• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sharifuddin Bin .pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sharifuddin Bin .pdf"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

Iktiologi

SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Bahan ajar ini disusun untuk menambah wawasan mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, yang mengambil mata kuliah Iktiologi. Penulis mengakui bahwa bahan ajar ini belum mampu menjawab seluruh permasalahan yang berkaitan dengan Iktiologi. Namun demikian, bahan ajar ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mengetahui dasar-dasar pengetahuan yang berkenaan dengan ikan, sebagai bahan kajian pokok dari Iktiologi, untuk selanjutnya digunakan dalam kegiatan

pembelajaran di dalam ruang kuliah maupun di laboratorium.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada Universitas Hasanuddin, khususnya para staf Pusat Kajian dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (PKPAI – LKPP), karena terbitnya buku ajar ini merupakan bantuan yang diberikan

olehUniversitas Hasanuddin melalui Hibah Penulisan Buku Ajar Bagi Tenaga Akademik Universitas Hasanuddin tahun 2011, sesuai dengan Surat Perjanjian

Pelaksanaan Pekerjaan No. 61/H4.21.2.4/UM.16/2011. Penulis menyadari bahwa

bahan ajar ini tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon kritikan yang dapat penulis gunakan untuk perbaikan di masa mendatang.

Akhirnya, semoga bahan ajar yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pemakainya.

Makassar, 25 Nopember 2011. Penulis

(4)

DAFTAR ISI

halaman DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

I. PENDAHULUAN 1

II. IKAN 9

A. Sasaran Pembelajaran 9

B. Pengertian Iktiologi 9

C. Nomenklatur / Tata Nama 10

D. Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan 14

E. Jumlah Spesies Ikan 15

F. Distribusi Ikan 19

G. Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia 23

H. Sistem Klasifikasi Ikan 26

I. Soal-soal Latihan 29

J. Daftar Pustaka 30

III. MORFOLOGI IKAN 32

A. Sasaran Pembelajaran 32

B. Bagian-bagian Tubuh Ikan 32

C. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan 34

D. Kepala Ikan 38 E. Badan Ikan 43 F. Anggota Gerak 48 G. Ekor Ikan 50 H. Soal-soal Latihan 55 I. Daftar Pustaka 55

IV. MORFOMETRIK DAN MERISTIK 57

A. Sasaran Pembelajaran 57 B. Morfometrik 57 C. Meristik 64 D. Soal-soal Latihan 71 E. Daftar Pustaka 72 V. IDENTIFIKASI 74 V

(5)

halaman A. Sasaran Pembelajaran 74 B. Identifikasi 74 C. Catatan 79 D. Soal-soal Latihan 79 E. Daftar Pustaka79

VI. ANATOMI IKAN 82

A. Sasaran Pembelajaran 82 B. Pengertian Anatomi 82 C. Prosedur Pembedahan 85 D. Istilah-istilah Anatomi 85 E. Gelembung Berenang 87 F. Soal-soal Latihan 89 G. Daftar Pustaka89

VII. SISTEM INTEGUMEN 90

A. Sasaran Pembelajaran 90

B. Kulit dan Derivat Kulit 90

C. Ikan Beracun 96

D. Soal-soal Latihan 99

E. Daftar Pustaka 100

VIII. SISTEM ALAT GERAK 101

A. Sasaran Pembelajaran 101

B. Otot atau Urat Daging Ikan 101

C. Sistem Rangka 109

D. Soal-soal Latihan 111

E. Daftar Pustaka 111

IX. SISTEM PENCERNAAN 116

A. Sasaran Pembelajaran 116 B. Alat Pencernaan 116 C. Sistem Pencernaan 121 D. Soal-soal Latihan 122 E. Daftar Pustaka 122 X. SISTEM PERNAPASAN 124 A. Sasaran Pembelajaran 124 B. Organ Pernapasan 124

C. Organ Pernapasan Tambahan 126

D. Soal-soal Latihan 128

(6)

halaman

XI. SISTEM PEREDARAN DARAH 132

A. Sasaran Pembelajaran 132

B. Jantung 132

C. Darah 134

D. Saluran Pembuluh Darah 134

E. Limfa (Lien) 141

F. Soal-soal Latihan 141

G. Daftar Pustaka 141

XII. SISTEM UROGENITAL 143

A. Sasaran Pembelajaran 143

B. Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi) 143

C. Sistem Genitalia (Sistem Kelamin) 144

D. Soal-soal Latihan 150

E. Daftar Pustaka 150

XIII. SISTEM SARAF 151

A. Sasaran Pembelajaran 151 B. Sistem Saraf 151 C. Jenis-jenis Saraf 151 D. Otak 152 E. Saraf Cranial 157 F. Soal-soal Latihan 158 G. Daftar Pustaka 158 LAMPIRAN (Glosarium) 160 vi

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal

tahun akademik 2010/2011 dan 2011/2012 2

2. Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran

mata kuliah Iktiologi 3

3. Distribusi jumlah spesies ikan berdasarkan ordo, famili dan

Genera 17

4. Periode zaman dan umur bumi 23

5. Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran

pada tubuh ikan 63

6. Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan 99

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Persentase komposisi spesies Vertebrata 16

2. Ikan Schindleria brevipinguis, kerabat ikan gobi berukuran

kecil yang ditemukan di Great Barrier Reef, Australia 20

3. Daerah distribusi ikan secara geografis 22

4. Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis Wallace dan garis Weber), dan

daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber) 24 5. Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi 33

6. Bentuk-bentuk tubuh ikan 35

7. Bentuk-bentuk tubuh kombinasi 37

8. Tulang-tulang tambahan tutup insang 39

9. Bentuk-bentuk mulut 40

10. Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan 40

11. Letak mulut ikan 42

12. Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan 42

13. Bentuk-bentuk sisik ikan 44

14. Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan 46

15. Beberapa ciri khusus pada badan ikan 47

16. Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan 49

17. Modifikasi sirip pada ikan 51

18. Letak sirip perut pada tubuh ikan 52

19. Tipe-tipe sirip ekor 52

20. Bentuk morfologi ekor ikan 54

21. Berbagai ukuran pada tubuh ikan 60

(9)

Nomor halaman

22. Berbagai ukuran pada kepala ikan 61

23. Jari-jari sirip 65

24. Jari-jari pokok dan jari-jari cabang 67

25. Jumlah jari-jari pokok 67

26. Perbedaan jari-jari pada sirip ikan 67

27. Sisik di atas dan di bawah garis rusuk 70

28. Sisik pada pipi 70

29. Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes 83 30. Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes 84

31. Prosedur pembedahan tubuh ikan 86

32. Berbagai posisi tubuh ikan 88

33. Gelembung berenang 88

34. Bagian-bagian sisik ikan 92

35. Jenis-jenis sisik ikan 93

36. Jari-jari sirip 95

37. Penampang melintang otot ikan 103

38. Tipe otot pada ikan 104

39. Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes 105 40. Otot-otot pada bagian di bawah kepala ikan Osteichthyes 105 41. Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes 106 42. Otot-otot pada sirip dada ikan Osteichthyes 106 43. Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes 107 44. Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes 107 45. Otot-otot appendicular dan branchiomeric pada ikan

Chondrichthyes 108

(10)

Nomor halaman

46. Otot-otot hypobranchial pada ikan Chondrichthyes 108

47. Rangka ikan Teleostei tampak lateral 112

48. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral 112 49. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal 113 50 Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral 113 51 Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal 114 52. Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan 114

53. Letak gigi pada ikan Osteichthyes 118

54. Bentuk-bentuk gigi ikan 118

55. Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard 119

56. Alat pencernaan ikan omnivora 119

57. Alat pencernaan ikan cucut 120

58. Alat pernapasan pada larva 125

59. Bagian-bagian insang ikan Teleostei 125

60. Insang pada ikan herbivora dan carnivora 125 61. Tulang penutup insang pada ikan Teleostei 127

62. Celah insang pada ikan cucut 127

63. Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus) 129 64. Organ arborescent pada ikan lele (Clarias batrachus) 129 65. Diverticula pada ikan gabus (Ophiocephalus striatus) 130

66. Struktur jantung Osteichthyes 133

67. Struktur jantung Chondrichthyes 133

68. Sistem peredaran darah di bagian kepala ikan Osteichthyes 135 69. Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kanan

ikan Osteichthyes 135

(11)

Nomor halaman

70. Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kiri ikan

Osteichthyes 136

71. Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan

Osteichthyes 136

72. Sistem peredaran darah pada ginjal ikan Osteichthyes 137 73. Sistem peredaran darah pada insang ikan Chondrichthyes 137 74. Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan

Chondrichthyes 138

75. Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan

Chondrichthyes 139

76. Sistem peredaran darah pada daerah ginjal ikan

Chondrichthyes 140

77. Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes 146 78. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina 147 79. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan 149 80. Cara pembedahan untuk melihat otak ikan 153

81. Otak ikan Osteichthyes tampak samping 155

82. Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral 155

83. Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal 156

(12)

I. PENDAHULUAN

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (Prodi MSP) merupakan salah satu di antara lima program studi yang terdapat di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin, Makassar. Program Studi MSP telah memperoleh status akreditasi B sesuai hasil pemeriksaan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Status akreditasi BAN tersebut terlampir dalam Sertifikat No. 0239/Ak-II.1/UHCMZS/XII/1998 tertanggal 22 Desember 1998. Pada tanggal 17 April 2003, BAN-PT mengeluarkan Sertifikat Akreditasi No. 05374/Ak-VI-S1-007/UHCMZS/IV/2003 untuk Prodi MSP dengan status akreditasi B. Selanjutnya, melalui Keputusan BAN-PT No. 015/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2009, Prodi MSP kembali memperoleh akreditasi B, yang berlaku hingga 19 Juni 2014.

Jumlah peminat Prodi MSP selama enam tahun terakhir cenderung mengalami penurunan, yang menunjukkan keketatan persaingan melemah. Namun demikian, jumlah yang diterima mengalami fluktuasi dalam kisaran yang cukup sempit, yaitu 46 – 57 orang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, keketatan persaingan peminat Prodi MSP tidak menjamin kualitas indeksprestasi kumulatif (IPK) dan masa studi lulusan, tetapi keragaman daerah sekolah menengah asal yang tinggi berpengaruh terhadap perbaikan IPK dan masa studi lulusan. Untuk menjadi seorang sarjana Prodi MSP, total sks sesuai kurikulum yang harus dilulusi oleh mahasiswa adalah 144 sks. Jumlah sks tersebut dapat diselesaikan dalam watu empat tahun (delapan semester) jika seorang mahasiswa

Prodi MSP memiliki indeks prestasi semester rata-rata 2,00 – 3,00, dan mengambil 20 sks matakuliah setiap semester.

Selama lima tahun terakhir, total mahasiswa baru yang diterima sebanyak 310 orang dan telah diluluskan 209 orang. Perincian masa studi lulusan tersebut adalah: 1.8% lulus dengan masa studi dibawah 4 tahun, 43.1% dengan masa studi sekitar 5 tahun, dan 58.9% dengan masa studi diatas 5 tahun. Namun demikian, masih terdapat sejumlah mahasiswa yang terdaftar secara aktif dan telah melampaui target kurikulum Prodi MSP.

Iktiologi merupakan salah satu mata kuliah di FIKP Universitas Hasanuddin, bernilai 3 sks, dan diberikan pada Semester Ketiga. Sebelumnya, mata kuliah ini terbagi atas dua, yaitu mata kuliah Iktiologi Sistematik (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi Ilmu Kelautan, MSP, Pemanfaatan Sumberdaya

(13)

Perikanan, dan Sosial Ekonomi Perikanan; dan mata kuliah Iktiologi Fungsional (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi MSP dan Budidaya Perairan. Sejak Semester Awal Tahun Akademik 2010/2011, mata kuliah ini wajib diberikan kepada seluruh mahasiswa di FIKP. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal tahun akademik 2010/2011 dan 2011/2012

Program studi studi Awal 2010/2011 Awal 2011/2012

Ilmu Kelautan 33 50

Manajemen Sumberdaya Perairan 31 35

Budidaya Perairan 42 56

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 50 34

Sosial Ekonomi Perikanan 22 28

Jumlah 178 203

Pada Semester Awal 2010/2011, mahasiswa didistribusikan ke dalam empat kelas paralel, dan masing-masing kelas diampu oleh dua orang dosen. Oleh karena keterbatasan ruang perkuliahan akibat banyaknya jumlah mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa FIKP pada Semester Awal 2011/2012, maka

jumlah kelas dikurangi menjadi tiga kelas paralel dan masing-masing kelas diampu oleh tiga orang dosen. Setiap kelas berisi gabungan mahasiswa yang berasal dari kelima program studi di FIKP. Untuk menambah wawasan mahasiswa maka selain proses pembelajaran di dalam kelas, juga diberikan kegiatan praktikum di Laboratorium Biologi Perikanan, Jurusan Perikanan, FIKP.

Berdasarkan nilai akhir mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal 2010/2011, maka mahasiswa yang lulus di kelas A sebanyak 71.43%, di kelas B 89.19%, di kelas C 87.76%, dan di kelas D 68.59%. Distribusi nilai mahasiswa yang memperoleh nilai A berkisar 4.08 – 10.81%, A– berkisar 2.70 – 26.53%, B+ berkisar 2.13 – 22.45%, B berkisar 6.12 – 45.95%, B– berkisar 4.08 – 20.41%, C+ berkisar 5.41 – 10.64%, C berkisar 2.70 – 25.53%, D berkisar 2.04 – 2.13%, dan E berkisar 10.81 – 31.91%.

Sistem pembelajaran yang diterapkan di FIKP adalah sistem yang berbasis

student-centered learning atau SCL. Sistem ini telah berlangsung dengan baik di

FIKP berkat ketersediaan sarana pendukung yang cukup memadai. Namun,

(14)

akibat jumlah peserta yang cukup banyak pada setiap kelas (lebih dari 40 orang) maka efektivitas proses pembelajaran menjadi berkurang. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif diperlukan sarana penunjang, satu di antaranya adalah buku ajar. Buku ajar yang diberikan dapat menjadi salah satu bahan acuan mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah Iktiologi.

Adanya buku ajar Iktiologi dapat membantu mahasiswa untuk memahami proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan menambah wawasannya terhadap Iktiologi. Keberadaan buku ajar Iktiologi juga dapat menciptakan interaksi yang lebih intens antara mahasiswa dan dosen sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih efektif. Materi yang tercantum di dalam buku ajar

disesuaikan dengan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah tersebut (Tabel 2).

Tabel 2. Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi

a. Identitas mata kuliah Iktiologi

1. Unit Kerja : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin

2. Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan 3. Nama Mata kuliah : Iktiologi

4. Kode Mata kuliah : 202 L003 5. Semester : Ganjil (III) 6. Prasyarat dari Mata kuliah : Biologi Dasar

7. Nama Dosen : Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Farida G. Sitepu, MS

Prof. Dr. A. Iqbal Burhanuddin, ST, M.Fish.Sc. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA

Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si.

Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si. Ir. Muh. Arifin Dahlan, MS Ir. Suwarni, M.Si.

A. Aliah Hidayani, S.Si., M.Si. 8. Kategori Kompetensi : Utama

(15)

b. Format Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi 1. Kompetensi utama:

a. menguasai ilmu-ilmu dasar mengenai bioekologi perikanan

b. menguasai prinsip-prinsip dasar, potensi, nilai ekonomi, dan masalahan sumberdaya perairan

2. Kompetensi pendukung:

a. mampu membuat evaluasi efek aktivitas manusia dan alam terhadap sumberdaya perairan

b. mampu mengembangkan strategi dan teknologi pengelolaan sumberdaya perairan

3. Kompetensi lainnya:

a. mampu membuat dasar-dasar perencanaan program pengelolaan sumberdaya perairan

b. mampu menerapkan konsep dasar pelestarian dan restorasi fungsi perairan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan secara berkelanjutan (penekanan pada sea ranching).

4. Sasaran Belajar:

Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa memiliki wawasan tentang ikan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan sistematika dan organ ikan

(16)

Minggu

Ke Sasaran Pembelajaran Materi Pembelajaran PembelajaranStrategi Kriteria Penilaian Nilai (%)Bobot 1, 2,

dan 3 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi, ikan, sistematika, nomenklatur / tata nama, kedudukan ikan di dalam dunia hewan, jumlah spesies ikan, distribusi ikan, dan sistematika ikan

- Pengertian iktiologi - Nomenklatur / Tatanama - Kedudukan ikan dalam dunia hewan - Jumlah spesies ikan - Distribusi ikan

- Daerah distribusi ikan di Indonesia - Sistem klasifikasi ikan

Ceramah dan

diskusi Ketepatan dalam menyebutkan ruang lingkup iktiologi, nomenklatur, kedudukan ikan dalam dunia hewan, jumlah spesies ikan di dunia,

pengertian dan teori distribusi, faktor-faktor penghalang distribusi, dan distribusi ikan di Indonesia

20

4 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan

- Bagian-bagian tubuh ikan - Bentuk-bentuk tubuh ikan - Kepala ikan - Badan ikan - Anggota gerak - Ekor ikan Ceramah dan

diskusi Ketepatan dalam menyebutkan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan

10

5 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian morfometrik meristik

- Morfometrik

- Meristik Ceramah dan diskusi Ketepatan dalam menjelaskan pengertian morfometrik meristik 10

6 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara melakukan

identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara

- Identifikasi - Kunci identifikasi - Hirarki taksonomi

Ceramah dan

diskusi Ketepatan dalam menjelaskan cara-cara melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara menyusun hirarki taksonomi

10

(17)

Minggu

Ke Sasaran Pembelajaran Materi Pembelajaran PembelajaranStrategi Kriteria Penilaian Nilai (%)Bobot menyusun hirarki dari

kategori-kategori taksonomi.

7 UJIAN TENGAH SEMESTER

8 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan anatomi dan cara-cara melakukan pengamatan organ dalam ikan (anatomi ikan)

- Istilah-istilah anatomi - Gelembung berenang

Ceramah dan

diskusi Ketepatan dalam menjelaskan pengertian beberapa istilah yang berkaitan dengan anatomi dan cara-cara melakukan pengamatan organ dalam ikan

10

9 Agar mahasiswa mampu mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian

integumen, bagian-bagian dan jenis-jenis sisik pada ikan, serta menunjukkan posisi derivat-derivat kulit lainnya pada tubuh ikan.

- Kulit

- Derivat-derivat kulit - Ikan beracun

Ceramah dan

diskusi Ketepatan dalam mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian integumen, bagian-bagian dan jenis-jenis sisik pada ikan, serta menunjukkan posisi derivat-derivat kulit lainnya pada tubuh ikan.

5

10 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari sebuah urat daging atau otot ikan, letak urat daging, bagian-bagian dari rangka ikan, serta letak dan nama-nama tulang ikan

- Otot

- Sistem rangka Ceramah dan diskusi Ketepatan dalam menjelaskan bagian-bagian dari sebuah urat daging atau otot ikan, letak urat daging, bagian-bagian dari rangka ikan, serta letak dan nama-nama tulang ikan

10

11 Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya, fungsi

- Alat pencernaan

- Sistem pencernaan Ceramah dan diskusi Ketepatan dalam menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya serta fungsi kelenjar pencernaan

5

(18)

Minggu

Ke Sasaran Pembelajaran Materi Pembelajaran PembelajaranStrategi Kriteria Penilaian Nilai (%)Bobot organ-organ pencernaan

beserta modifikasinya, serta fungsi kelenjar pencernaan 12 Agar mahasiswa mampu

memahami dan menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan. - Sistem pencernaan - Organ pernapasan - Alat pernapasan tambahan Ceramah dan

diskusi Ketepatan dalam menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan.

5

13 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan

- Sistem peredaran - darah

- Jantung

Ceramah dan

diskusi Ketepatan dalam menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan

5

14 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina

- Sistem urogenital - Ginjal

- Gonad

Ceramah dan

diskusi Ketepatan dalam menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina

5

15 Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya

- Sistem saraf

- Otak Ceramah dan diskusi Ketepatan dalam menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya

5

16 UJIAN AKHIR SEMESTER

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Dasar. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.

Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London.

Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta.

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

(20)

II. IKAN

A. Sasaran Pembelajaran

1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi, ikan, sistematika, dan nomenklatur/tata nama

2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kedudukan ikan di dalam dunia hewan

3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jumlah spesies ikan 4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan distribusi ikan

B. Pengertian Iktiologi

Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya merupakan cabang dari Ilmu Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan.

Perkataan “iktiologi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu ichthyologia. Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian,

ichthyologi (iktiologi) adalah suatu ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan dengan segala aspek kehidupannya.

Pada Bab I Ketentuan Umum ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1985 tentang Perikanan yang ditetapkan pada tanggal 19 Juni 1985 tercantum pengertian ikan, yaitu: sumber daya ikan adalah semua jenis ikan

termasuk biota perairan lainnya. Tanggal 6 Oktober 2004 ditetapkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Pada Bab I Ketentuan Umum, Bagian Kesatu, Pasal 1 ayat 4 undang-undang ini tercantum pengertian bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengertian yang sama seperti di atas tercantum kembali pada Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang ditetapkan pada tanggal 29 Oktober 2009.

Berdasarkan pengertian yang tercantum di dalam undang-undang di atas, yang dimaksud dengan ikan termasuk spons (filum Porifera), ubur-ubur dan bunga karang (filum Coelenterata), siput, kerang, dan cumi-cumi (filum Moluska), bulubabi, bintang laut, dan teripang (filum Echinodermata), udang, kepiting, dan

(21)

rajungan (filum Crustacea), bahkan penyu (kelas Reptilia), duyung dan paus (kelas Mamalia). Istilah ini sering dikenal sebagai “ikan menurut undang-undang”. Arti yang kedua adalah ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin

(poikilotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan menggunakan insang. Istilah untuk arti yang kedua ini dikenal sebagai “ikan secara taksonomi”.

Kata “sistematika” berasal dari bahasa Latin, yaitu systema. Kata systema biasa digunakan sebagai suatu cara atau sistem untuk mengelompokkan tumbuhan dan binatang. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Carolus Linnaeus pada saat menulis bukunya Systema Naturae pada tahun 1773.

Selain istilah sistematika, juga dikenal istilah “taksonomi” yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 yang dimaksudkan sebagai teori mengklasifikasikan tumbuhan.

Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan di atas, maka sistematika atau taksonomi adalah ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan biota. Saat ini, baik istilah sistematika maupun istilah taksonomi, dipakai saling bergantian dalam bidang klasifikasi tumbuhan dan hewan. Selanjutnya, iktiologi sistematika

dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka.

C. Nomenklatur / Tata-nama

Istilah “nomenklatur” berasal dari bahasa Latin, yaitu nomenklatural, yang berarti pemberian nama/tata-nama/penamaan. Pada umumnya ada tiga macam sistim penamaan yang sering digunakan, yaitu:

1. Valid scientific name atau Scientific name:

adalah nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini merupakan nama yang sah atau diakui.

Selain itu, adapula nama ilmiah lainnya yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama synonym atau nama persamaan untuk suatu jenis ikan.

Contoh:

Scientific name : Carassius auratus auratus (Linnaeus, 1758) Synonym : Carassius auratus cantonensis Tchang, 1933

(22)

Carassius chinensis Gronow, 1854

Carassius discolor Basilewsky, 1855

Scientific name : Sarda sarda (Bloch, 1793)

Synonym : Thynnus brachipterus Cuvier, 1829

Sarda pelamis (Brünnich, 1768)

Scomber palamitus Rafinesque, 1810

2. Standard common name atau Common name:

adalah nama umum yang lazim digunakan untuk nama sesuatu binatang atau ikan. Pada setiap negara biasanya memiliki nama-nama umum untuk sesuatu ikan dan hal ini tergantung kepada bahasa nasional negara tersebut. Namun demikian, nama-nama umum tersebut sering pula berlaku untuk seluruh dunia, terutama jika mempergunakan bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, atau Hawaii.

Contoh:

Scientific name : Thunnus alalunga (Bonnaterre, 1788)

Common name : Albacora (di Argentina, Brasil, Colombia, Cuba, Dominica, Meksiko, Panama, Peru, Portugal, Puerto Rico, Spanyol, Swedia, Uruguay, Venezuela).

Albacore (di Afrika Selatan, Alaska, Amerika Serikat, Barbados, Denmark, Filipina, India, Inggris, Kanada,

Selandia Baru).

Tuna (di Fiji, Malaysia, Namibia, Serbia). Scientific name : Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758

Common name : Common carp (di Australia, Amerika Serikat, Bangladesh, Filipina, Hong Kong, India, Kenya, Malaysia, Meksiko, Namibia, Rwanda, Sri Lanka, Taiwan, Uruguay, Uzbekistan).

Carpe (di Belgia, Perancis, Quebec, Swiss).

Carpa (di Argentina, Brasil, Cili, Portugal, Uruguay).

3. Vernacular name atau Local common name:

adalah nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu binatang atau ikan. Biasanya nama lokal sesuatu binatang di dalam suatu negara sangat

(23)

bervariasi. Keanekaragaman nama lokal ini tergantung kepada banyak tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut.

Contoh:

Nama umum (Indonesia) : ikan mas, karper

Nama local : masmasan, tombro, wangkang (Jawa); kumpai lauk mas, cingkeuk (Bandung); rayo, ameh

(Padang).

Nama umum (Indonesia) : betok

Nama local : betik, krucilan (Jawa); pepeuyeuh, pupuyu (Kalimantan); betrik, boreg (Bandung); puyu-puyu ( Padang); bale balang (Makassar), bale oseng (Bugis).

Sistim penamaan modern telah dirintis oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), dalam karyanya Systema Naturae (edisi sepuluh, 1758). Penamaan ini menggunakan sistim binomial atau sistim nama dengan memakai dua kata. Kata pertama ditujukan untuk nama genus (jamaknya: genera) yang maksudnya untuk menunjukkan sifat umum dari binatang tersebut. Kata ini selalu diawali dengan

huruf kapital atau huruf besar. Misalnya: Atropus, Barbonymus, Channa. Kata kedua ditujukan untuk nama spesies (jamaknya: spesies) yang menunjukkan sifat khusus dari binatang tersebut. Kata kedua ini biasanya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: Atropus atropos, Barbonymus gonionotus, Channa striata.

Dalam perkembangan nomenklatur selanjutnya, sistim binomial mungkin saja berkembang menjadi sistim trinial atau sistim penamaan dengan memakai tiga kata. Kata ketiga di sini menunjukkan nama subspesies atau varietas, karena dalam hal ini didapatkan sifat-sifat yang lebih khusus lagi daripada sifat spesies. Misalnya: Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758 dan Auxis thazard thazard (Lacepede, 1800).

Biasanya di belakang nama ilmiah dari sesuatu ikan, dicantumkan pula nama penemunya. Nama tersebut dikenal sebagai authority name atau descriptor name. Nama author bukanlah merupakan suatu hadiah, melainkan nama orang yang bertanggung jawab atau merupakan keterangan tambahan untuk tempat deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya. Biasanya nama author tersebut tidak disingkat, tetapi ditulis secara lengkap, kecuali bagi nama author yang sudah

(24)

terkenal atau mempunyai ketentuan lain untuk mempermudah penulisan saja. Misalnya: Cyprinus carpio carpio L. atau Cyprinus carpio carpio Linn. yang berasal dari nama Linnaeus; serta Ctenopharyngodon idellus (C.V.) yang merupakan singkatan dari Cuvier dan Valenciennes.

Apabila suatu spesies dipindahkan ke dalam suatu genus yang berbeda dengan genus tempat dia pertama kali ditempatkan, maka nama author yang asli ditulis dalam kurung. Misalnya: Cheilopogon katoptron (Bleeker), Clarias batrachus (L.). Penggunaan kurung juga dipakai bila terdapat seorang author yang

menerangkan satu spesies baru, kemudian menghubungkan pada genus yang salah atau apabila genus yang dimaksud telah dipecah menjadi beberapa genera, sehingga suatu spesies berada dalam genus baru, maka nama author spesies tadi diberi tanda kurung ( ).

Penulisan nama ilmiah ikan yang paling baik adalah jika selain nama ilmiah itu sendiri juga terdapat nama author dan tahun ketika ikan tersebut pertama kali dideskripsi. Misalnya nama ilmiah untuk salah satu spesies ikan terbang adalah

Cypselurus poecilopterus (Valenciennes, 1846). Jika sebuah ikan memiliki nama ilmiah yang sama tetapi berbeda nama author, maka nama author yang mendeskripsikan lebih awal dinyatakan sebagai nama ilmiah (valid scientific

name) sedangkan deskripsi yang belakangan dianggap sebagai synonym (nama persamaan). Sebagai contoh, nama ilmiah ikan kiper yang sah adalah Scatophagus multifasciatus Richardson, 1844, dan nama persamaannya adalah Scatophagus multifasciatus Bleeker, 1855.

Pada bagian belakang dari nama genus atau genera, sering pula ditrulis suatu singkatan: sp., spp., atau n.sp. Singkatan “sp.” artinya jika satu jenis ikan belum diketahui spesiesnya dengan tepat atau analisanya belum lengkap. Arti “spp.” adalah jika ada beberapa jenis ikan yang termasuk dalam satu genus tetapi nama spesiesnya belum diketahui secara lengkap atau analisanya belum lengkap. Seringkali ditemukan pustaka yang mencantumkan nama ikan dan diikuti dengan tulisan “n.gen.” dan “n.sp.”, yang merupakan singkatan dari “new genus” dan “new species”. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk spesies dan genus yang baru. Sebagai contoh misalnya ikan Celestichthys margaritatus n.gen., n.sp. yang ditemukan di Myanmar (Roberts, 2007).

(25)

D. Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan

Dalam dunia hewan (kingdom Animalia) terdapat kira-kira 22 fila, 68 kelas, dan 350 ordo. Menurut Storer dan Usinger (1957), dunia hewan dapat dibedakan atas dua subkingdom, yaitu Protozoa (unicellulair animals) dan Metazoa

(multicellulair animals atau tissue animals).

Subkingdom Metazoa terdiri atas 21 fila, satu di antaranya adalah filum Chordata. Ciri khas filum Chordata antara lain mempunyai chorda dorsalis atau batang penguat tubuh. Filum Chordata dapat dibagi atas dua grup yang meliputi lima subfila, yaitu:

Grup A. Acrania

Subfilum: Hemichordata

Subfilum: Urochordata (Tunicata) Kelas: Larvacea / Appendicularia

Kelas: Ascidiacea

Kelas: Thaliacea

Subfilum: Cephalochordata Grup B. Craniata atau Vertebrata

Subfilum: Agnatha (vertebrata tanpa rahang) Kelas: Ostracodermi (sudah punah)

Kelas: Cyclostomata / Marsipobranchii / Monorhina

(Lamprey dan hagfishes)

Subfilum: Gnathostomata (vertebrata yang berahang) Superkelas: Pisces

Kelas: Placodermi (sudah punah)

Kelas: Chondrichthyes (ikan bertulang rawan) Kelas: Osteichthyes (ikan bertulang sejati) Superkelas: Tetrapoda

Kelas: Amphibia

Kelas: Reptilia

Kelas: Aves

Kelas: Mammalia

Recce et al. (2011) menyatakan bahwa saat ini telah diketahui sekitar 1,3 juta spesies yang termasuk ke dalam 23 fila. Fila tersebut adalah: Porifera (5500

(26)

spesies), Placozoa (1 spesies), Cnidaria (10 000 spesies), Ctenophora (100 spesies), Acoela (400 spesies), Platyhelminthes (20 000 spesies), Rotifera (1800 spesies), Ectoprocta (4500 spesies), Brachiopoda (335 spesies), Acanthocephala (1100 spesies), Cycliophora (1 spesies), Nemertea (900 spesies), Annelida (16 500 spesies), Moluska (93 000 spesies), Loricifera (10 spesies), Priapula (16 spesies), Onychophora (110 spesies), Tardigrada (800 spesies), Nematoda (25 000 spesies), Arthropoda (1 000 000 spesies), Echinodermata (7000 spesies),

Hemichordata (85 spesies), dan Chordata (52 000 spesies), Secara filogeni berdasarkan data molekuler, Recce et al. (2011), membedakan filum Chordata atas: Cephalochordata (lancelets), Urochordata (tunicata), Myxini (hagfishes), Petromyzontida (lamprey), Chondrichthyes (ikan bertulang rawan), Actinopterygii (ikan bersirip sejati), Actinistia (coelacanth), Dipnoi (lungfishes), Amphibia, Reptilia (termasuk burung), dan Mammalia.

Klasifikasi dunia hewan yang lain dikemukakan oleh Raven et al. (2011) dan membagi dunia hewan ke dalam 22 fila. Fila tersebut adalah: Porifera, Cnidaria, Ctenophora, Acoela, Micrognathozoa, Rotifera, Cycliophora, Platyhelminthes, Brachiopoda, Bryozoa (Ectoprocta), Annelida, Moluska, Nemertea, Loricifera, Kinorhyncha, Nematoda, Tardigrada, Arthropoda, Onychophora, Chaetognatha, Echinodermata, dan Chordata, Di dalam klasifikasi ini, filum Chordata dibedakan atas tiga subfila, yaitu Urochordata, Cephalochordata, dan Vertebrata. Selanjutnya, subfilum Vertebrata terdiri atas: Myxini (hagfishes, 30 spesies), Cephalaspidomorphy (lamprey, 35 spesies), Chondrichthyes (cartilaginous fishes, 750 spesies), Actinopterygii (ray-finned fishes, 30 000 spesies), Sarcopterygii (lobe-finned fishes, 8 spesies), Amphibia, Mammalia, Testudines, Lepidosauria, Crocodilia, dan Aves.

E. Jumlah Spesies Ikan

Jumlah spesies/jenis ikan adalah yang terbanyak jika dibandingkan dengan jumlah spesies hewan vertebrata lainnya. Menurut Lagler et al. (1977), jumlah spesies ikan yang telah diberi nama diperkirakan sekitar 15 000 – 17 000 jenis, dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut Lagler et al. (1977) dari lima kelas Vertebrata adalah sebagai berikut (Gambar 1): Pisces 20 000 spesies (48,1%), Aves 8600 spesies (20,7%), Reptilia 6000 spesies (14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%).

(27)

(28)

Menurut taksiran Nelson (1976), Pisces terbagi atas 46 ordo, 450 famili, 4032 genera, dan 18 818 spesies (6851 di antaranya merupakan spesies air tawar). Ordo-ordo yang seluruhnya hidup di air tawar, antara lain: Amiiformes, Ceratodiformes, Cypriniformes, Indostomiformes, Semionotiformes, Lepidosireni- formes, Osteoglossiformes, Percopsiformes, Polypteryformes, dan Mormyri- formes. Jumlah spesies ikan tersebut meningkat terus seiring dengan pertambahan waktu, yaitu menjadi 21 723 spesies dalam 445 famili (Nelson, 1984), 24 618 spesies dalam 482 famili (Nelson, 1994). Klasifikasi yang terakhir (Nelson, 2006) menunjukkan saat ini terdapat 27 977 spesies yang termasuk dalam 62 ordo dan 515 famili (Tabel 3). Jumlah spesies Vertebrata yang telah diketahui saat ini adalah 54 771 spesies dan jumlah spesies ikan yang dikemukakan oleh Nelson (2006) jauh lebih banyak dibandingkan jumlah spesies

gabungan Vertebrata lainnya (Tetrapoda), yaitu 27 977 spesies berbanding 26 734 spesies.

Tabel 3. Distribusi jumlah spesies ikan berdasarkan ordo, famili dan genera (Nelson, 2006)

(29)
(30)

Di antara 515 famili tersebut di atas, terdapat 9 famili yang memiliki jumlah spesies lebih dari 400, dengan jumlah total seluruhnya mencapai 9302 spesies atau sekitar 33% dari seluruh spesies ikan. Sekitar 66% dari spesies tersebut (6106 spesies) merupakan spesies air tawar. Kesembilan famili tersebut adalah Cyprinidae, Gobiidae, Cichlidae, Characidae, Loricariidae, Balitoridae, Serranidae, Labridae, dan Scorpaenidae. Lebih lanjut pada klasifikasi yang terakhir terdapat 64 famili yang hanya memiliki satu spesies, 33 famili yang memiliki dua spesies, dan 67 famili yang memiliki 100 spesies atau lebih, bahkan tiga famili di antaranya memiliki lebih dari 1000 spesies.

Ikan terkecil yang pernah diketemukan adalah Paedocypris progenetica

Kottelat, Britz, Tan & Witte, 2006. Ikan ini termasuk kerabat ikan mas, hidup di perairan rawa gambut Sumatera. Panjang maksimum ikan jantan 9,8 mm dan ikan betina 10,3 mm. Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 7,9 mm (Kottelat et al., 2006). Ikan Photocorynus spiniceps Regan, 1925 merupakan anggota dari subordo Ceratoidei yang hidup di laut dalam. Ikan jantan matang kelamin memiliki panjang tubuh 6,2 mm dan hidup parasit pada ikan betina yang memiliki panjang tubuh 46 mm (Pietsch, 2005). Ikan Schindleria brevipinguis Watson & Walker, 2004 merupakan kerabat ikan gobi yang hanya ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Gambar 2). Ikan betina matang kelamin pada ukuran panjang 7 – 8 mm, sedangkan yang jantan pada ukuran 6,5 – 7 mm. Spesimen terbesar yang pernah ditemukan memiliki panjang tubuh 8,4 mm (Watson dan Walker, 2004). Ikan terbesar yang pernah didapatkan adalah ikan cucut Rhincodon typus Simth, 1828 (whale shark) yang mempunyai ukuran panjang tubuh sampai mencapai 20 m dan bobot tubuh 34 000 kg (Rohner et al., 2011). Ikan bertulang sejati terbesar adalah Mola mola (Linnaeus, 1758) atau ocean sunfish yang memiliki panjang tubuh 3,3 m dan bobot tubuh 2300 kg (Summers, 2007).

F. Distribusi Ikan

Distribusi adalah suatu peristiwa penyebaran organisme pada suatu tempat dan pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan Usinger (1957) membedakan distribusi binatang sebagai berikut: distribusi geografis, distribusi ekologis, dan distribusi geologis.

(31)

Gambar 2. Ikan Schindleria brevipinguis, kerabat ikan gobi berukuran kecil yang ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Watson & Walker, 2004)

(32)

1. Distribusi geografis:

adalah distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut diketemukan. Berdasarkan distribusi geografis, Bond (1979) menyatakan ada enam daerah distribusi hewan atau zoogeographic realms (Gambar 3), yaitu:

a. Australian: meliputi Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan beberapa pulau di Samudera Atlantik.

b. Oriental: meliputi Asia Selatan dari Himalaya, antara lain India, Srilanka, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Filipina.

c. Neotropical: meliputi daerah Amerika Selatan dan Amerika Tengah, Dataran Mexico, dan Hindia Barat.

d. Ethiopian: meliputi Afrika, termasuk Gurun Pasir Sahara, Madagaskar, dan pulau-pulau di sekitarnya.

e. Nearctic: meliputi daerah Amerika Utara, Dataran Tinggi Mexico sampai ke Greenland.

f. Palearctic: meliputi daerah Eurasia menuju ke Selatan sampai ke Himalaya, Afghanistan, Persia, dan Afrika bagian Utara Gurun Sahara.

2. Distribusi ekologis:

adalah persebaran spesies hewan yang berhubungan dengan keadan lingkungan (habitat) di mana mereka berada. Secara ekologis, distribusi hewan tersebut dapat digolongkan antara lain: habitat air laut, air tawar, hutan, padang rumput, dan padang pasir. Berkaitan dengan hal ini, ikan termasuk hewan air, sehingga distribusi ekologisnya terbatas pada air, baik air tawar maupun air laut.

3. Distribusi geologis:

merupakan distribusi suatu spesies organisme yang berhubungan dengan waktu atau zaman dan periode umur bumi di mana spesies hewan itu diketemukan. Pembagian zaman dan periode umur bumi secara geologis dapat dilihat pada Tabel 4.

(33)
(34)

Tabel 4. Periode zaman dan umur bumi (Storer dan Usinger, 1957)

Ikan yang pertama kali hadir di atas permukaan bumi dan diperkirakan hidup pada zaman Paleozoic periode Ordovician (kira-kira 400 juta tahun yang lalu) adalah ikan Ostracodermis. Spesies ikan yang ada sekarang ini terdapat sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977).

G. Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia

Jumlah spesies ikan yang mendiami perairan di Indonesia diperkirakan kurang lebih 6000 spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian Wallace (dalam karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan de Beaufort, serta hasil penelitian zoogeografi Molengraff dan Weber (1919), daerah distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat)

Paparan Sunda merupakan bagian dari benua Asia pada zaman dahulu (Gambar 4). Hal ini menyebabkan ikan-ikan yang terdapat di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, sangat mirip dengan ikan yang berasal dari daerah-daerah di daratan Asia bagian tenggara.

(35)

Gambar 4. Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan

Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)

(36)

Ikan air tawar yang terdapat di rawa-rawa, sungai-sungai, dan danau-danau, di ketiga pulau tersebut, kira-kira sebanyak 500 spesies. Pada umumnya perairan di ketiga pulau tersebut dihuni oleh jenis-jenis ikan karnivor dan omnivor, serta hanya sedikit sekali ikan herbivor.

Contoh ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais

(Kryptopterus spp.), gabus (Channa spp.), jambal (Wallago spp.), patin (Pangasius spp.), dan belida (Notopterus spp.). Perairan sungai dataran rendah antara lain dihuni oleh: nilem (Osteochillus spp.), jelawat

(Leptobarbus spp.), dan hampal (Hampala spp.). Sebaliknya, ikan-ikan penghuni daerah rawa-rawa antara lain: sepat (Trichogaster spp.), tambakan (Helostoma spp.), dan betok (Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungai- sungai dan danau-danau di daerah dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m) antara lain adalah ikan arengan (Labeo spp.) dan ikan sengkaring

(Labeobarbus spp.), namun ikan-ikan ini tidak suka hidup bersama dengan

jenis-jenis ikan lainnya.

2. Ikan-ikan daerah Wallacea

Daerah Wallacea meliputi daerah Nusa Tenggara dan Sulawesi. Spesies ikan air tawar tidak terlalu banyak dan juga tidak terdapat ikan-ikan herbivor dan ikan-ikan pemakan epifit (famili Cyprinidae), demikian juga ikan-ikan karnivor dari famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla

spp.), jenis betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae).

3. Ikan-ikan daerah Paparan Sahul (Sahulplat)

Spesies ikan belum banyak diketahui karena belum begitu banyak penelitian yang dilakukan di daerah ini. Spesies ikan yang diketahui di daerah ini berdasarkan hasil penelitian Hardenberg pada tahun 1950, dan hanya terbatas pada daerah pesisir Irian Jaya, sebagian besar termasuk dalam famili Gobiidae dan Siluridae

Walaupun berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut di atas diketahui bahwa ketiga daerah tersebut masing-masing mempunyai penghuni yang khas, akan tetapi pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja

(37)

terjadi. Hal ini terjadi karena adanya campur tangan manusia atau oleh faktor distribusi lainnya.

H. Sistem Klasifikasi Ikan

Saat ini telah banyak dipublikasikan sistem klasifikasi ikan. Sistem-sistem klasifikasi tersebut memiliki perbedaan dan persamaan antara satu dan yang lainnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan kedudukan hirarki berbagai kategori, perbedaan perincian di dalam kategori yang sama, perbedaan ciri-ciri dalam penentuan dasar penamaan, dan perbedaan penggolongan di dalam kategori (Sjafei et al., 1989).

Setiap sistem klasifikasi ikan yang telah dikemukakan oleh seorang ahli sistematika biasanya memiliki pengikut. Pengikut-pengikut tersebut tidak saja berasal dari kawasan yang sama dengan ahli tersebut, tetapi juga berasal dari kawasan lain. Di Indonesia dan wilayah-wilayah lainnya di kawasan Indo Pasifik, sistem klasifikasi ikan yang sering digunakan adalah sistem Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weeber dan de Beaufort. Beberapa sistem klasifikasi ikan yang pernah digunakan antara lain yaitu:

1. Sistem Boulenger, digunakan di Inggris dan bekas jajahannya, selain penggunaan sistem J. R. Norman.

2. Sistem Schultz, digunakan di Jerman dan bekas jajahannya, selain penggunaan sistem Bleeker.

3. Sistem H. H. Newman, digunakan di Amerika, selain penggunaan sistem D. S. Berg dan sistem Jordan.

4. Sistem Bleeker, digunakan di Belanda, Belgia, Perancis, dan bekas jajahannya.

5. Sistem Ian S. R. Munro, digunakan di Sri Lanka, merupakan modifikasi sistem L. S. Berg.

6. Sistem Chote Suvatti, digunakan di Thailand. 7. Sistem Nikolsky, digunakan di Rusia.

Perbedaan jumlah hirarki kategori pada beberapa sistem klasifikasi ikan yang pernah digunakan dapat dilihat dalam publikasi Berg (1965), Lagler et al. (1977), Saanin (1984), dan Sjafei et al. (1989). Berikut ini diberikan sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weber dan de Beuafort seperti

(38)

tercantum dalam Saanin (1986) dan sistem klasifikasi Lagler et al. (1977). Di dalam penulisan berikut ini, nama ordo diurut berdasarkan abjad.

1. Sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi

Kelas Pisces Subkelas Elasmobranchii Ordo Hatoidei Ordo Selachii Subkelas Chondrostei Subkelas Dipnoi Subkelas Teleostei Ordo Allotriognathi Ordo Anacanthini Ordo Apodes Ordo Berycomorphi Ordo Blennoidea Ordo Discocephali Ordo Gobioidea Ordo Heteromi Ordo Heterosomata Ordo Hypostomides Ordo Labyrinthici Ordo Malacopterygii Ordo Microcyprini Ordo Myctophoidea Ordo Ophistomi Ordo Ostariophysi Ordo Pediculati Ordo Percesoces Ordo Percomorphi Ordo Plectognathi Ordo Scleroparei Ordo Solenichthys Ordo Synbranchoidea 27

(39)

Ordo Sypnentognathi

Ordo Xenopterygii

2. Sistem klasifikasi Lagler et al.

Golongan Agnatha (tidak memiliki rahang bawah) Kelas Cephalaspidomorphi

Subkelas Cyclostomata

Ordo Myxiniformes

Ordo Petromyzontiformes

Golongan Gnathostomata (memiliki rahang bawah) Kelas Chondrichthyes

Subkelas Holocephali

Ordo Chimaeriformes

Subkelas Elasmobranchii (Selachii)

Ordo Heterodontiformes

Ordo Hexanchiformes

Ordo Pristiophoriformes

Ordo Rajiformes (Batoidei)

Ordo Squaliformes Kelas Osteichthyes Subkelas Crossopterygii Ordo Coelacanthiformes Subkelas Dipnoi Ordo Dipteriformes Subkelas Actinopterygii Ordo Acipenceriformes Ordo Amiiformes Ordo Anguilliformes Ordo Beloniformes Ordo Beryciformes Ordo Cetomiformes Ordo Clupeiformes

Ordo Cypriniformes (Ostariophysi) Ordo Cyprinodontiformes

(40)

Ordo Dactylopteryformes

Ordo Elopiformes

Ordo Gadiformes (Anacanthini)

Ordo Gasterosteiformes Ordo Gobiesociformes Ordo Gonarynchiformes Ordo Lampridiformes Ordo Lepisosteiformes Ordo Lophiiformes Ordo Mastacembeliformes Ordo Mugiliformes Ordo Myctophiformes

Ordo Notacanthiformes (Heteromi)

Ordo Osteoglossiformes

Ordo Pegasiformes

Ordo Perciformes

Ordo Percopsiformes (Salmopercae)

Ordo Pleuronectiformes Ordo Polypteriformes Ordo Salmoniformes Ordo Scorpaeniformes Ordo Synbranchiformes Ordo Tetraodontiformes Ordo Zeiformes I. Soal-soal Latihan

Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10 menit tugas berikut ini.

1. Carilah deskripsi ikan-ikan yang berasal dari perairan Indonesia sepuluh tahun terakhir ini.

2. Apa sebabnya ikan-ikan yang berada di perairan sebelah timur Indonesia agak mirip dengan ikan-ikan yang berada di wilayah Australia?

(41)

J. Daftar Pustaka

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.

Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater

Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.

Kottelat, M., Britz, R., Hui, T.H., and Witte, K.-E., 2006, Paedocypris, a new genus

of Southeast Asian cyprinid fish with a remarkable sexual dimorphism, comprises the world’s smallest vertebrate, Proceedings of the Royal Society of London B 273, 895-899;

Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. Wiley-Interscience, New York. 416 p.

Nelson, J.S. 1984. Fishes of the World. Second edition. John Wiley and Sons, New York. 523 p.

Nelson, J.S. 1994. Fishes of the World. Third edition. John Wiley and Sons, New York. 600 p.

Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. 601 p.

Pietsch, T.W., 2005, Dimorphism, parasitism, and sex revisited: modes of reproduction among deep-sea ceratioid anglerfishes (Teleostei: Lophiiformes), Ichthyological Research 52, 207-236;

Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Raven, P.H., G.B. Johnson, K.A. Mason, J.B. Losos, and S.R. Singer. 2011. Biology. Ninth edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York. 1406 p.

(42)

Recce, J.A., L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, and R.B. Jackson. 2011. Campbell Biology. Ninth edition. Benjamin Cummings, Boston. 1472 p.

Roberts, T.R. 2007. The “celestial pearl danio”, a new genus and species of colorful minute cyprinid fish from Myanmar (Pisces: Cypriniformes). The Raffles Bulletin of Zoology 55(1): 131-140.

Rohner, C.A., Richardson, A.J., Marshall, A.D., Weeks, S.J., and Pierce, S.J., 2011, How large is the world’s largest fish? Measuring whale sharks, Rhyncodon typus, with laser photogrammetry, Journal of Fish Biology 78: 378-385.

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran

Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Storer, T.J. and R.L. Usinger. 1957. General Zoology. McGraw Hill Book Company, Inc., New York.

Summers, A., March 2007, No bones about ‘em. Natural History 116(2): 36-37.

Watson, W., and Walker, H.J. Jr., 2004, The world’s smallest vertebrate,

Schindleria brevipinguis, a new paedomorphic species in the family Schindleriidae (Perciformes: Gobioidei), Records of the Australian Museum

56: 139-142

(43)

III. MORFOLOGI IKAN

A. Sasaran Pembelajaran

1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian tubuh ikan

2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bentuk-bentuk tubuh ikan

3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian kepala ikan

4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagan badan ikan

5. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan anggota gerak pada ikan

6. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian ekor ikan

B. Bagian-bagian Tubuh Ikan

Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian (Gambar 5), yaitu:

1. Caput: bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang.

Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya.

2. Truncus: bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip dubur.

Pada bagian badan terdapat sirip punggung, sirip dada, sirip perut, serta organ-organ dalam seperti hati, empedu, lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.

3. Cauda: bagian ekor, yaitu mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang.

Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor, dan kadang-kadang juga terdapat scute dan finlet.

Bagian tubuh ikan mempunyai ukuran yang sangat bervariasi. Ukuran bagian badan pada ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) sangat

(44)

(45)

pendek, sirip dubur sangat panjang, dan permulaan sirip dubur tidak jauh dari bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut sangat panjang.

C. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan

Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah

(Cynoglossus bilineatus (Lacepède, 1802)).

Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas (Gambar 6):

1. Fusiform atau bentuk torpedo (bentuk cerutu), yaitu suatu bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium tanpa mengalami

banyak hambatan. Tinggi tubuh hampir sama dengan lebar tubuh, sedangkan panjang tubuh beberapa kali tinggi tubuh. Bentuk tubuh hampir

meruncing pada kedua bagian ujung.

Contoh: Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) kembung lelaki Euthynnus affinis (Cantor, 1849) tongkol

Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) cakalang

2. Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi

badan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tebal ke samping (lebar tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh.

Contoh: Gerres filamentous Cuvier, 1829 kapas-kapas Gazza minuta (Bloch, 1795) peperek bondolan Parastromateus niger (Bloch, 1795) bawal hitam

3. Depressed atau picak, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke bawah. Tinggi badan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan tebal ke arah samping badan (lebar tubuh).

Contoh: Rhynchobatus djiddensis (Forsskål, 1775) pare kekeh Himantura uarnak (Gmelin, 1789) pare totol Pastinachus sephen (Forsskål, 1775) pare kelapa

(46)

Gambar 6. Bentuk-bentuk tubuh ikan. A. Fusiform; B. Compressed; C. Depressed; D. Anguilliform; E. Filiform; F. Taeniform; G. Sagittiform; H. Globiform (Bond, 1979)

(47)

4. Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis.

Contoh: Anguilla celebesensis Kaup, 1856 sidat Monopterus albus (Zuiew, 1793) belut Plotosus canius Hamilton, 1822 sembilang 5. Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali.

Contoh: Pseudophallus straksii (Jordan & Cuvier, 1895) pipefish Nemichthys scolopaceus Richardson, 1848 snipe eel

6. Taeniform atau flatted-form atau bentuk pita, yaitu bentuk tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita.

Contoh: Trichiurus brevis Wang & You, 1992 ikan layur Pholis laeta (Cope, 1873)

7. Sagittiform atau bentuk panah, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai anak panah.

Contoh: Esox lucius Linnaeus, 1758 pike

8. Globiform atau bentuk bola, yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola. Contoh: Diodon histrix Linnaeus, 1758 buntal landak

Cyclopterus lumpus Linnaeus, 1758 lumpfish

9. Ostraciform atau bentuk kotak, yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai kotak.

Contoh: Tetraodon baileyi Sontirat, 1989 hairy puffer

Lagocephalus sceleratus (Gmelin, 1789) toadfish

Tidak semua ikan mempunyai bentuk tubuh sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda,

misalnya pada ikan Eurypegasus draconis (Linnaeus, 1766) dari famili Pegasidae, ikan sapi Acanthostracion quadriformis (Linnaeus, 1758)(famili Ostraciidae), ikan tangkur kuda Hippocampus kuda Bleeker, 1852 (famili Syngnathidae)(Gambar 7).

Bentuk tubuh ikan Ictalurus punctatus (Rafinesque, 1818) dari famili Ictaluridae dan golongan lele Clarias batrachus (Linnaeus, 1758) merupakan kombinasi dari beberapa bentuk tubuh, yaitu bagian kepala berbentuk picak, bagian badan berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk pipih (Gambar 7-C).

(48)

Gambar 7. Bentuk-bentuk tubuh kombinasi. A. Famili Pegasidae; B. Famili

Ostraciidae; C. Famili Ictaluridae; D. Famili Syngnathidae (ikan Tangkur kuda)(Bond, 1979)

(49)

D. Kepala Ikan

Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Bagian- bagian pada kepala ikan yang penting adalah:

1. Tulang-tulang tambahan tutup insang.

Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang (Gambar 8) terdiri dari:

- Os operculare, berupa tulang yang paling besar dan letaknya paling dorsal.

- Os preoperculare, berupa tulang sempit yang melengkung seperti sabit dan terletak di depan sekali.

- Os interoperculare, juga merupakan tulang yang sempit dan terletak di antara os operculare dan os preoperculare.

- Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.

Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang menutupi tulang-tulang di atasnya, disebut membrana branchiostega. Membrana ini diperkuat oleh radii branchiostega yaitu berupa tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx.

2. Bentuk mulut.

Ada berbagai macam bentuk mulut ikan dan hal tersebut berkaitan erat dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan dapat dibedakan

atas (Gambar 9):

- Bentuk tabung (tube like), misalnya pada ikan tangkur kuda (Hippocampus histrix Kaup, 1856)

- Bentuk paruh (beak like), misalnya pada ikan julung-julung

(Hemirhamphus far (Forsskål, 1775))

- Bentuk gergaji (saw like) misalnya pada ikan cucut gergaji (Pristis microdon Latham, 1794)

- Bentuk terompet, misalnya pada Campylomormyrus elephas (Boulenger, 1898)

Berdasarkan dapat tidaknya mulut ikan tersebut disembulkan, maka bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 10):

(50)

Gambar 8. Tulang-tulang tambahan tutup insang (Andy Omar, 1987)

Gambar 9. Bentuk-bentuk mulut (Afandi et al., 1992)

(51)

Gambar 10. Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan (Affandi et al., 1992)

Gambar

Gambar 1.  Persentase komposisi spesies Vertebrata (Lagler et al., 1977)
Gambar  2.  Ikan  Schindleria  brevipinguis,  kerabat  ikan  gobi  berukuran  kecil  yang                        ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Watson & Walker, 2004)
Gambar  4.  Wilayah  distribusi  ikan-ikan  di  Indonesia,  terdiri  atas  daerah  paparan
Gambar 5.  Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi (Bond, 1979)
+7

Referensi

Dokumen terkait