• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 212006059 Full Teks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 212006059 Full Teks"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Metode Penelitian

Sampel, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dibuat dalam bentuk eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui

kecenderungan perilaku pembuat keputusan dalam proyek investasi. Dalam hal ini mahasiswa

yang akan menjadi subyek eksperimen, dimana mahasiswa seolah – olah menjadi seorang manajer yang harus menggambil keputusan proyek investasi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Program Studi Menajemen angkatan 2006,2007, 2008

dan 2009 yang teregristrasi sampai tahun ajaran 2011-2012 dengan jumlah 307 mahasiswa.

Pengumpulan data sampel dengan menggunakan teknik pusposive sampling. Dimana purposive sampling adalah pengambilan sampel diperoleh dengan ciri-ciri yang dianggap oleh peneliti penting dan dapat mewakili populasi (Singleton, 1988). Yang diteliti adalah mahasiswa yang

sudah menggambil mata kuliah Manajemen Keuangan. Alasan menggunakan populasi tersebut

adalah: 1) belum banyak dilakukan penelitian pada mahasiswa UKSW tentang eskalasi

komitmen pada pengambilan keputusan proyek investasi, 2) populasi yang digunakan adalah

mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah Manajemen Keuangan dengan asumsi mereka

lebih mengerti tentang arti dari investasi dibanding mahasiswa yang belum mengambil mata

kuliah tersebut. Tetapi tidak semua jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2006,2007,2008 dan 2009 menjadi responden, oleh

karena itu pengumpulan data hanya akan menggunakan sampel saja.

Dalam mengukur sampel, peneliti menggunakan formula yang dikemukakan oleh

(2)

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

d = tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi (10%)

dengan penyebaran kuisioner secara langsung pada responden. Di dalam kuisioner tersebut

responden diberi pertanyaan – pertanyaan yang dipandang relevan terhadap topik yang diteliti. Proses penyebaran kuisioner dilakukan kurang lebih selama satu bulan.

Desain Penelitian

Untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan 4 kasus yang telah disiapkan.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian 2x2 (lihat tabel 1). Faktor – faktornya terdiri dari dua variabel independen, yaitu adverse selection dan negative framing. Serta variabel dependen yaitu eskalasi komitmen.

Tabel 1

Desain penelitian 2x2 (Adverse Selection x Negative Framing) Adverse Selection

Ada Tidak Ada

Negative Framing Ada Kasus 1 Kasus 3

Tidak Ada Kasus 2 Kasus 4

Sumber : Dwita (2007)

Responden pada kasus 1 diberikan informasi yang terframing negatif dan dalam kondisi

(3)

terframing negatif pada kondisi adverse selection. Dan responden dalam kasus 4 akan di berikan informasi tidak terframing negatif serta tidak dalam kondisi adverse selection.

Pada penelitian ini responden diminta bertindak dan berpikir seolah – olah ada dalam situasi yang tergambar dalam kuisioner. Variabel adverse selection dimanipulasi dengan adanya kepemilikan informasi privat bagi manajer yang tidak diketahui oleh pemilik perusahaan.

Variabel negative framing dalam penelitian eksperimen ini dimanipulasi dengan penyajian informasi kemungkinan kerugian yang pasti terjadi dan kemungkinan kerugian di masa

mendatang yang kurang pasti. Sedangkan variabel eskalasi komitmen dimanipulasi dengan

pilihan alternatif keputusan untuk melanjutkan proyek.

Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square untuk menguji proporsi dua populasi. Pengujian hipotesis dilakukan pada batas signifikansi sebesar 5 %. Untuk

mengetahui signifikansi hasil uji, peneliti cukup melihat p-value yang dihasilkan dari pengolahan

data tersebut. Jika p-value < 0,05, maka hipotesis akan diterima. Sedangkan jika p-value >0,05,

maka hipotesis yang ada akan ditolak. Hipotesis 1,2 dan 3 secara statistik adalah sebagai berikut:

 Hipotesis 1

H0 : PAS ≤ PTAS H1 : PAS > PTAS

 Hipotesis 2

H0 : PNF ≤ PTNF

H2 : PNF > PTNF

 Hipotesis 3

(4)
(5)

Telaah Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Eskalasi Komitmen

Pembuat keputusan sering mengalami dilema ketika harus membuat keputusan untuk

menghentikan suatu proyek dan mengganti dengan proyek lain atau hanya menghentikan saja.

Suatu jenis keputusan yang dihasilkan dari keadaan tersebut dalam perilaku organisasi,

manajemen stratejik, dan psikologi dikenal dengan fenomena eskalasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, h. 151) disebutkan bahwa eskalasi adalah

pertambahan jumlah, pertambahan volume dan kenaikan. Sementara itu Oxford Learner’s Pocket

Dictionary (2003, h.145) eskalasi diterjemahkan sebagai “become or make something bigger or more serious”. Dengan demikian eskalasi komitmen dapat dikatakan sebagai upaya

meningkatkan keseriusan atau keloyalan terhadap komitmen yang telah dibuat.

Eskalasi komitmen dapat terjadi ketika individu atau organisasi dihadapkan pada dua

kesempatan atas serangkaian tindakan yang telah dilakukan (dalam hal ini serangkaian tindakan

yang telah diambil ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan). Individu atau organisasi

tersebut berkesempatan untuk memilih bertahan atau menarik kembali serangkaian tindakan

yang telah dilakukan. Kedua kesempatan tersebut sama-sama memiliki ketidakpastian dalam

konsekuensinya. Staw (1997) mencontohkan, ketika organisasi mengetahui bahwa sebuah

produk pengembangan yang baru memiliki kemungkinkan, yakni menguntungkan maupun tidak

menguntungkan di masa yang akan datang, melanjutkan investasi pada produk tersebut adalah

merupakan eskalasi komitmen.

Eskalasi komitmen adalah perilaku untuk meningkatkan komitmen dalam menggambil

keputusan proyek investasi, walaupun proyek tersebut akan memberikan umpan balik negatif.

(6)

proyek yang gagal. Jika dipikir dengan akal sehat, eskalasi yang diambil oleh pembuat keputusan

pada proyek investasi yang gagal adalah sebuah keputusan yang tidak rasional.

Menurut Brockner (1992), eskalasi komitmen adalah melanjutkan komitmen walaupun

terdapat informasi negatif yang berkaitan dengan ketidakpastian pencapaian tujuan. Kanodia et al

(1989), menjabarkan eskalasi komitmen sebagai keputusan manajer yang tidak rasional karena

meskipun sadar secara langsung maupun tidak langsung manajer cenderung mengabaikan

kepentingan perusahaan dan lebih mengutamakan kepentingan ekonomi pribadinya. Maka

manajer akan memutuskan untuk melanjutkan proyek investasi yang gagal. Karena manejer

merasa takut kredibilitasnya menurun jika proyek tersebut dihentikan (Harrel dan Horrison,

1994).

Eskalasi komitmen sering dikaitkan dengan pengabaian atas sinyal kegagalan. Pembuat

keputusan diperbolehkan memilih keputusan untuk menerima proyek dengan menambah alokasi

sumber daya untuk menutup biaya yang telah terjadi sebelumnya, atau memilih keputusan untuk

menghentikan proyek. Staw (1997) menyatakan bahwa penyebab timbulnya fenomena eskalasi

diantaranya dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, faktor organisasi dan proyek. Faktor

psikologi dan sosial menunjukan pada hadirnya ego dan keinginan untuk menjaga reputasi yang

membuat seseorang enggan untuk mengakui kesalahan dan kegagalan. Manajer yang

mengajukan sebuah proyek kepada perusahaan atau organisasi dan di kemudian hari mengetahui

bahwa proyek yang diajukan mengalami kegagalan, maka akan cenderung melakukan eskalasi

komitmen terhadap proyek yang gagal tersebut. Jika manajer meninggalkan proyek, maka akan

merusak reputasi manajer di dalam perusahaan atau organisasi. Sehingga manajer berusaha

(7)

Beberapa penjelasan dapat dikemukakan untuk perilaku eskalasi. Pertama, penerimaan

umpan balik negatif atas keputusan yang telah dijalankan menyebabkan individu-individu yang

bertanggungjawab pada keputusan tersebut mengeskalasi komitmen mereka dalam upaya

mencoba membenarkan keputusan mereka semula (Bazerman dalam Kadous, 2002). Kedua,

teori prospek menjelaskan bahwa seorang pembuat keputusan akan melihat umpan balik negative

yang mungkin diterima pada keputusan berikutnya (Kahneman dan Tversky 1979). Oleh karena

itu, perilaku risk seeking dalam bentuk eskalasi komitmen terhadap serangkaian tindakan yang gagal mungkin saja terjadi (Whyte dalam Kadous, 2002). Ketiga, teori keagenan menjelaskan

bahwa antara kepentingan pemilik dan manajer seringkali bertentangan.

Adverse Selection

Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana pemilik tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh manajer benar - benar didasarkan atas informasi yang telah

diperolehnya atau terjadi kelalaian tugas (incentive to shirk).

Adverse selection adalah salah satu permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prisipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan agen. Adverse selection

dapat terjadi pada kondisi asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen.

Salah satu teori yang dapat menjelakan tentang Adverse Selection adalah teori keagenan. Teori keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen.

Manajer merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi

kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajer diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat

keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen wajib

mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Di dalam kontrak agen

(8)

kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang

dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri. Tetapi pada kenyataan nya informasi simetris

itu tidak pernah terjadi, karena manajer berada didalam perusahaan sehingga manajer

mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan,sedangkan prinsipal sangat jarang atau

bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit.

Dengan demikian membuka peluang agen bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri.

Sharp dan Salter (1997) menyatakan bahwa manajer akan lebih mengutamakan

kepentingannya daripada kepentingan pemilik perusahaan ketika berada dalam kondisi asimetris

informasi dan motivasi melakukan kecurangan. Kondisi asimetris informasi terjadi ketika

manajer (agen) memiliki informasi yang lebih banyak dari pada pemilik perusahaan (prinsipal),

sehingga pemilik perusahaan tidak sepenuhnya mengetahui keadaan proyek. Motivasi melakukan

kecurangan terjadi ketika kepentingan ekonomi manajer berbeda dengan kepentingan pemilik

perusahaan, sehingga manajer terdorong untuk mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan.

Manajer akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar apabila melakukan eskalasi komitmen

pada proyek yang gagal daripada tidak melanjutkan proyek tersebut. Ketika berada dalam dua

kondisi yaitu motivasi berbuat kecurangan dan asimetris informasi, agen mungkin melihat bahwa

tindakan yang dilakukan adalah rasional, sedangkan dari pandangan prinsipal tidak rasional.

Negative Framing

Kahneman dan Tversky (1979) mengkritik teori utilitas yang diharapkan dapat sebagai

model yang menggambarkan pengambilan keputusan dalam risiko, dan mereka mengembangkan

alternatif model baru yang disebut sebagai teori prospek. Teori prospek menyediakan suatu

(9)

kondisi ketidakpastian dan berisiko. Individu akan bersifat menghindari risiko atau menyukai

risiko tergantung pada masalah yang dihadapi.

Teori prospek berpendapat bahwa individu akan memberikan bobot yang berlebihan

terhadap hasil yang pasti daripada yang belum pasti. Kecenderungan ini menimbulkan perilaku

menghindari risiko dalam kondisi pasti untung (pembingkaian positif). Dalam pembingkaian

positif, individu menunjukkan penurunan preferensi risiko. Individu lebih berhati – hati dalam menggambil keputusan. Selain itu, juga terdapat individu yang menyukai resiko dalam kondisi

pasti rugi (pembingkaian negatif). Individu akan memperlihatkan perilaku mencari risiko dalam

memilih dua alternatif negatif, yaitu protek investasi yang tidak menguntungkan akan

diberhentikan sekarang atau memilih untuk mempertahankan proyek tersebut agar mencapai titik

impas di kesempatan kedepan.

Teori prospek menjelaskan tentang pengaruh sunk cost dalam pengambilan keputusan. Pembuat keputusan akan lebih cenderung untuk “throw good money after bad” (membuang

uang setelah terjadi keburukan). Sunk cost adalah biaya yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak akan muncul lagi dari suatu proyek atau investasi baru (Rinella Putri, 2009). Menurut

Eveline (2010), sunk cost adalah biaya yang telah terjadi, tidak dapat dikembalikan, dan tidak relevan untuk keputusan di masa yang akan datang. Sunk cost mempengaruhi pembuat keputusan dalam kondisi pembingkaian negatif, sehingga mendorong individu berperilaku menyukai risiko

yang mengarah kepada eskalasi komitmen terhadap tindakan yang telah gagal (Whyte,1993; Keil

(10)

Hipotesis Penelitian

Pengaruh Adverse Selection Terhadap Eskalasi Komitmen

Adverse selection adalah salah satu permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan prisipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan - tindakan agen. adverse selection dapat terjadi pada kondisi asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen.

Kanodia, Bushman, dan Dickhaut (1989) menguji masalah adverse selection dalam

konteks evaluasi proyek. Dalam modelnya, manajer memilih untuk melanjutkan dan tidak

melanjutkan suatu proyek tergantung pada informasi pribadi yang diperolehnya. Mereka

berpendapat bahwa ketika manajer tidak melanjutkan proyek yang gagal, maka akan merusak

reputasi dan peluang karir agen di masa yang akan datang.

Harrison dan Harrel (1993) melakukan eksperimen laboratorium dengan menggunakan

mahasiswa MBA di Amerika sebagai subyeknya. Hasilnya menunjukkan bahwa subyek

cenderung melanjutkan proyek yang gagal ketika subyek dimanipulasi untuk percaya bahwa

subyek memiliki informasi pribadi dan keputusan untuk meninggalkan proyek akan

mempengaruhi reputasi dan karirnya. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Harrison dan Harrel

(1994). Rutledge and Karim (1999) melakukan eksperimen, dengan hasil juga mendukung teori

keagenan dan teori pengembangan moral dalam keputusan evaluasi proyek. Pada penelitian

sebelumnya, Evelin (20100 menyatakan bahwa manajer yang mengalami adverse selection akan melakukan eskalasi komitmen Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyusun hipotesis pertama,

yaitu:

(11)

Pengaruh Negative Framing Terhadap Eskalasi Komitmen

Apa yang dikemukakan teori prospek dapat menjelaskan bagaimana manajer dapat

membuat keputusan eskalasi ketika menerima informasi yang diframing negatif. Ketika seorang manajer menerima pengembalian negatif atas proyek investasinya yang dalam hal ini berarti

berada pada posisi rugi, maka kerugian lebih lanjut akan menghasilkan nilai subjektif yang lebih

rendah. Dengan demikian, ketika manajer menerima informasi yang diframing secara negatif dalam bentuk pilihan antara kerugian pasti yang telah terjadi dengan kerugian dimasa mendatang

yang kurang pasti, maka manajer cenderung memilih kerugian dimasa mendatang yang kurang

pasti dengan harapan kelak mendapat pengembalian yang positif.

Rutledge dan Harrel (1993) melakukan eksperimen dan menemukan hasil bahwa

keputusan eskalasi komitmen dipengaruhi oleh pembingkaian negatif. Sharp dan Salter (2004)

melakukan eksperimen dengan menggunakan manajer di Amerika Serikat dan Kanada dan

menemukan hasil bahwa pembingkaian negatif meningkatkan kemungkinan eskalasi komitmen.

Ketika outcome digambarkan sebagai suatu kerugian yang pasti (framing negatif), manajer cenderung mengambil risiko untuk menghindari kerugian yang pasti tersebut dibandingkan

ketika outcome digambarkan sebagai keuntungan yang pasti (framing positif). Whyte dalam Dwita (2007) menyatakan bahwa meskipun dalam perspektif rasional ekonomi, sunk cost

tidaklah relevan dengan pembuatan keputusan yang berorientasi masa depan, keberadaan sunk cost dalam konteks pembuatan keputusan dapat memancing manajer untuk mengambil risiko.

Pada penelitian Dewanti (2010) menyatakan bahwa negative framing berpengaruh signifikan terhadap pada keputusan manajer untuk melanjutkan proyek yang mengindikasikan

(12)

bahwa manajer yang mengalami negative framing akan melakukan eskalasi komitmen. Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyusun hipotesis kedua, yaitu :

H2 : Proporsi manajer melanjutkan proyek pada kondisi negative framing lebih besar dibandingkan dengan kondisi tanpa negative framing

Interaksi antara Adverse Selection dan Pembingkaian Negative

Ketika manajer dihadapkan pada umpan balik negatif dari proyeknya, manajer akan

melihat kemungkinan untuk menghentikan proyek atau tetap melanjutkan proyek tersebut. Saat

manajer berada dalam kondisi adverse selection dan disajikan informasi yang dibingkai negatif

akan melakukan eskalasi komitmen sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan keuntungan di

masa yang akan datang. Ratih Dewantri (2010) melakukan eksperimen menggunakan mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro sebagai subyeknya. Hasilnya menyatakan bahwa

ketika informasi disajikan dalam framing negatif dan dihadapkan pada kondisi adverse selection,pengambil keputusan cenderung akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Pada penelitian Eveline (2010) menyatakan bahwa interaksi antara adverse selection

dan negative framing akan mempengaruhi eskalasi komitmen. Berdasarkan uraian diatas peneliti

menyusun hipotesis ketiga, yaitu:

(13)

Model Penelitian

H1 H3

H2

Variabel Bebas Variabel Terikat Gambar 1.

Model Adverse Selection dan Negative Framing dalam Eskalasi Komitmen

Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang menjadi fokus utama bagi peneliti. Tujuan peneliti adalah untuk memahami dan mendeskripsikan variabel terikat,

menjelaskan variabilitasnya, atau memprediksikannya. Dengan kata lain, variabel terikat adalah

variabel utama yang menjadi faktor keberhasilan dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah eskalasi komitmen. Dalam eskalasi

komitmen, manajer seringkali menaruh komitmen yang terlalu besar pada keputusan yang telah

dibuat. Eskalasi komitmen dalam penelitian ini diproksikan dengan keputusan manajer untuk

tetap melanjutkan proyek yang mengidentifikasi kegagal.

Adverse Selection

Negative Framing

(14)

Pengukuran variabel eskalasi komitmen dalam instrumen dilakukan dengan melihat

pilihan jawaban responden dalam skala Likert 1 – 6. Dimana 1 adalah menghentikan proyek

dengan 6 yaitu melanjutkan proyek.

Variabel Bebas

Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat. Baik mempengaruhi secara positif maupuin mempengaruhi secara negatif. Variabel bebsa

dalam penelitian ini adalah adverse selection dan negative framing. Adverse Selection

Variabel bebas dalam penelitian ini, yang pertama adalah adverse selection. Variabel ini diproksikan dengan adanya informasi yang tidak sama antara pemilik perusahaan dan manajer.

Manajer lebih banyak memiliki informasi perusahaan dari pada pemilik perusahaan. Sehingga

akan menggambil keputusan sesuai dengan kepentingan manajer sendiri. Pengukuran variabel

adverse selection dalam instrumen dilakukan dengan menggunakan skala Likert 1 – 6. Dimana 1 adalah menghentikan proyek sampai dengan 6 adalah melanjutkan proyek. Skala 1

mencerminkan jawaban responden yang memilih untuk menghentikan proyek yang

mengindikasikan kegagalan. Skala 6 mencerminkan jawaban responden yang memilih tetap

melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.

Negative Framing

(15)

skala Likert 1 – 6. Dimana 1 adalah menghentikan proyek sampai dengan 6 adalah melanjutkan proyek. Skala 1 mencerminkan jawaban responden yang memilih untuk menghentikan proyek

yang mengindikasikan kegagalan. Skala 6 mencerminkan jawaban responden yang memilih tetap

(16)

Latar belakang

Setiap orang seringkali dihadapkan dengan pilihan dan dituntut untuk menggambil

keputusan. Manager perusahaan merupakan orang yang akan selalu terlibat dalam pembuatan

keputusan. Apakah keputusan besar atau kecil, sementara atau rutin, merupakan tanggung jawab

manajer yang harus dibuat sebagai pilihan untuk menyelesaikan masalah. Pengambilan

keputusan menjadi bagian integral dari keberhasilan atau kegagalan seorang manajer (Buhler

dalam Sahmuddin, 2003). Pengambilan keputusan berarti melakukan penilaian dan menetapkan

pilihan.

Hasil dari keputusan tersebut tidak hanya berdampak untuk jangka pendek, tetapi

berdampak juga pada masa yang akan datang. Bahkan keputusan yang salah dapat

mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan,

organisasi sebaiknya menganalisis setiap alternatif keputusan agar mendapatkan hasil yang

optimal.

Stoner, et al. (1995) menyatakan bahwa pembuatan keputusan berarti mengidentifikasi

dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah tertentu. Menurut Soenhadji

(2010) seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti logika, realita,

rasional dan pragmatis. Dengan demikian, maka banyak hal yang dapat mempengaruhi perilaku

pengambilan keputusan diantaranya seperti diungkapkan Miller dalam Soenhadji (2010) yang

menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perilaku pengambilan keputusan

diantaranya jenis kelamin, peranan pengambil keputusan dan keterbatasan kemampuan.

Faktor-faktor berpengaruh terhadap perilaku pengambilan keputusan tersebut memungkinkan

(17)

Masalah timbul apabila terjadi kesenjangan antara keinginan yang diinginkan oleh

manajer dengan keadaan sesungguhnya yang dihadapi manajer. Keinginan seorang manajer

tentunya adalah memaksimalkan keuntungan perusahaan atau organisasi. Manajer sebaiknya

mengalokasikan sumber daya pada proyek investasi yang memberikan keuntungan terbesar bagi

perusahaan dan secara periodik mengevaluasi kinerja dari proyek tersebut. Sedangkan keadaan

sesungguhnya menyatakan bahwa Proyek diprediksikan akan memberi umpan negatif untuk

perusahaan.

Menurut Horngren dan foster (1991), manajer sebaiknya melanjutkan proyek investasi

yang diprediksi menguntungkan dan mencegah kerugian dengan menghentikan proyek yang

diprediksi tidak menguntungkan. Meskipun demikian, berbagai bukti empiris yang telah

didapatkan menunjukkan bahwa manajer yang memulai suatu proyek yang kemudian menjadi

tidak menguntungkan justru lebih cenderung untuk meneruskan proyek itu daripada manajer

yang tidak memulai proyek (Staw, 1976, 1981). Keputusan untuk tetap melanjutkan suatu proyek

investasi, walaupun informasi menyatakan bahwa proyek tersebut akan gagal atau tidak

menguntungkan disebut sebagai eskalasi komitmen.

Teori keagenan dapat menjelaskan mengenai fenomena eskalasi komitmen. Penelitian

Harrison dan Harrell (1993) mengembangkan pandangan lebih luas mengenai pengambilan

keputusan berdasarkan kerangka teori keagenan. Pandangan ini menunjukkan bahwa manajer

dalam pengambilan keputusan termotivasi oleh kepentingannya sendiri. Hasil penelitian Harrison

dan Harrell (1993) memperlihatkan bahwa manajer yang berada pada kondisi adverse selection

(memiliki informasi privat) akan bertindak sesuai kepentingan diri sendiri dan tidak

memaksimalkan keuntungan yang diharapkan perusahaan yakni dengan tetap melanjutkan

(18)

hal ini, manajer merasa memiliki ikatan emosional dan takut kredibilitasnya menurun apabila

proyek tersebut dihentikan.

Jensen dan Meckling dalam Junita (2009) menjelaskan bahwa adverse selection adalah kondisi yang terjadi ketika ada asimetri informasi antara prinsipal, dalam hal ini adalah pemilik

perusahaan dengan agen, yang dalam hal ini adalah manajer. Prinsipal tidak mampu mengetahui

apakah suatu keputusan yang diambil oleh manajer benar-benar didasarkan atas informasi yang

telahdiperolehnya atau telah terjadi kelalaian tugas (incentive to shirk).

Berbeda dengan teori keagenan yang menjelaskan eskalasi komitmen dengan adanya

asimetri informasi. Teori prospek menjelaskan eskalasi komitmen dengan cara membingkaikan

informasi. Pembingkaian ini dapat mempengaruhi manajer dalam mengambil keputusan. Teori

prospek adalah teori yang menjelaskan bagaimana seseorang menggambil keputusan dalam

kondisi tidak pasti. Ketika informasi disajikan dengan pembingkaian positif manajer akan

bersifat risk averse (menghindari risiko). Bateman dan Zeithaml dalam Koroy (2008)

menyatakan bahwa ketika informasi disajikan dalam bingkai keputusan negatif, pengambil

keputusan cenderung untuk mencari resiko dengan melanjutkan proyek. Sementara pada

informasi yang disajikan dalam bingkai positif, pengambil keputusan akan cenderung

menghindari resiko dengan tidak melanjutkan proyek.

Pada penelitian sebelumnya Eveline (2010), Glaser, et.al(2007), dan Fai, Wong dan Yik (2006) memberikan hasil bahwa seseorang pada kondisi adverse selection, negative framing, maupun interaksi antara keduanya akan mempengaruhi pengambilan keputusan secara eskalasi

komitmen. Sedangkan pada penelitian Dwita (2007) dan Dewanti (2010) menyatakan bahwa

(19)

Sehingga peneliti berkeinginan untuk mencari tahu manakah jawaban yang tepat untuk penelitian

eskalasi komitmen ini. Dengan menggunakan subyek penelitiannya adalah mahasiswa Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Penelitian ini mereplikasi dari penelitian sebelumnya Dwita (2007). Dalam penelitian

eksperimen tersebut, Dwita menggunakan 106 mahasiswa MM dan Maksi UGM. Hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa adverse selection, negative framing serta interaksi antara keduanya tidak mempengaruhi sikap eskalasi. Penelitian ini akan mencoba untuk menggunakan

subyek penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Dengan menggunakan subyek

mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang sudah

mengambil mata kuliah Manajemen Keuangan. Dengan menggunakan dua variable yang sama

dengan penelitian sebelumnya yakni negative framing dan adverse selection terhadap kecenderungan eskalasi komitmen. Dalam hal ini peneliti ingin menguji kembali apakah

menggunakan teori yang sama dengan subyek yang berbeda akan memberikan hasil yang sama

dengan penelitian sebelumnya. Sehingga peneliti merumuskan persoalan penilitian sebagai

(20)

Hasil dan Analisis

Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui penelitian, maka tahap selanjutnya adalah

mengolah data tersebut dan menganalisis hasil penelitian. Tahap ini dilakukan dengan tujuan

untuk menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan.

Deskripsi Responden

Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Kristen Satya Wacana yang diproyeksikan sebagai seorang manajer. Dan tugas manajer adalah

membuat keputusan untuk melanjutkan atau mengentikan proyek ketika proyek tersebut

mengindikasikan proyek yang negatif.

Dalam penelitian ini karakteristik responden dikategorikan berdasarkan umur, jenis

kelamin, tahun angkatan, dan IPK. Sebanyak 80 responden yang telibat dalam penelitian ini.

Responden dibagi dalam tiga kasus yakni kasus yang terframing negatif dalam kondisi adverse

selection, kasus yang tidak terframing negatif tetapi dalam kondisi adverse selection, dan kasus

yang terframing negatif tidak dalam kondisi adverse selection. Hasil pengolahan data mengenai

(21)

Tabel 2

Statistik Demografi Responden Kasus 1 ( Kondisi Negative Framing dan Adverse Selection )

Keterangan Frek Min max Mean Modus

Hasil pengolahan data pada tabel 2 yaitu statistik deskriptif demografi responden untuk

responden yang mendapatkan kasus 1, dimana responden mendapatkan kasus dengan informasi

yang terframing negatif dan dalam kondisi adverse selection. Dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa reponden terbanyak berumur 21 tahun,dengan frekuensi 7 responden. Dan responden

termuda berumur 19 tahun sedangkan responden tertua berumur 24 tahun. Umur rata-rata

responden adalah 21,5 tahun. Sebagian besar responden adalah perempuan dengan frekuensi 14

responden. Responden dalam kasus 1 ini terbanyak adalah mahasiswa angkatan 2008 yaitu 9

responden. Indeks prestasi komulatif paling banyak berada diantara 2,5 sampai 2,9 sebanyak 12

(22)

Tabel 3

Statistik Demografi Responden Kasus 2 ( Kondisi Adverse selection tanpa Negative Framing )

Keterangan Frek Min max Mean Modus

Hasil pengolahan data pada tabel 3 merupakan statistik karakteristik responden yang

mendapatkan kasus ke 2 yaitu kasus yang tidak terframing negatif dalam kondisi adverse selection. Di dalam tabel menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur 20,21 dan 23 tahun dengan frekuensi 5 responden. Sebagian besar responden yang mendapatkan kasus 2 adalah

perempuan dengan jumlah 13 responden. Dalam kasus 2 ini, responden terbanyak adalah

mahasiswa angkatan 2007. Dengan Indeks Prestasi Komulatif terbanyak terdapat pada 2,5

(23)

Tabel 4

Statistik Demografi Rresponden Kasus 3 ( Kondisi Negative Framing Tanpa Adverse Selection )

Keterangan Frek Min max Mean Modus

Tabel 4 ini menunjukkan data statistik deskriptif demografi responden kasus 3. Dalam

kasus 3 ini respoden mendapatkan kasus dengan informasi yang terframing negatif tidak dalam kondisi advers selection. Dalam kasus 3 ini responden berumur 20 tahun sampai umur 25 tahun dan responden terbanyak adalah responden berumur 21 tahun dengan frekuensi 8 responden.

Dari 20 reponden, 18 responden berjenis kelamin laki – laki. Responden terbanyak adalah mahasiswa angkatan 2007 dengan frekuensi sebanyak 7 responden. Dan responden terbanyak

(24)

Tabel 5

Statistik Demografi Responden Kasus 4

( Tanpa Negative Framing dan Tampa Kondisi Adverse Selection )

Keterangan Frek Min Max Mean Modus sampai 23 tahun, dan yang terbanyak dengan jumlah 9 responden adalah responden berusia 22

tahun. Responden dalam kasus 4 ini terbanyak adalah reponden dengan jenis kelamin laki – laki, dengan jumlah 11 responden. Dan sebesar 9 responden terbanyak adalah mahasiswa angkatan

2007. Indeks Prestasi Komulatif terbanyak di antara 2,5 sampai 2,9 dengan jumlah responden 12

(25)

Analisis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Square untuk membandingkan proporsi 2 populasi atau lebih. Dalam penelitian ini,2 kategori populasi

hipotesis 1 adalah proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi adverse selection

dan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi tanpa adverse selection.

Tabel 6

Untuk hipotesis pertama, proporsi manajer pada kondisi adverse selection menggunakan kasus 1 dan kasus 2. Dimana dalam kasus 1 dan 2 terdapat 29 responden yang melanjutkan

proyek. Hipotesis satu ini proporsi manajer pada kondisi adverse selection dibandingkan dengan proporsi manajer tidak pada kondisi adverse selection. Proporsi manajer tidak pada kondisi

adverse selection menggunakan kasus 3 dan 4. Dan 28 responden melanjutkan proyek pada kasus 3 dan 4.

Tabel 7 Hipotesis 1

Chi-square test df Asymp. Sig. (2-sided)

Person Chi-Square AD 0,061 1 0,805

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

(26)

selection lebih kecil atau sama dengan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi tanpa adverse selection. Keputusan manajer tidak terpengaruh dengan adanya kondisi adverse selection, seberapa banyak informasi yang diterima oleh manajer tidak mempengaruhi manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.

Tabel 8

Crosstabulation hipotesis 2

Perlakuan/kondisi

Total Negative

freming

Tanpa

negative

framing

Keputusan menghentikan 10 13 23

melanjutkan 30 27 57

Total 40 40 80

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Hipotesis kedua, membandingkan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada

kondisi negative framing dengan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi tanpa

negative framing. Dalam hipotesis ini juga menggunkan semua kasus. Kasus 1 dan 3 untuk proporsi manajer dalam kondisi negative framing, sedangkan kasus 2 dan 4 untuk proporsi tanpa

(27)

Tabel 9 Hipotesis 2

Chi-square test df Asymp. Sig. (2-sided)

Person Chi-Square 0,549 1 0,459

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Didalam tabel 9 tersebut nilai signifikansi 2 sisi sebesar 0.459, sehingga signifikansi 1

sisi adalah 0.2295. Hal ini menyatakan bahwa H0 diterima, karena nilai signifikansi satu sisi

lebih besar dari nilai α (0.05). Sehingga proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi

negative framing lebih kecil atau sama dengan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi tanpa negative framing. Hasil pengujian ini menyatakan bahwa negative framing tidak mempengaruhi manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.

Tabel 10

Tabel 10 menunjukkan jumlah responden pada setiap proporsi dalam hipotesis 3.

Hipotesis 3 menggunakan proporsi dalam kondisi interaksi antara adverse selection dan negative framing dan proporsi manajer tidak dalam kondisi interaksi antara adverse selection dan negative framing. Proporsi yang dalam kondisi interaksi menggunakan responden yang melanjutkan proyek dalam kasus 1, yaitu berjumlah 15 responden. Sedangkan proporsi manajer yang tidak

(28)

Tabel 11 Hipotesis 3

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Sedangkan hasil uji Chi-Square interaksi antara negatif framing dan adverse selection

dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11 memperlihatkan nilai signifikan 2 sisi dari interaksi

Adeverse selection dan Negative framing adalah 0.490,nilai signifikan 1 sisi adalah 0.245. Itu berarti nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. Dengan demikian hasil uji chi-square ini mendukung H0, bahwa proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi adverse selection dan negative framing lebih kecil atau sama dengan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi tanpa interaksi.

Pembahasan

Sesuai dengan hasil pengolahan data di atas, adverse selection, negative framing serta interaksi keduanya tidak mempengaruhi eskalasi komitmen. Hasil ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya,yaitu penelitian Dwita (2007) yang menyatakan bahwa adverse selection, negative framing dan interaksi keduanya tidak mempengaruhi sikap eskalasi. Hasil tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk kegagalan dalam mencari pengaruh dari adverse selection, negative framing maupun interaksi keduanya terhadap eskalasi komitmen. Seperti yang diungkapkan

oleh Staw (penyebab timbulnya fenomena eskalasi diantaranya dipengaruhi oleh faktor

psikologis, sosial, faktor organisasi dan proyek), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya eskalasi komitmen, diantaranya adalah faktor psikologi, sosial, organisasi dan proyek.

Berdasarkan pendapat dari Staw tersebut, peneliti melihat bahwa faktor psikologi berperan dalam

penelitian ini. Faktor psikologi dapat dilihat dari karakteristik demografis responden. Penelitian Chi-square test Df Asymp. Sig. (2-sided)

(29)

terhadap perilaku individu ketika menghadapi suatu keputusan. Responden yang dipilih oleh

peneliti berada pada rentang umur 20-23 tahun, tergolong ke dalam kategori dewasa muda.

Menurut Agoes Dariyo, dewasa muda itu sendiri memiliki karakteristik bersemangat untuk

meraih tingkat ekonomi yang tinggi / mapan dan juga memiliki jiwa kompetisi yang tinggi

(2008). Selain itu,jika dilihat dari sisi organisasi, responden yang merupakan mahasiswa

ekonomi jurusan manajemen belum mendapatkan gambaran nyata dalam organisasi terkait

dengan alur kerja perusahaan. Pemaparan faktor psikologis dan organisasi dari responden dalam

penelitian ini memperlihatkan kecenderungan responden untuk bersikap lebih mudah dalam

(30)

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh adverse selection, negative framing, dan interaksi keduanya terhadap keputusan eskalasi komitmen. Dalam penelitian ini menggunakan

tiga hipotesis, dan hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan uji chi-square. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa adverse selection, negative framing dan interaksi antar keduanya tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen. Karena dengan ada

tidaknya pengaruh adverse selection dan negative framing, banyak responden yang tetap melanjutkan proyek investasi. Beberapa penelitian mengenai eskalasi komitmen yang telah

dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yang bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian ini,

peneliti menarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan eskalasi komitmen (Staw)

merupakan hal yang vital karena menentukan sebuah konsistensi dari hasil penelitian yang

membahas mengenai pengaruh eskalasi komitmen.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Pemilihan sampel sebagai responden yang mungkin tidak relevan dengan penelitian.

Penelitian ini hanya menggunakan sample mahasiswa yang kurang memahami kasus

dengan baik.

2. Penelitian ini menggunakan kasus yang disajikan dalam bentuk yang sulit untuk

dimengerti oleh responden. Membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk memahami

(31)

Penelitian Mendatang

Peneliti berharap masih ada peneliti – peneliti lainnya yang meneliti tentang eskalasi komitmen. Untuk itu, peneliti memberikan hal – hal yang dapat dikembangkan dan diperbaiki

dari penelitian ini yaitu :

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel manajer perusahaan sebagai

responden yang telah melakukan pengambilan keputusan evaluasi proyek yang

sebenarnya. Sehingga hasil dari penelitian akan lebih sesuai dengan kenyataan dan teori

yang berlaku.

2. Penelitian sebaiknya menggunakan kasus yang baru dan lebih realitis sehingga responden

lebih mudah untuk mendeskripsikan kasus. Dan memberikan skala keputusan yang lebih

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Brockner, Joel, 1992, “The Escalation of Commitment to a Failing Course of Aaction : Toward

Theoretical Progress”, The Academy of Management Review, Vol.17, No.1, January:39-61.

Chricela, 2011, “Illusion of Control dan Faktor Demografi dalam Pengambilan Keputusan

Trading Valas (Studi pada PT. Millenium Cabang Jakarta)”. Thesis Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Salatiga.

Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, 2008, PT Grasindo Anggota Ikapi, Jakarta.

Dewanti, Ratih, 2010, “Pengaruh Negative Framing dan Job Rotation Pada Kondisi Adverse

Selection Terhadap Pengambilan Keputusan Eskalasi Komitmen”. Skripsi Fakultas Ekonomi Undip, Semarang.

Dwita, Sany, 2007, “Influence of Adverse Selection and Negative Framing on Escalation of Commitment In Project Evaluation Decisions”, Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.

Eveline, Farida, 2010, “Pengaruh Adverse Selection, Pembingkaian Negative, dan Self Efficacy Terhadap Eskalasi Komitmen Proyek Investasi yang Tidak Menguntungkan”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE-Yogyakarta.

Harrison, Paul D. dan Adrian Harrel, 1993, “Impact of Adverse selection on Project Evaluation Decision”, Academy of Manajement Journal, Vol.36, No.3, p:635-643

Horngren,C. dan Foster, G., 1991. “Cost Accounting:A Managerial Emphasis”. Englewood Cliffs. New Jersey:Prentice Hall, Inc.

Jensen, Michael C., dan William H. Meckling, 1976, “Theory of The Firm, Managerial

Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics 3, p: 305-360.

Kadous, Kathryn, 2002. “The Role Mental Representation in Organizational Eescalation of

Commitment”, http://www.emeraldinsight.com, Diunduh tanggal 2 Agustus 2011

Kahneman, D., dan Aa. Tversky, 1979. Prospect Theory” ¸http://www.prospect-theory.behaviourfinance.net, Diunduh tanggal 29 Juli 2011

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997, Amanah, Surabaya.

Kanodia, Chandra; Bushman, Robert; dan Dickhaut, John, 1989. “Escalation Error and The Sunk Cost Effect: An Explanation Based on Reputation and Information Asymmetries”, Journal of Accounting Research, Vol. 27, No.1 Spring: 59-77.

Keil, Mark; Mann, Joan; dan Rai, Arum, 2000. “Why Software Projects Escalate: An Empirical Analysis and Test of Four Theoretical Models”, MIS Quarterly, Vol.24, No.4, p: 631-664.

Koroy, Tri Ramayana, 2008. “Pengujian Efek Pembingkaian Sebagai Determinan Eskalasi

Komitmen Dalam Keputusan Investasi: Dampak Dari Pengalaman Kerja”, Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak.

Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2004, 3 ed, Oxford University Press.

Rudledge, Robert W. dan Adrian M. Harrell, 1994. “The Impact of Responsibility and Framing

(33)

Rudledge, Robert W. dan K. E. Karim, 1999. The Influence of Self-Interest and Ethical Considerations on Manager’s Evaluation Judgements”, Accounting, Organisation and Society, Vol.24, p: 173-184.

Sahmuddin, 2003. “Framing, Tanggung Jawab dan Pengalaman dalam Pembuatan Kkeputusan Pemberian Kredit”, Tesis Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro.

Salter, Stephen B. dan Sharp, Davis J., 2004. “The Ddeterminants of Eescalation Commitment: Nnational Culture and Experience Effects”, University of Cincinnati.

Sharp, D dan S. Salter, 1997. Project Escalation and Sunk Cost: A Test of International Generalizability of Agency and Prospect Theories”. Journal of International Business Studies, 28 (1): 101-102.

Soenhadji, Imam Murtono, 2010. “Teori pengambilan keputusan”. Power Point Presentation, Universitas Gunadarma.

Staw, B., 1997. “The Escalation of Commitment: An update and Appraisal”, Organizational Desicion Making, Ed. Z. Shapira, 191-215. Cambridge,UK: Cambridge University press. Stoner, et al., 1995. Manajemen, 6 ed. Jakarta : prenhallindo.

Wadu, Dolly Anggriany, 2010. “Framing Eeffects dalam Preferensi Risiko Investor (Studi Pada

Investor Di Outlet Sentra Investasi Danareksa Salatiga”, Program Studi Megister Manajemen Univesitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Wijaya, Novikarisma, 2007. “Hubungan Antara Keyakinan Diri Akademik dengan Penyesuaian Diri Siswa Tahun Pertama Sekolah Asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan”, Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang

Gambar

Tabel 1  Adverse Selection
Model Gambar 1. Adverse Selection dan Negative Framing dalam Eskalasi Komitmen
Tabel 2 Statistik Demografi Responden Kasus 1
Tabel 3  Statistik Demografi Responden Kasus 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapatan dari persoalan kajian pertama iaitu mengenalpasti sama ada terdapat perbezaan antara jantina dengan pembangunan manusia dari konsep “soft skills” komunikasi

Hasil penelitian ini adalah terdapat lima faktor hakim Pengadilan Agama Blitar mengabulkan permohonan wali adhal pada perkara nomor 0224/Pdt.P/2018/PA.BL yaitu ta‟awun, keadaan

Analisis Pertimbangan Hakim pada Penetapan Perkara Wali Adhal karena Calon Suami Mengidap Pengakit Kusta di Pengadilan Agama Pasuruan Setelah mengetahui pemaparan data diatas,

Program ini berlandaskan peraturan daerah Nomor 03 Tahun 2010 tentang pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqah yang diaplikasikan dengan Memorandum of Understanding MoU

Untuk menciptakan pelanggan yang loyal perusahaan harus memberikan nilai menurut definisi pelanggan dengan cara kontinu meningkatkan, memperbaiki, atau bahkan

wajib pajak secara parsial. Dari hasil uji F diketahui bahwa secara bersama sama variable bebas berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variable terikat.

Konsep ini boleh ditanam ke dalam jiwa setiap orang, Bila seseorang itu menerima didikan atau asuhan moral yang baik, dengan mendalam terbentuklah dirinya

diterima penawarannya.. Dalam perbandingan penggunaan lelang secara lisan ataupun menggunakan media ALE merupakan mekanisme lelang yang dapat memberikan harga jual terbaik