Momentum
Kebangkitan
Ekonomi
Nasional
Oleh : Rachmat Gobel
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Bid. Industri, Teknologi & Kelautan
Setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa kita harus menjaga semangat optimistis dalam menghadapi berbagai kesulitan, termasuk lonjakan harga komoditas pangan dan minyak bumi. Lonjakan harga setahun belakangan ini memang telah membuat kian banyak masyarakat yang terjerembab ke dalam jurang kemiskinan. Di sisi lain, lonjakan harga ini memberi peluang baru bagi perekonomian untuk kembali bangkit. Dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, booming komoditas seharusnya lebih banyak membawa berkah ketimbang petaka bagi Indonesia. Apalagi dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia dan PDB yang sudah mencapai sekitar Rp 3.500 triliun atau mendekati US$ 400 miliar, pasar domestik adalah potensi dan modal untuk kembali tampil bangkit sebagai negara yang diperhitungkan.
Peluang semakin terbuka karena sejumlah negara pesaing potensial kini mengalami kemunduran daya saing akibat turbelensi perekonomian global akibat mereka tidak mempunyai sumber daya alam selengkap Indonesia. Daya saing produk manufaktur Vietnam, misalnya, sangat tergerus akibat kenaikan harga-harga bahan baku. Tuntutan kenaikan upah buruh akibat laju inflasi yang meroket juga turut membuat daya tarik negeri ini mulai memudar. Hal serupa terjadi pula terhadap China dan negara-negara sekawasan lainnya yang selama ini merupakan pesaing potensial produk-produk Indonesia.
Tantangannya, adalah bagaimana memanfaatkan perubahan di lingkungan eksternal yang sedang menuju keseimbangan baru menjadi peluang bagi kebangkitan ekonomi nasional, yakni dengan merajut potensi-potensi yang dimiliki menjadi sumber kekuatan baru berdasarkan potensi keunggulan komparatif atau keunggulan relatif terhadap negara pesaing.
Untuk itu diperlu keberanian melakukan rekonstruksi di bidang pembangunan ekonomi dengan menetapkan visi, dan target yang jelas dan terukur sesuai dengan potensi sumber daya yang ada. Kita perlu melakukan hal ini, agar peluang dan momentum jangan hilang begitu saja.
Dalam kaitan itu, pemerintah diminta harus bisa segera memanfaatkan momentum yang ada dengan mempercepat pembenahan stuktur perekonomian nasional khususnya dalam tataran mikro, membenahi masalah berbagai struktural yang menghambat perekonomian. Perlu dilakukan terobosan yang konstruktif di berbagai bidang, termasuk sektor fiskal (anggaran) terutama untuk mendongkrak perekonomian masyarakat luas. Dan itu tidak bisa hanya dilakukan dengan pemberian Bantuan Tunai Langsung (BLT) yang berisifat instan, tapi harus lebih bersifat pemberdayaan sehingga bisa berkesinambungan.
Dibutuhkan alokasikan dana dan insentif yang lebih besar bagi sektor UMKM dan pertanian rakyat termasuk pangan dan pembenahan sektor infrastruktur di pedesaan. Langkah ini sangat penting untuk mendongkrak perekonomian mayoritas masyarakat, mengingat bahwa hampir separuh pekerja Indonesia menggeluti sektor pertanian dan sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan.
Alokasi anggaran untuk Program Nasional Pengembangan Masyarakat Mandiri yang dikelola Kantor Menko Kesra perlu lebih dipertajam dan diperluas agar benar-benar mampu membangkitkan semangat kemandirian di kalangan masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan. Pemerintah juga perlu melibatkan dunia usaha, termasuk PMA, untuk mendukung program ini dengan menggunakan insentif sebagai umpan.
Semua pihak harus melakukan sinergi untuk optimalisasi pemanfaatan keunggulan dan potensi pasar domestik. Pemberian insentif fiskal bagi industri dalam negeri, jangan lagi dilihat hanya sebagai biaya dalam sisi anggaran pemerintah, tapi harus juga dipandang sebagai upaya memperkokoh meningkatkan nilai tambah industri dalam negeri dan memperluas lapangan kerja. Saat ini misalnya, banyak diantara UKM yang memasok industri komponen collaps, akibat kenaikan berbagai biaya termasuk bahan baku, ini harus dicarikan solusinya dengan membuat skim pembiayaan yang memberi peluang kepada mereka untuk kembali berusaha.
Perlu upaya yang lebih kuat untuk mendorong pola kemitraan Industri Besar dan UKM secara efektif seperti terlihat dalam keberhasilan usaha mebel di Kab. Mojokerto Jatim yang mampu mengubah desa penerima IDT menjadi Desa Makmur Sejahtera. Contoh kemitraan lainnya yang telah terbangun baik dan perlu terus dikembangkan adalah antara industri jamu dengan UKM penghasil bahan baku jamu, industri elektronik dan otomotif dengan UKM Komponen, yang secara langsung memiliki andil dalam perkuatan struktur industri.
Program tersebut juga perlu diikuti pengembangan kewirausahaan, terutama bagi SDM berkualitas yang kini banyak menganggur karena terkena pemutusan hubungan kerja. Ini sangat penting agar program peningkatan kualitas SDM dan alih teknologi yang dicanangkan pemerintah selama ini tidak menjadi sia-sia.
Semua pihak (pemerintah, parlemen, dunia usaha, LSM dan perguruan tinggi) harus bisa sama-sama menjaga agar Indonesia tidak lagi kehilangan kesempatan memanfaatkan momentum yang terbuka saat ini untuk mengumandangkan era menuju Kebangkitan Ekonomi Nasional. Kita semua harus segera bangkit agar masalah kemiskinan dan pengangguran yang dalam beberapa dekade terakhir terus menggelayuti kehidupan jutaan orang pada bangsa ini bisa segera diatasi.