• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-1

BAB

3

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis

Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang CK dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

RPJPN 2005-2025 menetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam RPJPN tersebut mengamanatkan bahwa pembangunan bidang Cipta Karya diorientasikan paka kegiatan sebagai berikut:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing, maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan. b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:

 RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

(2)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-2  RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat

terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

 RPJMN ke 4 (2020-2025): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 mempunyai VISITerwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Dalam mewujudkan Visi tersebut, dikembangkanlah 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Berkenaan dengan upaya mewujudkan Visi – Misi tersebut di atas, dikembangkan 9 Agenda Prioritas untuk menunjukkan jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, yang dimaknai sebagai NAWA CITA.

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

(3)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-3 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Selaras dengan Visi-Misi dan agenda prioritas tersebut di atas, dikembangkan program pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang terkait dengan Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut.

1. Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah 1). Pengembangan Kawasan Strategis

Sasaran

Sasaran pembangunan kawasan strategis periode 2015-2019 adalah berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk di antaranya: 10 Kawasan Industri baru, 10 KEK, 13 KAPET, 4 KPBPB, dan 169 KPI. Dengan demikian diharapkan berkurangnya kesenjangan pembangunan wilayah antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan KTI.

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi dan keunggulannya, melalui pengembangan industri anufaktur, industri pangan, industri maritim, danpariwisata. Strategi yang akan dilakukan dalam pengembangan kawasan strategis tersebut adalah:

a. Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah

Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan, baik yang telah ada (KEK, KAPET, KPBP, dan KPI) maupun yang baru, terutama di wilayah koridor ekonomi Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Pada pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan dibangun 13 kawasan industri baru yang menjadi keunggulannya, terutama yang

(4)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-4 mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak kesempatan kerja. Selain itu, akan dilakukan pula percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis maritim (kelautan) di kawasan pesisir dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa kemaritiman, yaitu peningkatan produksi perikanan; pengembangan energi dan mineral kelautan; pengembangan kawasan wisata bahari; dan kemampuan industri maritim dan perkapalan.

b. Percepatan Pembangunan Konektivitas

Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di wilayah pertumbuhan, antar wilayah pertumbuhan serta antar wilayah koridor ekonomi atau antar pulau melalui percepatan pembangunan infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan, informasi dan telekomunikasi, serta pasokan energi. Tujuan penguatan konektivitas adalah untuk (a) menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan melalui inter-modal supply chained system; (b) memperluas pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland) (c) menyebarkan manfaat pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan. Upaya pembangunan konektivitas tersebut antara lain akan membangun 2000 kilometer jalan, 10 pelabuhan baru dan merenovasi yang yang lama, 10 bandara baru dan merenovasi yang yang lama, membangun Bank Pembangunan dan Infrastruktur, serta mendorong BUMN untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.

c. Peningkatan Kemampuan SDM dan Iptek

Peningkatan pengembangan kemampuan SDM dan Iptek dilakukan melalui penyediaan SDM yang memiliki kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan industri di masing-masing pusat-pusat pertumbuhan di daerah. Membangun SMK-SMK dan politeknik dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini. Selain itu, akan dilakukan pembangunan Science and Technology Park dalam rangka mendukung peningkatan kemampuan berinovasi untuk meningkatkan daya saing, serta mengoptimalkan interaksi dan pemanfaatan sumber daya universitas, lembaga litbang, dan dunia usaha. Untuk itu, akan ditingkatkan anggaran riset untuk mendorong inovasi teknologi.

(5)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-5

d. Regulasi dan Kebijakan

Dalam rangka mempermudah proses pembangunan, Pemerintah akan melakukan deregulasi (debottlenecking) peraturan yang menghambat pengembangan investasi dan usaha di kawasan pertumbuhan ekonomi, melalui: (i) mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan undang-undang yang terkait dengan investasi, (ii) menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik di tingkat pusat dan daerah, maupun antara sektor/lembaga, (iii) merevisi atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah strategi, dan (iv) menyusun peraturan untuk memberikan insentif bagi pengembangan investasi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

e. Peningkatan Iklim Investasi dan iklim usaha

Dalam rangka mempermudah dan memperlancar proses kemudahan berusaha dan berinvestasi, perlu dilakukan melalui: (i) penyederhanaan prosedur investasi dan prosedur berusaha di kawasan strategis, (ii) peningkatan efisiensi logistik di dalam kawasan strategis dan antar wilayah, (iii) Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Kawasan Strategis dengan mempercepat pelimpahan kewenangan perijinan dari Kepala Daerah kepada Kepala PTSP (iv) meningkatkan efektivitas pelaksanaan KPS terutama dalam rangka penyediaan infrastruktur dan energi untuk mendukung pengembangan kawasan strategis, (v) meningkatkan dan menggali potensi investasi kawasan strategis (vi) membatalkan perda bermasalah untuk meningkatkan kepastian berusaha di kawasan strategis, (vii) menerapkan iklim ketenagakerjaan yang lebih kondusif dengan tetap mempertimbangkan peningkatan produktivitas untuk menarik minat investor ke kawasan strategis; dan (viii) memberikan insentif fiskal dan non fiskal khusus untuk kawasan strategis dalam rangka yang dapat mendorong investasi sektor pengolahan yang memproduksi bahan baku untuk industri domestik dan sektor industri yang mengolah sumber daya alam.

2. Pembangunan Perkotaan

Isu urbanisasi, kesenjangan antara kota-kota Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta kesenjangan antara desa dan kota merupakan isu strategis dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan. Tingkat pertumbuhan penduduk di perkotaan yang mencapai 2,18 persen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan di perdesaan yang hanya 0,64 persen

(6)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-6 rata-rata pertahunnya (BPS, 2013). Kota-kota metropolitan yang sebagian besar berada di Jawa (15% dari jumlah kota otonom) menguasai 28% PDRB Nasional, sementara kota-kota sedang di luar Jawa (56% dari jumlah kota otonom) hanya berkontribusi 6%. Selain isu urbanisasi, kota-kota di Indonesia belum optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional dan nasional, belum memiliki ketahanan sosial budaya dan lingkungan, yang merupakan aspek penting dalam persaingan global jangka panjang.

Sasaran

Sasaran utama pembangunan perkotaan, yaitu:

1) Pengembangan 5 Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pembangunan di wilayah KTI;

2) Optimalisasi sedikitnya 20 kota otonom sedang di luar Pulau Jawa khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi dan sebagai pusat pertumbuhan utama yang mendorong keterkaitan kota dan desa;

3) Efektifitas 7 Pusat Kegiatan Nasional (PKN) untuk menjaga momentum pertumbuhan wilayah.

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan

1) Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN) dengan: (a) Mengembangkan PKN di luar Pulau Jawa dengan upaya mendorong kegiatan sentra produksi pengolahan dan jasa untuk melayani Kawasan Timur Indonesia serta memantapkan fungsi keterkaitan dengan pusat pertumbuhan internasional; (b) Meningkatkan peran kota sedang di luar Jawa dengan peningkatan konektivitas antar wilayah dan antar pulau yang terintegrasi, antar simpul transportasi dan angkutan massal sebagai penghubung antar PKN dan PKW;

2) Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni pada kawasan metropolitan dan kota sedang di luar Jawa termasuk kawasan perbatasan, kepulauan, dan pesisir, dengan: (a) Menyediakan sarana dan prasarana dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kotanya; (b) Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya; (c)Mengembangkan perumahan sesuai dengan tipologinya; (d) Mengembangkan sistem transportasi publik terintegrasi dan multimoda sesuai dengan tipologi dan kondisi geografisnya; (e) Menyediakan dan meningkatkan sarana

(7)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-7 prasarana ekonomi sektor perdagangan dan jasa termasuk pasar tradisional, koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); (f) Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan, penyediaan fasilitas dan sistem penanganan kriminalitas dan konflik, serta memberdayakan modal sosial masyarakat kota;

3) Pembangunan kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana dengan: (a) menata, mengelola, dan memanfaatkan ruang dan kegiatan perkotaan yang efisien dan berkeadilan serta ramah lingkungan; (b) meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan dalam membangun ketahanan kota terhadap perubahan iklim dan bencana alam (urban resilience); (c) mengembangkan dan menerapkan: green transportation, green openspace (ruang terbuka hijau), green waste(pengelolaan sampah dan limbah melalui 3R, reduce, re-use, dan re-cycle (pengurangan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang), green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan) dan green energy (pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan), serta pengembangan kegiatan perekonomian kota yang berwawasan lingkungan (green Economy); 4) Pengembangan kota cerdas yang berdaya saing berbasis budaya lokal

dengan: (a) Mengembangkan perekonomian dengan membangun pencitraan kota (nation and city branding); (b) Menyediakan infrastruktur dan pelayanan publik melalui penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) (c) Membangun kapasitas masyarakat yang inovatif, kreatif dan produktif.

5) Peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan, dengan: (a) Mewujudkan sistem, peraturan dan prosedur dalam birokrasi kepemerintahan kota yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat kota berkelanjutan; (b) Meningkatkan kapasitas pemimpin kota yang visioner dan kapasitas aparatur pemerintah dalam membangun dan mengelola Kota Berkelanjutan, melalui pendidikan, pelatihan dan pembinaan secara berkesinambungan; (c) Menyederhanakan proses perijinan dan berusaha bagi para pelaku ekonomi termasuk pelayanan terpadu satu pintu (PTSP); (d) Membangun dan mengembangkan kelembagaan dan kerjasama pembangunan antar kota dan antara kota-kabupaten; (e) Mengembangkan dan menyediakan pusat data informasi perkotaan terpadu yang mudah diakses (f) Meningkatkan peran swasta, organisasi masyarakat, dan organisasi profesi secara aktif, dalam forum dialog perencanaan dan pembangunan Kota Berkelanjutan (g) Mengembangkan lembaga pembiayaan infrastruktur perkotaan.

(8)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-8

3. Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa Sasaran

Sasaran peningkatan keterkaitan desa-kota adalah terwujudnya 39 pusat pertumbuhan baru, mencakup : 27 pusat tersebar di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan 12 pusat tersebar di Kawasan Barat Indonesia (KBI).

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Arah kebijakan peningkatan keterkaitan perkotaan dan perdesaan bertujuan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi. Kebijakan tersebut dijabarkan melalui strategi sebagai berikut:

1) Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau dengan: (a) mempercepat pembangunan sistem, sarana dan prasarana transportasiyang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; (b) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; (c) mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri.

2) Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya kawasan agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi.

3) Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan kota-desa dengan: (a) mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang efisien; (b) Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; (c) mengembangkan kerjasama antar daerah khususnya di luar Jawa-Bali dan kerjasama pemerintah-swasta; (d) mengembangkan forum dialog antar stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama; (e) mengembangkan pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas lokal

4. Tata Ruang

Dalam pembangunan Bidang Tata Ruang, isu strategis utama terkait erat dengan Agenda Pemerataan Pembangunan Antarwilayah terutama Desa, Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Perbatasan. Pemerataan pembangunan perlu dilengkapi dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang mengintegrasikan rencana tata ruang (RTR), sebagai landasan utama dalam pembangunan, dengan rencana pembangunan yang serasi antarpemerintahan, antarsektor, antarwaktu serta antara darat dan laut. Keterpaduan pembangunan antarsektor sangat penting dalam

(9)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-9 perencanaan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Keterpaduan perencanaan daratan, pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan dapat mendorong kinerja pembangunan maritim dan perikanan yang menjadi salah satu fokus dalam pemerintahan ini.

Selain dengan agenda utama di atas Bidang Tata Ruang berkaitan erat dengan berbagai agenda pembangunan lainnya, termasuk di dalamnya Agenda: (1) Memperkuat Sistem Pertahanan; (2) Memperkuat Jati Diri sebagai Negara Maritim; (3) Membangun Transparansi dan Tata Kelola Pemerintahan; (4) Menjalankan Reformasi Birokrasi yang dapat mendukung kelembagaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bidang Tata Ruang yang handal; (5) Membuka Partisipasi Publik; serta (6) Mewujudkan Kedaulatan Pangandengan integrasi perencanaan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dengan RTR Wilayah Provinsi yang diamanatkanoleh UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan peraturan turunannya.

Sasaran

Sasaran pembangunan Bidang Tata Ruang untuk Tahun 2015-2019 adalah: (1) tersedianya peraturan perundang-undangan Bidang Tata Ruang yang lengkap, harmonis, dan berkualitas; (2) meningkatnya kapasitas kelembagaan Bidang Tata Ruang, dalam jangka pendek, yang akan segera diselesaikan adalah penyusunan pedoman perlindungan PPNS Bidang Tata Ruang; (3) meningkatnya kualitas dan kuantitas RTR serta terwujudnya tertib pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam jangka pendek, yang akan segera diselesaikan adalah penetapan Revisi Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur yang dilengkapi dengan lembaga dan/atau pengelola Kawasan Strategis Nasional (KSN) Jabodetabekjur, penyediaan peta dasar skala 1:5.000 untuk penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) pada KSN dan daerah yang diprioritaskan, serta penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan; dan sasaran terakhir (4) meningkatnya kualitas pengawasan penyelenggaraan penataan ruang.

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Berdasarkan isu strategis Bidang Tata Ruang Tahun 2015-2019, maka disusun arah kebijakan dan strategi untuk memenuhi sasaran di atas, sebagai berikut:

(10)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-10 1) Meningkatkan ketersediaan regulasi tata ruang yang efektif dan harmonis

untuk mendukung pembangunan Indonesia dari pinggiran serta untuk mendukung kemandirian ekonomi dan kedaulatan pangan. Kebijakan tersebut dicapai melalui strategi: (a) penyusunan peraturan perundangan pengelolaan ruang udara nasional dan regulasi turunannya; (b) harmonisasi peraturan perundangan terkait Bidang Tata Ruang termasuk di dalamnya peraturan yang insentif untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) untuk menurunkan konversi lahan pertanian pangan menjadi lahan untuk kegiatan budidaya lainnya.

2) Meningkatkan pembinaan kelembagaan penataan ruang, untuk mendukung pengendalian pemanfaatan ruang. Kebijakan tersebut dicapai melalui strategi: (a) pembangunan sistem informasi penataan ruang yang terintegrasi; (b) pembentukan perangkat PPNS yang handal dengan menyusun pedoman perlindungan PPNS Bidang Tata Ruang; serta (c) membuka partisipasi publik melalui pembentukan forum masyarakat dan dunia usaha untuk pengendalian pemanfaatan ruang yang optimal sesuai dengan amanat PP No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

3) Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang, dengan strategi: (a) peningkatan kualitas produk dan penyelesaian serta peninjauan kembali RTR, baik RTRWN, RTR Laut Nasional, RTR Pulau/Kepulauan, RTR KSN (termasuk penetapan revisi Perpres RTR KSN Jabodetabekjur), RTRW yang telah mengintegrasikan LP2B dan prinsip-prinsip RZWP3K; dan (b) percepatan penyediaan data pendukung pelaksanaan penataan ruang yang mutakhir termasuk peta skala 1:5000 untuk RDTR. 4) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan penataan ruang, melalui pemantauan dan evaluasi yang terukur untuk menjamin kesesuaian pemanfaatan ruang yang telah disusun.

2. Pengurangan Ketimpangan Antar Kelompok Ekonomi Masyarakat

Dalam rangka pengurangan ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat, tantangan yang dihadapi utamanya adalah meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah yang dapat dicapai dengan:

1) Menciptakan pertumbuhan inklusif. Pola pertumbuhan inklusif perlu diupayakan untuk memaksimalkan potensi ekonomi dan menyertakan sebanyak-banyaknya angkatan kerja dalam pasar tenaga kerja yang layak (Decent Work), dan membuka peluang usaha ekonomi produktif bagi penduduk kurang mampu dan rentan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan pengurangan

(11)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-11 kesenjangan. Untuk itu, tantangannya adalah memfasilitasi peningkatan kemampuan penduduk kurang mampu dan rentan dalam mengelola keuangan dasar, mengembangkan usaha mandiri, dan melek keuangan (financial literacy), serta mendorong pertumbuhan di berbagai sektor pembangunan, seperti pertanian, industri, dan jasa, untuk menghindari pertumbuhan yang cenderung ke sektor padat modal dan bukan padat tenaga kerja.

2) Memperbesar investasi padat pekerja. Terbukanya lapangan kerja baru menjadi salah satu sarana meningkatkan pendapatan penduduk. Terciptanya lapangan kerja baru membutuhkan investasi baru untuk menyerap kesempatan kerja seluas-luasnya, untuk menyerap angkatan kerja yang berpendidikan SD dan SLTP. 3) Memberikan perhatian khusus kepada usaha mikro dan kecil. Usaha mikro

dan kecil perlu memperoleh dukungan penguatan teknologi, pemasaran, dan permodalan, dan akses pasar yang bagus seperti halnya usaha besar. Dukungan semacam ini perlu diberikan mengingat sebagian besar usahanya tidak memiliki lokasi permanen, dan mayoritas tidak berbadan hukum, sehingga rentan terhadap berbagai hambatan yang dapat menghalangi potensinya untuk tumbuh kembang. 4) Menjamin perlindungan sosial bagi penduduk rentan dan pekerja informal.

Perluasan kesempatan kerja dan usaha yang baik perlu diciptakan untuk penduduk kurang mampu dan rentan seperti penyandang disabilitas dan lanjut usia potensial, namun memiliki kesempatan terbatas dalam pekerjaan formal. Tantangan yang dihadapi adalah menata keterpaduan berbagai asistensi sosial untuk mendukung penduduk kurang mampu dan rentan agar dapat mengelola berbagai risiko siklus hidup, membangun kerangka regulasi serta lingkungan fisik dan sosial yang inklusif agar masyarakat kurang mampu dan rentan memiliki penghidupan yang layak, dan meningkatkan jaminan sosial bagi penduduk rentan dan pekerja yang sering menghadapi berbagai risiko.

5) Meningkatkan dan memperluas pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu dan rentan. Perluasan pemenuhan hak dasar menyangkut hak untuk mendapatkan identitas/legalitas, pelayanan kesehatan, kecukupan gizi, akses terhadap pendidikan, kepemilikan rumah yang layak, penerangan yang cukup, fasilitas sanitasi, dan akses terhadap air bersih perlu menjadi perhatian untuk peningkatan kualitas hidup terutama bagi masyarakat kurang mampu dan rentan. Tantangan dalam hal pemenuhan hak dan kebutuhan dasar ini menyangkut ketersediaan layanan dasar (supply side), penjangkauan oleh masyarakat miskin (demand side), serta kelembagaan dan efisiensi sektor publik.

6) Memperluas ekonomi perdesaan dan mengembangkan sektor pertanian. Isu lain yang masih tertinggal dan memerlukan perhatian adalah dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian petani miskin, usaha perikanan baik

(12)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-12 tangkap maupun budi daya, dan usaha skala mikro lainnya yang menunjang rantai produksi usaha kecil yang menjadi potensi di

Sasaran

wilayah tersebut.Di samping itu, perhatian juga perlu ditujukan pada penyediaan kepemilikan lahan dan aset produktif yang seringkali membatasi peningkatan produksi dan skala usaha masyarakat kurang mampu. Ketersediaan sarana dan prasarana perekonomian di daerah pedesaan, akses kredit dan jasa keuangan bagi pelaku ekonomi di pedesaan dan sumber permodalan lainnya serta pemanfaatan riset dan teknologi pertanian juga menjadi faktor penting dalam mendorong ekonomi perdesaan.

Sesuai dengan amanat RPJP 2005-2025 dan Visi Misi Presiden, serta mempertimbangkan tingginya tingkat ketimpangan dan tren penurunan tingkat kemiskinan selama ini, permasalahan serta tantangan yang akan dihadapi dalam lima tahun mendatang, maka sasaran utama (impact) yang ditetapkan adalah menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 5,0 – 6,0 persen pada tahun 2019. Sasaran untuk mewujudkan pembangunan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat adalah:

1) Meningkatnya investasi padat pekerja sehingga memperluas kesempatan pekerjaan bagi masyarakat yang kurang mampu (decent job);

2) Meningkatnya akses usaha mikro dan kecil untuk mengembangkan keterampilan, pendampingan, modal usaha, dan pengembangan teknologi;

3) Terbentuknya kemitraan pemerintah, pemerintah daerah dan swasta/BUMN/BUMD dalam pengembangan kapasitas dan keterampilan masyarakat dalam rangka peningkatan penghidupan masyarakat;

4) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi yang berkualitas;

5) Meningkatnya penjangkauan pelayanan dasar mencakup identitas hukum, sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, dan sarana ekonomi yang inklusif bagi masyarakat kurang mampu dan rentan termasuk penyandang disabilitas dan lansia;

6) Meningkatnya perlindungan, produktifitas dan pemenuhan hak dasar bagi penduduk kurang mampu dan rentan.

(13)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-13

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan masyarakat kurang mampu, maka upaya mengurangi ketimpangan dilakukan pembangunan yang inklusif dan kebijakan afirmatif yang lebih nyata, yaitu: a) Mengembangkan sistem perlindungan sosial yang komprehensif, b) Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu dan rentan, c) Mengembangkan penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat miskin melalui penyaluran tenaga kerja dan pengembangan kewirausahaan. Agenda ini perlu didukung oleh basis data perencanaan yang handal dalam satu sistem informasi yang terpadu yang menjadi forum pertukaran data dan informasi bagi seluruh pelaku, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta penguatan kapasitas aparat pemerintah di tingkat pusat dan daerah dalam hal perencanaan dan penganggaran yang lebih berpihak pada masyarakat miskin. Adapun strategi penanggulangan kemiskinan mencakup hal-hal berikut.

1) Mengarahkan kebijakan fiskal yang mendukung penghidupan masyarakat kurang mampu terutama pengeluaran publik yang bersifat bantuan sosial yang bersasaran.

2) Sinkronisasi kerangka regulasi dan kebijakan pemerintah terutama kerangka regulasi dan kebijakan sektor pertanian, perdagangan luar negeri, aturan logistik komoditas pangan, dan aturan monopoli.

3) Meningkatkan perlindungan, produktifitas dan pemenuhan hak dasar bagi penduduk kurang mampu dan rentan, melalui (i) penataan asistensi sosial terpadu berbasis keluarga dan siklus hidup melalui Program Keluarga Sejahtera, (ii) peningkatan inklusivitas bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia pada setiap aspek penghidupan, dan (iii) penguatan kelembagaan dan pelaksana asistensi sosial.

4) Memperluas dan meningkatkan pelayanan dasar untuk masyarakat kurang mampu dan rentan melalui (i) peningkatkan ketersediaan infrastruktur dan sarana pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu dan rentan; (ii) meningkatkan penjangkauan pelayanan dasar bagi penduduk kurang mampu dan rentan; (iii) penyempurnaan pengukuran kemiskinan yang menyangkut kriteria, standarisasi, dan sistem pengelolaan data terpadu.

5) Meningkatkan penghidupan masyarakat kurang mampu melalui (i) pemberdayaan ekonomi berbasis pengembangan ekonomi lokal, (ii) perluasan akses permodalan dan layanan keuanan melalui penguatan layanan keuangan mikro bagi masyarakat kurang mampu, dan (iii)

(14)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-14 peningkatan pendampingan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan keterampilan masyarakat kurang mampu.

6) Kebijakan tenaga kerja yang kondusif dan perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat kurang mampu dengan meningkatkan iklim investasi yang bersifat padat pekerja.

7) Meningkatkan akses masyarakat kurang mampu terhadap informasi lapangan pekerjaan, peningkatan pelatihan, dan penyaluran tenaga kerja a. Menciptakan kemitraan yang kuat antara pemerintah daerah, pusat pelatihan kerja, dan pihak swasta/ BUMN b. Meningkatkan kesempatan masyarakat kurang mampu terhadap pendidikan formal dan non-formal sehingga dapat meningkatan akses terhadap pekerjaan yang layak (decent job)

8) Menguatkan konektivitas lokasi pedesaan dengan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi di perdesaan yang dapat menghubungkan lokasi-lokasi produksi usaha mikro dan kecil kepada pusat ekonomi terdekat.

9) Advokasi kepada penduduk kurang mampu dan rentan tentang peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan anak yang akhirnya dapat mengontrol pertumbuhan penduduk terutama penduduk kurang mampu dan rentan.

10) Meningkatkan akses penduduk kurang mampu terhadap kepemilikan lahan terutama lahan pertanian dan akses terhadap modal usaha dan peningkatan keterampilan kompetensi.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Oleh karena itu, RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain, tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota

(15)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-15 pantai, penanganan kawasan perbatasan negara, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang. Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan, yang secara spasial dirumuskan dalam RTRWN.

Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman, tertib, efektif, dan efisien.

RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, antara lain, meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air nasional. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis nasional. Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan

(16)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-16 arahan sanksi. Secara substansial rencana tata ruang pulau/kepulauan dan kawasan strategis nasional sangat berkaitan erat dengan RTRWN karena merupakan kewenangan Pemerintah dan perangkat untuk mengoperasionalkannya.

3.1.2.1 RTRW Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional (KSN) ialah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan. Hal ini karena secara nasional, KSN berpengaruh sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah di dalamnya yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Di dalam PP No. 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), ditetapkan 76 KSN yang memiliki kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi, serta pertahanan dan keamanan.

Hingga saat ini, telah ditetapkan 4 (empat) Perpres RTR KSN Perkotaan yaitu RTR Jabodetabekpunjur (Perpres 54/2008), Sarbagita (Perpres 45/2011), Mamminasata (Perpres 55/2011) dan Mebidangro (Perpres 62/2011). Masing-masing KSN tersebut memiliki karakteristik dan tantangan yang berbeda-beda. Dengan demikian kebijakan dan program yang spesifik diperlukan agar tujuan RTR KSN tersebut berhasil. Namun di antara empat KSN tersebut, hanya Jabodetabekpunjur yang sudah sering diulas.

Secara lebih rinci penetapan Kawasan Strategi Nasional (KSN), sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Nasional, adalah : 1. Kawasan Industri Lhokseumawe (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/A/2)

2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/A/2)

3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam (Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam) (I/A/2)

4. Kawasan Ekosistem Leuser (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/B/1)

5. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar dengan Negara India/Thailand/Semenanjung Malaysia (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

dan Sumatera Utara) (I/E/2)

6. Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro) (Provinsi Sumatera Utara) (I/A/1)

7. Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya (Provinsi Sumatera Utara) (I/B/1)

8. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang (Provinsi Sumatera Barat) (I/D/2) 9. Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh (Perbatasan Provinsi Riau-Sumatera Barat)

(I/B/1)

(17)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-17 11. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar dengan Negara

Semenanjung Malaysia/Vietnam/Singapura (Provinsi Riau dan Kepulauan Riau) (I/D/2)

12. Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (Provinsi Kepulauan Riau) (I/A/2)

13. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi) (I/B/1) 14. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi) (I/B/1)

15. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi-Riau) (I/B/1) 16. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi) (I/B/1

17. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar yang berhadapan dengan laut lepas (Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat) (I/E/2)

Keterangan:

I – IV : Tahapan Pengembangan

A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi A/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

B/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya C/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

C/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi

D/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

D/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan E/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan

E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

3.1.2.2 RTRW Pulau Sumatera

Wilayah pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia yang berperan penting dalam mendukung peningkatan kinerja pembangunan nasional. Wilayah Sumatera memiliki posisi geografis yang relatif strategis di wilayah barat Indonesia dan berhadapan langsung dengan kawasan Asia Timur yang menjadi salah pusat perekonomian dunia dan memiliki hubungan interaksi paling dekat dengan pulau Jawa sebagai pusat perekonomian di Indonesia.

Pembangunan wilayah Sumatera diarahkan untuk menjadi pusat produksi dan industri pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan; lumbung energi nasional, pusat perdagangan dan pariwsata sehingga wilayah Sumatera menjadi salah satu wilayah utama dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), pengembangaan wilayah Sumatera diarahkan untuk :

(1) Memantapkan interaksi antar-kawasan pesisir timur, kawasan tengah, dan kawasan, pesisir barat Sumatera melalui pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut, dan transportasi udara lintas Sumatera yang handal;

(18)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-18 (2) Mendorong berfungsinya pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat

pelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Sumatera;

(3) Mengembangkan akses bagi daerah terisolir dan pulau-pulau kecil di pesisir barat dan timur Sumatera sebagai sentra produksi perikanan, pariwisata, minyak dan gas bumi ke pusat kegiatan industri pengolahan serta pusat pemasaran lintas pulau dan lintas negara;

(4) Mempertahankan kawasan lindung sekurang-kurangnya 40% dari luas Pulau Sumatera dalam rangka mengurangi resiko dampak bencana lingkungan yang dapat mengancam keselamatan masyarakat dan asset-asset sosial-ekonominya yang berbentuk prasarana, baik pusat permukiman maupun kawasan budidaya;

(5) Mengembangkan komoditas unggulan wilayah yang memiliki daya saing tinggi melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah provinsi dalam pengelolaan dan pemasarannya dalam rangka mendorong kemandirian akses ke pasar global dengan mengurangi ketergantungan pada negara-negara tetangga;

(6) Menghindari konflik pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah meliputi lintas wilayah provinsi, lintas wilayah kabupaten dan kota;

(7) Mempertahankan dan melestarikan budaya lokal dari pengaruh negatif globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia; (8) memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan, kawasan budidaya lainnya, berikut kota-kota pusat-pusat kegiatan di dalamnya dengan kawasan-kawasan dan pusat-pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah nasional, serta dengan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan subregional ASEAN, Asia Pasifik dan kawasan internasional lainnya.

Pusat-pusat pengembangan di wilayah Sumatera yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk :

(1) Mendorong pengembangan kota Lhokseumawe, Dumai dan Batam di wilayah Timur dan kota Padang di wilayah Barat sebagai pusat pelayanan primer;

(2) Mengendalikan pengembangan kawasan perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang, Bandar Lampung dan sekitarnya (dsk), dan Palembang dsk, sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya; dan

(3) Mendorong pengembangan kota Pekanbaru dan Jambi sebagai pusat pelayanan sekunder.

Rapat Koordinasi Gubernur Se Sumatera, maka disepakati berbagai rumusan rekomendasi yaitu sebagai berikut:

(1). Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Pengembangan Program Pendidikan selain dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia, juga diarahkan untuk peningkatan relevansi guna pemenuhan

(19)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-19 kebutuhan pasar kerja (link and match), baik domestik maupun pasar kerja luar negeri. Untuk percepatan pelaksanaan program pendidikan disusun rekomendasi sebagai berikut:

(a) menyusun road map SDM untuk seluruh wilayah di Sumatera

(b) menyusun program bidang studi unggulan pada masing-masing perguruan tinggi se-Sumatera

(c) mendorong percepatan proses peningkatan status Perguruan Tinggi yang telah dibangun menjadi PTN di Provinsi Kepulauan Riau dan Bangka Belitung

(d) mendorong Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mendukung anggaran untuk mewujudkan center of excelence perguruan tinggi se-Sumatera

(e) mendorong pembentukan training center peningkatan kompetensi guru/dosen bidang studi sesuai potensi keunggulan masing-masing provinsi

(f) mengembangkan kerjasama penelitian dan pengembangan antar perguruan tinggi se-Sumatera

(g) menyusun skema beasiswa untuk memberi peluang mahasiswa dari Sumatera (h) menyusun skema kerjasama antar PTN dan antara PTN dan Pemerintah Provinsi

Se Sumatera

(i) Pengawasan Perguruan Tinggi Swasta untuk tetap dapat menjaga standar mutu (j) Khusus jurusan/Fakultas Bidang Studi Keguruan agar dikelola oleh Perguruan

Tinggi Negeri, guna menjaga standar guru yang berkualitas

(k) Perlu dilakukan studi pengembangan dan event kebudayaan secara reguler dalam rangka memperkuat Common Sense untuk pembangunan lainnya di berbagai bidang serta upaya menciptakan masyarakat kreatif yang tidak krisis identitas dan krisis kepemimpinan.

Untuk lebih menkongkritkan berbagai usulan di Bidang Pendidikan se Wilayah Sumatera, perlu diagendakan rapat teknis bersama Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, Forum Rektor dan Bappeda se Sumatera dalam upaya penyempurnaan rumusan konsep Center of Excelence guna memfungsikan peningkatan mutu sumberdaya manusia.

(2). Bidang Infrastrukur dan Perhubungan

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan Perhubungan Se Wilayah Sumatera direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

(a) Untuk merealisasikan pembangunan Jembatan Selat Sunda yang telah masuk dalam RTRWN, RTRW Pulau Sumatera, RTRWP Provinsi Lampung dan Provinsi Banten dan Blue Book Tri Partit proyek nasional di Bappenas, diperlukan upaya mendesak Pemerintah (Bappenas dan PU) untuk mempercepat

(20)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-20 realisasi proyek tersebut melalui jalur strategis, termasuk pembentukan Badan/Pengelola Pengembangan Kawasan/Jembatan Selat Sunda, yang melibatkan Pemerintah Daerah di Sumatera.

(b) Untuk merealisasikan program Tol Sumatera diharapkan: (a) setiap daerah untuk segera membebaskan lahan dan mempersiapkan seluruh dokumen perencanaan terkait dengan pembangunan Jalan Tol Sumatera dan (b) mendorong Pemerintah (Bappenas dan Departemen PU) untuk segera merealisasikan pembangunan jalan tol, baik melalui pendanaan Pemerintah dan Loan, Private Sector maupun Kerjasama Pemerintah dan Dunia Usaha (Public Private Partnership), yang secara khusus perlu percepatan pembangunan antara lain: Medan – Kuala Namu – Tebing Tinggi, Pekanbaru – Dumai, Indralaya – Palembang - Betung, Pekanbaru – Padang, Lampung – Palembang, Palembang – Bengkulu dan Medan – Banda Aceh.

(c) Departemen PU diharapkan untuk segera menangani Program Peningkatan Jalan Lintas Sumatera, Feeder Road, Jalan Nasional perkotaan dan Jalan Strategis Nasional/Jalan Strategis Nasional Rencana di Provinsi-Provinsi Pulau Sumatera, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung, untuk itu dapat ditetapkan sebagai Rencana Aksi dalam RPJMN 2010-2014, sesuai dengan skala prioritas dan mengacu kepada RTRW Pulau Sumatera serta arah dan pola pengembangan kawasan strategis di wilayah Sumatera. Khusus untuk jalan lintas barat maka konstruksi pembangunan/ peningkatan jalan perlu memperhatikan kondisi daerah rawan bencana dan konservasi kawasan hutan, sedangkan rencana pembangunan Jembatan Selat Malaka perlu pembahasan yang lebih mendalam antara Pemerintah RI dan Pemerintah/Kerajaan Malaysia.

(d) Tindakan percepatan dalam pembangunan Rail Way Sumatera antara lain (a) Penyusunan Road Map dan Grand Design Pembangunan Jalan Kereta Api Sumatera, (b) setiap Provinsi menyiapkan DED jaringan jalan kereta api sesuai dengan Road Map dan Grand Design secara terintegrasi (c) mendorong pemerintah untuk mempercepat realisasi pembangunan kereta api bagi daerah yang telah memiliki DED sesuai dengan skala prioritas secara berkesinambungan, (d) merevitalisasi Balai Yasa Kereta Api Lahat, Sumatera Selatan sebagai pusat pemeliharaan kereta api Sumatera, dan (e) reorganisasi PT Kereta Api Indonesia dengan membuat PT. Kereta Api Indonesia Wilayah Sumatera dan PT. Kereta Api Indonesia Wilayah Jawa.

(e) Untuk mempercepat pelaksanaan Sumatera Shipping Lines dibutuhkan upaya: (a) penyusunan Grand Design Sumatera Shipping Lines, (b) PT. Sumatera

(21)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-21 Shipping Lines (SSL ) akan mengadakan Road Show ke masing-masing Provinsi, (c) Dalam rangka implementasi teknis penyediaan kapal, diharapkan dapat bekerjasama dengan berbagai pihak seperti PT. Jakarta D’lloyd, PT. Krakatau Steel dan lain-lain (d) PT. SSL diberi waktu hingga tahun 2010 untuk merealisasikan Sumatera Shipping Lines, dan apabila sampai tahun 2010 tidak terwujud, maka Agenda SSL akan ditinjau kembali.

(f) Untuk mempercepat Pembangunan Pelabuhan Samudera disepakati: (a) agar pemerintah pusat memberikan otoritas pelabuhan kepada provinsi se Sumatera melalui penyempurnaan regulasi, (b) melakukan validasi data untuk menetapkan pelabuhan-pelabuhan utama di wilayah Sumatera serta mempersiapkan Master Plan yang komprehensif.

(g) Untuk peningkatan pengembangan Sumatera Airlines melalui operasional Riau Airlines pada rute penerbangan di wilayah Provinsi Se Sumatera maka diperlukan upaya pengembangan Riau Airlines ke depan: (a) meningkatkan performance kinerja, (b) merealisasikan master plan rute untuk wilayah se Sumatera pada tahun 2010 dan (c) masing-masing Provinsi diharapkan memberikan penguatan melalui penyertaan modal dan block seat pada rute yang memiliki load factor rendah, disamping upaya penyertaan modal dari berbagai investor untuk pengembangan armada dan manajemen pengelolaan usaha. (h) Mengingat program Sumatera On Line tidak berjalan sebagai mana mestinya,

maka direkomendasikan untuk menjadi bagian dari program Sumatera Promotion Center.

(3). Bidang Penataan Ruang

Perlu dikaji kembali tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera terutama tentang penyusunan pola dan struktur ruang dengan memperhatikan ekosistem dan pengamanan DAS, mengakomodir jaringan jalan lintas tengah dari perbatasan Lampung dengan Sumatera Selatan sampai dengan Aceh termasuk berbagai usulan pembangunan infrastruktur strategis, seperti Jalan Tol Sumatera, Jalan Kereta Api Sumatera dan perencanaan kawasan-kawasan yang akan tumbuh sebagai akibat terhubungnya Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui Jembatan Selat Sunda.

(4). Bidang Kelistrikan

Dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik di Sumatera diperlukan langkah-langkah antara lain: (a) agar dilakukan penguatan kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan PT. PLN dan merekomendasikan pembentukan PT. Sumatera Power yang secara teknis akan dibahas dalam pertemuan berikutnya, (b) untuk mendayagunakan potensi sumberdaya energi yang difasilitasi oleh Menteri Energi dan Sumberdaya

(22)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-22 Mineral dan pemenuhan kebutuhan listrik di Pulau Sumatera, maka perlu dilakukan penyusunan/up dating RUKD Wilayah Sumatera, (c) perlu mendorong Pemerintah Pusat untuk menerbitkan Peraturan Pemerintah sebagai tindak lanjut UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, yang diharapkan berorientasi pada penguatan kewenangan pembangunan dan pengelolaan kelistrikan di daerah.

(5). Bidang Perdagangan dan Industri

Untuk mengoptimalkan fungsi dan peran Sumatera Promotion Center (SPC) diusulkan untuk : (a) perlu peningkatan kinerja pengelolaan SPC dalam rangka promosi investasi, trade and tourism, (b) PT. Sumatera Promotion Center diharapkan dapat menambah wawasan melalui studi banding kepada pihak-pihak lain dan c) merencanakan ulang tentang lokasi permanent display dan dikaitkan dengan pengembangan sistem Sumatera On Line,

(6). Bidang Khusus

a. Terkait dengan permasalahan tapal batas antar wilayah Se Sumatera, upaya yang telah dan akan dilakukan antara lain: (a) penyelesaian tapal batas beberapa Provinsi telah diselesaikan secara bertahap namun kedepan perlu ditingkatkan penyelesaian-nya serta penguatan kerjasama pembangunan pada kawasan perbatasan dan untuk itu masing-masing Provinsi diharapkan mengalokasikan anggaran untuk penyelesaian tapal batas, (b) Untuk tapal batas beberapa Provinsi di Sumatera yang belum dapat diselesaikan, telah diupayakan penyelesaiannya hingga ke tingkat DPR RI dan mengharapkan pihak Departemen Dalam Negeri lebih meningkatkan peran aktif fasilitasi di dalam penyelesaian tapal batas. b. Semua usulan rekomendasi yang disepakati Gubernur Se Sumatera menjadi

bagian dari RPJM Nasional 2015 – 2019 dan RTRW Nasional. (7). Isu-Isu Aktual

(a) Dana Bagi Hasil Migas (DBH Migas) yang telah dianggarkan pada tahun berjalan agar tetap direalisasikan pada tahun tersebut dan tidak ditunda pembayaran pada tahun berikutnya.

(b) Dalam upaya mewujudkan transparansi dan performance Dana Bagi Hasil sumberdaya alam bagi daerah, maka perlu dibentuk Tim Advokasi Dana Bagi Hasil Se Sumatera.

(c) Dalam rangka penguatan perencanaan pembangunan Se Sumatera maka perlu dibentuk Komite Research and Development dan sebagai implementasi perlu dilakukan Studi Potensi Pengembangan dan Pembangunan Regional Sumatera. (d) Dalam rangka meningkatkan potensi penerimaan daerah dari Sektor

Kepariwisataan maka diperlukan penguatan simpul-simpul kepariwisataan melalui kerjasama pengembangan kepariwisataan Se Sumatera.

(23)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-23 (e) Mendasari atas potensi sumberdaya alam wilayah Sumatera yang cukup besar

baik dari Pertanian, Perikanan, Perkebunan maupun Peternakan, maka perlu dilakukan peningkatan olahan produk menjadi agroindustri dalam bentuk Sentra Industri Hilir serta penguatan Mapping Area dalam rangka mendorong pengembangan ekonomi antar wilayah, sesuai dengan potensi yang dimiliki. (f) Mencermati kondisi geografis Sumatera yang rentan terhadap bencana alam,

maka diperlukan Kerjasama dalam upaya penanggulangan Mitigasi dan Penanggulangan Bencana Alam.

(g) Mendasari atas potensi sumberdaya alam khususnya di Bidang Perkebunan, dan dikaitkan dengan sumber penerimaan daerah dari Dana Bagi Hasil, maka diharapkan agar Pemerintah merealisasikan usulan Dana Bagi Hasil Perkebunan, terutama dari pajak/tarif ekspor bagi daerah penghasil.

Dalam rangka mengoptimalkan implementasi berbagai agenda kerjasama pembangunan Se Sumatera tersebut, maka perlu dibentuk kelembagaan sebagai penanggung jawab secara operasional Kerjasama Gubernur se-Sumatera ke depan dengan komposisi antara lain sebagai berikut:

(1) Komite Infrastruktur, Perhubungan dan Pengembangan wilayah; (2) Komite Kelistrikan;

(3) Komite Perindustrian dan Perdagangan; (4) Komite Pendidikan;

(5) Komite Daerah Perbatasan;

(6) Komite Research and Development (7) Komite Pengembangan Kepariwisataan

Dalam RTR pulau Sumatera, menyebutkan bahwa sebagai kesatuan fungsional wilayah geografis dan ekosistem yang mencakup wilayah darat, laut, udara dan termasuk ruang didalam bumi yang mencakup sepuluh provinsi di Sumatera. Dalam perpres ini juga mengatur koridor ekosistem yang disebutkan dalam RTRWN sebagai kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi adalah wilayah yang merupakan bagian dari kawasan lindung dan atau kawasan budidaya yang berfungsi sebagai alur migrasi satwa atau biota laut, yang menghubungkan antar kawasan konservasi.

3.1.2.3 RTRW Provinsi Bengkulu A. Rencana Sistem Perkotaan

Rencana pengembangan sistem perkotaan di Provinsi Bengkulu bertujuan untuk mendorong peran dan fungsi setiap kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam lingkup Provinsi Bengkulu.

(24)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-24

1). Rencana Pusat Kegiatan

Rencana pengembangan pusat kegiatan terdiri dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Di Provinsi Bengkulu ditetapkan seperti terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Fungsi Kota

No Fungsi Kota Kriteria

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

b. Kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai

pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/

kota; dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; ditetapkan secara nasional.

3. Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan Provinsi (PKWp)

a. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor;

b. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/ kota; dan/atau

c. Kawasan Perkotaan yang berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota; d. dipromosikan oleh pemerintah provinsi

4 Pusat Kegiatan Lokal (Pkl)

a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa

kecamatan; dan/atau

b. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan;

c. Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota Sumber : PP 26 Tahun 2008 dan Hasil Analisis Tahun 2009

Berdasarkan kriteria dan arahan kebijakan pengembangan tata ruang Provinsi Bengkulu, maka rencana struktur pusat kegiatan di Provinsi Bengkulu sampai tahun 2030 terdiri dari 1 (satu) kota PKNp yaitu Kota Bengkulu sebagai ibukota Provinsi yang dipromosikan menjadi PKN, 3 (tiga) kota PKW, 3 (tiga) Kota PKL yang diusulkan menjasi PKWpromosi (PKWp) dan 10 (sepuluh Pusat Kegiatan

(25)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-25 Lokal) Kota PKL. Sistem Perkotaan fungsional wilayah Provinsi Bengkulu diarahkan memiliki 3 hirarki pusat pelayanan, yaitu :

a. Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp), yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi Bengkulu, dan wilayah nasional/internasional yang lebih luas. Pusat pelayanan ini terletak di kawasan perkotaan Bengkulu (Bengkulu, Sungai Hitam, Betungan dan Nakau). Pengembangan Kota Bengkulu dan sekitarnya ini dipromosikan sebagai pusat pelayanan primer.

b. Pusat Kegiatan Wilayah(PKW), yaitu pusat yang melayani satu atau lebih daerah Kabupaten/Kota. Pusat pelayanan sekunder ini dikembangkan dengan intensitas yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya. Berdasarkan PP No 26/ Tahun 2008, maka ada tiga Pusat Kegiatan Wilayah yang telah ditetapkan yaitu Kota Curup (ibukota Kabupaten Rejang Lebong), Manna (ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan) dan Muko-Muko (ibukota Kabupaten Muko-Muko). Selanjutnya, selain PKW yang sudah ditetapkan dalam PP no. 26/Tahun 2008, maka ibukota-ibukota kabupaten yang merupakan hasil pemekaran dan saat ini berstatus sebagai PKL, dalam perencanaan Provinsi Bengkulu 20 tahun mendatang untuk menjadi PKWp yaitu Kota Kepahiang, Arga Makmur dan Bintuhan.

c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kota-kota pusat pelayanan tersier yang dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan tersier ini terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang lebih efisien sebagai sentra pelayanan kegiatan lokal.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan ruang kawasan perkotaan di Provinsi Bengkulu hingga akhir tahun perencanaan adalah meliputi Kota Ipuh di Kabupaten Muko-Muko; Ketahun dan Malakoni (P. Enggano) di Kabupaten Bengkulu Utara; Karang Tinggi di Kabupaten Bengkulu Tengah; Kota Padang di Kabupaten Rejang Lebong; Dan selanjutnya Bermani Ilir di Kabupaten Kepahiang, Kota Muara Aman/Tubei di Kabupaten Lebong, Kota Tais di Kabupaten Seluma, Kota Linau di Kabupaten Kaur dan Kota Masat di Kabupaten Bengkulu Selatan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2 - 3.3.

(26)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-26 Tabel 3.2

Sistem Perkotaan Provinsi Bengkulu Sampai Tahun 2030

Sumber : PP 26 Tahun 2008, dan Hasil Rencana, 2030. Keterangan :

PKN dan PKW : ditetapkan sesuai Kebijakan Nasional

PKWp dan PKL : ditetapkan Atas Usulan dan sesuai Potensi dan Arah Kebijakan Provinsi Bengkulu

2). Rencana Pengembangan Kawasan Metropolitan Bengkulu

Sesuai pengertian dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 bahwa Kawasan Metropolitan adalah Kawasan Perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan disekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. Sehingga dalam penetapan kawasan metropolitan dapat disampaikan kriteria sebagai berikut :

1) Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 1.000.000 (satu juta) jiwa;

2) Terdiri atas satu kawasan perkotaan inti dan beberapa kawasan perkotaan di sekitarnya yang membentuk satu kesatuan pusat perkotaan; dan

3) Terdapat keterkaitan fungsi antar kawasan perkotaan dalam satu sistem metropolitan.

Berdasarkan pada kriteria tersebut di atas, maka kawasan metropolitan Bengkulu secara administrasi meliputi wilayah Kota Bengkulu, Sungai Hitam, Betungan dan Nakau dapat dikembangkan sebagai kota metropolitan dengan peran masing-masing sebagai berikut :

a. Kota Bengkulu sebagai kawasan perkotaan inti,

b. Sungai Hitam, Betungan dan Nakau sebagai kawasan perkotaan satelit,

PKNp PKW PKWp PKL

Bengkulu

1.Muko-Muko 1. Ipuh

1. Arga Makmur 2. Ketahun 3. Malakoni 4. Karang Tinggi

5. Muara Aman 2.Kepahiang 6. Bermani Ilir

2.Curup 7. Kota Padang

8. Tais

3.Manna 9. Masat

(27)

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Seluma III-27 Tabel 3.3

Rencana Sistem Perkotaan di Provinsi Bengkulu Sampai Tahun 2030

No. Nama &

Hirarki Kota Strategi Fungsi

I. PKW dipromosikan menjadi PKNp

1. Kota Bengkulu Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan provinsi

 Pusat perdagangan dan jasa regional.

 Pusat distribusi dan koleksi hasil pertanian, perkebunan dan perikanan

 Pusat Industri

 Pusat transportasi darat, laut dan udara

 Pusat wisata sejarah dan pendukung jasa pariwisata.

 Pusat Pendidikan tinggi.

 Pusat Industri. II.A PKW (sesuai PP no.26 Tahun 2008)

1. Manna(Kabupaten Bengkulu Selatan)

Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat Pelayanan Fasilitas : Pendidikan Tinggi, kesehatan, dll.

 Pusat perdagangan dan jasa

 Pusat Koleksi dan distribusi hasil Pertanian, Perkebunandan sub sector pertanian,dan Perikanan

 Industri Pengolahan Hasil Pertanian & Industri Rumah Tangga (Makanan-Minuman)

 Pusat Agroindustri

 Pusat Transportasi

 Permukiman

 Pariwisata bahari dan pariwisata buatan

 Pertambangan 2. Muko-Muko (Kabupaten Muko-Muko) Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab.

 Pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan kehutanan

 Pusat Industri (antara lain pengolahan Kelapa Sawit)

 Pusat Pertambangan (batubara)

 Pusat Industri Perikanan

 Pusat Pariwisata

3. Curup (Kab. Rejang Lebong)

Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab.

 Pusat Industri

 Simpul transportasi utama penghubung ke jaringan Lintas Tengah Sumatera (PKN :Palembang).

 Pusat Kegiatan Pertanian, (tanaman pangan dan perkebunan, peternakan, perikanan darat)

 Pusat Pariwisata Alam (perkebunan)

II.B PKWp (promosi) Ibukota-Ibukota Kabupaten Hasil Pemekaran (Pkl) yang diusulkan menjadi PKW

1 Kepahiang Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten .

 Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten .

 Pusat kegiatan Pertanian dan Perkebunan(teh) skala wilayah.

 Pariwisata Alam

2 Arga Makmur Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kab .

 Pusat Industri

 Pusat Pertanian, Perkebunan, Perikanan Laut dan Kehutanan skala wilayah.

 Pusat Pertambangan(batu-bara)

 Pusat Pariwisata Laut

3. Bintuhan Pengembangan/Peningkatan Fungsi

 Pusat pemerintahan kab.

 Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten .

 Pusat Pertanian, Pertambangan(pasir kuarsa, migas, emas, andesit dan marmer), Perkebunan (jahe gajah) dan Perikanan skala wilayah

Gambar

Tabel 3.1  Kriteria Fungsi Kota
Gambar III.2. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Seluma

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Kegiatan pengumpulan bukti audit diperoleh dari hasil wawancara dan hasil check list dengan Bagian IT dan karyawan yang berhubungan dengan sistem informasi persediaan, serta

SISTEM DTMF SEBAGAI PENGENDALI JARAK JAUH PADA RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS ALAT PENGHANCUR SAMPAH ORGANIK PENGHASIL PUPUK PADAT.. (2016 : xvii + 65halaman + 46gambar

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan.. data kepada pengumpul

“Penerapan metode read, repeat dan distribute dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih yang saya lakukan adalah menyuruh siswa

Pada lansia hal yang menjadi sumber stres bisa berupa : kondisi fisik yang semakin menurun sehingga tidak sekuat pada masa muda dulu dan seringkali diikuti dengan

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi pendidikan terutama yang menyangkut

Namun, sebagai tanda rahmad-Nya dan sebagai bukti kasih sayang-Nya, Dia telah menjelma kepada manusia para Matahari bimbingan-Nya, para lambang keesaan ilahiah-Nya, dan