PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DALAM
MENINGKATKAN PROFITABILITAS DI BANK JATIM
SYARIAH CAPEM GRESIK
JURNAL SKRIPSI
Oleh:
VIDYA DWI PUTRI APRILIANI C74211180
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
v ABSTRAK
Sebagai lembaga keuangan yang bergerak di bidang perbankan syariah, fungsi utama dari bank syariah adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Salah satu produk penyaluran dana adalah pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu produk yang paling diminati oleh nasabah perbankan syariah sebagai penggerak di sektor usaha. Dengan tingkat pertumbuhan pembiayaan yang semakin meningkat maka perlunya perbankan syariah dalam menerapkan manajamen risiko dalam menjaga kesehatan keuangan bank sebagai upaya dalam mengolah risiko pembiayaan yang dihadapi. Skripsi ini berjudul “Penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik” untuk menjawab rumusan masalah tentang bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik dan bagaimana cara meminimalisir risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.
Penelitian ini dilakukan di Bank Jatim Syariah Cabang Pembantu Gresik yang merupakan peneltian kualitatif dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan penerapan manajemen risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Gresik dalam meningkatkan profitabilitas. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data di penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Bank Jatim Syariah Capem Gresik telah menerapkan manjemen risiko pembiayaan dalam kegiatan operasionalnya. sebagai UUS Bank Jatim penerapan manajemen risiko di BJS dipimpin oleh seorang Direktur Kepatuhan. Yang membedakan adalah adanya kewenangan DPS yang mengawasi secara langsung semua transaksi agar sesuai dengan prinsip syariah.
Dalam pengolahan risiko di BJS Capem Gresik telah sesuai dengan arahan dan pedoman dari Bank Jatim Syariah. Penerapan manajemen risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah meliputi proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian. Analisis pembiayaan yang digunakan menggunakan 5C. Dengan pengolahan risiko tersebut Bank Jatim Syariah secara efektif dapat meningkatkan profitabilitas. Dengan total pembiayaan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan Bank Jatim Syariah Capem Gresik dari tahun 2011-2014 masing-masing 8,375%, 20,592%, 30,581% dan 54,902% namun BJS Capem Gresik tetap menjaga perolehan NPF yang tidak melebihi 5% yang masing-masing pada tahun 2011-2014 perolehan NPF sebesar 0,00%, 0,06%, 0,08%, dan 0,00%. Keadaan ini berdampak positif terhadap peolehan ROA di Bank Jatim Syariah yang setiap tahunnya mengalami peningkatan masing-masih pada tahun 2011-2014 sebesar -5%, 2%, 2%, dan 3%.
B. Identifikasi dan batasan masalah ... 10
C. Rumusan masalah ... 10
D. Kajian Pustaka ... 11
E. Tujuan penelitian ... 13
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 13
G. Definisi Operasional ... 14
H. Metode Penelitian ... 16
I. Sistematika Pembahasan ... 21
BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Risiko ... 24
1. Pengertian Manajemen ... 24
2. Pengertian Risiko ... 29
3. Pengertian Manajemen Risiko ... 31
B. Manajemen Risiko Pembiayaan ... 37
1. Pengertian Pembiayaan... 37
2. Jenis Pembiayaan ... 37
3. Risiko Pembiayaan ... 38
x
C. Profitablitas Bank Syariah ... 55
1. Pengertian Profitabilitas ... 55
2. Profitabilitas dalam perbankan syariah ... 56
BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DI BANK JATIM SYARIAH CAPEM GRESIK A. Profil Bank Jatim Syariah ... 60
1. Sejarah dan gambaran umum Bank Jatim Syariah ... 60
2. Visi dan misi Bank Jatim Syariah ... 63
3. Strategi ... 64
4. Motto ... 64
5. Produk dan layanan Bank Jatim Syariah ... 64
6. Manajemen Bank Jatim ... 66
7. Struktur organisasi Bank Jatim Syariah Capem Gresik ... 66
B. Penerapan manajemen risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik ... 69
C. Meminimalisir risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik... 81
BAB IV ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS DI BANK JATIM SYARIAH CAPEM GRESIK A. Analisis Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik ... 87
B. Analisis Meminimalisir Risiko Pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik ... 100
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 105
B. Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, perbankan menjadi suatu tempat yang tidak
lepas dari segala bentuk transaksi perokonomian terutama yang berhubungan
dengan keuangan. Kondisi perbankan yang sehat dalam negara mencerminkan
bahwa negara tersebut mengalami kestabilan perokonomian. Maka tidak
mengherankan bahwa pemerintah disetiap negara memberikan perhatian yang
khusus dalam perbankan.
Lembaga perbankan di Indonesia terbagi menjadi dua jenis yaitu bank
umum yang bersifat konvensional dan bank umum yang bersifat syariah.
Bank umum yang bersifat konvensional adalah bank yang pelaksanaan
operasionalnya menjalankan sistem bunga (interest fee), sedangkan bank
umum yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan
operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah Islam. Menurut
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia saat ini berkembang
dengan sanagt pesat. Terbukti dengan semakin tumbuhanya jumlah bank
2
terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah, dan 164
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Untuk mengetahui seberapa besar
perkembangan perbankan syariah selama 5 tahun terakhir, mari kita lihat
tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Asset Gabungan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
(milyar rupiah)
Tahun Keterangan
2010 97.519
2011 145.467
2012 195.018
2013 242.276
2014 272.343
Januari 2015 263.468
Sumber : Bank Indonesia1
Dari data dari Bank Indonesia tersebut dapat diketahui bahwa setiap
tahunnya perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
Dengan total perolehan asset gabungan di BUS dan UUS akhir tahun 2014
sebesar Rp 263.468 milyar tumbuh 12,4% dibandingkan pada tahun 2013
yang senilai Rp 24.276 milyar.
Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi pada bisnis, dunia
perbankan seringkali dihadapkan pada kegiatan yang mengandung risiko.
Dengan memperhatikan tingkat persaingan industri perbankan yang semakin
ketat, institusi itu harus mampu menunjukkan daya saing yang tinggi.
Tingkat risiko yang tinggi dan pengelolahan risiko di lembaga perbankan
1 Neraca Gabungan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam www.bi.go.id/ (tahun
3
tersebut akan menentukan perkembangan perbankan syariah dalam
menghadapi persaingan secara global.
Manajemen risiko perbankan di Indonesia pada mulanya kurang
mendapat perhatian yang serius hingga akhir terjadinya krisis moneter di
Indonesia. Hal ini terindikasi dari kurangnya perhatian bank untuk
menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko sebagai bagian dari manajemen
perbankan, sedikit bank yang membentuk komite manajemen risiko dan
menempatkannya pada posisi strategis bank. Bisnis adalah berbagi risiko,
bukan hanya berbagi keuntungan. Dalam bisnis perbankan ketika ingin
mencapai return yang tinggi maka akan berhadapan dengan risiko yang
tinggi. Hal lain yang kurang diperhatikan adalah bahwa risiko bisa berakibat
buruk dalam bisnis perbankan.
Belajar dari krisis perbankan pada tahun 1997, maka memasuki tahun
2003 manajemen risiko menjadi perhatian yang sangat serius di Indonesia.
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang penerapan
manajemen risiko bagi Bank Umum, merupakan wujud keseriusan Bank
Indonesia dalam masalah manajemen risiko perbankan. Keseriusan tersebut
lebih dipertegas lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia
No.7/25/PBI/2005 pada Agustus 2005 tentang sertifikasi manajemen risiko
4
bank dari tingkat terendah hingga tertinggi memiliki sertifikasi manajemen
risiko sesuai dengan tingkat jabatannya.2
Kedua peraturan tersebut dilengkapi dengan Peraturan Bank Indonesia
No.8/4/PBI/2006 yang disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia
No.8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum yang menunjukkan keseriusan Bank Indonesia dalam meminta
pengurus perbankan agar taat untuk agar taat untuk menerapkan manajemen
risiko gunua melindungi stakeholders.3 Oleh karena itu, menjadi hal yang
sangat penting bagi perbankan untuk menerapkan manajemen risiko untuk
mengidentifikasi risiko mungkin dapat timbul dari kegiatan pembiayaan
khususnya bank syariah.
Tabel 1.2 Pembiayaan UUS Bank Jatim4
Keterangan
Pembiayaan Umum 288.265 53,37% 146.657 141.608 96,56%
KPR Griya
Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2008), 45.
3Ibid., 67.
5
Jumlah pembiayaan pada tahun 2014 teralisasi sebesar Rp540.097
juta, naik 69,27% dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp319.071 juta yang
terdiri dari Multiguna Syariah, Pembiayaan Umum, KPR iB Griya Barokah,
Pembiayaan KEPPRES, Talangan Haji Al Mabrur, Umroh iB Maqbula, Emas
iB Barokah, KLE-Kepemilikan Logam Emas, dan KUR Syariah. Kenaikan
tersebut disebabkan oleh kenaikan pembiayaan umum 96,56%, kenaikan KPR
iB Griya Barokah 72,52%, dan kenaikan pembiayaan KEPPRES 159,23%.
Komposisi pembiayaan tahun 2014 dikontribusikan terbesar oleh
pembiayaan umum 53,37% dan diikuti oleh KPR iB Barokah 23,72% dari
jumlah pembiayaan. Pertumbuhan jumlah pembiayaan juga diikuti dengan
bertambahnya jumlah debitur, dimana sampai dengan akhir tahun 2014
jumlah Bank Jatim tercatat sebanyak 5.765 debitur, meningkat 60,18% atau
2.166 debitur dibanding dengan tahun 2013 sebanyak 3.599 debitur.
Peningkatan jumlah debitur pada tahun 2014 terutama didorong oleh
peningkatan jumlah debitur Emas iB Barokah yang meningkat 191,91%,
diikuti oleh jumlah debitur pembiayaan umum yang meningkat 140,67% dan
kemudian jumlah debitur Talangan Haji Al-Mabrur 22,86%. Berikut data
6
Tabel 1.3 Debitur Pembiayaan UUS Bank Jatim5
Keterangan Tahun Kenaikan/penurunan
2014 2013 Selisih %
Dengan total pembiayaan dan jumlah debitur yang meningkat setiap
tahunnya diperlukan prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang
timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut dengan manajemen risiko.
Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi,
mengukur, memantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank
dengan tingkat risiko yang wajar dan terarah, terintegrasi, dan
berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai
filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan
usaha bank.6
Manajemen risiko dalam Bank Islam mempunyai karakter yang
berbeda dengan bank konvensional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko
yang khas melekat hanya pada bank-bank yang beroperasi secara syariah.
5 Ibid.,
6 Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Ketiga, (Jakarta: PT
7
Dengan kata lain, perbedaan antara bank Islam dengan bank konvensional
bukan terletak bagaimana cara mengukur (how to measure), melainkan pada
apa yang dinilai (what to measure). Perbedaan tersebut tampak terlihat dalam
proses manajemen risiko operasional bank Islam yang meliputi identifikasi
risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko dan monitoring risiko.7
Perbedaan penerapan manajemen risiko di Bank Syariah juga terdapat
pada adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). Dewan Pengawas Syariah di
Bank Syariah menjamin kepastian hukum bagi stakeholders dan sekaligus
memberikan keyakinan kepada masyarakat yang masih meragunakan
kesyariahan operasional dalam menggunakan produk dan jasa Bank Syariah
dalam pemenuhan prinsip syariah (sharia compliance).
Peran DPS di Bank Jatim Syariah yaitu agar kegiatan yang dilakukan
tidak bertentangan dengan prinsip syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak
mengandung riba>, maysir, gha>rar, haram, dan zalim.8 Dewan Pengawas
Syariah diangkat melalui RUPS dan telah mendapat persetujuan dari Dewan
Syariah Nasional (DSN)-Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta. Seluruh
produk dan layanan yang diberikan Bank Syariah mendapatkan pengesahan
dari DSN sebelum dipasarkan kepada masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan
agar tidak bertentangan dengan prinsip serta fatwa-fatwa yang telah
dikeluarkan DSN.9
7 Ibid., 256.
8 Wawancara, Bapak Anto Bagian Analis Pembiayaan Bank Jatim Syariah Capem Gresik 08 Juli
2015.
9 Bank Jatim, Laporan Tahunan 2014 Annual Report, (Surabaya: PT Bank Jatim, 2014), dalam
8
Kajian mengenai manajemen risiko pembiayaan bank syariah adalah
sesuatu yang penting. Dalam kehidupan sehari-hari manusia yang melakukan
kegiatan akan dihadapkan pada kegiatan yang dapat menimbulkan risiko. Hal
ini dijelaskan Allah dalam surat Luqman ayat 34 tentang sesuatu yang
kemungkinan terjadi di hari esok, yang kemungkinan dapat kita perkirakan
karena risiko tersebut tidak dapat dihilangkan. Oleh karena itu, diperlukan
penerapan manajemen risiko pada bank syariah agar risiko pembiayaan
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”10
Dalam ayat tersebut, Allah telah memperingatkan bahwa tidak ada
satupun manusia yang dapat mengetahui kejadian pada hari esok. Tidak ada
seorang manusiapun yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, tahun
berapa, bulan apa, malam atau siang. Lebih lanjut Ibnu Katsir menjelaskan
bahwa kita tidak akan mengetahui apa yang akan kita usahakan besok,
apakah yang kita usahakan akan mendapatkan hasil yang baik atau yang
9
buruk. Bahkan dalam hal kematiannya sendiri manusia juga tidak akan
mengetahuinya, kapan dan dimana seseorang akan mati.11
Secara umum, perbankan akan menghadapi beberapa risiko yaitu
risiko kredit, likuiditas, pasar, opersaional, hukum, reputasi, strategik, dan
kepatuhan. Salah satu kajian yang penting dalam risiko perbankan syariah
adalah risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan yang dihadapi oleh perbankan
syariah merupakan salah satu risiko yang perlu dikelola secara tepat karena
kesalahan dalam pengelolaan risiko pembiayaan dapat berakibat fatal pada
peningkatan NPF (Non Performance Financing).
Sebagai objek penelitian Bank Jatim Syariah merupakan salah salah
Unit Usaha Syariah yang mempunyai kinerja keunagan yang bagus. Melihat
fenomena tersebut maka sangatlah penting bagi Bank Jatim Syariah untuk
tetap menekan tingkat NPF yang tujuannya untuk meningkatkan pendapatan
melalui pembiayaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menjadi tertarik ingin
meneliti tentang manajemen risiko di Bank Jatim Syariah dalam sebuah
penelitian yang berjudul “ Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam
Meningkatkan Profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.”
11 Muhammad, bin Abdillah bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaabut Tafsiir Min Ibni
10
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari Latar Belakang di atas, dapat diperoleh identifikasi masalahnya
adalah sebagai berikut:
a. Peran Perbankan Syariah dalam memberikan pembiayaan kepada
masyarakat muslim.
b. Ketaatan perbankan syariah terhadap UU Perbankan.
c. Penerapan manajemen risiko pembiayaan di bank syariah.
d. Cara meningkatkan profitabilitas di bank syariah.
e. Cara meminimalisir risiko pembiayaan.
2. Batasan Masalah
Agar peneltian ini lebih terfokus maka dibutuhkan adanya batasan
masalah. Penelitian ini terfokus pada penerapan manajemen risiko
pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik. Bagaimana cara dan
upaya yang dilakukan oleh manajemen risiko dalam meningkatkan
profitabilitas agar tidak terjadi kerugian yang berdampak pada penurunan
nilai pendapatan pada bank tersebut.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam upaya
meningkatkan protabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik?
2. Bagaimana cara meminimalisir risiko pembiayaan di Bank Jatim Syariah
11
D. Kajian Pustaka
Dalam melakukan penilitan ini, penulis melakukan rujukan terhadap
berbagai judul skripsi dan penelitian yang berkaitan dengan apa yang hendak
diteliti.
A.M Rihzal Tarebang (2011) dalam skripsi yang berjudul “Analisis
Penerapan Manajemen Risiko Kredit Terhadap Peningkatan Laba Pada Bank
Sulawesi Selatan Cabang Utama Bone”.12 Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kuantitatif yaitu dengan mencari keterkaitan antar variabel yaitu
antara variabel x yaitu manajemen risiko kredit dengan variabel y yaitu
peningkatan laba. Perbedaannya adalah terletak pada teknik penelitian serta
perbedaan subjek dan objek penelitian.
Fauzan Fahrul, Muhammad Arfan, Darwanis (2011) dalam jurnal
penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musha>rakah
Dan Pembiayaan Mura>bah}ah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah
(Study Pada Bank Aceh Syariah Cab. Banda Aceh)”. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh tingkat risiko pembiayaan musyarakah dan
pembiayaan murabahah terhadap tingkat profitabilitas Bank Aceh Syariah
Cabang Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 tahun
pembiayaan musha>rakah dan pembiayaan mura>bah}ah yaitu dari tahun 2007
12 A.M Rihzal Tarebang, Analisis Penerapan Manajemen Risiko Kredit Terhadap Peningkatan
Laba Pada Bank Sulawesi Selatan Cabang Utama Bone (Skripsi--Universitas Hasanudin,
12
sampai dengan tahun 2011.13 Perbedaan dengan skripsi ini adalah subjek serta
objek penelitian. Namun terdapat kesamaan adanya risiko pembiayaan
terhadap tingkat profitabilitas.
Mahmal Rizal (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Meminimalisir
Risiko Pembiayaan Untuk UKM Produktif Di Perbankan Syariah (Study
Kasus Bank DKI Syariah Cabaag Wahid Hasyim)”. Dalam penelitian ini
menggunakan deskriptif analisis. Dalam penelitian ini membahas tentang
cara meminimalir risiko pembiayaan untuk UKM produktif. Disimpulkan
bahwa untuk mencapai tujuan UKM yang berkualitas perlu serta peran dari
pemerintah, bank, dan Departemen Koperasi dan UKM dalam memberikan
modal kegiatan UKM.14 Perbedaan dengan penelitian ini adalah membahas
tentang peran manajemen risiko dalam meningkatkan profitabilitas bank.
Persamaannya adalah peran serta manajemen risiko pembiayaan di
perbankan.
Aunul Muizz Achady (2013) dalam skripsinya yang berjudul
“Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam Menjaga Likuiditas Bank
(Studi di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surabaya)”. Dalam penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini
membahas tentang pengelolan serta penerapan manajemen risiko pembiayaan
di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surabaya. Dari hasil penelitian ini,
13 Fauzan Fahrul et al, “Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan
Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah (Study Pada Bank Aceh Syariah Cab. Banda Aceh)”, (2011).
14 Mahmal Rizal, Meminimalisir Risiko Pembiayaan Untuk UKM Produktif Di Perbankan
13
disimpulkan bahwa pengelolaan risiko pembiayaan telah sesuai dengan
arahan, pedoman, dan kebijakan dari Bank Muamalat Indonesia Pusat.15
Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini membahas
tentang penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam hal ini berkaitan
dengan likuiditas bank. Sedangkan penelitian ini berkaitan dengan penerapan
manajemen risiko pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas.
E. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam upaya
meningkatkan protabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.
2. Untuk mengetahui cara meminimalisir risiko pembiayaan di Bank Jatim
Syariah Capem Gresik.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
berguna dalam dua aspek:
1. Aspek keilmuan (teoritis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperluas dan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan dalam
bertransaksi di Bank Syariah.
15 Aunul Muizz Achady, Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Dalam Menjaga Likuiditas
14
2. Aspek terapan (praktis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi perbankan syariah dalam
mempertimbagkan risiko yang kemungkinan kecil atau besar terjadi
dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah. Hal ini disebabkan karena
risiko pembaiayaan dapat mempengaruhi profitabilitas di Bank Syariah.
G. Definisi Operasional
Penelitian yang berjudul “Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan
Dalam meningkatkan Profitabilitas di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.”
Beberapa istilah yang perlu mendapatkan penjelasan antara lain:
1. Manajemen risiko
Manajemen risiko yaitu suatu metode logis dan sistematik dalam
identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi serta
melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap
aktivitas atau proses.16
Dapat dikatakan bahwa manajemen risiko merupakan suatu
tindakan yang dilakukan oleh pihak internal bank dalam mengantisipasi
kemungkinan terjadinya suatu kegagalan atau kerugian yang mungkin
timbul dari kegiatan pendanaan oleh bank.
2. Pembiayaan
Pembiayaan merupakan kegiatan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga keuangan syariah kepada masyarakat. Jenis kegiatan pembiayaan
16 Ferry Idroes N. Manajemen Risiko Perbankan, Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan
Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo
15
khususnya pada perbankan syariah meliputi penyediaan dana atau tagihan
kepada nasabah dengan kewajiban mengembalikan dana atau tagihan
tersebut sesuai dengan perjanjian adanya jatuh tempo dan sesuai
kesepakatan dengan penetapan bagi hasil (margin). Dengan adanya
kegiatan utama bank melalui pembiayaan ini, diperuntukan bagi
masyarakat khususnya nasabah dalam melaksanakan kegiatan
perokonomian yang dilakukannya. Kegiatan pembiayaan pada bank
syariah berbeda dengan sistem kredit yang digunakan oleh bank
konvensional dalam menyalurkan dana kepada masyarkat. Karena dalam
perbankan syariah tidak adanya sistem bunga.
3. Profitabilias
Profitabilas merupakan kemampuan bank syariah dalam
memperoleh laba dalam waktu atau periode tertentu. Tingkat profitabilias
yang dihasilkan selama periode tertentu dihasilkan dari pengambilan
keputusan pembiayaan dan invetasi yang dilakukan.
Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para
investor atau investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan
dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas
yang rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya.
Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan
16
Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat
berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini.17
H. Metodologi Penelitian
1. Data Yang Dikumpulkan
a. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang
penerapan manajemen risiko di bidang pembiayaan yang ada di Bank
Jatim Syariah Capem Gresik.
b. Data yang dikumpulkam dari penelitian ini adalah data tentang
penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam kaitannya dengan
profitabilitas dari buku, jurnal, artikel dan skripsi terdahulu.
2. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber data primer yakni subjek penelitian yang dijadikan
sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau pengambilan secara langsung18 atau lebih dikenal
dengan interview (wawancara). Data primer ini diperoleh dengan
melakukan observasi dan wawancara dengan pengurus Bank Jatim
Syariah Capem Gresik yaitu Pak Anto dibagian Analis Pembiayaan
dan Pak Juan bagian Administrasi Pembiayaan di Bank Jatim Syariah
Capem Gresik.
17
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu data pendukung yang berasal dari
seminar, buku-buku maupun literatur lain meliputi:
1) Dokumen, yaitu suatu catatan yang dapat dibuktikan atau
dijadikan bukti dalam suatu masalah atau persoalan. Sedangkan
dokumentasi adalah kegiatan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui
dokumen.19
2) Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan cara
memperoleh dari kepustakaan dimana peneliti mendapatkan
teori-teori dan pendapat ahli serta beberapa buku referensi yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.20 Buku-buku yang menjadi
sumber refrensi antara lain:
a) PBI No.13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
b) PBI No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat
kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah
c) Buku Perspektus Bank Jatim
d) Prof. Dr. H. Veithzal Rivai dan Ir. H. Arviyan Arifin” Islamic
Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi”.
19 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 129.
20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,
18
e) Ir. Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan
Keuangan, Edisi Ketiga.
f) Bambang Rianto Rustan: Manajemen Risiko Perbankan
Syariah di Indonesia
g) Sunarto Zulkifli: Panduan Praktis Transaksi Perbankan
Syariah
h) Dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.21
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Observasi
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan
mengamati keadaan sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi nonpartisipatif,
yaitu peneliti tidak ikut secara langsung dalam suatu kegiatan namun
hanya mengamati berdasarkan laporan dokumen.
19
b. Wawancara
Yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut.22 Penulis menggunakan pengumpulan data
metode wawancara dengan melakukan komunikasi secara langsung
pada pihak terkait dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan
untuk mendapatkan data dan informasi secara jelas dan lengkap, yang
dalam hal ini adalah Pak Anto dibagian Analis dan Pak Juan Divisi
Administrasi Pembiayaan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan
cara mengumpulan dan menganalisis dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan manjemen risiko yang khusus menangani
pembiayaan serta perannya dalam meningkatkan profitabilitas di
Bank Jatim Syariah Capem Gresik.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data berhasil dihumpun dari lapangan atau penulisan, maka
penulis menggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari data yang diperoleh terutama
dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data
20
yang ada dan relevansi dengan penelitian.23 Dalam hal ini, peneliti
akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah
saja.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang yang telah didapat
dalam penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengn rumusan masalah secara sistematis.24 Peneliti
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan
menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan
peneliti dalam menganalisa data.
c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh
dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran
fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari
rumusan masalah.25
5. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualitatif, yaitu proses analisa data yang diperoleh
melalui penelitian di lapangan dengan melakukan wawancara dari sumber
informasi secara langsung maupun kepustakaan disusun secara sistematis.
Peneliti menggunakan teknik ini karena yang digunakan adalah
metode kualitatif, dimana memerlukan data-data untuk menggambarkan
suatu fenomena yang apa adanya (alamiah). Sehingga benar salahnya,
23 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), 243. 24 Ibid., 245.
21
sudah sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya. Penelitian deskriptif
disebut juga penelitian ilmiah karena semua data yang diambil merupakan
fenomena apa adanya. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan untuk
lanjut dengan penelitian analitis.
Kemudian data tersubut diolah dan dianalisis dengan pola pikir
induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang
bersifat khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga
memecahkan pesoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.
Fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian berupa hasil
penelitian yang berkaitan dengan peran manajemen risiko khususnya
pembiayaan yang dilakukan di Bank Jatim Syariah Capem Gresik dalam
upaya meningkatkan profitabilitas.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk
memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi
ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub
bab sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Adapun sistematika
pembahasannya adalah:
Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dari latar
belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, metodologi
22
data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data) serta sistematika
pembahasan.
Bab dua adalah landasan teori yaitu dasar kajian yang memuat
tentang permasalahan serta menjawab permasalahan yang mendasari
mengangkat penelitian ini. Dalam bab ini juga memuat tentang bahasan
mengenai teori-teori berdasarkan tema penelitian yang diangkat. Hal ini
merupakan studi liteatur dari berbagai refrensi. Dalam bab ini berisi
manajemen risiko dalam perspektif Islam, manajemen risiko pembiayaan,
profitabilias bank, dan hubungan manajemen risiko pembiayaan dengan
profitabilitas bank.
Bab tiga adalah deskripsi tentang penerapan manajemen risiko
pembiayaan memuat deskripsi data yang berkenaan dengan variabel yang
diteliti secara obyektif, meliputi gambaran mengenai Bank Jatim Syariah
Capem Gresik secara umum, sejarah berdirinya, visi dan misi, struktrur
organisasi, proses pembiayaan di Bank Jatim Syariah. Diharapkan setelah
mengetahui gambaran umum objek penelitian tersebut dapat membantu
dalam proses penelitian khususnya proses analisis data.
Kemudian pada bab empat menganalisis dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yang mengacu pada rumusan masalah. Pertama,
tentang bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam
meningkatkan profitabilitas di BJS Capem Gresik dan cara meminimalisir
23
Bab lima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran-saran yang bermanfaat bagi banyak pihak. Khususnya
dalam tujuan penerapan manajemen risiko pembiayaan dalam meningkatkan
24 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen
Secara umum, pengertian manajemen adalah “kegiatan untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan terlebih dahulu
dengan menggunakan orang-orang lain” (Getting things done throgh the
effort of other people)”.1
Sedangkan manajemen (idarah) dalam pandangan Islam adalah
suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan,
pengembangan personal, perencanaan, pengawasan terhadap
pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu
proyek.2
Dalam pandangan Islam, terdapat unsur-unsur yang ada dalam
manajemen Bank Islam yang menjadi landasan dalam pengorganisasian
antara lain:
a. Perencanaan
Semua dasar dan tujuan dalam suatu manajemen adalah
terintegritas, konsisten dan saling menunjang satu sama lain. Untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, dalam manajemen haruslah
didahului oleh proses perencanaan yang baik. Proses perencanaan
25
manajemen yang baik akan berdampak pada alur atau tujuan
manajemen berikutnya dalam mengambil suatu kebijakan. Allah
berfirman dalam Surah Al-Hasyr ayat 18.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.3
Penjelasan dari potongan ayat diatas adalah segala sesuatu
yang akan dikerjakan pada hari esok dalam hal ini berkaitan dengan
manajemen haruslah dikerjakan dengan sesuai dengan perencanaan,
agar mempunyai arah dan tujuan yang pasti.
Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai
proses kegiatan, antara lain meliputi hal sebagai berikut:
1) Forecasting
Forecasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis,
yang paling mungkin memperoleh sesuatu di masa yang akan
datang, dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan
yang rasional atas fakta yang ada.4 Hal ini dimaksudkan dalam
memberikan informasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan
3 Departemen Agama, al quran dan terjemah (Tri Karya, Surabaya, 2004), 548.
4 Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi.
26
keputusan bagi seorang manajer dalam menentukan arah kebijakan
sebuah usaha.
2) Objective
Objective atau tujuan adalah nilai yang ingin dicapai atau
diinginkan oleh seseorang atau badan usaha.5 Pencapaian tujuan
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi para
stake holder selain itu juga untuk memperkenalkan dan
mengembangkan prinsip-prinsip syariah dari suatu organisasi.
3) Policies
Policies adalah suatu rencana kegiatan atau pedoman yang
dipakai oleh suatu Badan usaha untuk menentukan kegiatan yang
telah dilakukan. Keputusan mengenai policies ini ditentukan oleh
top manajemen atau chief executive officer atau Board of
Directors dari suatu badan usaha. Kebiajakan policies ini wajib
dipatuhi oleh semua jajaran organisasi secara menyeluruh.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian atau perencanaan dan pengembangan
organisasi adalah meliputi pembagian kerja yang logis, penetapan
garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas, pengukuran dan
prestasi yang dicapai.6 Pengorganisasian dalam Islam sudah diatur
dalam alquran. Dijelaskan bahwa setiap orang yang diberikan jabatan
5 Ibid., 531.
6 Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi.
27
haruslah menjaga amanah tersebut. Dijelaskan dalam QS al-Baqarah
ayat 2.
Artinya: Kitab al-Quran ini tidak ada keraguan padanya: petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. al-Baqarah ayat 2)7
Maksud dari potongan ayat diatas adalah kita sebagai seorang
muslim wajib untuk mematuhi segala perintah-perintah Allah dan
menjauhi segala larangann-Nya. Ini termasuk dalam menjaga amanah
yang telah diberikan orang lain kepada kita. Agar kita tidak tersesat
dalam menjalankan perintah yang telah di amanahkan kepada kita.
1) Struktur organisasian
Struktur organisasi pada bank umum dan Bank Syariah
berbeda. Perbedaan ini terletak pada adanya Dewan Pengawas
Syariah dan adanya Usaha Unit Syariah (UUS).
Dismping memiliki Dewan Komisaris dan Direksi, Bank
Umum Syariah dan BPR Syariah wajib memiliki Dewan Pengawas
Syariah. Anggota DPS ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN). Sementara bagi bank umum konvensional yang membuka
kantor cabang syariah, selain memiliki DPS juga diwajibkan
membentuk Unit Usaha Syariah.UUS merupakan satuan kerja di
kantor pusat bank umum yang berfungsi sebagai kantor induk bagi
kantor-kantor cabang syariah. Dalam pelaksanaan tugas
28
hari, DPS wajib mengikuti fatwa DSN yang merupakan otoritas
tertinggi fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi dalam
mengeluarkan fatwa mengenai kesesuaian produk dan jasa bank
dengan ketentuan dari prinsip syariah.8 Berikut bagan organisasi
dalam Usaha Unit Syariah.
Sumber: Bank Indonesia 20029
2) Perencanaan Organisasi
Perencanaan organisasi bank adalah pengelompokan yang
logis dari kegiatan-kegiatan bank, menurut hasil yang ingin
dicapai yang menunjukkan dengan jelas tanggung jawab dan
wewenang atas suatu tindakan.10 Pengelompokan harus ditetapkan
8 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Press, 2014), 90. 9 Ibid., 12.
29
dengan dengan jelas dan hati-hati sehingga dapat dipertanggung
jawabkan segala tugas serta tanggung jawab yang telah diberikan.
3) Pengawasan
Pengawasan (controling) bagi suatu organisasi sangat
penting. Pengawasan dilakukan oleh manajemen puncak (top
management) sebagai penanggung jawab suatu organisasi.
Pengawasan dapat meliputi kegiatan penelitian, pengamatan,
pengukuran berdasarkan tugas yang telah diberikan.
2. Pengertian Risiko
Pengertian risiko menurut PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang
penerapan manajemen risiko bagi BUS dan UUS adalah potensi kerugian
akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. 11 Dapat diartikan risiko adalah
suatu kemungkinan yang dapat timbul dari kegiatan usaha yang dapat
berdampak kerugian usaha yang berlangsung.
Penerapan manajemen risiko di Bank Syariah wajib disesuaikan
dengan tujuan, kebijakan, usaha, ukuran, dan kompleksitas usaha serta
kemampuan bank. Kompleksitas usaha adalah keragaman dalam jenis
transaksi/jasa dan jaringan usaha. Sementara itu, kemampuan bank
meliputi kemampuan keuangan, infrastruktur pendukung, dan
kemampuan sumber daya insani.
Menurut PBI No.13/23/PBI/2011 Pasal 5 ayat (1) tentang
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
11 Bambang Rianto Rustan, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:
30
Syariah dalam kegiatan pendanaan di Bank Syariah, terdapat jenis-jenis
risiko antara lain:12
a. Risiko Kredit, adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian
yang disepakati.
b. Risiko pasar, adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa
perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
c. Risiko likuiditas, adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus
kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
d. Risiko operasional, adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh
proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian-kejadian eksternal yang memengaruhi operasional bank.
e. Risiko hukum, adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau
kelemahan aspek yuridis. Risiko ini timbul antara lain karena
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak
atau pengikatan agunan yang tidak sempurna.
12PBI No.13/PBI/2011 Pasal 5 ayat (1) Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
31
f. Risiko reputasi, adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan
para pemangku kepentingan yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank.
g. Risiko strategis, adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
h. Risiko kepatuhan, adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau
tidak melaksankan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
berlaku serta Prinsip Syariah.
i. Risiko imbal hasil (rate of return risk), adalah risiko akibat perubahan
tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah karena
terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari
penyaluran dana, yang dapat memengaruhi perilaku nasabah dana
pihak ketiga.
j. Risiko investasi (equity investment risk), adalah risiko akbiat bank
ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam
pembiayaan bagi hasil.13
3. Pengertian Manajemen Risiko
Dalam meningkatkan good governance pada peningkatan kinerja
bank, diwajibkan bagi bank untuk menerapkan manajemen risiko.
Ketentuan penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah telah diatur dalam PBI No. 13/23/PBI/ 2011 tentang
32
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur
yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur dan memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Risiko
adalah potensi kerugian akibat terjadinya peristiwa (events) tetentu.14
Menurut Karim, manajemen risiko adalah mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank
dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan
berkesinambungan.15
Dari pengertian manajemen risiko diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen risiko adalah suatu rangkaian prosedur pengidenfitasi,
penilaian, serta pengendalian risiko yang ditetapkan oleh bank untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya suatu kegagalan pembayaran oleh
nasabah dalam kegiatan pembiayaan.
a. Wewenang Manajemen Risiko
Seluruh Bank Syariah wajib menetapkan wewenang dan
tanggung jawab jelas pada setiap tingkatan jabatan yang terkait
dengan penerapan manajemen risiko. Wewenang dan tanggung jawab
14 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),
86.
15 Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Ketiga, (Jakarta: PT
33
dewan komisaris, direksi, dan DPS secara jelas yang ditetapkan oleh
BI.16
1) Wewenang dan tanggung jawab dewan komisaris adalah sebagai
berikut:
a) Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko.
b) Mengevaluasi pertanggung jawaban direksi atas pelaksanaan
kebijakan manajemen risiko dilakukan minimal triwulan.
2) Wewenang dan tanggung jawab direksi antara lain:
a) Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara
tertulis dan komprehensif.
b) Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebiajakan manajemen
risiko eksposur risiko yang diambil oleh bank secara
keseluruhan.
c) Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan
persetujuan direksi.
d) Memastikan peningkatan kompetensi sumber daya insani yang
terkait dengan manajemen risiko, peningkatan kompetensi
sumber daya insani antara lain melalui program pendidikan
dan pelatihan secara berkesinambungan mengenai penerapan
manajemen risiko.
e) Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi
secara independen, maksudnya adalah pemisahan fungsi antara
16 Bambang Rianto Rustan, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:
34
satuan kerja manajemen risiko yang melakukan identifikasi,
pengukuran, dan pemantauan risiko dengan satuan kerja yang
melakukan dan menyelesaikan transaksi.
f) Melaksanakan kaji ulang secara berkala untuk memastikan:
(1) Keakuratan metodologi penilaian risiko;
(2) Kecukupan implementasi SIM (Sistem Informasi
Manajemen) risiko;
(3) Ketepatan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit risiko.
3) Wewenang Dewan Pengawas Syariah
a) Melakukan kaji ulang atas kebijakan manajemen risiko yang
terkait pemenuhan prinsip syariah.
b) Mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan
kebijakan manajemen risiko yang terkait dengan pemenuhan
prinsip syariah.
b. Proses Manajemen Risiko
Pada proses pelaksanaan manajemen risiko, ada tahap-tahap
yang dilakukan oleh Bank Syariah dalam mengenal dan memahami
risiko yang timbul dalam kegiatan pendanaan. Adapun proses dalam
manajemen risiko perbankan syariah umum adalah sebagai berikut:17
1) Identifikasi risiko
Tujuan identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi
seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional
17 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT
35
yang berpotensi merugikan Bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain:18
a) Bersifat proaktif (anticipative) dan bukan reaktif
b) Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional)
c) Menganalisa informasi sumber informasi risiko
d) Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta
konsekuensinya.
2) Pengukuran risiko
Pengukuran risiko ini dimaksudkan untuk mengendalikan
risiko bank agar tidak terjadi kerugian yang besar. Pengukuran
risiko ini wajib dilakukan secara berkala dalam segala aktivitas
bank keseluruhan. Pengukuran risiko dilaksanakan dengan
melakukan:19
a) Evaluasi secara berkala terhadap kesesuian asumsi, sumber
data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko
b) Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila
terdapat perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan
faktor risiko yang bersifat internal.
Metode pengukuran risiko dapat dilakukan secara
kuantitatif dan /atau kualitatif. Metode pengukuran tersebut dapat
berupa metode yang ditetapkan oleh BI dalam penilaian risiko,
18 Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi.
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 954.
19 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT
36
baik perhitungan modal maupun metode yang dikembangkan
sendiri oleh bank. Pemilihan metode pengukuran disesuaikan
dengan karakteristik dan kompleksitas kegiatan bank. 20
3) Pemantauan risiko
Pemantauan risiko dilakukan bank dengan cara
mengevaluasi besarnya eksposur risiko yang terjadi. Pihak bank
harus memiliki teknologi informasi dan sistem informasi
manajemen yang efektif. Pemantauan risiko dalaksanakan dengan
melakukan:21
a) Evaluasi terhadap eksposure risiko
b) Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan
kegiatan usaha, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi
informasi dan sistem informasi manajemen yang bersifat
material.
4) Pengendalian risiko
Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a) Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan Bank
untuk mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat
membahakan kelangsungan usaha Bank.
20 Bambang Rianto Rustan, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:
Salemba Empat, 2013), 46.
21 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT
37
b) Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh Bank, antara lain
dengan cara hedging, dan metode mitigasi risiko lainnya
seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit
derivatives, serta penambahan modal bank untuk menyerap
potensi kerugian.22
B. Manajemen Risiko Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan kegiatan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga keuangan syariah kepada masyarakat. Jenis kegiatan pembiayaan
khususnya pada perbankan syariah meliputi penyediaan dana atau tagihan
kepada nasabah dengan kewajiban mengembalikan dana atau tagihan
tersebut sesuai dengan perjanjian adanya jatuh tempo dan sesuai
kesepatan dengan penetapan bagi hasil (margin).
2. Jenis Pembiayaan
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
22 Veithzal Rivai dan H. Arviyan Arifin. Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi.
38
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.23
3. Risiko Pembiayaan
a. Pengertian risiko pembiayaan
Para ahli ekonomi Islam khususnya di bidang perbankan Islam
mendefinisikan risiko pembiayaan dengan berbagai pendapat dan
istilah. Berikut definisi risiko pembiayaan menurut berbagai sumber
dan menurut para ahli serta undang-undang.
Menurut Karim, risiko pembiayaan adalah risiko yang
disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam memenuhi
kewajibannya. Dalam Bank Syariah, risiko pembiayaan mencakup
risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan korporasi.24
Sedangkan menurut Muhamad, risiko pembiayaan muncul jika
bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan/atau bagi
hasil/margin/pendapatan sewa dari pembiayaan yang dibeikannya atau
investasi yang sedang dilakukannya.25
23Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Tazkia Cendekia,
2001), 160.
24 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2006). 260.
39
Risiko kredit (pembiayaan) adalah risiko akibat kegagalan
nasabah atau pihak lain memenuhi kewajiban kepada bank sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakti.26
Simpulannya adalah bahwa risiko pembiayaan merupakan
risiko yang timbul akibat nasabah yang mengalami kegagalan dalam
memenuhi kewajbannya. Disebabkan karena mudahnya bank dalam
memberikan pembiayaan kepada nasabah sehingga berpengaruh pada
kesehatan keuangan bank dan berakibat pada terjadinya pembiayaan
bermasalah (Non Performing Finance).
b. Faktor-faktor risiko pembiayaan
Dalam kegiatan pembiayaan sering kali bank dihadapkan pada
risiko yang kemungkinan akan terjadi. Dalam dunia perbankan
konvensional istilah pembiayaan disebut juga dengan kredit. Menurut
Karim27 timbulnya risiko pembiayaan setidaknya disebabkan oleh 3
faktor yaitu:
1) Risiko yang timbul dari perubahan kondisi bisnis nasabah setelah
pencairan pembiayaan. Risiko ini meliputi:
a) Over tranding, yakni kurangnya dukungan dana bagi nasabah
yang ingin meningkatkan volume bisnisnya.
26 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012),
86.
27 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan Edisi Ketiga. (Jakarta: PT
40
b) Adverse trading, risiko yang terjadi karena sikap nasabah yang
ingin mengembangkan bisnis dengan biaya yang besar namun
dengan tingkat penjualan yang rendah dan berisiko tinggi.
c) Liquidity run, risiko yang terjadi karena nasabah mengalami
masalah likuiditas karena pendapatannya yang menurun.
2) Risiko yang timbul dari komitmen kapital yang berlebihan.
Sebuah perusahaan mungkin saja mengambil komitmen
kapital yang berlebihan dan menandatangani kontrak untuk
pengeluaran berskala besar. Apabila tidak mampu untuk
menghargai komitmennya, bank dapat dipaksa untuk dilikuidasi.
Bank maupun para suplier pembiayaan perdagangan seringkali
tidak mampu untuk mengontrol suatu pengeluaran yang
berlebihan dari sebuah perusahaan. Namun demikian, bank dapat
mencoba untuk memonitornya dengan melihat, misalnya neraca
perusahaan tersebut yang terakhir dipublikasikan, dimana
komitmen pengeluaran kapital harus diungkap.
3) Risiko yang timbul dari lemahnya analisis bank
Terdapat 3 macam risiko yang timbul dari lemahnya
analisis bank, yakni:
a) Analisa pembiayaan yang keliru
Risiko ini terjad bukan karena perubahan kondisi
nasabah yang tidak terduga, tetapi memang sejak awal
41
pembiayaan bisa jadi adalah keputusan yang tidak valid.
Kesalahan pengambilan keputusan ini biasanya bersumber dari
informasi yang tersedia.
b) Creative Accounting
Creative accounting merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan penggunaan kebijakan akuntansi
perusahaan yang memberikan keterangan menyesatkan tentang
suatu laporan posisi keuangan perusahaan.
c) Karakter nasabah
Kurangnya informasi yang objektif tentang karakter
nasabah yang melakukan pembiayaan macet.28
Menurut pendapat Rustam29risiko kredit dapat bersumber dari
berbagai aktivitas bisinis bank. Pada sebagian besar bank, pemberian
pembiayaan merupakan sumber risiko kredit yang terbesar. Selain
pembiayaan, bank menghadapi risiko kredit dari berbagai instrumen
keuangan seperti surat berharga, akseptasi, transaksi pembiayaan
perdagangan, trnsaksi nilai tukar, dan derivatif, serta kewajiban dan
kontigensi.
28 Ibid., 270
29 Bambang Rianto Rustan, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta:
42
c. Proses pembiayaan
Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah
proses pembiayaan. Menurut Zulkifli30, proses pembiayaan yang sehat
adalah proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal
dan baik serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan atau
bahkan lebih.
Menurut Zulkifli prosedur atau proses pemberian pembiayaan
adalah sebagai berikut:31
1) Permohonan Pembiayaan
Tahap awal pada pembiayaan adalah proses pembiayaan.
Secara formal, permohonan pembiayaan dilakukan secara tertulis
oleh nasabah kepada officer bank. permohonan juga dapat
dilakukan secara lisan terlebih dahulu untuk kemudian
ditindaklanjuti dengan permohonan tertulis menurut officer bank
usaha yang dimaksud layak dibiayai.
2) Pengumpulan data dan investigasi
Data yang diperlukan oleh officer bank didasari pada
kebutuhan dan tujuan pembiayaan produktif, data yang diperlukan
adalah data yang dapat menggambarkan usaha nasabah untuk
melunasi pembiayaan. Data yang diperlukan antara lain:
a) Akta pendirian usaha berikut perubahannya yang sesuai
dengan ketentuan pemerintah. Hal ini perlukan untuk
43
mengetahui orang berwenang mengambil keputusan di dalam
perusahaan. Data tersebut kemudian didukung oleh data
identitas para pengambil keputusan seperti KTP dan paspor.
b) Legalitas usaha diperlukan untuk mengetahui pengakuan
pemerintah atas usaha yang dimaksud. Hal ini diperlukan
untuk mencegah pembiayaan terhadap usaha yang dilarang
pemerintah.
c) Identitas pengurus dibutuhkan untuk mengetahui pengalaman
pengurus dalam usaha sejenis. Untuk usaha yang baru berdiri,
data ini diperlukan selain studi kelayakan usaha.
d) Laporan keuangan 2 tahun terakhir diperlukan untuk melihat
kinerja dan pengalaman usaha.
e) Past performance 1 tahun terakhir juga diperlukan untuk
melihat kinerja perusahaan. Hal ini dapat tercermin dari
mutasi rekening koran calon nasabah.
f) Bisnis plan diperlukan untuk melihat rencana peningkatan
usaha dan rencana alternatif jika terjadi hal-hal diluar kendali.
g) Data jaminan harus betul-betul meng-cover pembiayaan
tersebut sehingga data jaminan harus meliputi harga objek
jaminan dan lokasinya sert dilengkapi dengan foto objek
44
3) Analisa Pembiayaan
Analisa pembiayaan dilakukan dengan tujuan pembiayaan
yang diberikan mencapai sasaran dan aman.
Artinya, pembiayaan tersebut harus diterima
pengembaliannya secara tertib, teratur, dan tepat waktu, sesuai
dengan perjanjian antara bank dan customer sebagai penerima dan
pemakai pembiayaan.32 Dijelaskan pada QS. A<li Imra<n ayat 75.
mempercayakan kepadanya harta yang banyak,
dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi Kami terhadap orang-orang ummi. mereka berkata Dusta terhadap Allah, Padahal mereka mengetahui. (QS. A<li Imra<n ayat 75)33
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan persiapan
pembiayaan, yaitu dengan mengumpulkan informasi dan data
untuk bahan analisis. Kualitas hasil analisis bergantung pada
kualitas SDM, data yang diperoleh, dan teknik analisis. Dalam
menganalisis pembiayaan, hal pertama yang harus perhatikan
adalah kemauan dan kemampuan customer untuk memenuhi
45
kebutuhannya faktor lainnya adalah perekonomian atau aktivitas
usaha pada umumnya.34 Dikarenakan risiko pembaiayaan yang
selalu ada, maka harus disertai dengan jaminan barang.
Adapun yang dilakukan dalam melakukan analis
pembiayaan dengan menggunakan pendekatan 5C’s yang
meliputi:35
a) Character
Penilaian ini dilakukan denagn mengetahui kejujuran
dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau
mengembalikan jaminan, sehingga tidak menyulitkan bank
dikemudian hari
b) Capital
Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan
secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang.,
sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan clon debitur
dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur
yang bersangkutan.
c) Capacity
Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur
dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya
sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola
oleh orang yang tepat, sehingga calon debitur dalam jangka
34 Ibid., 233
46
waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan
pinjaman.
d) Colleteral
Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon
nasabah umunya menyediakan jaminan berupa agunan yang
berkulitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal
sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan
kepadanya.
e) Condition Of Economic
Bank juga harus menganalisis keadaan pasar di dalam
dan di luar negeri baik masa lalu masa yang akan datang,
sehingga masa depan pemasaran dan hasil proyek atau usaha
calon nasabah debitur yang dibiayai bank dapat diketahui.36
4) Analisa Rasio Perusahaan37
a) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui
kemampuan nasabah dalam membiayai operasional usaha dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya.
36 Ibid., 117.
37 Sunarto Zulkifli. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Cetakan Ketiga. (Jakarta:
47
b) Rasio Laverage
Rasio laverage adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh aktiva yang dibiayai dari hutang.
c) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari atau kemampuan dalam melakukan
penjualan, penagihan piutang, maupun pemanfaatan aktiva
yang dimiliki.
d) Rasio Profitabilitas atau Rasio Rentabilitas
Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba
perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakaan
untuk memperoleh laba tersebut
5) Persetujuan pembiayaan
Proses persetujuan pembiayaan disetujui atau tidaknya
sebuah pembiayaan usaha. Proses persetujuan ini tergantung pada
komite pembiayaan. Komite pembiayaan merupakan tingkat
paling akhir persetujuan sebuah proposal. Hasil akhir dari komite
pembiayaan adalah penolakan, penundaan, ataupun persetujan
pembiayaan.
6) Pengikatan dan pencairan
Setelah semua persyaratan dapat dipenuhi, proses