• Tidak ada hasil yang ditemukan

MengenalOperasiPasarTerbukadanFasilitasPendanaanBa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MengenalOperasiPasarTerbukadanFasilitasPendanaanBa."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Prakata

Sebagai salah satu upaya mewujudkan transparansi dan memberikan pemahaman kepada

stakeholder mengenai tugas dan fungsi Bank

Indonesia, Direktorat Pengelolaan Moneter telah merampungkan booklet ”Mengenal Operasi Pasar Terbuka dan Fasilitas Pendanaan Bank Indonesia.”

Materi yang disajikan dalam booklet ini lebih difokuskan kepada pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam pengelolaan moneter dan penyediaan fasilitas pendanaan bagi bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat ini.

Semoga booklet ini bermanfaat bagi pembaca guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta memperluas wawasan mengenai pelaksanaan pengendalian moneter oleh Bank Indonesia.

Jakarta, Desember 2006 BANK INDONESIA

(2)

Daftar Isi

(3)

I. Pendahuluan

Sesuai amanat Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan Undang-undang No. 3 tahun 2004, Bank Indonesia mempunyai tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia memiliki tugas pokok, yaitu: (a) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; (b) mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan (c) mengatur dan mengawasi bank.

Terkait pelaksanaan tugas pokok dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia memiliki kewenangan antara lain menetapkan dan menggunakan instrumen moneter berupa tetapi tidak terbatas pada; (i) operasi pasar terbuka, (ii) penetapan tingkat diskonto, (iii) penetapan giro wajib minimum, dan (iv) pengaturan kredit atau pembiayaan. Penggunaan instrumen di atas dilakukan berdasarkan prinsip konvensional (sistem bunga) maupun berdasarkan prinsip syariah (sistem bagi hasil)

(4)

(SUN); penyediaan fasilitas simpanan Bank Indonesia dalam Rupiah (FASBI); Fine Tune

Operation (FTO); penitipan dana dengan prinsip

wadiah; (b) OPT dalam valuta asing yaitu jual beli valuta asing terhadap Rupiah antara lain dalam bentuk spot, forward dan swap.

Dengan kegiatan OPT tersebut, Bank Indonesia mempengaruhi likuiditas perbankan (melalui ekspansi dan kontraksi moneter) untuk mencapai target operasional kebijakan moneter, berupa target kuantitas uang primer atau komponennya, atau suku bunga pasar jangka pendek. Untuk mencapai sasaran-sasaran moneter, Bank Indonesia mempunyai fungsi sebagai lender of the last resort melalui pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek, yang dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan, yang selanjutnya disebut Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP).

Dalam rangka membantu kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia menyediakan fasilitas pendanaan intrahari berupa Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI), untuk penyelesaian transaksi pembayaran melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Selanjutnya untuk mendukung efektifitas, efisiensi dan kelancaran pelaksanaan pengelolaan moneter, Bank Indonesia mengembangkan infrastruktur pendukung lain berupa sarana Bank Indonesia

(5)

II. Kerangka Kebijakan

Kerangka kebijakan moneter Bank Indonesia sebelum Juli 2005 mengacu kepada target uang primer. Kerangka tersebut cukup efektif untuk menyerap kembali kelebihan likuiditas di perbankan yang merupakan dampak dari bantuan likuiditas Bank Indonesia, sebagai konsekuensi fungsi Bank Indonesia sebagai lender of the last resort.

Dalam perkembangannya, peran suku bunga pada mekanisme transmisi kebijakan moneter menjadi semakin penting dibandingkan dengan uang primer, terutama dalam mempengaruhi variabel ekonomi makro terutama inflasi. Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan hubungan antara uang primer dengan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, untuk mendukung efektifitas transmisi kebijakan moneter secara lebih optimal, dan untuk memperkuat kerangka kebijakan moneter yang bersifat antisipatif maka Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter berbasis suku bunga.

(6)
(7)

III. Operasi Pasar Terbuka

1. Definisi OPT

OPT adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Kegiatan tersebut dapat bersifat kontraksi (menyerap likuiditas perbankan) maupun ekspansi (menambah likuiditas perbankan). OPT dilakukan dengan tujuan untuk mencapai target operasional kebijakan moneter dalam rangka mendukung pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter Bank Indonesia.

Pelaksanaan OPT dapat dilakukan secara regular/periodik maupun non regular (sewaktu-waktu apabila dipandang perlu dalam hal terjadi gejolak suku bunga dan atau nilai tukar).

2. Pencapaian Target OPT

Dalam pencapaian target OPT, Bank Indonesia menggunakan dua instrumen utama OPT, yaitu penerbitan SBI dan FASBI.

(8)

gambaran mengenai posisi likuiditas perbankan yang akan diserap melalui kegiatan OPT di minggu berikutnya.

Dalam menetapkan jumlah likuiditas yang akan diserap, dipertimbangkan pula perkembangan suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) dan excess reserve yang dipelihara oleh bank.

3. Instrumen OPT

Instrumen OPT dikelompokkan berdasarkan waktu pelaksanaan OPT yang dapat dilakukan secara regular dan non regular.

3.a. Instrumen OPT Regular

Instrumen OPT regular terdiri dari penerbitan SBI, FASBI, dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Reverse Repo SUN (RR-SUN), dan SBI repurchase agreement (SBI-Repo). (FTK), Outright jual SUN

Fine Tune Ekspansi (FTE), Outright Beli SUN

(9)

1) Penerbitan SBI

SBI adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto.

SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI-SSSS.

Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat membeli SBI di pasar perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder.

Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksud adalah hari libur);

SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan unit terkecil sebesar Rp1 juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1 bulan dan 3 bulan.

(10)

SBI dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu: (1) Variable Rate

Tender (peserta lelang mengajukan

penawaran kuantitas dan tingkat diskonto SBI), dan (2) Fixed Rate

Tender (peserta lelang mengajukan

penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia).

Penawaran minimal pada lelang SBI di pasar perdana ditetapkan sebesar Rp1 miliar dengan kelipatan Rp100 juta. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SBI paling lambat pada 1 hari kerja sebelum hari pelaksanaan lelang.

Bank Indonesia mengumumkan pemenang lelang SBI pada hari pelaksanaan lelang.

Penyelesaian transaksi dilakukan 1 (satu) hari kerja berikutnya (one day

settlement) melalui sarana BI-SSSS

yang terhubung langsung dengan sistem BI-RTGS.

Contoh simulasi perhitungan penetapan pemenang lelang SBI dalam transaksi OPT regular :

PENETAPAN PEMENANG LELANG SBI 1 BULAN METODE FIXED RATE TENDER Diskonto: 7%

(11)

PENETAPAN PEMENANG LELANG SBI 1 BULAN METODE VARIABLE RATE TENDER

2) FASBI

FASBI adalah fasilitas penempatan dana milik bank umum dalam Rupiah di Bank Indonesia.

FASBI disediakan secara harian oleh Bank Indonesia dengan jangka waktu penempatan dana bank antara 1 hari

(overnite) sampai dengan 14 hari. Penempatan dana minimal pada FASBI ditetapkan sebesar Rp1 miliar dengan kelipatan Rp100 juta.

Tingkat bunga FASBI ditetapkan berdasarkan diskresi Bank Indonesia. FASBI dilakukan tanpa warkat, dan bukti kepemilikan tercatat dalam sarana BI-SSSS.

Penyelesaian transaksi FASBI dilakukan pada hari yang sama (same day settlement).

Target kuantitas lelang: 7.000

BANK PESERTA JUMLAH PENAWARAN SOR Perhitungan Menang Sebagian: Bank F=(3.000/5.000) x 2.000=1.200 Bank G=(2.000/5.000) x 2.000=800

RRT = 7,35%

1000 + 500 + 2000 + 1000 + 500 + 2000

(12)

3) SWBI

SWBI merupakan instrumen pendukung OPT dalam rangka kontraksi moneter secara harian berupa penempatan dana jangka pendek bank syariah di Bank Indonesia berdasarkan prinsip wadiah.

SWBI berjangka waktu 7, 14 dan 28 hari.

Jumlah dana yang ditempatkan paling kurang Rp500 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp50 juta.

Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas SWBI yang besarnya ditentukan berdasarkan diskresi Bank Indonesia.

Penerbitan SWBI dilakukan tanpa warkat, dan bukti kepemilikan tercatat dalam sarana BI-SSSS.

Penyelesaian transaksi dilaksanakan pada hari yang sama (same day settlement).

4) RR-SUN

(13)

Transaksi RR-SUN dilakukan dengan mekanisme lelang pada setiap hari Rabu atau hari kerja berikutnya (dalam hal hari dimaksud adalah hari libur). Transaksi RR-SUN dilakukan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan dan 3 bulan.

Peserta transaksi RR-SUN terdiri dari bank umum dan pialang pasar uang Rupiah dan valuta asing serta perusahaan efek yang telah ditunjuk oleh Departemen Keuangan untuk ikut dalam lelang SUN di pasar perdana. Metode lelang RR-SUN dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu: (1) Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dan Reverse Repo Rate/ RR-Rate) dan (2) Fixed Rate Tender

(peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan RR-Rate yang ditetapkan oleh Bank Indonesia). Penawaran minimal pada lelang RR-SUN ditetapkan sebesar Rp1 miliar dengan kelipatan Rp100 juta.

Bank Indonesia mengumumkan rencana transaksi RR-SUN paling lambat pada 1 hari kerja sebelum pelaksanaan lelang.

(14)

Penyelesaian transaksi dilakukan 1 (satu) hari kerja berikutnya (one day

settlement) melalui sarana BI-SSSS

yang terhubung langsung dengan sistem BI-RTGS.

5) SBI-Repo

SBI-Repo adalah transaksi penjualan SBI secara bersyarat oleh bank kepada Bank Indonesia dengan persyaratan kewajiban pembelian kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.

Repo merupakan instrumen kebijakan moneter yang bersifat ekspansif. Saat ini, jumlah maksimal surat berharga milik bank yang dapat direpokan adalah 50% dari nilai SBI. Penyelesaian transaksi Repo dilakukan pada hari yang sama (same day settlement).

3.b. Instrumen OPT Non Regular

Instrumen OPT non regular terdiri dari : Fine Tune Operation

(FTO) meliputi Fine Tune

Ekspansi (FTE) dan Fine Tune Kontraksi (FTK);

Outright beli/jual SUN; dan sterilisasi

penjualan/pembelian valuta asing.

1) FTO

(15)

menstabilkan gejolak suku bunga di PUAB.

FTO hanya digunakan apabila dipandang perlu (berdasarkan diskresi Bank Indonesia).

Transaksi FTE dilakukan dengan

underlying surat berharga, yaitu SBI

dan SUN, sedangkan transaksi FTK dilakukan melalui penempatan dana bank di Bank Indonesia tanpa

underlying surat berharga dengan

sistem diskonto.

Jangka waktu transaksi FTO maksimum 14 hari dihitung dari tanggal transaksi sampai dengan tanggal jatuh waktu. Transaksi FTO dilakukan dengan mekanisme lelang melalui sarana BI-SSSS, dapat menggunakan metode

Fixed Rate Tender atau Variable Rate Tender.

Setelmen FTO dilakukan segera setelah Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang transaksi FTO melalui sarana BI-SSSS yang terhubung langsung dengan sistem BI-RTGS pada tanggal transaksi (same day settlement) dengan prinsip

Delivery Versus Payment (DVP).

2) Outright Jual/Beli SUN

Outright jual/beli SUN adalah

(16)

underlying berupa SUN yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun.

Transaksi dapat dilakukan dengan mekanisme lelang atau non lelang.

3) Sterilisasi Penjualan/Pembelian Valuta Asing

Adalah transaksi penjualan/pembelian USD atau valas lainnya dengan menggunakan Rupiah yang dimaksudkan untuk mengurangi/ menambah jumlah Rupiah yang beredar.

4. Peserta OPT

Peserta OPT terdiri dari bank, lembaga perantara dan pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Lembaga perantara yang dimaksud antara lain pialang pasar uang, pialang pasar modal, dan primary dealer, sedangkan yang dimaksud pihak lain adalah badan hukum non bank, badan lainnya dan perorangan.

(17)

IV. Fasilitas Pendanaan

Dalam rangka mendukung pencapaian tujuannya, Bank Indonesia menyediakan fasilitas pendanaan bagi bank (baik konvensional maupun syariah) yang terdiri dari FPJP dan FLI.

1. FPJP

FPJP adalah fasilitas pendanaan jangka pendek untuk bank yang mengalami kesulitan pendanaan yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar

(mismatch).

FPJP wajib dijamin dengan agunan milik bank yang bersangkutan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan, saat ini berupa SBI, SUN, dan SWBI.

Jangka waktu FPJP adalah 1 (satu) hari, dan dapat diperpanjang secara berturut-turut dengan jangka waktu FPJP keseluruhannya maksimum 90 (sembilan puluh) hari.

2. FLI

FLI adalah fasilitas pendanaan yang bersifat

intraday untuk mendukung kelancaran

(18)

Bank dapat memperoleh FLI baik dalam rangka menjaga kelancaran transaksi dalam sistem BI-RTGS (FLI-RTGS) maupun dalam rangka penyelesaian akhir kliring debet (FLI-Kliring).

Bank dapat menggunakan FLI sepanjang memiliki dan mengagunkan surat berharga yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan, saat ini berupa SBI, SUN dan SWBI.

Pelunasan FLI yang digunakan bank dilakukan secara otomatis oleh sistem BI-RTGS setiap terdapat transaksi masuk

(incoming transaction) yang mengkredit

rekening Rupiah bank yang bersangkutan di Bank Indonesia sampai dengan batas waktu pelunasan FLI.

(19)

V. Sarana Pendukung OPT

Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan OPT yang efektif dan efisien, Bank Indonesia mengembangkan infrastruktur pendukung berupa sarana SSSS dan sistem BI-RTGS.

1. BI-SSSS

BI-SSSS merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya, dan penatausahaan surat berharga secara elektronik yang terhubung langsung antara peserta, penyelenggara, dan sistem BI-RTGS.

BI-SSSS menggabungkan sistem transaksi Bank Indonesia yang mencakup pelaksanaan OPT, pemberian fasilitas pendanaan Bank Indonesia, transaksi SUN untuk dan atas nama pemerintah dalam satu sistem yang terintegrasi dan terhubung langsung (on-line) antara Bank Indonesia dengan para pelaku pasar. BI-SSSS juga mempunyai fungsi pendukung dalam distribusi informasi dan komunikasi dari dan ke penyelenggara serta antar peserta.

(20)

2. BI-RTGS

Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem setelmen berbasis gross dengan koneksi elektronis on-line antar bank-bank dan pihak selain bank (antara lain Kustodian Sentral Efek Indonesia/KSEI) dengan Bank Indonesia.

Sistem BI-RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed/gross

settlement) dan bersifat real time

(electronically processed), dimana rekening bank peserta dapat didebit/dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Dengan sistem BI-RTGS, originating bank

(initiating bank) mentransmisikan melalui terminal RTGS di tempatnya transaksi pembayaran ke pusat pengolahan sistem RTGS (RTGS Central Computer/RCC) di Bank Indonesia untuk proses setelmen dan jika proses setelmen berhasil, transaksi pembayaran akan diteruskan secara otomatis dan elektronis kepada

counterparty bank.

(21)

VI. Daftar Istilah

Delivery versus payment adalah setelmen

transaksi surat berharga melalui sarana BI-SSSS yang dilakukan bersamaan dengan setelmen dana di Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS.

Gross to gross adalah proses setelmen

dimana setelmen surat berharga dan setelmen dana dilakukan berdasarkan transaksi per transaksi.

Gross to net adalah proses setelmen dimana

setelmen surat berharga dilakukan secara transaksi per transaksi sedangkan setelmen dana dilakukan secara keseluruhan setelah proses perhitungan transaksi jual beli surat berharga (netting system).

Repurchase agreement (Repo) adalah

transaksi penjualan surat berharga secara bersyarat dengan kewajiban pembelian kembali surat berharga dimaksud sesuai dengan harga dan jangka waktu yang telah disepakati.

Reverse repo adalah transaksi pembelian

bersyarat surat berharga oleh bank kepada Bank Indonesia dengan kewajiban penjualan kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.

Stop out rate adalah tingkat diskonto

tertinggi yang dihasilkan dari lelang dalam rangka mencapai target kuantitas SBI yang akan dijual Bank Indonesia.

(22)

mata uang Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, terdiri atas Surat Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara.

Transaksi forward adalah transaksi jual/beli antara dua valuta dengan penyerahan dananya dilakukan lebih dari dua hari kerja setelah tanggal transaksi.

Transaksi outright adalah transaksi pembelian atau penjualan surat berharga secara lepas atau putus tanpa kewajiban untuk menjual atau membeli kembali.

Transaksi spot adalah transaksi jual/beli antara dua valuta dengan penyerahan dananya dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi.

Transaksi swap adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian/penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan, dengan counterpart yang sama dan pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

Uang primer adalah uang kertas dan uang

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap 3 (tiga) penawaran terendah yang memenuhi syarat pada evaluasi penawaran (administrasi, teknis dan harga penawaran), dilakukan penilaian kualifikasi dengan cara memeriksa

Berdasarkan kesepakatan bersama antara mahasiswa PPL dan Pembina Lapangan Bapak Jaka Susila, maka disini penulis ditugaskan untuk melaksanakan PPL di Bidang UMKEP (Umum

Membuat persiapan mengajar RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Penyusunan Rencana Pembelajaran (RPP) ini dilaksanakan oleh praktikan sebelum proses pembelajaran di

Sesuai Peraturan Bank Indonesia sebagaimana telah ditetapkan batas minimal rasio penyisihan aktiva produktif yang dibentuk terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib

Instead, I argue that constructivist approaches are compatible with human cognitive architecture as there is flexible adaptation of guidance such as scaffolding in order

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran IPA. Siswa lebih memahami materi yang disampaikan guru dan

[r]