• Tidak ada hasil yang ditemukan

Topik III Perubahan Sumberdaya Hayati dan Lingkungan Biologi Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Topik III Perubahan Sumberdaya Hayati dan Lingkungan Biologi Lingkungan"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN SUMBERDAYA HAYATI DAN

LINGKUNGAN

Kasus Lingkungan Pertanian

Dr. Tien Aminatun, S.Si., M.Si.

Program Studi Biologi,

Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA,

Universitas Negeri Yogyakarta

(2)

Point-point:

1

PENDAHULUAN: PENGELOMPOKAN SUMBERDAYA, KETERKAITAN

ANTARA SUMBERDAYA ALAM, LINGKUNGAN DAN EKOSISTEM

2

PERUBAHAN: PENYEBAB DAN AKIBAT

3

KASUS PADA LINGKUNGAN PERTANIAN

(3)

PENGELOMPOKAN SUMBERDAYA

SUMBERDAYA

BUATAN

ALAMI

MANUSIA

HAYATI/BIOTIK

NONHAYATI/ABIOTIK

(4)

KETERKAITAN ANTARA SUMBERDAYA

ALAM, LINGKUNGAN HIDUP DAN

(5)

DEFINISI

SUMBERDAYA ALAM

(UURI NO. 32 TH 2009 ttg

Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup)

SUMBERDAYA ALAM adalah

unsur lingkungan

hidup

yang terdiri atas

sumber daya hayati

dan

nonhayati

yang secara keseluruhan

(6)

LINGKUNGAN HIDUP adalah

kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya

, yang mempengaruhi alam itu

sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

(7)

EKOSISTEM adalah tatanan

unsur lingkungan

hidup

yang merupakan

kesatuan utuh

menyeluruh dan saling mempengaruhi

dalam

membentuk

keseimbangan, stabilitas, dan

produktivitas lingkungan hidup.

Sumberdaya alam (hayati dan non hayati)

adalah komponen Lingkungan, dan

(8)

Perubahan Ekosistem menurut waktu:

1. Perubahan musiman, contoh di wilayah iklim

temperate (negara 4 musim)

2. Perubahan jangka panjang (ribuan atau jutaan

tahun) => perubahan klimatik dan evolusioner

3. Perubahan yg tjd dlm jangka waktu 1-500 th

(suksesi) => isu

global climate change

4. Perubahan jangka pendek atau sangat cepat

(9)

Perubahan musiman di temperate

zone:

Autumn

(10)

Penyebab Perubahan Lingkungan:

1. ALAMI/AKTIVITAS ALAM; Erupsi Gunung Merapi, Tsunami,

Gempa Bumi, Erosi, dll.

2. AKTIVITAS MANUSIA:

-

Perusakan dan Pencemaran Lingkungan

-

Degradasi Habitat makhluk Hidup

-

Kepunahan Makhluk Hidup (Sumberdaya Hayati)

-

Ketidakseimbangan dan ketidakstabilan ekosistem

(11)
(12)
(13)

KASUS PADA LINGKUNGAN PERTANIAN:

Perbedaan pengelolaan ekosistem sawah

menyebabkan perbedaan pola interaksi

serangga-gulma (sumberdaya hayati)

MENGAPA LINGKUNGAN PERTANIAN

MENARIK?

(14)

Komponen Hayati (sbg sumberdaya hayati)

pada ekosistem sawah:

- Tumbuhan: tanaman yg dibudidayakan,

tanaman yg tidak dibudidayakan (dianggap

sbg gulma)

- Binatang: yang berperan positif bagi manusia

(musuh alami, polinator), yg berperan negatif

(hama)

(15)

Channa, et al. (2004): Binatang (Avertebrata)

dominan penghuni ekosistem sawah adalah

serangga dan laba-laba.

Peran Laba-laba adalah musuh alami berbagai

jenis serangga hama (generalist predator)

Peran Serangga:

- Hama

(16)

Predator adalah binatang yang hidup bebas

dengan memakan atau memangsa binatang

lainnya

Parasitoid adalah serangga yang pada fase

(17)

ADA INTERAKSI ANTAR KOMPONEN PENYUSUN

EKOSISTEM:

1. INTERAKSI ABIOTIK-ABIOTIK

2. INTERAKSI ABIOTIK-BIOTIK => PERUBAHAN

LINGKUNGAN (HABITAT) MEMPENGARUHI

SUMBERDAYA HAYATI

(18)

INTERAKSI BIOTIK-BIOTIK PADA EKOSISTEM

SAWAH: Interaksi Serangga-Gulma

NO

Interaksi yang Terjadi

Keterangan

1

Serangga polinator membantu

penyerbukan bunga gulma

Serangga dan gulma sama-sama

untung (simbiosis mutualisme)

2

Serangga herbivoira memakan

(memarasit) gulma atau makan biji gulma

Serangga herbivora untung, gulma

rugi (parasitasi dan predasi)

3

Serangga karnivora (musuh alami:

predator dan parasitoid) mendapatkan

makanan dari serangga herbivora (hama

padi) yg tinggal dan makan gulma

Interaksi tjd secara tidak langsung,

serangga karnivora dan gulma

sama-sama untung

4

Serangga menggunakan gulma sbg tempat

bersarang atau berlindung

Serangga untung, gulma tdk

mendapatkan manfaat maupun

kerugian (simbiosis komensalisme)

(19)

=> ADA POTENSI GULMA SBG PENDUKUNG

PENGENDALIAN ALAMI SERANGGA HAMA

OLEH MUSUH ALAMI

PERBEDAAN CARA PENGELOLAAN EKOSISTEM

SAWAH OLEH MANUSIA => MENGUBAH

KONDISI SUMBERDAYA HAYATI YG

MENYUSUNNYA =>PERBEDAAN POLA

(20)

Literatur:

Pola tanam polikultur => lebih banyak keragaman

hayati => ekosistem lebih stabil (Odum, 1998)

Pola tanam polikultur memberikan efek positif utk

mengurangi populasi hama, penyakit dan gulma.

Musuh alami cenderung lebih banyak pada tanaman

tumpangsari daripada tanaman tunggal (habitat mikro

dan sumber pakan lebih beragam) (Reintjes,

et al

. ,

1999)

Aplikasi pestisida lebih berdampak negatif pada musuh

alami daripada serangga hama (Barbosa, 1998)

Banyak jurnal terbaru yg menyatakan bahwa pola

(21)

Ekosistem Sawah di Daerah Penelitian Kondisi Lingkungan Biofisik Makro di Daerah Penelitian: kondisi lingkungan hayati, iklim, geomorfologi/ bentuklahan, tanah, hidrologi Lingkungan Sosekbud: kondisi sosial ekonomi petani dan cara

pengelolaan lahan Tipe Surjan: ada alur dan guludan Tipe lembaran: tanpa alur dan guludan Pengelolaan Organik: tanpa bahan kimia,tidak adapenyiangan gulma Pengelolaan konvensional: ada aplikasi bahan kima, ada penyiangan gulma Pengelolaan Organik: tanpa bahan kimia,tidak adapenyiangan gulma Pengelolaan konvensional: ada aplikasi bahan kima, ada penyiangan gulma Lingkungan Biotik: -Dinamika populasi gulma, -Dinamika populasi serangga herbivora, -Dinamika populasi serangga karnivora -Kerusakan dan performa gulma Analisis Data:

-Analisis richness dan evenness

-Uji beda untuk sifat-sifat tanah, dinamika populasi, richness dan evenness

-Uji korelasi untuk total populasi, richness dan evenness antara gulma dan serangga

-Analisis struktur foodweb serangga-gulma dengan bipartite

-Analisis deskriptif kualtitatif pengelolaan pola interaksi serangga-gulma untuk upaya petani dalam pengendalian hayati Lingkungan Abiotik: Faktor edafik: tekstur, struktur, KPK, Ca, Mg, K, Na, kejenuhan basa, pH, bahan organik, N total, P tersedia, K tersedia, salinitas Faktor mikroklimatik: suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin Faktor hidrologik: kondisi kimiawi air sawah (nitrat, nitrit, amonia, posfat, kalium, bahan organik), kedalaman genangan

[image:21.720.36.694.28.501.2]

Perbedaan Kondisi Lingkungan Biofisik Mikro: Pemodelan pengenda-lian hayati yang ramah lingkungan pada ekosistem sawah berbasis interaksi serangga-gulma

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Keterangan Gambar:

= input

= pengumpulan dan analisis data

= proses/perlakuan oleh petani

= arah alur penelitian

= output

GB. Diagram alir perbedaan cara pengelolaan menyebabkan

perbedaan komponen lingkungan hayati dalam ekosistem

(22)

Potensi ledakan populasi hama kepinding tanah

(

Scotinophora

) sudah terlihat sejak MT I pada sawah

lembaran konvensional

Gambar 4.5. Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada MT I pada sawah lembaran organik dan konvensional

S. furcifera

19% N. lugens 10% S. coarctata 16% O. chinensis 10% L.oratorius 6% Herbivora lain 39%

Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada sawah lembaran organik

S. furcifera 22% N. lugens 12% S. coarctata 33% O. chinensis 6% L.oratorius 2% Herbivora lain 25%

[image:22.720.45.689.26.510.2]
(23)

Sawah surjan organik paling tahan thd ledakan

populasi kepinding tanah

Gambar 4.6. Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu

pengamatan pada MT II pada sawah surjan organik dan konvensional

S. furcifera 6% S. coarctata 36% O. chinensis 16% L.oratorius 1% Thrips 1% Empoasca sp. 3% Herbivora lain 37%

Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di

setiap minggu pengamatan pada sawah surjan

organik

S. furcifera 12% N. lugens 2% S. coarctata 50% O. chinensis 10% L.oratorius 1% Thrips 2% Empoasca sp. 3% Herbivora lain 20%

Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di

setiap minggu pengamatan pada sawah surjan

konvensional

Gambar 4.7. Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu

pengamatan pada MT II pada sawah lembaran organik dan konvensional

S. furcifera 2% N. lugens

1% S. coarctata 72% O. chinensis 15% Herbivora lain 10%

Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di

setiap minggu pengamatan pada sawah lembaran

organik

S. furcifera 5% N. lugens

1% S. coarctata 73% O. chinensis 8% L.oratorius 1% Herbivora lain 12%

Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di

setiap minggu pengamatan pada sawah lembaran

[image:23.720.46.682.30.499.2]
(24)

Lycosa

sp mjd predator dominan, kelimpahan terbesar pada

sawah surjan organik

Gambar 4.9. Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada MT II pada sawah surjan organik dan konvensional

Lycosa sp. 36% M.vittaticollis 1% T.maxillosa 1% Paederus sp. 10% O.nigrofasciata 7% Coccinellidae 11% A.femina 4% Libellulidae 4% Karnivora lain 26%

Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada sawah surjan organik

Lycosa sp. 22% T.maxillosa 2% Paederus sp. 11% O.nigrofasciata 12% Coccinellidae 17% A.femina 4% Libellulidae 4% Karnivora lain 28%

Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada sawah surjan konvensional

Gambar 4.10. Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada MT II pada sawah lembaran organik dan konvensional

Lycosa sp. 23% Paederus sp. 18% O.nigrofasciata 24% Coccinellidae 10% A.femina 5% Libellulidae 15% Karnivora lain 5%

Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada sawah lembaran organik

Lycosa sp. 20% Paederus sp. 26% O.nigrofasciata 24% Coccinellidae 9% A.femina 8% Libellulidae 7% Karnivora lain 6%

[image:24.720.45.683.35.468.2]
(25)

Perbedaan POLA INTERAKSI SERANGGA-GULMA

1

2

Analisis Kekayaan Jenis (

Richness

)

Yang diharapkan adalah

richness

yg paling

tinggi untuk semua level trofik => sawah

surjan organik

Analisis Kemerataan Jenis (

Evenness

)

Yang diharapkan adalah

evenness

yg paling

(26)

Perbedaan Struktur

Food Web

Interaksi Serangga Herbivora-Tanaman/Gulma

Perbandingan antar musim tanam pd sawah lembaran konvensional

Gambar 4.25. Struktur food web serangga herbivora-tanaman/gulma pada sawah lembaran konvensional (petak NS2B); a. pada MT I; b. pada MT II

a.

[image:26.720.12.706.101.487.2]
(27)
(28)
(29)

Hasil

network level (

tingkat interaksi

)

yg

diharapkan

:

(30)

Tabel 4.35. Input-proses-output yang berkontribusi dalam pemodelan

pengendaian hayati pada ekosistem sawah berbasis interaksi serangga-gulma

Input

Proses

Output

Habitat yang terdiri atas

habitat akuatik dan

terestrial dalam satu

sistem budidaya

pertanian

-

Pola tanam polikultur,

terdiri atas tanaman

akuatik (padi) pada

habitat akuatik dan

terestrial

(palawija/sayuran)

pada habitat terestrial

-

Pengelolaan lahan

secara organik

-

Richness

tinggi

-

Evenness

tinggi

-

Struktur

food web

lebih kompleks dan

stabil

-

Total populasi hama

rendah dan

terkontrol, tahan

terhadap ledakan

populasi hama

[image:30.720.52.679.71.450.2]
(31)

Perubahan dg memodifikasi Lingkungan

(Habitat) pada ekosistem pertanian berupa

pengelolaan sawah dg sistem surjan organik

terbukti mampu memperbesar peran interaksi

serangga-gulma dalam konservasi musuh

(32)

KESIMPULAN:

PERUBAHAN SUMBERDAYA HAYATI DAN

LINGKUNGAN DAPAT BERSIFAT

NEGATIF/MERUGIKAN MAUPUN

POSITIF/MENGUNTUNGKAN BAGI MANUSIA

MANUSIA BERPERAN BESAR DALAM

TERJADINYA BERBAGAI PERUBAHAN

(33)

Gambar

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian GB. Diagram alir perbedaan cara pengelolaan menyebabkan
Gambar 4.5. Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu  pengamatan pada MT I pada sawah lembaran organik dan konvensional
Gambar 4.6. Rerata kelimpahan relatif hama-hama dominan di setiap minggu pengamatan pada MT II pada sawah surjan organik dan konvensional
Gambar 4.9. Rerata kelimpahan relatif predator utama di setiap minggu pengamatan pada MT II pada sawah surjan organik dan konvensional
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga , dari sudut te- ori pendidikan modern, corak tujuan pendi- dikan Muhammadiyah lebih dekat dengan teori pendidikan progresif, namun karena fondasinya religius, maka

untuk aplikasi klien maupun server , termasuk aplikasi yang berjalan di web browser , J2SE adalah lingkungan dasar dari java, sedangkan J2ME akan dibahas pada

Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi guru dan orang tua dalam mengembangkan literasi dasar sudah didasari oleh pengetahuan yang benar bahwa anak tidak boleh dipaksakan

Selanjutnya perubahan yang dirasakan jama’ah setelah mengikuti khalwat yaitu bisa mengendalikan amarah, rendah hati, empati, menghargai orang lain, berpikir positif,

bahwa berdasarkan Pasal 3 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Undang-Undang Nomor

risiko kematian lebih tinggi pasien penyakit membran hialin dengan skor Apgar 1 menit dan 5 menit yang lebih rendah meskipun skor Apgar 1 menit bukan merupakan faktor

Tidak terdapat perbedaan bermakna pada tingkat kemandirian anak usia prasekolah yang mengikuti program sekolah full day dibandingkan dengan half day.. Tingkat kemadirian anak

In this paper, we study traditional cube attacks against Trivium-like stream ciphers, and propose a new framework to find nonlinear superpolies using linear- ity tests principle.