• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola gerakan KSPSI (konfederasi serikat pekerja seluruh indonesia) cabang kota Surabaya dalam proses bargaining tuntutan kenaikan UMK tahun 2017 di kota Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola gerakan KSPSI (konfederasi serikat pekerja seluruh indonesia) cabang kota Surabaya dalam proses bargaining tuntutan kenaikan UMK tahun 2017 di kota Surabaya."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi:

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Prodi Filsafat Politik Islam

Oleh:

SUSAN RAHMAWATI NIM: E04213106

PRODI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ii

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan gambaran pola gerakan KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) Cabang Kota Surabaya dalam proses bargaining tuntutan kenaikan UMK tahun 2017 Kota Surabaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola gerakan KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) Cabang Kota Surabaya dalam proses bargaining tuntutan kenaikan UMK tahun 2017 di Kota Surabaya. Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara narasumber yang terkait.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori atau konsep gerakan sosial. Teori atau konsep ini yakni bermakna aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial. Adapun subyek penelitian adalah Ketua KSPSI Cabang Kota Surabaya, Anggota APINDO Surabaya, dan Kepala Seksi Syarat Kerja dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surabaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pola gerakan KSPSI Cabang Kota Surabaya terdapat 3 proses yakni: Edukasi, Negosiasi, dan Aksi. Pertama, proses edukasi dimulai dengan memberikan pengarahan kepada para anggota KSPSI Cabang Kota Surabaya tentang hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban para pekerja dalam bentuk kegiatan seminar. Kedua, proses negosiasi yang fokus pada bargaining antara KSPSI, Pemerintah Provinsi dan APINDO dalam survei penentuan KHL (Kebutuhan Hidup Layak) agar dijadikan pedoman penetapan UMK Jawa Timur tahun 2017 dan juga dalam penyampaian tuntutan-tuntutan para pekerja. Ketiga, kegiatan aksi dilakukan pada saat tuntutan tidak terpenuhi sehingga melakukan demo sebagai wujud aksi kekecewaan dari para pekerja.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Penelitian Terdahulu ... 10

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KERANGKA TEORI A. Konsep Gerakan Sosial ... 20

1. Tipologi Gerakan Sosial ... 25

2. Tahap-Tahap dalam Gerakan Sosial ... 30

3. Gerakan Sosial di Indonesia ... 32

B. Gerakan Buruh di Indonesia ... 33

1. Sejarah Gerakan Buruh di Indonesia ... 33

(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi BAB III SETTING PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 44

1. Kondisi Geografis Kota Surabaya ... 44

2. Kondisi Demografis Kota Surabaya... 46

a. Kependudukan ... 46

b. Pendidikan ... 46

c. Sosial Masyarakat ... 48

d. Kondisi Buruh/Pekerja ... 52

B. KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) ... 58

1. Sejarah KSPSI. ... 58

2. Perkembangan Organisasi ... 61

3. Visi dan Misi KSPSI ... 65

4. KSPSI Cabang Kota Surabaya ... 66

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. KSPSI Sebagai Gerakan Buruh dan Gerakan Sosial ... 68

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan gerakan sosial yang ada di dunia tidak lepas dari berbagai

deretan peristiwa yang terjadi pada masa itu. Gerakan sosial sendiri muncul

sekitar abad ke-17 pasca terjadinya revolusi industri di Eropa. Revolusi industri di

Eropa menyebabkan muncul paham baru yakni paham Kapitalisme, dimana

paham ini menempatkan faktor kapital atau modal sebagai fokus utamanya. Adam

Smith sebagai toggak Kapitalisme klasik dengan gagasan “laissez faire dalam

bentuk ekonomi.1 Kapitalisme menjadi faktor utama dari adanya struktur

perekonomian pasar bebas yang ada di Negara-negara yang ada di dunia dengan

tatanan masyarakat Neo-liberalisme. Respon dari masuknya Neo-liberalisme dan

juga Kapitalisme ini yakni dengan munculnya berbagai gerakan sosial yang

menentang adanya Kapitalisme dan Neo-liberalisme.

Respon dari munculnya paham Kapitalisme yang menyebabkan

munculnya jurang pemisah antara para kaum pemilik modal dengan para kaum

buruh membuat Karl Marx melakukan kritik dengan bentuk paham Marxis.

Menurut Karl Marx munculnya industrialisasi yang kemudian para pemilik modal

memperlakukan para kaum buruh dengan semenah-menah. Hal inilah yang

1

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

2

membuat para kaum buruh melakukan sebuah gerakan dengan tujuan ingin

melalukan penghapusan kepemilikan hak atas pribadi.2

Gerakan sosial muncul sebagai bentuk respon terhadap munculnya

Neo-liberal. Di Indonesia sendiri gerakan sosial dapat dikatakan sudah muncul pada

saat penjajahan Belanda di Indonesia. Gerakan sosial di Indonesia dapat dibagi

menjadi dua kategori yakni sebelum tahun 1966 dan setelah tahun 1966.3

Pembagian dua periode tersebut dapat diketahui bahwa sebelum tahun 1966

gerakan sosial yang ada di Indonesia lebih kepada mobilisasi pemberian dukungan

terhadap legitimasi negara Indobesia yang pada saat itu baru merdeka. Sedangkan

setelah tahun 1966, gerakan sosial yang muncul lebih mengarah pada kritik atau

reaksi terhadap kebijakan negara. Berdasarkan akar historisnya gerakan sosial di

Indonesia dapat dikatakan memiliki akar sejarah yang kuat. Hal ini dapat dilihat

dengan munculnya berbagai gerakan sosial yang dimulai setiap perlawanan rakyat

Indonesia pada masa kolonialisme Belanda. Gerakan sosial yang muncul pada

masa itu lebih banyak kepada gerakan petani, gerakan buruh, gerakan pemuda,

dan gerakan mahasiswa yang telah menghiasi catatan sejarah gerakan sosial di

Indonesia.

Memasuki rezim pemerintahan Soekarno, gerakan sosial di Indonesia

masih diwarnai oleh perlawanan dari gerakan pelajar dan gerakan mahasiswa.

Gerakan kaum intelektual yang hadir dan muncul setidaknya ikut andil dalam

proses demokrasi sehingga hal ini memunculkan adanya rezim otoriter pada masa

2

Ibid., 43. 3

(11)

pemerintahan Soekarno. Pada tahun 1966 gerakan kaum intelektual atau

mobilisasi gerakan mahasiswa berhasil melengserkan rezim Orde Lama yang

kemudian hal ini menghadirkan rezim orde baru yang lebih otoriter dan

militeristik. Namun pada akhirnya gerakan mahasiswa yang memprakarsai

berdirinya rezim orde baru justru menjadi alat baru untuk menumbangkan rezim

Soeharto. Maka dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa gerakan sosial di

Indonesia sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda datang dan menjajah di

Indonesia hingga adanya rezim-rezim yang berkuasa di Indonesia.

Gerakan yang muncul di Indonesia bukan hanya gerakan dalam bidang

mahasiswa, kaum intelektual, dan juga para petani melainkan gerakan lain yang

mempengaruhi kondisi masyarakat dan struktur di Indonesia salah satunya adalah

gerakan buruh. Dalam sejarah gerakan buruh di Indonesia diawali ketika

diterapkannya sistem Tanam Paksa oleh pemerintah kolonial Belanda. Hal ini

membuat para petani di nusantara utamanya di daerah Jawa yang pada saat itu

sebagai pusat kekuasaan Hindia Belanda mulai dihancurkan kehidupannya

sebagai petani dan diubah secara paksa menjadi Buruh Tani.

Berdasarkan sejarah yang ada, latar belakang historis munculnya gerakan

buruh di Indonesia diawali ketika diterapkannya sistem Tanam Paksa (culture

stelsel) oleh pemerintah Hindia Belanda yang menjajah Indonesia pada saat itu.

Mulai dari sistem inilah yang membuat petani di Nusantara dirubah secara paksa

menjadi buruh tani. Masuknya para penjajah di Nusantara diikuti dengan

masuknya pengaruh Liberalisme dan juga ekonomi Kapitalis yang menyebabkan

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

4

milik pemerintah Belanda. Banyaknya perkebunan juga membutuhkan banyak

buruh atau tenaga kerja, sehingga pada saat itu banyak tenaga kerja dari Jawa

yang dikirim ke perkebunan di Sumatera untuk dipekerjakan dengan sistem

kontrak dan ancaman yang kejam. Sehingga hal inilah yang memicu munculnya

bentuk perlawanan yang khas sebah gerakan buruh yakni pemogokan. Salah satu

pemogokan pertama di Indonesia yakni tercatatn pada tahun 1882 di Yogyakarta,

dimana pada puncaknya terjadi aksi pemogokan di 21 pabrik gula yang ada di

daerah tersebut.4

Pada saat kepemimpinan Presiden Soekarno terdapat banyak serikat buruh

yang muncul dan didirikan guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh para

buruh meskipun didalamnya terdapat banyak kepentingan dari partai-partai politik

pada masa itu. Kemunduran dari para serikat buruh yang eksis pada masa

pemerintahan Soekarno dimulai pada kudeta yang dilakukan oleh

kelompok-kelompok yang menginginkan pelengseran dari Presiden Soekarno. Hal inilah

yang membuat banyaknya pemimpin-pemimpin serikat buruh ditangkap dan

dibunuh pada masa pemerintahan rezim yang baru yakni rezim Orde Baru. Pada

masa pemerintahan Soeharto atau Orde Baru terjadi pembungkaman dari gerakan

buruh kebebasan berserikat dibatasi dan apabila menginginkan berserikat maka

harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh rezim orde

baru. Terbukti dengan adanya rekonstruksi serikat buruh yang dilaksanakan dalam

bentuk FBSI atau Federasi Buruh Seluruh Indonesia yang dideklarasikan pada

tanggal 20 Februari tahun 1973 dengan Agus Sudono sebagai ketua umum

4

(13)

pertama dan sekjennya adalah Suwarto seorang mantan perwira operasi khusus

pendahulu kopkamtib. Maka dapat diketahui bahwa jajaran pengurus SPSI selalu

diambil dari kader-kader Partai Golkar, sehingga dapat diketahui bahwa pengaruh

dari ABRI atau tentara, birokrasi dan juga Golkar pada masa pemerintahan

Soeharto sangatlah terlihat.

Pada awal berdirinya FBSI memiliki anggota 21 serikat buruh, 21 serikat

buruh yang terintegrasi dan terorganisir ke dalam 21 Serikat Buruh Lapang

Pekerjaan (SBLP) yang sifatnya sektoral.5 Berdirinya SBSI ini ditujukan untuk

memberantas para serikat buruh dan menutup dunia politik bagi para buruh. Pada

akhirnya FBSI tidak dapat menghentikan perselisihan antar buruh dan juga

pengusaha. Adanya devaluasi yang terjadi pada tahun 1978 yang membuat

harga-harga kebutuhan pokok menjadi melambung tinggi tetapi upah buruh masih tetap,

maka inilah yang membuat para buruh melakukan perlawanan pada masa

pemerintahan rezim orde baru. Karena insiden ini, pada tahun 1985 SBSI diganti

menjadi SPSI.6 SPSI sendiri dirancang rezim orde baru untuk memberantas

aspirasi politik buruh tetapi tetap saja pada akhirnya SPSI justru digunakan oleh

banyak buruh untuk melakukan perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Seperti

yang terjadi pada Marsinah yang merupakan buruh di salah satu pabrik di Sidoarjo

yang gugur karena memperjuangkan pembentukan SPSI di pabriknya.

Perubahan yang dilakukan dari FSBI menjadi SPSI membuat 21 serikat

pekerja hanya menjadi 9 departemen. Hal ini menjadi sebuat perdebatan antara

5

KSPSI, “Tentang KSPSI”, http://kspsi.com/tentang-kspsi-3/ (Selasa, 17 Januari 2017, 19.57)

6

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

6

Organisasi pekerja Internasional, sehingga pada tahun 1994 SPSI berubah menjadi

FSPSI. Pasca Orde Baru, kebebasan dalam berserikat khususnya bagi para

pekerja/buruh yang telah ditetapkan pada UU Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2000 ini secara tidak langsung memberikan kebebasan bagi para buruh

untuk mendirikan serikat atau organisasi-organisasi pekerja/buruh. Ketetapan ini

dikeluarkan pasca Orde Baru dimana pada masa tersebut kebebasan berserikat,

berkumpul, mengeluarkan pikiran sangatlah dibatasi. Dengan adanya

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh ini

membukan kesempatan bagi para pekerja/buruh untuk bisa berserikat dan

berkumpul.

Pada tahun 2014 sesuai pendataan yang dilakukan oleh Kementerian

Ketenagakerjaan (Kemenaker) tercatat ada 6 konfederasi, 100 federasi, dan 6.808

serikat pekerja tingkat perusahaan yang ada di Indonesia. Dari jumlah tersebut

sekitar terdapat sekitar 1.678.364 orang pekerja yang menjadi anggota serikat

pekerja.7

Apabila berbicara tentang pekerja maka tidak akan lepas dari upah atau

pengupahan. Kebijakan pengubahan diarahkan untuk pencapaian penghasilan

yang memenuhi penghidupan yang layak bagi para pekerja atau buruh.8 Di

Indonesia proses pengupahan atau kenaikan dari upah itu sendiri sering menjadi

hal yang memunculkan konflik antara pekerja dengan pemerintah. Bukan hanya

7

Hukum Online, “Inilah Data Serikat Pekerja di Indonesia”, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55b8691e26785/inilah-data-serikat-pekerja-di-indonesia (Selasa, 1 November 2016, 18.40)

8

(15)

konflik tetapi aksi demo buruh menuntuk kenaikan upah setiap tahunnya juga

tidak bisa dilupakan.

UMP merupakan upah minimum yang berlaku untuk seluruh

kabupaten/kota di suatu provinsi. Upah minimum merupakan upah bulanan

terendah yang terdiri dari upah pokok, juga termasuk tunjangan tetap yang telah

diatur dalam Keputusan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor

Kep-231/MEN/2003 dengan merujuk Kebutuhan Hidup Layak (KHL).9

Sistem kenaikan upah di Indonesia berdasarkan tingkat pertumbuhan

ekonomi dan inflasi yang ada. Hal ini mengakibatkan banyak kelompok pekerja

yang melakukan aksi baik itu aksi secara diplomatis atau aksi demonstrasi untuk

menuntuk kenaikan upah dari para buruh. Salah satu dari kelompok pekerja yang

terdaftar dalam Kementerian Ketenagakerjaan adalah Konfederasi Serikat Pekerja

Seluruh Indonesia (KSPSI) yang merupakan salah satu kumpulan yang

anggotanya terdiri dari para pekerja/buruh. KSPSI sebagai salah satu bentuk dari

kelompok kepentingan tentunya menghimpun berbagai macam aspirasi dari para

pekerja yang termasuk dalam anggota perserikatan ataupun pekerja yang tidak

tergabung didalamnya. KSPSI menyampaikan aspirasi tersebut untuk dibawa ke

pemerintah agar aspirasi atau keluhan dari para buruh dapat dipertimbangkan

dalam perumusan kebijakan khususnya kebijakan kenaikan gaji atau upah para

pekerja.

9

Edytus Adisu, Hak Karyawan Atas Gaji dan Pedoman Menghitung: Gaji Pokok Pajak

Atas Gaji Iuran Pensiun, Pesangon, Iuran Jamsostek, Dana Sehat (Jakarta: Forum Sehat,

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

8

Kenaikan upah pekerja menurut Menteri Ketenagakerjaan yang harus

berdasarkan PP Nomor 78 Tahun 2015 ini secara terang-terangan ditolak oleh

para pekerja, karena kenaikannya tidak sesuai dengan kenaikan dari kebutuhan

hidup yang semakin meningkat pula. Sehingga hal inilah yang mendorong DPC

KSPSI Kota Surabaya melakukan berbagai upaya untuk melakukan perjuangan

penuntutan kenaikan upah di Kota Surabaya tahun 2015.

Alasan peneliti memilih organisasi buruh/pekerja KSPSI adalah karena

KSPSI lebih menggunakan langkah-langkah persuasif, aksi-aksi yang dilakukan

dikemas dengan lebih halus dan tidak anarkis seperti melakukan aksi yang bersifat

intelektual dengan cara berdiskusi dan seminar, sehingga harapan dari para

pekerja dapat tersampaikan dengan baik.

Dari penjelasan latar belakang masalah di atas menarik jika dianalisis lebih

jauh terkait dengan pola gerak yang dilakukan oleh KSPSI Cabang Kota Surabaya

dalam menyikapi isu tuntutan kenaikan upah di Kota Surabaya 2017. Maka dari

itu, judul dari penelitian ini adalah “Pola Gerakan KSPSI (Konfederasi Serikat

Pekerja Seluruh Indonesia) Cabang Kota Surabaya Dalam Proses Bargaining

Tuntutan Kenaikan UMK Tahun 2017 di Kota Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya

adalah Bagaimana pola gerakan KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh

Indonesia) Cabang Kota Surabaya dalam proses bargaining tuntutan kenaikan

(17)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk menganalisa pola gerakan KSPSI

(Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) Cabang Kota Surabaya dalam

proses bargaining tuntutan kenaikan UMK Tahun 2017 Kota Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka peneliti akan memaparkan manfaat

penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini termasuk dalam rangka pengembangan ilmu

pengetahuan yang khusus dalam bidang politik dan wawasan pengetahuan

yang lebih luas tentang pola gerakan KSPSI sebagai serikat pekerja/buruh

dalam proses bargainingi tuntutan kenaikan UMK.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi landasan berpikir dalam

melihat bagaimana pola gerakan KSPSI Cabang Kota Surabaya dalam proses

bargaining dengan Pemerintah Kota Surabaya. Selain itu, bagi pengamat

politik atau ahli politik, penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai

bahan analisa dan wacana kedepan mengenai pola gerakan KSPSI

(Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) Cabang Kota Surabaya

dalam proses bargaining tuntutan kenaikan UMK tahun 2017 di Kota

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

10

E. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran, penelitian lain yang relevan dengan penelitian

Pola Gerakan KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) Cabang

Kota Surabaya Dalam Proses Bargaining Tuntutan Kenaikan UMK Tahun 2017

di Kota Surabaya yakni penelitian yang dilakukan oleh Ganda Syahputra, S

(Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara, Medan) dalam

skripsi dengan judul “Peranan Serikat Buruh Dalam Memperjuangkan Hak Upah

dan Politik (Studi Kasus: Serikat Buruh Medan Independen)”. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan SBMI (Serikat Buruh Medan Independen) belum

berhasil dalam memasukkan agenda dalam proses pengambilan kebijakan di

Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam hal penetapan upah bagi buruh di

Provinsi Medan.10 Sedangkan penelitian ini berfokus pada perjuangan Serikat

Buruh Medan Independen (SBMI) dalam kenaikan Upah Minimum Provinsi

(UMP) di Medan. Penelitian ini menunjukkan peran serikat buruh khususnya

Serikat Buruh Medan Indonesia (SBMI) dalam kenaikan Upah Minimum Kota di

Medan.

Penelitian kedua yang relevan yakni penelitian yang dilakukan oleh Umar

Algifari dalam skripsinya dengan judul “Buruh dan Politik: Studi Tentang

Perjuangan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPI) dan

Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (K.KASBI) Dalam

Menuntut Penghapusan Sistem Outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta

10

(19)

Tahun 2013”.11 Hasil penelitian ini menunjukkan KSPSI dan K.KASBI

merupakan organisasi pekerja/buruh yang sama-sama memperjuangkan

kepentingan dari pekerja/buruh, sehingga pekerja/buruh dapat hidup sejahtera.

Perjuangan yang dilakukan oleh KSPSI dan K.KASBI dalam penghapusan sistem

outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta tahun 2013 berbeda. Fokus dari

penelitian ini yakni pada perjuangan organisasi pekerja/buruh KSPSI dan

K.KASBI yang menuntut penghapusan sistem outsourcing yang dianggap

pekerja/buruh adalah sistem perbudakan di Indonesia dan menuntut kenaikan

Upah Minimum Provinsi (UMP) di Jakarta tahun 2013. Fokus utama dari

penelitian ini adalah tentang perbedaan perjuangan yang dilakukan oleh KSPSI

dan K.KASBI yang merupakan sama-sama organisasi serikat buruh/pekerja.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Ganda Syahputra dan Umar

Algifari dengan peneliti adalah serikat/organisasi buruh/pekerja yang berbeda,

tempat penelitian yang berbeda, dan pemilihan kasus yang berbeda. Penelitian

yang dilakukan oleh Ganda Syahputra yakni tentang organisasi serikat

pekerja/buruh SBMI dalam tuntutan kenaikan UMP di Medan. Penelitian kedua

yang dilakukan oleh Umar Algifari berfokus pada perbedaan perjuangan dua

serikat buruh yakni KSPSI dan K.KASBI dalam menuntut penghapusan sistem

outsourcing dan kenaikan UMP DKI Jakarta pada tahun 2013. Sedangkan peneliti

akan fokus pada pola gerakan KSPSI cabang Kota Surabaya dalam proses

11

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

12

bargaining tuntutan kenaikan UMK tahun 2017 di Kota Surabaya yang

sebelumnya belum terdapat penelitian dengan fokus kajian, tempat, dan waktu

penelitian yang sama.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu strategi yang dilakukan untuk

mengumpulkan dan menganalisis data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Selain itu, penggunaan metode penelitian yang sesuai akan mempermudah untuk

menganalisa dan menyikapi masalah yang diteliti.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Pendekatan penelitian kualitatif merupakan suatu metode baru, dimana

penelitian yang dilakukan berlandaskan pada filsafat post-positivisme.

Metode penelitian ini juga disebut sebagai proses penelitian artistik karena

proses penelitian bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode

interpretative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi

terhadap data yang ditemukan di lapangan.12

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah KSPSI (Konfederasi Serikat

Pekerja Seluruh Indonesia) cabang Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur.

3. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan pada prosedur

penentuan informan purposif sampling, dimana teknik penentuan informan

12

(21)

ini merupakan salah satu strategi menentukan informan dengan menentukan

kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria yang dipilih

yang relevan dengan masalah yang diteliti.13 Ukuran dari sampel purposif

sering kali ditentukan atas dasar teori kejenuhan (titik dalam pengumpulan

data saat data baru tidak lagi membawa wawasan tambahan untuk pertanyaan

penelitian). Tetapi informan selanjutnya akan ditentukan bersamaan dengan

perkembangan review dan analisis hasil penelitian saat pengumpulan data

sedang berlangsung.14

Berikut adalah informan dalam penelitian ini, yakni:

a. Ketua KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) Cabang

Kota Surabaya.

b. Anggota KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia)

Cabang Kota Surabaya.

c. Kepala Seksi Syarat Kerja dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kota Surabaya.

d. Anggota APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Surabaya.

4. Sumber Data

a. Primer

Sumber primer merupakan sumber data utama yang dibutuhkan

dalam penelitian ini. Sumber primer ini diperoleh secara langsung dari

13

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kenaca Prenada Media Group, 2007), 107.

14

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

14

informan dengan melalui teknik pengumpulan data wawancara dan juga

hasil observasi secara langsung terhadap informan.

Informan yang menjadi sumber utam adalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Ketua KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia)

Cabang Kota Surabaya.

2) Anggota KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia)

Cabang Kota Surabaya.

3) Kepala Seksi Syarat Kerja dan Jamsostek Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kota Surabaya.

4) Anggota APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Surabaya.

b. Sekunder

Sumber data yang kedua yakni sumber sekunder. Sumber data

sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Sumber

tersebut terdiri dari arsip, dokumen, dan kepustakaan yang berhubungan

dengan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian data memegang peran penting didalamnya, sehingga benar

dan tidaknya data tersebut akan sangat berpengaruh pada hasil penelitian.

Benar dan tidaknya suatu data juga tergantung dari teknik pengumpulan

datanya. Maka dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode dalam

pengumpulan data, yakni sebagai berikut:

(23)

Teknik observasi dalam pengumpulan data merupakan dasar dari

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan

data, yaitu fakta mengenai dunia nyata yang diperoleh melalui

observasi.15 Dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi,

peneliti dapat mengamati fenomena atau kegiatan yang relevan dengan

yang akan diteliti yakni Pola Gerakan KSPSI (Konfederasi Serikat

Pekerja Seluruh Indonesia) Cabang Kota Surabaya Dalam Proses

Bargaining Tuntutan Kenaikan UMK Tahun 2017 di Kota Surabaya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu.

Dimana percakapan tersebut dilakukan oleh dua belah pihak yaitu

pewawancara selaku yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancara selaku pihak yang menjawab pertanyaan.16 Dalam

penelitian yang dilakukan, maka peneliti secara langsung melakukan

proses wawancara dengan informan yang telah ditentukan terkait dengan

Pola Gerakan KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia)

Cabang Kota Surabaya Dalam Proses Bargaining Tuntutan Kenaikan

UMK Tahun 2017 di Kota Surabaya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.

Dalam hal ini dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

15

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), 226.

16

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

16

monumental dari seseorang.17 Dalam penelitian yang dilakukan maka

peneliti menggunakan gambar yang dalam hal ini adalah foto dan

sebagainya.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyususn secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.18

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif.

Dimana teknik ini menjelaskan data yang sudah diperoleh secara menyeluruh.

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis

yang berdasarkan data yang diperoleh kemudian dikembangkan menjadi

hipotesis.19

7. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Teknik keabsahan data perpanjangan keikutsertaan; jenis penelitian

dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

instrumen penelitian salah satunya yakni peneliti itu sendiri. Maka dalam

penelitian ini peneliti wajib ikut serta guna untuk memperoleh data yang

17

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008), 240.

18

Ibid., 244. 19

(25)

valid. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan

peningkatan derajat kevalidan data yang telah dikumpulkan.

b. Teknik keabsahan data ketekunan pengamatan; peneliti disini secara

tekun mencari dan mengumpulkan data yang valid yang sesuai dengan

permasalahan, kemudian peneliti memusatkan diri pada data yang telah

diperoleh secara rinci.

c. Teknik keabsahan data pemeriksaan sejawat melalui diskusi; teknik

keabsahan data ini dilakukan melalui proses diskusi dengan teman

sejawat dengan memaparkan hasil sementara atau hasil akhir.

d. Teknik keabsahan data uraian rinci; teknik keabsahan data ini

mengharuskan peneliti untuk melaporkan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan, sehingga uraiannya dilakukan dengan teliti dan secermat

mungkin.20

8. Triangulasi

Triangulasi merupakan metode yang dilakukan peneliti pada saat

mengumpulkan dan menganalisis data. Triangulasi juga merupakan proses

melakukan pengujian kredibilitas dalam penelitian, dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi

waktu.21 Metode triangulasi digunakan sebagai gabungan atau kombinasi dari

20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Roesda Karya, 1996), 175 – 183.

21

(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

18

berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait

dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis triangulasi yakni

triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Peneliti melakukan pengecekan

data yang telah diperoleh secara langsung dari informan, setelah itu dapat

dinyatakan valid atau tidak dan juga melakukan pengecekan dengan observasi

serta dokumentasi yang telah diperoleh.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini agar lebih sistematis dan mudah untuk

dipahami, maka peneliti memaparkan sistematika penulisan dalam penelitian ini.

BAB I, Pendahuluan. Dimana merupakan gambaran secara umum dan pengantar

pembahasan yang terdiri dari, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II, Kerangka Teori. Yang terdiri dari konsep tentang gerakan sosial serta

memaparkan gerakan buruh di Indonesia.

BAB III, Setting Penelitian. Dalam setting penelitian terdiri dari deskripsi tentang

lokasi penelitian dan pemilihan lokasi penelitian serta mendeskripsikan tentang

KSPSI sebagai serikat pekerja/buruh.

BAB IV, Penyajian dan Analisis Data. Dalam bab ini terdiri dari deskripsi temuan

(27)

BAB V, Penutup. Yang berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah

(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

20

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Konsep Gerakan Sosial

Gerakan sosial atau disebut juga dengan Social Movement ini merupakan

aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan

kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang

secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan

melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.1 Maka

dapat dikatakan bahwa gerakan sosial merupakan gerakan yang non-formal atau

gerakan yang tidak diakui oleh negara pada mulanya yang menginginkan

perubahan dengan melakukan aksi protes terhadap kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan oleh negara.

Rekam jejak dari teori gerakan sosial tidak lepas dari berbagai peristiwa

besar atau revolusi yang terjadi di Eropa Barat yang terjadi sekitar abad ke-17

sampai abad ke-19, karena peristiwa ini membuat para akademisi gerakan sosial

mulai untuk mengembangkan teori.2 Auguste Comte dan Emile Durkheim sebagai

perintis utamanya, melihat bahwa meskipun Revolusi Perancis yang terjadi pada

tahun 1789 merubah cara pandang politik bangsa Perancis yang ditandai dengan

1

Wikipedia, “Gerakan Sosial”, https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_sosial (Sabtu, 10 Desember 2016, 19.26)

2

(29)

berakhirnya bentuk pemerintahan monarki, serta memberikan inspirasi kepada

kelompok-kelompok masyarakat di Inggris, Jerman, dan Italia untuk mempercepat

terjadinya revolusi politik dengan target utama pembentukan pemerintahan rakyat.

Dengan terjadinya revolusi tersebut maka menimbulkan kekacauan

berkepanjangan, ketidakteratura, serta mulai menghilangnya tatanan lama yang

dapat menciptakan keteraturan masyarakat.

Auguste Comte dan Emile Durkheim dan para pengikutnya memiliki

keinginan untuk menemukan tatanan baru yang dapat menciptakan keteraturan di

masyarakat dengan menggunakan kaedah penelitian ilmu pengetahuan yang

ilmiah, sehingga ini bisa disebut dengan ilmu sosiologi. Kelompok ini cenderung

menginginkan transformasi yang radikal dan lebih memilih perubahan yang

gradual dan cenderung anti terhadap perubahan yang hanya menimbulkan

ketidakpastian. Pemikiran dari Comte dan Durkheim lebih dikenal dengan teori

fungsional, dimana teori ini menjadi rujukan utama para pelopor teori perilaku

kolektif.3

Tetapi menurut kelompok sosilog lain yang dipelopori oleh Karl Marx

berpendapat bahwa dengan adanya revolusi industri telah menimbulkan

ketimpangan sosial yang sangat dalam antara para buruh yang bekerja di

pabrik-pabrik dengan para pengusaha atau para pemilik modal. Sehingga dampak dari

revolusi industri ini menciptakan revolusi politik dan revolusi sosial. Revolusi

politik dalam hal ini adalah revolusi yang dilakukan oleh para kelas menengah

dan para pemilik modal yang berkeinginan untuk menggeser otoritas para

3

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

22

bangsawan dalam mengendalikan pemerintahan. Sedangkan revolusi sosial yang

dimotori oleh para kaum buruh yang tidak kuat dengan penindasan dan tekanan

dari kaum pemilik modal, sehingga mereka berpendapat bahwa revolusi adalah

jalan utama.4

Menurut Macionis gerakan sosial (social movement) merupakan tipe

paling penting dari perilaku kolektif (collective behavior). Terdapat sosiolog yang

menyebutkan bahwa gerakan sosial (social movement) merupakan salah satu

bentuk dari perilaku kolektif (collective behavior). Namun beberapa sosiolog

berpendapat bahwa gerakan sosial lebih kepada bentuk tindakan kolektif

(collective action) bukan perilaku kolektif.5 Perilaku kolektif sendiri memiliki

beberapa jenis yakni kerumunan (crowd), kerusuhan (riot), dan penolakan atau

pembangkangan (rebel). Maka menurut para sosiolog yang memberikan

perbedaan antara gerakan sosial dengan perilaku kolektif dilihat dari tiga aspek,

yakni: 1. Pengorganisasian, 2. Pertimbangan, dan 3. Daya tahan.6

Dalam teori perkembangan sejarah yang menggambarkan proses historis

memiliki logika, makna, atau bentuk khusus serta mengalami kemajuan dengan

cara-cara tertentu sesuai dengan “hukum besi” sejarah. Teori tersebut melihat

bahwa gerakan sosial semata hanya sebagai fenomena perubahan sosial yang

terjadi secara terus menerus. Gerakan ini muncul dilihat sebagai terobosan

4

Ibid., 6. 5

Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial (Malang: Intrans Publishing, 2016), 1.

6

(31)

revolusioner pada saat terjadinya krisis sosial. Penyebab dari perubahan sosial

sebenarnya terdapat dalam kebutuhan historis itu sendiri.7

Nick Crossley melakukan pemetaan secara teoritik gerakan sosial, dimana

tradisi studi gerakan sosial dianalisa berdasarkan dimensi waktu dan setting

wilayah. Dalam dimensi waktu, tradisi studi gerakan sosial diklasifikasikan ke

dalam dua dimensi yakni sebelum tahun 1970-an dan setelah tahun 1970-an.

Sedangkan dalam setting wilayah, gerakan sosial dapat dilihat dalam konteks

setting Eropa dan Amerika Serikat.8 Dari pembagian dimensi diatas, maka

Crossley menggambarkan peta teoritik dari gerakan sosial sebagai berikut:

Tabel 2.1

Empat Tradisi Analisis Gerakan Sosial9

Amerika Serikat Eropa

Sebelum Tahun

1970-an

Gerakan sosial lebih

diwarnai dengan

pemikiran tentang

perilaku kolektif

(Collective Behaviour)

Gerakan sosial diwarnai

oleh tradisi Marxisme

(Marxism)

Setelah Tahun

Gerakan sosial diwarnai

oleh perspektif mobilisasi

sumber daya atau proses

Gerakan sosial lebih

banyak diwarnai oleh

tradisi Gerakan Sosial

7

Fadillah Putra,dkk., Gerakan Sosial (Malang: Averrors Press, 2006), 1. 8

Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial (Malang: Intrans Publishing, 2016), 11.

9

(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

24

1970-an politik (Resource

Mobilization/Political

Process)

Baru (New Social

Movements)

Sumber: Menurut Crossley dalam Konsep dan Teori Gerakan Sosial,

Oman Sukmana

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa gerakan sosial yang muncul di

setiap wilayah tidak sama bentuk gerakannya baik itu tujuan dan fokus

gerakannya. Hal ini dikarenakan setiap wilayah atau di setiap negara memiliki

kondisi geografis serta kultur yang berbeda. Bukan hanya dari setting wilayah

melainkan juga dari segi waktu atau perkembangan zaman setiap gerakan sosial

memiliki fokus tujuan yang berbeda juga.

Gerakan sosial memiliki banyak definisi dikarenakan beragamnya ruang

lingkup yang dimilikinya. Menurut Anthony Giddens gerakan sosial adalah suatu

upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai

tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup

lembaga-lembaga yang mapan.10 Kemudian definisi gerakan sosial menurut

Tarrow yang menempatkan gerakan sosial sebagai politik perlawanan ketika

rakyat biasa bergabung dengan kelompok masyarakat yang memiliki pengaruh

untuk mengumpulkan kekuatan melawan para elit, pemegang otoritas, dan

pihak-pihak lawan lainnya. Berdasarkan konteks penelitian yang dilakukan, maka teori

yang relevan untuk digunakan adalah teori gerakan sosial. Teori ini relevan karena

kondisi di lapangan yakni sebuah perlawanan atau sebuah bentuk protes dari

10

(33)

kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur tentang ketetapan sistem kenaikan

upah pada tahun 2017 yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh golongan

masyarakat tertentu (pekerja/buruh).

Terdapat beberapa unsur yang harus ada dalam definisi gerakan sosial,

unsur-unsur tersebut yakni :11

1. Adanya kolektivitas orang yang bertindak bersama.

2. Tujuan bersama dari tindakanya adalah perubahan tertentu dalam

masyarakat mereka yang ditetapkan partisipan menurut cara yang

sama.

3. Kolektivitasnya relatif tersebar tetapi lebih rendah derajatnya dari

organisasi formal.

4. Tindakannya memiliki derajat spontanitas yang relatif tinggi tetapi

tidak terlembaga dan bentuknya tidak konvensional.

1. Tipologi Gerakan Sosial

Menurut Spencer, gerakan sosial dibagi menjadi tujuh tipe

berdasarkan tujuan, yakni:12

a. Gerakan Revolusi (Revolutionary Movement)

Merupakan gerakan yang tergolong dramatis, dimana gerakan ini

bertujuan untuk menggulingkan otoritas atau kekuasaan yang sudah

mapan, dan apabila diperlukan maka tindakan kekerasan dapat dilakukan

oleh gerakan revolusi.

11

Syahrial Syarbani, Dasar-Dasar Sosiologi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 156. 12

(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

26

b. Gerakan Reformasi (Reform Movement)

Gerakan ini bertujuan untuk mengoreksi atau memperbaiki

persoalan-persoalan yang muncul.

c. Gerakan Reaksi (Reactionary Movement)

Gerakan yang menginginkan situasi kehidupan dikembalikan pada

tatanan masa lalu. Hal ini terjadi karena anggapan tatanan masa lalu lebih

baik daripada tatanan yang ada sekarang.

d. Gerakan Konservatif (Conservative Movement)

Gerakan sederhana yang ditujukan untuk mempertahankan dan menjaga

nilai-nilai tata cara kehidupan mereka.

e. Gerakan Utopia (Utopian Movement)

Gerakan ini memiliki tujuan gerakan jangka panjang, dimana gerakan ini

menginginkan suatu tipe baru dari suatu masyarakat yang berbeda

dengan saat ini.

f. Gerakan Religius (Religious Movement)

Gerakan yang memiliki dasar tujuan religius. Sehingga hal ini akan

membentuk struktur masyarakat yang lebih religius.

g. Gerakan Etnis/Nasionalis (Ethnic or Nationalistic Movement)

Gerakan yang sangat penting dalam membuat suatu perubahan di seluruh

dunia. Hal ini bertujuan untuk membangun kesadaran etnis.

Gerakan sosial sendiri memiliki dampak atau imbas yang luar biasa

terhadap negara. Dari klasifikasi gerakan sosial menurut Spencer diatas, maka

(35)

jenis perubahan, target gerakan, metode kerja, gerakan lama dan baru, dan

jangkauan gerakan. Berikut dijelaskan dalam tabel dibawah ini:13

Tabel 2.2

Jenis-Jenis Gerakan Sosial

Gerakan Sosial

Berdasarkan:

Jenis Gerakan Sosial

Ruang Lingkup 1. Gerakan Reformasi;

Gerakan yang bertujuan untuk mengubah

beberapa norma, biasanya norma hukum.

2. Gerakan Radikal;

Gerakan yang bertujuan untuk perubahan

secara segera terhadap sistem nilai dengan

melakukan perubahan secara substansi dan

mendasar.

Jenis Perubahan 1. Gerakan Inovasi;

Gerakan yang ingin mengaktifkan

norma-norma tertentu, nilai-nilai, dan lain-lain

gerakan advokasi yang tak umum untuk

kesengajaan untuk efek dan menjamin

keamanan teknologi yang tak umum.

13

(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

28

2. Gerakan Konservatif;

Gerakan yang ingin menjaga norma-norma

yang ada, nilai, dan sebagainya.

Target Gerakan 1. Gerakan Fokus Berkelompok;

Gerakan yang bertujuan mempengaruhi atau

terfokus pada kelompok atau masyarakat

pada umumnya.

2. Gerakan Fokus Individu;

Gerakan yang fokus pada yang

mempengaruhi secara personal atau

individu.

Metode Kerja 1. Gerakan Damai;

Gerakan yang memperlihatkan untuk berdiri

kontras dengan gerakan kekerasan.

2. Gerakan Kekerasan;

Gerakan dengan menggunakan senjata,

dalam gerakan ini tentara dapat termasuk

didalamnya.

Gerakan Lama dan Baru 1. Gerakan Lama;

Gerakan untuk perubahan yang telah ada

sejak awal masyarakat, sebagian besar

(37)

berjuang untuk kelas-kelas sosial.

2. Gerakan Baru;

Gerakan yang dimulai pada sekitar abad

ke-20, dan merupakan gerakan pembaru dari

gerakan lama.

Jangkauan Gerakan 1. Gerakan Secara Internasional;

Gerakan sosial yang memiliki sasaran serta

tujuan secara global.

2. Gerakan Lokal;

Gerakan yang didasarkan pada tujuan lokal

atau regional.

3. Gerakan Semua Tingkatan;

Gerakan sosial yang berkaitan dengan

kompleksitas pemerintahan di abad ke-21

dan bertujuan untuk memiliki pengaruh di

tingkat lokal, regional, nasional, dan

internasional.

Sumber: Pengantar Sosiologi Politik, Elly M. Setiadi dan Usman Kolip

(konstruksi penulis)

Gerakan-gerakan sosial yang muncul tidak selamanya akan memiliki

konsistensi yang lama. Banyaknya jenis gerakan sosial yang telah

(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

30

gerakan ini dapat tumpang tindih, dan sebuah gerakan tertentu mungkin

memiliki kandungan elemen-elemen lebih dari satu jenis gerakan.

2. Tahap-Tahap dalam Gerakan Sosial

Menurut Macionis, tahap dalam kemunculan gerakan sosial terbagi

dalam empat proses, yakni:14

a. Tahap Kemunculan (Emergence)

Kemunculan gerakan sosial di dasari oleh persepsi bahwa segalanya

tidaklah baik. Munculnya gerakan perempuan dan hak asasi sipil muncul

didasari karena penyebaran ketidakpuasan. Sementara

gerakan-gerakanyang lainnya muncul sebgai bentuk kesadaran yang dipelopori

oleh kelompok-kelompok kecil tentang isu-isu tertentu.

b. Tahap Penggabungan (Coalescense)

Dalah tahap ini, gerakan sosial dimungkinkan terlibat dalam kegiatan

kolektif. Gerakan sosial dalam tahap ini juga dimungkinkan membentuk

aliansi atau gabungan dengan organisasi lainnya guna untuk

mendapatkan sumber daya yang sedang dubutuhkan.

c. Tahap Birokratisasi (Bureaucratization)

Syarat suatu gerakan sosial agar menjadi ayau memiliki sbuah kekuatan

politik makan gerakan sosial tersebut harus memiliki sifat-sifat birokrasi.

Dengan memiliki sifat-sifat birokrasi tersbeut maka gerakan sosial dapat

dikatakan menjadi mapan.

14

(39)

d. Tahap Penurunan atau Kemunduran (Decline)

Setelah gerakan-gerakan sosial mencapai tujuan yang dicita-citakan

makan secara tidak langsung terdapat beberapa gerakan sosial yang akan

kehilangan pengaruhnya. Dibawah ini terdapat lima alasan mengapa

suatu gerakan sosial mengalami kemunduran, yakni:

1) Aktivitas suatu gerakan sosial mengalami kemunduran karena

dianggap telah berhasil mencapai tujuan atau cita-cita yang

diinginkan (succes).

2) Suatu gerakan sosial mengalami kegagalan dikarenakan adanya

kelemahan atau pertentangan dalam internal organisasi.

3) Gerakan sosial mengalami kemunduran karena terjadi kooptasi atas

para pemimpin gerakan.

4) Suatu gerakan sosial mengalami kemunduran karena adanya tekanan,

terutaman tekanan dari pihak luar atau eksternal.

5) Suatu gerakan sosial mengalami kemunduran karena gerakan tersebut

terbentuk kedalam pengarusutamaan.

Dari penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa setiap gerakan

sosial yang muncul di masyarakat tidak selalu memiliki tingkat eksistensi

yang cukup lama. Gerakan sosial yang muncul dan hilang atau mengalami

kemunduran juga terjadi karena berbagai faktor-fator yang melatar belakangi

(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

32

3. Gerakan Sosial di Indonesia

Gerakan sosial muncul sebagai respon rakyat terhadap kelalaian

negara dalam mengurus hak-hak rakyat, yang dilakukan dengan cara diluar

jalur kelembagaan negara atau bahkan bertentangan dengan prosedur hukum

yang sudah ditetapkan. Gerakan sosial juga dapat dilihat sebagai aksi upaya

rakyat yang ingin melakukan perubahan atas kondisi sosial politik yang

dipandang tidak sesuai dan tidak berubah dari waktu ke waktu.

Menurut Peter Burke seorang Sosiolog Amerika, menyebutkan bahwa

terdapat dua tipe dari gerakan sosial, yakni: 1) gerakan sosial untuk memulai

perubahan, dan 2) gerakan sosial yang dilakukan sebagai reaksi atas

perubahan yang terjadi. Di Indonesia gerakan sosial berdasarkan klasifikasi

Peter Burke maka dikategorikan menjadi gerakan sosial sebelum tahun 1966

dan sesudah tahun 1966.15

Gerakan sosial yang terjadi di Indonesia sebelum tahun 1966 lebih

kepada pemberian dukungan terhadap legitimasi negara yang baru berdiri.

Sedangkan setelah tahun 1966, gerakan sosial yang ada lebih kepada kritik

atau reaksi terhadap kebijakan negara, seperti adaya peristiwa malari, Kedung

Ombo, Tanjung Priok, Gerakan Reformasi 1998, dan lain sebagainya.16

Pasca Orde Baru, organisasi masyarakat sipil atau lebih dikenal

dengan lembaga swadaya masyarakat di Idnonesia yang mendukung

demokrasi, keadilan sosial dan lingkungan hidup mendapat ruang untuk

15

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: Pranamedia Group, 2015), 227.

(41)

mengekspresikan dan mewujudkan idealisme yang dicita-citakan.17 Contoh

organisasi yang memiliki idealisme seperti yang telah dijelaskan diatas

seperti YLBHI, WALHI, Kontras, ICW, Solidaritas Perjuangan, dan lain

sebagainya.

Gerakan sosial yang ada di Indonesia sebenarnya bukan hanya pada

tahun-tahun setelah kemerdekaan saja, melainkan gerakan-gerakan sosial lain

sudah ada sejak masa kolonial Belanda dan juga Jepang. Gerakan petani,

buruh, pemuda, dan mahasiswa telah mengisi catatan sejarah gerakan sosial

yang ada di Indonesia.

B. Gerakan Buruh di Indonesia

1. Sejarah Gerakan Buruh di Indonesia

Gerakan organisasi buruh di Indonesia memiliki beberapa periodesasi

yaitu periode kolonial Belandan dan Jepang, periode setelah kemerdekaan

(Orde Lama), periode Orde Baru, dan periode Reformasi (hingga saat ini).

Sistem kerja upah diberlakukan di Indonesia pada tahun 1870, tetapi

kebebasan dan hak untuk mendirikan dan bergabung pada sebuah gerakan

buruh barulah muncul pada abad ke-20 yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan standar hidup para kaum buruh, dan umumnya agar tercipta

emansipasi kelas pekerja di Indonesia yang bebas.18 Meskipun sistem kerja

upah telah berlangsung cukup lama, namun organisasi kaum pekerja upahan

17

Abdul Wahib Situmorang, Gerakan Sosial; Teori dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 83.

18

(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

34

pertama yang dikenal di Indonesia baru terbentuk pada tahun 1894 oleh para

guru sekolah dasar dan menengan Belanda yang dikenal dengan nama

Nederlandsch Indisch Onderwijzers Genootschap atau NIOG. Selanjutnya di

tahun 1908 muncul organisasi buruh lain yakni VSTP (Vereeniging van

Spoor-en Tramweg Personeel in Nederlandsch-Indie) dimana ini di pelopori

oleh para kaum buruh yang bekerja di Perkereta-apian Negara maupun di

berbagai perusahaan kereta api dan tram yang dimiliki oleh swasta.

VSTP pada awal berdiri dipimpin oleh Samaoen serta memiliki aliran

komunis sehingga tidak heran jika VSTP sering masuk dalam ranah politik

negara.19 VSTP sebagai salah satu serikat buruh yang memiliki

perkembangan yang sangat bagus pada masa itu. Pada tahun 1920 VSTP di

bawah kepemimpinan Samaoen telah berhasil mendirikan 93 cabang VSTP di

Jawa dan Sumatera. Dan pada tahun 1923, anggota dari VSTP berjumlah

sekitar 13.000 orang atau seperempat (1/4) dari jumlah total buruh industri

kereta api di Hindia Belanda.20 Pada awalnya hubungan antara serikat buruh

yang dimotori oleh VSTP dengan pemerintah Hindia Belanda terjalin

harmonis, tetapi karena keterlibatan banyaknya aktivis buruh dalam ISDV

(Perhimpunan Sosial Demokrat Hindia) yang berdiri tahun 1914 dengan

tujuan menyebarkan paham Marxisme di kalangan kaum buruh dan adanya

isu hak menentukan nasib sendiri menyebabkan pemerintah kolonial Belanda

mengambil tindakan keras.

19

Ibid., 8. 20

(43)

Dengan demikian dapat dilihat bahwa gerakan buruh pada tahun

1920-an adalah gerak1920-an terorg1920-anisasi pertama di Indonesia y1920-ang menempatk1920-an

penggulingan kekuasaan kolinial Belanda sebagai salah satu tujuan dari

gerakannya. Ditambah lagi setelah tahun 1920-an ISDV yang diketuai oleh

Samaoen beralih menjadi Partai Komunis Hindia dan setelah tujuh bulan

kemudian menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia).

Di tahun berikutnya muncul berbagai serikat atau organisasi buruh dari

berbagai elemen jenis pekerjaan, salah satunya yakni tahun 1912 para guru

dari sekolah-sekolah publik mendirikan PGHB (Perserikatan Guru Hindia

Belanda). Tahun 1916 muncul PPPB (Perserikatan Pegawai Pegadaian

Bumiputera) yang dari awal terbentuk perserikatan ini sepenuhnya dalam

tangan orang Indonesia dimana R. Sosrokardono sebagai pemimpin pertama.

Pada tahun 1919 berdiri PFB (Personeel Fabrieks Bond) yang anggotanya

terdiri dari para pegawai Indonesia pabrik gula yang ada di wilayah

Yogyakarta yang dipimpin oleh R.M. Suryopranoto.21 Tahun 1928 muncul

SKBI (Serikat Kaum Buruh Indonesia) yang didirikan oleh para aktivis

komunis.22

Pada masa pra-kemerdekaan tepatnya pada masa kolonial Jepang

pembubaran atas organisasi rakyat termasuk organisasi pekerja dibubarkan,

serta selama masa kolonial Jepang inilah serikat buruh sangat ditindas.

Penindasan yang dilakukan oleh kolonial Jepang terhadap kaum buruh yakni

dengan adanya kerja paksa (Romusa). Pada masa Jepang berkuasa inilah

21

Ibid., 9 – 10. 22

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

36

hubungan antara pemimpin serikat buruh dengan pemimpin politik memiliki

hubungan yang sangat erat.23

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, muncul beberapa serikat

buruh yakni diantaranya BBI (Barisan Buruh Indonesia) yang didirikan pada

tahun 1945 ini memiliki kesadarann akan pentingnya persatuan dikalangan

buruh serta tekad berjuang bersama rakyat untuk mempertahankan

kemerdekaan Indonesia yang juga menjadi tujuan utama dari berdirinya BBI.

Perjalanan BBI tidak begitu mulus, terdapat beberapa perbedaan pendapat

antar pemimpin sehingga pada tahun 1946 BBI berubah menjadi GASBI

(Gabungan Serikat Buruh Indonesia) dengan Sjamsu Harja Udaja sebagai

ketua. Setelah GASBI berdiri tidak lama digantikan oleh SOBSI (Sentral

Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) dengan pemimpin Drs. Setiajid,

Haryono, Asraruddin, Nyono, Suryono, dan Oey Gee Hwat.24 SOBSI tidak

lepas dari unsur politik karena para pendiri SOBSI sebagian besar menganut

paham sosialis dan komunis, sehingga SOBS terlibat dalam pemberontakan

yang dilancarkan oleh kaum komunis di Madiun pada tahun 1948.25

Pada periode Orde Lama yang dipimpin oleh presiden pertama

Indonesia yakni Ir. Soekarno, gerakan buruh yang ada tidak lepas dari ciri

perpolitiksn yang sangat kuat. Pada masa ini banyak serikat buruh yang

berafiliasi dengan partai politik, sehingga hal ini dimanfaatkan oleh partai

23

Iskandar Tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia, terj. Oey Hay Djoen (Jakarta: TURC, 2008), 28 – 30.

24

M.S. Hidajat, Seabad Gerakan Buruh Indonesia (Bandung: Nuansa Aulia, 2012), 102 – 104.

25

(45)

politik pada tahun 1955 berlangsungnya Pemilihan Umum (Pemilu) pertama

sebagai alat untuk mendapatkan perolehan suara lebih banyak. Beberapa

serikat buruh muncul pada periode ini, diantaranya yakni SOBRI (Sentral

Organisasi Buruh Republik Indonesia) yang didirikan pada tahun 1951 yang

kemudian pada tahun 1973 mendukung terbentuknya FBSI (Federasi Buruh

Seluruh Indonesia). Pada tahun 1953 juga berdiri KBSI (Kesatuan Buruh

Seluruh Indonesia) dibawah naungan Partai Sosialis Indonesia.26 Masa rezin

Orde Lama dapat dilihat bahwa gerakan buruh tidak bisa lepas dari unsur

politik karena beberapa organisasi buruh yang muncul di naungi oleh

partai-partai yang ada, serta pada masa ini organisasi buruh yang ada mayoritas

menganut paham sosialis komunis.

Selanjutnya pada periode Orde Baru pada akhir tahun 1965 yang

dimotori oleh Presiden Soeharto. Pada periode ini terjadi transisi dari konsep

Demokrasi Terpimpin ke Demokrasi Pancasila. Masa Orde Baru terjadi

penyederhanaan partai politik dan organisasi buruh sebagai salah satu bentuk

dari Demokrasi Pancasila. Penyederhanaan organisasi buruh yang terjadi pada

masa Orde Baru memunculkan MPBI (Majelis Permusyawaratan Buruh

Indonesia) pada tahun 1969 dengan maksud menjadi satu-satunya wadah bagi

para kaum buruh di Indonesia tidaklah berhasil, sehinggal pada tahun 1973

berubah menjadi FBSI (Federasi Buruh Seluruh Indonesia). Namun dalam

perjalanannya menurut Konfederasi Pekerja Dunia (WCL) menganggap

bahwa FBSI tidak bisa lepas dari pengaruh politik, sehingga pada tahun 1985

26

(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

38

FBSI berubah menjadi SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) yang

sifatnya lebih unitaris.27 Serikat pekerja pada masa Orde Baru tidak lepas dari

kepentingan-kepentingan para petinggi politik pada masa itu. Maka Orde

Baru yang terkenal dengan ABRI/Militer, Birokrasi, dan Partai Golongan

Karya (Golkar) sangat terlihat campur tangan mereka dalam perserikatan

buruh itu sendiri.

Masa kepemimpinan Soeharto pada periode Orde Baru yang dirasa

sangat otoriter membuat dirinya dilengserkan pada tahun 1998. Pelengseran

presiden Soeharto ini sekaligus mengakhiri masa Orde Baru yang penuh

dengan tekanan dan ketidakbebasan, sehingga muncul periode baru yakni

periode Reformasi yang lebih demokratis.

Periode reformasi merupakan periode kebebasan yang dirasakan oleh

seluruh elemen masyarakat dan organisasi yang ada di Indonesia. Pada era

Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 kebebasan berserikat dan

mengemukakan pendapat sangat dibuka lebar. Maka pada era ini pemerintah

menerbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1998

tentang Pengesahan Konvensi Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat Dan

Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi.28 Dengan diratifikasinya Konvensi

tersebut oleh pemerintah Indonesia era Reformasi, maka gerakan buruh

Indonesia telah memperoleh pengakuan hak-hak dasarnya yakni kemerdekaan

berserikat seperti yang telah tercantum dalam UUD 1945 pasal 28.

27

Ibid., 133 – 135. 28

(47)

Organisasi serikat buruh pada masa Reformasi sangat banyak

bermunculan, karena mereka telah mendapatkan hak kebebasan berserikat

apalagi ketika dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5

Tahun 1998 tentang Pendaftaran Serikat Buruh dan adanya Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Dalam

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 memberikan keleluasaan terhadap

serikat buruh untuk dapat mendirikan serikat pekerja/buruh, federasi serikat

pekerja/buruh, ataupun konfederasi serikat pekerja/buruh.29

2. Pola Aliran Gerakan Buruh Dunia dan Praktik Pola Aliran Gerakan

Buruh di Indonesia

Gerakan buruh yang muncul diberbagai belahan dunia memiliki pola

aliran yang berbeda-beda. Hal ini dapat dikarenakan beberapa hal yakni

diantaranya perbendaan kondisi geografis, perbendaan kondisi politik suatu

negara, serta perbedaan struktur sosial yang ada dalam setiap negara.

Dibawah ini adalah beberapa pola aliran gerakan buruh yang ada di dunia,

yakni:30

a. Trade Unionism (Aliran Murni Serikat Buruh)

Gerakan buruh ini muncul di Inggris tahun 1886, dimana sifat dan

ruang lingkup aktivitas dari gerakan buruh ini semata profesional.

Serikat buruh ini memfokuskan diri pada bidang sosial-ekonomi

yang menyangkut kepentingan para kaum buruh seperti upah,

waktu kerja, syarat kerja, istirahat kerja, jaminan kerja,

29

UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. 30

(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

40

kesejahteraan para pekerja, dan lain sebagainya. Tujuan utama dari

serikat buruh yang menganut pola aliran ini adalah memaksimalkan

kesejahteraan para anggota atau kaum pekerja pada umumnya.

Gerakan buruh yang menganut aliran ini beranggapan bahwa urusan

politik bukan termasuk urusan serikat buruh melainkan sepenuhnya

diserahkan kepada pemerintah.

b. Social Democratic Trade Unionism (Aliran Buruh Paham Sosial

Demokrat)

Gerakan buruh yang mulai ada di Jerman, Austria, Belanda, Belgia,

Swis, serta negara-negara di Skandinavia ini muncul sekitar abad

ke-20. Gerakan buruh ini menganggap dirinya sejajar dengan partai

politik. Meskipun demikian, gerakan buruh ini tidak serta merta

melakukan kegiatan politik praktis seperti yang dilakukan oleh

partai poltiik pada umumnya.

c. Anarcho Syndicalism (Anarki Sindikalisme)

Gerakan buruh atau serikat pekerja ynag menganut aliran ini

menganggap bahwa serikat buruh dapat mengontrol suatu industri

hanya jika serikat buruh tersebut mempunyai kekuatan ekonomi

yang dicapai melalui aksi mogok kerja, tindak kekerasan, aksi

radikal, atau sabotase. Serikat buruh sindikalis ini berpendapat

apabila pihak perusahaan atau pemerintah tidak dapat memenuhi

tuntutannya maka dianggap sebagai lawan yang harus

Gambar

   Tabel 2.1
Tabel 2.2
    Tabel 3.2
        Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kota Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengantisipasi hal di atas, penanggung melekatkan pada polis “Refund of Premium Clause” yang memberikan pengembalian premi kepada tertanggung (tidak lebih

Dalam jumlah yang sedikit limbah farmasi (obat dan bahan obat-obatan), dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi dan dibuang dengan cara yang sama insenerasi. Perlu

Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas PDAM Tirta Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir yang terdiri dari pejabat daerah, perorangan dan.. masyarakat umum yang

diskusi Ketepatan dalam mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian integumen, bagian- bagian dan jenis-jenis sisik pada ikan, serta menunjukkan

Hipertensi kronis adalah penyakit hipertensi yang menetap dengan penyebab apa pun dan sudah diderita sebelum kehamilan atau timbul sebelum minggu ke-20 tanpa adanya

Adanya kelompok referensi yang memiliki pengaruh yang cukup kuat, sehingga meskipun anyaman merupakan barang buatan tangan dan terlihat tradisional tidak terjadi adanya

Untuk mencapai hal tersebut, pemikiran Ibnu Sirin dan Ibnu Hajar al-Asqalani tentang mimpi al-Qur’an dan as-Sunnah, perlu di bahas lebih mendalam sesuai dengan rumusan masalah

Kuesioner ditujukan bagi lima belas orang pemandu dan delapan orang pengunjung Diorama Sejarah Perjalanan Bangsa di lingkungan Arsip Nasional Republik Indonesia yang