• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Rangka

Dalam dokumen Sharifuddin Bin .pdf (Halaman 120-127)

Yang termasuk ke dalam sistem rangka antara lain tulang belakang, tulang sejati, tulang rawan, jaringan pengikat (connective tissue), sisik-sisik, komponenkomponen

gigi, jari-jari sirip, dan penyokong sel pada sistem saraf. Rangka merupakan struktur yang berfungsi sebagai penyokong tegaknya tubuh dan dapat

dibedakan atas:

- rangka luar (exoskeleton), berupa sisik (squama)

- rangka dalam (endoskeleton), berupa tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh ikan

Tulang banyak mengandung garam kalsium, fosfor, magnesium, dan sebagainya. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes), tulang yang keras

sebenarnya berasal dari tulang rawan. Proses pembentukan tulang dari tulang rawan menjadi tulang sejati disebut osifikasi.

Rangka pada ikan mempunyai fungsi antara lain: - memberi bentuk kepada tubuh

- sebagai penunjang tubuh

- melindungi bagian tubuh sebelah dalam, seperti otak, jantung, hati, alat pencernaan, dan lain-lain

- menghasilkan garam kalsium - sebagai alat gerak pasif

- sebagai salah satu tempat pembuatan darah

- berfungsi sebagai alat penyalur sperma pada beberapa jenis ikan tertentu

Berdasarkan jenisnya, rangka tulang dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu:

- osteum (tulang sejati, tulang benar), yaitu tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Osteichthyes

- cartilago (tulang rawan), yaitu tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Chondrichthyes dan juga ikan Osteichthyes yang masih muda Berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dapat dibedakan atas:

- rangka axial, terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, dan tulang rusuk

- rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya

- rangka appendicular, yaitu rangka anggota badan, seperti jari-jari sirip dan tulang-tulang penyokongnya.

Untuk mengamati rangka ikan secara umum, terlebih dahulu harus dibuat preparat tulang. Preparat tulang dibuat dari ikan yang berukuran cukup besar sehingga memudahkan dalam pembuatannya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk membuat preparat tulang, yaitu:

a. Cara fisik

Ikan Teleostei yang agak besar (misalnya ikan cakalang) dibersihkan, termasuk sisik-sisik ikan tersebut jika ada. Setelah bersih, siramlah ikan itu dengan air panas secara perlahan-lahan agar diperoleh rangka yang bagus dan tidak rapuh. Otot-otot yang terdapat pada tubuh ikan dibersihkan dengan menggunakan pinset dan pisau. Jika masih ada otot-otot yang tersisa melekat pada tulang, dibersihkan dengan menggunakan sikat. Agar otot-otot yang tersisa tidak mengalami pembusukan maka rangka tersebut dicelupkan ke dalam larutan formalin selama 5 – 7 jam. Diusahakan agar pada saat merendam rangka tersebut keadaan preparat dalam keadaan lurus seperti sebelum diberikan perlakuan. Rangka hasil pengawetan tersebut dijemur di bawah sinar matahari selama 5 – 7 hari sambil dibersihkan jika masih ada otot-otot kecil yang melekat. Jika ada potongan-potongan tulang yang terlepas selama proses penyikatan/penjemuran maka potongan tersebut ditempel pada tempatnya semula dengan menggunakan perekat. Preparat yang sudah selesai sebaiknya disimpan di dalam kotak agar tidak terganggu.

b. Cara kimiawi

Ikan yang sudah bersih dan tidak bersisik lagi direbus selama 3 – 5 menit dalam panci yang berukuran besar agar posisi ikan tersebut tidak bengkok. Setelah direbus, ikan tersebut direndam dalam larutan NaOH 4% selama 8 – 12 jam sampai daging ikan tersebut mudah dikelupas. Jika masih sulit terkelupas, ikan tersebut direndam kembali ke dalam larutan NaOH yang lebih encer. Setelah otot-otot ikan tersebut terkelupas, rangka preparat disimpan pada wadah yang aman.

c. Cara biologis

Pembuatan rangka ikan secara biologis dilakukan dengan membiarkan ikan membusuk secara alami sehingga otot-ototnya habis dimakan oleh binatangbinatang

kecil. Ikan sampel yang akan diambil rangkanya ditanam ke dalam tanah agar bau busuk tidak menyebar. Setelah satu minggu, preparat tersebut diamati

apakah otot-ototnya telah mengalami pembusukan atau belum. Jika proses

pembusukan berjalan sempurna maka yang tersisa hanyalah tulang-belulangnya. Untuk pembersihan selanjutnya digunakan sikat. Agar rangka tersebut aman,

preparat tersebut disimpan di dalam kotak, diikat atau direkat supaya tidak bergerak-gerak.

Secara umum untuk mengamati sistem rangka maka dapat dibedakan atas rangka secara umum (Gambar 47), tulang-tulang tengkorak (Gambar 48, 49, 50, dan 51), dan tulang belakang atau vertebra (Gambar 52).

D. Soal-soal Latihan

Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10 menit tentang mekanisme pergerakan otot ikan pada saat berenang dan mengapa otot disebut alat gerak pasif dan tulang disebut alat gerak aktif?

E. Daftar Pustaka

Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.

Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Gambar 47. Rangka ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)

Gambar 50. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral (Chiasson, 1980)

Gambar 52. Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan (Andy Omar, 1987)

Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa.

Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

IX. SISTEM PENCERNAAN

A. Sasaran Pembelajaran

1. Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya

2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya.

3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi kelenjar pencernaan

Dalam dokumen Sharifuddin Bin .pdf (Halaman 120-127)

Dokumen terkait