EMD2 - Pc2
Tutorial A11
Tutorial A11
Tutorial A11
Tutorial A11
Skenario
Anak laki-laki usia 8 tahun, BB 25 Kg (sebelum sakit), pada pukul 21.00 dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan muntah dan mencret yang dialami sejak 12 jam yang lalu (pukul 09.00 pagi di hari yg sama), frekuensi muntah lebih dari 7x dan mencret > 8x. Menurut keterangan ibunya tadi pagi anakya sekolah dalam keadaan yg baik, tidak ada keluhan, saat istirahat sekolah anaknya beserta temen-teman jajan makanan cemilan dalam kemasan. Setelah memakan jajanan anak- anak merasa mual, tidak sedikit yg muntah tetapi mash baik kondisinya (menurut keterangan guru). Saat siang pulang sekolah sang anak muntah-muntah diikuti diare, sakit perut. Setelah itu sang anak menolak untuk makan dan minum apapun. Pada hari dibawa ke rumah sakit anak tampak lemah, tidak ada air mata, tangan dan kaki dingin serta buang air keil terakhir yang tidak jelas kapan.
Pemeriksaan Fisik di IGD:
Berat badan 23 kg, Suhu rectal 38.9° C Kesadaran: Apatis Kepala: Mata cekung, mukosa bibir kering
Leher: dalam batas normal
Dada: dijumpai retraksi, frekuensi napas 60 kali/menit, cepat dan dalam, ronchi tidak dijumpai, frekuensi jantung : 170 kali/menit, regular, tidak dijumpai desah
Abdomen: Supel, turgor kembali sangat lambat, hepar dan lien tidak teraba, peristaltik (+) meningkat
Ekstremitas: Akral dingin, Nadi tidak teraba, capillary refill time > 2 detik, mottled +/+
Skenario
Pasien diberikan oksigen nasal 1l/menit Pada anak dipasang jalur Intravena
Segera diberikan Cairan RL 500 cc secara intravena.
Dilakukan pemasangan kateter urin.
Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 12g/dL, Hematokrit: 40%, Lekosit: 13.000/mm3, Trombosit: 165.000/mm3, fungsi hati dan fungsi ginjal normal. Hasil analisis gas darah: pH:
7,23, pO2: 100, pCO2: 15, HCO3: 18, BE: -15, elektrolit Natrium: 132 Meq/L, Kalium: 2,8 Meq/L, Chlorida 100 Meq/L, Kadar Gula Darah: 30 mg/dL
Skenario
Diberikan bolus Dextrose 10% sebanyak 115 ml secara cepat.
Setelah pemberian RL 500 cc selama 30-45 menit, dijumpai perbaikan klinis, pols teraba lemah, frekuensi nadi 155x per menit, akral mula hangat, urin keluar < 1 cc/kgBB/jam. Anak masih tampak letargis, Turgor kulit mash kembali sangat lambat, diare mash berjalan
Hasil pemeriksaan Kadar Gula Darah 30 menit setelah bolus Dextrose 10% : 80 mg/dL
Skenario
Penegakan Diagnosis Kegawatdaruratan
Pada Anak
Akbar
Triage Awal
Segera dilakukan saat pasien tiba di IGD
Tentukan apakah emergensi-urgensi-nonurgensi Emergensi :
Sign of severe dehydration in a child with diarrhoea Loss of conciousness
Sign of shock
Absent breathing
WHO. 2013. Pocket book of hospital care for children: Second edition. Guidelines for the management of common childhood illnesses
Penilaian ABCDE
A-Airway → Pastikan jalan napas terbuka (cari jika ada obstruksi) B-Breathing → Cukupkan ventilasi & oksigenasi
C-Circulation → Pastikan perfusi adekuat D-Disability → Nilai status neurologis (GCS)
E-Exposure → Cari sumber masalah sistemik (dehidrasi, demam, trauma)
WHO. 2013. Pocket book of hospital care for children: Second edition. Guidelines for the management of common childhood illnesses
Anamnesis Fokus
S-Symptoms → Gejala utama A-Allergies
M-Mediacation → Pengobatan yang sedang digunakan/dijalankan P-Past medical history
L-Last meal/urination/defecation
E-Events before onset → Kejadian sebelum terjadi emergensi
WHO. 2013. Pocket book of hospital care for children: Second edition. Guidelines for the management of common childhood illnesses
Pemeriksaan
GCS : letargis (12-13)
Tanda dehidrasi berat :
Turgor sangat lambat Mata cekung
Mukosa bibir kering (-) air mata
Laboratorium :
GDS 30 mg/dl → hipoglikemi berat AGD → Asidosis metabolik
Elektrolit → hiponatremia, hipokalemia
Leukosit 13.000 → infeksi akut Urin tidak jelas → penurunan perfusi ginjal
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
WHO. 2013. Pocket book of hospital care for children: Second edition. Guidelines for the management of common childhood illnesses
WHO. 2013. Pocket book of hospital care for children: Second edition. Guidelines for the management of common childhood illnesses
WHO. 2013. Pocket book of hospital care for children: Second edition. Guidelines for the management of common childhood illnesses
Tatalaksana
Kegawatdaruratan Awal Pada Pasien
Marshanda
Primary survey
Air way : menilai patensi napas 1.
Breathing : menilai frekuensi napas, SpO2, dan kemungkinan pneumotoraks tension
2.
Circulation : menilai frekuensi nadi, kekuatan nadi, suhu ekstremitas, tekanan darah
3.
4. Disability : menilai tingkat kesadaran pasien dengan sistem GCS atau AVPU, ada tidaknya kejang, dan kemungkinan peningkatan
tekanan intrakranial
5. Exposure : menilai adanya ruam, lebam dan kelainan yang kemungkinan menyebabkan kegawatdaruratan.
Evaluasi ABCDE
Pemberian oksigen nasal cannula aliran tinggi (1L/menit)
berikan 20ml/kg cairan kristaloid istonik ( Normal saline atau larutan ringer laktat) selama 5-10 menit secara intravena dan dapat
ditingkatkan hingga 60ml/kg pemasangan kateter
koreksi hipoglikemi : berikan 5 ml/kg
dextrose 10% dengan cepat melalui injek iv
monitoring ketat : hemodinamik
produksi urin via kateter status kesadaran
GDS berkala
evaluasi kemungkinan penyebab dan Tatalaksana lanjutan
Patofisiologi
Muntah Dan Mencret
Eca
FAKTOR INFEKSI, MALABSORBSI, MAKANAN
GANGGUAN OSMOTIK MAKANAN YANG
TIDAK DAPAT DI SERAP TEKANAN OSMOTIK
RONGGA USUS MENINGKAT PENGESERAN AIR & ELEKTROLIT
KE DALAM RONGGA USUS ISI USUS BERLEBIHAN
IRITAN SALURAN G1 MUAL / MUNTAH
ANOREKSIA
INTAKE TIDAK ADEKUAT
GANGGUAN SEKRESI
RANGSANGAN TOKSIN PADA DINDING USUS
PENINGKATAN SEKRESI AIR DAN ELEKROLIT
KEDALAM RONGGA USUS ISI USUS BERLEBIHAN
DIARE
PENGELUARAN CAIRAN BERLEBIHAN
DEHIDRASI DEFISIT
VOLUME
CAIRAN ASIDOSIS
GANGGUAN SIRKULASI
SYOK PERUBAHAN PERFUSI JARINGAN
GANGGUAN MOTILITAS
HIPERPERISTALTIK HIPORPERISTALTIK BAKTERI TUMBUH
BERLEBIHAN ABSORPSI BERKURANG
FESES MENGANDUNG BANYAK ASAM LAKTAT
IRITASI KULIT PERIANAL
KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT PERUBAHAN STATUS KESEHATAN
Jenis-jenis Dehidrasi
Cezia
Mekanisme
Hipoglikemi Pada Kasus
Benedict
Hipoglikemi pada Anak dengan Dehidrasi Berat
Penurunan Oral Intake 1.
Samuel R. Reid, Joseph D. Losek, Hypoglycemia complicating dehydration in children with acute gastroenteritis, The Journal of Emergency Medicine, Volume 29, Issue 2, 2005,
Hipoglikemi pada Anak dengan Dehidrasi Berat
2. Terbatasnya simpanan Energi pada Anak-Anak
Samuel R. Reid, Joseph D. Losek, Hypoglycemia complicating dehydration in children with acute gastroenteritis, The Journal of Emergency Medicine, Volume 29, Issue 2, 2005,
Anak-anak memiliki cadangan glikogen hepatik yang terbatas.
Cadangan ini cukup untuk mempertahankan glukosa darah hanya
sekitar 4–8 jam pada bayi dan 8–12 jam pada anak yang lebih besar
dalam kondisi puasa normal .(dewasa12-24 jam) Pada dehidrasi berat
akibat muntah dan diare berkepanjangan, anak sering mengalami
puasa relatif (refusal to feed), sehingga cadangan glikogen cepat
habis, memicu hipoglikemia .
Hipoglikemi pada Anak dengan Dehidrasi Berat
3. Gangguan Gluconeogenesis
Rosenfeld E, Thornton PS. Hypoglycemia in Neonates, Infants, and Children. [Updated 2023 Aug 22].
Dehidrasi berat menimbulkan hipovolemia dan dapat berlanjut menjadi syok hipovolemik, yang ditandai oleh penurunan perfusi jaringan, termasuk hati.
Penurunan aliran darah hepatis menghambat proses glukoneogenesis, yaitu
sintesis glukosa dari prekursor non-karbohidrat (asam amino, gliserol, lakat) .
Peran hormon kontra-regulator seperti glukagon, kortisol, dan hormon
pertumbuhan dalam merangsang glukoneogenesis juga tidak optimal jika
perfusi hati buruk dan substrat metabolik tidak terdistribusi dengan baik .
Hipoglikemi pada Anak dengan Dehidrasi Berat
4. Peningkatan Kebutuhan Metabolik
Ahmad AH, Henley K, Asencio J, Gupta A, Totapally B. Hypoglycemia Among Young Children Presenting With Metabolic Acidosis. Cureus. 2024 Oct
Pada kondisi penyakit (seperti gastroenteritis, demam, infeksi), laju
konsumsi glukosa jaringan—terutama otak—meningkat untuk
mempertahankan fungsi vital dan respons imun. Anak-anak memiliki
laju penggunaan glukosa per berat badan yang lebih tinggi dibanding
orang dewasa, sehingga cadangan glikogen cepat terkuras dan
glukosa plasma turun lebih cepat . Keadaan stres menyebabkan
peningkatan metabolisme dasar dan kebutuhan glukosa,
memperparah hipoglikemia jika suplai tidak mencukupi.
Tatalaksana
Hipoglikemi, Dehidrasi Berat, Dan Diare Pada Anak
Andi Sri Mulyani
Tatalaksana Hipoglikemia pada anak
Tatalaksana Dehidrasi
Berat Pada Anak
GOLONGAN CONTOH OBAT MoA INDIKASI/REKOMENDASI
Zinc zinc sulfate
Meningkatan regenerasi mukosa usus, menghambat, sekresi klorida dan air,
meningkatkan absorsi Na dan air
Rekomendasi WHO untuk semua anak dengan diare
Probiotik Lactobacilus GG, S. boulardii Menyeimbangkan flora usus, menurunkan
durasi diare Mendukung penyembuhan diare infeksi
Adsorben Diosmectite, Kaolin pectin mengikat toksin, bakteri, dan air (mengurangi
volume feses Diare ringan-sedang tanpa dehidrasi
Antispasmodik Hyoscine, Dicyclomine
Menghambat respon muskarinik (menurunkan
spasme usus) Nyeri kolik pada diare non infeksi
Antibiotik Azitromisin,
cifroflaxacin,metronidazol
membunuh bakteri penyebab (indikasi pada
diare berdarah/ dysentri/bakterial Diare bakteri, diare berdarah
Opiat loperamide, diphenoxylate Menghambat motilitas usus besar dari
reseptor opioid (mengurangi frekuensi diare) Diare non infeksi pada dewasa
Tatalaksana Diare berat pada anak
Penggunaan Antibiotik Dan Antispasmodik Pada Anak
Fina
Antibiotik
Indikasi pemberian antibiotik
Diare berdarah / disetri 1.
Kecurigaan kolera dengan dehidrasi berat 2.
demam tinggi dengan diare lebih dari 3 hari 3.
septikemia / infeksi sistemik berat 4.
kultur feses menunjukkan bakteri patogen spesifik 5.
Pemberian antibiotik yang tidak tepat justru bisa memperpanjang durasi diare dan menyebabkan resistensi Jika diare tidak membaik dalam waktu 48 - 72 jam, atau jika
dijumpai darah pada feses, maka antibiotik bisa dipertimbangkan pemberian : Ceftriaxone IV dosis 50- 100 mg/kgBB/hari
Antispasmodik
Indikasi pemberian Antispasmodik
Nyeri kolik berat yang mengganggu 1.
Anak dalam keadaan stabil (tidak syok, sadar baik, perfusi cukup) 2.
Diagnosa diare akut non-invasif sudah ditegakkan (tidak ada kecurigaan obstruksi, invaginasi, peritonitis) 3.
Antispasmodik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi spasme (kejang otot
polos) di saluran cerna, sehingga dapat mengurangi nyeri perut atau kram perut
Antispasmodik
Resiko pengunaan antispasmodik
Menutupi gejala 1.
Efek samping > Retensi urin, Pengelihatan kabur, Ileus paralitik 2.
Tidak menyembuhkan penyebab utama 3.
Kurangnya bukti manfaaat klinis 4.
Hyscine-N-butulbromide ( Buscopan) dosis 0,3 - 0,6 mg/kg bb/ haridibagi menjadi 3- 4 dosis
Jika dibutuhkan sekali Antipasmodik
Sumber
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2022). Buku ajar ilmu kesehatan anak (Edisi ke-2). Jakarta: IDAI.
1. World Health Organization. (2013). Pocket book of hospital care for children: Guidelines for the management of common childhood illnesses (2nd ed.). Geneva: World Health Organization.
2.
Kliegman, R. M., & Geme, J. W. (2020). Nelson textbook of pediatrics (21st ed.). Philadelphia: Elsevier.
3.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Diare. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
4.
Tanda-tanda Perbaikan Klinis/Target Resusitasi
Arryan
Target Resusitasi
Frekuensi denyut jantung atau nadi menurun Kualitas nadi sentral dan perifer sama
Akral hangat CRT <2 detik Diuresis >1 ml/kg/jam
Kesadaran membaik
Tekanan sistolik >P5 sesuai usia
Hobson, M. J., & Chima, R. S. (2013). Pediatric Hypovolemic Shock. The Open
Pediatric Medicine Journal, 7(1), 10–15. https://doi.org/10.2174/1874309901307010010
Frekuensi denyut jantung anak
Penilaian
Kesadaran
Tekanan Darah Berdasarkan
Persentil Usia dan
Tinggi Badan Anak
Interpretasi Hasil
Pemeriksaan Pada Kasus
Ikabella
Pemeriksaan Fisik
(sebelum resusitasi awal)
Pemeriksaan Fisik
(sebelum resusitasi awal)
Pemeriksaan Fisik
(setelah resusitasi awal)
Pemeriksaan Penunjang
(setelah resusitasi awal)
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
(setelah resusitasi + pemberian dextrose 10%)
Penyebab Keracunan Pada Anak
Muhammad Abrar
Menurut WHO, Keracunan yaitu ketika sel rusak melalui rute terhirup, tertelan, injeksi atau diserap yang disebabkan oleh bahan yang
beracun.
Menurut Introductory Toxycology (INTOX). keracunan adalah kondisi klinis yang dihasilkan oleh paparan suatu agen dalam dosis yang
dianggap beracun.
Keracunan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2023. Poisoning in Children. [online] Available at: https://www.cdc.gov/nceh/hsb/chemicals/childpoisoning.htm [Accessed 20 Apr. 2025].
Keracunan akut
pemaparan racun kontak tunggal yang berlangsung untuk beberapa detik, menit, jam atau beberapa pemaparan selama sehari atau lebih.
Keracunan kronik
kontak yang berlangsung beberapa hari, bulan atau tahun. Pemaparan ini bisa berlangsung terus-menerus atau terputus oleh masa ketika tidak ada kontak dengan paparan. Gejala kemungkinan baru muncul beberapa hari atau bulan setelah bahan kimia mencapai jumlah yang cukup di dalam tubuh untuk menyebabkan keracunan.
Keracunan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2023. Poisoning in Children. [online] Available at: https://www.cdc.gov/nceh/hsb/chemicals/childpoisoning.htm [Accessed 20 Apr. 2025].
Keracunan obat
Overdosis obat terjadi ketika seseorang mengonsumsi jumlah obat yang melebihi dosis yang aman untuk tubuh
Gejala overdosis obat dapat bervariasi: mual, muntah, kebingungan, lemah, dan kesulitan bernapas.
Obat yang sering menjadi penyebab keracunan pada anak: obat demam atau antinyeri, obat batuk pilek, antihistamin, antibiotik, dan multivitamin.
Anak-anak lebih rentan mengalami bahaya keracunan karena berat badannya lebih ringan ->
dosis obat yang rendah bisa menimbulkan efek keracunan.
Metabolisme tubuh anak belum sebaik orang dewasa dalam mengolah obat dan racun -> lebih mudah mengalami efek samping dan keracunan obat.
Penyebab Keracunan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2023. Poisoning in Children. [online] Available at: https://www.cdc.gov/nceh/hsb/chemicals/childpoisoning.htm [Accessed 20 Apr. 2025].
Keracunan Kosmetik
Kosmetik: bahan atau sediaan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan memperbaiki bau badan atau
melindungi dan memelihara tubuh pada kondisi baik
Bahan-bahan tersebut jika digunakan secara terus menerus -> keracunan kronik -> gejala keracunan muncul setelah beberapa tahun
Kosmetik dapat menyebabkan keracunan akut, dengan cara anak sengaja menelan atau menghirup bahan- bahan tersebut
Bahan tersebut: merkuri, pewangi, dan bahan kimia lainnya.
Keracunan kosmetik dapat berdampak serius pada kesehatan anak, termasuk kerusakan saraf, kanker, dan masalah kulit.
Penyebab Keracunan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2023. Poisoning in Children. [online] Available at: https://www.cdc.gov/nceh/hsb/chemicals/childpoisoning.htm [Accessed 20 Apr. 2025].
Keracunan Makanan dan Minuman
Menurut data pusat pengendalian racun Amerika: kasus keracunan pada anak terjadi terutama pada anak yang berusia 1 tahun (15,9%) dan 2 tahun (16,8%).
Pada data penelitian di IRD dr Soetomo Surabaya: kasus terbanyak terjadi pada anak berusia 0-5 tahun.
Penyebab keracunan makanan: makanan yang terkontaminasi bakteri, bahan
makanan yang akan diolah atau dimasak sudah mengandung racun secara alamiah (misalnya pada ikan buntal, jamur beracun)
Penyebab Keracunan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2023. Poisoning in Children. [online] Available at: https://www.cdc.gov/nceh/hsb/chemicals/childpoisoning.htm [Accessed 20 Apr. 2025].
Bakteri >> keracunan pangan melalui dua mekanisme, yaitu:
Intoksikasi karena Bakteri (Foodborne Intoxication): Keracunan pangan yang
disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (metabolit toksik) -> Bacillus cereus, Clostridium botulinum, Staphilococcus aureus.
1.
Infeksi oleh Bakteri Patogen (Foodborne Infection): Bakteri patogen dapat
menginfeksi korbannya melalui pangan yang dikonsumsi -> Salmonella, Clostridium perfringens, Escherichia coli
2.
Penyebab Keracunan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2023. Poisoning in Children. [online] Available at: https://www.cdc.gov/nceh/hsb/chemicals/childpoisoning.htm [Accessed 20 Apr. 2025].
Keracunan Kimia Rumah Tangga
Kasus keracunan yang tidak disengaja karena kecelakaan -> terjadi pada anak-anak karena kelalaian orangtua dalam menyimpan bahan-bahan kimia
Keracunan yang sering -> pembersih kloset/lantai yang mengandung bahan aktif asam kuat, minyak tanah, pemutih pakaian (natrium hipoklorit), detergen, tiner, bensin, pewangi/
pelembut pakaian, metanol, etanol, air aki, pencuci piring, pembersih kaca.
Pembersih kloset atau pembersih lantai -> mengandung bahan aktif asam hidroklorida ->
cairan kimia yang sangat korosif, berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun.
Bahaya terhadap kesehatan tergantung pada konsentrasi larutannya: >5% (bersifat iritan lemah), 5 - 10% (bersifat iritan kuat), >10% (bersifat korosit).
Penyebab Keracunan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2023. Poisoning in Children. [online] Available at: https://www.cdc.gov/nceh/hsb/chemicals/childpoisoning.htm [Accessed 20 Apr. 2025].
Keracunan Pestisida
Peningkatan penggunaan pestisida -> keefektifan pestisida dalam mengontrol hama dan melindungi tanaman agar dapat berkembang dengan baik.
Secara umum pestisida yang sering digunakan adalah:
Insektisida, pestisida untuk serangga 1.
Rodentisida, pestisida untuk binatang pengerat 2.
Fungisida, pestisida untuk fungi atau jamur 3.
Herbisida, pestisida untuk gulma 4.
Fumigan (pestisida dalam bentuk gas).
5.
Penyebab Keracunan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2023. Poisoning in Children. [online] Available at: https://www.cdc.gov/nceh/hsb/chemicals/childpoisoning.htm [Accessed 20 Apr. 2025].
Jenis pestisida yang menyebabkan toksisitas akut dan kronis pada anak-anak ->
insektisida, herbisida, dan rodentisida
Anak-anak sangat rentan terhadap penyerapan dan efek samping pestisida karena faktor perkembangan, pola makan, dan fisiologis.
Paparan: melalui konsumsi, inhalasi, atau kontak kulit.
Konsumsi yang tidak disengaja oleh anak-anak mungkin memiliki dosis yang jauh lebih tinggi daripada orang dewasa karena asupan makanan atau cairan.
Anak-anak sering menunjukkan aktivitas tangan ke mulut -> sumber penting peningkatan paparan dibandingkan dengan orang dewasa.
Penyebab Keracunan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2023. Poisoning in Children. [online] Available at: https://www.cdc.gov/nceh/hsb/chemicals/childpoisoning.htm [Accessed 20 Apr. 2025].
Prognosis, Komplikasi, Dan Indikasi Rujuk
Pada Kasus
Chintya
Prognosis
Prognosis tergantung pada kecepatan diagnosis dan penanganan. Jika ditangani cepat dan tepat prognosis baik. Jika terlambat atau terjadi komplikasi prognosis memburuk.
Faktor - faktor yang mempengaruhi prognosis:
Secara umum, dengan penanganan resusitasi cairan dan monitoring yang baik, prognosis bisa sangat baik.
Namun, keterlambatan bisa berujung pada kematian.
Waktu penanganan: Penanganan awal yang cepat → prognosis lebih baik.
Usia pasien: Anak-anak terutama <1 tahun lebih rentan komplikasi.
Derajat keparahan kehilangan cairan/volume darah.
Kondisi medis penyerta: Malnutrisi, infeksi berat, atau kelainan jantung dapat memperburuk prognosis.
Respons terhadap terapi cairan: Jika tidak responsif → prognosis lebih buruk.
Komplikasi
Saat terjadi syok, aliran darah ke ginjal menurun drastis. Ginjal memerlukan aliran darah yang stabil untuk menyaring limbah dan menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Tanpa suplai darah yang cukup, ginjal bisa berhenti berfungsi→ menyebabkan penumpukan racun (urea, kreatinin) dalam darah.
Dampak:
Retensi urea, kreatinin → uremia
Ketidakseimbangan elektrolit & asam-basa Bisa berkembang jadi ginjal non-fungsional
Syok menyebabkan jaringan tubuh kekurangan oksigen (hipoksia). Dalam keadaan hipoksia, tubuh menghasilkan asam laktat sebagai produk metabolisme anaerob. Penumpukan asam laktat ini membuat pH darah turun (asidosis), yang bisa memperburuk fungsi jantung dan organ lainnya.
Dampak:
Menurunkan kontraktilitas jantung → memperburuk syok Menurunkan respons terhadap katekolamin (dopamin, epinefrin) Dapat menyebabkan napas Kussmaul (cepat & dalam)
Jika syok berlangsung lama tanpa koreksi, organ-organ seperti jantung, ginjal, paru-paru, hati, dan otak mulai gagal satu per satu. Ini disebut MODS, dan merupakan komplikasi terminal dari syok yang tidak teratasi →mortalitas tinggi.
Dampak:
Paru: edema paru, gagal napas Ginjal: AKI
Hati: peningkatan enzim hati, gagal sintesis protein Jantung: gagal pompa, aritmia
Otak: hipoksia, ensefalopati
Gagal ginjal akut Asidosis
Metabolik
Disfungsi Multiorgan
Komplikasi
Saat terjadi syok, aliran darah ke ginjal menurun drastis. Ginjal memerlukan aliran darah yang stabil untuk menyaring limbah dan menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Tanpa suplai darah yang cukup, ginjal bisa berhenti berfungsi → menyebabkan penumpukan racun (urea, kreatinin) dalam darah.
Dampak:
Retensi urea, kreatinin → uremia
Ketidakseimbangan elektrolit & asam-basa Bisa berkembang jadi ginjal non-fungsional
Bila pemberian cairan terlalu cepat atau berlebihan pada pembuluh darah yang sudah lemah, cairan bisa keluar ke jaringan paru → mengganggu pertukaran gas → menyebabkan sesak napas berat dan hipoksemia.
Dampak:
Gangguan pertukaran gas → hipoksemia Meningkatkan risiko infeksi paru
Pada anak-anak (terutama bayi), cadangan glikogen tubuh sangat terbatas. Dalam kondisi stres seperti syok, kebutuhan energi meningkat → kadar gula darah bisa turun drastis → menyebabkan kejang, penurunan kesadaran, bahkan kematian jika tidak segera dikoreksi.
Dampak:
Otak sangat bergantung pada glukosa → hipoglikemia dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak
Gangguan Elektrolit
Edema
Paru Hipoglikemi
Prognosis
1. Tidak Responsif terhadap Terapi Awal
Jika setelah 2 kali bolus cairan (20 mL/kg) pasien tidak menunjukkan perbaikan (misalnya: tetap hipotensi, takikardia, penurunan kesadaran), pasien harus segera dirujuk.
2. Perlu Perawatan di ICU atau PICU
Pasien dengan syok berat, gagal organ, atau butuh monitoring ketat (misalnya: invasive blood pressure monitoring, central line).
3. Syok Disertai Komplikasi Berat Misalnya:
- Gangguan kesadaran(GCS < 12)
- Gangguan napas berat (butuh intubasi atau oksigen tinggi) - Disfungsi multiorgan
- Gangguan elektrolit/parah yang tidak bisa ditangani.
4. Pasien Risiko Tinggi Termasuk:
- Bayi usia < 2 bulan
- Anak dengan malnutrisi berat
- Anak dengan penyakit penyerta seperti penyakit jantung bawaan, imunodefisiensi, atau gagal ginjal kronik
Thank
You