Total Belanja Kaltim Tahun 2019 (miliar Rp)... 76
Grafik 5.3 Komposisi Belanja dan Transfer Konsolidasian Tahun 2018-2019 .... 85
Grafik 5.4 Komposisi Belanja Konsolidasian Tahun 2018-2019 ... 86
Grafik 6.1 Tipologi Klasen ... 90
Grafik 6.2 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 91
Grafik 6.3 Harga Batubara Acuan 2017-2018 ... 91
Grafik 6.4 Jumlah Cadangan Batubara ... 92
Grafik 6.5 Kontribusi Sektor Pertambangan ... 94
Grafik 6.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Pertambangan 2011-2019 ... 95
Grafik 6.6 Perkembangan Harga Batubara Acuan 2011-2019 ... 95
Grafik 6.7 Kawasan Prioritas Kalimantan Timur ... 97
Grafik 6.9 Distribusi Industri Pengolahan ... 98
Grafik 6.10 Pertumbuhan Industri Pengolahan ... 98
Grafik 7.1 Penanganan Stunting di Indonesia ... 99
Grafik 7.2 Konsep Malnutrisi ... 100
Grafik 7.3 Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk Mengatasi Stunting ... 106
strategis, wilayah yang luas dan potensi kekayaan sumber daya alam yang besar. Kondisi ini niscaya bisa menjadi modal besar bagi Kaltim untuk membangun perekonomian jika dioptimalkan.
Letak geografis Kaltim di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) jalur II, yang menghubungkan Samudra Hindia dan Samudra Pasifik sangat strategis dalam konteks lalu lintas transportasi dan perdagangan. Luas wilayah daratan yang mencapai 129.066 km2 atau 6,74% dari luas Indonesia menjadikan Kaltim sebagai provinsi terluas ke-4 setelah Papua, Kalbar dan Kalteng.
Namun demikian, wilayah yang luas tentunya juga memberikan tantangan tersendiri bagi Kalimantan Timur. Konektivitas antar wilayah perlu dijaga dan dibangun agar kemajuan perekonomian Kalimantan Timur tidak hanya dinikmati oleh daerah tertentu. Di tahun 2017, kondisi mantap jalan Provinsi hanya mencapai 51,66 persen, sementara rasio elektrifikasi telah mencapai 84,7 persen. Ketimpangan antar wilayah tersebut terlihat pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang tercermin dalam IPM juga masih terdapat ketimpangan antar wilayah sehingga perlu untuk diselesaikan. Kota Samarinda yang menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Timur mempunyai nilai IPM 80,20 sehingga masuk kategori “sangat tinggi”, sementara Kabupaten Mahakam Ulu memiliki IPM sebesar 67,58 dan masuk kategori “sedang”.
Keunggulan Geografis tersebut tercermin dari sektor pertambangan yang menjadi unggulan dan tulang punggung pereknomian Kalimantan Timur. Dengan cadangan batubara yang sedemikian banyak mencapai 48,18 juta ton maka perekonomian Kalimantan Timur dapat sedikit lega akan masa depannya. Namun demikian, sektor yang terlalu mendominasi dalam perekonomian akan rentan terhadap perubahan perekonomian global. Di saat harga komoditas jatuh serta permintaan turun yang diakibatkan lesunya ekonomi maka dapat dipastikan perekonomian Kaltim akan terkena imbasnya. Hal itulah yang menjadikan transformasi ekonomi Kaltim menjadi salah satu tantangan yang harus diselesaikan selain tentunya alasan lingkungan hidup. Industri pengolahan menjadi salah satu alternatif untuk
menjadikan hilirisasi komoditas baik
pertambangan maupun perkebunan sebagai penunjang perekonomian Kaltim berikutnya. Kerentanan perekonomian Kaltim tersebut terlihat pada grafik disamping, pada tahun 2015 dan tahun 2016 ketika harga komoditas batubara anjlok, perekonomian kaltim mengalami depresi dan
dengan tingkat pengangguran terbuka, pada tahun 2015 berada pada level 7,50 persen dan pemerintah berhasil menurunkannya menjadi 6,09 persen di tahun 2019.
Perkembangan ekonomi yang menggembirakan tersebut juga berimbas pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Nilai APBN dan APBD mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Nilai APBN yang direalisasikan di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2019 sebesar Rp35,28 triliun yang terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu Belanja sebesar Rp8,40 triliun dan transfer senilai Rp26,87 triliun. Dengan begitu banyaknya nilai transfer dari APBN ke pemerintah daerah maka nilai APBD otomatis juga terkena imbasnya. Nilai APBD seluruh pemerintah daerah pada tahun 2019 sebesar Rp35,99 triliun dan dapat direalisasikan sebesar Rp30,71 triliun.
Tujuan dan sasaran pembangunan di Kalimantan Timur
berdasarkan RPJMD dan RKPD. Tantangan dalam
pembangunan di Kalimantan Timur dari sisi ekonomi
daerah, sosial kependudukan, dan geografi daerah.
SASARAN PEMBANGUNAN
DAN TANTANGAN DAERAH
1.1.
PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata Oleh sebab itu, untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD. Sesuai dengan Undang-Undang Keuangan Nomor 17 Tahun 2003, pemegang kekuasan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden, sedangkan di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota, oleh karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah, maka diperlukan sinergi dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan daerah dalam memastikan efektifitasnya. Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi makro dan kesejahteraan di daerah. Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan.
Tidak terlepas dari hal tersebut, maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi, sosial-kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui program prioritas dapat sec
1.2.
TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tujuan dalam RPJMD memperlihatkan operasionalisasi pencapaian misi, sementara sasaran merupakan kondisi yang ingin dicapai dari pelaksanaan tujuan. Tujuan dan sasaran dalam RPJMD adalah sebagai berikut:
Misi “Berdaulat dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia
Terutama Perempuan dan Penyandang Disabilitas”
Tujuan 1 : Mewujudkan Masyarakat yang Berkarakter Berakhlak Mulia dan Berdaya Saing Keberhasilan pencapaian tujuan pertama ini dapat dilihat dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir IPM 75,12 75,30 75,43 75,56 75,76 76,87 76,87
Tujuan 1 mempunyai 3 sasaran yaitu :
Sasaran 1 : Meningkatknya Pengamalan Nilai-nilai budaya dan keagamaan di Masyarakat Keberhasilan pencapaian sasaran pertama ini dilihat dari indikator Indeks Demokrasi Indonesia.
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Indeks Demokrasi 72,86 73,50 74,50 75,50 76,50 77,50 77,50 Sasaran 2 : Meningkatnya Taraf Pendidikan Masyarakat
Keberhasilan pencapaian sasaran kedua dilihat dari 2 indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah.
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 9,36 9,40 9,50 9,60 9,70 9,80 9,80 Harapan Lama Sekolah (tahun) 13,49 13,89 14,13 14,34 14,73 14,96 14,96
Sasaran 3 : Meningkatnya Taraf Pendidikan Masyarakat
Keberhasilan pencapaian sasaran kedua dilihat pada indikator Usia Harapan Hidup Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Usia Harapan Hidup 73,7 73,72 73,74 73,76 73,78 73,8 73,8
Tujuan 2 : Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Tingkat Kemiskinan (%) 6,19 6,00 5,94 5,87 5,78 5,70 5,70
Tujuan 2 mempunyai 3 sasaran yaitu :
Sasaran 4 : Meningkatnya Partisipasi Aktif Perempuan dalam Pembangunan
Keberhasilan pencapaian sasaran kedua dilihat pada indikator Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir IDG (%) 56,64 56,70 56,71 56,72 56,73 56,75 56,75 Sasaran 5 : Meningkatnya Kewirausahaan dan Prestasi Pemuda
Keberhasilan pencapaian sasaran kedua dilihat pada indikator Indeks Pembangunan Pemuda
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Indeks Pembangunan Pemuda 56,33 56,74 57,23 57,82 58,27 58,86 58,86
Sasaran 6 : Meningkatnya Daya Saing Tenaga Kerja
Keberhasilan pencapaian sasaran kedua dapat dilihat pada indikator Persentase Penempatan Tenaga Kerja (%) Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Persentase Penempatan Tenaga Kerja 50 51 52 53 54 55 55
Misi “Berdaulat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Wilayah dan Ekonomi Kerakyatan yang
Berkeadilan”
Tujuan 3 : Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan
Keberhasilan pencapaian tujuan pertama ini dilihat dari indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 3,13 3,5±1 3,5±1 3,5±1 3,5±1 3,5±1 3,5±1
Tujuan 3 mempunyai 3 sasaran yaitu :
Sasaran 7 : Meningkatnya Usaha Ekonomi Koperasi dan UKM
Keberhasilan pencapaian sasaran kedua dilihat pada indikator Kontribusi Koperasi dan UKM terhadap PDRB (%)
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Kontribusi Koperasi dan UKM terhadap
PDRB (%)
4,40 4,50 4,60 4,70 4,80 4,90 4,90
Sasaran 8 : Meningkatnya Keberdayaan Masyarakat Perdesaan
Keberhasilan pencapaian sasaran kedua dilihat pada indikator Jumlah Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal (desa)
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Jumlah Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal 518 503 478 448 413 368 368
Sasaran 9 : Meningkatnya Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Ekonomi Daerah
Keberhasilan pencapaian sasaran kedua dilihat pada indikator Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB (%) Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB (%) 0,93 0,95 0,97 0,99 1,01 1,03 1,03
Tujuan 4 : Mewujudkan Kemandirian Ekonomi yang Berkelanjutan
Keberhasilan pencapaian tujuan pertama ini dilihat dari indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi Non Migas dan Non Batubara (%)
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Laju Pertumbuhan Ekonomi Non Migas
dan Non Batubara (%)
5,24 6±1 6±1 6±1 6±1 6±1 6±1
Tujuan 4 ini mempunyai 8 sasaran yaitu
Sasaran 10 : Meningkatnya Kontribusi Sektor Perindustrian dalam Perekonomian Daerah Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Kontribusi Lapangan Industri Pengolahan terhadap PDRB (%) Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Kontribusi Lapangan Industri Pengolahan terhadap PDRB (%) 18,33 20 20 20 21 21 21
Sasaran 11 : Meningkatnya Realisasi Investasi
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Nilai Realisasi Investasi (Rp Triliun)
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Nilai Realisasi Investasi (Rp Triliun) 25,53 31,50 33,08 34,73 36,47 38,29 38,29
Sasaran 12 : Meningkatnya Kontribusi Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Terhadap Ekonomi Daerah
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Kontribusi Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura terhadap PDRB (%) dan Rasio Pemenuhan Beras (%)
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Kontribusi Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura terhadap PDRB (%) 0,52 0,53 0,54 0,55 0,56 0,57 0,57 Rasio Pemenuhan Beras (%) 62,82 62,46 67,41 72,69 78,40 84,53 84,53
Sasaran 13 : Meningkatnya Kontribusi Sektor Peternakan Terhadap Ekonomi Daerah Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Kontribusi Lapangan Usaha Sub Sektor Peternakan Terhadap PDRB (%)
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Kontribusi Lapangan Usaha Sub Sektor
Peternakan Terhadap PDRB (%)
0,30 0,33 0,34 0,35 0,36 0,37 0,37
Sasaran 14 : Meningkatnya Kontribusi Sektor Perkebunan Terhadap Ekonomi Daerah Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Kontribusi Lapangan Usaha Sub Sektor Perkebunan Terhadap PDRB (%)
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Kontribusi Lapangan Usaha Sub Sektor
Perkebunan Terhadap PDRB (%)
4,49 5,1 5,4 5,7 6 6,3 6,3
Sasaran 15 : Meningkatnya Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap Ekonomi Daerah Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Kontribusi Lapangan Usaha Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB (%)
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Kontribusi Lapangan Usaha Sub Sektor Perikanan Terhadap
PDRB (%)
1,46 1,52 1,58 1,64 1,71 1,78 1,78
Sasaran 16 : Meningkatnya Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap Ekonomi Daerah Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Kontribusi Lapangan Usaha Sub Sektor Kehutanan Terhadap PDRB (%)
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Kontribusi Lapangan Usaha Sub Sektor
Kehutanan Terhadap PDRB (%)
1,15 1 1,05 1,10 1,15 1,20 1,20
Sasaran 17 : Meningkatnya Pendanaan Pembangunan Daerah
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Persentase Peningkatan Pendapatan Daerah (%) Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Persentase Peningkatan Pendapatan Daerah (%) -8,16 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Misi “Berdaulat Dalam Memenuhi Kebutuhan Infrastruktur Kewilayahan”
Tujuan 5 : Meningkatkan Pemerataan Pelayanan Infrastruktur Dasar Keberhasilan pencapaian tujuan pertama ini dilihat dari indikator Indeks Gini
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Indeks Gini 0,330 0,330 0,329 0,328 0,327 0,326 0,326 Tujuan 5 ini mempunyai 5 sasaran yaitu :
Sasaran 18 : Meningkatnya Aksesibilitas Wilayah
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Jumlah Penumpang yang Terlayani (ribu orang) dan Jumlah Barang (ribu ton)
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Jumlah Penumpang
yang Terlayani (orang) 10.392,5 10.705,0 11.026,0 11.536,2 11.700,0 12.050,0 12.050,0 Jumlah Barang (ton) 325.051,6 334.805,0 344.850,0 355.200,0 365.900,0 376.900,0 376.900,0
Sasaran 19 : Meningkatnya Konektivitas Antar Kawasan
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator Jumlah Kawasan Strategis Provinsi yang Terhubung dengan Kawasan Sentra Produksi (Kawasan)
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Jumlah Kawasan Strategis Provinsi yang Terhubung dengan Kawasan Sentra Produksi (Kawasan) 2 2 3 3 3 6 6
Sasaran20 : Meningkatnya Fungsi Pelayanan Infrastruktur Sumber Daya Air
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator dibawah
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Cakupan Layanan Air
Minum (%) 71,83 73,33 75,00 77,00 81,00 85,00 85,00 Luas Lahan Pertanian yang
Beririgrasi (Ha) 13.618,5 14.008,5 14.808,5 15.558,5 16.258,5 16.925,5 16.925,5 Luas Genangan Banjir
Perkotaan (Ha) 730 664 575 505 435 365 365
Sasaran 21 : Menurunnya Kawasan Kumuh
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator dibawah
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Luas Kawasan Kumuh (Ha) 673,42 620,06 533,56 459,56 409,56 359,56 359,56
Sasaran 22 : Terpenuhinya Kebutuhan Energi Daerah
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator dibawah
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Rasio Elektrifikasi (%) 84,21 85,50 87,50 89,50 92,00 95,00 95,00
Misi “Berdaulat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan”
Tujuan 6 : Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup
Keberhasilan pencapaian tujuan pertama ini dilihat dari indikator Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 75,65 75,75 75,85 75,95 76,05 76,15 76,15
Tujuan 6 ini mempunyai 3 sasaran yaitu :
Sasaran 23 : Menurunnya Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator dibawah
Indikator Kondisi
Awal 2019 2020 2021 2022 2023
Kondisi Akhir
Persentase Penurunan emisi dari
BAU (%)
7,2 26,3 26,89 27,75 28,5 29,33 29,33
Sasaran 24 : Meningkatnya Ketangguhan Menghadapi Bencana Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator dibawah
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Indeks Resiko Bencana 0 145 140 135 130 125 125
Sasaran 25 : Meningkatnya Kinerja Penyelenggaraan Penataan Ruang Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator dibawah
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Skoring Penyelenggaraan Penataan Ruang (%) 73,18 66,68 69,01 75,09 80,09 83,09 83,09
Misi “Berdaulat Dalam Mewujudkan Birokrasi Pemerintahan yang Bersih, Profesional dan
Berorientasi Pelayanan Publik”
Tujuan 7 : Mewujudkan Birokrasi Pemerintahan yang Bersih, Profesional dan Berorientasi Pelayanan Publik
Keberhasilan pencapaian tujuan pertama ini dilihat dari indikator Indeks Reformasi Birokrasi Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Indeks Reformasi Birokrasi B (68,93) B (69,50) B (70,50) B (71,50) B (72,50) B (74,50) B (74,50) Sasaran 26 : Terwujudnya Birokrasi yang Efektif dan Efisien
Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator dibawah
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Nilai Akuntabilitas Kinerja 77,49 77,50 78,00 78,50 79,00 80,00 80,00
Sasaran 27 : Terwujudnya Birokrasi yang Memiliki Pelayanan Publik Berkualitas Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator dibawah
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Skor Kepuasan Masyarakat (SKM) 80,56 81 81,50 82 82,50 83 83
Sasaran 28 : Terwujudnya Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel Keberhasilan pencapaian sasaran ini dilihat pada indikator dibawah
Indikator Kondisi Awal 2019 2020 2021 2022 2023 Kondisi Akhir Tingkat Maturitas Sistem Pengawasan Intern Pemerintah (SPIP) Pemda
Level 2 Level 3 Level 3 Level 3 Level 3 Level 4 Level 4
1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Timur memiliki 15 sasaran yang ingin dicapai pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah tahun 2019 tercantum dalam tabel 1.1
Tabel 1.1
Sasaran RKPD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019
No Sasaran Indikator Target RKPD
2019
1 Meningkatnya Ekonomi Kerakyatan
Pertumbuhan Ekonomi (%) 2,5 ± 1
Investasi (Triliun Rp) 42
Tingkat Inflasi (%) 4 ± 1
2 Meningkatnya daya saing SDM Indeks Pembangunan Manusia 75,30
3 Meningkatnya pemerataan
pelayanan infrastruktur dasar
Indeks Gini 0,329
Indeks Williamson 0,45
4 Meningkatnya kualitas pendidikan Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 12
5 Meningkatnya daya saing tenaga
kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65,5
6 Meningkatnya status kesehatan dan
gizi masyarakat Angka Harapan Hidup (tahun) 74,02
7 Menurunnya Tingkat Kemiskinan Tingkat Kemiskinan (%) 6,00
8 Menurunnya Tingkat Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6,54
9
Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan infrastruktur wilayah dan infrastruktur dasar
Jalan dalam kondisi mantap (%) 56,89
Rasio Elektrifikasi (%) 80,50
10
Meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan dan perdagangan
Kontribusi sektor industri pengolahan (%)
Kontribusi sektor perdagangan besar
Jumlah kawasan strategis provnsi yang
terhubung (koneksi) 2
11 Meningkatnya kontribusi sektor
pertanian dalam arti luas
Kontribusi sub sektor perkebunan (%) 4,50
Kontribusi sub sektor perikanan (%) 1,60
12 Meningkatnya Kemandirian pangan
Rasio pemenuhan daging sapi lokal (%) 27,60
Rasio pemenuhan kebutuhan beras (%) 65
13 Meningkatnya kualitas lingkungan
hidup Penurunan emisi GRK (ton CO2Eq) 12,16
14 Terwujudnya peningkatan kualitas
pelayanan publik IKM 85
15 Terwujudnya pemerintahan yang
terbuka, bersih dan bebas KKN
Jumlah PD yang ditetapkan sebagai pilot project pembangunan Zona Integritas
menuju WBK/WBBM
2
1.3.
TANTANGAN DAERAH DALAM RENCANA JANGKA
PANJANG MENENGAH
1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah
Percepatan transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam tidak terbarukan ke sumber daya alam terbarukan secara vertikal maupun horizontal
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Kalimantan Timur berada pada urutan terendah dibandingkan provinsi lain di Pulau Kalimantan. Selain itu, meskipun mengalami fluktuasi yang hampir serupa dengan daerah lainnya pada periode tahun 2012-2016 , namun pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur menurun drastis sejak tahun 2014. Bahkan, daerah ini merupakan satu-satunya provinsi di Pulau Kalimantan yang mengalami LPE di bawah nol (minus) pada tahun 2015 dan 2016. LPE Kalimantan Timur cenderung menurun karena penurunan kontribusi sektor pertambangan (batu bara) akibat terjadinya penurunan harga batu bara di level internasional.
Ekonomi Kalimantan Timur masih ditopang oleh minyak bumi dan gas alam, serta pertambangan batubara. Semakin menurunnya produksi sektor migas dan batubara, berdampak pada sektor-sektor lain, utamanya jasa dan perdagangan, sehingga memberikan pengaruh pada ekonomi Kalimantan Timur. Produksi Kawasan di Kalimantan Timur juga masih rendah. Sektor Kehutanan masih belum mengoptimalkan produktivitas kawasan yang telah diperuntukan untuk hutan produksi. Pada produksi hutan alam, produktivitas setiap tahun berada pada angka 30 m/tahun dengan total produksi 2,0-2,6 juta meter kubik per tahun. Pada perkebunan, terdapat 3,2 juta hektare peruntukan perkebunan dalam RTRW Kalimantan Timur, ijin perkebunan yang diterbitkan 2,76 juta Ha dengan luasan areal tertanam 1,35 juta hektare, termasuk 1,1 juta hektare
kelapa sawit. Masih terdapat 1.41 juta Ha areal ijin perkebunan yang belum ditanami. Demikian pula di sektor pertambangan batubara dan mineral lainnya, luas areal yang di beri ijin 4,8 juta Ha tetapi yang dieksploitasi hanya seluas ± 130 ribu Ha atau hanya 2,7% dari total luas IUP yang diberikan.
Industri hilir pertanian dalam arti luas juga belum banyak bertumbuh di Kalimantan Timur. Saat ini, hasil pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, sebagian besar dipasarkan sebagai komoditi primer. Sebagian produk perkebunan, utamanya sawit, telah diolah menjadi crude palm oil (CPO), walaupun untuk Palm Kernel Oil (PKO) masih belum optimal diproduksi.
Pembangunan juga belum berjalan merata, di mana masih tingginya kesenjangan antara satu kabupaten/kota terhadap yang lain. Indeks ketimpangan regional terus menunjukan tren penurunan selama 2014 hingga 2016. Pada tahun 2014-2015 indeks Williamson mengalami penurunan sebesar 0,03. Angka ini tetap hingga tahun 2015. Berdasarkan analisis terhadap data “PDRB Atas Harga Konstan Seri 2010 Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2016 Berdasarkan Kabupaten/Kota”, indeks ketimpangan regional masih bisa diturunkan jika terjadi peningkatan PDRB di Kabupaten Mahakam Hulu dan Penajam Paser Utara.
1.3.2. Tantangan Sosial Kependudukan
a. Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia
Salah satu isu penting dalam perencanaan pembangunan di Provinsi Kalimantan Timur adalah daya saing sumber daya manusia. Provinsi Kalimatan Timur memiliki keunggulan komparatif dengan melimpahnya kekayaan alam yang kemudian diharapkan mampu meningkatkan daya saing daerah. Namun demikian, jika melihat daya saing Kalimantan Timur dari sisi SDM tentunya masih menyisakan tantangan yang harus segera diatasi. Aspek daya saing seringkali diukur dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indikator ini mengukur berbagai aspek terutama pendidikan, kesehatan dan perekonomian masyarakat. Berdasarkan data IPM yang ada, posisi Kalimantan Timur sudah lebih baikdibandingkan dengan daerah-daerah sekitar seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara, serta rata-rata nasional. Namun demikian, bila dilihat daya saing antara kabupaten/kota di Kalimantan Timur, maka akan terlihat adanya ketimpangan. Oleh karena itu, ketimpangan IPM tiap daerah inilah yang menjadikan daya saing SDM Kalimantan Timur secara keseluruhan belum optimal.
Belum optimalnya daya saing SDM Kalimantan Timur disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: belum optimalnya kualitas pendidikan masyarakat, belum optimalnya serapan tenaga kerja, derajat kesehatan masyarakat yang masih perlu ditingkatkan, serta belum
optimalnya peran pemuda, perempuan dan disabilitas dalam proses pembangunan, serta perlindungan sosial terutama untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang belum komprehensif. Faktor utama yang sangat mempengaruhi daya saing SDM adalah pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Sedangkan sektor-sektor lain yang juga menopang capaian daya saing antara lain berkaitan dengan keagamaan, sosial dan budaya. Di samping itu, Provinsi Kalimantan Timur masih dihadapkan pada disparitas daya saing SDM antar kabupaten/kota. Maka dari itu, permasalahan daerah yang berkaitan dengan daya saing SDM di Kalimantan Timur lebih dititikberatkan pada disparitas daya saing antar daerah yang
b. Pemerintahan yang Profesional dan Akuntabel
Tata kelola pemerintahan merupakan proses penyelenggaraan pemerintahan yang terkait pelaksanaan prinsip-prinsip good governance, antara lain akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi, responsivitas, profesionalitas, serta efektivitas dan efisiensi melalui pelayanan prima. Pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik juga terkait hubungan antar aktor di dalam daerah, yakni pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Tata kelola pemerintahan di Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari dua masalah pokok, yaitu belum optimalnya kualitas tata kelola pemerintahan yang baik; dan belum optimalnya kualitas demokratis daerah. Hal ini dapat dilihat pada beberapa prinsip pokok open government yang belum berjalan optimal, seperti prinsip akuntabilitas, transparansi, partisipasi, dan integritas. Pelaksanaan prinsip akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam pemenuhan harapan masyarakat dan pencapaian target-target pembangunan daerah. Akuntabilitas administratif di dalam pembangunan daerah setidaknya terdiri dari akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan. Capaian akuntabilitas kinerja di Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat dari dua indikator, yakni nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan peringkat Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD). Nilai SAKIP Provinsi Kalimantan Timur pada 2017 adalah “BB”, sementara peringkat EKPPD mengalami penurunan dari peringkat 3 menjadi peringkat 7 nasional dengan status “Sangat Tinggi”. Adapun akuntabilitas keuangan ditandai dengan capaian opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, dimana Provinsi Kalimantan Timur memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada tahun 2017. Meskipun demikian, masih ada persoalan asset yang belum terselesaikan akibat pelimpahan wewenang. Indikator akuntabilitas tersebut masih bersifat administratif, sedangkan indikator akuntabilitas sosial dapat dilihat dari capaian indeks kepuasan masyarakat, terutama terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah pada masyarakat. Capaian indeks kepuasan masyarakat Provinsi
Kalimantan Timur adalah 82,15. Angka tersebut telah menandakan kualitas yang cukup baik, namun belum optimal. Capaian akuntabilitas kinerja, keuangan, dan akuntabilitas sosial dapat mencerminkan indikator kinerja utama dalam tata kelola pemerintahan, yakni indeks reformasi birokrasi. Provinsi Kalimantan Timur memiliki predikat reformasi birokrasi “BB” pada tahun 2016.
Pelaksanaan prinsip transparansi terkait tuntutan keterbukaan di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintah diharapkan semakin terbuka dalam berhubungan dengan masyarakat, dan masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam perencanaan dan pemantauan pembangunan. Gagasan One Map One Data serta Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu, merupakan bagian yang perlu diperkuat. Upaya menjalankan transparansi juga berhubungan erat dengan upaya pemberantasan korupsi, yakni ketika pemerintahan semakin terbuka diharapkan dapat menghilangkan segala bentuk penyelewengan dalam penggunaan anggaran daerah. Capaian pelaksanaan prinsip transparansi, antara lain ditandai oleh indeks keterbukaan informasi publik. Capaian indeks keterbukaan informasi publik Provinsi Kalimantan Timur mengalami penurunan dari peringkat 3 pada tahun 2016 menjadi peringkat 8 pada tahun 2017. Adapun indeks persepsi korupsi Kalimantan Timur juga mengalami penurunan dari 5,58 pada tahun 2016 menjadi 5,56 pada tahun 2017. Standar layanan informasi publik perlu semakin dikuatkan, agar interaksi antara pemerintah dan masyarakat semakin bisa didekatkan.
Prinsip partisipasi ditandai oleh keaktifan masyarakat dalam mengawal pembangunan daerah dan berhubungan dengan pemerintah. Capaian Pembangunan pada prinsip partisipasi dapat dilihat dari indeks demokrasi. Indek yang bersifat komposit tersebut menilai capaian kebebasan sipil, hak politik, dan kinerja lembaga demokrasi. Saat ini, Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Kalimantan Timur mengalami penurunan dari 81,14 pada 2015 menjadi 73,64 pada 2016.
Capaian indikator-indikator di atas di satu sisi memperlihatkan keberhasilan Provinsi Kalimantan Timur dalam menjalankan tata kelola pemerintahan yang baik, namun pada sisi lain juga masih menyisakan berbagai permasalahan. Hal ini karena tata kelola pemerintahan merupakan realitas kompleks yang terkait kapasitas kelembagaan, kapasitas personal aparatur pemerintahan, hingga struktur kesempatan bagi masyarakat untuk berhubungan dengan pemerintah daerah. Permasalahan pembangunan daerah pada tata kelola pemerintahan merentang dari berbagai urusan pemerintahan, baik urusan wajib pelayanan dasar, urusan wajib tidak terkait pelayanan dasar, dan urusan penunjang.
c. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memenuhi SPM untuk urusan wajib terutama pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan rakyat, ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan social. Berdasarkan capaian Pembangunan Kalimantan Timur, masih banyak urusan wajib yang belum diselesaikan dengan baik dikarenakan keterbatasan sumberdaya. Selain itu, belum seluruh kementerian teknis menerbitkan petunjuk teknis pelaksanaan SPM.
Sementara di daerah, Kalimantan Timur juga menghadapi masalah dan isu strategis dalam penerapan SPM sebagai berikut :
1) Kapasitas daerah dalam tahap persiapan rencana pencapian SPM belum dipetakan secara menyeluruh;
2) Kapasitas Daerah dalam pengintegrasiaan rencana dan dokumen perencanaan SPM masih dihadapkan pada permasalahan lemahnya pemahaman aparatur daerah;
3) Kapasitas daerah dalam pembelanjaan penerapan SPM masih dihadapkan pada terbatasnya kemampuan keuangan daerah;
4) Kapasitas daerah dalam tahap penyampaian informasi masih dihadapkan pada kurangnya data dan informasi terkait pencapaian indikator-indikator kinerja SPM.
1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah
a. Peningkatan Aksesibilitas dan Penguatan Konektivitas Infrastruktur Wilayah
Penyediaan infrastruktur dasar di Provinsi Kalimantan Timur dihadapkan pada belum meratanya aksesibilitas dan konektivitas yang baik menuju pusat produksi dan pemasaran serta kawasan strategis provinsi. Hal ini disebabkan karena rendahnya ketersediaan serta kualitas infrastruktur dasar antara lain prasarana jalan, air bersih, sanitasi layak, perumahan dan permukiman yang layak huni dan ketenaga listrikan.
Dilihat dari kondisi jalan, tahun 2017 kondisi mantap jalan Provinsi hanya mencapai 51,66%. Kondisi yang hampir serupa terjadi di sektor transportasi laut, sungai, danau dan penyeberangan yang belum sepenuhnya memberikan dukungan untuk peningkatan layanan transportasi dalam mendukung mobilitas orang, barang dan jasa. Demikian pula pada transportasi darat yang masih memiliki fasilitas lalu lintas angkutan jalan yang minim sehingga menyebabkan fatalitas kecelakan semakin meningkat.
Pemenuhan kebutuhan dasar perumahan dan pemukiman belum sesuai harapan. Masih terdapat 6 titik kawasan pemukiman kumuh di bawah kewenangan pemerintah provinsi yang
tersebar di tiga kabupaten/kota. Selain itu, akses masyarakat terhadap rumah layak huni belum optimal. Hal tersebut diindikasikan dengan perbaikan backlog kepemilikian dan penghunian rumah yang belum optimal setiap tahunnya. Persoalan lain yang terjadi berkaitan dengan pemenuhan infrastruktur dasar adalah belum optimalnya akses air bersih masyarakat. Sementara itu, akses ketenagalistrikan juga belum memadai. Pada tahun 2017, rasio elektrifikasi telah mencapai 84,7%.
Persoalan mendasar pada perencanaan penataan ruang dikarenakan masih terdapatnya perbedaan pola ruang dan kurang haromnisnya dokumen perencanaan ruang antara RTRW Provinsi dengan RTRW Kabupaten/Kota dan belum tersedianya rencana rinci tata ruang provinsi maupun kabupaten/kota.
b. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
Permasalahan lingkungan hidup di Kalimantan Timur, terutama yang berasal dari alih fungsi lahan dan hutan tidak sepenuhnya diantisipasi kerusakannya sehingga berdampak pada peningkatan jumlah bencana banjir dan tingginya emisi GRK dari pembukaan lahan. Berbagai program rencana pengelolaan kawasan melalui pembinaan perhutanan sosial, kemandirian KPH, program rehabilitasi hutan dan lahan, serta konservasi kawasan bernilai tinggi masih perlu diperkuat. Perlindungan kawasan hutan mangrove dan lahan gambut untuk tidak dialihfungsikan sesuai dengan fungsinya juga perlu mendapatkan ketegasan guna mengurangi tingkat kerusakannya yang dalam jangka panjang akan berujung pada bencana lingkungan termasuk peningkatan emisi karbon yang berasal dari lahan.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang dihimpun belum mampu menjadi acuan maupun rambu-rambu dalam pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan hidup jauh lebih mudah dilihat pada dampak yang diakibatkan, khususnya pada kesehatan masyarakat dan bencana hidrometeorologi yang terjadi. Selain itu, tutupan hutan dan lahan sebagai salah satu komponen dalam IKLH mengindikasikan bahwa apabila tutupan hutan semakin berkurang, maka wilayah tangkapan air akan menurun persoalan ini diikuti oleh tingginya kerentanan lahan. Tingginya erosi dan sedimentasi akibat perubahan tutupan hutan, berdampak pada pendangkalan pada alur perairan.
Tutupan lahan bervegetasi semakin berkurang disebabkan oleh semakin meluasnya kawasan galian tambang batu bara yang sebagian menimbulkan lubang-lubang bekas galian tambang, perluasan areal perkebunan dan perluasan kawasan permukiman. Informasi yang memadai untuk menghitung tingkat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan peringkatnya dari seluruh sektor untuk seluruh provinsi belum dimiliki, tetapi hanya tersedia tingkat emisi dari perubahan tutupan lahan dan dekomposisi gambut tahun 2001-2012 di mana Kalimantan
Timur menduduki peringkat keenam dibanding provinsi lain se-Indonesia (KLHK, 2015). Emisi GRK Kalimantan Timur pada periode tahun 2012-2015 cenderung fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Penurunan terutama terjadi karena terjadi emisi negatif (sekuistrasi bersih) pada sektor perubahan tutupan lahan dan dekomposisi gambut pada tahun 2014 serta kecenderungan menurunnya emisi dari sektor energi. Pengikatan karbon (sekuistrasi) bersih sebesar 23 juta ton CO2 pada tahun 2014 pada sektor lahan terutama terjadi karena tingginya kebun yang dibangun di atas lahan semak belukar dan lahan terbuka. Sekuistrasi bersih tersebut berhasil menutup seluruh emisi GRK pada tahun 2014 dan membuat emisi akumulatif pada periode 2012-2015 dari perubahan tutupan lahan dan dekomposisi gambut hanya sekitar 50 juta ton CO2 atau sekitar 12,5 juta ton CO2 per tahun. Sementara itu, emisi GRK dari sektor energi terus mengalami penurunan kecuali tahun 2014 yang sedikit meningkat dibanding 2013.
Menggambarkan perkembangan indikator ekonomi
berupa perhitungan PDRB, suku bunga dan inflasi serta
nilai tukar. Mengukur keberhasilan pembangunan
berdasarkan IPM, tingkat kemiskinan, rasio gini, dan
ketenagakerjaan serta tingkat pengangguran di
Kalimantan Timur.
PERKEMBANGAN DAN
ANALISIS EKONOMI
2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL
2.1.1. Produk Domestik Regional Bruto
2.1.1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Kalimantan Timur terus melanjutkan trend positifnya yang mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,77 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2018 yang hanya mencapai 2,67 persen. Perkembangan ini cukup menggembirakan setelah dua periode pada tahun 2015 dan 2016 mengalami kontraksi ekonomi masing-masing sebesar 1,28 persen dan 0,38 persen, 3 tahun berturut-turut Kalimantan Timur mampu untuk meningkatkan
perekonomiannya. Namun demikian,
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan Nasional, pertumbuhan ekonomi regional Kaltim tersebut masih dibawah pertumbuhan nasional
2,17% -1,28% -0,38% 3,13% 2,67% 4,77% 5,02% 4,79% 5,03% 5,07% 5,17% 5,02% -2% -1% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Kaltim Nasional 2,67% 4,97% 0% 2% 4% 6% 8%
I II III IV I II III IV I II III IV
2017 2018 2019
year on year (yoy)Kaltim Nasional
Grafik 2.1
Pertumbuhan Ekonomi Kaltim dan Nasional Tahun 2017 s.d. 2019
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur
1,47 1,85 -2,7 0,12 4,04 4,66 6,02 3,85 2,67 6,04 5 6,16 4,08 4,77 6,91
Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Kaltara
q to q Tw.IV 2019 y on y Tw.IV 2019 2019 Grafik 2.2
Pertumbuhan Ekonomi Regional Kalimantan Tahun 2019
tahun 2019 yang mencapai 5,02 persen, sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya namun tetap melanjutkan tren yang relatif stabil.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada tahun 2019 tercatat berada di urutan kedua dari bawah. Pertumbuhan tertinggi baik di triwulan IV (yoy) maupun tahun 2019 tercatat di Provinsi Kalimantan Utara dengan pertumbuhan ekonomi triwulan IV sebesar 6,04 persen, dan pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 6,91 persen.
Tahun 2019, lapangan usaha pertambangan menunjukkan keperkasaannya kembali dalam menyokong pertumbuhan ekonomi regional Kaltim. Sektor pertambangan yang mendominasi perekonomian Kaltim dengan porsi sebesar 45,49 persen mampu untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 3,24 persen. Hal ini tidak terlepas dari tumbuhnya sektor pertambangan sebesar 6,89 persen, meneruskan pertumbuhan di tahun lalu sebesar 1,11 persen. Namun demikian, melihat perkembangan ekspor hasil tambang, terdapat penurunan nilai ekspor sebesar 8,64 persen dari 13,58 juta US$ menjadi 12,41 juta US$ (BPS Provinsi Kaltim, Perkembangan Ekspor Provinsi Kaltim Bulan Desember 2019). Disisi lain, juga terjadi penurunan harga batubara yang menjadi komoditas utama ekspor Kaltim. Rata-rata HBA pada tahun 2019 mengalami penurunan signifikan sebesar 21,29 persen menjadi US$ 77,89 dari tahun 2018 yang mencapai US$ 98,96.
2.1.1.2. Nominal PDRB 6,89 5,62 0,19 5,2 3,88 3,24 0,41 0,04 0,29 0,27 01 2 3 4 5 6 7 8 0 50 100 150 200 250
Pertambangan Konstruksi Industri Pengolahan Perdag. Besar & Eceran Pertanian, Hutan & Ikan
2018 2019 Growth Kontribusi
% Grafik 2.3.
Struktur PDRB dan Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha
Produk Domestik Regional Bruto Kaltim tahun 2019 tercatat mencapai Rp653,68 triliun (ADHB) dan Rp486,98 triliun (ADHK) sehingga tetap menempatkan Kaltim sebagai regional yang mendominasi struktur perekonomian di Kalimantan dengan peranan sebesar 50,50
persen, sedangkan peranan terkecil
bersumber dari provinsi termuda, Kaltara sebesar 7,53 persen.
2.1.1.2.1. Nominal PDRB Sisi Pengeluaran
Tabel 2.1
PDRB berdasarkan Pengeluaran Tahun 2019
Sumber 2019 Distribusi 2018
Nominal Distribusi
Konsumsi Rumah Tangga 109.769,67 16,79 16,26
Konsumsi LNPRT 3.246,86 0,50 0,47
Pengeluaran Pemerintah 26.338,93 4,03 3,73
Pembentukan Modal Tetap Bruto 187.709,06 28,72 27,25
Perubahan Inventori 725,91 0,11 0,25
Ekspor Luar Negeri 252.772,20 38,67 41,60
Impor Luar Negeri 59.635,61 9,12 12,70
Net Ekspor Antar Daerah 132.750,07 20,31 23,15
PDRB 653.677,10 100,00 100,00
Porsi terbesar pembentuk PDRB sisi pengeluaran tahun 2018 berasal dari komponen Ekspor yang menyumbang 38,67 persen dari total PDRB. Bahan Bakar Mineral merupakan komoditi utama dalam kegiatan ekspor di Kaltim yang mencapai 89,46 persen dari keseluruhan angka ekspor Kaltim, walaupun turun dari angka tahun lalu yang mencapai 92,10 (Berita Resmi Statistik, Perkembangan Ekspor dan Impor Provinsi Kalimantan Timur, Desember 2018). Kontribusi terbesar berikutnya yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto berkontribusi di angka 27,25 persen. Pembangunan proyek-proyek strategis seperti Jembatan Mahakam IV, Jembatan Pulau Balang, Jalan Tol Samarinda-Balikpapan serta pembangunan gedung pemerintahan secara masif merupakan faktor pendorong meningkatnya PMTB.
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur Grafik 2.4
Struktur Ekonomi Kalimantan Tahun 2019 Kalbar 16,40% Kalteng 11,61% Kalsel 13,96% Kaltim 50,50% Kaltara 7,53%
Tabel 2.2
Nominal PDRB berdasarkan Pengeluaran tahun 2019
Sumber Tahun 2019
I II III IV Total
Konsumsi Rumah Tangga 26.878,18 27.351,00 27.689,17 27.822,18 109.769,67
Konsumsi LNPRT 822,53 815,98 824,05 796,45 3.246,86
Pengeluaran Pemerintah 4.162,65 5.589,93 6.463,17 10.013,17 26.338,93
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 45.075,44 43.978,57 46.547,36 50.993,48 187.709,06
Perubahan Inventori 437,83 103,60 120,17 64,30 725,91
Ekspor Luar Negeri 59.386,67 59.348,09 63.725,33 63.723,21 252.772,20
Impor Luar Negeri 15.842,29 13.423,02 14.462,09 16.265.10 59.635,61
Net Ekspor Antar Daerah 44.297,43 40.753,57 31.981,10 27.015,62 132.750,07
PDRB 165.218,46 164.517,72 162.888,28 164.163,30 653.677,30
Penurunan laju pertumbuhan yang sangat signifikan terjadi pada net ekspor antar daerah yang mengalami penurunan sebesar 23,67 persen. Di sisi lain, kinerja ekspor dan impor mengalami peningkatan dimana ekspor luar negeri mengalami pertumbuhan sebesar 9,02 persen sedangkan impor mengalami penurunan sebesar 25,46 persen.
a) Konsumsi
Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB mengalami sedikit kenaikan dibandingkan tahun lalu yang tercatat 16,26 persen. Pada tahun 2019 peranan konsumsi rumah tangga sebesar 16,79 persen, mengalami peningkatan sebesar 0,53 persen. Kenaikan kontribusi ini juga sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tercatat sebesar 3,15 persen menjadi sebesar Rp109,77 triliun. Pertumbuhan konsumsi tersebut tidak terlepas dari Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur
Grafik 2.5
Distribusi PDRB dan Pertumbuhan Menurut Pengeluaran (%)
38,67 20,31 28,72 16,79 9,12 4,03 0,50 0,11 9,02 -23,67 4,79 3,15 -25,46 9,97 5,95 0
Ekspor Luar Negeri Net Ekspor AD PMTB Konsumsi RT Impor Luar Negeri Konsumsi Pemerintah Konsumsi LNPRT Perubahan Inventori Distribusi Pertumbuhan 4,34 -5,98 1,24 0,47 -4,48 0,3 0,02 -0,11 Kontribusi Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur
meningkatnya jumlah penduduk di Kaltim, berdasarkan data yang diambil dari sidata BAPPEDA, jumlah penduduk Kalimantan Timur mengalami peningkatan sebesar 1,99 persen menjadi 3.721.389 orang dari 3.648.835 orang pada tahun 2018.
b) Investasi
Investasi yang berada di Kaltim terlihat dari komponen Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) pada struktur PDRB. Peranan PMTB dalam struktur PDRB mengalami kenaikan sebesar 1,47 persen pada tahun 2019 menjadi 28,72 persen dari 27,25 persen pada tahun 2016. Selain mengalami kenaikan kontribusi, PMTB juga mengalami pertumbuhan sebesar 4,79 persen menjadi Rp187,71 triliun.
Tabel 2.3
Jumlah Proyek dan Realisasi PMA dan PMDN tahun 2016 dan 2017
Investasi 2016 2017 2018
2019 Proyek Nominal Proyek Nominal Proyek Nominal Proyek Nominal
Penanaman Modal Dalam Negeri 239 6,88 197 10,98 299 24,79 1.794 21,95
Penanaman Modal Asing 466 1.139,6 340 1.285,2 263 565,08 524 861,00
Kenaikan nominal investasi pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), menunjukkan sedikit penurunan sebesar 11,45 persen menjadi Rp21,95 triliun dari Rp24,79 triliun di tahun 2018. Jumlah investasi menjadikan Kalimantan Timur sebagai kota kelima tujuan investasi dalam negeri. Sementara itu, hal yang berbeda terlihat pada Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 52,37 persen atau 295,92 juta US$ menjadi 861,00 juta US$. Dengan jumlah investasi tersebut, Kalimantan Timur menduduki peringkat ke-12 tujuan investasi asing.
c) Pengeluaran Pemerintah
Konsep pengeluaran pemerintah yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik yaitu jumlah belanja pegawai, belanja barang, belanja bantuan sosial dan belanja lainnya ditambah dengan unsur penyusutan aset tetap. Selain itu, pendapatan PNBP dijadikan faktor pengurang dalam konsumsi pemerintah.
Peranan pengeluaran pemerintah terhadap PDRB di tahun 2019 mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,30 persen dari 3,73 persen di tahun 2018 menjadi 4,03 persen. Peranan pengeluaran pemerintah ini tidak terlepas dari naiknya anggaran pemerintah yang tercermin dari laju pertumbuhan sebesar 9,97 persen. Pengeluaran pemerintah di Kalimantan Timur pada tahun 2019 sebesar Rp26,34 triliun sedangkan pada tahun 2018 sebesar Rp23,19 triliun.
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
d) Ekspor dan Impor
Peranan ekspor netto terhadap PDRB menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada tahun 2019 kontribusi ekspor netto mencapai 29,55 persen, naik 0,65 persen dari tahun 2018 yang mencapai 28,90 persen. Namun demikian, kenaikan peranan ini tidak sejalan dengan neraca perdagangan Kalimantan Timur tahun 2019 hanya mencapai US$13,68 miliar, turun US$120,63 juta dari tahun 2018 yang mencapai US$13,80 miliar.
Komoditas ekspor utama adalah Bahan Bakar Mineral (BBM) yang mencapai 89,46 persen dari total ekspor. Dari jumlah tersebut, 76,68 persen merupakan BBM Nonmigas, sedangkan 12,78 persen adalah BBM Migas. Tujuan utama ekspor migas adalah Jepang, mencapai 55,81 persen, sementara untuk tujuan utama ekspor non migas adalah China yang mencapai 27,64 persen. Impor utama tahun 2019 adalah Migas, mencapai US$1,41 miliar atau 56,27 persen dari keseluruhan impor. Sumber utama impor dari Nigeria yang mencapai 49,93 persen.
2.1.1.2.2. Nominal PDRB Sisi Penawaran
Tabel 2.4
PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2019
Lapangan Usaha Tahun 2018 Distrib. 2017
(%) Nominal
(Rp.Miliar) Growth (%) Distrib. (%)
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 51.796,37 3,88 7,92 7,90
Pertambangan dan Penggalian 297.376,51 6,89 45,49 46,56
Industri Pengolahan 116.141,95 0,19 17,77 18,15
Pengadaaan Listrik, Gas 344,96 8,65 0,05 0,05
Pengadaan Air 311,10 5,56 0,05 0,05
Konstruksi 59.347,18 5,62 9,08 8,51
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 38.675,38 5,20 5,92 5,58
Transportasi dan Pergudangan 24.008,70 2,11 3,67 3,61
Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 6.637,39 6,12 1,02 0,96
Informasi dan Komunikasi 8.708,38 6,86 1,33 1,26
Jasa Keuangan 10.226,17 3,03 1,56 1,53
Real Estate 5.832,18 2,12 0,89 0,88
Jasa Perusahaan 1.347,14 1,43 0,21 0,21
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 13.178,71 4,25 2,02 1,93
Jasa Pendidikan 10.940,26 4,64 1,67 1,59
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.290,54 6,99 0,66 0,61
Jasa Lainnya 4.514,18 8,16 0,69 0,63
Produk Domestik Regional Bruto 653.677,10 4,77 100,00 100,00
Dilihat dari lapangan usaha, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih mendominasi struktur perekonomian dengan kontribusi sebesar 45,49 persen dan mengalami pertumbuhan sebesar 8,65 persen. Angka ini sedikit lebih rendah dari peranan sektor tersebut di tahun 2018 yang mencapai 46,56 persen. Dengan struktur yang sangat dominan pada satu lapangan usaha tersebut, maka perekonomian Kaltim akan rentan terhadap perubahan harga batubara. Pada saat harga batubara anjlok maka akan langsung mengakibatkan kontraksi ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016.
Penyumbangterbesar kedua PDRB adalah industri pengolahan dengan peranan sebesar 17,77
persen, turun sebesar 0,38 persen dari tahun 2018. Namun demikian, walaupun mengalami penurunan dalam hal peranan di struktur perekonomian, industri pengolahan masih mampu untuk tumbuh sebesar 0,19 persen. Untuk sektor yang lain, kontribusi untuk PDRB masih di bawah 10 persen.
2.1.1.3. PDRB per Kapita
Setelah mengalami penurunan pada tahun 2014-2016, secara bertahap PDRB per kapita Kalimantan Timur beranjak naik dan mencapai titik tertinggi pada tahun 2019 mencapai Rp175,65 juta. Angka ini diperoleh
dari PDRB berdasarkan harga
berlaku yang didapatkan dari Berita Resmi Statistik dari BPS Provinsi Kalimantan Timur dan data jumlah penduduk yang terdapat dalam sidata BAPPEDA Provinsi Kaltim.
Untuk data per kabupaten/kota, pada tahun 2018, Kabupaten Kutai Timur memiliki PDRB per kapita yang paling tinggi yaitu sebesar Rp347,03 juta yang kemudian diikuti oleh Kota Bontang senilai Rp337,95 juta. PDRB per kapita yang paling rendah adalah Kabupaten Penajam Paser Utara dengan PDRB per kapita senilai Rp55,53 juta. 158,5 157,4 147,0 144,8 165,7 174,9 175,7 0 50 100 150 200 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rp .J u ta
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur Grafik 2.6
Perkembangan PDRB per Kapita tahun 2013 – 2019 (jutaan Rp)