SEJARAH KEDOKTERAN MASA KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH (447 – 656 H/ 1055 -1258 M)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh: Hikmatul Aminah NIM: A0.22.12.056
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji perkembangan kedokteran pada masa kemunduran Dinasti Abbasiyah dan kontribusinya terhadap kedokteran, baik yang berada di kawasan Arab maupun yang berada di luar kawasan Arab. Rumusan masalah yang dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perkembangan kedokteran pada masa kemunduran dinasti Abbasiyah, (2) Apa peninggalan kedokteran pada masa kemunduran dinasti Abbasiyah.
Penelitian ini adalah penelitian historis yang mengacu pada sumber-sumber tertulis seperti buku-buku yang membicarakan tentang perkembangan kedokteran pada masa kemunduran Dinasti Abbasiyah, dengan pendekatan sejarah dan antropologi sosial, yang memakai teori asimilasi dan perkembangan sebagai kerangka teorinya.
Hasil penelitian ini adalah: (1). Pada masa kemunduran Dinasti Abbasiyah, kedokteran mengalami banyak perkembangan. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya dokter yang memberikan kontribusi pada masa kemunduran ini, yang karya-karyanya digunakan hingga kini. (2). Kedokteran pada masa kemunduran secara langsung maupun tidak langsung memberi kontribusi terhadap kemajuan kedokteran di kawasan Arab dan di kawasan Barat. Peninggalan Dinasti Abbasiyah di bidang kedokteran adalah berdirinya Rumah sakit dan konsep Rumah Sakit serta kontribusi dokter pada masa kemunduran bani Abbasiyah sangat berguna bagi kedokteran pada masa sesudahnya, seperti alat-alat pembedahan dan tatacara pembedahan. Selain itu, kemajuan kedokteran pada masa ini banyak memberi inspirasi pada dokter-dokter di luar kawasan Baghdad untuk memajukan kedokteran di daerah masing-masing.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 6
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Kegunaan Penelitian ... 7
E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 8
F. Penelitian Terdahulu ... 10
G.Metode Penelitian ... 11
H.Sisitematika Bahasan ... 14
BAB II PERKEMBANGAN AWAL KEDOKTERAN ISLAM ... 15
A.Sejarah Ilmu Kedokteran ... 15
1. Sumeria dan Arkandia ... 15
2. Babilonia ... 16
3. Mesir ... 17
4. Persia ... 18
5. Hindustan ... 19
6. Syriah dan Iskandariah ... 20
7. Romawi dan Yunani ... 21
B. Sejarah Ilmu Kedokteran Islam ... 24
BAB III KEDOKTERAN MASA KEMUNDURAN ABBASIYAH ... 32
A.Perkembangan Kedokteran Masa Kemunduran Abbasiyah ... 32
B.Dokter-dokter Muslim Masa Kemunduran Abbasiyah ... 36
1. Ibnu Abi Usaybah ... 37
2. Ibnu Nafis... 37
3. Al-Samarkandi ... 38
4. Al-Baitar ... 39
5. Abdul Latif Al-Baghdadi ... 40
6. Ibnu Jazzar ... 41
7. Al- Jurjani ... 41
8. Ibnu Jazlah ... 42
9. Ibnu Buthlan... 42
BAB IV PENINGGALAN KEDOKTERAN MASA KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH ... 43
A.Rumah Sakit pada Masa kemunduran Dinasti Abbasiyah ... 43
2. Rumah Sakit Al-Adudi ... 47
3. Rumah Sakit Baghdad ... 48
B.Kontribusi Dokter Muslim ... 49
1. Bidang Pembedahan ... 49
2. Karya-karya Dokter Muslim ... 49
3. Peninggalan Dalam Bidang Kedokteran ... 54
C.Dampak Terhadap Kedokteran di Luar Baghdad ... 56
1. Dampak Terhadap Kedokteran Di Kawasan Barat ... 56
2. Dampak Terhadap Kedokteran Di Kawasan Arab... 60
BAB V PENUTUP ... 63
A.Kesimpulan ... 63
B.Saran ... 64
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara bahasa kedokteran (bahasa Inggris: medicine) adalah suatu ilmu dan
seni yang mempelajari tentang penyakit dan cara-cara penyembuhannya, sedangkan
secara umum kedokteran dapat diartikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari
tentang cara mempertahankan kesehatan manusia dan mengembalikan manusia pada
keadaan sehat dengan memberikan pengobatan pada penyakit dan cidera. Ilmu ini
meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta pengobatannya,
dan penerapan dari pengetahuan tersebut.1
Dalam Alquran banyak disebutkan ayat-ayat mengenai pengobatan bahkan
Raulullah pun dalam beberapa hadis juga menyinggung masalah pengobatan, dan
Fazlur Rahman menyatakan bahwa hadis Rasulullah tentang pengobatan dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: 2 Pertama, hadis yang mendorong
penyembuhan penyakit dan perinsip kesehatan secara meluas. Kedua, hadis tentang
penyakit, kesehatan serta tindakan penyembuhannya baik secara medis ataupun secara
spiritual. Ketiga, hadis yang berkaitan dengan ilmu pengobatan Nabi.
Selain itu, banyak buku pengobatan dari Yunani, Iran, India, dan lain-lain
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab buku-buku Yunani yang menjadi standarnya
ialah buku karya Hippocrates, Galen, Paul, dan ahli-ahli kedokteran lainnya.3
Hipokrates adalah seorang tokoh kedokteran pada masa Yunani dan dikenal sebagai
bapak pengobatan yang banyak memiliki pengaruh dalam kedokteran pada masa Islam
1Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran (Jakarta: FKIK UIN Jakarta, 2004), 27.
2Fazlur Rahman, Etika Pengobatan Islam Penjelajahan Seorang Neomodernis (Bandung: MIZAN, 1999), 57.
karya yang fenomenal adalah sumpah hipokrates.4 Sementara Galen adalah salah satu dokter pada masa yunani kuno yang meneruskan kedokteran Hippokrates pada zaman
renaisans, dia menysun teorinya sendiri banyak karyanya didasarkan pada prinsip
Hippokrates. Karya terbesarnya adalah tujuh belas buku dari On the Usefulness of the
Parts of the Human Body.5
Kedokteran merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kehidupan manusia
pada masa kini, Ilmu kedokteran sudah ada sebelum kedatangan Islam. Banyak dari
tokoh kedokteran berasal dari Barat bahkan kedokteran masa kini juga berkiblat pada
kedokteran Barat. Akan tetapi jika ditelisik dari sejarahnya kedokteran justru banyak
mengalami kemajuan dan perubahan pada masa kekuasaan Islam terutama pada masa
Dinasti Abbasiyah yang pusat pemerintahannya berada di Baghdad dan diakui oleh para
peneliti sebagai masa keemasan dalam Islam.
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah ini dibagi mejadi beberapa
priode yaitu:6
1. Priode Pertama yang lebih disebut sebagai priode kejayaan Islam (750- 847 M /
323-132 H).
2. Periode kedua yang disebut masa pengaruh Turki pertama (847- 945 M/ 232-334
H).
3. Periode ketiga, masa kekuasaan Dinasti Buwaih atau pengaruh Persia kedua (945 –
1055 M/ 334 -447 H).
4Wikepedia dalam http://www. Hippocrates - Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.com (30 November 2015).
5Wikepedia dalam http://www.Galenus - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.com (30 November
2015).
4. Periode keempat, merupakan kekuasaan Dinasti bani Saljuk dalam pemerintahan
atau pengaruh Turki dua, Merupakan masa mendekati kemunduran dalam sejarah
peradaban Islam (1055- 1258 M / 447– 656 H).
Priodesasi yang dilakukan oleh para peneliti diatas berdasarkan atas keadaan politik
Dinasti Abbasiyah yang ketika itu mengalami banyak pasang surut.
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, meskipun politik dikuasai oleh
dinasti lain, akan tetapi usaha pengembangan ilmu pengetahuan terus dilakukan yang
menjadikan ilmu pengetahuan semakin berkembang terutama ilmu kedokteran. Pada
masa Dinasti Abbasiyah, kedokteran berkembang dengan pesat karena dipengaruhi
adanya penerjemahan dari berbagai buku kedokteran berbahasa asing. Pengaruh
gerakan penerjemahan ini terlihat dengan munculnya tokoh-tokoh kedokteran ternama
antara lain: Ar-Razi dan Ibnu Sina.
Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar
dengan measles, beliau juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran
anak.7 Sesudahnya, ilmu kedokteraan mengenal nama Ibnu Sina. Ibnu Sina yang juga
seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di antara
karyanya adalah Al-Qānūn fi al- Țibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling
besar dalam sejarah.
Menurut Ibnu Abi Usaybiah, yang merupakan seorang tokoh sejarah
kedokteran, menyatakan bahwa yang mengilhami dan menjadikan pedoman berdirinya
rumah sakit di Baghdad adalah pengobatan yang berada di Gundisyapur. Pendapat
tersebut didasari karena dokter yang didatangkan pertama kali adalah dokter dari
Gundisyapur. Kejadian ini bermula ketika suatu hari khalifah kedua Bani Abbasiyah
Abu Ja’far Al-Manshur menderita penyakit lambung akut. Dia meminta pada dokter
Gundisyapur untuk menyembuhkannya dan ternyata berhasil. 8
Perkembangan ilmu kedokteran pada masa Bani Abbasiyah berjalan
beriringan dengan perkembangan ilmu filsafat. Pada mulanya, khalifah Al-Manhsur
mengundang seorang dokter kepala dari Gundisyapur kemudian secara berkelanjutan
diundang pula dokter-dokter ternama dari Syiriah, Mesir, Bizantium dan India untuk
berkumpul di Baghdad. Pada saat itu antara sekolah kedokteran dan juga sekolah
keagamaan yang berupa madrasah berjalan secara beriringan. Perbedaannya adalah
madrasah ketika itu masih merupakan yayasan swasta sedangkan lembaga kesehatan
didirikan dengan dukungan pemerintah.
Baru pada abad ke-11 madrasah pertama yang bernama Nizam al-Mulk yang
merupakan madrasah pertama di Baghdad ketika itu pemerintahan berada di bawah
kendali Dinasti Saljuk (1063-1065). Selang beberapa lama, madrasah mulai banyak
didirikan oleh pemerintah dan perkembangan ilmu agamapun makin meluas.
Kemajuan kedokteran pada masa Abbasiyah dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: pertama, terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa
lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada
masa ini banyak bangsa non-Arab masuk Islam, dan terjadilah asimilasi antara bangsa
Arab dengan bangsa non-Arab yang memang lebih dahulu mengalami kemajuan dalam
bidang kedokteran yang banyak berpengaruh dalam hal ini adalah bangsa India karena
pada masa itu, India terkenal akan kemajuan dalam bidang kedokteran. Kedua, gerakan
penerjemahan buku-buku asing yang sering dilakukan pada masa Dinasti Abbasiyah.
Pada periode terakhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah, ilmu kedokteran terus
berkembang meskipun pada saat itu terjadi banyak konflik. Namun, hal itu tidak
mempengaruhi terhadap perkembangan kedokteran pada masa ini. Hal ini dapat dilihat
ketika khalifah Al-Muntashir Billah yang berkuasa tepat pada masa akhir kekuasaan
Dinasti Abbasiyah mendirikan Madrasah Muntashiriyah pada tahun 1233 yang hingga
saat ini masih tetap berdiri dan menghasilkan banyak ahli pengobatan.9
Oleh karena itu, kajian tentang kedokteran pada masa dinasti Abbasiyah ini
sangat penting untuk dikaji terutama priode terakhir kekuasaan dinasti Abbasiyah,
untuk membuktikan bahwa ilmu kedokteran pada masa dinasti Abbasiyah sudah
berkembang dengan pesat dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan
kedokteran pada masa sesudahnya.
Dari latar belakang pemaparan masalah diatas maka penulis tertarik untuk
menulis sekripsi yang berjudul “Sejarah Kedokteran Pada Masa Kemunduran Dinasti
Abbasiyah (447-656 H /1055-1258 M).”
B.Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah diatas, untuk membatasi pembahasan
maka, peneliti membentuk rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kedokteran pada masa kemunduran Dinasti Abbasiyah?
2. Apa peninggalan kedokteran pada masa kemunduran Dinasti Abbasiyah?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan kedokteran pada priode terakhir masa kekuasaan
dinasti Abbasiyah.
2. Untuk mengetahui peninggalan bani Abbasiyah yang berhubungan dengan kedokteran
serta memberi pemahaman bahwa ilmu kedokteran pada masa dinasti Abbasiyah
memiliki peran yang besar bagi kedokteran masa kini.
D.Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan untuk :
1. Syarat memperoleh gelar sarjana dalam program strata satu (S-1)
2. Penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis dalam
menganalisa dan menafsirkan suatu permasalahan terutama dalam masalah-masalah
yang terkait dengan sejarah ilmu kedokteran sesuai dengan metodologi yang sudah
dipelajari dalam bangku kuliah sehinga dapat dijadikan pengalaman yang berharga
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan input dan informasi bagi lembaga
pendidikan di kalangan mahasiswa dan para sejarawan maupun pada pihak yang tertarik
dengan ilmu sejarah, khususnya UIN Sunan Ampel Surabaya. Selain itu, juga
diharapkan bisa membantu para mahasiswa untuk mengetahui dan menyadari akan
pentingnya peradaban dimasa lampau, diharapkan pula bisa menjadi tambahan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, terutama dalam bidang
Sejarah kedokteran.
E.Pendekatan dan Kerangka Teori
Untuk mempermudah dalam memahami objek kajian, maka dibutuhkan
pendekatan historis dan pendekatan antropologi sosial. Pendekatan historis ini
dimaksudkan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa
lampau yaitu sejarah kedokteran pada masa kemunduran Dinasti Abbasiyah.
Sedangkan antropologi sosial adalah studi tentang kejadian dalam suatu
komunitas masa lampau, pranata atau lembaga-lembaga, sistem ekonomi, sosial, politik,
struktur masyarakat, struktur kekuasaan dan golongan-golongan sosial.10 Antropologi
sosial dipakai untuk mengetahui bagaimana perkembangan lembaga-lembaga
kesehatan yang ada pada masa Dinasti Abbasiyah terutama pada masa kemunduran
dinasti Abbasiyah.
Teori yang digunakan adalah teori asimilasi yaitu proses sosial yang timbul bila
ada kelompok-kelompok manusia dengan latar belakang kebudayaan berbeda yang
berlangsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan dari
kelompok-kelompok tersebut sehingga merubah sifat khas, unsur-unsur, dan wujudnya
berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.11
Teori asimilasi ini sangat membantu dalam penelitian ini karena dapat diketahui
bahwa ilmu kedokteran pada masa Dinasti Abbasiyah merupakan hasil assimilasi dari
berbagai budaya kedokteran pada masa sebelumnya.
Teori Assimilasi berkaitan dengan antropologi sosial karena antropologi sosial
yang merupakan pendekatan yang mempelajari tentang kejadian masa lampau dimana
dalam kejadian tersebut terjadi pencampuran budaya antara beberapa kelompok
manusia.
10Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 154.
Teori pendukung lainnya adalah teori perkembangan. Teori perkembangan pada
dasarnya merupakan perubahan sesuatu sehingga memperoleh manfaat bagi pihak lain,
dapat diartikan pula sebagai perubahan dari fungsi-fungsi yang memungkinkan adanya
perubahan tingkah laku, dalam sekripsi ini teori perkembangan dapat ditemukan pada
bagian perkembangan ilmu kedokteran pada masa Dinasti Abbasiyah.
F. Penelitian Terdahulu
Banyak ditemukan skripsi yang membahas mengenai Dinasti Abbasiyah,
penulis menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah diantaranya adalah:
Skripsi yang berjudul “Perkembagan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah
Abbasiyah (khalifah Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun tahun 786-833 M)”. Dalam
skripsi ini membahas tentang perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti
Abbasiyah akan tetapi hanya sedikit menyinggung mengenai kedokteran masa itu,
kebanyakan sekripsi ini membahas tentang ilmu pengetahuan yang pada masa itu
berkembang sangat pesat.12
Skripsi yang berjudul “Sejarah Ilmu Kedokteran pada Masa Kejayaan Daulah
Abbasiyah (750-950 M)”. Fokus bahasan skripsi ini adalah ilmu kedokteran pada masa
kejayaan Abbasiyah. Di dalamnya banyak menerangkan keadaan kedokteran pada masa
kejayaan Abbasiyah, disebutkan pula tokoh-tokoh dan karya-karyanya, akan tetapi
12Khoirul Umam, “Perkembagan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah (khalifah Harun Al-Rasyid dan
pembahasan hanya sampai pada tahun 950 M padahal kedokteran terus berkembang
pada masa-masa selanjutnya.13
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah yang diangkat pada
penulisan skripsi di atas hanya terbatas pada masa kejayaannya saja, sedangkan Sejarah
kedokteran pada masa kemunduran Dinasti Abbasiyah (1055 M/ 447 H - 1258 M/ 656
H) belum pernah dikaji. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Sejarah kedokteran pada masa kemunduran dinasti Abbasiyah ini.
G.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Sejarah yaitu proses menguji dan menganalisis
secara kritis rekaman dan peninggalan pada masa lampau, tahap-tahapnya adalah:14
1. Heuristik (pengumpulan sumber)
Heuristik adalah usaha memilih suatu subjek penelitian dan mengumpulkan
informasi tentang subjek tersebut.15 Penelitian ini termasuk penelitian literature dalam
tehap pengumpulan sumber, penulis melakukan penelusuran terhadap sumber-sumber
tertulis yang terkait dengan sejarah ilmu kedokteran pada masa Dinasti Abbasiyah.
Sumber-sumber tersebut penulis dapat di perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya,
Perpustakaan Adab UIN Sunan Ampel Surabaya, dan koleksi pribadi, selain itu penulis
juga mencari sumber-sumber dari internet.
13Siti Qulbuniyah Indah, “Sejarah Ilmu Kedokteran pada masa kejayaan Daulah Abbasiyah (750-950 M)” (skripsi,
UIN Sunan Kalijaga Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Yogyakarta, 2014), vii.
14Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Yogya: Ombak, 2011), 104.
Diantara sumber yang ditemukan adalah: kitab karya Ibnu Abi Usaybah yang
berjudul ‘Uyun Al-Anba’ fi Tabaqat Al-Atibba yang berisi tentang ilmu kedokteran pada
masa Dinasti Abbasiyah.
Al-Bimar Sataanaat Al-Islamiyyah Hatta Nihayah Al-Hilafah Al-Abbasiyah
(1-656 H/ 622-1258M), disertasi yang berisi tentang kedokteran pada islam hingga masa bani
Abbasiyah karya Mu’min Anis Abdullah Al-Baba.
2. Verifikasi (kritik sumber)
Dari berbagai sumber yang ditemukan, dilakukan verifikasi guna memperoleh
data yang valid melalui kritik ekstern dan kritik intern. Penelitian ini menggunakan kritik
intern yaitu dengan memahami isi sumber yang berkenaan dengan ilmu kedokteran pada
masa bani Abbasiyah membandingkannya dengan buku lain yang memiliki tema yang
sama.
Perbandingan antara sumber satu dengan sumber yang lain bertujuan untuk
menarik kesimpulan seobjektif mungkin. Peneliti memposisikan sumber mana yang lebih
dahulu ada (paling mendekati kejadian dalam hal ini masa kemunduran Dinasti Abbasiyah).
Sementara kritik ekstern yang bertujuan untuk mencari keotentikan sumber
dengan menguji bagian-bagian fisik meliputi beberapa aspek seperti kertas, gaya tulisan,
bahasa, kalimat, ungkapan dan semua sapek luarnya.16 Dalam penelitian ini penelitik tidak
terlalu banyak banyak melakukan kritik ekstern ini karena sumber-sumber pokok telah
dicetak secara berulang-ulang dan telah ada bahan yang baik secara fisik.
3. Interpretasi (Penafsiran)
Setelah melakukan verifikasi, maka dilakukan penafsiran terhadap sumber-sumber
data yang telah terkumpul dan terverikasi. Sumber-sumber yang telah diverifikasi disusun
sesuai tema yang ada, melalui pendekatan historis dan antropologi sosial dan teori
asimilasi dan teori perkembangan penulis menganalisis perpaduan yang terjadi dalam
bidang kedokteran pada masa kemunduran Dinasti Abbasiyah.
4. Historiografi (penulisan sejarah)
Historiografi adalah cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian
sejarah yang sudah dilakukan dan penulisan ini dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai proses penelitian mulai dari awal penelitian sampai akhir (penarikan
kesimpulan). 17 Dalam proses ini dideskripsikan data yang telah diverifikasi dan
diinterpretasi selanjutnya penellitian ini ditulis secara sistematis dan kronologis.
H.Sistematika Pembahasan
Bab pertama bertujuan untuk mengantarkan secara sekilas, berisi tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan
dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sisitematika bahasan.
Bab kedua Mengkajii Perkembangan Awal Kedokteran Di Dunia Islam. Bab ini
membahas tentang ilmu kedokteran dalam Islamya yaitu: Sejarah ilmu kedoteran, dan
Sejarah ilmu kedokteran dalam islam.
Bab ketiga Mengkaji Ilmu Kedokteran Masa Dinasti Abbasiyah. Bab ini
menjelaskan tentang ilmu kedokteran pada masa dinasti Abbasiyah dengan sub bab,
Perkembangan Ilmu kedokteran masa kemunduran dinasti Abbasiyah, Dokter-dokter
Muslim, dan Dampak terhadap kedokteran Barat.
Bab keempat menerangkan tentang Peninggalan ilmu kedokteran masa
kemunduran dinasti Abbasiyah.
Bab kelima menjadi bab terakhir yang di dalamnya berisi tantang kesimpulan dari
BAB II
PERKEMBANGAN AWAL KEDOKTERAN Di DUNIA ISLAM
A. Sejarah Ilmu Kedokteran
Kedokteran sudah ada sejak zaman sebelum datangnya Islam. Pada awalnya, sebagian besar kebudayaan dalam masyarakat awal menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal dan hewan untuk tindakan pengobatan. Ini sesuai dengan kepercayaan magis mereka yakni animisme, sihir, dan dewa-dewi. Masyarakat animisme percaya bahwa benda mati pun memiliki roh atau mempunyai hubungan dengan roh leluhur.1
Ilmu kedokteran pada masa ini masih belum diajarkan secara formal hanya orang tertentu saja yang dapat menjalankan ilmu ini mereka yang dipercaya oleh masyarakat memiliki kekuatan gaib yang bisa mengobati orang yang sakit, karena memang pada masa ini hal-hal mistik masih sangat berpengaruh.
1. Sumeria dan Arkadia
Sumeria dan Arkadia dikenal sebagai salah satu wilayah yang telah memiliki pengetahuan tentang pengobatan dan cara mengobati berbagai penyakit, meskipun terkadang cara pengobatannya ada yang bersifat mistik. Sumeria berada di wilayah Irak sekarang, yaitu di dekat Sungai Furat (Eufrat) dan Sungai Dajlah (Tigris).2
Menurut data sejarah, tabib-tabib bangsa Sumeria telah mengenal pengobatan sejak 4000 tahun sebelum masehi. Pada masa tersebut terdapat dua cara pengobatan;Pertama, cara pengobatan yang bersifat mistik, yaitu pengobatan dengan menggunakan ramuan, pijatan, lalu
1Chairudin P. Lubis,“Sejarah Ilmu Kedokteran”(Disertasi, Universitas Sumatra Utara, Fakultas Kedokteran,
Sumatra Utara, 2008), 4.
2Sumeria merupakan sebuah peradaban kuno di Mesopotamia selatan, pada masa kini di selatan Irak, selama
dijampi dengan meminta bantuan jin. Kedua, dengan cara pengobatan ilmiah di masa itu yaitu pengobatan dengan memakai ramuan herbal, madu, lasah atau sekarang dikenal dengan fisioterapi, bahkan para tabib telah menuliskan ilmu-ilmunya dalam buku-buku yang dibuat dari tanah liat.
Sedangkan Arkadia berada di utara Irak bagian tengah tepatnya di pertemuan antara Sungai Furat (Eufrat) & Sungai Dajlah (Tigris), Arkadia adalah bagian dari daerah Peloponnesia. Arkadia terletak di bagian tengah dan timur semenanjung Peloponnesia. Nama daerah ini diambil nama Arkas, tokoh dalam mitologi Yunani.3Kedokteran sempat mencapai masa gemilang di masa Raja Sargon, yang bahkan dari sejarah dikisahkan putri Raja Sargon, Anhiduana selain menjadi pendeta juga sebagai pengkaji berbagai jenis pengobatan.4
2. Babilonia.
Babilonia (1696 – 1654 SM) atau Babel dinamai sesuai dengan ibukotanya, Babilon, adalah yang terletak di selatan Mesopotamia. Babilonia berkembang menjadi sebuah kerajaan besar pada masa Hammurabi (1696 - 1654 sebelum Masehi), yang area kekuasannya meliputi daerah kerajaan Arkadia pada masa sebelumnya.5
Bangsa Babilonia dengan Rajanya bernama Hamurabi sangat terkenal akan kemajuan ilmu pengetahuan, dalam bidang kedokteran yang berkembang saat itu antara lain, lasah (fisioterapi), ilmu peramu obat (farmakologi) dan kemungkin telah ada obat-obatan zaman Babilonia dalam bentuk tablet, pada masa itu ahli pengobatan dibedakan menjadi dua yaitu Tabib yang merupakan ahli pengobatan yang tidak percaya pada hal mistik (tahayul) dan yang
3Wikepedia dalam http:// www. Arkadia/bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.html (13 Januari
2016).
4Jumal Ahmad,Kedokteran dalam Islam (Sejarah & Perkembangannya)Sebuah Pengantar Thibbun Nabawi.html
(20 November 2015).
5Wikepedia dalam http:// www. Babilonia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.html (13 Januari
kedua adalah kahin atau dukun yang menghubungkan segala sesuatu dengan hal yang diluar nalar.
3. Mesir
Mesir di masa Fir’aun telah memiliki peradaban yang tinggi mengungguli peradaban
bangsa lain, termasuk di dalamnya ilmu kedokteran. Pada masa Fir’aun Ramses II (sekitar 1200
tahun sebelum masehi) di kota Thebe dan Memphis telah didirikan pusat pengkajian ilmu kedokteran. Di Mesir juga dikenal dua macam pengobatan: Pertama, pengobatan dengankahin (dukun) yang meminta bantuan pada jin berupa sihir-sihir. Di masa itu dikenal pula pembedahan namun, dilakukan hanya dengan menggunakan telunjuk dan dikatupkan kembali dengan ibu jari, dan tidak meninggalkan bekas. Selain itu, juga dikenal pula pengobatan pijat jarak jauh, pengobatan ini dilakukan oleh kahin-kahin (dukun-dukun) yang telah meminta bantuan jin lewat sihir-sihir mereka.Kedua, dengan pengobatan ilmiah. Pengobatan ini hingga saat ini telah membuat takjub ilmu kedokteran modern saat ini. Mereka telah mampu melakukan pembedahan besar.6
Perkembangan kedokteran Mesir telah mengenal anastesi yang dinamakan Taftah. Mereka pun telah mengenal cara diagnosa dengan menggunakan detak nadi pasien. Diagnosa warna lidah pun telah dikenal saat itu. Dapat disimpulkan metode kedokteran pada masa itu di Mesir telah maju.
4. Persia
Bangsa Persia hidup pada sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Ilmu Kedokteran pada masa itu sangat tinggi. Mereka menulis ilmu kedokteran dalam lempengan tanah liat, kulit dan
lembaran tembaga. Aksara yang digunakan adalah tulisan paku yang berasal dari aksara Sumeria.7
Pada saat itu kedokteran telah memiliki beberapa cabang di berbagai kota yaitu: kota Syahran sebagai pusat kedokteran mata, kota Madyan sebagai pusat kedokteran kandungan, sedangkan kota Jundi Kirman berkembang kedokteran umum, selain itu metode yang dipakai cukup maju misalnya, metode bedah yang dikembangkan sangat baik begitupula dalam hal penjahitan kembali luka bekas pembedahan dilakukan dengan sangat rapi.8
Mereka menggunakan afium (opium) sebagai anestesi (pembiusan). Alat-alat kedokteran pun telah berkembang sangat baik, mereka telah menggunakan logam sebagai alat kedokteran & bedah. Untuk sekolah kedokteran sangat tertata rapi. Mereka memiliki kurikulum yang sudah terstruktur baik, dengan tingkat-tingkat pemahaman yang diberikan.
5. Hindustan
Hindustan terkenal akan pembagian terhadap strata sosial, dalam hal kedokteran Hindustan banyak dikuasai oleh kasta Brahmana dan beberapa orang dari kasta Ksatria. Lembaga pengkajian kedokteran sudah sangat maju di sana, diantaranya terdapat di Mathura, Pataliputra dan Indraprahasta.
Di Hindustan berkembang berbagai macam metode kedokteran: Pertama, yang berasaskan agama, yang berpangkal pada Atharwaweda (weda) atau Ayurweda. Kedua, metode
7Bangsa Persia mayoritas di Iran dan minoritas di beberapa negara-negara lain seperti Afganistan, Tajikistan,
Uzbekistan, Amerika Serikat, Kuwait, Turki, Uni Emirat Arab, Irak dan juga beberapa negara di Timur
Tengah,lihatWikepedia dalam http://www. Bangsa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.html (13 Januari 2016).
8Jumal Ahmad,Kedokteran dalam Islam (Sejarah & Perkembangannya), Sebuah Pengantar Thibbun Nabawi.htm
tidak berasaskan agama, melainkan berasaskan ilmu kedokteran murni. Ketiga metode campuran, yaitu metode kedokteran yang dicampur dengan sihir.9
Pengobatan yang bersumber dari Kitab Weda serta Kitab-kitab Upanisad dan Ramapitara antara lain: penyembuhan dengan terapi pernafasan yang biasa disebut Yoga, penyembuhan dengan terapi upawasa (puasa) dan tapa, penyembuhan dengan terapi Dahtayana (tenaga dalam) hingga pengobatan dengan perabaan jarak jauh.
Ada juga pengobatan dengan terapi air, pengobatan dengan tusukan dan bedah. Dalam kitab HinduSusruta Samhitadiceritakan bahwa Susruta dapat membentuk telinga buatan pada seorang yang telinganya terpotong. Susruta ini sebenarnya adalah seorang tabib bedah saat itu, namun tabib-tabib Hindustan setelahnya selalu memejamkan mata, memanggil nama Susruta agar membantu dalam pembedahan secara gaib. Dalam hal ramuan obat, peramu obat Hindustan hampir sama dengan peramu dari Persia.
Meskipun tabib-tabib Hindustan sudah sangat maju dalam pengobatan, mereka masih mencampurkan antara ilmu kedokteran dengan praktek kahin (perdukunan). Kemajuan yang gemilang yang didapat dari pengobatan Hindustan adalah, tabib-tabib mereka telah dapat melakukan pembedahan minor pada daging tumbuh dan semacamnya.
6. Syriah dan Iskandariah.
Kedokteran bangsa Syriah dan Iskandariah masih berpangkal pada ilmu kedokteran Mesir Purba dan ilmu kedokteran Funisia. Kitab-kitab kedokteran bangsa suriah ditulis dalam bahasa Suryani, yaitu bahasa serumpun Arab.10
Cabang-cabang kedokteran yang berkembang di Syriah adalah:
a. PengobatanAl-kayyyang dikenal dengan pengobatanAl-kayySyam.
9Ibid.
b. Pembedahan besar dan pembedahan kecil. c. Lasah (fisioterapi) otot, syaraf dan tulang. d. Pengobatanal-hijamahatau bekam danfashid. e. Pengobatan dengan ramuan herbal.
Pada masa agama Nasrani berkembang di Suriah, ilmu kedokteran Suria mengalami kemunduran. Rahib-rahib Nasrani ikut turun tangan mengobati pesakit menggantikan tabib-tabib. Mereka membawakan pengobatan doa dan pengampunan, perabaan kasih Al-Masih, percikan air suci Maria, sentuhan Salib Suci dan lainnya miripkahin-kahin(dukun) Dewa Ba’al.
Hampir semua penyakit dihubungkan dengan kutukan, dosa dari Nabi Adam dan Hawa dan semua itu harus ditebus dengan perabaan kasih Al-Masih, percikan air suci Maria, sentuhan Salib Suci dan lainnya. Seorang gila dianggap kerasukan setan dan kena rayuan bisikan Iblis. Setan itu bermukim di kepala orang gila tersebut oleh karenanya perlu dikeluarkan dengan jalan memahat kepala orang gila tersebut agar setannya keluar dari lobang pahatan. Pengobatan semacam ini terdapat juga di Iskandariah, Romawi sampai ke Andalusia pada kurun waktu 1500 Masehi.
7. Romawi dan Yunani
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama kali menguraikan secara sistematis fenomena di alam dan kedudukan manusia di dalamnya, yang sekarang dikenal sebagai filsafat.
apakah yang bisa didapatkan dari usul dunia dimana manusia hidup di dalamnya dan asal-usul penyakit yang diderita oleh manusia.11
Bangsa Romawi lebih menekankan segi kepraktisan, bukan teori semata. Sumbangan bangsa Romawi di bidang kedokteran dan obat-obatan sangat besar bagi dunia sekarang. Para dokter berhasil melakukan operasi gondok, amandel, dan batu ginjal. Para dokter berhasil menolong kelahiran seorang bayi yang tidak dapat dilahirkan secara normal yang disebut operasi caesar (disebut demikian karena pertama kali untuk melahirkan Yulius Caesar). Banyak istilah-istilah kedokteran sekarang yang menggunakan bahasa Latin.12
Sejarah Yunani dan Romawi telah ada semenjak 500 tahun sebelum Masehi. Di sana telah banyak dokter/tabib terkenal. Namun, dokter/tabib Yunani dan Romawi biasanya merangkap sebagai kahin (dukun) atau sebaliknya. Kahin-kahin tersebut dianggap sebagai perantara bagi dewa-dewa Olympus. Bentuk pemujaan dewa-dewa tersebut tecermin dari penggunaan nama dan simbol keagamaan Yunani dan Romawi.13
Dalam hal penggunaan nama, istilah dan lambang hingga saat ini pun masih digunakan nama, istilah dan lambang yang berpangkal dari simbol keagamaan Yunani dan Romawi purba dan tidak sedikit dokter-dokter muslim terbawa latah mengikutinya. Di antara nama-nama yang digunakan dalam kedokteran modern saat ini adalah: Aesculapius: dewa obat-obatan berwujud ular, Hygeia: dewi kesehatan, Psyiko: dewa kejiwaan, Venus: dewi kebirahian.
Sedangkan lambang-lambang yang masih digunakan sekarang adalah: Lambang Piala dan Ular, Lambang Tongkat dan Ular. Semua lambang ini dianggap berasal dari “Lambang Altar” Dewa Jupiter atau Zeus Pater. Lambang ini dianggap sebagai azimat penangkal dan
11Wahyu wibowo, Sejarah Ilmu Kedokteran(Jakarta: Faza Media, 2005), 6. 12Ibid., 11.
induk penyembuhan. Tabib-tabib Yunani biasa menuliskan surat obat (resep) yang terdapat
tulisan “semoga Dewa Jupiter segera memberikan kesembuhan”
Ilmu kedokteran berangsur-angsur berkembang di berbagai tempat terpisah yakni Mesir kuno, Tiongkok kuno, India kuno, Yunani kuno, Persia, dan lainnya. Sekitar tahun 1400-an terjadi sebuah perubahan besar yakni pendekatan ilmu kedokteran terhadap sains. Hal ini mulai timbul dengan penolakan–karena tidak sesuai dengan fakta yang ada–terhadap berbagai hal yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pada masa lalu (bandingkan dengan penolakan Copernicus pada teori astronomi Ptolomeus.
Beberapa tokoh baru seperti Vesalius (seorang ahli anatomi) membuka jalan penolakan terhadap teori-teori besar kedokteran kuno seperti teori Galen, Hippokrates, dan Avicenna. Diperkirakan hal ini terjadi akibat semakin lemahnya kekuatan gereja dalam masyarakat pada masa itu.14
Kita dapat melihat dokter saat ini mengikuti sebuah ajaran agama pagan yang mengimani dewa dan dewi Yunani dalam sumpah kedokteran modern yang kita kenal dengan Sumpah Hippokrates.15Sumpah Hippocrates itu mengundang 8 buah nasehat atau peringatan yaitu:16
a. Mengajarkan ilmu kedokteran kepada mereka yang berhak menerimanya.
b. Mempraktekan ilmu kedokteran hanya untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi pasien.
c. Tidak mengerjakan sesuatu yang berbahaya bagi pasien. d. Tidak melakukan keguguran buatan yang bersifat kejahatan.
14Wahyu,Sejarah Ilmu Kedokteran, 23.
15Majid Ramadhan,Karakteristik Dokter Muslim(Jakarta:Pustaka Al-Kaustar, 2003), 26.
16Sumpah Hippocrates telah dijadikan dasar penyusunan sumpah dokter sebagai yang telah dikukuhkan oleh
Muktamar Ikatan Dokter Sedunia (The Word Medical Association) di kota Geneva dalam tahun 1948, yang
e. Menyerahkan perasat-perasat tertentu kepada teman-teman sejawat ahli dalam lapangan yang bersangkutan.
f. Tidak mempergunakan kesempatan untuk melakukan kejahatan atau godaan yang mungkin timbul dalam mengerjakan praktek kedokteran.
g. Hidup dalam keadaan suci dan sopan santun. h. Memelihara rahasia jabatan.
B. Sejarah Kedokteran Islam
Ilmu kedokteran dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan cara-cara pemeliharaan tubuh manusia agar tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Selain itu, juga membahas tentang cara-cara penanggulangan atau penyembuhan tubuh yang terkena penyakit dengan cara mendiagnosis (menentukan) penyakitnya, kemudian mengobatinya (terapi). Dengan demikian, ilmu kedokteran meliputi unsur tindakan penjagaan tubuh dan penyakit (preventif) dan pengobatan ketika kena penyakit (kuratif).
Pengobatan adalah suatu cara untuk melakukan penyembuhan, tanpa didasari adanya pendidikan secara husus dan semua orang dapat mempelajarinya, perbedaan antara pengobatan dengan kedokteran adalah jika kedokteran merupakan penerapan dari suatu ilmu kedokteran dan harus memiliki keunggulan dalam bidang tersebut serta harus melalui pendidikan khusus dalam bidang tersebut, akan tetapi pengobatan merupakan suatu ilmu yang dipelajari tanpa membutuhkan pendidikan husus.
Dalam Islam ilmu kedokteran (‘ilm al- ibb) adalah suatu keahlian yang mempelajari
tentang tubuh manusia dari segi sakit dan sehat, dan hal-hal yang berkaitan dengan keduanya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu yang memelihara kesehatan orang yang sehat, dan menghilangkan atau menolak penyakit pada orang sakit.
Menurut Ibnu Sina, dalam kitabnya Al-Q n n fi al- ibb (The Canon of Medicine) menyakatan bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai keadaan tubuh, baik dalam keadaan sehat maupun tidak. Artinya kesehatan bisa hilang, dan jika hilang, perlu diperbaiki. Dengan kata lain, seni yang berkaitan dengan kesehatan, dan akan diperbaiki setelah kesehatan tersebut hilang.17
Kedokteran Islam biasannya identik dengan istilah kedokteran nabi ( ibb al- nabawi). Secara sederhana kedokteran islam diartikan sebagai kumpulan ucapan nabi yang disusun oleh para penulis muslim secara sistematis. Namun, secara kompleks kedokteran nabi diartikan sebagai teori dan praktik yang dilakukan nabi, kemudian dilakukan penelitian dan pemikiran dalam kurun waktu yang lama dengan menggabungkan antara ilmu yang berasal dari Alquran dengan teori-teori lain yang berasal dari luar Islam, khususnya dari Yunani.
Pemerintah Islam saat itu banyak memerintahkan penterjemahan teks medis dan kimiawi dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Hal ini sudah dilakukan sejak khalifah dinasti Umayyah, Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan penterjemhan dari bahasa Syiria ke bahasa Arab sebuah buku pegangan medis abad ketujuh yang ditulis oleh pangeran Aleksandria Ahrun. Pengalihbahasaan literatur medis meningkat drastis dibawah kekuasaan Khalifah Al-Ma’mun
dari Diansti Abbasiyah di Baghdad. Para dokter dari Nestoria dari kota Gundisyapur dipekerjakan.
17El-Bajari dalam http://www. Dokter Muslim el-Banjary_Zaman Keemasan Kedokteran Islam.htm (20 november
Perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode. Periode pertama dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada masa ini, sarjana dari Syiria dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan litelatur dari Yunani dan Syria kedalam bahasa Arab. Rujukan pertama kedokteran terpelajar dibawah kekuasaan khalifah dinasti Umayyah, yang memperkerjakan dokter ahli dalam tradisi Helenistik. Pada abad ke-8 sejumlah keluarga dinasti Umayyah kegiatan ini. Sejumlah sarjana Islam pun terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Yuhanna Ibn Masawayah (777- 857 M), dan Hunain Ibn Ishak (809-873 M) ikut menerjemahkan literatur kuno dan dokter masa awal.18
Karya-karya original ditulis dalam bahasa Arab oleh Hunayn. Beberapa risalah yang ditulisnya, diantaranya al-Masail fi al-Tibb lil-Mutaallimin (masalah kedokteran bagi para pelajar) dan Kitab al-Asyr Maqalat fi al-Ayn (sepuluh risalah tentang mata). Karya tersebut berpengaruh dan sangat inovatif, walaupun sangat sedikit memaparkan observasi baru. Karya yang paling terkenal dalam periode awal ini disusun oleh Ali Ibn Sahl Rabban al-Tabari (783-858), Firdaus al-Hikmah. Dengan mengadopsi satu pendekatan kritis yang memungkinkan pembaca memilih dari beragam praktik, karya ini merupakan karya kedokteran Arab komprehensif pertama yang mengintegrasikan dan memuat berbagai tradisi kedokteran waktu itu.
Perkembangan tradisi dan keberagaman yang nampak pada kedokteran Arab pertama, dikatan John dapat dilacak sampai pada warisan Hellenistik.19 Meskipn pada periode
18Philip K. Hitti,History of the Arabs(Jakarta: Serambi, 2002), 545.
19Istilah Hellenistik (berasal dari kataHéll n, istilah yang dipakai secara tradisional oleh orang Yunani sendiri
Hellenistik adalah masa yang berlangsung setelah penaklukan Alexander Agung. Pada masa ini, pengaruh budaya dan kekuasaan Yunani mencapai pada puncaknya di Eropa dan Asia. Masa ini kadang disebut masa transisi, atau bahkan disebut masa kemunduran.20Akan tetapi, jika dibandingkan dengan khazanah kedokteran India kedokteran Arab pertama lebih menonjol. Meskipun kedokteran India kurang terlalu mendapat perhatian, tidak menafikan adanya sumber dan praktek berharga yang dapat dipelajari. Warisan ilmiah Yunani menjadi dominan, khususnya Hellenistik, John Esposito mengatakan “satu kesadaran atas (perlunya) lebih dari satu tradisi mendorong untuk pendekatan kritis danselektif ”. Seperti dalam sains Arab awal.
Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Sejumlah rumah sakit besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, rumah sakit tidak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru yang menyebabkan penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru.21
Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimun. Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes. Beliau pernah menjadi dokter istana Pangeran Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khurasan. Beliau kemudian pindah ke Baghdad dan menjadi dokter kepala di rumah sakit Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Buku kedokteran yang
dihasilkannya berjudul “Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “Al-Hawi”.
Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi menempuh pendidikan di Universitas Cordova. Dia menjadi dokter istana pada masa Khalifah Abdul Rahman III.
20Wikepedia, dalam http://www. Periode Hellenistik - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm (20
desember 2015).
Sebagain besar hidupnya didedikasikan untuk menulis buku-buku kedokteran dan khususnya
masalah bedah. Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul, ‘Al-Tastif
Liman Ajiz an Al-Ta lif (ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan). Buku itu digunakan di Eropa hingga abad ke-17.22 Al-Zahrawi menerapkan metode cautery untuk mengendalikan pendarahan, menggunakan alkohol dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari tengkorak selama membedah tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku tentang tentang operasi gigi.
Dokter muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomenal yang berhasil ditulisnya adalahAl-Q n n fi al- ibb atauCanon of Medicine. Kitab itu menjadi semacam ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Hingga abad ke-17, kitab itu masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa.
Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya berjudulAl- Kulliyat fi Al- ibb’ (Colliyet). Buku itu berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul Al-Taisir mengupas praktik-praktik kedokteran.
Kemajuan kedokteran Islam tidak datang begitu saja, tetapi melaui berbagai proses dan ditopang oleh beberpa faktor pendukung sebagai berikut:
1. Penerjemahan buku-buku kedokteran.
Pada masa pemerintahan khalifah Abasyiah, yaitu pada kepemimpinan Al-Mansur (754-775 M) digiatkan kegiatan penerjemahan buku-buku kedokteran dari bahasa Yunani ke
22Muhammad Gharib Gaudah,Ilmuwan Muslim Terkemuka dalam Sejarah Islam(Jakarta: Pustaka Al Kautsar,
dalam bahasa Arab yang berpusat di Gundisyapur, Iran dan berlangsung pada tahun 131- 228 H/ 900-750 M, dan para penerjemah pada masa tersebut berasal dari orang Nestoria, Kristen dan juga Islam.
Orang-orang non-muslim pada masa tersebut tidak pandai berbahasa Arab, tetapi mereka pandai berbahasa Siria. Oleh karena itu, penerjemahan dilakukan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Siria, kemudian diterjemahkan oleh orang muslim ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan dengan cara ini membutuhkan waktu yang relatif lama, tetapi hasil yang didapat dari proses ini sangat memuaskan.23
2. Lahirnya Cendekiawan-cendekiawan Muslim.
Faktor kedua yang mempengaruhi kemajuan Islam di bidang kedokteran adalah lahirnya beberapa cendikiawan muslim yang secara aktif menghasilkan karya-karya berupa tulisan tentang ilmu medis, dan bahkan karya-karya mereka menyebar dan digunakan di dunia barat sampai abad ke-17. Diantara tokoh tersebut adalah al-Razi, Ali Abbas, dan Ibnu Sina.
3. Dukungan Khalifah.
Selain perhatian dan minat orang muslim yang besr terhadap ilmu pengetahuan, zaman keemasan islam ini juga dipengaruhi oleh dukungan yang besar dari sang khalifah. Pada abad ke-9 khalifah Harun al-Rasyid membuka beberapa fakultas yang khusus mengajarkan tentang ilmu kedokteran di berbagai perguruan tinggi di Baghdad. Khalifah juga membuka poliklinik harian dan poliklinik keliling.24
4. Pembangunan Sekolah Dan Universitas.
23Achmad Ghalib, Study Islam: Belajar Memahami Agama, Al-Qur an, Hadist & Sejarah Peradaban Islam
(Jakarta: Faza Media, 2005), 35.
Faktor lain yang menopang terwujudnya zaman keemasan Islam adalah banyaknya dibangun beberapa sekolah dan universitas yang khusus mengajarkan tentang ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan.25
5. Berdirinya Rumah Sakit dengan Polikliniknya dan Poliklinik Keliling.
Pada zaman tersebut bayak berdiri rumah sakit, poliklinik harian, poliklinik keliling. Dokter pada masa itu pun tidak hanya melayani masyarakat umum, tetapi juga orang sakit yang berada di lembaga permasyarakatan. Pemeriksaan rutin pun sangat ketat dilakuakan, terutama bagi pegawai yang mempunyai beban pekerjaan yang berat.26
25Ibid.,40
1
BAB III
KEDOKTERAN MASA KEMUNDURAN BANI ABBASIYAH
A. Perkembangan Ilmu Kedokteran Pada Masa Kemunduran Abbasiyah
Ilmu kedokteran Islam lahir sebagai pembauran antara ilmu kedokteran
Yunani yang dirintis oleh Hipokrates dan tradisi Galen dengan teori serta praktik
bangsa Persia dan India. Penghubung yang paling penting antara tradisi kedokteran
Islam dan tradisi kedokteran sebelumnya adalah perguruan di Gundisapur (sekarang
wilayah Iran). Para dokter aliran Nestoria mengajarkan dan mempraktikkan
kedokteran Yunani. Sementara itu, pengaruh kedokteran India mulai ada di
Gundisapur.
Pada masa kemunduran Bani Abbasiyah, kekuasaan memang telah
dipegang oleh khalifah sendiri akan tetapi kekuasaan hanya sebatas pada daerah
Baghdad semata, pada masa ini banyak terjadi kekacauan dan disintegrasi yang
menimbulkan kemerosotan pada perkembangan ilmu pengetahuan.1
Ilmu kedokteran pada masa Abbasiyah mulai bersifat formal, dengan
adanya sekolah-sekolah yang memiliki kurikulum kuliah dan diskusi dibawah
bimbingan para dokter terkenal, izin tersebut diberikan setelah pengajaran teori dan
latihan praktek klinik. Selain itu politik Islam dan jaringan perdagangan yang
berkembang memudahkan peningkatan mutu sejumlah obat, tanaman obat dari
Persia, Yunani, dan Hindu secara maksimal digunakan.2 Pada masa ini kedokteran
mengalami kemajuan meskipun tidak seperti pada masa kejayaan Abbasiyah, hal
1Ibid., 34.
2
ini dapat dilihat dengan banyaknya dokter yang memberikan kontribusi pada masa
kemunduran ini.
Pada masa Abbasiyah ilmu pembedahan yang ada pada waktu itu adalah
Pembedahan memecah batu ginjal dalam kandung kemih, menambal fraktur pada
tulang hidung, melancarkan saluran udara pernafasan, pengambilan kedua
amandel/tonsil, membedah absces/bisul pada anak tekak, memotong daging
tumbuh dalam telinga, membuka telinga yang tersumbat.3
Pada masa Abbasiyah telah ditemukan jenis tumor dan dijelaskan beberapa
pengetahuan dan informasi penting tentang ilmu bedah. Diantara jenis tumor yaitu:
tumor ganas (kanker) dan daging tumbuh biasa, tanda-tanda dan ciri-ciri yang bisa
digunakan sebagai petunjuk bagi seorang dokter untuk mengetahui jenis tumor,
apakah tumor ganas sehingga harus diobati lebih jauh ataukah hanya daging tumbuh
biasa yang bisa diambil dan disembuhkan dengan pembedahan.4
Alat-alat pembadahan yang dipakai terbuat dari besi yang telah disterilkan
berdeda dengan alat-alat pembedahan pada masa sebelumnya, hal ini merupakan
ciri tersendiri dari kedokteran pada masa Abbasiyah.
Perkembangan kedokteran pada masa kemunduran ini tidak seperti pada
masa kejayaan Abbasiyah, jika pada masa kejayaan Dinasti Abbasiyah kedokteran
berasimilasi dengan kedokteran dari luar Baghdad, pada masa kemunduran ini
3Sagiran,“pembedahan pada masa Islam”, dalam http://www.Ilmubedah_Islam..co.id.artikel (20 oktober 2015).
3
kedokteran lebih pada pengembangan teori-teori yang telah ada pada masa
sebelumnya.
Penemuan obat bius oleh para dokter muslim adalah yang pertama kali
menggunakan obat bius dalam proses bedah medis, mereka pertama kali membuat
obat bius dari bunga karang jenis bunga karang pembius yaitu potongan dari bunga
karang yang dicampurkan pada air perasan rumput yang memabukkan, candu,
zawwan(tolium temulentum) dan sejenis tanaman morning glory (ipamoea cairica),
kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari.5
Ketika hendak dipakai, dibasahi dengan air. Kemudian diletakkan di hidung
pasien, maka jaringan pada hidung akan menghisap zat-zat pembius ini, sehingga
dirinya terbius dan tak sadarkan diri.6
Pada masa ini bedah THT juga telah ada, 7 yaitu: menghilangkan daging
tumbuh pada hidung pengambilan dua biji amandel/tonsil, tumor yang tumbuh di
dalam kerongkongan, menjelaskan macam-macam daging tumbuh, apa saja yang
diambil dari daging tumbuh melalui bedah ini dan apa yang tidak diambil.
Dijelaskan pula urutan kerja yang ditempuh dokter bedah untuk mengambilnya,
beberapa hal tak terduga yang kadang muncul pada beberapa kondisi di tengah
berlangsungnya pembedahan, seperti pendarahan dan pembengkakan,
mendeskripsikan seluruh peralatan yang digunakan oleh dokter bedah dalam proses
5Syafiq Al-Ayuny, At-Takhdzir Al-Maudhu’iy, 22.
6Ali Abdullah Ad-difa’, A’lamu Al-Arab wa Al Muslimin fii Ath-Thibb (Bairut: 1980), 58.
4
bedah ini, mengandaikan adanya kemungkinan tidak bisa untuk melakukan
pengambilan daging tumbuh, menjelaskan berbagai kondisi berbahaya dan
kesulitan yang kadang muncul dan cara menanggulanginya di saat kondisi ini
benar-benar terjadi.8
Dalam bidang gigi dan mulut tentang cara pencabutan gigi dan urutan kerja
selengkapnya peralatan yang dibutuhkan oleh dokter dalam pekerjaan ini, proses
pencabutan gigi geraham dan akar-akarnya, mengeluarkan tulang rahang bawah
yang pecah.9 Penjelasan yang pertama kali ditulis dalam sejarah kedokteran tentang
pembenahan gigi, yang sekarang telah menjadi cabang ilmu yang berdiri sendiri
mendeskripsikan proses pencabutan tumor yang tumbuh di bawah lidah dengan
bentuk seperti katak. Selain itu ada pula bedah saluran kencing, Hernia scrotalis,
Kelenjar gondok penggunaan berbagai racun pembasmi telah ditinggalkan dan
beralih kembali menggunakan salep, minyak zaitun, dan benang untuk menjahit
luka karena mengikuti peninggalan Al-Zahrawy. Sebagian dokter kontemporer dari
bangsa baratpun mengatakan, GD Scwelk (1267-1300 M) terpengaruh oleh
Al-Zahrawi.
B. Dokter-dokter Muslim Masa Kemunduran Abbasiyah
Kedokteran pada masa kemunduran Dinasti Abbasiyah banyak melahirkan
tokoh-tokoh kedokteran yang namanya terkenal pada masa setelah kehancuran
5
Dinasti Abbasiyah. Berikut adalah tokoh-tokoh kedokteran pada masa kemunduran
Bani Abbasiyah:
1. Ibnu Abi Usaybah.
Ibnu Abi Ushaybi’ah adalah seorang ahli kedoktoran Muslim Arah dan ahli
bibliografi serta merupakan seorang ahli sejarah kedoktoran pertama yang menulis
sejarah kedoktoran Arab, nama lengkap Muwaffakuddin Abu al-Abbas Ahmad bin
al-Kassim bin Khalifah bin Yunus al-Khazraj. Beliau berasal dari sebuah keluarga
dokter. Ayahnya sendiri adalah dokter mata dan lahir di Damaskus setelah tahun
590H/1194M. 10
Pendidikannya bermula ketika beliau belajar di bawah bimbingan Ibnu
al-Baythar, yang memberinya pelajaran botani dan kedokteran sekaligus, Ilmu yang
beliau peroleh kemudian dipraktikkan di Rumah Sakit Nuri Damaskus dan Rumah
Sakit Nasiri di Mesir.
Kemudian pada 634H/1236M beliau bekerja pada pemerintahan Izzuddin
Ayhak al-Muazzami di Sarkhad. Versi lain menyebutkan bahawa pada tahun
1236M, ia diutus oleh doktor Saladin ke Mesir dan dilantik memimpin sebuah
rumah sakit (Nasiri). Setahun kemudian beliau menarik diri dari jabatan tersebut
dan memenuhi panggilan tugas daripada Kesultanan Damaskus di Salkhad. Di
sanalah ia meninggal dunia pada 668H/1270M.
6
2. Ibnu Nafis
Nama dokter Muslim lainnya yang termasyhur adalah Ibnu alNafis (1208
-1288 M). Ibnu al-Nafis dilahirkan di Damaskus pada 1213 M dan wafat pada -1288
M. Nama lengkap beliau Ala al-Din Abu al-Hasan Ali Ibn Abi al-Hazm al-Qarshi
al-Dimashqi. Oleh para pengagummnya termasuk di Barat, Ibnu al-Nafis dijuluki
The Second Avicenna (Ibnu Sina kedua).
Ibnu Nafis menempuh pendidikan kedokteran di universitas di Damaskus di
bawah bimbingan Muhalthab al-Din Abdul al-Rahim. Selain ilmu kedokteran, Ibnu
Nafis juga mempelajari hukum Islam. Setelah selesai pendidikan dokter, beliau
meninggalkan Damaskus menuju Kairo, Mesir. Bekerja dan belajar di Rumah Sakit
Al-Nassiri, Kairo. Beliau terlahir di awal era meredupnya perkembangan
kedokteran Islam.
Ibnu al-Nafis sempat menjadi kepala Rumah Sakit Al-Mansuri di Kairo.
Sejumlah buku kedokteran ditulisnya, salah satunya yang tekenal adalah Mujaz
Al-Qānūn. Buku itu berisi kritik dan penambahan atas kitab yang ditulis Ibnu Sina.11
3. Al-Samarkandi
Al-Samarkandi adalah dokter yang terkemuka pada zamannya. Seperti
halnya Al-Tamimi, Al-Samarkandi adalah dokter yang memperdalam bidang
peracikan obat-obatan. Kontribusi Al-Samarkandi untuk dunia Kedokteran : Kitab
Al-Asbab Wa al-Alamat. As-Samarqandi menulis kitab Ushul Tarkib al-Adwiyah fi
7
ath-Thibb, menjelaskan berbagai hal tentang peracikan obat, pentingnya meracik
obat, bahan-bahan hingga teknik menghitung dan meracik obat. Beliau juga
menjelaskan tentang penggunaan obat yang aman dan efektif.12
4. Al-Baitar
Abu Muhammad Abdallah Ibn Ahmad Ibn Baitar Dhiya Din
Malaqi, itulah nama lengkap ilmuwan Muslim legendaris yang biasa dipanggil
al-Baitar. Beliau adalah seorang ahli botani (tetumbuhan) dan farmasi (obat-obatan)
pada era kejayaan Islam. Terlahir pada akhir abad ke-12 M di kota Malaga
(Spanyol), Ibnu Al-Baitar menghabiskan masa kecilnya di tanah Andalusia
tersebut, meskipun beliau lahir dan tumbuh di Spanyol, akan tetapi beliau dikenal
sebagai ahli pengobatan Islam Abbasiyah. 13
Minatnya pada tumbuh-tumbuhan sudah tertanah semenjak kecil. Beranjak
dewasa, beliau belajar banyak mengenai ilmu botani kepada Abu Abbas
al-Nabati yang pada masa itu merupakan ahli botani terkemuka. Dari sinilah, al-Baitar
lantas banyak berkelana untuk mengumpulkan beraneka ragam jenis tumbuhan.
Tahun 1219 dia meninggalkan Spanyol untuk sebuah ekspedisi mencari
macam-macam tumbuhan. Bersama beberapa pembantunya, al-Baitar menyusuri
sepanjang pantai utara Afrika dan Asia Timur Jauh. Setelah tahun 1224 al-Baitar
12El-Banjari dalam http:// www. Dokter Muslim el-Banjary Zaman Keemasan Kedokteran Islam (23 Oktober 2015).
8
bekerja untuk al-Kamil, gubernur Mesir, dan di percaya menjadi kepala ahli
tanaman obat.
Tahun 1227, Al-Baitar banyak mengumpulkan tumbuhan ketika itu dia
mengikuti Al-Kamil memperluas wilayah ke Damaskus ini merupakan awal
pengumpulan tanaman obat yang dilakukan oleh Al-Baitar. Ketika tinggal
beberapa tahun di Baghdad, Al-Baitar berkesempatan mengadakan penelitian
tumbuhan di area yang sangat luas, termasuk Suriah, Saudi Arabia dan Palestina, di
mana dia sanggup mengumpul kan tanaman dari sejumlah lokasi di sana.
5. Abdul Latif al-Baghdadi
Nama lengkap Abu Mohammad Abdul Latief bin Yusuf bin Muhammad.
Lahir di Baghdad pada 1162 M. Al-Baghdadi dikenal sebagai seorang ahli
kedokteran, sastra, filsafat, matematika, sains, geografi dan sejarah. Kontribusi
Abdul Latief al-Baghdadi untuk dunia Kedokteran : Al-Baghdadi terkenal sebagai
ahli anatomi. Al-Baghdadi berhasil mendeskripsikan secara akurat dan lengkap
tulang tengkorak manusia dan tulang wajah termasuk tulang rahang bawah.
Al-Baghdadi berhasil menyempurnakan teori Galen tentang tulang bawah
dan tulang yang menghubungkan tulang punggung dengan tulang kaki. Ia banyak
melakukan penelitian-penelitian dalam bidang anatomi yang memunculkan
hasil-hasil yang mengejutkan. Catatan penelitian ia sangat berpengaruh pada
9
kedokteran sejak tahun 1800 M telah disimpan di Perustakaan Universitas Oxford,
Inggris. 14
6. Ibnu Jazzar
Ibnu Jazzar memiliki nama lengkap Abu Ja’far Ahmad bin Ibrahim bin Abi
Khalid Ibnu al-Jazzar. Lahir di Qairawan, Tunisia pada 898 M. Algazir adalah nama
panggilan beliau di dunia Barat. Beliau lahir di lingkungan keluarga yang tak asing
dengan dunia kedokteran, karena ayah beliau adalah seorang dokter. Profesi dokter
pada saat itu begitu terhormat dan terpandang, sehingga banyak dokter pada masa
itu yang berlomba untuk menjadi dokter di istana sultan. Namun, Ibnu Jazzar lebih
memilih untuk menjadi dokter biasa, melayani masyarakat biasa dengan
profesional. 15
7. Al- Jurjani
Nama lengkapnya Abu Ruh Muhammad Ibnu Mansur Bin Abdullah, atau
dikenal juga dengan Al-Jurjani, seorang dokter bedah handal dari Persia yang
terkenal sekitar tahun 1088 masehi, beliau hi, menulis sebuah buku berjudul Nurul
‘Uyun (Cahaya Mata). Buku tersebut yang sebagian besar tulisan aslinya dan bukan
kutipan, yang terdiri atas 10 bab. Dalam tujuh bab, dirinya menjelaskan sekitar 30
metode operasi mata, dan tiga diantaranya adalah prosedur operasi katarak. Beliau
14Arif Abu Fathan dalam http://www.Dokter Muslim, Bintang Sejarah Peradaban Islam-3_ blognyadokterarif.com. (29 Oktober 2015).
10
juga membahas anatomi dan fisiologi mata dan penyakit-penyakitnya. Salah satu
bab dikhususkan untuk jenis-jenis penyakit mata yang jelas terlihat seperti katarak,
trachoma, kelopak, serta penyakit di kornea dan sclera (bagian putih mata). 16
8. Ibnu Jazlah
Nama lengkapnya Abū Ali Yaḥya ibn isa ibnu Jazlah Adalah seorang dokter
handal yang menulis buku berjudul Taqwin Al-Abdan fi Tadbir Al-insan (Tabel
Tubuh yang Terkait dengan Pengaturan fisik manusia), meskipun beliau beragama
kristen akan tetapi kontribusinya sangat besar dalam perkembangan kedokteran
Islam. 17
9. Ibnu Buthlan
Merupakan salah satu dokter handal beragama Kristen, yang meninggal di
Anatolia pada tahun 1063, akan tetapi pada masa hidupnya dia mengabdikan
dirinya untuk Abbasiyah, dan dia berhasil menulis sebuah buku yang berjudul
Taqwim Al-Shihhah, keunikan karyanya terletak pada penyusunan nama-nama
penyakit disusun seperti nama-nama bintang dalam susunan Astronomi. 18.
16U.S. National Library of Medicine dalam http:// Islamic Medical Manuscripts Bio-Bibliographies.com (25 oktober 2015).
BAB IV
PENINGGALAN KEDOKTERAN MASA DINASTI ABBASIYAH
A. Rumah Sakit pada Masa Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Pada era keemasan Islam, ibu kota pemerintahan selalu berubah dari dinasti ke dinasti. Di setiap ibu kota pemerintahan, pastilah berdiri rumah sakit besar. Selain berfungsi sebagai tempat merawat orang-orang yang sakit (RS), rumah sakit juga menjadi tempat bagi para dokter Muslim mengembangkan ilmu medisnya. Konsep yang dikembangkan umat Islam pada era keemasan itu hinga kini juga masih banyak memberikan pengaruh.
Rumah pengobatan adalah salah satu tempat untuk mengobati orang sakit, dalam Islam sudah dikenal rumah pengobatan, sebutan untuk rumah berobat pada zaman keemasan Ilmu Pengetahuan Islam adalahBimaristan1 ataual-Mustasyfa.
Dalam sejarah, Islam telah membangun rumah sakit berkualitas tinggi. Mulai desain bangunan hingga manajemen pengelolaan, sekaligus menjadi fakultas-fakultas ilmu kedokteran.Bimaristan melahirkan dokter-dokter handal dan mencetuskan berbagai karya dalam bidang kedokteran. Inilah yang menginspirasi teknologi kedokteran di Barat sekarang.
Konsep rumah sakit sebenarnya telah dicetuskan oleh Rasulullah. Dalam Perang Khandak, pada saat itu telah dibangun pos kesehatan bagi sahabat yang terluka.2Sa`ad Bin Muadz adalah salah satu pasien yang terluka pada bagian urat nadi di tanganya. Harits bin Kaladah adalah salah seorang dokternya, salah seorang lulusan sekolah kedokteran Jundisabur yang sudah didirikan oleh Kisra pada Abad ke-6 M.
1Bimaristanberasal dari bahasa persia yaitu kata Bimar yang berarti sakit, dan stan yang berarti tempat, jadi dari
sini kita dapat menyimpulkan bahwa Bimaristan memiliki arti tempat sakit atau biasa disebut rumah sakit. Keterangan lebih lengkap dalamMu’min Anis Abdullah al-baba,Al-Bimar Sataanaat Al-Islamiyyah Hatta Nihayah Al-Hilafah Al-Abbasiyah (1-656 H/ 622-1258M)(Palestin: Disertasi, Universitas Islam Gaza, Fakultas Adab, 2009), 13.
2Hidayatullah dalam http://www.Rumah Sakit Pertama di Dunia Islam Mendahului Barat [1] - Hidayatullah.com
Bangsa Arab mengenal sekolah kedoteran Gundisyapur yang didirikan oleh Kisra pada pertengahan abad ke-6 Masehi, Sekolah ini telah menghasilkan dokter-dokternya, seperti Harits bin Kaladah yang hidup pada masa Rasulullah. Jika para sahabat ada yang jatuh sakit, Rasulullah mempersilahkan para sahabat untuk berobat kepadanya.3
Bimaristan didirikan secara resmi oleh Khalifah Walid Bin Abdul Malik. Jumlahnya semakin meningkat. Bisa dikatakan, ada di setiap pusat-pusat daerah. Di Cordoba ada berbagai jenis rumah sakit yang jumlahnya sekitar lima puluh buah.
Dalam bukunyaMin Rawai` Hadlaratina, Dr. Mushthafa As-Siba`i menggambarakan desain dan pengelolaan secara teliti. Sejak awal para dokter memilih tempat yang baik untuk pembangunan rumah sakit.
Khusus Bimaristanal-Manshuri yang didirikan Raja Malik Mansur Syaifuddin tahun 683 H, mereka memperdengarkan syair merdu atau mendatangkan pendongeng pada pasien. Suara adzan pun dilantunkan dengan merdu yang bersebelahan denganBimaristanini. Adapun pengelolaan di mayoritas seluruhBimaristansebagai berikut. Laki-laki dan perempuan dirawat di ruangan berbeda.
Ruanganpun di desain sesuai dengan berbagai jenis penyakitnya. Ada ruangan penyakit dalam seperti sakit mata, jantung, tulang. Ada pula khusus penyakit bagian luar. Setiap bagian terdiri dari para dokter dan dikepalai dokter ahli yang biasa disebut denganSa`ur.4
3Mu’min Anis Abdullah al-baba,Al-Bimar Sataanaat Al-Islamiyyah Hatta Nihayah Al-Hilafah Al-Abbasiyah
(1-656 H/ 622-1258M)(Palestin: Disertasi, Universitas Islam Gaza, Fakultas Adab, 2009).
4Hidayatullah dalam http://www.Rumah Sakit Pertama di Dunia Islam Mendahului Barat [1] - Hidayatullah.com
Kamar-kamar, perabotan dan alat-alat kesehatan tertata dengan sangat bersih dan steril. Pembersihan ini dilakukan oleh beberapa pegawai dengn gaji tertentu. Dalam setiapBimaristan terdapat apotik yang berisi berbagai macam obat-obatan.
Penangan pasien dilakukan dengan penuh perhatian. Jika penyakitnya tergolong ringan, maka dia cukup diperiksa dan diberi obat. Namun, jika butuh opname maka namanya akan dicatat, dibersihkan di kamar mandi, diberi pakaian khusus, dan ditempatkan di ruangan sesuai jenis peyakitnya. Pemberian makanan dengan piring dan gelas berbeda dan tidak boleh digunakan pasien lain. Dalam tahap penyembuhan, pasien akan dipindahkan diruangan khusus. Untuk mempercepat proses penyembuhan, pihak Bimaristan akan melakukan pertunjukan komedi.
Jika telah benar-benar sembuh maka dia diberi pakaian baru dan uang ‘pesangon’ sampai pasien tersebut benar-benar bisa bekerja dan beraktifitas secara normal. Namun, jika meninggal akan dikafani dan dikebumikan secara terhormat. Model pelayanan seperti ini berlanjut di Mesir hingga Tahun 1798 M yang membuat orang prancis berdetak kagum.
Berikut beberapa rumah sakit peninggalan Islam yang sangat mashur yaitu:5
1. Rumah Sakit Al-Nuri
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang pertama kali dibangun umat Islam. Ia didirikan pada tahun 706 M di Damaskus oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Al-Malik dari Dinasti Umayyah. Saat kepemimpinan Khalifah Nuruddin Zinki pada tahun 1156 M, rumah sakit ini diperluas dan diperbesar.
Rumah sakit ini dilengkapi dengan peralatan paling modern dan tenaga dokter serta perawat yang profesional. Rumah sakit ini yang pertama kali menerapkan rekam medis (medical record). Tidak cukup itu, khalifah juga membuka sekolah kedokteran di rumah sakit tersebut.
Untuk memajukan sekolah, khalifah menghibahkan perpustakaan pribadinya. Karena rumah sakit dan sekolah berada dalam satu lokasi, para dokter sekaligus berprofesi sebagai pengajar. Biasanya, ketika seorang dokter memeriksa berbagai kasus, ia ditemani beberapa siswa.
Sambil mencatat hasil pemeriksaan dan obat-obatan yang diresepkan, siswa diminta mengamati dan belajar. Kemudian dokter tersebut ke aula besar untuk mengajar mahasiswa dengan menjelaskan dan menjawab pertanyaan mereka.
Materi dalam sesi pelajaran tersebut menjadi bahan tes di akhir setiap masa pendidikan. Dan hasil dari tes itu seorang atau beberapa siswa direkomendasikan menjadi dokter. Lulusan dari sekolah tersebut lahir sederet dokter terkemuka. Salah satunya Ibn Al-Nafis. Rumah Sakit ini melayani masyarakat selama tujuh abad, dan bagiannya hingga kini masih ada.
2. Rumah Sakit Rumah Sakit Al-Adudi.
Dibangun pada tahun 981 Masehi oleh Raja Adud Ald-Dawlah. Itu adalah rumah sakit yang paling megah yang dibangun di Baghdad sebelum zaman modern. Al-Adudi dilengkapi dengan peralatan logistik dan perlengkapan rumah sakit terbaik yang pernah diketahui pada saat itu.6
Rumah sakit Adhudi Baghdad dalam mengetahui kondisi kebersihan lingkunganya, dokter ar-Razy menempatkan empat buah daging mentah selama satu malam di beberapa
penjuru. Setelah pagi tiba, tempat daging yang paling segar dipilih sebagai tempat pilihan berdirinya rumah sakit. Ini sebuah tanda bahwa di lingkungan yang bersih, pasti sedikit kuman yang memakan daging itu.
Al-Adudi hancur pada tahun 1258 ketika tentara Mongol yang dipimpin oleh cucu Genghis Khan, Holagu, menyerbu Baghdad.
3. Rumah Sakit Baghdad
Rumah Sakit penting lainnya yang dibangun umat Islam berada di Baghdad. Ketika khalifah Harun Al-Rashid berkuasa, dia memerintahkan cucu Ibn-Bahtishu, yang juga dokter istana bernama Jibril ibn Bahatisu dan Yuhanna ibn